Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK PPKN

JL. Benda Barat XIV Ujung, Pamulang Dua, Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan 15416

Telp: 021-29051187, Website: smpn18tangsel.sch.id, Email: smpn18tangerangselatan@gmail.com

Nama Anggota:
1. Chiquita Mariani Syahputri Baron
2. Maria Gloria Oktyana Sitorus
3. Muhammad Nopal
4. Rily Agis Zahra
5. Surya Kencana
Memaknai Semangat Perjuangan Pemuda dalam
Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia
Peserta dan panitia kongres pemuda II, diantaranya : Soegondo Djojopoespito
(PPPI), R. M Djoko Marsaid (Jong Java), Moehammad Yamin (Jong Sumateranen
Bond), Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond), Djohan Moehammad Tjai (Jong
Islamieten Bond), R.Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia), Senduk (Jong
Celebes), Johanes Leimena (Jong Ambon), dan Rochjani Soe’oed (Pemoeda
Kaoem Betawi).

Sejarah mencatat organisasi pergerakan nasional pertama, yaitu Boedi Oetomo,


didirikan oleh mahasiswa Stovia di Batavia.

Berawal dari aktivis Perhimpuan Pelajar di negeri Belanda dan klub belajar yang
dipimpin Soekarno di Bandung, dibentuklah Partai Nasional Indonesia. Partai
Nasional Indonesia (PNI) didirikan pada tahun 1927. Digawangi oleh tokoh-tokoh
besar seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH,
Budiarto SH, dan Dr. Samsi.

Tahun 1927, PNI membentuk sebuah badan koordinasi dari berbagai macam
aliran untuk melawan penjajahan. Badan tersebut diberi nama PPPKI atau
Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia. Selanjutnya, pada tahun
1929, PNI melakukan kongres dan mencetuskan cita-cita sosialisme dan semangat
nonkooperasi. Pemerintah Belanda menangkap para pemimpin PNI, yakni Ir.
Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Kemudian, keempat tokoh
tersebut disidangkan di pengadilan Bandung pada tahun 1930.

Dalam persidangan itu, Ir. Soekarno mengajukan pembelaan dengan


menyampaikan pidato yang berjudul “Indonesia Menggugat”. Hakim pada saat itu
adalah Mr. Dr. R. Siegembeek van Hoekelen. Pembela para tokoh Indonesia adalah
Sartono, Sastromuljono, dan Idik Prawiradiputra. Namun, karena lemahnya posisi
bangsa Indonesia pada saat itu, keempat tokoh itu dinyatakan bersalah dan
dijatuhkan hukuman pidana kepada Ir. Soekarno dengan 4 tahun penjara, Maskun 2
tahun penjara, Gatot M 1 tahun 8 bulan penjara, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan
penjara.
1. Wage Rudolf Supratman

Wage Rudolf Supratman lahir pada tanggal 19 Maret 1903, di Purworejo, dan
wafat pada tanggal 17 Agustus 1938. Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh
dari sembilan bersaudara. Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo,
seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Pada tahun 1914,
Soepratman ikut bersama kakak sulungnya ke Makassar. Di sana ia disekolahkan
dan dibiayai oleh suami kakak sulungnya.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu
melanjutkan ke Normaalschool di Makassar. Ketika berumur 20 tahun, ia
menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein
Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang.
Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di
harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Kemudian, ia mulai tertarik pada pergerakan
nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang
terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam
buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti
dan pulang ke Makassar lagi.
Wage Rudolf Supratman merupakan sosok penting dalam peristiwa Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat penutupan Kongres Pemuda II di
Gedung Indonesische Clubhuis. Supratman memainkan lagu ciptaannya berjudul
”Indonesia Raya” melalui gesekan biola. Semua peserta kongres yang hadir
menyambut dengan luar biasa serta memberikan ucapan selamat. Hingga saat ini,
lagu ciptaan Supratman berjudul ”Indonesia Raya” menjadi lagu kebangsaan negara
Indonesia.
2. Chairil Anwar

Chairil Anwar adalah penyair Angkatan ‘45 yang terkenal dengan puisinya yang
berjudul ”Aku”. Berkat puisinya itu, ia memiliki julukan ‘Si Binatang Jalang’. Chairil
lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia adalah putra mantan Bupati Indragiri,Riau. Ia
bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang kemudian dilanjutkan di
MULO, tetapi tidak sampai tamat. Walaupun latar belakang pendidikannya terbatas,
Chairil menguasai tiga bahasa, yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia mulai
mengenal dunia sastra di usia 19 tahun. Namanya mulai dikenal ketika tulisannya
dimuat di Majalah Nisan pada Tahun 1942. Ia merupakan anak satu-satunya dari
pasangan Toeloes dan Saleha.
Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya
pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) di mana ia berkenalan dengan dunia sastra. Ia
juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional
ternama.
Chairil Anwar menciptakan karya yang sangat terkenal bahkan sampai saat ini
seperti ”Krawang Bekasi” dan ”Aku”. Belum genap 27 tahun, Chairil meninggal
dunia. Walaupun hidupnya di dunia sangat singkat, Chairil Anwar dan karya-
karyanya sangat melekat pada dunia sastra Indonesia. Karya-karya Chairil juga
banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Sebagai tanda penghormatan,
dibangun patung dada Chairil Anwar di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai