Pemuda Mukhtar Yahya ketika itu memilih memasuki Abdul Azis lil Muallimin di
Cairo Mesir dan itu terjadi pada tahun 1925. Sekolah-sekolah Mualimin ini
berada di bawah Kementrian Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Beliaulah pemuda
Indonesia yang pertama kali memasuki Sekolah Mualimin di Mesir. Sesudah
beliau diterima di Sekolah Abdil Aziz lil Mualimin ini, barulah ada 13 orang
pemuda Indonesia yang telah lebih dulu berada di Mesir, juga diterima di sekolahsekolah Mualimin tersebut.. Diantaranya adalah Prof. Abdul Kahar Mudzakkir,
Ustadz Nasruddin Thaha dan Ustadz Muhammad Nur Marwan. Pemuda Mukhtar
tamat dari Abdul Azis lil Muallimin pada tahun 1928, dengan memperoleh
sertifikat.
Sesudah tamat dari Abdul Azis lil Muallimin, beliau masuk ke jenjang perguruan
tinggi, yaitu pada Perguruan Tinggi Darul Ulum, yang kemudian menjadi Fakultas
Darul Ulum dari Cairo University. Perguruan ini merupakan suatu perguruan
tinggi yang mengajarkan bidang agama Islam dan bidang bahasa Arab. Mata
pelajaran di perguruan ini cukup padat dan sukar. Mahasiswa-mahasiswa Mesir
sendiri agak enggan belajar di Perguruan Tinggi Darul Ulum ini. Akan tetapi
pemuda Mukhtar memilih melanjutkan pelajarannya di sini. Teman-teman sejawat
beliau lainnya selama berada di Mesir adalah Prof. K.H. Farid Maruf, Prof.
K.H.A. Kahar Mudzakir (mantan Rektor UII), Prof. H. Mahmud Yunus (mantan
Rektor IAIN Imam Bonjol Padang), Prof. H.M. Thaher Abdul Muin (mantan
Guru Besar Ilmu Kalam di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dan lain-lain.
Selama menuntut ilmu di negeri Mesir, beliau sangat cenderung untuk menekuni
Ulumut Tarbiyah, termasuk di dalamnya Sejarah Pendidikan, Teori Pendidikan
dan Perbandingan Pendidikan di samping Ilmu Jiwa, yang meliputi Ilmu Jiwa
Umum, Ilmu Jiwa Perkembangan dan Ilmu Jiwa Pendidikan. Di samping itu juga
tekun belajar untuk memperoleh keahlian dalam bidang Bahasa Arab, yang selain
Qowaid sebagai sasaran utamanya, juga Sastra Arab dan Fiqhul Lughah. Tidak
ketinggalan pula pemuda Mukhar Yahya menekuni Dasar-Dasar Ilmu Agama
Islam, seperti Ushul Fiqh, Tarikh Tasyri dan Perbandingan Mazhab. Dari dasardasar utama ini akhirnya beliau juga menekuni bidang Tafsir, terutama yang
berhubungan dengan bahasanya yang kemudian dikenal dengan nama At Tafsirul
Lughawy.
Sewaktu masih belajar di Mesir, pemuda Mukhtar Yahya juga giat dalam bidang
jurnalistik, antara lain dengan menulis dalam harian dan majalah, seperti Majalah
Peninjauan yang terbit di Jakarta di bawah pimpinan redaksi P. F. Dahler dan
Majalah Pilihan Timur yang terbit di Cairo di bawah pimpinan redaksi Iljas
Yacoub dan Mukhtar Luthfi. Oleh karena pada saat itu orang-orang Mesir belum
mengenal nama Indonesia, yang dikenal adalah Jawa, maka dalam rangka
Propinsi Sumatera kemudian dibagi menjadi tiga propinsi, dan setiap propinsi
mempunyai Jawatan Agama (Kantor Wilayah Agama). Ustadz Mukhtar Yahya
diangkat menjadi koordinator Jawatan Agama seluruh Sumatera. Jabatan
koordinator kemudian dihapus pada tahun 1950, dan ustadz dipindahkan ke
Yogyakarta dengan pangkat administratur. Akan tetapi pada akhir tahun itu pula
beliau diinstruksikan pergi ke Medan untuk membentuk Negara Kesatuan di
Sumatera Timur. Dalam hal ini beliau bertindak sebagai pejabat Jawatan Agama
Sumatera Timur dan lalu sebagai Penghubung Kementerian Agama.Demikianlah
karir beliau di Sumatera selama lebih kurang lima belas tahun (1936-1950). Masa
ini dibagi pula menjadi dua periode. Pertama, sebagai pendidik dari tahun 19351946 dan kedua sebagai pegawai Kementerian Agama RI dari tahun 1947-1950.
Karir di Bidang PendidikanTinggi Agama Islam
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, dan
sebelum Belanda sempat menginjakkan kakinya kembali di Indonesia, maka pada
tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Karena
proklamasi itu tidak diakui oleh Belanda serta sekutunya (Amerika Serikat dan
Inggris), maka terjadilah revolusi fisik melawan Belanda beserta sekutusekutunya itu. Jakarta dengan mudah dapat diduduki. Karena itu pusat
pemerintahan dipindahkan ke Yogyakarta sampai tahun 1949. Baru setelah
perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949 di Den Haag,
Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia, minus Irian Barat (Irian Jaya).
Maka sebagai penghormatan atas jasa-jasanya itu, kota Yogyakarta ini dijadikan
sebagai kota pendidikan/universitas. Karena itu didirikanlah Universitas Negeri
Gadjah Mada yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1950.
Adapun untuk golongan umat Islam diberi pula sebuah Pendidikan Tinggi Agama
Islam. Cikal bakal perguruan tinggi ini berasal dari Universitas Islam Indonesia
yang mulanya bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) dan didirikan pada tanggal 27
Rajab 1364 bertepatan dengan tanggal 18 Juli 1945, berkedudukan di Jakarta.
Atas usul panitia perbaikan STI, maka nama itu diubah menjadi Universitas Islam
Indonesia (UII) atau Al-Jamiah Al-Islamiyah Al-Indonesiyah yang diresmikan 27
Rajab 1367 H bertepatan tanggal 10 Maret 1948 dan berkedudukan di Yogyakarta.
Pada peresmian itu, UII memiliki empat fakultas yaitu 1. Fakultas Agama 3.
Fakultas Ekonomi, dan 2. Fakultas Hukum 4. Fakultas Pendidikan.
Fakultas Agama tersebut di ataslah yang kemudian dinegerikan menjadi
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Penegerian itu diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950. Tujuan didirikannya PTAIN seperti
yang dikatakan Mr. Wasil Aziz adalah : Untuk memberikan pengajaran tinggi dan
menjadi pusat memperkembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang
Agama Islam. Untuk tujuan tersebut diletakkan azaz untuk membentuk manusia
susila dan cakap serta mempunyai keinsyafan ber-tanggungjawab tentang
kesejahteraan masyarakat Indonesia dan dunia umumnya atas dasar Pancasila,
kebudayaan, kebangsaan dan kenyataan. Sebagai Ketua Fakulteit (Dekan
Fakultas) PTAIN kemudian diusulkan K.H. Muhammad Adnan, disamping
sebagai dosen. Beliau diusulkan sebagai dekan, sebab beliaulah satu-satunya
orang Islam yang tinggi jabatannya, yaitu sebagai Ketua Mahkamah Islam Tinggi
yang berkedudukan di Solo. Mr. Sunaryo sebagai sekretaris mahkamah itu, karena
itu beliau diangkat menjadi sekretaris PTAIN.
Seperti dikatakan di muka, ustadz Mukhtar Yahya ikut membidani kelahiran
PTAIN di Yogyakarta, yaitu dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no.34/1950
pada tanggal 14 Agustus 1950. Selain dari itu, beliau pun ikut aktif menjadi
tenaga pengajar di PTAIN yang baru lahir itu. Dalam rentang waktu yang cukup
lama, ada beberapa hal yang menonjol yang dicapainya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan karir. Pada tahun 1955 beliau diangkat menjadi Sekretaris
Fakultas PTAIN menggantikan Mr. Sunaryo yang diangkat menjadi Menteri
Dalam Negeri.
Pada tahun 1956 beliau diangkat menjadi Guru Besar bidang Ilmu Tafsir. Beliau
adalah Guru Besar Ilmu Tafsir yang pertama di seluruh Indonesia. Bahkan beliau
merupakan Guru Besar pertama di bidang Agama Islam secara umum. Guru Besar
Ilmu Tafsir lain, baru pada tahun 1980-an ada di IAIN Sunan Ampel Surabaya,
yaitu yang diraih Prof. Dr. Abdul Djalal Sebelumnya beliau telah dipromosikan di
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memperoleh gelar Doktor di bidang Ilmu
Tafsir dengan promotor Prof. H. Mukhtar Yahya. Gelar yang sama di IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, baru ada pada tahun 1990-an yaitu diwakili oleh Prof. Dr.
Quraish Shihab, dan pada tahun 1994 yang lalu ditambah satu lagi yaitu Prof. Dr.
Salman Harun. Kemudian pada umur PTAIN sewindu, tepatnya tanggal 6
September 1959, Prof. Mukhtar Yahya diangkat menjadi Dekan Fakultas PTAIN
menggantikan Prof. KH. Moh. Adnan yang telah pensiun, dan sebagai
sekretarisnya adalah Mr. Wasil Aziz.
Periode ini merupakan suatu kemajuan pesat bagi perkembangan Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta. yang bersama dengan Akademi
Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta (berdiri tahun 1957), digabungkan menjadi
satu dengan nama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan berpusat di
Yogyakarta. Demikianlah IAIN Al-Djamiah ini lahir pada tanggal 2
Rabiulawwal 1380 H bertepatan dengan tanggal 24 Agustus 1960 M.
Pada tanggal 7 Januari 1961, Prof. Mukhtar Yahya mendapat kehormatan menjadi
promotor dari IAIN Al-Djamiah untuk memberikan gelar Doctor Honouris Causa
kepada Yang Mulia Dr. Al-Ustadz Al-Azhar Syeikh Mahmoud Syaltout, Rector
Magnificus Universitas Al-Azhar.
Pada tahun 1960 setelah IAIN diresmikan, maka jabatan Dekan Fakultas
Ushuluddin dipercayakan pada Prof. H. Mukhtar Yahya. Karena IAIN menambah
dua fakultas lagi yaitu : Fakultas Tarbiyah (tahun ajaran 1960-1961) dan Fakultas
Adab (tahun ajaran 1961-1962), maka dekan Fakultas Adab dijabat untuk
sementara oleh Prof. Mukhtar Yahya, sedangkan Fakultas Tarbiyah dijabat
sementara oleh Prof. R.H.A. Soenarjo. Pada tanggal 16 April 1962 jabatan Dekan
Fakultas Tarbiyah definitif diserahterimakan kepada Prof. Mukhtar Yahya,
sedangkan jabatan Dekan Fakultas Ushuluddin definitif diserahterimakan kepada
K.H. Anwar Musaddad dan jabatanDekan Fakultas Adab definitif
diserahterimakan kepada H. Husein Yahya. Jabatan Dekan Fakultas Tarbiyah ini
dipegang oleh Prof. Mukhtar Yahya sampai dengan tanggal 15 Juli 1972. Selain
dari jabatan Dekan seperti tersebut di atas, beliau juga diangkat sebagai anggota
Pengurus Senat dan Anggota Senat IAIN Sunan Kalijaga dan Pembantu Rektor
Bidang Akademis Urusan Ilmu Pengetahuan Agama. Selain dari itu, beliau
memberi kuliah pula di Fakultas Tarbiyah dan Syariah UII serta Fakultas Sastra
dan Fakultas Filsafat UGM.
Dengan adanya pergantian total pimpinan teras institut pada tahun 1972, maka
berakhirlah semua jabatan yang disandang oleh Prof. H. Mukhtar Yahya, kecuali
sebagai tenaga pengajar honoraium di semua fakultas di lingkungan IAIN dan
perguruan tinggi lainnya, sebab pada tahun yang sama beliau menjalani masa
pensiun. Sungguh pun begitu, sebagai anggota Penterjemah dan Penafsir Al
Quran beliau tetap diperlukan.
Anggota Penterjemah dan Penafsir Al-Quran dan Lain-lain
Lembaga ini beranggotakan sebanyak tiga belas orang, diketuai oleh Prof. Mr.
R.H.A. Soenarjo dan diwakili oleh Prof. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy merangkap
anggota. Sedangkan anggota-anggota yang lain adalah :
1. Prof. H. Mukhtar Yahya, sebagai anggota,
2. K.H. Anwar Musaddad, sebagai anggota,
3. K.H. Ali Maksum, sebagai anggota,
4. Dr. A. Mukti Ali, sebagai anggota,
5. Prof. H. Toha Jahja Omar, sebagai anggota,
6. Prof. Bustami A. Gani, sebagai anggota,
7. H. Masuddin, sebagai anggota,
8. Ghazali Tahib, sebagai anggota,
1). Qawaidul Imlail Arabi. 2). Al Muhadatsatul Arabiyah, berdua dengan Prof. Dr.
H. Mahmud Yunus. 3). Fannut Tarbiyah, berdua dengan Ustadz Nasruddin Thaha.
4). Al Mohfuzhatul Mukhtaroh. 5). Mabadi At Tadbiratish Shihhiyah.
Bahasa Indonesia :
6). Miftakhul Asrar. 7). Dalton Plan. 8). Revolusi Amerika. 9). Revolusi Perancis.
10). Pokok-pokok Filsafat Yunani. 11). Islam dan Negara. 12). Pokok-pokok Isi
Al-Quran al Karim. 13). Butir-butir Hikmah Isra dan Miraj. 14). Kedudukan
Wanita dalam Hukum Islam. 15). Pertumbuhan Akal dan Memanfaatkan Naluri
Kanak-kanak. 16). Masyarakat Islam (alih bahasa). 17). Sejarah dan Kebudayaan
Islam I (alih bahasa). 18). Sejarah dan Kebudayaan Islam II, berdua dengan Drs.
M. Sanusi Latief (alih bahasa). 19). Negara dan Pemerintahan dalam Islam (alih
bahasa). 20). Sejarah Pembinaan Hukum Islam, sebagai peneliti (alih bahasa). 21).
Sejarah Pendidikan Islam, berdua dengan Drs. M. Sanusi Latief (alih bahasa). 22).
Ikhtisar Ihyak Ulumiddin, sebagai peneliti (alih bahasa). 23). Aqidah Tauhid
dalam Agama Bangsa-bangsa Purbakala dan Filsafat Lama. 24). Tafsir Surat alFatikah. 25). Sejarah Ringkas Al Quran Al Karim. 26). Sejarah Bangsa Arab
Sebelum Islam. 27). Lampiran Tafsir. 28). Kekuasaan-kekuasaan di Timur Tengah
Sebelum Datang Agama Islam. 29). Dasar-dasar Pembinaan Hukum Islam, berdua
dengan Drs. Fatchur-rachman. 30). Al Quran dan Terjemahannya, sebagai
anggota penterjemah. 31). Al Quran dan Tafsirnya, sebagai anggota pentafsir.
32). Butir-butir Berharga dalam Sejarah Pendidikan Islam, dan Memanfaatkannya
dalam Pembangunan Nasional
b. Artikel-artikel di majalah / surat kabar.
1). Ibnu Khaldun dan Pendidikan Modern. 2). Project Method. 3). Dr. Maria
Montessorri. 4). Universitas Terapung. 5). Autobus College. 6). Yohann Amos
Comenius. 7). Usaha-usaha Dunia untuk Memerangi Buta Huruf. 8). Ilmu Jiwa
Pendidikan. 9). Dasar-dasar Pendidikan Modern. 10). Madame Roland. 11). Julius
Caesar. 12). Jeane dAre. 13). Zenobia (Ratu Palmyra). 14). Madame Curie. 15).
Pergerakan Wanita Mesir. 16). Pergerakan Wanita Jepang.
Dengan demikian jelaslah bahwa Prof. Dr. H. Mukhtar Yahya telah mengabdikan
sebagian besar hidupnya untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa sejak
kembali dari Mesir 1935 sampai dengan 1987 atau selama 52 tahun. Walaupun
beliau telah memperoleh gelar tertinggi di perguruan tinggi (Profesor dan Doktor),
tetapi beliau tetap rendah hati, tidak pernah menyombongkan diri karena ilmunya
yang tinggi itu. Semua orang dihargainya tanpa kecuali, dan dapat bersendagurau
dengan mereka, tanpa merasa rendah dengan orang-orang bawahannya itu.
Dalam hal mengajar, teori mengajar yang baik betul-betul diterapkannya. Seorang
mahasiswa yang membuat kesalahan dalam mempelajari insya, yaitu pelajaran
mengarang dalam bahasa Arab, umpamanya, mahasiswa tadi tidak langsung
ditegurnya, tetapi dipuji terlebih dahulu akan kebagusan karangannya itu, seperti
idenya bagus. Baru sesudah itu dikatakannya kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukannya. Dengan cara itu si mahasiswa merasa dihargai meski ia banyak
melakukan kesalahan. Justru dengan cara demikian dia banyak mendapat motivasi
untuk belajar lebih giat. Selain dari itu, beliau juga tegas dalam berkata. Jika
beliau mengatakan ya tetap ya tanpa bergoyah agak sedikitpun. Begitu pula
jika beliau mengatakan tidak, tetap tidak tanpa ada perubahan
Demikianlah sedikit tentang kehidupan seorang tokoh Minangkabau dalam bidang
pendidikan yang seluruh hidupnya diabdikan untuk pendidikan agama Islam dan
pengetahuan bahasa Arab. Beliau berpulang ke Rahmatullah pada usia 89 tahun,
di hari Ahad tgl. 31 Maret 1996 pukul 05.00 wib di kediaman beliau Jl. R. W.
Monginsidi 11A (Jl. Cemarajajar), Yogyakarta, setelah semua putera-puteri beliau
menyelesaikan studi dan berumah tangga. .Semoga beliau tergolong ummat-Nya
yang khusnul khatimah dan amal jariah selama hidup di dunia ini menjadi pahala
yang besar bagi beliau di akhirat nanti. Begitu pula dengan putera-puteri beliau,
semoga menjadi anak yang saleh agar dapat menjadi pahala bagi Bapak Prof. Dr.
H. Mukhtar Yahya. Amin....... Amin ya Rabbal alamin.