Anda di halaman 1dari 31

Hamka Haq

politikus

Prof. Dr. H. Hamka Haq, M.A. (lahir 18


Oktober 1952) adalah politisi, akademisi,
dan tokoh Islam Indonesia.
Prof. Dr. H.

Hamka Haq
M.A

Anggota DPR-RI
Dapil Jawa Timur II
Fraksi PDI-P

Masa jabatan
1 Oktober 2014 – 1 Oktober 2019

Mayoritas 27.166 (2014)

Informasi pribadi

Lahir 18 Oktober 1952


Barru, Sulawesi
Selatan, Indonesia

Kebangsaan Indonesia

Partai politik PDI-P

Tempat tinggal Kota Wisata Pesona


Denhaag Blok P4
No.9 Cibubur Gunung
putri Bogor Jawa
Barat.

Alma mater IAIN Alauddin


IAIN Syarif
Hidayatullah

Pekerjaan Politikus
Sunting kotak info (https://id.wikipedia.org/w/index.p

Riwayat Hidup
Lahir dari pasangan K.H. Abd. Qadir dan
Umi H.St. Hawa. Tamat Ibtidaiyah 1965,
Muallimin Muhammadiyah 1968, PGA
Attaufiq NU 1970, S1 IAIN Alauddin
Makassar Maret 1978, S2 IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 1988, dan S3 IAIN
yang sama 1990, promosi 7 April 1990.
Bekerja sebagai PNS Departemen Agama
Sulsel 1976 sd 1993; dosen IAIN
Alauddin Makassar sejak 1993; Dekan
Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin
Makassar 2000-2002, dan Wakil Rektor
IAIN 2002-2004. Sebelumnya, Ketua STAI
Univ. Al-Ghazali NU Barru 1982-1994;
Pembina Pesantren Modern Tarbiyah
Takalar Sulsel 1993- sekarang; Ketua
Sekolah Tinggi Al-Furqan Makassar
1996-1999.

Dalam ormas Islam dan partai politik,


Pengurus DDI (Daru Dakwah wal-Irsyad
1996 - sekarang) Pengurus MUI Sulsel
1991-2010. Penasehat/Dewan
Pertimbangan MUI Pusat 2010 s.d.
sekarang. Bersama Bapak Jusuf Kalla,
Pendiri dan Ketua Forum Antar Umat
Beragama Sulsel 1998 sd. sekarang;
Ketua DPP PDI Perjuangan 2005 s.d.
sekarang (Terpilih kembali dalam
Kongres V PDI Perjuangan di Bali 8-11
Agustus 2019), dan Ketua Umum Baitul
Muslimin Indonesia 2007 sd. Sekarang.

Sejumlah karya tulis, antara lain: Koreksi


Terhadap Ahmadiyah (Panjimas 1980)
Dialog Pemikiran Islam (Al-Ahkam
Makassar,1995), Falsafat Ushul Fikih (Al-
Ahkam, 2000), Damai Ajaran Semua
Agama (Al-Ahkam, 2004), Aspek Teologi
dalam Konsep Mashlahat Al-Syahtibi
(Erlangga Jakarta, 2007), Islam Rahmah
untuk Bangsa (Rakyat Merdeka jakarta,
2009); Pancasila 1 Juni & Syariat Islam
(Rakyat Merdeka & Bamusi Jakarta,
2011), Mengabdi Bangsa Bersama
Presiden Megawati (2012), Peluralisme
itu Rahmat untuk Satu Indonesia (Bamusi
Jakrta, 2013), Pengaruh Teologi terhadap
Ushul Fiqh (Makassar: UIN Alauddin,
2015) Islam dan Hubungan Lintas
Agama (Bamusi, Jakarta 2019), dan Asas
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
(Jakarta: Bamusi 2019)

Latar Belakang
Prof. Dr. H. Hamka Haq berasal dari
keluarga santri, campuran dari ormas-
ormas Islam, NU, Muhammadiyah,
Syarikat Islam dan ormas lokal DDI (Daru
Da'wah Wal Irsyad). Ayahnya, K.H. Abdul
Qadir, adalah wakil Ketua Rais Syuriah
NU Kabupaten Barru, sekaligus
Pengasuh Pesantren (Madrasah) DDI.
Dari keluarga ibu kandung Umi Siti Hawa,
semuanya dari Syarikat Islam, dan
sebagian keluarga ayah bergabung ke
Muhammadiyah. Ketika keluarga ayah
membangun sekolah Muallimin
Muhammadiyah (4 th), mereka minta
ayah Hamka, K.H. Abdul Qadir (Pengurus
NU Barru) turut menjadi pembinanya,
bahkan Hamka Haq juga pernah sekolah
di Muallimin itu.
K.H. Abdul Qadir memberi nama kepada
puteranya "Hamka", karena kagum pada
sikap moderat Buya Prof. Dr. HAMKA,
yang pernah berkunjung ke Barru dalam
satu tabligh akbar di daerah itu.
Walaupun jelas-jelas Buya Hamka adalah
dari Muhammadiyah.

Sejak kecilnya, Hamka Haq termasuk


pecinta Bung Karno. Hampir semua
pidato Bung Karno pada tahun 60-an
pernah dibaca dan setengah hafal. Ketika
itu seorang wakil camat tinggal bersama
di kediaman Hamka Haq, dan punya
koleksi pidato Bung Karno. Dan di
sekolah, Hamka Haq senang
menggambar Bung Karno saat pelajaran
menggambar bebas. Dia juga membaca
habis buku Bung Karno Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy
Adams, juga buku Dibwah Bendera
Revolusi (versi lama). Tak heran jika
Hamka Haq mengidolakan Bung Karno.

Di era Reformasi, PNS tdk lagi wajib


masuk Golkar. Ketika itulah Hamka Haq
memilih masuk PDI Perjuangan,
sementara rekannya yang lain, Dr.
Harifuddin Cawidu tetap di Golkar, dan
Prof. Jalaluddin Rahman masuk PPP.
Hamka Haq akhirnya terpilih menjadi
Anggota DPR-RI periode 2014-2019 dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P) mewakili Dapil Jawa Timur II
setelah memperoleh 27.166 suara dari
hampir 120.000 suara PDI Perjuangan di
Dapil Jatim II Pasuruan -Probolinggo.
Hamka Haq adalah politisi senior PDIP,
terpilih menjadi Ketua DPP PDI
Perjuangan Bidang Keagamaan sejak
2005 hingga sekarang (empat periode);
Pada Kongres ke V PDI Perjuangan 8 - 11
Agustus 2019, Ibu Ketua Umum PDI
Perjuangan, Megawati Soekarnoputri
kembali memilih Prof. Hamka untuk
duduk dalam jajaran DPP PDI Perjuangan
2019-2024. Disamping itu, dipercaya juga
sebagai Ketua Umum Baitul Muslimin
Indonesia, organisasi sayap Islam dari
PDIP (2007 - sekarang).
Hamka Haq adalah mantan Guru Besar di
IAIN Alauddin Makassar (1999-2013) dan
Penasehat Majelis Ulama Indonesia
(MUI) sejak 2010.

Pada masa kerja 2014-2019 Hamka Haq


duduk di Komisi VIII yang membidangi
sosial dan agama.

Pada Maret 2016, Hamka Haq menjadi


Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan
Dewan (MKD) menggantikan Junimart
Girsang.[1]

Riwayat Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Daru Da'wah wal
Irsyad (DDI) & SDN tahun 1966
Muallaimin Muhammadiyah (4th)

PGA Al-Taufiq (NU) (1970)

S1 Jurusan Ushuluddin, IAIN Alauddin,


Makassar (1978)

S2 Jurusan Teologi IAIN Syarif


Hidayatullah, Jakarta (1988)

S3 Jurusan Teologi IAIN Syarif


Hidayatullah, Jakarta (1990)

Perjalanan Ormas dan


Politik
Gabungan Pelajar Mahasiswa Barru
(1971-1978)

HMI Cabang Makassar(1971-1978),


Hamka Haq memilih masuk HMI guna
memelihara hubungan harmonis denga
keluarganya yang Muhammadiyah dan
keluarga serta teman ayahnya dari
kalangan Nahdhiyin.

DAR Dakwah Wal-Irsyad Sulsel (1996-


Sekarang)

Tarbiyah Islamiyah (1995-Sekarang) Di


era Orde Baru, Tarbiyah Islamiyah
menjadi ormas sayap Golkar. Ketika
itu, semua PNS dan TNI/Polri wajib
menjadi mesin kekuasaan Orde Baru.
Hamka Haq, sebagai Guru Besar di UIN
menjadi anggota Golkar, dan diminta
menduduki pimpinan Pengurus
Wilayah Tarbiyah Sul-Sel. Meskipun
sebenarnya latar belakang keluarga
Hamka Haq adalah NU, tapi baginya
tidak keberatan dipasang oleh Golkar
di Tarbiyah Islamiyah, yang mazhabnya
mirip-mirip NU.

Sekretaris MUI SulSel 1991-2000,


Ketua MUI Seul Sel 2000-2010, Dewan
Pertimbangan MUI Pusat (2010-
Sekarang)

Baitul Muslimin Indonesia (2007-


Sekarang, sebagai Ketua Umum)

Menjadi Pengurus DPP PDI Perjuangan


sejak 2005 hingga sekarang (empat
periode).

Riwayat Perjuangan
Mendampingi Demo Mahasiswa untuk
Reformasi (1998), Saat menjabat
Dekan Fak Ushuluddin IAIN Alauddin
Makassar, sempat menyertai
mahasiswanya berdemo di depan
kampus IAIN menuntut lengsernya
Presiden Soeharto.

Membentuk FAUB untuk Redam Konflik


SARA (1999), Di awal Reformasi,
terjadi konflik sosial di Poso, Sampit
dan Ambon. Guna meredam
menjalarnya konflik ke Sul-Sel, Hamka
Haq, bersama Jusuf Kalla
mengundang semua pimpionan
majelis-majelis agama membentuk
FORUM ANTAR UMAT BERAGAMA
(FAUB), Forum ini sempat mengadakan
Temu Tokoh Agama Nasional di
Makassar tahun 2003, dihadiri tidak
kurang 300 tokoh agama se Indonesia,
dengan sambutan Presiden Megawati
dibacakan oleh Menteri Agama Prof.
Dr. Said Agil Husin Al Munawar. FAUB
adalah cikal bakal berdirinya Forum
Komunikasi Umat Beragama se
Indonesia, atas instruksi Menko Kesra
Jusuf Kalla ke Menteri Agama waktu
itu.

Dalam Pemilu tahun 2004, Hamka Haq


dipercayakan oleh Presiden Megawati
menjadi Ketua Tim Pemenangan
Mega-Hasyim di Sulawesi. Ia
mendamping Ibu Megawati dalam
serangkaian kampanye Pilpres 2004 di
Makassar, Gowa dan Pinrang. Di
Pinrang Megawati menghadiri
Rakernas Ummahat Daru Da'wah wal
Irsyad, disambut oleh Ketua Umum DDI
Prof. H.A.Mui Kabri.

Dalam Kongres II PDI Perjuangan di


Bali, Hamka Haq dipilih oleh Megawati
sebgai Ketua BIdang Keagamaan.
Posisi tersebut untuk pertama kalinya
diadakan dalam struktur DFPP PDI-P.
Selanjutnya pada Kongres Ke III, ke IV,
dan ke V, Hamka Haq tetap pada posisi
tersebut.

Pada awal bulan puasa 2 Romadhon


1427 (25 September 2006), PDI-P
mengadakan acara buka puasa di
Kediaman Megawati di Kebagusan.
Hamka Haq mengundang Prof. Din
Syamsuddin sebagai pembawa
taushiyah Romadhon. Usai sholat
Tarawih bersama, Pimpinan PDI-P,
Megawati, Taufiq Kiemas, Sekjen
Pramono Anung dan Hamka Haq
merancang berdirinya ormas sayap
Islam untuk PDI-P bersama Prof. Din
Syamsuddin. Usai lebaran, Taufiq
Kiemas dan Hamka Haq mengadakan
silaturahim ke tidak kuramg dari 20
Ormas Islam, khususnya
Muhammadiyah, NU dan KAHMI, guna
mematangkan berdirinya ormas sayap
Islam PDI-P. Akhirnya hasil safari
silaturahim tersebut, PDI-P mendirikan
Baitul Muslimin Indonesia (BAMUSI)
sayap PDIP 29 MARET 2007.
Pada Pilpres 2009, Megawati -
Prabowo, Hamka Haq aktif
mendampingi Ibu Mega kampanye di
Sulawesi. Juga mendmping Prabowo
ketika kampanye di Manado Sulut.
Terus pada Pilpres tahun 2014 (Jokowi
- Jusuf Kalla), Hamka Haq juga banyak
mendamping Pak Jokowi kamapanye
di Jawa Timur, Sulawesi dan
Kalimantan. Sementara itu, ia juga
mendampingi Jusuf Kalla kampanye di
Jawa Barat, Sulawesi, Sumatera Utara
dan Maluku.

Pada awalnya banyak kalangan ragu,


apakah Jokowi dapat memenangkan
Pilpres 2014?. Tetapi Hamka Haq,
suatu ketika sangat berkeyakinan
bahwa Jokowi insya Allah akan
memenangkan Pilpres 2014 itu. Hal ini
berawal dari kunjungan Jokowi ke
Martapura Kal-Sel, didampingi oleh
Hamka Haq bersama Ust. Marwan
Jafar dari PKB. Jokowi diterima oleh
Kyai Haji Irsyad Zein, ahli waris Syekh
al-Banjari, uama terkenal di abad XVI.
Kami bertiga diminta masuk kamar
khusus, tempat pengnggalan Syekh al-
banjari, diantaranya adalah musfah
Qur'an besar tulis tangan ukuran 100 x
75 cm. Jokowi diminta membuka
secara acak Al-Qur'an tersebut, lalu
segera minta Jokowi membacanya.
Ternyata ayat yang didapat dan dibaca
adalah berbunyi: "kam min fi'atin
qalilatin ghalabat fiatan katsiratan" (Al-
Baqarah (2): 249) yang artinya: "Berapa
banyak terjadi, kelompok kecil
mengalahkan kelomppk besar atas izin
Allah". Mendengar ayat itu, Hamka Haq
langsung berkeyakinan bahwa Jokowi
akan pasti menang, walaupun ketika
itu koalisi pendukung Jokowi terbilang
kecil, hanya PDI-P, Nasdem dan PKB.

Mungkin yang paling monumental


ialah ketika Hamka Haq bersama
Ahmad Basarah melantik Pengurus
Baitul Muslimin (BAMUSI) Kabupaten
Malang di Ponpes Babussalam,
asuhan Gus Thoriq. Usai melantik, ia
menunggu kehadiran Capres Jokowi
yang dijadwalkan berkunjung ke
Ponpes tersebut. Saat para pimpinan
dan pengasuh Ponpes menerima
Jokowi, mereka mengusulkan 1
Muharram dijadikan sebagai hari Santri
Nasional. Hamka Haq mendukung
Jokowi untuk meengabulkan usul
tersebut jika terpilih jadi Presiden RI.
Ketika usul tersebut tengah diproses,
banyak kalangan umat Islam yang
protes, sebab 1 Muharram adalah
Tahun Baru Islam Hijriyah. Jadi, Baitul
Muslimin mencari alternatif, hari
bersejarah yang relevan dengan
perjuangan santri. Teringatlah hari tgl
22 Oktober 1945 yang dikenal sebagai
hari seruan jihad nasional oleh
Hadhratus Syekh Hasyim Asy'ari.
Bamusi kemudian beraudiensi ke
kediaman Wapres Jusuf Kallah dan
juga ke Istana Wapres. Bamusi
menyodorkan tgl 22 Oktober sebagai
alternatif. Wapres JK meneruskan usul
tersebut, yang ternyata jiga dikemudian
hari sejalan dengan usul dari ormas
NU yang masuk ke istana Jokowi.
Maka akhirnya tgl 22 Oktober resmi
disahkan sebagai hari santri nasional.

Prof. Dr. H. Hamka Haq terpilih


menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-
2019 dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) mewakili Dapil
Jawa Timur II setelah memperoleh
27.166 suara dari hampir 120.000
suara PDI Perjuangan di Dapil Jatim II
Pasuruan -Probolinggo. Hamka Haq
adalah politisi senior PDIP, terpilih
menjadi Ketua DPP PDI Perjuangan
Bidang Keagamaan sejak 2005 hingga
sekarang (empat periode); Pada
Kongres ke V PDI Perjuangan 8 - 11
Agustus 2019, Ibu Ketua Umum PDI
Perjuangan, Megawati Soekarnoputri
kembali memilih Prof. Hamka untuk
duduk dalam jajaran DPPPDI
Perjuangan 2019-2024. Disamping itu,
dipercaya juga sebagai Ketua Umum
Baitul Muslimin Indonesia, organisasi
sayap Islam dari PDIP (2007 -
sekarang). Hamka Haq adalah mantan
Guru Besar di IAIN Alauddin Makassar
(1999-2013) dan Penasehat Majelis
Ulama Indonesia (MUI) sejak 2010.
Pada masa kerja 2014-2019 Hamka
Haq duduk di Komisi VIII yang
membidangi sosial dan agama. Pada
Maret 2016, Hamka Haq menjadi Wakil
Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan
(MKD) menggantikan Junimart
Girsang.[1]

Kontroversi
Paham keagamaan dan sikap politik
Hamka Haq, kadang dipandang
kontroversi, antara lain yang paling
menonjol adalah:

Pemimpin Wanita, Hamka Haq


menghalalkan Wanita menjadi pemimpin,
sepanjang memenuhi syarat, yaitu jika
memiliki keunggulan SDM dan
kemampuan materia, seperti yang
disyaratkan dalam Q.S. Al-Nisa (4): 34.
Apalagi Rasululah SAW juga pernah
dipimpin oleh seorang konglomerat Arab
ketika itu, yakni Khodijah al-Kubra. Lagi
pula dalam salah satu riwayat shiahih
dari Musnad Imam Ahmad da Sunan Abi
Dawud, termuat dalam Kitab Subulu
Salam, Rasulullah membolehkan seorang
wanita menjadi imam sholat. Hamka Haq
memahami hadits tentang larangan Nabi
mengangkat wanita jadi pemimpin,
sesuai dengan konteks zamannya.
Bahwa di zaman Nabi SAW pemimpin itu
adalah Raja atau Kaisar, yang berkuasa
absolut, jadi wanita tidak boleh jadi
pemimpin jika bertindak absolut.

Kenyataan sekarang, sudah banyak


ormas Islam dan parpol Islam
mendukung kandidat Gubernur atau
Bupati dari kaum wanita. Bahkan banyak
posisi di kabinet atau di perusahaan
dipimpin oleh wanita, dan sudah diterima
oleh semua pihak. Dalam hal ini
perjuangan pemikiran Hamka Haq
dipandang berhasil.

Non Muslim bisa jadi Pemimpin, Hamka


Haq membolehkan dalam kondisi
tertentu. Bahwa ayat larangan non
Muslim jadi pemimpin itu berkaitan
dengan suasan perang, yang maksudnya
Muslim dilarang mengangkat Paanglima
Perang jika mengadapi serang musuh.
Juga pemimpin yang dimaksud dalam
ayat larangan itu dengan kalimat awliya,
(Al-Maidah (5); 51) dalam artian jamak
(pemimpin-pemimpin), ialah pemimpin
kolektif. Ini sejalan dengan sistem
kekuasaan modern, yang terbagi ke
dalam kekuasaan legislatif, eksekutif dan
Yudikatif. Jadi umat Islam dilarang
menyerahkan kepemimpinan kolektif,
bahwa semua posisi kepemimpinan
(Legislatif, eksekutif dan Yudikatif)
semua diserahkan kepada non Muslim,
itulah yang haram. Tapi jika hanya satu
sisi saja, dan tidak menyebabkan umat
Islam teraniaya, apalagi dalam
masyarakat majemuk, tidak termasuk
dalam larangan nitu. Dia mengambil
contoh, Negara Islam Sudan pernah
mengangkat wakil Presiden dari
kalangan Kristen.

Karya Tulis
Sebagai akademisi mantan Guru Besar
UIN Makssar, Hamka Haq, menulis
sejumlah karya ilmiyah berupa buku dan
makalah di bidang agama dan politik. Di
antara buku yang pernah ditulisnya,
adalah: Koreksi Terhadap Ahmadiyah
(Panjimas 1980), Dialog Pemikiran Islam
(1995), Falsafat Ushul Fikih (1198),
Konsep Mahlahat Al-Syathibi (2005),
Islam Rahmah untuk Bangsa (2009),
Mengabdi Bangsa bersama Presiden
Megawati (2009), Pancasila 1 Juni dan
Syariat Islam (2011), Pluralisme Tahmat
untuk Satu Indonesia (editor- 2012),
Islam dan Hubungan Lintas Agama
(2019), dan Asas-asas Kehidupan
berbangsa dan Bernegara (2019).

Referensi
1. "Salinan arsip" (http://wikidpr.org/anggot
a/5403631742b53eac2f8ef748) .
Diarsipkan (https://web.archive.org/we
b/20180726094804/http://wikidpr.org/a
nggota/5403631742b53eac2f8ef748)
dari versi asli tanggal 2018-07-26.
Diakses tanggal 2017-07-17.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Hamka_Haq&oldid=24080613"

Halaman ini terakhir diubah pada 28 Agustus


2023, pukul 02.50. •
Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali
dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai