Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Pada awalnya PTK diawali dari keinginan guru sebagai peneliti untuk memperbaiki,
memperbaharui dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disinyalir membosankan dan
menjenuhkan bagi siswa. Berangkat dari kondisi ini, guru merancang kegiatan yang dimulai dari
merencanakan, mengimplementasikan dan akhirnya mengevaluasi serta merefleksi upaya yang
paling tepat dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut.

Rencana desain adalah dua hal yang seolah-olah dianggap sama yaitu menunjukkan
kerangka secara konseptual bagaimana langkah-langkah prosedural PTK dilakukan. Rencana
lebihbersifat konseptual yaitu bagaimana peneliti merupakan melakukan kegiatan berdasarkan
alur prosedur penelitian PTK yaitu seperangkat kegiatan yang ditata secara sistematis dan runtut
akan dilaksanakan oleh peneliti demi tujuan penelitian akan tetapi desain lebih bersifat
operasional yang memungkinkan peneliti melakukan interpretasi dari hasil studi melalui analisis
data berdasarkan kriteria tertentu.

PTK merupakan penelitian yang menekankan kepada perbuatan dan komit untuk
mengadakan perbaikan, keputusan dan penentuan atas dasar pengalaman, kondisi setempat dan
lebih bersifat subjektif apa yang dialami sendiri. Sehingga PTK sebenarnya harus menjadikan
kebutuhan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Agar anda menganggap PTK menjadi kegiatan
sehari-hari, upaya pertama yang harus dilakukan adalah pahamilah konsep dasar rancangan PTK
secara utuh dan kenalilah berapa banyak penelitian tindakan kelas yang anda lakukan dan
laksanakan laksanaka Model PTK yang cocok menurut anda dalam pelaksanaan tugas sebagai
guru.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Model-Model Penelitian Tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas mempunyai banyak model. Penelitian dapat memilih salah satu
model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan
baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai dengan kemampuan
peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model Mc Kernan misalnya, akan lebih tepat
apabila model itu dipilih. Akan tetapi, apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari
pengalaman lain, maka peneliti boleh saja memilih model yang lain. Model PTK yang
digunakan oleh peneliti bisa lebih dari satu model. Peneliti menggunakan model lebih dari satu
dalam rangka membandingkan antara model yang satu dengan yang lain, serta mencari model
mana yang paling efisien dengan hasil yang diharapkan dan yang paling efektif. Apabila hal itu
yang menjadi tujuan, maka penggunaan berbagai model untuk berbagai jenis kasus boleh saja
dilakukan.

Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam merancang dan
melaksanakan penelitian tindakan kelas, kita dapat memilih salah satu model sesuai dengan
kondisi dan situasi yang ada. Seperti yang telah dijelaskan penelitian tindakan kelas, berkembang
dari penelitian tindakan yang banyak digunakan dalam bidang sosial. Model-mode PTK yang
akan dijelaskan dibawah ini adalah model-model penelitian tindakan kelas yang dapat kita
terapkan dalam PTK.1

1. Model Kurt Lewin

Model ini adalah model yang mendasari model-model lainnya yang berangkat dari model
action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam
proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan
penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus.

Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide
gagasan penelitian; sedangkan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai

1 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan ( Jakarta ; Kencana ) 2013, hal 73

2
dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi adalah pengamatan yang
dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai
kelemahan dan kekurangan tindakan yang telah dilakukan dan refleksi adalah kegiatan analisis
tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.2

Model ini menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan kelas yang lain, khusunya PTK. Dikatakan demikian karena dialah
sebagai pencetus awal memperkenalkan satu-satunya orang yang berani menampilkan
gagasannya tentang action research atau penelitian tindakan. Kurt Lewin memperkenalkan
konsep pokok penelitian tindakan yang meliputi empat komponen penting, yaitu: 3

a. Perencanaan ( Planning )
b. Tindakan ( acting )
c. Pengamatan ( observing )
d. Refleksi ( Reflecting )

Rencana tindakan seperti apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki merubah, dan
meningkatkan perilaku dan sikap belajar sisiwa untuk dicarikan solusi terbaik. Tindakan apa
yang mesti dilakukan oleh guru sehubungan dengan adanya upaya perbaikan, peningkatan dan
perubahan yang diinginkan. Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan atau perlakuan
yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Refleksi atas dasar analisis kajian penelitian
untuk melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari sebuah tindakan atau
perlakuan dari berbagai kriteria. Berdasarkan kegiatan merefleksi ini, peneliti bersama-sama
guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Hubungan keempat kompenen
tersebut merupakan satu siklus.4

a. Menyusun perencanaan ( planning )

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah membuat RPP, mempersiapkan fasilitas
dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas, mempersiapkan instrumen utnuk mereka dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

b. Melaksanakan Tindakan ( acting )

2 Ibid, hal 74
3 Ahmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta, Rosdakarya ) 2009, hal 125
4 Muclih Manur, Melaksanakan PTK itu mudah ( Jakarta, Bumi Aksara ) 2009, hal 98

3
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan-tindakan yang telah dirumuskan dalan RPP,
dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.

c. Melaksanakan pengamatan atau observing

Pada tahap ini yang harus dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa siswi yang sedang
mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau kerjasama antar kelompok
mengamati pemahaman tiap-tiap siswa dalam penguasaan materi pembelajaran, yang telah
dirancang sesuai dengan PTK.

d. Melakukan refleksi (reflecting )

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil
observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan
bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.

Contoh pelaksanaan :5

Bagaimana saya dapat membuat para mahasiswa speek up dalam mata kuliah speeking?
Mungkin saya perlu memberikan penghargaan atau reward kepada mahasiswa yang mau
berbicara.

Tindakan = Saya memberikan penghargaan ( yang berupa tambahan nilai) kepada setiap siswa
yang mau berbicara.

Pengamatan = bersamaan dengan itu saya mengamati apakah dengan penghargaan tersebut para
mahasiswa mau berbicara.

Refleksi = Para mahasiswa mulai mau berbicara. Namun, mereka tampak masih malu-malu
kucing. Saya perlu merencanakan suatu tindakan agar mahasiswa mau berbicara tanpa malu-
malu lagi.

2. Model Kemnis dan McTaggart

5 Ibid, hal 98

4
Model PTK yang dikemukakan oleh kemnis dan taggart merupakan model
pengembangan dari model Kurt lewin. Dikatakan demikian, karena dalam satu siklus terdiri dari
empat komponen. Keempat komponen tersebut meliputi :

a. Perencanaan
b. Aksi / Tindakan
c. Observasi, dan
d. Refleksi
Dalam perencanaan, Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri, yang dimulai
dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali merupakan dasar
untuk suatu ancang-ancang pemecahan permasalahan.
Gambar Penelitian Tindakan Model Spiral (Kemmis dan Taggart, 1998)

1
R
Plan 1
E
F
L
E 2
4 C 2
T
OBSERVE
T
A
3
R 5
E Plan 5
F
8 L
E
C 6
OBSERVE T 6

7 T
A

Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi,


kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri.

5
Penelitian tindakan dapat dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya
mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.6 Dalam pelaksanaannya kemungkinan ada
peneliti telah mempunyai seperangkat tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga
dapat langsung memulai tahap tindakan. Ada pula peneliti yang memiliki seperangkat data,
sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan refleksi.

Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan
studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti oleh
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.7

a. Refleksi Awal

Refleksi awal dimaksudkan sebagai tindakan penjajagan yang dimanfaatkan untuk


mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti
bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui situasi
yang sebenarnya. Berdasarkan refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang
selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan rumusan tersebut maka dapat
ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak para peneliti
sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab
itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka
konseptual dari penelitian.

b. Penyusunan Perencanaan

Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci
perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
mengubah perilaku dan sikap yang diiinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.
Perlu dipelajari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan
kondisi yang ada.

c. Pelaksanaan Tindakan

6 Rafi’uddin, Penelitian Tindakan, jakarta, Rosdakarya, 1996, hal 83.


7 Ibid, hal 84

6
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman kepada rencana tindakan. Jenis
tindakan yang harus dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan
teoritic dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kerja dan hasil program yang
optimal.

d. Observasi ( pengamatan )

Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam
penelitian formal. Dalam kegiatan ini penenliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang
dikumpulkan melalui teknik observasi.

e. Refleksi

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap
semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji,
melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang
terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan yang lainnya dan kaitan teori dengan hasil
penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan
yang mantap dan tajam.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami
terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan. Pada hakikatnya model Kemnis dan Taggart merupakan perangkat-perangkat atau
untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus.

Banyak siklus dari PTK tergantung dari permasalah-permasalahn yang perlu dipecahkan,
yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan oleh guru disekolah pada
umumnya berdasar pada model ini, yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang.

3. Model Elliot

7
Elliot adalah seorang pendukung gerakan “guru sebagai peneliti”. Elliot selalu berusaha
mencari cara-cara baru untuk mengembangkan jaringan penelitian, tindakan dan berhubungan
dengan pusat-pusat jaringan penelitian yang lain. Elliot dan Adelman bekerja bersama-sama
dengan guru di kelas, bukan hanya sebagai pengamat, tetapi mereka sebagai kolaborator atau
teman sejawat guru. Melalui partisipasi semacam ini, mereka membantu guru untuk mengadopsi
suatu pendekatan penelitian tindakan refleksi yang terus bergulir dan kemudian menjadi suatu
siklus seperti yang dikembangkan Kemnis. Namun demikian, skema langkah-langkahnya lebih
rinci dan berpeluang untuk lebih mudah diubah sehingga sebenarnya dia telah membuat suatu
diagram yang lebih baik.8

Ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkah-langkah yang ada
didalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot, dan Kemnis, bila guru akan
menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian tindakan kelas dalam praktik di kelasnya, guru
harus memahami betul apa yang dimaksud oleh masing-masing ahli tersebut. Guru atau peneliti
harus mengetahui penggunaan data dan keterbatasan skema-skema tersebut bila dipraktikkan
dalam penelitian tindakan. Beberapa keterbatasan langkah-langkah di dalam model PTK ini
antara lain sebagai berikut:9

a) Adanya gerakan yang mulai menjauh dari gerakan ajaran Lewin yang semula / asli.
b) Skema-skema kelihatannya rapuh dan membingungkan.
c) Skema-skema tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan hal-hal baru yang menjadi fokus
utamanya.
d) Skema tersebut tidak begitu saja cocok untuk diikuti.

Gambar Penelitian Tindakan Model Elliot (1991)

Ide Umum Amended General


Idea

Reconnaissance Reconnaissance

Revisi Rencana Rencana Menyeluruh Rencana Menyeluruh

Tindakan 2, dst Tindakan 1 Tindakan 2, dst


8 Muslich Manur, Melaksanakan PTK itu mudah, Jakarta, Bumi Aksara, 2013 hal, 103.
9 Basrowi, Prosedur PTK, Galia, Bogor, 200, hal 70

8
atau atau
Monitor dan
atau
Reconnaisance

Tindakan

Model yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang menekankan kepada proses
untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Langkah pertama yang harus
dilakukan menurut Elliot adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang
dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni studi untuk mempertajam gagasan atau ide.
Manakala peneliti sudah merasa cukup, selanjutnya melakukan tindakan pertama yang selama
pelaksanaannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari monitoring dan eksplorasi
peniliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali merevisi rencana.10

Penjelasan tahapan PTK John Elliot11

a. Identifikasi masalah

Yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat dan menemukan masalah-masalah
apa saja yang terjadi disekolah. Lebih khususnya lagi dalam pembelajaran dikelas. Identifikasi
masalah ini sangat penting posisinya karena tahapan ini merupakan pondasi awal atau acuan
awal kegiatan penelitian kedepannya. Seorang peneliti yang baik tentunya akan bisa melihat
maslah-masalah apa saja yang patut untuk dipecahkan dengan segera dan urgen bagi sekolah
tersebut.

b. Penyelidikan

Yaitu dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang masalah


yang ditemukan oleh seorang peneliti disekolah. Berdasarkan hasil penyelidikan dapat dilakukan

10 Sumarno, Pedoman PTK, Jogjakarta, Dirjen PT, 1997, hal 64.


11 Syaodih, Sumadinata, Metode PTK, Jakarta, Rosdakarya, 2005, hal 103.

9
pemfokusan masalah yang kemudian dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasarkan
rumusan maslah tersebut maka dapata diterapkan tujuan penelitian.

c. Rencana Umum

Merupakan seperangkat rencana awal tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh
seorang peneliti untuk menjawab masalah peneliti yang ditemukan dikelas atau disekolah. Pada
tahapan ini, seorang peneliti akan memberikan perlakuan kepada sampel agar bisa terlihat
perubahan perilaku sesuai yang diharapakan oleh peneliti. Dalam model ini terdapat beberapa
langkah tindakan yang direncanakan oleh peneliti. Bagian inilah yang membedakan model PTK
Elliot dengan model yang lainnya.

d. Implementasi Langkat Tindakan 1

Pada tahap ini, seorang peneliti akan menerapkan atau melakukan perlakuan pada kelas
sampel dengan tujuan meningkatkan, merubah atau memperbaiki masalah-masalah penelitian
yang ditemukan oleh peneliti dikelas. Tentunya dalam tahap ini, seorang peneliti akan melakukan
perlakuannya didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang direncanakan pada tahap rencana
umum

e. Memonitor Implementasi

Tahap ini bagi seorang peneliti akan melihat dan memantau hasil pemberian perilaku
pada kelas sampel. Peneliti akan mendata dan mecatat hasil-hasil dari implementasi pada tahap
selanjutnya. Apakah menunjukkan hasil peningkatan ( positif ) ataupun malah menunnjukkan
peningkatan sebaliknya ( negatif ). Sudah benarkah atau belum implementasi yang diterapkan
oleh peneliti.

f. Penyelidikan

Pada tahap ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap dan menjelaskan tentang
kegagalan-kegagalan pengaruh. Faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan hal tersebut
gagal. Tentunya seorang peneliti akan belajar dari kegagalan dan ketidakberhasilan implementasi
pada tahap sebelumnya.

g. Merevisi Ide Umum

10
Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada tahap-tahap
sebelumnya akan kembali membuat rencana penelitian. Tentunya tahapan ini hanya akan
dilakukan jika implementasi telah mengalami kegagalan dan tidak memenuhi harapan serta
tujuan penelitian dari peniliti. Makanya dianggap perlu untuk melakukan siklus kedua yang
diawali dengan merevisi rencana awal.

4. Model McKernan

Sebuah model lain juga dikembangkan atas dasar ide Lewin atau yang diinterprestasikan
oleh Kemmis adalah model penelitian tindakan McKernan. Model ini juga dinamakan Model
Proses Waktu (a Time Process Model). Menurut McKernan, sangatlah penting untuk mengingat
bahwa kita tidak perlu selalu terikat oleh waktu, terutama untuk pemecahan permasalahan
hendaknya tindakan dilakukan secara rasional dan demokratis. Perlu diketahui, sebenarnya
model-model yangtelah digambarkan di atas lebih memberikan gambaran garis besar proses dari
pada suatu teknologi.12

Gambar Penelitian Tindakan Model McKernan (1991)

TINDAKAN DAUR I
Tindakan perlu DAUR 2
perbaikan

ds

Penetapan Definisi Masalah Penetapan Definisi Masalah

Evaluasi Tindakan Perkiraan Evaluasi Tindakan Perkiraan


Kebutuhan Kebutuhan

Implementasi Hipotesis Ide Implementasi Kesimpulan


Rencana
12 Ahmad Tindakan
Hufad, Penelitian Tindakan kelas, Jakarta, Rosdakarya, 2009, hal 128 Baru
Perubahan
11
Pembuatan Rencana Perubahan Rencana
Tindakan T 1 Tindakan T 2

T2

Dalam rangka upaya menambah pemahaman dan wawasan tentang penelitian tindakan
kelas, perlu diketahui beberapa model dan bentuk penelitian tindakan. Model yang
dikembangkan oleh Ebbut, Kemmis dan Mc Taggart, Elliot dan Mc Kernan menunjukkan banyak
persamaan, terutama bila diperhatikan tahap-tahap yang ada di dalamnya. Tujuan disajikannya
keempat model ini adalah agar pembaca memiliki wawasan yang lebih luas tentang penelitian
tindakan. Selain itu, jika seseorang mengenal lebih dari satu model penelitian tindakan,
diharapkan dia memperoleh suatu pemahaman yang lebih tentang suatu proses. Walaupun
kenyataannya ada empat model, pada dasarnya keempat model ini lebih banyak memiliki
persamaan dari pada perbedaan.13

Melihat uraian diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Defenisi masalah

Guru atau peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang memerlukan tindakan untuk
mengatasinya.

13 Syaodih Sukmadinata, Metode PTK, Rosdakarya, 2005, hal 105

12
b. Asessmen Kebutuhan

Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk menetapkan tindakan yang
digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan untuk memecahkan masalah termasuk juga
pemahaman, peneliti terhadap teori / filosofi / langkah-langkah penerapan tindakan.

c. Hipotesis

Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi peneliti membuat hipotesis tindakan agar
upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Hipotesis tindakan dapat dalam bentuk : “jika…
maka…” misalnya “jika pembelajaran matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan
masalah maka hasil belajar siswa akan lebih baik”.

5. Model Ebbut

Model Ebbut merupakan salah satu model PTK yang dikembangkan oleh Dave Ebbut.
Model ini diilhami oleh pemikiran Kemmis dan Elliot. Dalam pengembangannya, Ebbut kurang
begitu sependapat dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemnis. Perasaan kurang setuju Ebbut
disebabkan karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya digunakan untuk
menemukan fakta, sedangkan kenyataannya, Kemmis jelas menunjukkan bahwa penelitian
terdiri atas diskusi, negosiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada. Jadi sudah
jelas ada elemen-elemen analisisnya dalam model Kemnis.14

Selanjutnya, Ebbut berpendapat bahwa langkah-langkah yang dikembangkan oleh


Kemnis (Spiral Kemnis) bukanlah yang paling baik untuk mendeskripsikan adanya proses
tindakan dan refleksi. Memang pada kenyataannya Ebbut sangat memperhatikan alur logika
penelitian tindakan. Ia juga berusaha memperlihatkan adanya perbedaan antara teori sistem dan
membuat sistem-sistem tersebut kedalam bentuk kegiatan operasional.15

14 Basrowi, Prosedur PTK, Bogor, Galia, 2008, hal 73.


15 Ibid, hal 73.

13
Gambar Tindakan Mode Ebbut (1985)

IDE AWAL

Temuan dan Analisis

D Rencana Umum
A Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3

Implementasi langkah
Monitor Implementasi Tind. 1
dan efeknya

Penjelasan Kegagalan Revisi Rencana Umum


untuk Implementasi

Rencana Diperbaiki
Langkah Tind. 1 14
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3
D
Monitor Implementasi Implementasi Langkah
dan Efek Berikut

Jelaskan Setiap Revisi Ide


Implementasi dan Efek

Rencana Diperbaiki
D Langkah Tind. 1
Langkah Tind. 2
Langkah Tind. 3

Monitor Implementasi Implementasi Langkah


dan Efek Berikut

6. Model hopkins

Berpatokan pada desain-desain model PTK para ahli pendahulunya, selanjutnya hopkins
menyusun desain yang dikenal model Ebbut ( Hopkins,1993 ). Model ini menunjukkan bentuk
alur kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal penelitian yang selanjutnya dikenal dengan
reconnaissance. Bagian ini, Ebbut berpendapat yang berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai
reconnaissancenya kemnis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja.
Padahal menurutnya reconnaisance mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negoisasi, menyelidiki
kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau dengan singkat mencakup keseluruhan
analisis.16

Menurut Ebbut, cara yang tepat untuk memahami proses penelitian tindakan adalah
dengan memikirkannya sebagai suatu seri dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus
mencakup kemungkinan masukan balik informasi didalam dan diantara siklus. Ebbut mengakui

16 Ahmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta, Rosdakarya, 2009, hal 129.

15
bahwa deskripsi penelitian tindakan ini tidak begitu rapi dibandingkan dengan para
pendahulunya dimana proses penelitian tindakan ideal.17

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Terdapat beberapa desai-desain model PTK yang akan dikembangkan oleh guru kelas.
Desain-desain tersebut diantaranya model kurt lewin, model kemnis dan mc taggart, model john
Elliot dan model Hopkins. Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau menjadi kerangka dasar
dari adanya berbagai model penelitian Tindakan kelas yang lain, khususnya PTK. Dikatakan
demikian karena dialah sebagai pencetus awal memperkealkan satu-satunya orang yang berani
menampilkan gagasannya tentang action research atau penelitian Tindakan. Kurt Lewin
memperkenalkan konsep pokok penelitian tindakan yang meliputi empat komponen penting,

17 Ibid, 129.

16
yaitu perencanaan atau planning, tindakan atau acting pengamatan atau observing, dan refleksi
atau reflecting.

Model kemnis dan mc taggar merupakan pengembagan dari konsep dasar yang
diperkenalkan oleh kurt lewin seperti dijelaskan diatas. Model ini hampir sama dengan model
kurt lewin hanya saja komponen acting atau tindakan dengan observing ( pengamatan ) dijadikan
sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri ketika antara implemenntasi acting dan observing sebenarnya dua
kegiatan tapi tidak dapat dipisahkan secara tegas.

Model John Elliot juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model ini
diawali dengan mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya bagaimana pernyataan yang
mengubungkan antara gagasan atau ide dengan pengambilan tindakan. Kemudian model
Hopkins menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian dimulai dari pemikiran awal penelitian
yang selanjutnya dikenal dengan reconnaisance.

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor, Galia, 2008.

Hufad, Ahmad, Penelitian Tindakan kelas, Jakarta, Rosdakarya,2009.

Manur, Muslich, Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah, Jakarta, Bumi Aksara,
2013.

Rafi’uddin, Penelitian Tindakan, jakarta, Rosdakarya, 1996.

Rochiati, Wiraatmadja, Metode PTK, Jakarta, Rosdakarya, 2007.

Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan, Jakarta, Kencana 2013.

17
Sukmadinata, Syaodih, Metode PTK, Jakarta, Rosdakarya, 2005.

Smarno, Pedoman PTK, Jogjakarta, Dirjen Perguruan Tinggi, 1997.

18

Anda mungkin juga menyukai