Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Gerakan Radikal Indonesia
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Prof. Dr. Hj. Muhammad Rasjidi merupakan mentri agama pertama, ia lahir di Kotageda
pada hari kamis taggal 20 mei 1915 atau bertepatan pada tanggal 4 Rajab 1333 di Kotagede
Yogyakarta. Ayahnya bernaa Atmosudigdo, yang merupakan pengusaha batik yang sukses dan
sangat berpengaruh baik dilingkungannya maupun didaerah lainnya. M. Rasjidi merupakan anak
kedua dari lima bersaudara, kakak pertamanya Bernama Sapardi, adknya Bernama Sadjiman, yang
keempat Sakidjan dan yang terkahir adik perempuannya Bernama Sadjinah. Kehidupan M Rasjidi
sejak kecil berada pada keluarga yang bernuansa Jawa-Islam (Kejawen), sehingga dalam artian
meskipun mengakuislam namun tidak menjalankan agama syari’at islam 2. Golongan demikian
1
Mondestu, Pelaksanaan Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Riau Pada Masyarakat Pendalaman
Suku Talang Mamak, Desa. Rantau Langsat, Dusun Air Bomban Kab. Indragiri Hulu, Riau, Skripsi UIN Sultan
Syarif Kaism Kasim Riau, Pekanbaru, 2022. 51.
2
Imam Fauroni, “Sejarah Pemikiran H.M. Rasjidi: Filsafat Agama (1915-2001 M),2019, 18.
dalam masyarkat lebih dikenal dengan kaum abangan, dalam artian islam hanya pengakuan atau
factor keturunan. Walapun dari keluarganya merupakan kaum bangan M Rasjidi dan sauadara-
saudaranya tidak mau dikatakan sebagai pemeluk selain islam. Hal tersebut dibuktikan dalam
kehidupan sehari-hari yang melakukan semuah syari’at islam seperti sholat dan membaca Al-
Qur’an yang setiappagi bersama gurunya.
Pada masa kecil M Rasjidi memiliki nama Saridi, perubahan nama tersebut diberikan oleh
Syeh Ahmad Sukarti ketika ia menempuh studi di al-Irsyad yang berada di Lawang3. Pergantian
nama tersebut diresmikan Ketika ia sepulang dari ibada Haji, hal tersebut dilakukan secara
lazimnya orang jawa pergantian nama setelah pulang haji mencerminkan semakin spiritual dalam
kehidupannya. Sehingga harapan pergantian nama merupakan do’ah agar pemiliki nama semakin
religius baik secara batin maupun batin.
M. Rasidji dan sauadaranya sejak kecil hidup pada lingkugan yang bernuansa islam-jawa
atau kaum abangan akan tetapi ayahnya masih memikirkan Pendidikan anak-anaknya sehingga
mendatangkan guru agar mengajarkan agama islam suai dengan syari’at, kemudian ayanya juga
mengirim kesekolah “Ongko loro” atau sekolah yang sederajat dengan sekolah dasar selama tiga
tahun sebagai rangka dalam memberantas buta huruf dan dapat berhitung tersebat dipelosok desa4.
Dengan menggunakan bahasa daerah sebagai pengatar dan bahasa Belanda sebagai mata Pelajaran,
namun bukan sebagai mata Pelajaran pokok.
Setelah mendapat pendidkan di “Ongko loro” selama tiga tahun ia dipindahkan oleh
ayahnya di sekola dasar Muhammadiyah atau Hollandsh inlandsche School (HIS) Muhammadiyah
di Kotageda Yogyakarta pada tahun 19125. Yang bertepatan pada momentum berdirinya.
Muhammdiyah. Disekolah Muhammadiyah para muridnya diajarkan mata Pelajaran umum dan
juga mata Pelajaran agama islam. Disekolah ini M Rasidji sangat aktif karena tidak ingin menyia-
nyiakan waktunya ia mengikuti berbagai ektrakulikuler dari Hisbul Wathan (WH) dan juga
kegiatan-kegiiatan yang dapat menunjang kreativita Pelajarannya disekolah. setelah lulus dari
3
Ridho Yulianto, Pemabaharuan pemikiran islam (Telaah Kritis M Rasjidi Terhadap Pemikiran Harun Nasution),
Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: 2019. 17.
4
Danu Nur Dianna, “Pendidikan Multikultural Dari Perspektif H.M. Rasjidi,” Profetika: Jurnal Studi Islam, 21.1
(2020), 93.
5
Innani Musyarofah, “Hubungan Kristen Dan Islam Di Indonesia,” , 2016, 13.
sekolah Muhammadiyah ia ingin meneruskan pendidikanya di Kweekschool, keinginan tersebut
mendapatkan izin dari ayahnya6.
Pada awal masuk dilembaga Pendidikan yang baru ia berfikir bahwa ia akan mendapatkan
Pendidikan yang lebih dari apa yang telah ia diterima di lemabaga Pendidikan yang sebelunya.
Namun ia merasa tidak puas dengan sitem Pendidikan yang diterima. Pada awalnya Rasjidi harus
mengulang pendidikannya dikelas satu manun setelah ia dinaikkan ke kelas tiga. Ketika ia duduk
dikelas empat Rasjidi mampu membaca kitab-kitab bahasa arab yang cukup berat dan berbobot.
Seperti gramatika bahasa Arab, Alfiyah Ibnu Malik yang merukanan yang terdiri dari seribu bait
yang dan itu semuah suda dihafaalnya diluar kepala7. Sementara teman-tema yang setara
dengannya belum menguasai hal tersebut, sehingg aia diangkat menjadi asesten oleh Syekh Ahmad
Sukarti. Bukan hanya itu ia juga menghafal buku logika Aristoteles yang berjudul Matan as-Sullam
6
Fauroni.
7
Miftakhur Ridho, Biografi Dan Pemikiran H.M. Rasyidi, Humanistika: Jurnal Keislaman Vol. 9 No. 2 2023.113.
pada usia yang masih 15 tahun padahal buku tersebut merupakan buku yang memeliki isi yang
berat8.
Setelah belajar selama dua tahun Rasidji mendapatkan gelar diploma, sedangkan Syekh
Ahmad Sukarti akan pinda ke Jakarta sehingga sekolah Al-Irsyad yang ada di Lawang harus
ditutup dan Rasjidi ulang ke Yogyakarta yang merupakan kota kelahiranya dan Kembali
kekeluarganya. Tidak lama tinggal bersama keluarganya, Rasjidi menuturkan niatnya utuk
melanjutkan Pendidikan ke jejang yag lebih tinggi di Mesir. Dari apa yang disampaikan tersebut
ia medapatkan dukungan dari keluarganya meskipun ibunya merasa berat akan tetapi ayahnya
sangat mendukukng denga napa yang dilakukan oleh Rasjidi karne ayahnya sangat perhatian
terhadap ilmu dan masa depan anaknya.
Pada tahun 1931 ia menuju ke Kairo dengan menumpangi kapal, Setibanya ia di Kairo ia
tidak langsung ke Universitas Al-Azhar karena ia harus melakukan persiapa terlebih dahulu di
Qism’Am yang merupakan sekolah untuk calon mahasiswa Indonesia. Akan tetapi belum
memasuki Universitas Al-Azhar ia merasa ketidak puasan dengan Pendidikan yangada
disanamenurutnya terlalu tradisional, sehingga menurutnya sama dengan pesantren yang belum
mengalami pemabaharuan (modern)9.
Oleh karena itu Rasjidi memutuskan untuk melanjutkan Pendidikan di Universitas Kairo
karena ia terpengaruh oleh tamnnya yaitu Kahar Muzakkir yang sama-sama bersal dari Kotagede.
Di sama Rasjidi mengambl jurusan Filsafat. Dari situlah Rasjidi menjadi mahasiswa Indonesia
yang pertama kalimendapatkan gelar (BA) dalam bidang filsafat di Universitas Kairo. dalam
pengalaman tersebut Rasjidi bukan hanya berkecimpung dalam bidang akademi saja, akan tetapi
ia juga aktif dalam organisasi-organisasi oraganisasi Jami‟iyyah al-Khayriyyah al-Thalabiyyah al-
Jawiyyah. Rajidi ditunjuk sebagai wakil ketua saat pergantian nama dari Jami‟iyyah al-
Khayriyyah al-Thalabiyah al-Jawiyyah menjadi Perpindo (Persatuan Pemuda Indonesia-Malay)10.
Perjalanan Pendidikan yang ditempuh oleh Rasjidi bukan hanya itu akan tetapi M. Rasjidi
pada tahun 1956 berhasil menjadi orang Indonesia pertama lulusan Sorbonne dan meraih gelar
8
Dianna.
9
Ridho Yulianto. 21
10
Imam Fauroni. 27.
doktor secara Cum Laude lewat disertasi berjudul L'evolution de I'lslam en Indesie ou
pertimbangan critique du livre Tjentini (Kajian kritis Serat Centini)11.
11
Dianna.
12
Fauroni.
Setelah mendapatkan gelar Doktor Rasjidi mendapatkan tawaran untuk menjadi Dubes
Pakistan, namun setelah dua tahun menjadi Dubes Pakistan di Indonesia terdapat masalah yang
bergejolak dengan berdirinya PRRI (Pemerinta Revolusi Republik Indonesia). Ditengah
suasana yang bergejolak iamendapatkan tawaran darin Institute of Islamic Studies, Mc Gill
University,Montreal, Canada yang memerlukan asisten profesoruntuk studi Islam dan Sejarah
Islam. Ia menerima taewran tesebut dan mengambil cuti dari tanggung jawab yang ia pegang
sebagai dubes. Setelah lima tahun bertugas di McGill, ia tawar oleh Islamic Centre di
Washington D.C., untuk mengelola masjid, perpustakaan, dan lembaga pendidikan.Dalam
konferensiyang berjudul Islam and Peace di selenggarakan University of North Carolina─salah
seorang pembicaranya adalah Majid Khadduri, ahli tentang Islam dan perdamaian,
Rasjidimengkritikteori Khudduri yang beragumen bahwa Islam memandang dunia dalam
keadaan perang abadi, makasatu-satunya untuk mengakhiri situasi itu adalah melalui kekerasan
dan perang. Keberanian Rasjidi bersuara lantang akhirnyadisingkirkan secara halus dari
jabatannya.
Dengan demikian Rasjidi Kembali ke Indonesia untuk memulai kehidupan yang baru,
namun ia sebagai pnenetang komunis yang sangat antara presiden Soekarno dengan PKI
membuat ia tidakbisa tinggal diam, kemudian ia melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan
sesampainya ia dipilih menjadi anggota Rabitha al-Islami, dan ditunjuk oleh raja Arab Saudi
menjadi Direktur perwakilan Rabitha yang ada di Jakarta sekaligus anggota Majlis Ta’sisi
(Dewan Konstitusi).
Selajutnya pada tanggal 26 Februari 1967 disepakati berdirinya Dewan Dakwa
Islamiyah Indonesia (DDII) M. Rasjidi dalam dewan dakwa ialah merupakan salah satu pendiri
dari Dewan Dakwah Uslamiyah IndOnesia (DDII), ia menjabat sebagai wakil ketua dari DDII 14.
Pada 1966 Rasjidi diminta untuk mengajar hukum islam di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, dan tepatnya pada 20 April 1968 dikukuhkan menjadi guru bear Hukum di UI. Selain
itu ia juga menjadi guru besar Filsafat Brat di pasca sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam usia yang ke 86 Rasjidi meninggal dunia tepatnya pada tanggal 30 Januari 2001 dan
dimakamkan di Kotagede Yogyakarta.
14
Yudi Latif, “Inteligensia Muslim Dan Kuasa: Genealogi Intelegensi Muslim Indonesia Abad ke-20”, Bandung:
Mizan. 2005. 520.
2. Karya M. Rasjidi
Rasjidi merupakan seorang intelektual Muslim yang berbasis akademis, berkecimpung
didunia perpolitikan dan juga menjadi Mentri Agama pertama yang muliti dimensi, sehingga
banyak karya tulis yang ia hasilkan berupa buku, jurnal, dan majalah meliputi, Islam
Menentang Komunisme, Islam di Indonesia di zama modern, Islam Kebatinan, Mengapa Aku
Tetap Memeluk Agama Islam?, Keutamaan Hukum Islam, Agama dan Etika, Koreksi
Terhadap Drs Nurcholish Madjid Tentang Sekularisasi, Kasus RUU Perkawinan dalam
Hubungan Islamdan Kristen, Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, Hukum
Islam dan Pelaksanaannya dalam Sejarah, Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution Tentang
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan
Nasional, Amanat Tuhan Belum Diterapkan dalam Masyarakat, Pembaharuan adalah Masalah
Tehnis. Pergolakan Pemikiran Islam, Apa itu Syi’ah?, Ijtihad dulu dan Sekarang, Hendak di
Bawa ke ManaUmat Ini?.
D. Kesimpulan
Prof. Dr. Hj. Muhammad Rasjidi merupakan mentri agama pertama, ia lahir di Kotageda
pada hari kamis taggal 20 mei 1915 atau bertepatan pada tanggal 4 Rajab 1333 di Kotagede
Yogyakarta. Sejak kecil ia berada pada lingkungan keluarga yang menggunakan Islam-Jawa namu
ayahnya yang Bernama Atmosudigdo menginginakan anak-anaknya untuk mempelajari islam
sesuai dengan syari’at, hingga ia menempuh Pendidikan pertamanya di sekolah “ongko loro” yang
setara dengan sekola dasar, setelah itu ia dipindahkan di Sekolah Dasar Muhammdiyah yang
berada di Kotagede, setelah lulus dari sekolah dasar Muhammdiyah ia meneruskan di
Kweekschool Muhammdiyah yang merupakan sekolah Menengah Petama yang menggunkan
system pendidkan Belanda, namun Rasjidi mengalami ketidak cocokan dengan sitem Pendidikan
yang diberikan sehingga ia memutuskan pinda ke Sekolah Al-Irsyad yang ada di Lawang Jawa
Timur yang didirikan oleh Syekh Ahmad Sukarti, setelah mendapatkan gelar diploma ia
meneruskan jenjang sarjana di Universitas Kairo Mesir, setalah itu ia pulang ketana air dan
mengikuti berbagai organisasi yang ada di Indonesia. Pada tahun 1956 mendapatkan gelar Doktor
di Universitas Sorbonne Perancis.
Sepulangnya dari Kairo Rasjidi masuk dalam dunia politik, birokrasi dan diplomasi,
pada awalnya ia masuk pada anggota Partai Islam Indonesia (PPI), disamping itu ia juga masuk
sebagai anggota Alliance Francaise (perhimpunan Perancis) yang ada di Yogyakarta, tidak
hanya itu Rasjidi juga aktif dalam Islam Clib Study yang bertujuan menkaji islam dalam
konteks modern,tidak kalah penting ia juga merupakan wakil ketua Masyumi. Pada tahun 1946
Rasjidi menjadi Mentri keagamaan yang pertama pada masa cabinet Syahrir II, pada tahun 1953
mejadi Duta Besar Indonesia untuk Mesir dan Saudi Arabiya dengan kedudukan di Kairo. pada
tahun 1953 Rasjidi menjadi duta besar Indonesia Iran dan Afganistan yang berkedudukan di
Teheran. Pada tahun 1956 menjadi Duta Besar Pkistan. keudian ia pulang karena disingkirkan
dari McGill karena menetang pendapat seorang narasumber yang diundang pada saat konferens.
Setelah itu ia ulang ke tana air dan kemudian melakukan perjalan Kembali ke Arab Saudi dan
diutus untuk menjadi Derektur perwakilan Rabitha di Jakarta. pada tanggal 26 Februari 1967
disepakati berdirinya Dewan Dakwa Islamiyah Indonesia (DDII) Rasjidi menjadi wakil ketua,
Pada 1966 Rasjidi diminta untuk mengajar hukum islam di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, dan tepatnya pada 20 April 1968 dikukuhkan menjadi guru bear Hukum di UI. Selain
itu ia juga menjadi guru besar Filsafat Brat di pasca sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam usia yang ke 86 Rasjidi meninggal dunia tepatnya pada tanggal 30 Januari 2001 dan
dimakamkan di Kotagede Yogyakarta. Rasjidi merupakan intelektual yang sangat akademis
sehingga ia memiliki banyak karya tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Dianna, D. N.. Pendidikan Multikultural Dari Perspektif H.M Rasjidi. Jurnal Studi Islam. 2020.
Fauroni, I.. Sejarah Pemikiran H.M. Rasjidi: Filsafat Agama (1915-2001M). Skripsi, UIN Sunan
Ampel Surabaya. 2019.
Latif, Y.. Inteligensia Muslim Dan Kuasa: Genealogi Intelegensi Muslim Indonesia Abad ke-20.
Jakarta, Mizan. 2005.
Mondestu.. Pelaksanaan Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Riau Pada
Masyarakat Pendalaman Suku Talang Mamak, Desa. Rantau Langsat, Dusun Air Bomban
Kab. Indragiri Hulu, Riau. Skripsi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau. 2022.
Musyarofah, I.. Hubungan Kristen Dan Islam Di Indonesia Dalam Pandangan H.M. Rasjidi.
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.
Ridho, M.. Biografi Dan Pemikiran H.M. Rasyidi. Humanistika: Jurnal Keislaman. 2023
Yulianto, R.. Pembaharuan Pemikiran Islam (Telaah Kritis M. Rasjidi Terhadap Pemikiran Haru
Nasution). Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya. 2019.