Anda di halaman 1dari 3

Biografi W.R.

Soepratman

Biografi dan Profil W.R Supratman


Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama 3 tahun, kemudian
melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20
tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat
ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari
Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu
tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik
kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa
tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan
dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah
Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Singkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan
pulang ke Makassar lagi. Roekijem, sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik.
Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga
senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main
musik dan membaca-baca buku musik
Menciptakan Lagu Indonesia Raya
W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak mempunyai anak angkat. Sewaktu tinggal di
Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem

van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika
tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul.
Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik
Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai
menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu
melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober
1928, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan
peserta umum (secara intrumental dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan
kodisi dan situasi pada waktu itu, lihat Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk
pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang
hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan
nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya
selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak
untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang
persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat
menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Akibat menciptakan lagu Indonesia
Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena
lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap
ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong Malang
- Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17
Agustus 1938 karena sakit.

Naskah asli lagu Indonesia Raya

Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati saat menjadi presiden RI,
diresmikan sebagai Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih
diperdebatkan, karena ada pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada
tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pendapat ini selain didukung keluarga Soepratman
dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri Purworejo pada 29 Maret 2007.

Anda mungkin juga menyukai