Anda di halaman 1dari 12

Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah


Pendidikan Multikultural
Untuk Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Murniati Agustian*

Abstract: This reasearch aims to develop a model of multicultural education. The results
of this reasearchs is the design of learning activities in the classroom. By using the media
video in the above activity with make the student more inter¬ested because it matchs with
the situation of students, so it helps the students understand the material. The tools of evalu-
ation is relevant to the material, so then the students will able to think critically and reflec-
tively. Self-learning moduls developed more easily to be understood, and the activities of
self-learning are designed for more easily to be followed by students, so the objectives will
be achieved successfully. The guidance of lecturers is made to help the lecturers implement
multicultural education in the classroom.

Keywords: model development, multicultural education, self-learning materials, learning


activities, video media

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran mata kuliah
pendidikan multikultural. Hasil dari penelitian ini adalah berupa kegiatan pembelajaran
di dalam kelas yang menjadi lebih menarik, sistematis, dan maha-siswa lebih mudah untuk
memahaminya. Penggunaan media video dalam kegiatan di atas menjadi lebih menarik
bagi mahasiswa karena sesuai dengan situasi yang dihadapinya, sehingga lebih mudah
untuk memahami materi. Alat evaluasi relevan dengan materi, se¬hingga mahasiswa dapat
berpikir kritis dan reflektif. Modul yang dikembangkan mudah dipahami, dan kegiatan pem-
belajaran mandiri yang terdapat dalam modul dapat diikuti sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Panduan dosen yang dibuat sangat membantu dosen dalam mengimplementasi-
kan pendidikan multikultural di kelas.

Kata kunci: pengembangan model, pendidikan multikultural, bahan belajar mandiri, keg-
iatan pembelajaran, media video

PENDAHULUAN digunakan (http://id.wikipedia.org). Masyarakat


Indonesia menganut enam agama yang diakui oleh
Indonesia terkenal dengan keragaman suku pemerintah yaitu Islam (87,18%), Kristen (6,96%),
bangsanya dan merupakan negara kepulauan terbesar Katolik (2,91%), Hindu (1,69%), Budha (0,72), dan
di dunia dengan jumlah 13.466 pulau yang terbentang Khonghucu (0,05%), sementara sebagian masyarakat
dari Sabang sampai Merauke (Badan Informasi masih ada yang menganut keyakinan lain seperti
Geospasial, 2013). Jumlah penduduk Indonesia 237 Sunda Wiwitan dan Kejawen.
juta jiwa yang terdiri dari 1.340 suku bangsa dari Keragaman bangsa Indonesia sangatlah indah
31 kelompok suku yang ada di Indonesia (http:// sehingga mendapat julukan seperti Ratna Mutu
www.bps.go.id), memiliki bahasa daerah terbanyak, Manikam, dan Zamrut Khatulistiwa. Selain indah
yaitu 748 bahasa ibu dari 67 bahasa induk yang dan dapat dibanggakan keragaman Indonesia juga

* Murniati Agustian, FKIP, Unika Atma Jaya, DKI Jakarta. Email: murniatia.agustian@atmajaya.ac.id

105

4_murniati.indd 105 18/10/2015 1:13:12


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

potensial terjadinya konflik. Dari beberapa konflik mana mengembangkan model pembelajaran mata
yang terjadi terlihat bahwa masyarakat tidak kuliah pendidikan multikultural untuk mahasiswa
berpikir kritis dalam me-nyelesaikan masalah. Sikap PGSD dalam menjawab permasalahan masyarakat
tertutup dan saling curiga antaragama, antarbudaya, Indonesia yang beragam?; (2) Bagaimana strategi
antarkelompok sosial, antarpribadi menjadi potensi pembelajaran yang cocok dengan nilai-nilai
menimbulkan konflik. Kegiatan yang dijalankan pendidikan multikultural?; (3) Bahan belajar seperti
oleh suatu agama, budaya, kelompok lain dianggap apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa dan dosen?;
sebagai sebuah ancaman bagi yang lain. Rendahnya (4) Media apa yang cocok untuk diguna-kan pada
penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, mata kuliah pendidikan multikultural?; (5) Pedoman
dangkalnya pemahaman keagamaan, dan kurangnya seperti apa yang dibutuhkan dosen?
apresiasi terhadap kearifan budaya lokal juga memicu Penelitian ini bertujuan: (1) Mengembangkan
konflik dan kekerasan. model pembelajaran mata kuliah pendidikan
Pendidikan multikultural merupakan salah satu multikultural yang ditujukan untuk mahasiswa PGSD;
cara yang dapat meminimalkan konflik. Amerika (2) Mengembangkan strategi pembelajaran yang
Serikat, Jerman, Kanada, Australia, Inggris, Afrika cocok dengan nilai-nilai pen-didikan multicultural;
Selatan, Malaysia, Taiwan dan beberapa negara (3) Mengembangkan ba-han belajar yang dibutuhkan
lainnya merupakan negara yang sudah menjalankan oleh mahasiswa; (4) Mengembangkan media yang
pendidikan multikultural dan sampai sekarang cocok untuk mata kuliah pendidikan multicultural;
masih berjalan. Dalam melaksanakan pendidikan (5) Mengembangkan buku pedoman dosen.
multikultural, negara mengatur dengan kebijakan- Teori yang melandasi pengembangan model ini
kebijakannya. Misalnya semua lembaga yang adalah konsep pengembangan model instruksional
menghasilkan guru mendapat mata kuliah pendidikan dan konsep pendidikan multikultural. Pengembangan
multikultural. Seperti di Taiwan, sejak tahun 1990an instruksional yang telah banyak didefinisikan oleh
pendidikan multikultural telah menjadi populer pakar di bidang teknologi pendidikan. Reigeluth dan
dalam program pendidikan guru di perguruan tinggi Carr-Chellman (2009: 8) mengatakan “instructional
(Liu & Lin, 2011: 162). design theory is a set of design theories that pertain to
Di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, various aspects of instruction”. Mereka menekankan
pada program studi pendidikan guru sekolah dasar bahwa teori desain instruksional berhu-bungan
(PGSD) ada mata kuliah pendidikan multikultural. dengan berbagai aspek teori instruk-sional seperti:
Pengalaman peneliti dan rekan dosen ketika mengajar peristiwa instruksional atau pro-gram instruksional
mata kuliah ini, kami merasa bahwa pembelajaran atau produk instruksional, analisis instruksional,
banyak bersifat kognitif. Bagaimana menerapkan perencanaan instruksional, pengembangan
pendidikan multikultural sedikit sekali dibahas. instruksional, implementasi instruksional, dan
Kegiatan pembelajaran lebih banyak membahas evaluasi instruksional.
buku tetapi sikap yang harus dikembangkan sedikit Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992: 20),
sekali dibahas, kecuali toleransi. Pendidikan “Instructional system design is the systematic process
multikultural membutuhkan guru yang punya visi of planning instructional system, and instructional
ke depan, visi membangun anak bangsa yang bisa development is the process of implementing the plans”.
menghargai keragaman budaya, agama, dan sudut Mereka memberikan penekanan bahwa desain sistem
pandang setiap anak bangsa. Permasalahan di atas intruksional adalah proses yang sistematis tentang
yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian perencanaan instruksional dan pengembangan
pengembangan model pendidikan multikultural untuk instruksional adalah proses implementasi dari
mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah perencanaan.
dasar (PGSD). Dengan penelitian ini, diharapkan akan Caladine (2011: 6-7), mengatakan, Instructional
melahirkan sebuah model pendidikan multikultural Design: The process of is concerned with the
yang dibutuhkan oleh mahasiswa, dosen dan lembaga planning, design, development, imple-mentation, and
tempat mereka bekerja sehingga damai dan harmoni evaluation of instructional activities or events and
dalam keragaman dapat diwujudkan. the purpose of the discipline is to build knowledge
Rumusan masalahnya adalah: (1) Bagai- about the steps for the development of instruction”.

106

4_murniati.indd 106 18/10/2015 1:13:12


Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

Definisi ini menjelaskan bahwa desain instruksional Branch (2009:2), filosofi pendidikan untuk aplikasi
merupakan suatu proses yang berkaitan dengan model ADDIE adalah bahwa pembelajaran harus
perencanaan, desain, pengembangan, implementasi disengaja menjadi berpusat pada siswa, inovatif,
dan evaluasi kegiatan pembelajaran atau peristiwa. otentik, dan inspirasional.
Banathy dalam Reiser dan Dempsey (2011: Dick, Carey and Carey (2009: 1-2)
8), mengatakan, “instructional design is a system of mengembangkan dengan 10 langkah, yaitu: 1)
procedures for developing education and training mengidentifikasi tujuan instruksional umum; 2)
curricula in a consistent and reliable fashion, a system melakukan analisis instruksional; 3) menganalisis
is an integrated set of element that interact with peserta didik dan konteks; 4) menulis tujuan
each other. Definisi ini menyebutkan bahwa desain kinerja; 5) mengembangkan butir tes acuan patokan;
instruksional merupakan suatu sistem, prosedur 6) mengembangkan strategi instruksional; 7)
untuk mengembangkan kurikulum pendidikan dan mengembangkan dan memilih bahan instruksional;
pelatihan secara konsisten dan dapat diandalkan. 8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif; 9)
Association for Educational Communications merevisi kegiatan instruksional; 10) mendesain dan
& Technology (AECT) seperti yang dikutip Miarso melaksanakan evaluasi sumatif.
(1989: 68) merumuskan pengertian pengembangan Dalam menerapkan pengembangan model,
instruksional sebagai suatu pendekatan sistematis sulit bagi seseorang untuk memilih model mana
dalam desain, produksi, evaluasi, dan memanfaatkan yang terbaik. Seorang pengembang dimungkinkan
sistem instruksional yang lengkap, meliputi semua untuk memilih salah satu model dan memodifikasi
komponen sistem yang tepat dengan suatu pola sesuai dengan kebutuhannya. Pengembangan model
manajemen untuk menggunakannya. pendidikan multikultural ini memodifikasi Model
Beberapa model pengembangan instruksional Pengembangan Instruksional (MPI) yang sangat
yang populer diantaranya adalah model IDI dipengaruhi oleh Dick and Carey dengan alasan,
(Instructional Development Institute) dikembangkan model ini lebih mudah diimplemetasikan karena
oleh University Consortium for Instructional sesuai dengan sistem pendidikan di Indonesia.
Development and Technology (UCIDT) pada tahun Pendidikan multikultural telah didefinisikan
1971 (Miarso, 1989: 88-89). Model ini dikembangkan dalam banyak pandangan dan banyak latar belakang
dengan tiga tahap yaitu tahap perumusan, tahap bidang keilmuan seperti antropologi, sosiologi,
pengembangan, dan tahap penilaian. filsafat, dan psikologi. James A. Banks (2010: 3)
Pada tahun 1980, Gerlach dan Ely mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai:
mengembangkan model yang berorientasi kelas, Multicultural education is an idea, an
disebut A systematic approach to instruction educational reform movement, and a process
(Miarso, 1989: 78). Model ini terdiri dari sepuluh whose major goal is to change the structure of
langkah yaitu: 1) Spesifikasi tujuan. 2) Seleksi educational institutions so that male and female
konten. 3) Mengetahui kemampuan awal siswa. students, exceptional students, and students who are
4) Pemilihan strategi. 5) Pengorganisasian siswa members of diverse racial, ethnic, language, and
ke dalam kelompok. 6) Alokasi waktu. 7) Alokasi cultural groups will have an equal chance to achieve
tempat belajar. 8) Pemilihan sumber-sumber belajar. academically in school.
9) Evaluasi perbuatan. 10) Analisis umpan balik. Ada tiga hal yang ditekan oleh Banks dalam
Smaldino, Lowther, Russel (2011: 110), definisinya tentang pendidikan multikul-tural
menyusun model prosedural yang disingkat dan yaitu, sebuah gagasan atau konsep, sebuah gerakan
dikenal dengan model ASSURE. Model ASSURE reformasi pendidikan, dan sebuah proses.
memastikan pembelajaran menjadi efektif dengan Nagai dalam DomNwachukwu (2010: 48)
langkah, analyze learners, states objectives, select mengatakan, “Multicultural education as an
methods, utilize media and materials, require learner educational process or strategy involving more
participation, dan evaluate and revise. than one culture, as defined by national, linguistic,
ADDIE adalah singkatan dari Analysis, Design, ethnic, or racial criteria. It is seen as an attempt to
Development, Implementation, dan Evaluation, create awareness and tolerance between cultures and
merupakan konsep pengembangan produk. Menurut related worldviews”. Definisi ini dipandang sebagai

107

4_murniati.indd 107 18/10/2015 1:13:13


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

upaya untuk menciptakan kesadaran dan toleransi (2) analisis instruksional; (3) identifikasi perilaku dan
antar budaya dan relasi dunia. karakteristik awal. Tahap pengembangan, terdiri dari
Multicultural Education encompasses empat langkah yaitu: (1) menulis tujuan instruksional
educational policies and practices that attempt to khusus; (2) menyusun alat penilaian; (3) menyusun
affirm cultural pluralism across differences in gender, strategi instruksional; (4) mengembangkan bahan
ability, class, race, sexuality, and so forth, kata instruksional. Tahap mengevaluasi dan merevisi
Leistyana (2002: 12). Definisi ini menegaskan bahwa yaitu: menyusun dan melaksanakan evaluasi formatif
Pendidikan Multikultural itu merupakan kebijakan yang termasuk di dalamnya kegiatan merevisi. Hasil
dan praktik pendidikan yang berusaha menegaskan akhirnya adalah sistem instruksional yang siap pakai.
pluralisme budaya, perbedaan jenis kelamin, ras, Tahapan pengembangan model MPI disajikan pada
kelas ekonomi dan sosial, dan sebagainya. Gambar 1.
Menurut Tilaar (2004: 104) pendidikan
multikultural merupakan sebuah ikhtiar untuk
mengurangi gesekan-gesekan atau ketegangan-
ketegangan yang diakibatkan oleh perbedaan-
perbedaan dalam masyarakat. Pendidikan
multikultural merupakan upaya mereduksi berbagai
jenis prasangka sosial yang secara potensial hidup
dalam masyarakat pluralis.
Suparlan mengatakan, cita-cita reformasi
Indonesia untuk membangun Indonesia Baru adalah
sebuah masyarakat multikultural Indonesia yang
bercorak keanekaragaman kebudayaan yang ada
dalam masyarakat Indonesia. Acuan utama bagi
terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural
adalah multikul-turalisme yaitu sebuah ideologi yang Gambar1. Model MPI yang dimodifikasi
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam Penelitian ini dilaksanakan di program studi
kesederajatan, baik secara individual maupun secara PGSD Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
kebudayaan (http://anthropology.fisip.ui.ac.id/). (selanjutnya Unika Atma Jaya), dan Universitas
Dalam konteks pendidikan Islam, Naim dan Sauqi Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (selanjutnya
(2010: 191) menggunakan Pendidikan pluralis- UHAMKA). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
multikultural yaitu pendidikan yang memberikan Februari 2013 sampai dengan November 2013.
penekanan terhadap proses penanaman cara hidup Penelitian ini menggunakan pendekatan
yang saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan
keanekaragaman budaya yang hidup di tengah- adalah wawancara mendalam, diskusi kelompok
tengah masyarakat dengan tingkat pluralistas yang terfokus, dan pertanyaan reflektif dalam bentuk
tinggi. Dengan pendidikan pluralis-multikultural essay. Informan yang terlibat sebanyak 112 orang
diharapkan akan lahir kesadaran dan pemahaman yang tersebar pada setiap tahap penelitian yaitu
secara luas yang diwujudkan dalam sikap toleran, penelitian awal 38 orang, dan empat tahap evaluasi
bukan sikap yang kaku, ekslusif dan menafikan formatif 74 orang. Keabsahan data dilakukan
eksistensi kelompok lain maupun mereka yang melalui teknik triangulasi baik sumber maupun
berbeda, apapun bentuk perbedaannya. metode, pengecekan teman sejawat dan ketekunan
pengamatan yang dibantu alat rekam. Peneliti juga
METODE PENELITIAN melakukan konfirmasi hasil wawancara atau FGD
Penelitian ini merupakan Penelitian dan kepada informan. Analisis data dilakukan dengan
Pengembangan (R & D) dengan modifikasi model siklus interpretasi yaitu interpretasi dilakukan mulai
MPI (2011: 116) yang terdiri dari tiga tahap yaitu: dari pengumpulan data, koding data, kategori data,
tahap penelitian awal dan menulis TIU diuraikan menyaring data sampai menemukan gambaran utuh
menjadi tiga langkah yaitu: (1) identifikasi masalah; hasil suatu penelitian.

108

4_murniati.indd 108 18/10/2015 1:13:13


Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

Tahap awal kegiatan adalah penelitian awal Tahap kedua adalah pengembangan,
dan menulis tujuan akhir pembelajaran mata kuliah berdasarkan jabaran dari perilaku khusus, dirumuskan
pendidikan multikultural. Tujuan penelitian awal TIK. Dalam merumuskan TIK menggunakan
ini untuk mendeskripsikan masalah dan kebutuhan unsur-unsur ABC yaitu Audience; Behavior; dan
akan pendidikan multikultural sehingga terlihat Condition. Alat penilaian disusun berdasarkan
kesenjangan antara kuliah yang telah berjalan TIK. Pada pendidikan multikultural tujuan banyak
selama ini dengan situasi dan kebutuhan ke depan. dalam domain afektif, alat evaluasi yang peneliti
Berdasarkan kebutuhan inilah dikembangkan model kembangkan berbentuk essay. Refleksi diri selalu ada
pendidikan multikultural sehingga pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajaran.
dapat lebih bermakna dan mencapai tujuan yang Berdasarkan penelitian awal dan TIK yang sudah
sesungguhnya. Informan pada langkah ini berjumlah disusun, dibuat grand desain mata kuliah pendidikan
30 orang yang berasal dari Unika Atma Jaya dan multikultural yaitu, pertemuan I pengenalan secara
UHAMKA dengan rincian sebagai berikut, 3 orang keseluruhan tentang mata kuliah. Pertemuan II
dosen, 2 orang Kaprodi PGSD, 2 orang pimpinan mahasiswa belajar mandiri dalam kelompok untuk
FKIP, 1 orang ahli materi, 1 orang pengguna lulusan mempersiapkan presentasi. Pertemuan III, presentasi
yaitu Kepala Sekolah Dasar Ananda Bekasi, 1 orang kelompok dalam seminar kelas. Pertemuan IV –
lulusan FGSD Unika Atma Jaya, 10 orang mahasiswa VIII dilakukan dengan tatap muka yang membahas
PGSD Unika Atma Jaya; dan 10 orang mahasiswa tentang: identitas, keterbukaan, penghargaan
PGSD UHAMKA. terhadap diri sendiri, menghargai perbedaan, konflik,
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada berpikir kritis, asertif, dan menghargai kearifan
penelitian awal ini adalah: (1) Wawancara dengan lokal. Pertemuan IX mahasiswa belajar mandiri
dosen, Kaprodi, Dekan FKIP UHAMKA, Wadek untuk menyelesaikan RPP yang dibuat secara
I FKIP Unika Atma Jaya, ahli materi, ahli desain kelompok. Pertemuan X, XI, XII, XIII dan XIV
instruksional, ahli media, kepala sekolah, dan lulusan mahasiswa melakukan simulasi implementasi RPP
FGSD Unika Atma Jaya; (2) Diskusi kelompok dimana teman sekelas menjadi peserta didik tingkat
terfokus dengan mahasiswa PGSD Unika Atma Jaya SD. Setiap akhir penampilan kelompok dilakukan
dan UHAMKA. pembahasan yang dipimpin oleh dosen. Berdasarkan
Dari identifikasi kebutuhan diperoleh data grand desain, disusunlah strategi instruksional.
tentang kebutuhan akan mata kuliah pendidikan Berdasarkan strategi instruksional, maka produk
multikultutral. Hasil akhir kegiatan ini adalah rumusan yang dikembangkan adalah: bahan belajar mandiri,
tujuan instruksional umum yang sesuai dengan media video dan panduan dosen.
kebutuhan saat ini. Langkah berikutnya adalah analisis Langkah berikutnya adalah menulis bahan
instruksional yaitu untuk mengidentifikasi perilaku- instruksional dalam bentuk bahan belajar mandiri
perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku dengan memperhatikan kaidah-kaidah penulisan
umum secara lebih rinci. Peneliti menyusun perilaku- yang terdiri dari lima bab. Mengembangkan media
perilaku khusus secara logis dan sistematis agar dosen dalam bentuk media audio visual dengan format
mendapat gambaran bahwa TIU dapat dicapai secara video. Video pertama berjudul Sepakat untuk Tidak
efektif dan efisien. Peneliti memvisualkan perilaku Sependapat, video kedua berjudul Versus, dan video
khusus dengan bagan dan mendiskusikan dengan ahli ketiga berjudul Baduy.
materi dan ahli desain instruksional. Pembuatan media video melibatkan staf Studio
Langkah selanjutnya mengidentifikasi perilaku Teknologi Pendidikan Unika Atma Jaya sebagai tim
dan karakteristik awal mahasiswa. Responden pada produksi, mahasiswa menulis naskah, dosen mata
langkah ini adalah 60 orang mahasiswa yang terdiri kuliah multikulturalisme sebagai ahli materi dan
dari 30 orang mahasiswa PGSD Unika Atma Jaya peneliti sebagai sutradara. Langkah beikutnya adalah
dan 30 orang mahasiswa UHAMKA. Pengumpulan menyusun panduan untuk dosen berdasarkan strategi
data dilakukan dengan memberikan tes yang sudah instruksional yang sudah dikembangkan beserta
didiskusikan dengan ahli materi dan dosen yang media power point untuk membantu dosen dalam
terlibat, menurut ahli materi tiga pertanyaan sudah kelas.
cukup. Terakhir adalah tahap evaluasi formatif yaitu

109

4_murniati.indd 109 18/10/2015 1:13:13


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

proses menyediakan dan menggunakan informasi orang yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok
yang dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk untuk evaluasi bahan belajar mandiri 10 orang dan
meningkatkan kualitas bahan belajar yang dibuat. kelompok untuk kegiatan pembelajaran di kelas 9
Tujuan evaluasi adalah memperbaiki bahan belajar orang dengan 1 orang dosen. Mereka merupakan
dan kegiatan pembelajaran yang dirancang. Informan gabungan mahasiswa Atma Jaya dan UHAMKA.
pada tahap evaluasi ini adalah: ahli materi, ahli Tujuannya adalah untuk mendapatkan umpan balik
pengembang instruksional, ahli media, ahli desain tentang bahan instruksional yang digunakan serta
grafis, ahli bahasa, mahasiswa, dan dosen pengampu. kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Proses yang
Informan akan disesuaikan pada setiap tahap evaluasi. dilakukan pada tahap ini adalah, peneliti menjelaskan
Evaluasi terdiri dari empat tahap yaitu: review ahli, kepada dosen dan mahasiswa tentang tujuan
evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil, dan uji pertemuan hari ini yaitu ingin mendapatkan umpan
coba lapangan. balik dari kegiatan instruksional. Khusus kepada
Review oleh ahli bertujuan untuk meli-hat dosen yaitu tentang kesulitan menggunakan panduan
pendapat ahli tentang ketepatan isi atau materi produk yang dibuat.
instruksional dan kualitas produk. Ahli yang terlibat Dosen dan mahasiswa melakukan kegiatan
pada langkah ini adalah HAR Tilaar sebagai ahli instruksional sesuai dengan panduan dan direkam
materi, Robinson Situmorang dan Widyo Nugroho dengan audio visual untuk dianalisis. Observer
sebagai ahli desain instruksional dan ahli media, melakukan observasi kegiatan instruksional
Sudarti sebagai ahli bahasa, Margaretta Dwi Susanti bersadarkan buku panduan yang sudah dibuat,
sebagai ahli desain grafis, Yovi Bathesta sebagai ahli sehingga terlihat apakah dosen mengikuti panduan
instrumen . dengan sesungguhnya. Setelah kegiatan berakhir,
Proses pengumpulan data dilakukan dengan peneliti mengumpulkan data dengan diskusi
langkah-langkah sebagai berikut, menjelaskan kelompok terfokus kepada semua mahasiswa dan
kepada para ahli tentang proses yang telah dilakukan wawancara mendalam dengan dosen pengampu.
dalam pengembangan bahan instruksional. Meminta Pada kelompok bahan belajar mandiri, peneliti
komentar ahli tentang kualitas bahan instruksional meminta mahasiswa mengikuti semua petunjuk yang
sesuai dengan keahlian masing-masing. Hasil tahap ada di dalam bahan. Setelah itu peneliti melakukan
ini dipakai sebagai dasar melakukan revisi untuk wawancara. Hasil tahap ini dipakai sebagai dasar
digunakan pada tahap evaluasi satu-satu. melakukan revisi kegiatan instruksional, dan buku
Evaluasi satu-satu bertujuan mengidentifikasi panduan dosen yang digunakan pada ujicoba
dan mengurangi kesalahan yang secara nyata terdapat lapangan serta merevisi bahan belajar mandiri.
dalam bahan instruksional. Informan evaluasi satu- Uji Coba Lapangan
satu ada enam orang mahasiswa yang mempunyai Tahap akhir evaluasi formatif ini adalah tahap
kompetensi rendah dan diatas. Proses evaluasi adalah, uji coba lapangan. Peneliti melakukan uji coba pada
peneliti menjelaskan maksud evaluasi yaitu ingin tiga kelompok belajar mahasiswa yaitu dua kelompok
mendapatkan komentar mahasiswa tentang bahan belajar di Unika Atma Jaya, dan satu kelompok
ajar yang telah selesai dikembangkan. Mahasiswa di UHAMKA. Rencana semula masing-masing
yang terlibat dalam tahap ini dikondisikan untuk Universitas satu kelas, dalam pelaksanaannya setelah
belajar mandiri. Mereka duduk berpencar dan belajar implementasi pertemuan pertama, dosen pengampu
dengan bahan masing-masing. Mereka diminta untuk di Unika Atma Jaya meminta kalau kelas B juga
mengikuti semua petunjuk yang ditulis di dalam diberikan model yang sama.
bahan. Waktu tidak ditentukan dalam arti akan Tujuan evaluasi tahap ini untuk mengidentifikasi
melihat realitas berapa waktu yang dibutuhkan oleh kekurangan produk instruksional bila digunakan
seorang mahasiswa bila belajar mandiri. Setelah dengan kondisi yang mirip dengan kondisi pada saat
selesai belajar mereka langsung diwawancarai produk digunakan dalam kelas yang sebenarnya.
bersama. Komentar dari keenam responden dijadikan Proses uji coba dilakukan dengan menjelaskan
sebagai dasar untuk melakukan perbaikan untuk kepada dosen agar mengikuti strategi instruksional
bahan ujicoba kelompok kecil. yang telah dirancang sesuai dengan panduan dosen.
Evaluasi kelompok kecil melibatkan 20 Peneliti menjelaskan kepada mahasiswa tujuan

110

4_murniati.indd 110 18/10/2015 1:13:13


Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

kegiatan ini adalah ingin mendapatkan umpan balik (assertif), dan menghargai kearifan lokal. Metode
dari produk dan kegiatan instruksional yang telah yang digunakan ceramah, diskusi, presentasi, role
dikembangkan. play, dan simulasi. Media yang digunakan media
Dosen dan mahasiswa melakukan kegiatan video.
instruksional pada masing-masing kelas di Unika Atma Penelitian dengan tema sejenis yaitu pendidikan
Jaya dan UHAMKA. Di Unika Atma Jaya, kegiatan multikultural tetapi di dalam mata kuliah Pendidikan
dilakukan sesuai dengan jadwal riil perkuliahan. Ada Kewarganegaraan (PKn) yang dilakukan oleh Nurul
enam kali pertemuan dengan 1 penugasan membuat Zuriah, mempunyai kesamaan masalah pada analisis
RPP dan implementasi. Di UHAMKA di lakukan kebutuhan yaitu pembelajaran dilakukan kurang
selama tiga hari, hari pertama untuk pertemuan menarik dan membosankan. Metode pembelajaran
pertama, hari kedua untuk pertemuan kedua, ketiga, yang ada selama ini cenderung kurang bervariasi
keempat dan kelima. Di akhir kegitan pertemuan dan kurang melibatkan mahasiswa (http://jurnal.
kelima, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa upi. edu). Mahasiswa umumnya kurang menyenangi
untuk membuat RPP untuk diimplementasikan pada perkuliahan PKn karena harus banyak menghafal
kari ketiga atau implementasi pertemuan keenam. dan banyak membaca; dan (5) Dosen PKn cenderung
Mahasiswa diminta untuk mengikuti semua belum siap mengajar secara kontekstual, kurang
kegiatan dan memberikan komentar yang leluasa enjoyfull learning (belajar dengan menyenangkan)
tentang proses instruksional. Untuk melihat dan masih berpola “textbookish”.
efektivitas, beberapa kegiatan instruksional Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian
diselenggarakan tes awal dan tes akhir seperti Nurul Zuriah adalah dalam menyelesaikan
identitas dan keterbukaan. Peneliti mengamati dan masalah. Nurul dengan Model Pengembangan PKn
mencatat proses instruksional berdasarkan buku Multikultural Berbasis Kearifan Lokal Di Perguruan
panduan dosen. Setiap akhir pertemuan dilakukan Tinggi menggunakan model pembelajaran inkuiri
diskusi dengan dosen yang menggunakan model sosial dituangkan dalam ikhtisar model dan panduan
untuk membahas kesulitan-kesulitan dosen. Diskusi pengembangan model pembelajaran. Peneliti
informal dilakukan dengan mahasiswa untuk melihat mengembangkan model pendidikan multikultural
bagaimana komentar mahasiswa secara umum atau untuk membangun sikap menghargai perbedaan
mengklarifikasi hasil pengamatan. dengan berbagai metode dan media, kearifan lokal
Akhir seluruh kegiatan peneliti memberikan merupakan salah satu topik dalam penelitian ini.
kuesioner kepada seluruh mahasiswa yang terlibat Hasil belajar mahasiswa memperlihat adanya
dan melakukan diskusi kelompok terfokus yang peningkatan dalam menghargai identitas dan
direkam dalan kaset audio dengan 10 mahasiswa di bersikap terbuka pada orang lain. Hasil tes awal
masing-masing universitas. Berdasarkan evaluasi terlihat bahwa mahasiswa cenderung masih tertutup,
formatif, dan revisi yang dilakukan pada setiap tahap, wilayah terbuka mereka hanya sebatas informasi
produk instruksional dan kegiatan pembelajaran umum tentang dirinya seperti nama, alamat, nomor
sudah siap untuk digunakan. telepon, pendidikan, agama, dan suku. Tidak ada
satupun mahasiswa yang menulis identitasnya dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN menceritakan tentang pemikirannya, nilai-nilainya
Hasil penelitian ini adalah, adanya model mata dan kekurangan dirinya. Bahkan ada mahasiswa
kuliah pendidikan multikultural untuk mahasiswa yang melihat dulu dengan siapa lawan bicaranya,
PGSD dengan rumusan TIU yang baru yang sesuai masih ada sekat dalam melihat orang lain.
dengan situasi dan kebutuhan mahasiswa sekarang Hasil tes akhir yang diberikan pada akhir
yaitu mahasiswa dapat berperilaku sesuai dengan pertemuan adalah, hampir semua mahasiswa
nilai-nilai pendidikan multikultural dan mampu mengatakan akan bersikap terbuka kepada orang
mentransformasikan kepada peserta didiknya lain. Dengan terbuka kita belajar dari orang lain dan
kelak. Sikap yang dikembangkan adalah mengenal berusaha memahami dan menghargai orang lain.
identitas, terbuka terhadap orang lain, meningkatkan Hanya 4 mahasiswa yang belum bisa terbuka karena
penghargaan pada diri (self esteem), menghargai sangat tergantung dengan siapa dia berhadapan,
perbedaan, mengelola konflik, berpikir kritis, tegas jadi masih ada sekat sosial. Semua mahasiswa juga

111

4_murniati.indd 111 18/10/2015 1:13:13


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

mengatakan bisa melakukan untuk peserta didiknya pengetahuan mereka sendiri. Seorang pengajar harus
kelak. Ada satu mahasiswa yang sudah mengajar menentukan di mana peserta didik membangun
mau melakukan mulai sekarang. pengetahuan dan bagaimana faktor sosial,
Untuk topik identitas, DomNwachukwu perkembangan dan pembelajarn dapat mempengaruhi
(2011:2) menekankan bahwa dalam pendidikan proses tersebut. Pembelajaran yang dirancang harus
multikultural bagaimanapun dibutuhkan bahwa orang melibatkan peserta didik secara aktif, memberikan
harus mengenal siapa dia, dan dia dalam kelompok pengalaman-pengalaman yang menguji pemikiran
budaya apa. Identitas perlu diketahui oleh orang mereka dan memaksa mereka menyusun ulang
lain, agar orang mengenal budaya lain selain dari keyakinan mereka. Konstruktivisme juga menggaris
budayanya, di sini penting sekali mengembangkan bawahi perhatian pada pembelajaran reflektif.
sikap terbuka. Identitas dan keterbukaan merupakan Pandangan konstruktivisme sosial dan kerja sama
jendela untuk mengenalkan keragaman. Pentingnya dengan teman sebaya adalah cara yang bermanfaat
keterbukaan dan kaitannya dengan identitas (Schunk, 2012: 329).
ditemukan pada hasil penelitian Rajab Ali, et.al yaitu Hasil tes awal tentang asertif, berpikir kritis dan
semakin kuat identitas etnik maka akan semakin menghargai perbedaan pendapat, memperlihatkan
tinggi prasangka, dan sebaliknya semakin lemah bahwa masih banyak mahasiswa yang agresif dalam
identitas etnik maka akan semakin rendah prasangka. menyikapi suatu permasalahan, mereka cenderung
Rajab et. el. menyarankan perlu adanya keterbukaan menuduh orang lain yang berbeda dengannya.
dan keseimbangan dalam interaksi mahasiswa Hasil tes akhir diakhir pertemuan terlihat
dalam lingkungan kampus sehingga yang tercipta bahwa semua mahasiswa mampu berpikir krits
adalah mahasiswa-mahasiswa yang berorientasi dengan menjelaskan mengapa orang berbeda
demokrasi bukan paham primordial. Penelitian Rajab pendapat. Mahasiswa siap untuk berbeda pendapat
et. el. dilatarbelakangi oleh konflik yang terjadi di dengan memberikan alasan mau belajar menghargai
lingkungan kampus (ejournal.undip.ac.id). pendapat orang yang berbeda. Semua mahasiswa
Metode yang cocok untuk identitas, keterbukaan juga mengatakan dapat melakukan kepada peserta
dan menghargai keragaman adalah metode induktif, didiknya kelak bila mereka sudah menjadi guru.
Suparman (2013: 261) mengatakan metode induksi Hasil tes awal dan tes akhir memperlihatkan
tepat digunakan untuk kompetensi yang berkaitan bahwa model ini efektif, hasil ini konsisten
dengan sikap dan perilaku. Kegiatan pembelajaran dengan cek silang pendapat mahasiswa tentang
yang dikembangkan baik di kelas maupun di dalam model pembelajaran pendidikan multikultural.
bahan belajar mandiri untuk topik identitas dan Secara keseluruhan mahasiswa mudah memahami
keterbukaan adalah kegiatan yang berpusat kepada pembelajaran yang telah dikembangkan. Beberapa
mahasiswa. Mahasiswa punya tugas mandiri, alasan mereka adalah selama ini mereka kuliah hanya
tampil ke depan untuk menceritakan identitasnya, dengan penjelasan atau presentasi hasil diskusi,
dan melakukan refleksi atas keragaman yang ada media yang digunakan juga sangat membantu untuk
dihadapannya. memahami materi.
Mahasiswa menyatakan bahwa kegiatan Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam
pembelajaran seperti ini menarik buat mereka model ini menarik bagi mahasiswa karena mereka
karena mereka terlibat dan mengalami, pernyataan mengalami langsung, kontekstual atau istilah
mahasiswa ini konsisten antara evaluasi kelompok mereka “ini ada di dunia nyata” dan kegiatan juga
kecil, uji coba lapangan dan belajar mandiri melalui meningkatkan percaya diri mahasiswa. Berikut
buku. Belajar melalui pengalaman ini di dukung kutipan pendapat mahasiswa.
oleh pendapat Ketoon dan Tate yang dikutip Beard “Menurut saya ini sangat bagus sekali karena
(2010:17) bahwa belajar melalui pengalaman kita cenderung susah untuk mengungkapan apa
dianggap sangat penting karena pengalaman sebagai adanya diri kita, tetapi dengan cara keterbukaan
dasar, dan stimulus untuk belajar. seperti itu kita belajar untuk mau mencoba
Metode induktif, belajar dengan pengalaman, mengatakan bahwa ini saya yang sebenarnya. Kita
refleksi diri, mengakomodasi teori belajar langsung kepada praktiknya itu sangat bagus sekali
konstruktivisme yaitu peserta didik membangun dibandingkan kita hanya menulis saja sedangkan

112

4_murniati.indd 112 18/10/2015 1:13:13


Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

dosennya pun takut atau kasian karena dia menjadi Ada mahasiswa yang mengalami kesulitan
malu dan itu menjadikan kita tidak berkembang.” dalam metode yang dirancang khususnya untuk
(FGD mahasiswa kelas A, Atma Jaya) pertemuan pertama mengenai identitas dan terakhir
“Menurut saya, dengan proses belajar yang tentang RPP dan implementasinya. Tetapi hampir
difokuskan pada setiap pribadi untuk mengenal semua mengatakan tidak mengalami kesulitan dengan
diri merupakan salah satu pelajaran yang sangat model yang dikembangkan, mereka yang mengalami
bagus dan sangat menarik dibandingkan dengan kesulitan memberikan alasan karena trauma dengan
pelajaran-pelajaran yang lain, ini sebagai dasar masa lalu dimana dia memperkenalkan diri di depan
dia mengenal dirinya sendiri dan sesamanya. kelas lalu menyebutkan nama orang tua malah menjadi
Dengan adanya pembelajaran multikultural seperti bahan ejekan teman-temannya sehingga membuat
itu yang fokus pada kepribadian dapat mengubah dia minder. Setelah mencoba terbuka, akhirnya rasa
dan meminimalkan sifat-sifat individual seperti percaya diri mahasiswa tersebut muncul.
stereotip, dan lain-lain.” (FGD mahasiswa kelas B Untuk membuat RPP, mereka yang mengalami
Atma Jaya) “Kalau menurut saya metode-metode kesulitan karena belum punya pengalaman
yang ibu kembangkan itu benar-benar merefleksikan mengajar, walaupun begitu mereka yang mengkiuti
kehidupan yang nyata, seperti diskusi video, bermain kegiatan pembelajaran ini sejak awal mendapat
peran, itu mencerminkan dunia nyata yang kita inspirasi bagaimana membuat pembelajaran yang
alami. Terus kami sebagai calon guru diminta menyenangkan.
untuk simulasi pembelajaran dari RPP yang kami Pertanyaan refleksi yang diberikan dinilai
buat tentang pendidikan multikultural itu sungguh relevan dengan materi oleh hampir semua mahasiswa
memberi inspirasi kepada kami bagaimana menjadi di kelas A. Mereka memberikan alasan bahwa
guru yang sesungguhnya. Jadi pendekatan student pertanyaan yang dibuat mengajak mereka untuk
center dimana siswa aktif 70% dan guru hanya 30% melihat kenyataan yang dihadapi. Mahasiswa juga
itu merupakan metode yang bagus untuk diterapkan.” menilai pertanyaan tersebut membuat kita bisa
(FGD mahasiswa UHAMKA) menyadari kekurangan kita. Berikut komentar
Hampir semua mahasiswa mengatakan bahwa mahasiswa. “Menurut saya relevan karena dengan
pembelajaran dirancang dengan sistematis, karena adanya pertanyaan refleksi tersebut dapat membuat
mulai dari awal sampai berakhir jelas urutannya, kita menjadi lebih sadar dengan apa yang kurang di
dan tujuan pembelajaran juga disampaikan. dalam diri kita masing-masing.”
Menurut mahasiswa, tujuan pembelajaran ini harus Model pembelajaran yang dikembangkan,
disampaikan di awal pembelajaran agar mereka menurut hampir semua mahasiswa dapat mencapai
termotivasi untuk belajar. Mereka membandingkan tujuan pembelajaran. Seperti video Baduy,
dengan beberapa mata kuliah dimana dosen tidak sebelumnya mereka menilai suku Baduy tersebut
pernah memberikan kontrak atau silabus, atau silabus primitif atau kolot, tetapi begitu mereka mengetahui
diberikan tetapi tidak sesuai dengan pelaksanaanya. kearifan lokal suku Baduy “panjang jangan dipotong
Berikut pernyataan mahasiswa. pendek jangan di sambung”, muncul rasa menghargai
“Menurut saya sangat sistematis dari awal terhadap suku Baduy. Berikut kutipan pernyataannya.
sampai berakhir dan memang mata kuliah seperti “Kalau menurut saya sih yang tadinya kita
ini sangat diharapkan sekali untuk kita jadi lebih mikir atau ngejudge dia kolot, primitif banget, gak
mengenal. Pembelajaran seperti ini sangat sesuai banget kayak orang kota seperti ini tapi dengan kita
dengan tujuannya dan kita menjadi lebih paham mempelajari dan dengan kita menonton filmnya juga
dengan maksud dan tujuan dari pembelajaran kita bisa lebih menghagai. Pas kita nonton mereka
tersebut.” (FGD Mahasiswa Atma Jaya) punya komitmen atau filosofi, kita lebih menghargai
“Tujuan pembelajaran harus dikatakan karena dengan adanya filosofi meraka juga.”
percuma juga kalau kita sudah belajar tetapi kita “ketika saya di Jakarta di putar film ini jadi
tidak tahu tujuannya dan dengan mengatakan tujuan luar biasa pembelajarannya lebih mendalam dan
pembelajaran diawal juga membuat kita menjadi filosofi itu bagi saya tersentuh sekali. Bisa di ambil
lebih semangat dan motivasi dalam belajar.” (FGD sebagai moto hidup.”
Mahasiswa Atma Jaya) Mengembangkan sikap mengelola konflik,

113

4_murniati.indd 113 18/10/2015 1:13:13


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

berpikir kritis, dan bersikap tegas (assertif) awal melihat bahwa mata kuliah pendidikan
menggunakan media video dan metode bermain multikultural ini perlu didesain ulang. Model yang
peran. Penggunaan video didukung oleh pendapat dihasilkan merupakan modifikasi model MPI yang di
Smaldino et, al tentang keunggulan media video kembangkan oleh Suparman.
yang dapat mempengaruhi emosi, sikap personal Metode pembelajaran yang digunakan dalam
dan sosial. Menonton video konflik secara bersama- model ini adalah ceramah, tugas mandiri, tugas
sama dan peserta didik menganalisisnya, maka kelompok, diskusi kelompok, presentasi, bermain
peserta didik dapat membangun bersama pandang peran, studi kasus dalam video, dan simulasi.
terhadap nilai-nilai ketika kita melakukan hubungan Kegiatan pembelajaran didukung oleh teori induktif,
interpersonal (Smaldino, 2010: 405). belajar dengan pengalaman, penggunaan media
Topik menghargai kearifan lokal budaya Baduy video, Vygotsky dan konstruktivisme.
menggunakan media video, metode diskusi kelompok, Media pembelajaran yang digunakan adalah
presentasi kelompok dan terakhir evaluasi. Kegiatan media video. Model fisik yang dihasilkan adalah
pembelajaran seperti ini disukai dan menarik bagi modul, video dan pedoman dosen. Video memuat
mahasiswa. Rancangan pembelajaran ini juga kasus-kasus yang sensitif untuk didiskusikan seperti
didukung oleh teori induktif, dan konstruktivisme aborsi, pribumi dan keturunan China, serta suku
dalam pembelajaran. Baduy.
Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
dirancang didukung oleh teori Vigotsky yang menitik disimpulkan bahwa model yang peneliti kembangkan
beratkan interaksi dari faktor-faktor interpersonal, efektif, efisien dan berkualitas. Konsekuensi logis
kultural-historis, dan individual sebagai kunci dari dari hasil penelitian ini adalah peneliti meyakinkan
perkembangan manusia. Interaksi dengan orang kembali dosen-dosen yang terlibat untuk
di lingkungan sekitar menstimuli proses-proses menggunakan model ini. Untuk dosen-dosen PGSD
perkembangan dan mendorong pertumbuhan lainnya peneliti akan melakukan diseminasi hasil
kognitif. Aspek kultural-historis menonjolkan penelitian ini dan berusaha untuk mendorong dosen
pemikiran bahwa pembelajaran dan perkembangan pengampu menggunakan model ini.
tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Cara peserta Kepada guru SD yang belum pernah
didik berinteraksi dengan dunia mereka, orang, objek, mendapatkan mata kuliah ini, peneliti akan membuat
institusi- mengubah cara berpikir mereka (Schunk, program pelatihan dengan 6 kali tatap muka @
2012: 339). 90 menit dengan 2 kali belajar mandiri. Peneliti
Dari hasil penelitian dan pembahasan terlihat menduga bahwa semua guru seperti guru agama, guru
bahwa kekuatan model yang dihasilkan adalah pendidikan jasmani dan kesehatan, guru IPA, guru
tentang rancangan kegiatan pembelajaran yang IPS, dan lain sebagainya memerlukan kompetensi
menyenangkan, efektif, menarik dan didukung oleh bagaimana mentransformasikan nilai-nilai dalam
teori induktif, belajar dengan pengalaman, media pendidikan multikultural, sehingga materi dalam
video, teori Vygotsky dan konstruktivisme. mata kuliah multikultural dapat digunakan untuk
Keterbatasan penelitian ini adalah waktu yang membentuk karakter bangsa yang menghargai
tersedia untuk mengukur hasil belajar kawasan perbedaan sesuai dengan situasi NKRI dan semboyan
afektif. Sikap dan perilaku merupakan suatu proses negara Bhinneka Tunggal Ika terwujud.
panjang dalam perubahan, Banks mengatakan
pendidikan multikultural adalah suatu proses yang DAFTAR RUJUKAN
berkesinambungan. Keterbatasan ini sekaligus Badan Informasi Geospasial: ada 13.466 Pulau Di
tantangan di dunia pendidikan, khusus dalam Indonesia; http://bakohumas.kominfo.go.id/
pendidikan multikultural. news.php?id=1000 (diakses 8 Januari 2013)

Kesimpulan Bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Ba­


hasa_Indonesia (diakses Juli 2013).
Melihat fakta bahwa Indonesia sangat beragam,
dan situasi Indonesia sekarang yang rawan konflik, Banks, James A., Multicultural Education: Charac­
semua pemangku kepentingan pada penelitian teristics and Goals, dalam Banks, James A &
Cherry A. Mcgee., Eds, Multicultural Educa­
114

4_murniati.indd 114 18/10/2015 1:13:13


Murniati Agustian, Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan ...

tion Issues And Perspectives Seventh Edition, Naim, Ngainun & Sauqi, Achmad., Pendidikan
New York: John Wiley & Sons, 2010 Multikultural Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
Banathy, “Characteristics of Instructional Design
Models” dalam Trend And Issues In Instruc­ Nurul Zuriah, Model Pengembangan Pendidikan
tional Design and Technology third edition, eds Kewarganegaraan Multikultural Berbasis
Robert A. Reiser., John V. Dempsey. Boston: Kearifan Lokal Dalam Fenomena Sosial
Pearson, 2011. Pasca Reformasi Di Perguruan Tinggi,
http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/
Beard, Colin, Experiential Learning Toolkit The
view/1832/model-pengembangan-pendidikan-
Blending Practice with Concepts, London,
kewarganegaraan-multikultural-berbasis-
Philadelphia, Daryaganj: Kogan Page, 2010.
kearifan-lokal-dalam-fenomena-sosial-pasca-
Branch, Robert Maribe. Instructional Design: The reformasi-di-perguruan-tinggi.html
ADDIE Approach, New York Dordrecht Hei­
Penduduk Indonesia menurut provinsi 1971, 1980,
delberg London: Springer , 2009.
1995, 2000, dan 2010, http://www.bps.go.id
Caladine, Richard., “Taxonomies for Technol­ (diakses 8 januari 2013).
ogy” dalam Instructional Design: Concepts,
Rajab Ali, Endang Sri Indrawati, Achmad Mujab
Methodologies,Tools, and Applications, eds.
Masykur, Hubungan Antara Identitas Etnik
Erika Caarter, Hershey, New York: Information
Dengan Prasangka Terhadap Etnik Tolaki Pada
Science Reference, 2011.
Mahasiswa Muna Di Universitas Haluoleo
Dick, Walter, Lou Carey, James O. Carey, The Sys­ Kendari Sulawesi Tenggara http://www.
tematic Design of Instruction. New Jersey: google.com/ejournal.undip.ac.id (diakses 25
Pearson, 2009. Desember 2013)
DomNwachukwu, Chinaka Samuel. An Introduction Reigeluth, Charles M., Carr-Chellman, Alison A.,
to Multicultural Education From Theory “Understanding Instructional Theory” dalam
to Practice. Lanham • New York • Toronto Instructional –Design Theories and Models,
• Plymouth, UK: Rowman & Littlefield eds. Reigeluth, Carr-Chellman. New York and
Publishers, Inc. 2010. London: Roudledge Taylor and Francis, 2009.
Gagne Robert M., Briggs, Lesliie J., Wager, Walter Seels, Barbara B., Richey, Rita C., Instructional
W., Principles Of Instrucional Design, Fourth Technology; The Definition and Domains of
Edition. Fort Worth: Harcourt BraceJovanovi, the Field, Washington. DC: Associations for
1992. Educational Communications and Technology,
Leistyna, Pepi. Defining & Designing 1994.
Multiculturalism. New York: State University Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah L., Russel,
of New York Press, 2002. James D. Instructional Technology & Media
Liu, Meihui, and Lin, Tzu-Bin,. The Development of For Learning edisi kesembilan terjemahan Arif
Multicultural Education in Taiwan Overview Rahman, Jakarta: Kencana, 2011.
and Refl ection, dalam Grant and Portera, Suku bangsa di Indonesia, http://bps.go.id/tab_print.
eds, Intercultural and Multicultural Education php?id_subjek (diakses 8 januari 2013)
Enhancing Global Interconnectedness, New
Suparlan, Parsudi. ‘Membangun Kembali “Indonesia
York: Routledge, 2011.
yang Bhinneka Tunggal Ika”: Menuju
Miarso, Yusufhadi., Monograf Teknologi Masyarakat Multikultural.’ Simposium
Instruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas Internasional Jurnal ANTROPOLOGI
untuk Pengembangan Dan Peningkatan INDONESIA ke-3:, Universitas Udayana,
Aktivitas Instruksional Proyek Pengembangan Denpasar, Bali, 16–19 Juli 2002 (http://
Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas/IUC anthropology.fisip.ui.ac.id/).
Bank Dunia XVII, 1989

115

4_murniati.indd 115 18/10/2015 1:13:13


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 16, No. 2, Agustus 2014

Suparman, Atwi, Desain Instruksional Modern:


Panduan Para Pengajar & Inovator Pendidikan.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012.
Schunk, Dale H., Leraning Theories an Educational
Perspective, edisi keenam, terj Eva Hamidah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Tilaar, H.A.R., Multikulturalisme:tantangan-tangan
Global Masa Depan dalam Transformasi
Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo, 2004.

116

4_murniati.indd 116 18/10/2015 1:13:13

Anda mungkin juga menyukai