ABSTRAK
Namun, bagaimana Islam dapat masuk ke Indonesia? Dan, apa pengaruh yang
diberikan Islam terhadap kehidupan beragama dan sosial di Indonesia? Berangkat
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, disusunlah artikel ini dengan tujuan untuk
membahas sedikit pengetahuan yang penulis punya.
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam artikel ini ialah teori-teori masuknya
Islam ke Indonesia, pengaruh Islam terhadap bidang pendidikan di Indonesia,
khususnya sistem pendidikan, dan pengaruh Islam terhadap bidang kesenian dan
corak arsitektur bangunan-bangunan di Indonesia.
PEMBAHASAN
1. Teori Gujarat
Teori Gujarat pertama kali deicetuskan oleh salah seorang sarjana Belanda
lulusan Universitas Leiden pada abad ke-19 yang bernama J. Pijnapel. Ia
berpendapat bahwa pada abad ke-7 M sudah banyak ditemukan orang Arab
yang menetap di Gujarat, barat India. Meskipun begitu, J. Pijnapel berpendapat
bahwa yang membawa agama Islam masuk ke Indonesia ialah orang Gujarat
asli yang sudah beragama Islam medio abad ke-13 M.
Selat Malaka yang menjadi salah satu destinasi dagang terbesar di Asia
pada saat itu ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai belahan dunia,
termasuk Gujarat. Karena mereka bepergian dengan transportasi air yang
mengandalkan angin musim, maka tak sedikit pedagang yang banyak menetap
di Indonesia untuk menunggu angin yang dapat membawa mereka kembali ke
negeri asal mereka. Di waktu menetap inilah para pedagang terjadilah
1
penyebaran Islam yang terjadi akibat adanya interaksi sosial. Selain itu,
banyak juga perkawinan antara penduduk lokal dan orang-orang Islam dari
Gujarat, sehingga populasi Muslim di Indonesia terus bertumbuh. Hal ini
berujung pada berdirinya perkampungan pedagang Muslim di daerah pesisir
Sumatera.
2. Teori Cina
Ditemukan juga sebuah bukti berupa catatan yang menjelaskan bahwa ada
sebuah perkampungan Arab di daerah pesisir barat pulau Sumatera yang ditulis
dalam Cina kuno. Bukti lainnya yaitu bertambah banyaknya pendakwah Islam
yang merupakan keturunan Cina pada masa Kerajaan Demak yang notabene
adalah kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
3. Teori Persia
Prof. Hoesein Djajaningrat dan Prof. Umar Amir Husein merupakan dua
tokoh yang pertama kali mencetuskan teori ini. Teori Persia menyatakan
bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Persia
(sekarang Iran). Teori ini didukung oleh beberapa bukti kuat, seperti
ditemukannya upacara Tabuik yang memperingati 10 Muharram di Bengkulu
dan Sumatera Barat, batu nisan Malik al Shahih dan Maulana Malik Ibrahim,
dan kesamaan ajaran sufi yang dianut seorang ulama sufi asal Jepara, Syekh
Siti Jenar, yang beraliran al-Hallaj, serta adanya kosakata yang sama antara
bahasa Persia dan bahasa Melayu.
4. Teori Makkah
Buya Hamka, salah satu ulama besar di Indonesia, berteori bahwa Islam
dibawa langsung oleh orang-orang Arab ke Nusantara. Buya Hamka
memberikan bukti berupa penemuan naskah kuno yang menjelaskan bahwa
pada tahun 625 M telah bermukim orang-orang Arab di pesisir pantai
Sumatera Barat. Bukti lain adalah adanya pemukiman Arab di Barus pada 674
2
M, makam Siti Fatimah binti Maimun yang batu nisannya diukir dengan
tulisan kaligrafi arab, dan adanya pemakaman Islam di wilayah kerajaan
Majapahit, tepatnya di Trowulan.
1. Pendidikan
Terdapat lima unsur yang menjadi ciri khas pesantren, antara lain.
a. Kyai
Kyai adalah sebutan bahasa Jawa untuk orang yang ‘alim dalam
bidang agama dan memiliki atau memimpin pesantren.
b. Masjid
Dalam lingkup pendidikan pesantren, masjid menjadi salah satu
unsur penting dalam mendidik santri untuk praktek ibadah,
khutbah, mengkaji al-Qur’an dan membahas ilmu-ilmu.
c. Santri
Terdapat dua macam santri, yaitu kalong dan mukim. Santri kalong
ialah santri yang tidak menetap di asrama/pondok, melainkan
pulang-pergi ke rumah-pesantren setiap harinya. Sedangkan santri
mukim ialah santri yang menginap di asrama.
d. Pondok
Selain berperan sebagai tempat tinggal santri, pondok juga menjadi
ajang pelatihan kemandirian para santri. Pendanaan untuk
pembangunan dan perawatan pondok biasanya berasal dari kyai
sendiri dan bantuan sedekah atau wakaf dari masyarakat umum.
e. Kitab klasik
Kitab kuning karya ulama-ulama terdahulu yang membahas ilmu
seperti nahw, sharaf, fiqh, ushul fiqh, hadis, tafsir, tauhid,
tasawwuf, tarikh dan balaghah.
Yang kedua, pendidikan madrasah. Berasal dari akar kata dalam bahasa
Arab darasa – yadrusu – darsan yang artinya belajar. Dalam bahasa
3
Indonesia, madrasah dipadankan dengan kata sekolah. Dengan ini, dapat
disimpulkan bahwa madrasah adalah tempat belajar atau sekolah.
4
bukti pengaruh sufi al-Ghazali di Indonesia adalah dokumen kode etik Islam
Jawa yang ditemukan di daerah Sedayu, Gresik.
5
Fenomena ini berlanjut hingga dasawarsa setelahnya dengan syair-syair
dari Afrizal Malna, Kriapur, Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, dan
Heru Emka.
c. Pertunjukan
Selawat berasal dari bahasa Arab’ yaitu shalah yang berarti do’a.
Selawat artinya berdo’a kepada Allah atas keselamatan, keberkahan, dan
kemuliaan kepada Rasulullah SAW.
Selawat di Indonesia menjadi sebuah seni musikal, yakni selawatan.
Selawatan berasal dari pesantren-pesantren di Jawa. Hal ini dikarenakan
syair dan pesan Islami memiliki kedudukan sentral, sedang musik vokal
mendominasi dalam selawatan.
Seni selawatan diakui sebagai kebudayaan Jawa menurut kacamata
kultural, layaknya kesenian wayang yang juga dipengaruhi oleh nilai-
nilai Islam. Tradisi selawatan biasanya dilakukan oleh pesantren-
pesantren tradisional yang menganut manhaj ahlus sunnah wal jama’ah
dengan berafiliasi kepada organisasi Nahdatul Ulama. Tembang selawat
seringnya dinyanyikan oleh vokal solo dengan diseling lantunan syair-
syair Islami.
d. Arsitektur bangunan
Arsitektur Islam adalah cara membangun dengan hukum syariah,
tanpa batasan tempat, fungsi bangunan, tetapi lebih ke karakternya yang
bernuansa Islami dipengaruhi oleh sejarah, tempat, dan tipologi.
i. Tipologi bentuk. Arsitektur Islam dipakai pada produk utama
seperti masjid, makam, istana dan benteng, dan dipakai pada
bangunan yang skalanya lebih kecil.
ii. Mengacu kepada sejarah dan tempat. Luasnya wilayah
kekuasaan Islam pada masa kejayaan dulu mempengaruhi
bentuk arsitektur Islam yang banyak improve dari arsitektur
Persia, arsitektur Turki, arsitektur Mamluk, dan lainnya.
iii. Mengacu kepada elemen, arsitektur Islam dapat pula
diidentifikasi lewat elemen-elemen desai seperti kubah,
mihrab, bentuk geometris, dan kaligrafi.
Kedatangan Islam ke Nusantara tidak membawa tradisi bangunan
baru, melainkan menyesuaikan arsitektur bangunan yang ada dan
meleburkan gaya Islam di sana. Contohnya, menara Masjid Kudus yang
arsitekturnya menyerupai sebuah candi pada abad ke-14. Masjid-masjid
pertama di Indonesia menyerap tradisi bangunan di Jawa yang
mengusung empat tiang tinggi yang menunjuang layaknya piramid.
6
Berikut ini bangunan keagamaan Islam yang melebur di dalamnya
arsitektur Hindu-Buddha.
i. Masjid. Ciri khasnya yaitu berdenah segiempat, beratap
tumpang dua, tiga, empat, lima, atau lebih tingkat, memiliki
serambi di depan masjid, terdapat kolam di depan atau
samping, dipagari tembok di sekitar masjid. Contoh masjid
yang berciri khas seperti di atas ialah Masjid Agung Demak,
Masjid Agung Banten, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon,
Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta, Masjid
Raya Baiturrahman Aceh, Masjid Baitul Kamal Depok, dan
lainnya.
ii. Istana Islam. Istana menghadap alun-alun dengan sebuah
Masjid di sebelah barat dan pasar di bagian utara. Contohnya,
Istana Kasepuhan Cirebon.
iii. Makam. Taj Mahal, salah satu bangunan arsitektur terindah di
dunia, merupakan makam. Hal itu mempengaruhi makam-
makam di Indonesia yang dipoles begitu indah batu nisannya.
KESIMPULAN
1. Teori Gujarat
2. Teori Cina
Teori ini berpendapat bahwa Islamisasi di Nusantara telah terjadi sejak abad
ke-7 di Sumatera berdasarkan bukti berita-berita dari Cina dan Jepang.
3. Teori Persia
Teori Persia menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Persia (sekarang Iran).
4. Teori Makkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa langsung oleh orang-orang Arab ke
Nusantara.
7
madrasah, bidang pemikiran Islam dalam fiqih dan tasawuf, bidang kesenian dalam
seni lukis kaligrafi, bidang sastra dalam puisi, kitab, dan novel Islami, bidang
pertunjukan dalam wayang dan selawatan, hingga bidang arsitektur dalam corak
interior dan bangunan masjid, istana, serta makam.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadhol, I. (2017). Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam.
Indrawan, A. (2010). Selawat Sebagai Seni Pertunjukan Musikal. Resital Vol. 11 No. 2, 95-96.
Mahdi, A. (2013). Sejarah dan Peran Pesantren dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Islamic
Review, 3-7.
Mas, & ud, A. A. (2018). Fiqih dan Tasawuf dalam Pendekatan Historis. HUMANIS, 16-18.
Musa, M. F. (2012). Fenomena Sastera Islam di Indonesia. International Journal of the Malay
World and Civilsation (Iman) Vol. 30 No. 1, 43-45.
Najah, N. (n.d.). Pemikiran dan Peradaban Islam di Nusantara. Pemikiran dan Peradaban Islam
di Nusantara, 2-5.
Patriani, S. R. (2017). Pengaruh Sosiokultural Budaya Islan Terhadap Seni Lukis Kaligrafi di
Indonesia. Jurnal Buana Pendidikan Tahun 13, No. 23, 86-87.
8
9