Anda di halaman 1dari 20

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KYAI TOLCHAH HASAN

DAN PROF. ABDUL MALIK FAJAR

Dosen pembimbing: Dr. Dwi Fitri Wiyono, M.Pd.I

Oleh kelompok 12 :

Muhammad Mirzaq Khoiri : 21901011262

Ibnu Sina : 21901011266

Muhammad Satria Al Fariz : 21901011040

Ahmad Mukhtar Ma’ruf : 21901011174

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KYAI TOLCHAH HASAN DAN
PROF. ABDUL MALIK FAJAR”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas
kelompok yang diberikan dalam mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam yang dibimbing
oleh bapak Dr.Dwi Fitri Wiyono, M.Pd.I Universitas Islam Malang. Dalam Penyusunan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini Dalam penulisan
makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini,khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas
dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan
Khaliq-nya dan juga sebagai Khalifatu fil ardhi (pemelihara) pada alam semesta ini.
Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus
(pesertadidik) dengan kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah lingkungan masyarakat yang
berbekalkan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sejalan dengan perkembangan zaman timbul permasalahan-permasalahan


pendidikan yang kompleks. Memasuki masa era globalisasi, dunia pendidikan di
Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu
pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya
keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Berbagai persoalan pendidikan muncul dan
berkembang seperti rendahnya kualitas pendidikan secara umum, masalah anggaran
pendidikan, tidak meratanya kesempatan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Dan lebih khusus lagi, problematika juga terjadi pada profesi keguruan yang
merupakan ujung tombak dunia pendidikan. Beberapa permasalahan yang
teridentifikasi antara lain rendahnya kualitas guru, tidak profesional dalam
melaksanakan tugas keguruan, kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi
guru, dan tingkat kesejahteraan guru yang relatif masih rendah. Makalah ini berusaha
mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan pendidikan Islam di era
globalisasi. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalahan pendidikan yang diuraikan
dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal. Maka dari itu kita
hadirkan para tokoh hebat yang berkesinambungan dengan dunia pendidikan,
diantaranya KH. Tolhah Hasan dan Prof. Abdul Malik Fajar
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Biografi singkat Kyai Tolchah Hasan ?
Bagaimana Biografi singkat Prof Abdul Malik Fajar ?
Bagaimana Pemikiran Kyai Tolchah Hasan ?
BagaimanaPemikiran Prof Abdul Malik Fajar ?

C. Tujuan
Mengetahui Biografi singkat Kyai Tolchah Hasan
Mengetahui Biografi singkat Prof Abdul Malik Fajar
Mengetahui Pemikiran Kyai Tolchah Hasan
Mengetahui Pemikiran Prof Abdul Malik Fajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Muhammad Tolchah Hasan

Beliau Bernama Muhammad Tolchah Hasan dilahirkan pada hari sabtu pon, 10
oktober 1936 di tuban jawa timur, dari pasangan Tolchah dan Anis Fatmah, sedangkan
kakeknya Bernama Hasan. Beliau adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan adik
beliau Bernama Afif Najih. Sejak usia kanak-kanak beliau ditinggal oleh ayahnya untuk
menghadap sang kholiq (wafat), kemudian beliau ikut kakeknya dan neneknya di
Lamongan. Sejak saat itu nama ayah dan kakeknya digunakan menjadi satu kesatuan
dengan nama beliau yang semulahanya Muhammad, sehingga menjadi Muhammad
Tolchah Hasan, yang sekarang panggilan akrab beliau yaitu Kyai Tolchah .

Tolchah Hasan tergolong orang yang mempunyai kemauan keras untuk mencapai
cita-cita. Di saat beliau masih anak-anak sampai dewasa Sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk menuntut ilmu-ilmu agama. Beliau suka bermukim di lingkungan
dimana beliau belajar dan berorganisasi, bahkan beberapa organisasi kepemudaan dan
kemasyarakatan yang ditekuninya dan beliau sering menjadi ketuanya organisasi yang
pernah beliau kembangkan antara lain Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).

Sewaktu pindah ke Singosari beliau selama menjadi mahasiswa sekitar tahun


1970-an, pernah berkiprah di Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) cabang
Malang. Beliau mulai menekuni organisasi Nahdlatul Ulama (NU), sejak tingkat yang
paling rendah (ranting), kemudian naik ketingkat Pengurus Cabang, kemudian ke
Pengurus Wilayah hingga Pengurus Besar. Karir beliau di kepengurusan NU dimulai
tahun 1960, beliau dipercaya sebagai pimpinan ranting NU Singosari Malang,
kemudian di tahun 1963 beliau menjadi ketua majelis Wakil Cabang (MWC) NU
Singosari Malang sampai 1966. Kenudian di tahun 1966 sampai 1969 menjabat salah
satu ketua Tanfidhiyah NU wilayah Jawa Timur periode 1986-1992. Sebelum habis
masa kepengurusan Tanfidhiyah NU wilayah Jawa Timur tersebut, beliau ditarik ke
pusat menjadi salah satu ketua Tanfidhiyah Pengurus Besar (PB) NU periode 1990-
1994 hasil muktamar NU ke 28 yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-Munawir
Yogyakarta, sebagaiketua IV (Bidang Urusan Luar Negri). Sejak tahun 1994 sampai
beliau aktif di salah satu ketua Rois Syuriah PBNU sampai 2009, sebagai syuriah
urusan pengembangan sumberdaya manusia.

Masa lajang beliau diakhiri sejak beliau menjadi menantu KH. Masykur. Beliau
kyai tolchah mulai saat itu didampingi istri Bernama Hj. Solichah Noor (anak angkat
KH. Masykur yang sebetulnya masih keponakannya sendiri). Sampai sekarang beliau
telah dikaruniai 3 orang anak, masing-masing adalah Dr. Hj. Fathin Furaida alumni
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta. Ir
Nadya Nafis Alumni Fakultas peternakan/ Jurusan produksi Ternak Institut Pertanian
Bogor (IPB), dan Ir. Mohammad Hilal Fahmi alumni Fakultas Teknik Jurusan Mesin
Universitas Islam Malang (UNISMA)

Pada masa mudanya KH. Tolchah pernah menjabat sebagai anggota Badan
Harian Pemerintah Daerah (BPH-PEMDA) Kabupaten Malang selama kurang lebih 9
tahun. Dalam karir politiknya beliau juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan
perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang, Mentri Agama Republik
Indonesia pada era Presiden Abdurrahman Wahid.

B. Pendidikan KH. Muhammad Tolchah Hasan


a. Pendidikan Umum
Tolchah Hasan memperoleh Pendidikan tingkatdasar pada Sekolah Rakyat (SR)
pada pagihari di Brondong Kabuaten Lamongan, beliau sekolah di SR selama 6 tahun
mulai 1943 sampai dengan 1949, dan sorenya studi di Madarasah Ibtudaiyah di Sedayu
Lawas Lamongan. Setelah menamatkan Pendidikan dasar beliau tidak langsung
meneruskan Pendidikan umumnya kejenjang atasnya, akan tetapi terlebih dulu
menggali ilmu agama di beberapa pondok pesantren. Baru pada tahun1951 beliau
meneruskan kejenjang Pendidikan tingkat pertama pada Madarasah Tsanawiyah (MTS)
Salafiya syafi’iah pondok pesantren Tebuireng Jombang. Pendidikan menengah tingkat
atas ditekuninya pada Madarasah Aliyah (MA) Salafiyah Syafi’iah pondok pesantren
Tebuireng Jombang. Setelah pindahke Malang beliau menekuni pendidikan umum pada
jenjang Sarjana Muda beliau dapatkan pada jurusan ilmu pemerintahan pada fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Merdeka Malang. Jenjamg ini
ditekuninya selama 3 tahun mulai 1963 dan selesai pada 1966. Pada 1974 beliau
mengambil program sarjana jurusan ketatanegaraan fakultas ketatanegaraan dan
ketataniagaan (FKK) sekarang beruba Namanya menjadi Fakultas Ilmu Administrasi
(FIA) Universitas Brawijaya Malang, hingga memperoleh derajat kesarjanaannya pada
1973.
b. Pendidikan Agama
Beliau jika dilihat dari sejarah hidupnya adalah sosok orang yang cerdas dan
gemar membaca dan mempelajari ilmu pengetahuan baik umum maupun agama. Pada
saat bersamaan dengan sekolah umum dan pada saat di sela-sela sekolah jenjang satu
dengan yang lain Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mempelajari pengetahuan
agama di berbagai pondok pesantren. Beberapa pesantren, guru dan ilmu-ilmu yang
dipelajarinya antara lain, di pesantren kranji dibawah asuhan kyai Mustofa yang
sekarang Bernama pesantren tarbiyatul waton. Beliau mengaji Al-Qur’an dan kitab-
kitab dasar sewaktu beliau mondok di pesantren Bahrul Ulum Tambak beras Jombang
saat itu diasuh kyai Abdul Fatah, beliau hanya sempat mengaji kitab fathulmu’in dan
kitab-kitab lainnya tetapi tidak sempat khatam, karena beliau hanya sempat belajar 6
bulan saja. Kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Tebuireng Jombang, di
pondok pesantren itu beliau mengaji kepada beberapa kyai antara lain Kyai Adlan Ali,
Kyai Baidlowi, Kyai Mahfud, Kyai Anwar, Kyai syamsuri Badawi, Kyai samsun dan
Kyai Idris. Beliau sempat mempelajari beberapa kitab antara lain Tafsir Jalalain, Tafsir
Fathul Wahab dan Fiqh Kifayatul Akhyar. Kitab-kitab lainnya yang merupakan Ilmu
Nahwu, Sorof, Ushul Fiqh, Ilmu Hisab dan Ilmu Mantiq. Lebih spesifik lagi, beliau
lebih banyak mendalami secara khusus, yakni Tafsir dan Hadist dibawah bimbingan
KH. Idris dan KH. Adlan Ali (Al-Maghfurlah) sejak 1951 hingga 1956 di pesantren
tebuireng Jombang.

Kyai Tolchah Hasan juga pernah mondok posoan di pesantren Al-Hidayah


Lasem Pati Jawa Tengah, pada waktu itu diasuh oleh Kyai Ma’sum. Kitab-kitab yang
dipelajari antara lain Tajridu As-Sharih, Riyadu As-Shalihin, Shahih Bukhori dan
Alhikam, kemudian beliau juga bertahun-tahun berada di pondok pesantren Miftahul
Ulum Bungkuk Singosari Malang, tetapi statusnya di pesantren ini bukan sebagai santri
melainkan sebagai pengajar (Ibid,hal 13)
C. Pemikiran dan Karya-karya Kyai Tolchah Hasan
Dunia Pendidikan mempunyai kompleksitas masalah, dari masalah dasar
filosofis, gagasan, visi, misi, institusi, progam manajemen, SDM kependidikan,
lingkungan Pendidikan, pembiyayaan, kepercayaan dan partisipasi masyarakat ,
kualitas output Pendidikan, serta relevansinya dengan dinamika masyarakat dan
tuntutan sosiokultural sekitarnya. Dengan melalui UNESCO-nya perlu memberikan
arahan dengan visi kependidikan, seperti yang terakhir dengan visi Pendidikan global
memasuki abad-21 dengan empat pilarnya yaitu: 1) learning to know 2) learning to do
3) learning to be 4) learning to live together, dinamika yang demikian juga yang
dialami oleh pendidikan islam dimana saja.
Seorang pemikir bagaimanapun juga tidak terlepas dari konteks sosial kulturnya.
Hasil-hasil pemikiran dan karyanya tidak lahir dengan sendirinya, tetapi senantiasa
mempunyai kultur historis dengan pemikiran yang berkembang sebelumnya,
mempunyai hubungan dengan pemikiran yang berkembang sebelumnya, mempunyai
hubungan dengan pemikiran yang ada pada zamannya.
Beliau sosok intlektual muslim yang cukup produktif, karya beliau dalam bentuk
tulisan dapat dibuktikan beberapa tulisan. Menyinggung karya-karya kyai tholhah
hasan beliau tergolong seorang pemikir yang produktifd alam berkarya dan sangat luas
wawasan intelektualnya. Karya beliau dalam bentuk bukuyang ditulis secara pribadi
dan tersebar pada tingkat nasional maupun Internasional antara lain:
1. Islam dalam Prespektif Sosio-kultural, 307 halaman
2. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan, Zaman 277 halaman
3. Kadountuk Tamu-tamu Allah, 142 halaman
4. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, 318 halaman
5. Dinamika Kehidupan Religius,318 halaman
6. Diskursus Islam Kontemporer tahun 2004
7. Aswaja dalam Persepsi dan Tradisi NU tahun 2004
8. Agama Moderat, Pesantren dan Terorisme, Jakarta tahun 2004
9. Apabila Iman tetap Bertahan,160 halaman dan lain-lain

D. Pendidikan Islam Menurut Kyai Tolchah Hasan


Pemikiran KH. Tholhah Hasan tentang pendidikan islam tidak hanya terbatas
pada lebel Islam atau lembaga keislaman seperti Pondok Pesantren atau Madrasah, juga
tidak terbatas pada pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, seperti tauhid, tafsir hadits,
fiqih, dan tasawwuf.
Pendidikan Islam mencakup semua aktifitas, visi, misi, institusi, kurikulum,
metodologi, proses belajar mengajar, sumber daya manusia kependidikan, lingkungan
pendidikan, yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan nilai- nilai Islam.
Pemikiran tersebut merupakan cara yang berbentuk latihan dan didikan kepada
anak dan pendidik dengan memakai ajaran-ajaran Islam, ialah berbentuk latihan dan
didikan itu kepada anak peserta didik supaya kelak setelah tamat dari pendidikan Islam
bisa mengerti, memahami, mendalami dan menerapkan ajaran-ajaran agama Islam itu
sendiri dengan bentuk nilai dalam hidupnya demi kesejahteraan dan keselamatan di
dunia ataupun akhirat.
Maksudnya, cara yang dilakukan dalam proses pendidikan Islam memiliki cara
untuk melatih dalam mendidik pada anak sehingga setelah tamat dari pendidikan itu,
anak akan menerapkannya diluar, ajaran-ajaran yang dilakukannya akan membawanya
pada kehidupan yang memiliki adab mulia.
Etika Islam merupakan berawal dari kata kata menurut terminolgi etika, etis,
bukan selalu di terapkan pada ruang perkuliahan dan bukan hanya sebagai monopoli
kaum cendikiawan, semacam halnya pada banyak pengertian yang terkait dengan
konteks ilmiah. Jadi etika Islam kepribadian seseorang yang dimilikinya karakter, budi
pekerti, budaya, prilaku dan pendiriannya yang akan dilakukan atau pengetahuan
tentang adat dan norma kebiasaan seseorang.
Dari pemahaman di atas yang dapat di simpulkan pada etika Islam dan mudah di
mengerti bahwa etika merupakan sikap seseorang bisa dinilai dengan tingkah laku baik
dan buruknya serta mengenai keistimewaan dan adabnya seseorang. Sesungguhnya
pendidakan etika Islam itu sangat penting secara arahan kemanusiaan. Agar menjadi
seseorang yang sempurna yang memiliki niat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat untuk meningkatkan kualitas atau mutu
Pendidikan tidak hanya dibebankan pada satu atau dua factor pendukung saja, apalagi
jika Pendidikan tersebut mengemban misi besar seperti penyelamatan fitrah dan
pengembangan fitrah manusia. Ada banyak faktor yang harus dibenahi, antara lain.
a. Visi, Misi dan Tujuan
Model Pendidikan islam yang mampu menyelamatkan sekaligus mengembangkan
fitrah manusia membutuhkan perubahan budaya, sikap, dan metode kerja pada segenap
warga Lembaga Pendidikan. Agar Lembaga Pendidikan dapat menghasilkan sesuatu
yang berkualitas perlu dipersiapkan lingkungan fisik yang nyaman untuk bekerja
efisien dan praktis. Perumusan visi didasarkan pada keyakinan karena visi timbul dari
rasa percaya. Visi adalah interpretasi logisrasional dari makna dan implikasi keyakinan.
Rumusan visi ini sangat penting guna memberikan kejelasan tentang kondisi untuk
direalisasikan, dasar untuk menentukan kebermaknaan suatu misi harapan bagi
pencapaian tujuan, serta landasan moral bagi pelaksana kegiatan.
Misi haruslah dirumuskan dalam pernyataan yang oprasional untuk
direalisasikan. Perumusan misi tanpa mendasarkan pada visi tidak akan memiliki
otoritas moral untuk mendorong kegiatan, terutama apabila misi tersebut sangat sulit
atau memiliki resiko tinggi. Misi harus diorientasikan kearah visi. Impian, imajinasi,
dirumuskan menjadi suatu visi yang dapat direalisasikan.
Sedangkan pemurumusan tujuan adalah menjawab pertanyaan perolehan apa
yang menjadi komitmen Lembaga Pendidikan islam. Lembaga Pendidikan islam harus
dapat menerjemahkan ke dalam tujuan tersebut ke dalam strategi dan taktik, visi dan
misi Pendidikan islam harus diterjemahkan kedalam tujuan agar jelas target
pencapaiannya.
b. Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum dalam makna yang luas menyangkut semua kegiatan yang dilakukan
dan dialami anak didik dalam perkembangan baik formal maupun informal guna
mencapai tujuan Pendidikan. Oleh karena itu kurikulum yang ideal adalah kurikulum
yang dikemas dengan memperhatikan secara komperhensif aspekafektif, kognitif dan
psikomotorik. Untuk hal itu maka kurikulum harus mampu mengemas proses
Pendidikan dengan baik atau dengan kata lain proses Pendidikan melalui belajar
mengajar harus memperhatikan aspek kreativitas dengan tetap bertumpu pada
penyelamatan fitrahnya
c. Kualitas Sumber Daya Manusia Pendidikan
Guru sebagai SDM kependidikan yang paling besar peranannya, merupakan
pihak yang paling sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab
terhadap kualitas Pendidikan. Asumsi demikian tentunya tidak semuanya benar,
mengingat banyaknya komponen mikro sistem Pendidikan yang ikut menentukan
kualitas Pendidikan (M. Tholhah Hasan hal.66)
d. Lingkungan Pendidikan
Institusi keluarga, sekolah dan masyarakat secara sinkron dalam dalam
memberikan pengaruh-pengaruh Pendidikan kepada anak, akan tetapi yang terjadi
justru sebaliknya. Kelemahan sekolah ternyata justru diperparah oleh lingkungan
masyarakat yang dalam kenyataannya sering kali menuguhkan nilai-nilai yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang diperoleh disekolah dan keluarga. (Imam
Suprayogo, hlm. 4)

A. Biografi Prof. Abdul Malik Fajar


Abdul Malik Fadjar, beliau adalah sosok politikus Indonesia yang religius.
Dilahirkan dari pasangan Salamah dan Fadjar Martodiharjo di Jogjakarta pada tanggal
22 Februari 1939. Memiliki kegemaran membaca dan menimba ilmu adalah pedoman
hidup yang selalu beliau terapkan sejak kecil. Malik Fadjar dikenal sebagai Menteri
Pendidikan Nasional pada masa Kabinet Gotong Royong kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri.

Latar belakang pendidikan Malik Fadjar setelah menyelesaikan studinya di


Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) adalah dengan melanjutkan pendidikannya di
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang dan berhasil meraih gelar sarjananya di
tahun 1972. Awalnya beliau hanya memulainya dengan mengambil pendidikan sebagai
sarjana muda di tahun 1963. Pada tahun 1981, beliau meraih gelar Master of Science di
Department of Educational Research, Florida State University, Amerika Serikat.

Dalam kehidupan karirnya, beliau mengawalinya dengan mengajar agama di SD


Negeri Taliwang. Dengan kegigihan beliau, akhirnya berhasil menjadi seorang guru
besar di IAIN Sunan Ampel setelah meraih gelar Master of Science selama kurang
lebih 7 tahun. Sempat menduduki posisi sebagai Dekan FISIP Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) selama 1 tahun dari tahun 1983-1984. Kemudian
dilanjutkan menjadi seorang Rektor di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan
Unmuh Malang dengan masa jabatan berakhir di tahun 2000.
Selama menjabat sebagai Rektor, beliau berkesempatan menjadi seorang Menteri
Agama Indonesia dengan menggantikan Quraisy Shihab. Beliau hanya menduduki
selama satu tahun dari tahun 1998-1999 dan harus puas digantikan oleh Mohammad
Tolchah Hasan. Di tahun 2001, beliau dipercaya lagi untuk menjadi Menteri Pendidikan
Nasional dengan masa jabatan hingga 2004 menggantikan Yahya Muhaimin.

B. Riwayat dan Karir Prof. Abdul Malik Fajar


Riwayat pendidikan Malik Fadjar adalah 6 tahun SR (sekolah rakyat) di
Magelang (1952/1953), 4 tahun PGAP (pendidikan guru agama Pertama) di Magelang
(1956/1957), 2 tahun PGAA (pendidikan guru agama atas) di Yogyakarta (1958/1959)
dan kemudian dilanjutkan ke perguruan tinggi (STAIN) Malang.
Sebelum hijrah ke Malang, Malik pernah singgah di NTB sebagai guru agama di
SDN Taliwang (1959-1960), guru SMI, guru agama pada SGBN Sumbawa Besar
(1960-1961), dan guru agama SMPN Sumbawa Besar (1961-1963) dan kepala SMEP.
Selain mengajar, Malik aktif menggerakkan kehidupan beragama (Islam) di masyarakat
Sumbawa melalui pengajian-pengajian dan sekolah- sekolah diniyah, maka dari itu ia
sangat dikenal oleh masyarakat Sumbawa, NTB.
Pada tahun 1963 ia kembali ke Jawa kerena panggilan tugas belajar, yaitu pada
Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang (yang sekarang menjadi UIN
Malang). Di kampus ini ia memulai kehidupan baru sebagai mahasiswa dan aktif di
organisasi HMI. HMI menjadi pilihan beraktifitas selama menjadi mahasiswa karena
organisasi ini memilik ivisi modernism, yang secara konsisten banyak menyuarakan
perubahan dan pembaharuan di segalahal. Selainaktif di organisasi, Malik juga aktif di
kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar kampus. Dengan mengadakan pengajian-
pengajian dan kursus-kursus keagamaan.
Pada tahun 1972 ia resmi menyandang gelar sarjana (Drs) dari Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Ampel (UIN) Malang dan kemudian menjadi Dosen muda dan Guru Besar
di UIN Malang (1972-1999). Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Fakultas Tarb
iyah UIN Malang (1972-1979). Masa pengabdiannya sebagai sekretaris Fakultas
berakhir ketika ia memperoleh kesempatan melanjutkan studi S2 di Florida State
University, The Departement of Educational Research, Development, an Foundation,
Amerika Serikat dan memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) pada tahun 1981.
Selain itu, ia juga pernah mengikuti pelatihan manajemen di University Administrasi
Program, University Of Kentucky Amerika Serikat pada tahun 1990.
Malik adalah pribadi pengabdi, tidak seperti kebanyakan mahasiswa lainnya yang
biasanya berlama-lama diluar negeri karena beasiswa yang diperolehnya masih bisadi
perpanjang. Malik langsung kembali ke Malang untuk menjadi dosen kembali.
Mengajar baginya merupakan rekreasi akademik yang harus dinikmati, disamping
sebagai bentuk pengabdian untuk agama, bangsa dan Negara.
Sebagian waktunya di curahkan untuk mengabdi dalam dunia pendidikan. Ia
pernah menjabat : Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen
Agama RI pada tahun 1996- 1998, Menteri Agama Republik Indonesia pada tahun
1999-2001, sebagai menteri Pendidikan Nasional RI pada periode pemerintahan
Presiden Megawati tahun 2001-2004, dan pernah menjabat sebagai rector Universitas
Muhammadiyah Malang, dan masih banyak lagi.
Di tengah-tengah kesibukannya dalam berbagai jabatannya, Abdul Malik Fadjar
masih tetap melaksanakan fungsinya sebagai pendidik den gan selalu memberikan
bimbingan dan tutorial perkuliahan yang diberikan kepada mahasiswanya. Ia juga
melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan
beberapa penyuluhan kepada masyarakat, antara lain; (1) membuat/menulis karya
penngabdian pada masyarakat termasuk menulis buku pelajaran SMTA kebawah, (2)
berperan serta aktif dalam pertemuani lmiah, (3) menjadi anggota dalam susunan
panitia kegiatan keagamaan, (4) menjadi pengurus organisasi keagamaan, (5) menjadi
anggota Tim Penilai Anggota Pengajar, dan masih banyak lagi.

C. Pemikiran dan Karya-Karyanya


Hadis Nabi SAW, yang selalu dikutip oleh A. Malik Fadjar dalam beberapa
kesempatan adalah “khayr al-nas ‘anfauhum li al-nas” (sebaik- baik manusia adalah
yang paling berguna bagi sesamamnya). Al-‘ilm, dalam konteksnya yang luas adalah
amunisi paling berharga bagi manusia dalam hal bagaima ia menjadi berguna. Untuk
merealisasikan manifesto mulia ini maka pendidikan dan tradisi menulis adalahi
nvestasi paling dipercaya kearah daya jual seseorang di dalam pergaulan social dan
global (social and global village).
Tradisi menulis yang dilakukan Malik sejak ia memasuki dunia kampus
(mahasiswa) di UIN Malang. Menulis apa saja, disurat-surat kabar dan buku-buku yang
diterbitkan. Dari kebiasaan menulis ini kemudian Malik di kenal sebagai pribadi kreatif
dan produktif. Benarapa yang diuraikan Syaikh Ihsan Jampes, Kediri dalam karyanya
Siraj al- Thalibin;
Barang siapa yang mengarang buku maka sungguh dirinya telah tertolong. Juga
barang siapa menulis buku berarti ia telah meletakkan akalnya di suatu asas dan akan
memperoleh kehormatan yang mulia dari manusia (man shanna fafa qadas’afawa man
shanna fafa qad wadha’a fi thabaq wa’irduha ‘ala-al-nas).
Memahami makna kreativitas dan produktivitas Tuhan di alam raya ini kiranya
merefleksikan kinerja A. Malik Fadjar sebagai pribadi pengabdi untuk berkreasi dan
bekerja keras.
Ada beberapa buku yang bisa di identifikasikan sebagai hasil kreativitasnya,
diantaranyaadalah;
1.Kuliah Agama Islam (Surabaya: Al-Ikhlas,1981)
2. Kepemimpinan Pendidikan (Malang: FakultasTarbiyah IAIN
SunanAmpel Malang, 1983)
3. Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan (Malang: UMM Press,1989)
4. Dasar-dasarAdministrasipendidikan (Yogyakarta: Aditya Media,1993)
5. ReorientasiWawasan Pendidikan dalam Muhammadiyah dan NU (Yogyakarta:
Aditya Media, 1993)
6. Pendidikan Islam: Paparan Normatif, filosofis, dan politis (Malang: UMM Press,
1993)
7.Visi Pembaharuan Pendidikan Islam (Jakarta: LP3NI,1998)
8. Madrasah dan tantangan modernitas (Bandung: Mizan,1998)
9. Reorientasi pendidikan Islam (Jakarta: Fadjar Dunia,1999)
10. Pendidikan, Agama, Kebudayaan, dan Perdamaian (Malang: UIN
Malang Press,2004)
11. Sintesa Antara Perguruan Tinggi dengan Pesantren (Malang: UIN
Malang Press,2004)
12. Berbagai artikel dan makalah yang dimuat berbagai media, baik
Nasional maupun internasional.

D. Pendidikan Islam Menurut Prof. Abdul Malik Fajar


Pembicaraan seputar Islam dan pendidikan sangatlah menarik terutama dalam
kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia muslim. Islam sebagai Agama
dan pandangan hidup yang diyakini mutlak kebenarannya akan memberi arah dan
landasan etis serta moral pendidikan. Hubungan Islam dan pendidikan diibaratkan
seperti dua sisi sekeping mata uang, artinya Islam dan pendidikan mempunyai
hubungan filosofis yang sangat mendasar, baik secara ontologis, epistimologis maupun
aksiologis.
Pengertian Pendidikan Islam
Menurut Zarkowi Soejoeti dalam makalahnya tentang “Model- model Perguruan
Tinggi Islam”, pendidikan Islam paling tidak harus mempunyai tiga pengertian.
Pertama, lembaga pendidikan Islam itu pendirian dan penyelenggaraannya didorong
oleh hasrat keinginan untuk menyalurkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam nama
lembaga pendidikan itu dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan. Dalam
pengertianini Islam dipandang sebagai sumber nilai yang harus diwujudkan dalam
lembaga pendidikan tersebut
Kedua, lembaga pendidikan yang memberikan perhatian dan menyelenggarakan
kajian tentang Islam yang tercermin dalam program kajian sebagai ilmu dan di
perlakukan seperti ilmu-ilmu yang lain yang menjadi program kajian lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Ketiga, mengandung kedua pengertian di atas, dalam arti lembaga tersebut
memperlakukan Islam sebagai sumber nilai bagi sikap dan tingkah laku yang harus
tercermin dalam penyelenggaraannya maupun sebagai bidang kajian yang tercermin
dalam program kajiannya.
Konsep pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan oleh Zarkowi Soejoeti di
atas,walaupun belum cukup memadai secara falsafah untuk disebut sebagai pengertian
pendidikan Islam, tetapi dapat dijadikan sebagai pengantar dalam memahami
pendidikan Islam secara lebih mendasar.
Islam adalah agama wahyu terakhir yang mengemban misi “Rahmatanlil-
Alamin”, yaitu terciptanya kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis, dan
lestari. Sehingga seluruh penghuninya, baik manusia maupun makhluk-makhluk lain
merasa aman, dan nyaman didalamnya. “Rahmatanlil-Alamin” dapat tercipta secara
dinamis, apabila manusia dapat mengemban fungsinya sebagai khalifah secara
konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam arti, dapat menempatkan dirinya secara
proporsional dalam hubungannya denganTuhan, sesama manusia dan dengan alam.
Islam nampak menempatkan posisi manusia sebagai komponen utama dalam system
kehidupan dunia ini. Jika di analogikan dengan sebuah pertunjukan drama, manusia
sebagai khalifah atau pemeran utama, tuhan sebagai Rabb atau skenario dan alam
semesta sebagai sarana dan alat bantu.
Allah dalam hal ini sebagai Rabbul‘Alamin dan Rabbunnas. Kata “Rabb”
mempunyai pengertian yang luas, antara lain meliputi; menciptakan, memberi makan,
memberi petunjuk, menumbuhkan dan mengembangkan. Ke semua pengertian itu dapat
dirangkum dengan istilah “mendidik”. Karena itu, untuk istilah pendidikan dikalangan
kaum muslimin baik Abdul Malik Fadjar memakai istilah tarbiyah yang merupakan
masdar (kata jadian) dariakar kata “Rabb”, Rabba-Yurabbu Tarbiyyan-tarbiyatan,
kecuali syeh Naquib Al-Attas yang memakai istilahta’did.
Kalau kata “Rabb” dirangkai dengan kata Al-‘Alamin atau al-Nas, mengandung
pengertian bahwa Allah yang mendidik, yaitu menciptakan, memiliki dan seterusnya
terhadap manusia dan alam secara evolusioner (berangsur-angsur). Sehingga dapat
kitasaksikan, alam ini mempunyai keteraturan dan kesempurnaan yang luar biasa dan
manusia pun mempunyai potensi yang luar biasa pula untuk mengelola dan
menciptakan peradaban.
Kata khalifah secaralu ghowi berarti; pengganti, penguasa, eksekutif, mandataris
untuk menterjemahkan, menjabarkan dan mewujudkan fungsi Allah sebagai
Rabbul-‘alamin dan Rabbunnas di dunia ini. Sementara itu alam merupakan sarana dan
wahana yang representatif bagi manusia dalam melaksanakan amanat kekhalifahannya.

Manusia diciptakan sebagai makhluk alamiah dengan unsur-unsur yang sama


dengan unsur-unsur alam tetapi dengan bentuk yang paling sempurna. Firman Allah
dalamsurat-Tin ayat: 4,
‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَاااْل ِ ْن َسانَفِ ْٓياَحْ َسنِتَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬
“Sungguh, kami menciptakanmanusiadalambentuk yang sebaik-baiknya”

Kemudian Allah juga melengkapimanusiadengan unsure roh yang berasaldari


Allah sendiri, dijelaskandalamsurat Al-Hijr ayat:29,

۟ ‫فَ َذا َس َّو ْيتُهُۥ َونَفَ ْختُفِي ِه ِمنرُّ و ِحىفَقَع‬


َ‫ُوا لَهُۥ ٰ َس ِج ِدين‬ ‫ِإ‬
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan Aku telah meniupkan roh
(ciptaan)-Ku kedalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dan bersujudlah”.
Unsur rohinilah yang merupakan unsure pokok dalam diri manusia yang
membedakan makhluk-makhluk alamiah lainnya, yang menyebabkan manusia mampu
memikul tanggung jawab. Sebelum itu manusia juga telah diajarkan oleh Allah tentang
simbol-simbol dan rumus-rumus ilmu pengetahuan.
Inilah yang dimaksud fitrah atau potensi pembawaan, yang dengannya manusia
mengalami proses tumbuh dan berkembang. Dengan potensi fitrah tersebut manusia
melaksanakan tugas hidupnya sebagai khalifah. Kemudian Allah melengkapinya
dengan petunjuk-petunjuk langsung kepada manusia melalui wahyu sepanjang sejarah
manusia di dunia.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan, pendidikan Islam adalah pemberi corak
hitam putihnya perjalanan hidup seseorang, yang berwawasan semesta, berwawasan
kehidupan utuh dan multi dimensional, yang meliputi wawasan tentang Tuhan, manusia
dan alam secara integratif. Oleh karena itu, ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan
berlangsung seumur hidup.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi dari makalah kelompok kami mengenai Biografi dan
Pemikiran Kyai Muhammad Tolchah Hasan dan Prof. Abdul Malik Fajar:
Beliau Bernama Muhammad Tolchah Hasan dilahirkan pada hari sabtu pon, 10
oktober 1936 di tuban jawa timur, dari pasangan Tolchah dan Anis Fatmah, sedangkan
kakeknya Bernama Hasan. Beliau adalah anak pertama dari dua bersaudara, dan adik
beliau Bernama Afif Najih. Sejak usia kanak-kanak beliau ditinggal oleh ayahnya untuk
menghadap sang kholiq (wafat), kemudian beliau ikut kakeknya dan neneknya di
Lamongan. Sejak saat itu nama ayah dan kakeknya digunakan menjadi satu kesatuan
dengan nama beliau yang semulahanya Muhammad, sehingga menjadi Muhammad
Tolchah Hasan, ang sekarang panggilan akrab beliau yaitu Kyai Tolchah .
Pemikiran KH. Tholhah Hasan tentang pendidikan islam tidak hanya terbatas
pada lebel Islam atau lembaga keislaman seperti Pondok Pesantren atau Madrasah, juga
tidak terbatas pada pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, seperti tauhid, tafsir hadits,
fiqih, dan tasawwuf.
Pendidikan Islam mencakup semua aktifitas, visi, misi, institusi, kurikulum,
metodologi, proses belajar mengajar, sumber daya manusia kependidikan, lingkungan
pendidikan, yang disemangati dan bersumber pada ajaran dan nilai- nilai Islam.
Abdul Malik Fadjar, beliau adalah sosok politikus Indonesia yang religius.
Dilahirkan dari pasangan Salamah dan Fadjar Martodiharjo di Jogjakarta pada tanggal
22 Februari 1939. Memiliki kegemaran membaca dan menimba ilmu adalah pedoman
hidup yang selalu beliau terapkan sejak kecil. Malik Fadjar dikenal sebagai Menteri
Pendidikan Nasional pada masa Kabinet Gotong Royong kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri.
Pemikiran dan Karya-Karyanya
Hadis Nabi SAW, yang selalu dikutip oleh A. Malik Fadjar dalam beberapa
kesempatan adalah “khayr al-nas ‘anfauhum li al-nas” (sebaik- baik manusia adalah
yang paling berguna bagi sesamamnya). Al-‘ilm, dalam konteksnya yang luas adalah
amunisi paling berharga bagi manusia dalam hal bagaimana ia menjadi berguna. Untuk
merealisasikan manifesto mulia ini maka pendidikan dan tradisi menulis adalah
investasi paling dipercaya kearah daya jual seseorang di dalam pergaulan social dan
global (social and global village).
Malik di kenal sebagai pribadi kreatif dan produktif. Benar apa yang diuraikan
Syaikh Ihsan Jampes, Kediri dalam karyanya Siraj al- Thalibin;
Barang siapa yang mengarang buku maka sungguh dirinya telah tertolong. Juga
barang siapa menulis buku berarti ia telah meletakkan akalnya di suatu asas dan akan
memperoleh kehormatan yang mulia dari manusia (man shanna fafaqadas’afawa man
shanna fafaqadwadha’a fi thabaqwa’irduha ‘ala-al-nas).
Memahami makna kreativitas dan produktivitas Tuhan di alam raya ini kiranya
merefleksikan kinerja A. Malik Fadjar sebagai pribadi pengabdi untuk berkreasi dan
bekerjakeras.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/8922/1/Nur%20Vita%20Octaviani_D01207095.pdf
http://repository.unisma.ac.id/bitstream/handle/123456789/1269/
TERPISAH_S1_FAI_21601011150_AHMAD%20SYUKRI%20BILLAH
%20GHAZALI.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://etheses.uin-malang.ac.id/4735/1/04110109.pdf

Anda mungkin juga menyukai