Anda di halaman 1dari 23

1

PEMIKIRAN ZAKIYAH DARADJAT


TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. PENDAHULUAN
Dunia ilmu pengetahuan modern memandang seorang
pendidik harus mengembangkan keprobadian seorang anak dan
menyiapkanya untuk menjadi anggota masyawakat. Dua fungsi
utama pendidikan adalah untuk melanjutkan kedua peranan
yang akan dimainkan dalam hidupnya, yaitu sebagai individu
dan sebagai masyarakat sosial.
Kemudian, pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya
agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah
tangung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. 1 Hal ini
senada dengan pendapat Zakiyah daradjat yang mengatakan
bahwa lingkungan dan tanggung jawab pendidikan itu mencakup
tiga bagian yaitu pendidikan rumah tangga / keluarga,
pendidikan Sekolah / guru dan pendidikan langsung di
masyarakat.
Berkaitan dengan pendidikan Islam, maka dalam kesempatan
makalah kali ini akan sedikit dipaparkan mengenai beberapa hal
yang berkaitan dengan pendidikan Islam mulai dari hakikat,
landasan, tujuan dan lingkungan serta tanggung jawab
pendidikan Islam bagi manusia dengan melalui sudut pandang

1 Fatah Syukur, Dr. H., M.Ag., Sejarah Pendidikan Islam, Semarang :


Pustaka Rizki Putra, IKAPI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
2012, hlm., 140
2

seorang tokoh pendidikan perempuan Indonesia yaitu Zakiyah


Daradjat.

B. PEMBAHASAN
1. Biografi Prof. Dr. Zakiyah Daradjat. M.A.
Abuddin Nata, dalam buku yang berjudul Tokoh-tokoh
Pembaharuan pendidikan Islam Indonesia menyebutkan studi
tentang riwayat hidup seorang tokoh secara mendalam
sebelum mengetahui pemikirannya sangatlah diperlukan,
karena dengan cara demikian dapat diketahui factor-faktor
apa saja yang nantinya mempengaruhi cora pemikiran tokoh
tersebut.
Zakiyah Darajat, seorang tokoh wanita yang berasal dari
Tanah Minang merupakan tokoh pendidikan pada permulaan
abad ke 20, tepatnya pada tahun 1929. Beliau dilahirkan di
kampung kota Merak, Ampek Angkek Bukit Tinggi pada
tanggal 6 November 1929. Beliau adalah Putri Sulung dari
enam bersaudara. Ayahnya bernama H. Daradjat Husain,
Seorang aktivis organisasi Muhammadiyah, sedangkan Ibunya
Rafi`ah aktivis di organisasi Sarikat Islam.2

Pendidikan Zakiah Daradjat


Terkait dengan pendidikan, Zakiah Darajdat termasuk kategori
seorang yang cerdas. Beliau memulai pendidikannya sejak
usia 6 tahun sebuah sekolah dasar Standart School
Muhammadiyah pada pagi hari, dan sorenya beliau belajar
pengetahuan agama di sekolah Diniyah (Sekolah khusus

2 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di


Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, hlm,. 233
3

pendidikan Agama Islam). Hal ini tentunya dipilihnya karena


ia tidak hanya mementingkan kepentingan pengetahuan
umum saja, ia juga berkeinginan mengetahui pengetahuan
agama Islam.
Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar,
Zakiah melanjutkan pendidikan di sekolah Menengah Pertama
(SMP). Seperti halnya saat duduk di bangku Sekolah Dasar,
Zakiyah juga mengenyam pendidikan Agama pada tingkat
lanjut. Zakiyah melanjutkan pendidikan ke Kulliyyatul
Muballighat di Padang Panjang. Akan tetapi pada saat duduk
di bangku SMA hal demikian tidak bisa ia lakukan karena
lokasi sekolah SMA yang berlokasi cukup jauh dari tempat
tinggal asalnya Bukit Tinggi. Akan tetapi semangat dan ilmu
dari Kulliyatul Muballighat cukup menjadi semangatnya untuk
menjadi seorang mubaligh sampai akhir hayatnya.
Selesai dari SMA zakiyah melanjutkan studinya ke
Yogyakarta, tepatnya tahun 1951 dia Masuk IAIN Yogyakarta
dan mengambil Fakultas Tarbiyah. Di masa itu sekali
perempuan yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang
Perguruan Tinggi. Akan tetapi karena didukung oleh
kemampuan dan semangat tinggi dia memilih merantau
untuk menuntut ilmu di kota Pelajar tersebut. Bahkan dia juga
mengambil kuliah pada waktu yang sama di salah satu
Univesitas terkemuka di Jogjakarta waktu itu yaitu Universitas
Islam Indonesia (UII), walaupun di pertengahan jalan harus
terhenti proses belajarnya di kampus UII tersebut. Hal ini
dikarenakan anjuran dari para pengajar agar zakiyah
berkonsentrasi pada satu kuliah saja.
4

Setelah mendapatkan gelar Doktor Pertama (BA), dia


bersama Sembilan laki-laki teman sekelasnya mendapatkan
tawaran dari Depag untuk melanjutkan studi di Kairo Mesir.
Tepatnya pada tahun 1959 dia masuk pada salah satu fakultas
pendidikan pada Universitas Ain Syams untuk prodi S2 nya.
Pada studi Dirosat Ulya ini beliau menulis tesis yang berjudul
Problematika Remaja di Indonesia (Musykilat al Murohaqot fi
Indonesia). Untuk menuntaskan studi tingkat lanjutnya zakiah
mengikuti program doctor (Ph.D.) pada kampus yang sama
dengan mendalami lagi bidang psikologi, khususnya
psikoterapi. Dan akhirnya dia berhasil mempertahankan
disertasinya mengenai perawatan jiwa anak-anak dengan
judul Dirosah Tajribiyyah li Taghayyur al lati tathro`u ala
syakhsyiyyat al athfal di bawah bimbingan Mustafa Fahmi dan
Attia Mahmoud Hanna. Karena itulah dia disebut sebagai
doktor muslimah pertama dalam bidang psikologi dengan
spesialisasi psikoterapi.3

Karir Zakiyah Daradjat


Sepulang dari perjalanan menuntut ilmu pengetahuan di
negeri Arab Zakiyah pulang ke tanah Air. Dengan kemampuan
akademik yang dimilikinya Zakiyah berhasil menduduki
jabatan penting dalam dunia pendidikan. Pada tahun 1967,
beliau diangkat sebagai Kepala Dinas Penelitian dan
Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi dan
Pesantren Luhur. Posisi ini ia lakoni hingga Menteri Agama
3 Dikutib dari TIM Penerbitan Buku 70 tahun Prof. Dr. Zakiah Daradjat,
Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia 70
tahun Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Ciputat : PT. Logos Wacana Ilmu dengan
Pusat Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1999, hlm., 9
5

digantikan oleh Muhammad Dachlan kemudian diteruskan


oleh A. Mukti Ali sebagai gantinya Muhammad Dachlan.
Selanjutnya pada tahun 1977, ketika A. Mukti Ali menjabat
sebagai Menteri Agama, Zakiyah Daradjat berganti jabatan
menjadi Direktur di Direktorat Pendidikan Agama. Ketika
menjabat posisi inilah muncul gagasan istimewa darinya yakni
SKB Tiga Menteri.4
Salah satu gagasan pembaruan yang monumental dan hingga
kini masih terasa pengaruhnya adalah keluarnya Surat
Keputusan bersama (SKB) tiga menteri Menag, Mendikbud,
dan Mendagri yang tentunya tidak bisa dilepaskan dari peran
yang dilakukan oleh Zakiah Daradjat. Dengan SKB Tiga
menteri ini terjadilah perubahan dalam bidang penddidikan
Madrasah.
Madrasah dan pesantren yang pada hakekatnya adalah salah
satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat
jelata yang sudah berakar dalam masyarakat Indonesia
umumnya. Untuk pembinaan dan tuntunan wewenang
diserahkan kepada Departemen Agama. Akhirnya
berdasarkan Peraturan Menteri Agama nomor 1 tahun 1952,
maka jenjang pendiidkan pada madrasah tersusun ke dalam
tiga kategori ; a) Madrasah rendah (sekarang Madrasah
Ibtidaiyyah); ialah madrasah yang memuat pendidikan dan
ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok
pengajarannya, dengan lama waktu belajarnya 6 tahun; b)
Madrasah Lanjutan Tingkat Pertama (Sekarang Madrasah
Tsanawiyyah) : ialah madrasah yang menerima murid

4 Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia


Pustaka Utama, 2002, hlm,. 149
6

tamatan Madrasah rendah atau sederajat dengan itu dengan


lama pendidikan 3 tahun; dan c) Madrasah Lanjutan Atas
(sekarang Madrasah Aliyah) dengan lama pendidikan 3
tahun.5 Dengan SKB3 Menteri ini terjadilah perubahan dalam
bidang pendidikan Madrasah. Di antara perubahan tersebut
adalah bahwa ke dalam pendidikan Madrasah diberikan
pengetahuan umum sebanyak 70 % dan pengetahuan agama
sebanyak 30 %. Dengan demikian kurikulum madrasah
mengalami perubahan yang amat signifikan, dan dengan
demikian lulusannya dapat diterima di Perguruan Tinggi
Umum.6
Selanjutnya pada tahun 1984, bersamaan dengan
ditetapkannya beliau sebagai Direktur Pasca Sarjana IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Zakiah dikukuhkan sebagai Guru
Besar (Profesor) dalam bidang Ilmu Jiwa Agama di IAIN.
Karena itu secara akademis lengkap sudah ia sebagai ilmuan
yang memiliki keahlian yang handal dalam bidangnya. Namun
demikian, Zakiah tetaplah seorang perempuan yang rendah
hati, sabar, lemah lembut dan tidak tinggi hati.7

Karya-karya Zakiyah Daradjat


Sebagai sebagai seorang ilmuan dengan kemampuan
akademis yang tidak diragukan lagi, tentunya beliau rajin
dalam menulis sebuah karya ilmiah. Hal ini terlihat dari
beberapa buku yang berhasil dia susun sebagaimana

5 Fatah Syukur, Dr. H., M.Ag., Sejarah Pendidikan Islam,.hlm. 145

6 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan .. hlm,. 237

7 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan .. hlm,. 235


7

disebutkan Prof. Abuddin Nata dalam bukunya Tokoh-tokoh


Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Beberapa karya
Zakiah Daradjat adalah sebagai berikut8 :
a. Pendidikan Islam dalam keluarga dan Sekolah. Buku ini
berisi gagasan orisinal Zakiah Daradjat tentang pendidikan
Islam. Isi buku tersebut antara lain tentang prinsip
pendidikan Islam dan implementasinya dalam pendidikan
anak di dalam keluaga dan sekolah. Selain itu buku ini juga
berisi pandangan Zakiyah tentang manusia yang
selanjutnya menjadi dasar konsep pendidikannya.
b. Ilmu Pendidikan Islam. Di dalam buku ini zakiah membahas
tentang konsep pendidikan islam yang didasarkan pada
pandangannya tentang manusia menurup perspektif ilmu
jiwa.
c. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
d. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam
e. Kesehatan Mental
f. Interelasi Ilmu Pendidikan Islam dengan Disiplin Ilmu
lainnya
g. Dan beberapa buku lainnya

2. Gagasan dan Pemikiran Utama Zakiyah Daradjat


Tentang Pendidikan Islam di Indonesia
a. Hakikat Pendidikan Islam
Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan kalau
hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses
pendidikan. Nabi telah mengajak untuk beriman dan
beramal serta berakhlak baik sesuai dengan ajaran Islam
dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu segi
kita melihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak

8 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan . hlm,. 239 - 242


8

ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan


terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri
sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan
Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.
Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal
saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus
pendidikan iman dan pendidikan amal.9 Serupa dengan itu,
hakikat pendidikan menurut Zakiah Daradjat, hakikat
pendidikan mencakup kehidupan manusia seutuhnya.
Pendidikan Islam yang sesungguhnya tidak hanya
memperhatikan satu segi saja, seperti segi akidah, ibadah
atau akhlak saja melainkan mencakup seluruhnya, bahkan
lebih luas dari pada semua itu. Dengan kata lain
pendidikan Islam memiliki perhatian yang luas dari ketiga
hal tersebut saja. Hal lini menjadi titik tekan Zakiah, karena
baik pendidikan nasional maupun pendidikan Islam pada
umumnya hanya memfokuskan pada salah satu aspek
saja. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pendidikan Islam
mencakup semua dimensi manusia sebagaimana ditentun
ajaran Islam. Pendidikan Islam juga menjangkau kehidupan
di dunia dan kehidupan di akhirat secara seimbang. 10
Fatah Syukur menyebutkan pendidikan Islam menurut
Zakiah Darajat merupakan pendidikan yang lebih banyak
ditunjukkan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan
9 Zakiah Daradjat, Dr. dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara,
cetakan 11, 2014, hlm. 28

10 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan . hlm. 243


9

sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan


praktis. Menurutnya pengertian pendidikan Islam dapat
disimpulkan sebagai proses bimbingan dari pendidik yang
mengarahkan anak didiknya kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan dan
terbentuknya pribadi muslim yang baik.11
Pemikiran zakiyah tersebut di atas memperlihatkan
pandangannya tentang pendidikan yang bersifat
integralistik dan komprehensif, yaitu mencakup seluruh
dimensi, eksistensi, substansi dan relasi manusia.
Menurutnya konsep pendidikan yang demikian itu akan
terwujud bila proses dan pelaksanaan pendidikan berjalan
secar terus menerus dengan dasar bahwa pendidikan
bukan hanya sekedar proses belajar dan mengajar di
sekolah saja, melainkan berlangsung di berbagai
lingkungan secara simultan. Dengan kata lain pendidikan
bukan hanya berlangsung di sekolah melainkan juga di
lingkungan yang lebih luas. Lebih lanjut Zakiah
mengibaratkan bahwa pendidikan Islam dapat diibaratkan
seperti pertumbuhan dan perkembangan bunga-bunga, di
mana potensi potensi tersebut berada pada benih. Anak
didik adalah ibarat benih yang memiliki potensi yang
belum jelas nampaknya, sedangkan guru adalah sebagai
tukang kebun yang dengan penuh kasih sayang dan
tanggung jawab pemeliharaanya secara cermat mampu
membuka rahasia potensi yang tersembunyi tersebut.

11 Fatah Syukur, Dr. H., M.Ag., Sejarah Pendidikan Islam . hlm. 3


10

Pendidikan sendiri adalah proses mengajar berkebun dan


berkebun itu sendiri.
Dengan dasar pemikiran tersebut pendidikan Islam
juga memperhatikan perkembangan potensi fisik dengan
kurikulum yang mengarah pada pembinaan dan
pemeliharaan fisik para siswa. Pandangan Zakiah Daradjat
tentang perlunya kesehatan fisik ini sejalan dengan
pandangan yang terdapat dalam Alquran dan Al-Sunnah,
yang mana Alquran adalah ajaran yang mengutamakan
keseimbangan antar dunia akhirat, lahir batin, material
spiritual, jasmani dan rohani. Intinya kesehatan rohani dan
jasmani haruslah berjalan secara sembang. Pelaksanaan
ibadah sholat misalnya, adalah pekerjaan yang bersifat
rohani, tapi akan memberikan pengaruh terhadap
kesehatan jasmani. Orang yang akan mengerjakan sholat
disyaratkan harus bersih pakaian, bersih badan maupun
tempat. Kewajiban memiliki kebersihan ini adalah agar
tertanam jiwa menyukai kebersihan, dan kebersihan
adalah pangkal kesehatan. Demikian pula dengan puasa.
Ibadah puasa ini selain bertujuan untuk menyehatkan
rohani, yaitu menjadi orang yang ikhlas, tawakkal, takwa
dan dekat degan Tuhan, juga bertujuan agar tercipta
jasmani kesehatan fisik. 12
Berdasarkan uraian dan analisis di atas, dapat diketahui
bahwa hakikat pendidikan menurut zakiah daradjat adalah
pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang
bertujuan menumbuhkan manusia yang seimbang antara

12 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan . hlm. 244-245


11

jasmani dan rohaninya secara seimbang dalam


pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, yaitu kebutuhan
fisik, akal, akhlak, iman, kejiwaan estetika dan sosial
masyarakat. Pemenuhan kebutuhan hidup secara
seimbang ini sejalan dengan tuntutan Alquran dan al Hadis
yang mana keduanya adalah merupakan landasan
pendidikan agama Islam.
b. Landasan Pendidikan Islam
Sejalan dengan hakikat pendidikan Islam, Zakiyah
daradjat menyebutkan bahwa landasan pendidikan Islam
adalah Alquran, Al Sunnah dan Ijtihad.13
Sebagaimana kita fahami bahwa Al Quran adalah kitab suci
bagi umat Islam. Di sana terdapat semua panduan hidup
bagi manusia. Ajaran-ajaran yang berkaitan dengan
keimanan di dalam Al Quran tidak sebanyak dengan ajaran
yang menekankan amal perbuatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa amal dalam Islam amat
dipentingkan untuk segera dilaksanakan. Amal kebaikan
yang berkaitan dengan Tuhan disebut dengan ibadah.
Sementara ajaran yang menggambarkan hubungan
manusia dengan makhluk selain Allah disebut dengan
Muamalah. Dan ajaran yang menyangkut etika dan budi
pekerti dinamakan dengan akhlak.
Sebagai landasan pendidikan agama Islam, Al Quran
memuat banyak sekali ayat-ayat yang bertemakan
pendidikan. Misalnya surat Az Zumar ayat 9 yang
terjemahannya adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.

13 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh tokoh . Hlm. 245-248


12

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat


menerima pelajaran.
Selanjutnya Al Sunnah sebagai landasan kedua bagi
pendidikan yang berisikan syariah dan akidah. Sunnah
berisi petunjuk dan pedoman demi kemaslahatan hidup
manusia dalam segala aspek dengan tujuan untuk
membina umat manusia seutuhnya atau seorang muslim
yang beriman dan bertaqwa.
Kitab Al Quran merupakan sumber utama bagi ilmu
pendidikan agama Islam, akan tetapi penjelasan tidak
disebutkan secara detail dan seksama. Nah , dengan
demikian posisi Sunnah hadis di sini sangat urgen dengan
menjadikan Seorang Nabi Muhammad Saw sebagai suri
tauladan, sebagai uswah hasanah bagi manusia kaitannya
dengan pelaksanaan segala macam bentuk amal ibadah
manusia kepada Tuhan.
Landasan pendidikan selanjutnya adalah ijtihad.
Secara harfiyah ijtihad berarti usaha sesunguhnya dan
sekuat tenaga. Sedangkan dalam pengertian fikih ijtihad
diartikan sebagai upaya mencurahkan segenap tenaga
pikiran dan kemampuan untuk menghailkan keputusan-
keputusan hukum berdasarkan petunjuk Al quran dan al
sunnah.
Di dalam dunia pendidikan, ijtihad ditujukan untuk
mengikuti dan mengarahkan perkembangan zaman yang
terus menerus berubah. Dengan demikian praktik ijtihad
harus berhubungan dengan hall yang secara langsung
dengan kebutuhan manusia di suatu tempat dan situasi
tertentu. Dengan adanya ijtihad ini maka dinamika
13

pendidikan Islam akan terus berkibar dan sejalan dengan


tantangan zaman.
c. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan adalah sebuah suatu hal yang
sangat kompleks. Prof. Dr. Ramayulis menyebutkan dalam
bukunya Metodologi pengajaran agama Islam bahwa
tujuan ialah sesuatu yang ingin dicapai yang
menggambarkan percobaan tingkah laku yang diharapkan
pada diri pelajar setelah mereka menyelesaikan
pengalaman belajar. Setiap tujuan tidak terlepas dari
tujuan-tujuan lainnya. Tujuan Instruksional Khusus tidak
terlepas dari tujuan Instruksional Umum. Tujuan
istruksional umum tidak terlepas dari tujuan kurikulum.
Tujuan kurikuler tidak terlepas dari tujuan institusional,
tujuan institusional tidak bisa melepaskan diri dari tujuan
Umum Pendidikan Nasional.14
Sementara itu, Zakiah menyatakan bahwa tujuan umum
pendidikan di Indonesia adalah pembinaan manusia
Indonesia yang berjiwa pancasila. Untuk sampai kepada
tujuan umum itu terdapat pula tujuan perantara, tujuan
sementara, tujuan spesifik dan sebagainya. Dengan kata
lain tujuan umum itu perlu dianalisis, diformulasikan,
15
dikhususkan dan diurutkan. al Tahtawi menambahkan
tujuan dalam hal tujuan pendidikan ini sebagaimana
dikutib oleh Prof. Dr. Harum Nasution- bahwa tujuan
14 Ramayulis, Prof. Dr., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta :
Kalam Mulia, 2001, hlm. 238

15 Zakiah Daradjat, Dr. dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,


Jakarta : Bumi Aksara, 2004, cetakan ke 3, hlm. 27
14

pendidikan bukanlah hanya mengajarkan ilmu


pengetahuan, tetapi terutama untuk membentuk rasa
kepribadian dan untuk menanamkan rasa patriotisme.
Patriotisme sendiri adalah merupakan dasar kuat untuk
mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang
mempunyai peradaban.16
Jadi jelas kiranya menurut Zakiyah Daradjat bahwa tujuan
pendidikan Islam menurutnya adalah mencakup semua
dimensi manusia yang meliputi dua kategori utama yakni
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ini bisa
diketahui dengan mengetahui ciri watak manusia pada
umumnya yakni untuk mencapai kebahagiaan hidup di
dunia. Sementara tujuan khusus adalah sebagaimana
fitrah manusia yang diciptakan Tuhan untuk memakmurkan
bumi (sebagai khalifah penjaga). Ringkasnya tujuan dari
pendidikan Islam menurut beliau adalah untuk meraih
kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat dengan
berlandaskan kepada ajaran agama Islam yaitu Al Quran
dan Hadis.

d. Lingkungan dan Tanggung Jawab Pendidikan


Banyak ahli pendidikan pada umumnya mengatakan
bahwa kaitannya dengan lingkungan dan tanggung jawab
pelaksanaan pendidikan itu terdiri dari tiga lingkungan
yang masing-masing dari ketiga lingkungan tersebut
mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Begitu pula dengan tokoh Zakiyah Daradjat menyebutkan
16 Harun Nasution, Prof. Dr., Pembaharuan dalam Islam, Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : PT. Bulan Bintang, cetakan kelima, 1987,
hlm. 48
15

terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam


mendidik anak. Ketiga lingkungan yang bertanggung jawab
tersebut adalah keluarga (kedua orang tua), sekolah (para
guru) dan masyarakat.17
1) Orang tua
Menurut zakiyah proses pembentukan identitas anak
menurutislam dimulai sejak anak masih dalam
kandungan, bahkan sebelum membina rumah tangga
harus mempertimbangkan kemungkinan dan syarat-
syarat yang diperlukan untuk dapat membentuk pribadi
anak. Artinya dalam hal ini zakiyah misalnya,
menyinggung larangan Islam untuk menikah dengan
wanita yang memiliki hubungankerabat yang masih
dekat, karena menurut beliau hal ini dapat melahirkan
anak-anak yang kurang cerdas atau idiot. Islam juga
melarang menikahi wanita yang berlainan agama,
karena sulitnya mewujudkan keluarga yang sakinah
yang disebabkan karena antara kedua orang tua anak
berlainan agama. Selanjutnya Islam juga melarang
menikahi wanita pezina, menurutnya hal ini dilarang
karena dikhawatirkan suami tidak akan menemui
ketenangan dalam menjalani kehidupan, suami akan
dibayangi rasa was-was, istrinya selingkuh menyelewen
dengan laki-laki lain. Dengan demikian ketiga larangan
ini didasarkan keinginan untuk menciptakan keluarga
yang sakinah dan sehat yang memunkgkinkan dapat
melahirkan putra-putri yang cerdas, taat kepada Allah
17 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta
: Bulan Bintang, 1977, hlm., 71
16

dan Rasul-NYA, taat kepada orang tua dan berakhlak


mulia.18
Selanjutnya zakiyah menyebutkan kaitannya dengan
kewajiban suami dan istri menurut ketentuan agama
Islam. Suami berkewajiban memberikan nafkah
keluarga, perlindungan, kasih sayang dan bertanggun
jawab atas keamanan keluarga. Sementara istri
bertanggung jawab menjaga dan mengatur rumah
tangga dan harta benda milik bersama, menjaga
dirinya, merawat dan membimbing putra-putrinya.
Pelaksanaan tanggung jawab antara keduanya ini
menurut Zakiyah sangat berpengaruh besar terhadap
pencapaain tujuan pendidikan anak.
Selanjutnya secara rinci Zakiyah menyebutkan tugas
19
seorang istri ataupun ibu lebih lanjut adalah : (a)
Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk
paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua.
(b) melindungi dan menjamin keamanan, baik jasmani
maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit dan
dari penyelewengan kehidupan dari tujuan yang sesuai
dengan tuntunan agama. (c) memberi pengajaran
dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan
setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
(d) membahagiakan anak, baik di dunia maupun akhirat

18 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh tokoh . Hlm. 251

19 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh tokoh . Hlm. 253


17

sesuai dengan tujuan dan pandangan hidup seorang


muslim.

2) Sekolah (guru)
Adapun tanggung jawab seorang guru dalam bidang
pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab
kedua orang tua juga, keberadaan seorang guru adalah
sebagai orang yang memperoleh limpahan tanggung
jawab dari kedua orang tua. Hal ini terjadi karena
adanya perkembangan kebutuhan yang diperlukan
seorang anak terhadap pengetahuan dan keahlian yang
tidak sepenuhnya dapat dilakukan oleh kedua orang
tua. Selain alasan di atas pelimpahan tanggung jawab
tadi karena pertimbangan efisiensi. Misalkan sebuah
keluarga mempunyai 5 orang anak dan memiliki bakat
dan minat keahlian yang berbeda-beda, maka akan sulit
sekali ditangani oleh kedua orang tuanya yang terbatas
kemampuannya itu. Tugas tersebut haruslah
dilaksanakan oleh guru di sekolah yang sengaja
dipersiapkan secara profesional untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab tersebut.
Kemudian berbicara mengenai profesionalitas guru,
maka seorang guru menurut Zakiyah Daradjat harus
memenuhi empat syarat utama kepribadian, yaitu
beriman dan bertaqwa kepada Allah, Berilmu atau
berkompetensi, sehat jasmani dan rohani serta
berkepribadian baik.20

20 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh tokoh . Hlm. 254


18

Iman dan taqwa adalah syarat mutlak yang harus


dimiliki setiap guru ataupun tenaga pendidikan,
tentunya sangat disayangkan posisi guru yang
diharuskan membina dan membimbing anak-anak
didiknya menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa
sementar adirinya sendiri tidak beriman dan bertaqwa.
Terkait dengan kompetensi pendidikan seorang guru
harus memiliki kompetensi formal yang ditentukanoleh
ijazah yang dimiliki. Misalnya Guru sekolah Taman
Kanak dan Sekolah Dasar harus memiliki Ijazah Diploma
II, Guru Tingkat Lanjutan Pertama haruslah D III, guru
tingkat SMA haruslah Strata 1 (S1). Sedangkan untuk
dosenlah diperlukan ijazah Strata 2 (S2) dan Strata 3
(S2). Selain kompetensi akademis di atas secara khusus
Zakiyah juga menambahkan bahwa seorang pengajar
juga harus memiliki pemahaman terhadap kurikulum,
penguasan terhadap metodologi pengajaran serta ilmu
jiwa (psikologi). Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
pandangannya keberhasilan proses belajar mengajar
antara lain ditentukan sejauh mana seorang guru
memahami pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik, baik yang menyangkut perkembangan fisik,
intelektual, agama, jiwa, estetika, dan sosialnya.
3) Masyarakat
Selain kedua orang tua dan guru di sekolah, masyarakat
juga memiliki tanggung jawab besar dalam kegiatan
pendidikan. Pendidikan anak yang dilakukan di sekolah-
sekolah formal maupun di perguruan tinggi lebih banyak
bersifat teoritis. Sedangkan praktiknya merupakan
19

bagian yang kecil. Berbeda dengan pendidikan dalam


masyarakat yang banyak menekankan segi praktik yang
menentukan keberhasilan seseorang di masa yang akan
datang. Namun demikian kerja sama antara keluarga,
guru sekolah dan masyarakat adalah sebuah proses
pendidikan yang paling ideal demi terwujudnya tujuan
pendidikan.21
Pandangan zakiyah Daradjat tentang lingkungan dan
tanggung jawab pendidikan tersebut di atas
menampakkan keahliannya dalam bidang ilmu jiwa dan
pandangan keagamaannya. Pengaruh pandangannya
terhadap keagamaan tersebut nampak ketika ia berbicara
mengenai peran dan tanggung jawab ibu bapak yang
sepenuhnya mengacu kepada ketentuan Al Quran dan Al
Sunnah. Sedangkan pengaruh ilmu jiwanya terlihat ketika
ia menjelaskan bentuk kepribadian guru yang baik, yang
bertumpu pada keharusan memahami jiwa anak didik.

C. KESIMPULAN
Dari sedikit uraian di atas dapat dikemukakan sedikit catatan
mengenai pendidikan dalam sudut pandang Zakiyah daradjat,
yaitu sebagai berikut :
Pertama, Zakiyah Daradjat adalah seorang pemikir pendidikan
perempuan yang mempunyai kepedulian serta intregitas yang
besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan Islam di
Indonesia. Hal ini tersirat dalam sepak terjang karir beliau
sepulang dari studi di salah satu universitas luar negeri yang

21 Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh tokoh . Hlm. 256


20

langsung menempati posisi yang penting dalam dunia


pendidikan.
Kedua, pendidikan Islam menurut beliau tidak hanya menitik
beratkan kepada peningkatan kemampuan otak secara teoritis
saja melainkan juga harus memperhatikan peningkatan mental
dan praktis. Oleh karena itu setiap orang juga harus dibekali
iman dan taqwa sebagai tanggung jawab dalam pendidikan baik
di rumah, sekolah maupun di masyarakat. Hal ini berarti dalam
pendidikan Islam perlu disertakan dengan pengetahuan mental,
diterapkan dalam kehidupan sehari hari sehingga anak dapat
hidup mandiri, berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Ketiga, landasan pendidikan Islam menurut beliau tidak jauh
berbeda dengan pemikir lainnya yang menyebutkan bahwa
landasan pendidikan Islam adalah Al Quran, Al Sunnah dan
Ijtihad.
Keempat, tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah mencakup
semua dimensi manusia yang meliputi dua kategori utama yakni
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ini bisa diketahui
dengan mengetahui ciri watak manusia pada umumnya yakni
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia. Sementara tujuan
khusus adalah sebagaimana fitrah manusia yang diciptakan
Tuhan untuk memakmurkan bumi (sebagai khalifah penjaga).
Ringkasnya tujuan dari pendidikan Islam menurut beliau adalah
untuk meraih kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat
dengan berlandaskan kepada ajaran agama Islam yaitu Al Quran
dan Hadis.
Kelima, lingkungan dan tanggung jawab pendidikan menurutnya
ada tiga bagian yaitu tanggung jawab keluaga, sekolah yang
diwakili oleh guru, dan masyarakat. Pendidikan pertama kali
21

didapatkan oleh anak adalah pendidikan di rumah atau keluarga.


Kemudian dilanjutkan di lingkungan sekolah yang notabene
sebagai pelimpahan tanggung jawab orang tua yang diberikan
kepada pengajar yang profesional yang mempunyai kemampuan
yang tidak dimiliki secara utuh oleh setiap orang tua. Kedua
lingkungan ini adalah pendidikan dasar atau bisa disebut dengan
pendidikan teoritis, sedangkan praktisnya adalah pendidikan di
masyarakat di mana dalam kehidupan masyarakat seseorang
nantinya akan dituntut untuk menjadi manusia yang berguna
bagi lainnya sesuatu dengan tatanan agama Islam.

D. PENUTUP
Pembahasan di atas merupakan sekelumit dari beberapa
hasil pemikiran Zakiyah Daradjat mengenai pendidikan Islam di
Indonesia. Tentunya masih banyak ide dan gagasan beliau yang
belum bisa secara utuh disebutkan dalam kesempatan tulisan
ini. Beberapa tulisan beliau mengenai konsep pendidikan harus
lebih banyak dipelajari sehingga memunculkan gagasan-gagasan
konstruktif bagi kemajuan pendidikan Islam di Indonesia.
Upaya-upaya pembaharuan pendidikan yang bersumber dari
beliau sebagaimana tersebut di atas tampak masih cukup
relevan untuk diaplikasikan di masa sekarang terutama dari segi
tujuan dan semangatnya untuk meningkatkan mutu pendidikan
agama Islam.
22

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Prof. Dr., Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam


di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005.
Fatah Syukur, Dr. H., M.Ag., Sejarah Pendidikan Islam, Semarang :
Pustaka Rizki Putra, IKAPI Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 2012.
Harun Nasution, Prof. Dr., Pembaharuan dalam Islam, Sejarah
Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : PT. Bulan Bintang, cetakan
kelima, 1987.
Jajat Burhanuddin, Ulama Perempuan Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Ramayulis, Prof. Dr., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta :
Kalam Mulia, 2001.
Zakiah Daradjat, Dr. dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara, cetakan 11, 2014.
------------------., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta :
Bumi Aksara, , cetakan ke 3, 2004.
------------------,Dikutib dari TIM Penerbitan Buku 70 tahun Prof. Dr.
Zakiah Daradjat, Perkembangan Psikologi Agama dan
Pendidikan Islam di Indonesia 70 tahun, Ciputat : PT. Logos
Wacana Ilmu dengan Pusat Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah,
1999.
------------------, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta :
Bulan Bintang, 1977.
23

Makalah

PEMIKIRAN ZAKIYAH DARADJAT TERHADAP


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun guna memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen : Prof. Dr. H. Fatah Syukur, MA.

disusun oleh :
Rokhani
(1600039044)

STUDI ISLAM (PROGRAM DOKTOR)


PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO


SEMARANG 2017

Anda mungkin juga menyukai