Dua bulan setelah lagu ini diperkenalkan, ode tersebut menjadi sangat populer. Lagu ini kemudian
banyak dinyanyikan dalam acara-acara penting. WR Soepratman kemudian memiliki ide untuk
mengabadikan lagu perjuangan itu ke dalam piringan hitam. Untuk merealisasikan idenya, WR
Soepratman lantas menghubungi Yo Kim Tjan yang akhirnya membantunya merekam,
memperbanyak dan menjual piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Dalam
piringan tersebut, WR Soepratman memainkan biola sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya
dengan dua irama, mars dan keroncong.
Maraknya peredaran lagu Indonesia Raya ini, membuat WR Soepratman sering diinterogasi PID (intel
Belanda) yang sempat berujung pada pelarangan peredaran lagu tersebut. Protes atas pelarangan lagu
itu pun berdatangan dari berbagai pihak yang menyebabkan Volkraad turun tangan dimana akhirnya
kata ”merdeka-merdeka” hanya boleh digunakan ketika lagu dinyanyikan di ruang tertutup. Hingga
akhir hayatnya, WR Soepratman masih menjadi incaran polisi hindia Belanda karena telah
menciptakan lagu Indonesia Raya sampai akhirnya dia jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu
ciptaannya yang terakhir Matahari Terbit pada awal Agustus 1938, WR Soepratman ditangkap ketika
menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. WR
Soepratman kemudian ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. WR Soepratman meninggal pada
tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit. W.R. Soepratman hingga meninggal belum pernah menikah
dan mengangkat seorang anak pun.
HARRY ROESLI
Nama Lengkap: Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli
Agama: Islam
Zodiak: Virgo
Biografi
Djauhar Zahrsyah Fachrudin Roesli adalah seorang pria bergelar Profesor psikologi musik.
Pendidikannya yang mendalami dunia musik membuat dirinya menjadi seorang seniman atau musisi.
Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli alias Harry Roesli lahir pada tanggal 10 September 1951 di
Bandung, Jawa Barat.
Karirnya sebagai seorang seniman sebenarnya jauh berbeda dengan jurusan/bidang yang ia ambil
pada masa perkuliahannya. Dia terdaftar sebagai mahasiswa ITB Bandung jurusan Teknik Sipil,
namun hanya sampai tingkat IV dari tahun 1970 hingga 1975 karena dia sebenarnya lebih tertarik
untuk mendalami seni musik.
Harry menikah dengan seorang wanita bernama Kania Perdani Handiman. Pada tahun 1982,
pernikahan mereka dikaruniai 2 anak perempuan kembar yang bernama Layala Khrisna Patria dan
Khrisna Parana.
Tidak hanya mengenyam pendidikan di dalam negeri, pria berkumis dan berjanggut lebat ini pernah
merantau ke negeri kincir angin, Belanda. Gelarnya sebagai doktor musik dia peroleh setelah menjadi
alumni Rotterdam Conservatorium, Belanda.
Gelarnya sebagai doktor membuat dirinya mendapat kepercayaan untuk menjadi dosen / guru besar
dan mengajar di berbagai perguruan tinggi. Dia pernah mengajar di Universitas Pasundan dan
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada jurusan Psikologi Seni Musik di Bandung. Selain itu,
dia seringkali beraransemen musik untuk teater, film, dan sinetron. Selain sebagai pencipta lagu, harry
juga aktif sebagai pembicara dalam seminar-seminar yang diselenggarakan baik di tanah air juga di
luar negeri.
Sebelum Harry merantau ke Belanda untuk mendapat pendidikan, dia penah membuat sebuah grup
musik dengan nama Gang of Harry Roesli. Selain Harry, personil lain dari grup musik tersebut
diantaranya adalah Indra Rivai, Albert Warnerin, dan Iwan A Rachman. Grup musik tersebut tidak
bertahan lama dan bubar karena salah satu personilnya menikah pada awal tahun 1970’an.