Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 5

Denisa Azzahra
M.Nur Rifkia Yudhatama
Rayi Nur Iman
Risa Amelia
Tokoh Kongres Pemuda

W.R Supratman Moh.Yamin Dolly Salim


Pencipta lagu Indonesia Raya Pelopor Sumpah Pemuda Pelantun lagu Indonesia Raya
Wage Rudolf Supratman
Biografi
• Lahir pada 19 maret 1903 di dusun trembelang desa somongari , jawa tengah
• Pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga No. 21 Tambak Sari
Surabaya karena gangguan jantung yang dideritanya
• Alm. W.R Supratman dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.
• Pendidikan pertamanya di frobelschool jakarta pada 1907 saat berusia 4 th
• Melanjutkan pendidikan ke sekolah angka dua makasar,lulus tahun 1917
• Pada 1919,  W.R. Supratman lulus ujian Klein Ambtenaar Examen , Setelah lulus KAE, Wage melanjutkan
pendidikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).  
Karir
Karirnya dalam bermusik tidak terlepas dari peran kakak Iparnya W.M. Van Eldick, W.R.
Supratman diberikan hadiah oleh Van Eldick sebuah biola saat ulang tahunnya yang ke-17. Bersama
dengan Van Eldik, Ia mendirikan Grup Jazz Band bernama Black And White. Kepandaian W.R.
Supratman dalam bermusik dimanfaatkannya untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan, yang salah
satu diantaranya ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia, Indonesia Raya.
Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul.
Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu
kebangsaan.Soepratman tertantang, lalu pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Pada waktu
itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.
Puncak karir WR Supratman ketika Ia pindah dari Makassar ke Bandung dan memulai karir
jurnalistik dengan menjadi wartawan pada surat kabar Kaoem Moeda pada tahun 1924. Setahun
kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po. Sejak saat itu ia rajin
menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda dan rapat-rapat partai politik yang diadakan di Gedung
Pertemuan di Batavia, sejak saat itulah W.R Supratman berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Peran dalam Kongres Pemuda
Dalam pelaksanaan kongres Pemuda Kedua pada 27-28 Oktober 1928, WR Supratman ikut
terlibat. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman memperdengarkan
lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental dengan biola atas
saran Soegondo berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada
saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Dengan cepat
lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres,
maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan
kehendak untuk merdeka.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh
sakit di Surabaya. Tanggal 7 Agustus 1938, W.R. Supratman ditangkap Belanda di studio Radio NIROM
(Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Malang Surabaya, lantaran lagunya yang
berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio
tersebut dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang. Sempat ditahan, WR Supratman
kemudian dilepas setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada
Jepang.
Penghargaan
Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, WR
Supratman mendapatkan penghargaan pada 17 Agustus 1960 ,pemerintah RI
memberikan anugerah Bintang Mahaputra Anumerta III. Setelah itu melalui surat
keputusan Presiden RI No.16/SK/1971 tanggal 20 Mei 1971 telah menganugerahkan
gelar “Pahlawan Nasional’’ kepada W.R. Supratman, serta Surat Keputusan Presiden
RI No.017/TK/1974 tanggal 19 Juni 1974 Presiden RI menganugerahkan Tanda
Kehormatan Bintang Mahaputra Utama kepada W.R. Supratman.

‘’peran dalam kongres sumpah pemuda w.r supratman sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia
raya dan memainkan lagu Indonesia Raya dengan biola saat kongres pemuda II digelar. Saat itu
pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperdengarkan.’’
Mohammad Yamin
Biografi

• Lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat.


• M. Yamin meninggal pada tanggal 17 Oktober 1962. Ia wafat di Jakarta dan dimakamkan di desa Talawi,
Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia meninggal ketika ia menjabat sebagai Menteri Penerangan.
• Pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang
• Kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta
• Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang
kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de
Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
Karir
M. yamin termasuk salah satu pakar hukum dan juga merupakan penyair terkemuka angkatan
pujangga baru. Ia banyak menghasilkan karya tulis pada dekade 1920 yang sebagian dari karyanya
menggunakan bahasa melayu. Karya-karya tulis M. Yamin diterbitkan dalam jurnal Jong Sumatra. Ia juga
merupakan salah satu pelopor puisi modern. M. Yamin banyak menulis buku sejarah dan sastra yang
cukup di kenal yaitu  Gajah Mada (1945), Sejarah Peperangan Diponegoro, Tan Malaka(1945) Tanah Air
(1922), Indonesia Tumpah Darah (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Revolusi Amerika, (1951)
   
Karir M. Yamin dalam dunia politik dimulai ketika ia diangkat sebagai ketua Jong Sumatera Bond
pada tahun 1926 sampai 1928. Setelah itu pada tahun 1931, ia bergabung ke Partai Indonesia. Tetapi partai
tersebut dibubarkan. Karir politiknya berlanjut ketika M. Yamin mendirikan partai Gerakan Rakyat
Indonesia bersama Adam Malik, Wilipo, dan Amir Syarifudin.
Karir
M. Yamin juga merupakan anggota BPUPKI dan anggota panitia Sembilan di mana akhirnya berhasil
merumuskan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta ini merupakan cikal bakal dan merupakan dasar dari terbentuknya
UUD 1945 dan Pancasila.•Yamin banyak duduk di jabatan-jabatan penting negara, di antaranya adalah menjadi
anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional
(1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962).

Setelah aktif dan memimpin Jong Sumatranen Bond, Yamin mulai aktif mengemukakan gagasan tentang
persatuan Indonesia. Sebagai seorang sastrawan dan penyair, salah satu cara yang diyakini Yamin dapat menjadi
"alat" persatuan adalah bahasa.
Gagasan ini pun diucapkan lantang dalam Kongres Pemuda I. Melalui pidatonya, "Kemungkinan Bahasa-bahasa
dan Kesusastraan di Masa Mendatang", Yamin "menyodorkan" bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Peran dalam Kongres Pemuda
Hingga dilakukannya Kongres Pemuda II dibuka pada 27 Oktober 1928 di Jakarta, Yamin yang menjabat
sebagai Sekretaris Kongres belum menyetujui dibentuknya fusi. Meski begitu, Yamin tetap memiliki semangat akan
persatuan Indonesia. Dia tetap berharap semangat persatuan tetap ada namun tak menghilangkan kekhasan tiap
daerah.  Yamin juga tak ingin Kongres Pemuda II berakhir tanpa hasil. Setidaknya, harus ada kemauan dan
kesepakatan bersama yang dibacakan peserta kongres.

Rumusan itu kini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:


1. Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
2. Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Setelah Kongres Pemuda II, Yamin sendiri mulai melunak akan gagasan fusi organisasi pemuda daerah.
Akhirnya, pada 1930 semua organisasi pemuda bisa bersatu dalam satu wadah, yaitu Indonesia Muda.
Tujuan Indonesia Muda adalah membangun dan mempertahankan keinsyafan anak bangsa yang bertanah air satu
agar tercapai Indonesia Raya
Penghargaan
 Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya
pada nusa dan bangsa
 Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada
dan Panca Darma Corps
 Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando
Cadangan Strategis Angkatan Dara
Dolly Salim
Biografi
• Lahir di -, 26 Juli 1913 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1990 pada umur 76 tahun
• Ia bernama lengkap Theodora Athia Salim, Ia adalah anak pertama Haji Agus Salim, sang dedengkot
pergerakan nasional, mantan anggota Volksraad (dewan rakyat), juga petinggi Sarekat Islam (SI)
• Semasa hidupnya, Dolly Salim tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Hal ini karena prinsip ayahnya,
Haji Agus Salim yang tidak setuju dengan sistem pendidikan Kolonial Belanda. Dolly Salim dan seluruh
adik-adiknya dididik kedua orangtuanya di rumah mereka. Sistem pendidikan yang seperti ini dikenal
dengan istilah homeschooling. Karena itu, Agus Salim dikenal sebagai pelopor homeschooling di
Indonesia
Karir
Dolly Salim mengikuti kongres pemuda meski tidak termasuk dalam anggota
kongres. Dolly Salim merupakan perwakilan organisasi kepanduan Nationaal Indonesische
Padvinderij (Natipij) atau Gerakan Kepanduan berasas Islam-Nasionalis. Organisasi
Natipij berada di bawah naungan Persatuan Pemuda Islam atau Jong Islamieten Bond (JIB)
yang saat itu penasehatnya adalah ayah Dolly Salim yakni Agus Salim.
Peran dalam Kongres Pemuda
Menjelang akhir acara, kongres ditutup dengan memperdengarkan lagu Indonesia Raya karya 
Wage Rudolf Supratman .Para peserta cukup senang dengan lagu itu dan meminta dinyanyikan lagi. Dolly Salim
terpilih untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dia melafalkan lirik lagu itu di luar kepala dengan sedikit
perubahan yaitu lirik “Merdeka…Merdeka” diubah menjadi "Mulia...Mulia". Hal ini karena adanya ancaman
represi dari pemerintah kolonial Belanda menyebabkan W.R. Supratman harus menggubah lirik asli yang
mencantumkan kata “merdeka.” W.R. Soepratman mengatakan:
“Saudara-saudara, lagu ini kita ucapkan dengan perkataan mulia, walau kita tahu sama tahu soal ini.” Usai
Dolly menyanyikan Lagu Indonesia Raya, tepuk tangan menggemuruh memenuhi gedung yang bersejarah itu.

Sejak itu, nama Dolly disebut-sebut sebagai penyanyi pertama lagu Indonesia Raya.Sejak itu pula,
pembukaan ataupun penutupan setiap kongres selalu menyanyikan lagu ini. Sesudah Indonesia merdeka, lagu
Indonesia Raya dijadikan lagu Kebangsaan Negara Indonesia. Sejak menyanyikan lagu itu pula, Dolly Salim
disebut-sebut sebagai tokoh wanita yang memiliki peran penting pada Kongres Pemuda II.
Thanks!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icon by Flaticon, and infographics & images from Freepik

Anda mungkin juga menyukai