Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era reformasi ini, masyarakat umum dan organisasi-organisasi kemasyarakatan


khususnya, memerlukan pemimpin-pemimpin yang menghayati peran dan fungsinya. Bila
masyarakat dan organisasi dipimpin oleh pemimpin yang demokratis, maka ada harapan
bahwa bangsa kita akan berhasil menjalani proses demokratisasi dan kemudian mencapai
cita-cita kehidupan yang adil dan makmur sesuai yang dicita-citakan.

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks


dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan suatu misi, tugas,
atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang membuatnya padu dan lebih masuk akal.
Seseorang menjalani proses sebagai pemimpin dengan menerapkan seluruh atribut
kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan).

Dewasa ini kita telah mengetahui berbagai macam karakteristik pemimpin dengan
berbagai macam pula manajemen yang diperankan, sebagai pemimpin yang ideal tanpa
memiliki rasa kepentingan bersifat mementingkan sebagian pihak, tentunya figur seorang
pemimpin yang selalu membela keperluan rakyatlah yang kita harapkan.

Sebagai bangsa yang mayoritas dengan keberagaman agama, budaya, suku, dan ras
kemudian melahirkan bermacam pemikiran pola tingkah laku dan sifat, sebagai pemimpin
harus dapat menselaraskan kebergaman ini sehingga tidak ada yang merasa di kucilkan,
inilah salah satu tantangan yang berada dalam kondisi serba modernisasi.

Berdasarkan uraian di atas dibawah ini akan dijelaskan beberapa tokoh-tokoh


pemimpin di Indonesia beserta gaya-gaya kepemimpinan masing-masing tokoh tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Siapa tokoh-tokoh pemimpin di Indonesia ?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan masing-masing tokoh ?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepemimpinan
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pemimpin di Indonesia
3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan masing-masing tokoh

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemimpinan
Konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata pimpin yang artinya
bimbing atau tuntun dan dari kata pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau
orang yang membimbing atau menuntun. Sedangkan kepemimpinan sendiri yaitu
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan.
Menurut James L. Gibson dalam Pasolog (2010:110), Kepemimpinan adalah
suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk
memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Menurut Ralph M. Stogdill dalam Ambar
Teguh Sulistyani (2008:13), Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-
kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan
mencapai tujuan. Menurut Joseph C. Rost dalam Ambar Teguh Sulistyani (2008:13),
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin
dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan
bersamanya. Selain pendapat para ahli diatas tentu masih terdapat banyak pendapat lagi
terkait dengan definisi kepemimpinan itu sendiri. Dari definisi diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi
orang lain dalam melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
B. Tokoh-Tokoh Pemimpin Di Indonesia
1. Presiden Soekarno : Pemimpin Yang Memperhatikan Keseimbangan
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang
biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa
Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni
1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo
dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya,
beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan
anak.

3
Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan
Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari
Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said
Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di
HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng
jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB).
Ia berhasil meraih gelar Ir pada 25 Mei 1926.

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai


Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,
Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.
Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia
Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju
itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI
pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan
sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke
Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Setelah
melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945,
Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila.
Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara
aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi


dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan

4
nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan
Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian
berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan


penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto
sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni
1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan
dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.
Pemerintah menganugerahkannya sebagai Pahlawan Proklamasi

Semasa hidupnya, Soekarno adalah sosok yang senantiasa belajar apa saja dan dari
siapa saja. Soekarno adalah seorang pemimpin yang lentur terhadap gaya, tetap tegas
dalam standar, teristimewa di tengah kemajemukan rakyat Indonesia. Kita tahu bahwa
Beliau memiliki gaya kepemimpinan yang sangat populis, bertempramen meledak-ledak,
tidak jarang lembut dan menyukai keindahan.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral
dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan
sangat fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut. Sifat kepemimpinan yang juga
menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif
& inovatif serta kaya akan ide dan gagasan baru. Sehingga pada puncak
kepemimpinannya, pernah menjadi panutan dan sumber inspirasi pergerakan kemerdekaan
dari bangsa-bangsa Asia dan Afrika serta pergerakan melepas ketergantungan dari negara-
negara barat (Amerika dan Eropa).

Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat pantang


menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan Bangsanya.
Oleh karena itu visi dan misi saja tidaklah cukup jika seorang pemimpin ingin berhasil
dalam mencapai tujuannya. Seorang pemimpin dituntut untuk mengembangkan
kecerdasan emosional agar mampu menghargai perbedaan di sekitarnya dan menjaga
hubungan emosional para pengikutnya sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

5
2. Presiden Soeharto: Dibenci, Dipuji Untuk Kemudian Dirindukan
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau
lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya
bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai
pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan
ibunya bernama Sukirah.
Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun,
tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa
(SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran
ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak
Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik
perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong,


Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai
Mangkunegaran.

Perkimpoian Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26


Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka
dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang
Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir
militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara
KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan
komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota
Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal

6
Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan
Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan


Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai
Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima
Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan
ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang


Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan
selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa
lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998. Presiden RI Kedua
HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008.

Adapun Sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto
adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan
keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya
serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan.Gaya Kepemimpinan Presiden
Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan
Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan
melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh
ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Tahun-tahun
pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara memiliki peran
dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer
untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.
Demokrasi telah ditindas selama hampir lebih dari 30 tahun dengan mengatasnamakan
kepentingan keamanan dalam negeri dengan cara pembatasan jumlah partai politik,
penerapan sensor dan penahanan lawan-lawan politik. Sejumlah besar kursi pada dua
lembaga perwakilan rakyat di Indonesia diberikan kepada militer, dan semua tentara serta
pegawai negeri hanya dapat memberikan suara kepada satu partai penguasa Golkar.

7
Bila melihat dari penjelasan singkat di atas maka jelas sekali terlihat bahwa mantan
Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan, dan sentralistis.
Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimilikinya merupakan suatu gaya
kepemimpinan yang tepat pada masa awal terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia. Hal ini dikarenakan pada masa itu tingkat pergolakan dan situasi yang selalu
tidak menentu dan juga tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Presiden
Soeharto juga cenderung direpresentasikan sebagai seorang pemimpin yang lebih
mementingkan pembangunan ekonomi dibanding pembangunan sektor-sektor lainnya.

3. Presiden BJ. Habibie: Cerdas, Dan Tahan Banting


Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf
Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti
Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri
Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua
orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.

Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi


Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.
Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama
setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di
Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya,
terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di
Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule,
Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama
tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967,
menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.

8
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum
namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan
bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari habitat-nya Jerman, beliau
selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah
hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa
Cum laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman,
sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.

Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,


memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden
RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan
Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8
UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur
yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun
kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.

Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan Dedikatif-


Fasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J
Habibie ini, kebebasan pers dibuka lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang
lebih besar. Pada saat itu pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat.
Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya Habiebi sangat
terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam mendengar, akrab dalam bergaul, tetapi
tidak jarang eksplosif. Sangat detailis, suka uji coba tapi tetapi kurang tekun dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam penyelengaraan negara, Habibie pada dasarnya
seorang liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia barat.

Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau


memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung
bertindak atau mengambil keputusan secara cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk
menurunkan amarahnya. Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan
tensinya. Karakteristik ini diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari

9
Indonesia. Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau
menang sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik.

4. Presiden Abdurrahman Wahid: Sang Penakluk Yang Pluralis


Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang
dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4
Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan
darah biru. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra
K.H. Hasyim Asyari, pendiri jamiyah Nahdlatul Ulama
(NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan
pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj.
Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek
dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais Aam PBNU setelah
K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua
ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.

Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur
akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung
jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai
mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di
sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus
Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa
pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.

Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin


memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung
keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan
berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang
dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi
wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya.
Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan
demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola

10
di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton
bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film.
Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri
Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di
dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya,
Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan
studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang
gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkimpoiannya dilaksanakan
ketika ia berada di Mesir.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu
di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai
sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi
keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur
terlibat dalam kegiatan LSM.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren
Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah
PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai
masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan
disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan
kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap menyimpang-
dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan
mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada
tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986,
1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-
aqdi yang diketuai K.H. Asad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum
PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada

11
muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung
Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur
menjabat presiden RI ke-4. Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur
tidak hilang, bahkan semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin
hanya masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yang merasakan kontroversi
gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesia ikut memikirkan kontroversi gagasan
yang dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.

Pemimpin Indonesia ke-4 ini beliau dikenal memliki sikap toleransi beragama, sangat
liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin, dan
berkepemimpinan ala LSM.

Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan


Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang
beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan
yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena
merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan atau kebijaksanaan.

Beliau ini awalnya memberikan banyak harapan untuk kemajuan Indonesia. Seolah
bisa menjadi figur yang bisa diterima oleh berbagai kelompok didalam dan luar negeri.
Tapi setelah menjadi presiden, bicaranya ngelantur tidak karu-karuan. Hari ini A, besok B
lusa C. Sebagai rakyat aku sendiri ikut capai mikirin Negara di bawah Gus Dur ini. Orang
seperti ini yang dianggap 1/2 wali oleh sebagian orang ini cukup berbahaya untuk
memimpin bangsa. Beruntung pada 23 Juli 2001 MPR melengserkannya dari kursi
presiden karena kritikan berat dari lawan-lawan politiknya.

5. Presiden Megawati Soekarno Putri: 10 Tahun Menunggu Kemenangan


Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati
Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947.
Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil
Presiden RI yang ke-8 dibawah pemerintahan

12
Abdurrahman Wahid. Megawati adalah putri sulung dari Presiden RI pertama yang juga
proklamator, Soekarno dan Fatmawati. Megawati, pada awalnya menikah dengan pilot
Letnan Satu Penerbang TNI AU, Surendro dan dikaruniai dua anak lelaki bernama
Mohammad Prananda dan Mohammad Rizki Pratama.

Pada suatu tugas militer, tahun 1970, di kawasan Indonesia Timur, pilot Surendro
bersama pesawat militernya hilang dalam tugas. Derita tiada tara, sementara anaknya
masih kecil dan bayi. Namun, derita itu tidak berkepanjangan, tiga tahun kemudian Mega
menikah dengan pria bernama Taufik Kiemas, asal Ogan Komiring Ulu, Palembang.
Kehidupan keluarganya bertambah bahagia, dengan dikaruniai seorang putri Puan
Maharani. Kehidupan masa kecil Megawati dilewatkan di Istana Negara. Sejak masa
kanak-kanak, Megawati sudah lincah dan suka main bola bersama saudaranya Guntur.
Sebagai anak gadis, Megawati mempunyai hobi menari dan sering ditunjukkan di hadapan
tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri ini memulai


pendidikannya, dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Sementara, ia pernah
belajar di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung
(1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972). Kendati lahir dari
keluarga politisi jempolan, Mbak Mega panggilan akrab para pendukungnya tidak
terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, Megawati sempat dipandang sebelah mata
oleh teman dan lawan politiknya. Beliau bahkan dianggap sebagai pendatang baru dalam
kancah politik, yakni baru pada tahun 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa
Tengah, untuk mendongkrak suara.

Masuknya Megawati ke kancah politik, berarti beliau telah mengingkari


kesepakatan keluarganya untuk tidak terjun ke dunia politik. Trauma politik keluarga itu
ditabraknya. Megawati tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI, walau tergolong
tidak banyak bicara. Ternyata memang berhasil. Suara untuk PDI naik. Dan beliau pun
terpilih menjadi anggota DPR/MPR. Pada tahun itu pula Megawati terpilih sebagai Ketua
DPC PDI Jakarta Pusat.

13
Tetapi, kehadiran Mega di gedung DPR/MPR sepertinya tidak terasa. Tampaknya,
Megawati tahu bahwa beliau masih di bawah tekanan. Selain memang sifatnya pendiam,
belaiu pun memilih untuk tidak menonjol mengingat kondisi politik saat itu. Maka beliau
memilih lebih banyak melakukan lobi-lobi politik di luar gedung wakil rakyat tersebut.
Lobi politiknya, yang silent operation, itu secara langsung atau tidak langsung, telah
memunculkan terbitnya bintang Mega dalam dunia politik. Pada tahun 1993 dia terpilih
menjadi Ketua Umum DPP PDI. Hal ini sangat mengagetkan pemerintah pada saat itu.

Proses naiknya Mega ini merupakan cerita menarik pula. Ketika itu, Konggres PDI
di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi
Hardjono menggantikan Soerjadi. Lantas, dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres
Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan secara telak
mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah itu. Mega terpilih
sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan
lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.

Namun pemerintah menolak dan menganggapnya tidak sah. Karena itu, dalam
perjalanan berikutnya, pemerintah mendukung kekuatan mendongkel Mega sebagai Ketua
Umum PDI. Fatimah Ahmad cs, atas dukungan pemerintah, menyelenggarakan Kongres
PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega tidak
mudah ditaklukkan. Karena Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres
Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor DPP
PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP yang sah, dikuasai oleh pihak
Mega. Para pendukung Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha
mempertahankan kantor itu.

Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara
paksa kantor DPP PDI itu. Ancaman itu kemudian menjadi kenyataan. Pagi, tanggal 27
Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega.
Namun, hal itu tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, dia makin memantap langkah
mengibarkan perlawanan. Tekanan politik yang amat telanjang terhadap Mega itu,
mengundang empati dan simpati dari masyarakat luas.

14
Mega terus berjuang. PDI pun menjadi dua. Yakni, PDI pimpinan Megawati dan
PDI pimpinan Soerjadi. Massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi,
pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Akibatnya, PDI
pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997. Setelah rezim Orde Baru tumbang, PDI Mega
berubah nama menjadi PDI Perjuangan. Partai politik berlambang banteng gemuk dan
bermulut putih itu berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh
persen suara. Kemenangan PDIP itu menempatkan Mega pada posisi paling patut menjadi
presiden dibanding kader partai lainnya. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

Tetapi, posisi kedua tersebut rupanya sebuah tahapan untuk kemudian pada
waktunya memantapkan Mega pada posisi sebagai orang nomor satu di negeri ini. Sebab
kurang dari dua tahun, tepatnya tanggal 23 Juli 2001 anggota MPR secara aklamasi
menempatkan Megawati duduk sebagai Presiden RI ke-5 menggantikan KH Abdurrahman
Wahid. Megawati menjadi presiden hingga 20 Oktober 2003. Setelah habis masa
jabatannya, Megawati kembali mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan
presiden langsung tahun 2004. Namun, beliau gagal untuk kembali menjadi presiden
setelah kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono yang akhirnya menjadi Presiden RI ke-6.

Adapun gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali untuk
menghadapi situasi bangsa yang sedang memanas. Pemimpin yang satu ini merupakan
pemimpin lebih banyak menjual image orang tua beliau, dari pada image dirinya sendiri.

Beliau merupakan presidennya wong cilik, memang benar wong cilik yang
sering kami tanya mengenai hal ini banyak yang memilih beliau karena beliau mempunyai
perhatian yang tinggi kepada mereka dengan menyediakan bahan pokok murah, namun
banyak aset perusahaan negara yang dijual untuk membeli bahan pokok bagi rakyat.
Memang orang yang hanya berfikir hidup, akan merasa terbantu sekali dengan model
kepemimpinan beliau ini. Namun sebagian orang juga tidak setuju penjualan aset tersebut.
kurang dapat memprediksikan gaya pemerintahan beliau, karena semuanya lebih
bergantung kepada anggota kabinet daripada sosok beliau sendiri. Megawati lebih
menonjolkan kepemimpinan dalam budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam menimbang-
nimbang sesuatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu diambil,

15
tidak akan berubah lagi. Presiden ini cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai
tertutup dan cepat emosional. Ia alergi pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh
keluhan dan uneg-uneg, nyaris tidak pernah menyentuh visi misi pemerintahannya.

6. Presiden Keenam, Soesilo Bambang Yudhoyono : Pemimpin Yang Berwibawa dan


Bijaksana
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI
ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau
merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung
oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20
September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang
akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9
September 1949. Istrinya bernama Kristiani Herawati,
merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R.
Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai
Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas.
Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan
menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus dari Akmil tahun 2000 dengan meraih
penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik
SMA Taruna Nusantara, Magelang yang kemudian menekuni ilmu ekonomi).

Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan dalam diri SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali kenal dan akrab dengan
nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN
berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri Pacitan, terletak di selatan alun-
alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang
berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi
tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah
lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung

16
masuk Akabri. Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10
November Surabaya (ITS).

Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itu, beliau
mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970, akhirnya masuk Akabri di
Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu
angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto.
Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti,
belaiu meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana
Adhi Makasaya.

Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger Course di Fort Benning,


Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS
(1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama (1983),
Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984), Kursus Komandan Batalyon di
Bandung (1985), Seskoad di Bandung (1988-1989) dan Command and General Staff
College di Fort Leavenworth, Kansas, AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster
University AS. Perjalanan karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai
Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A,
Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi
langsung sekitar 30 prajurit.

Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon di Brigade Infantri
Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum dalam berbagai operasi
militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon
Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak.
Kefasihan berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara
(airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat
Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air, SBY
memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan

17
Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur
di Timor Timur.

Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif
Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif
Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-
1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982). Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu
SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga
1983, beliau mengikuti Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
sekaligus praktek kerja-On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS,
1983. Kemudian mengikuti Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon
Course di Belgia dan Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat
bersamaan SBY menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)

Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan
Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah
Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik
Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di
Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato
KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, beliau
ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal
Edi Sudradjat (1993).

Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat menjadi Komandan


Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang I/Kostrad (1993-1994)
bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian menjabat Asops Kodam Jaya
(1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995). Tak lama
kemudian, SBY dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB
(1995). Beliau menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer
United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas
negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia
Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam

18
Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua
Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum
menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).

Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27 Januari 2000, saat


memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika dipercaya menjabat sebagai
Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid.
Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben
karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001,
Presiden Megawati mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet
Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari
jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa
menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan
nasional. Dan akhirnya, pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004,
SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat
Indonesia dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004
beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6.

SBY dianggap mampu dan bisa menjadi presiden. Juga cukup bersih, kemajuan
ekonomi dan stabilitas negara terlihat membaik. Sayang tidak mendapat dukungan yang
kuat di Parlemen. Membuat beliau tidak leluasa mengambil keputusan karena harus
mempertimbangkan dukungannya di parlemen. Apalagi untuk mengangkat kasus korupsi
dari orang dengan back ground parpol besar, beliau keliahatan kesulitan. Sayang sekali
saat Indonesia punya orang yang tepat untuk memimpin, parlemennya dipenuhi oleh
begundal-begundal oportunis yang haus uang sogokan.

Pembawaan SBY, karena dibesarkan dalam lingkungan tentara dan ia juga berlatar
belakang tentara karir, tampak agak formal. Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia
santun dalam setiap penampilan dan apik pula berbusana. Penampilan semacam ini
meningkatkan citra SBY di mata masyarakat. SBY sebagai pemimpin yang mampu
mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari
anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak

19
"decisive" (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu
defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang
sering berubah-ubah dan membingungkan publik.

7. Presiden Joko Widodo: Tegas, Berani Dan Sederhana


Joko Widodo atau Jokowi adalah presiden ke-
7 Indonesia ini lahir pada 21 Juni 1961 di Surakarta.
Gaya kepemimpinan seorang Joko Widodo memang
tergolong unik, sebab Jokowi, orang-orang
menyebutkan memiliki sebuah gaya kepemimpinan
yang lain dari pada yang lain dimana semua
keputusan keputusan yang diambilnya cenderung
nyeleneh namun mengandung sebuah hal yang
penting dalam masyarakat. Jokowi hadir begitu cepat, sosok yang begitu dinanti nanti pada
jaman seperti sekarang ini, dimana banyak masyarakat yang sudah bosan dengan kondisi
kepemimpinan sekarang ini.

Banyak masyarakat yang menginginkan sebuah perubahan dalam hal


kepemimpinan bangsa ini, dan Jokowi pun hadir ditengah tengah kita dengan citra sebuah
pemimpin yang sangat peduli dengan kaum kaum kelas bawah dan sangat peduli dengan
srakyat kecil, banyak masyarakat Indonesia menggantungkan perubahan bangsa ini pada
sosok Joko Widodo. Konsep kepemimpinan Jokowi adalah servant, dimana dalam konsep
kepemimpinan ini pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud
adalah Jokowi secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui
bagaimana nasib dan keluhan ynag mereka alami saat ini. Dimana disini Jokowi secara
tidak langsung mecritrakan bahwa saya adalah pelayan anda dengan motto bekerja dan
melayani. Konsep ini lah yang dipegang teguh oleh Jokowi sehingga banyak orang
mengidolakan Joko Widodo sehingga beliau mampu menjadi pemimpin No.1 di Negara
Indonesia sekarang ini. Jokowi sangat cinta terhadap masyarakat, hal ini terbukti bahwa
dia selalu berusaha untuk dekat bahkan menyamakan diri dengan masyarakat.

20
Gaya kepemimpinan Presiden Jokowi ini bisa menjadi contoh, bagaimana sosok
pemimpin yang tegas, berani dan konsisten meski Jokowi dari orang yang terlihat
sederhana. saat terpilih menjadi presiden, Jokowi telah menunjukkan ketegasannya dalam
memimpin sebagai kepala negara. Di antaranya, Jokowi dengan tegas membatalkan
penetapan Budi Gunawan sebagai kapolri karena diduga melakukan korupsi. Ditambah
lagi, memberhentikan sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad
karena diduga terlibat kriminal dan kini menjalani proses hukum. Dalam sistem politik
yang demokratis, pemimpin yang tegas dan berani tidak identik dengan militer. Latar
belakang militer tidak otomatis lebih berani, lebih tegas atau lebih nasionalis. Pemimpin
kuat juga tidak sama dengan pemimpin yang membuat kebijakan dan menerobos aturan.
Dalam demokrasi di mana hukum dikedepankan, sikap tegas, berani dan konsisten justru
bisa ditunjukkan dengan cara-cara yang lembut dan santun seperti Jokowi.

21
BAB III

KESIMPULAN

Setelah kita mengetahui gaya kepemimpinan ketujuh presiden Indonesia, kita tahu
bahwa kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Dimana untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.

Bekal utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan


dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin
sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Azwar dkk. 2014. Jokowi Sosok Satrio Piningit. Yogyakarta: Citra Media
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
Sedarmayanti. 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan (Mewujudkan Pelayanan Prima dan Kepemerintahan
yang Baik). Bandung : Refika Aditama
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2008. Kepemimpinan Profesional; Pendekatan Leadership
Game. Yogyakarta: Gava Media
Wirjana, Bernadine dan Susilo Supardo. 2005. Kepemimpinan, Dasar-Dasar dan
Pengembangannya; Yogyakarta: CV. Andi offset

23
8

24
25

Anda mungkin juga menyukai