Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MEMAHAMI TOKOH TOKOH DAN PERANNYA TERHADAP


PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam


Indonesia

Dosen Pengampu: Iqbal Anggia Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.

Kelompok 11 :
1. Sarah Noor Azijah (2101327)
2. San Julia Restu (2101076)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengenal tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia, maka kita
akan mengenal beberapa nama tokoh yang terkenal. Diantara para tokoh tersebut,
sangat andil besar dalam memperbaharui konsep dan sistem pendidikan di
Indonesia khususnya mengenai pendidikan Islam. Diantara mereka, ada yang
merubah atau mengabungkan konsep pendidikan Kolonial Belanda (modern)
dengan konsep pendidikan pesantren (tradisional), dimana menambahkan mata
pelajaran yang tidak hanya pelajaran agama saja, tetapi juga mata pelajaran umum.
Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam” dari
kata “pendidikan”, karena selain sebagai predikat, Islam juga merupakan satu
subtansi dan subjek penting yang cukup komplek. Karenanya, untuk memahami
pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi agama Islam yang
diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. Sesungguhnya merefleksikan
nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia
sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama universal telah
memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju menuju kehidupan bahagia,
yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci
penting untuk membuka jalan kehidupan manusia.
Untuk dapat mengenal pendidikan secara lebih mendalam perlu ditelaah
pandangan-pandangan orang-orang yang berdedikasi dalam dunia pedidikan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pendidikan Islam dalam
pemikiran beberapa tokoh yang terkenal di Indonesia. Semoga mampu memberikan
kesegaran dalam dahaga kita akan wacana tentang pendidikan, khususnya
pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Biografi Para Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia
2. Mengetahui Pemikiran Pendidikan Islam menurut Tokoh
3. Mengetahui dobrakan pendidikan Islam
4. Mengetahui hal-hal yang bermanfaat dari tokoh dan yayasan atau lembaga
yang didirikannya atu dipimpinnya.

1
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Indonesia.
2. Menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai Tokoh Pendidikan
Islam Di Indonesia.
3. Memahami hal-hal yang berkaitan tentang hal manfaat tokoh dalam
kehidupan umat Islam sekarang ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang
bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Al-Qur'an dan Sunnah Rasul merupakan sumber ajaran Islam, maka
pendidikan Islam pada hakekatnya tidak boleh lepas dari kedua sumber tersebut.
Dalam kedua sumber tersebut pendidikan lebih dikenal dengan istilah -istilah
yang pengertiannya terkait dengan pendidikan, yaitu at-Tarbiyah. Pendidikan
atau at-Tarbiyah menurut pandangan Islam adalah bagian dari tugas manusia
sebagai Khalifah Allah di bumi. Allah adalah Rabb al-’Alamin juga Rabb al-
Nas. Tuhan adalah “yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik
manusia.”
Jadi, jelaslah bahwa proses pendidikan merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan -
kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di
dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut harus
senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan
norma-norma syari’ah yang sesuai dengan pendidikan Islam.
B. Tokoh Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia
1. KH. Hasyim Asy’ari (1881-1947)
a) Biografi
Hasyim Asy’ari dilahirkan pada tanggal 14 Februari tahun 1881 M di Jombang
Jawa Timur mula-mula beliau belajar agama Islam pada ayahnya sendiri K.H
Asy’ari, kemudian beliau belajar di pondok pesantren di Purbolinggo. Setelah
itu, pindah lagi ke Plangitan, Semarang, Madura dan lainnya. Sewaktu beliau
belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H Ya’kub yang
mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya yang
halus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu. Dan akhirnya beliau
dinikahkan dengan putri kyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak

3
lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah
haji dan bermukim selama setahun, tetapi istrinya meninggal di sana.
Pada kunjungannya yang kedua ke Makkah, beliau bermukim selama delapan tahun
untuk menuntut ilmu agama Islam dan bahasa arab. Sepulang dari Makkah, beliau
mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang Jawa Timur pada tanggal 26 Rabiul
awal tahun 1899 M.
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren
Tebuireng adalah keikut sertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama (NU),
bahkan beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di
Indonesia. Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan
belas kasihan orang. Tetapi beliau mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu
beberapa bidang sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh
beribadah, taat dan rendah hati. Beliau tidak ingin pangkat dan jabatan, baik di
zaman Belanda atau di zaman Jepang. Kerap kali beliau deberi pangkat dan jabatan,
tetapi beliau menolaknya dengan bijaksana.
Banyak alumni Tebuireng yang bertebaran di seluruh Indonesia, menjadi Kyai dan
guru-guru agama yang masyhur dan ada diantra mereka yang memegang peranan
penting dalam pemerintahan Republik Indonesia, seperti menteri agama dan lain-
lain. K.H Asy’ari wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah
peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuireng yang tertua dan
terbesar untuk kawasan Jawa Timur dan yang telah mengilhami para alumninya
untuk mengembangkanya di daerah-daerah lain walaupun dengan menggunakan
nama lain bagi pesantren-pesantren yang mereka dirikan.
b) Pemikiran Pendidikan islam Hasyim Asy’ari
Diantara karya K.H. Hasyim Asy’ari yang sangat monumental yaitu kitab “adab al-
alim wa al- muta’alim fima yahtaj ilah al-muta’allim fi ahuwal ta’allum wa ma
yataqaff al-muta’allim fi maqamat ta’limih” yang dicetak pertama kali pada tahun
1451 H. Kitab tersebut terdiri dari 8 bab, yaitu keutamaan ilmu serta keutamaan
mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang
murid terhadap guru, etika murid terhadap pelajaran, etika yang harus dipedomani
oleh guru, etika guru ketika akan mengajar, etika guru terhadap murid-muridnya
dan etika terhadap buku. Dari 8 bab dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu:
1) Signifikasi pendidikan

4
Berkaitan dengan pendidikan, di dalam kitab tersebut beliau banyak mengutip
ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keutamaan ilmu dan orang yang
berilmu. Dan dalam pembahasan bab pertama dilengkapi dengan berbagai hadits
Nabi dan pendapat berbagai ulama’. Diantara isinya yaitu tentang tujuan ilmu
pengetahuan adalah mengamalkannya, maksudnya agar ilmu yang dimiliki
menghasilkan manfaat sebagai bekal di kehidupan akhherat, syariat mewajibkan
menuntut ilmu dan memperoleh pahala yang besar, ilmu merupakan sifat yang
menjadikan jelas identitas pemiliknya, bertauhid itu harus mempunyai iman. Maka
barang siapa beriman maka ia harus bertauhid. Keimanan mewajibkan adanya
syariat, sehingga orang yang tidak menjalankan syariat maka berarti ia tidak
beriman dan bertauhid. Sementara orang yang bersyariat harus beradab. Dengan
demikian beradab berarti ia juga bertauhid, beriman dan bersyariat.
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu pertama bagi
murid hendaknya berniat suci, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi,
jangan melecehkan dan menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan
ilmunya meluruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata. Dalam
penjelasannya tidak ada definisi khusus tentang belajar. Tetapi yang menjadi titik
tekan pengertian belajar adalah ibadah mencari ridha Allah yang mengantarkan
seseorang untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Belajar harus
diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai islam, bukan hanya
sekedar menghilangkan kebodohan.
2) Tugas dan tanggung jawab murid
• Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
Etika dalam belajar yaitu membersihkan hati dari keduniawian, membersihkan
niat, tidak menunda-nunda kesempatan belajar.
• Etika seorang murid terhadap guru
Etika seorang murid terhadap guru yaitu memperhatikan dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru, memilih guru yang wara’ dan profesional, mengikuti
jejak-jejak guru, memuliakan guru dan lain sebagainya.
• Etika murid terhadap pelajaran
Etika murid terhadap pelajaran yaitu memperhatikan ilmu yang fardhu ‘ain,
mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu fardhu ‘ain, berhati-hati dalam
menanggapi ikhtilaf ulama’, mendiskusikan dan menyetorkan hasilnya kepada
orang yang dipercaya, menganlisa dan menyimak ilmu, mempunyai cita-cita
tinggi dan lain sebagainya.
5
3) Tugas dan tanggung jawab guru
• Etika seorang guru
Etika yang harus dimiliki seorang guru antara lain: selalu mendekatkan diri
kepada Allah, takut kepada Allah, bersikap tenang, wara’, khusyu’, mengadukan
persoalan kepada Allah, tidak menggunakan untuk meraih keduniawian semata,
zuhud, menghindari hal-hal yang rendah, menghindari tempat-tempat yang kotor
dan tempat ma’siyat, mengamalkan sunnah Nabi, bersikap ramah, ceria, suka
menebarkan salam, semangat menambah ilmu pengetahuan, tidak sombong,
membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.
• Etika guru dalam mengajar
Etika guru ketika mengajar yaitu mensucikan diri dari hadts dan kotoran,
berpakaian rapi, sopan dan berbau wangi, berniat ibadah, menyampaikan perintah
Allah, selalu membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
• Etika terhadap buku, alat pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Etika terhadap pelajaran yaitu berusaha memiliki buku yang diajarkan, merelakan
dan mengizinkan apabila ada teman yang pinjam, meletakkan buku pelajaran di
tempat yang terhormat, memeriksa dahulu ketika membeli atau meminjam buku,
bila menyalin buku pelajaran syari’ah hendaknya bersuci dahulu dan
mengawalinya dengan basmalah.
c) Gebrakan Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan islam
a. Mendirikan pesantren Tebuireng
b. Mendirikan madrasah Salafiyah sebagai tangga untuk memasuki tingkat
menengah pesantren Tebuireng
c. Memasukkan pengetahuan umum, seperti:
• Membaca dan menulis huruf latin
• Mempelajari Bahasa Indonesia
• Mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia
• Mempelajari ilmu hitung.
d. Mendirikan organisasi
Hasyim asy’ari Bersama KH Abdul Wahab Hasbulallah dan sejumlah ulama
lainnya di jawa timur mendirikan jamiah nahdlatul ulama yang pada waktu itu
hasyim asy’ari sendiri yang menjadi pemimpinnya rais akbar.
e. Aktip melawan penjajah dan terkenal dengan seruan jihadnya
f. Aktif dalam partai masyumi

6
2. KH. Ahmad Dahlan
a) Biografi
Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M dengan nama
kecilnya Muhammad Darwis, putra dari K.H Abu Bakar Bin Kyai Sulaiman, khatib
di Masjid besar (Jami’) kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim,
seorang penghulu. Setelah beliau menamatkan pendidikan dasarnya di suatu
Madrasah dalam bidang Nahwu, Fiqih dan Tafsir di Yogyakarta, beliau pergi ke
Makkah pada tahun 1890 dan beliau menuntut ilmu disana selama satu tahun.
Sekitar tahun 1903 beliau mengunjungi kembali ke Makkah dan kemudian menetap
di sana 2 tahun.
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada jemu-
jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada kesempatan
sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya. Observation
lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab. Beliau ada
keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya keluar pulau jawa pernah sampai ke Medan.
Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak dikunjungi.
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau
hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.
Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat
bangsa. Ahmad Dahlan meninggal pada Tahun 1923 M, tanggal 23 Februari dalam
usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan
di segani karena ketegaranya.
b) Pemikiran ahmad dahlan terhadap Pendidikan islam
Beliau mengatakan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari
berpikir statis menuju pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Umat
islam dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam
membaca dinamika kehidupan yang akan datang. Adapun kunci bagi kemajuan
umat islam adalah kembali pada Al-Qur’an dan hadits, mengarahkan umat islam
pada pemahaman ajaran islam yang komprehensif dan menguasai berbagai disiplin
ilmu pengetahuan.
Pendidikan islam hendaknya menjadi media dan mampu mengembangkan
al-ruh dan al-akal. Hal ini disebabkan di alam ini ada dua dimensi yaitu dimensi
fisika dan metafisika. Manusia adalah integrasi dari dua dimensi yaitu dimensi ruh
dan jasad. Maka aktivitas pendidikan harus mampu mengembangkan dimensi

7
tersebut. Dan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung sesuai
prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Hadits.
Ahmad Dahlan melihat bahwa problem epistimologi pendidikan islam
tradisional disebabkan karena ideologi ilmiahnya terbatas pada dimensi religius
yang membatasi pada pengkajian kitab-kitab klasik, khususnya dalam madzhab
syafi’i. Sikap ilmiah yang demikian mengakibatkan umat islam tidak mampu
menganalisa ilmu pengetahuan secara kritis sehingga kurang mampu berkompetisi
secara produktif dan kreatif terhadap perkembangan peradaban kekinian.
Menurut Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan untuk
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang demi
kemajuan masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan ini, hendaknya pendidikan islam
mengakomodasi berbagai ilmu pengetahuan, baik umum maupun agama, untuk
mempertajam intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta didik. Upaya
ini akan terwujud jika proses pendidikan bersifat integral dan epistimologi. Islam
hendaknya dijadikan landasan metodologis dalam kurikulum dan bentuk
pendidikan yang dilaksanakan. Menurut Ahmad Dahlan, materi pendidikan adalah
pengajaran Al-Qur’an dan hadits, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, dan
menggambar. Sistem pendidikan yang dipakai beliau adalah klasikal, beliau ingin
menggabungkan sistem pendidikan kolonial Belanda dengan sistem pendidikan
tradisional (pesantren) secara integral.
Materi Al-Qur’an dan hadits yaitu ibadah, persamaan derajat, fungsi
perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya, musyawarah, pembuktian
kebenaran Al-Qur’an dan hadits menurut akal, kerjasama antara agama-
kebudayaan, kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan
kehendak, demokratisasi dan liberalisasi, kebebasan berpikir, dinamika kehidupan
dan peranannya, dan akhlak. Komitmen Ahmad Dahlan terhadap pendidikan agama
adalah sangat kuat. Maka dari itu, beliau masuk orgnasisasi Budi Oetomo pada
tahun 1909, agar mendapatkan peluang mengajarkan pendidikan agama kepada
para anggotanya. Komitmen terhadap pendidikan selanjutnya menjadi salah satu
ciri khas organisasi yang didirikannya pada tahun 1912 yaitu Muhammadiyah.
Pandangan Ahmad Dahlan dalam pendidikan dapat dilihat dalam kegiatan
pendidikan yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Dalam bidang
pendidikan Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan
sistem pendidikan gubernemen. Disamping itu, Muhammadiyah mendirikan

8
sekolah yang agamis yaitu madrasah diniyah di Minangkabau untuk memperbaiki
pengajian Al-Qur’an yang tradisional. Pada tanggal 8 Desember 1921,
Muhammadiyah mendirikan pondok Muhammadiyah sebagai sekolah pendidikan
guru agama. Dalam sekolah tersebut pelajaran umum diberikan oleh dua orang guru
dari sekolah pendidikan guru (kweekschool), sedangkan ahmad dahlan dan
beberapa orang lainnya memberikan pelajaran agama yang lebih mendalam.
Muhammadiyah berhasil melanjutkan model pembaruan pendidikan
dikarenakan lingkungan sosial yang dihadapi adalah terbatas pada pegawai, guru
maupun pedagang. Kelompok ini banyak menguasai perusahaan percetakan yang
secara ekonomis sangat penting di masyarakat. Oleh karena itu, Muhammadiyah
dengan model pendidikan barat ditambah dengan pendidikan agama, mendapatkan
hasil yang baik dalam kalangan ini. Diantara sekolah-sekolah yang tertua dan besar
yaitu:
• Kweekschool Muhammadiyah, di Yogyakarta
• Mu’allimin Muhammadiyah, di Solo, Yogyakarta dan Jakarta
• Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta
• Kulliyah Muballigh/Muballigat di Padang Panjang Sumatera Tengah
• Tabligh School di Yogyakarta.
c) Gebrakan Ahmad Dahlan
• Pembaharuan di bidang lembaga pendidikan, yang semula sistem pesantren
menjadi sistem sekolah.
• Beliau memasukkan pelajaran umum ke sekolah-sekolah agama atau
madrasah.
• Perubahan pada metode pengajaran sosrogan menjadi metode yang bervariasi.
• Dengan organisasi Muhammadiyah, beliau berhasil mengembangkan lembaga
pendidikan yang lebih bervariasi dan manajemen yang modern.
3. Prof. Dr. Mahmud Yunus
a) Biografi
Mahmud Yunus di lahirkan di Batusangkar, Sumatra Barat, pada tanggal 10
februari, 1899 (30 Ramadhan, 1336 H.), dan wafat pada tanggal 16 Januari, 1982.
Ia termasuk tokoh pendidikan islam indonesia yang gigih memperjuangkan
masuknya pendidikan agama kesekolah umum dan ikut berusaha memperjuangkan
berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

9
Di samping sebagai guru, Mahmud Yunus juga melakukan kegiatan-
kegiatan penting lainnya, seperti mewakili Syaikh H.M. Thalib (pemimpin
madrasah) menghadiri rapat besar alim ulama seluruh minangkabau (tahun 1919).
Di rapat besar itu diputuskan untuk mendirikan Persatuan Guru Agama Islam
(PGAI) dan Mahmud Yunus termasuk salah seorang anggotanya. Kegiatan lainnya
adalah memprakarsai berdirinya perkumpulan pelajar-pelajar Islam Batusangkar
dengan nama “Sumatra Thawalib”. Pada tahun 1920 perkumpulan ini berhasil
menerbitkan majalah islam yang bernama al-Basyir di bawah asuhan Mahmud
Yunus.
Setelah menunaikan ibadah haji ini, ia belajar di mesir untuk melanjutkan
studinya yang selama ini menjadi cita-citanya. Ia mulai studinya di Al-Azhar (1924)
dan di Darul Ulum Ulya (Cairo) sampai tahun 1930.
b) Pemikiran Pendidikan islam mahmud yunus
Usaha yang dilakukan Mahmud Yunus di bidang pendidikan setelah kembali
ke Indonesia yaitu memperbaruai madrasah yang pernah dipimpinnya di sungayang
yang bernama al-Jami’ah al-Islamiyah, dengan mendirikan sekolah yang
kurikulumnya memadukan ilmu agama dan ilmu umum yaitu Normal
Islam. Madrasah ini yang pertama kali memiliki Laboratorium ilmu fisika dan
kimia di Sumatra Barat. Pembaruan di diutamakan pada metode mengajar bahasa
arab.
Mahmud Yunus memilki komitmen dan perhatian yang besar terhadap upaya
membangun, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan agama islam,
Diantara gagasan dan pemikirannya adalah:
a. Dari segi tujuan pendidikan islam, hendaknya lulusan pendidikan islam
mutunya lebih baik dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah yang sudah
maju.
b. Dari segi kurikulum, beliau menawarkan pengajaran bahasa arab yang
integrated antara satu cabang dengan cabang lainnya dalam ilmu bahasa arab.
c. Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang bercorak individual
kepada sistem pengajaran klasikal.
d. Dari segi metode pengajaran, hendaknya cara mengajarkan agama sesuai
dengan tingkat usia dan jenjang pendidikan dengan menggunakan metode
yang bervariasi.
c) Peran mahmud yunus terhadap Pendidikan islam Indonesia

10
Setelah kembali ke Indonesia 1930, Mahmud Yunus memperbarui madrasah
yang pernah di pimpinnya di Sungayangdendan nama al- Jamiah al
Islamiyah,disampingmendirikan sebuah sekolah yang kurikulumnya memadukan
ilmu agama dan umum yankni nornal Islam.Pembaruan di Dua madrasah ini di
Utamakan pada pembaruan metode mangajar bahasa arab.
Keberhasilannya dalam memperbarui dua madrasah imi menumbuhkan ke
inginan mahmud yunus untuk memdirikan Sekilah Tinggi Islam di Padang, dan
terwujud pada tanggal 1 November 1940.Akan tetapi pada 1 Meret1942 Sekolah
Tinggi Islam ini terpaksa di tutur kerena Jepang tidak mengiginkan adanya sekolah
tinggi semacan itu.Mahmud Yunus memiliki komitmen dan perhatian yang tinggi
terhadap upaya membangun, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan
agama islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan yang di peruntukkan
bagi seluruh masyarakay Indonesia, Khususnya yang beragama Islam.
4. KH. Abdurrahman Wahid (Gus dur)
a) Biografi
Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender
Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid
Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus,
namun kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender
Islam yang berarti ia lahir pada 4 Sya'ban, sama dengan 7 September 1940. Ia lahir
dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".Kata
"Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih
dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas
pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam
keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari
ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara
kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang
mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny.
Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta
Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki
darah Tionghoa.Abdurrahman Wahid mengaku bahwa ia adalah keturunan dari Tan

11
Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan
Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan
anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.
Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti
Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-
Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.
b) Pemikiran Pendidikan islam Gus Dur
Abdurahman Wahid dan orang-orang yang tertarik dengannya merupakan
generasi neo-modernis Islam, termasuk tokoh-tokoh lain seperti Nurcholis Madjid,
Jalaludin Rahmat, Dawam Raharjo dan Amien Rais yang menganjurkan Islamisasi
atau re-Islamisasi bangsa Indonesia, Abdurahman Wahid menekankan Indonesia,
pribumisasi atau kontekstualisasi Islam. Dengan cara ini, ia ingin menggabungkan
nilai-nilai dan keyakinan Islam dengan kultur setempat. ”Sumber Islam adalah
wahyu yang mempunyai norma-norma sendiri, karena sifatnya yang permanent. Di
sisi lain budaya adalah ciptaan manusia dan oleh karena itu berkembang sesuai
dengan perubahan sosial, tetapi hal ini tidak menghalangi manifestasi kehidupan
beragama dalam bentuk budaya.”Masalah pribumisasi Islam ada dua tulisan Gus
Dur yang berkaitan langsung dengan tema sentralnya yaitu : “Salahkah jika
dipribumikan? Dan pribumisasi Islam”.
Menurut Gus Dur pribumisasi Islam adalah suatu pemahaman islam yang
mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan lokal di dalam merumuskan hokum-
hukum agama, tetapi agar norma-norma itu menampung kebutuhan-kebutuhan dan
budaya dengan mempergunakan peluang yang disediakan oleh variasi ushul al-fiqh
dan qowaid al-fiqh.
Dalam proses ini Gus Dur pembauran Islam dengan budaya tidak boleh
terjadi sebab berbaur berarti hilangnya sifat-sifat asli. Islam harus tetap pada sifat
keIslamannya. Al-qur’an harus tetap dalam bahasa arab, terutama dalam shalat,
sebab hal ini merupakan norma. Sedangkan terjemahan al-qur’an hanyalah untuk
mempermudah pemahaman bukan menggantika al-qur’an itu sendiri.
Abdurahman Wahid benar-benar sebuah teka-teki, ia bukan tradisionalis
konserfatif, bukan pula modernis islam. Dia seorang pemikir liberal, seorang
pemimpin organiasasi islam berbasis tradisi terbesar. Sebagai seorang cendekiawan
inovatif yang memeragakan profesional biasa atau intelektual, dia memimpin suatu
organisasi ulama (NU).
c) Peran gusdur terhadap pendidikan islam

12
Pada awal 1980-an, Gus Dur terjun mengurus Nahdlatul Ulama (NU)
setelah tiga kali ditawarkan oleh kakeknya. Dalam beberapa tahun, Gus Dur
berhasil mereformasi tubuh NU sehingga membuat namanya semakin populer di
kalangan NU. Pada Musyawarah Nasional 1984, Gus Dur didaulat sebagai Ketua
Umum NU. Selama masa jabatan pertamanya, Gus Dur fokus dalam mereformasi
sistem pendidikan pesantren dan berhasil meningkatkan kualitas sistem pendidikan
pesantren sehingga dapat menandingi sekolah secular. Selama memimpin
organisasi massa NU, Gus Dur dikenal kritis terhadap pemerintahan Soeharto.
Beliau merupakan seorang pemikir liberal, seorang pemimpin organisasi
Islam berbasis tradisi terbesar. Sebagai seorang cendikiawan inovatif yang
memeragakan professional biasa atau intelektual, dia memimpin suatu organisasi
ulama, yaitu Nahdhatul Ulama ( Kebangkitan para Ulama ), yang didirikan pada
tahun 1926 untuk membela kepentingan Islam dan melawan ancaman modernisasi.
NU pernah berfungsi sebagai gerakan sosio-religius dan partai polotik. Tetapi tahun
1984 dalam Muktamar ke-27 di Situbondo, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai
ketua NU dengan tim baru yang terdiri dari para pemimpin muda, dan membuat
titik balik dalam sejarah NU. Di antara konsep pembaharuan yang dilakukan oleh
Abdurrahman Wahid ialah konsep pesantren, kebebasan berpikir, multicultural
pendidikan dan pemikiran liberal terhadap budaya atau konsep barat tanpa filter.
5. KI Hajar Dewantara
a) Biografi
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak
1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa
menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir
di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur
69 tahun selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.
Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani,
menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan
sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara.

13
Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi
1998.Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden
RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
b) Gagasan dan pemikiran KI Hajar terhadap pendididkan islam
Ki Hajar Dewantara banyak mengabdikan dirinya bagi kepentingan
pendidikan nasional, melalui Taman Siswa yang dirikan dan diasuhnya. Dalam
kapasitasnya yang demikian itu dapat diduga kuat bahwa ia banyak memiliki
gagasan dan pemikiran dalam bidang pendidikan yang dikemukakannya.
Gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara selengkapnya dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan
Secara sederhana visi dapat diartikan suatu cita-cita ideal yang bersifat jangka
panjang jauh kedepan dan mengandung makna yang amat dalam yang kemudian
berfungsi sebagai arah pandang kemana suatu kegiatan akan diarahkan. Secara
konseptual visi biasanya berisi rumusan kalimat yang tegas, jelas dan singkat.
Sedangkan misi adalah serangkain langkah-langkah stategis yang lebih
terperinci dan terukur yang apabila dilaksanakan akan terasa pengaruhnya baik
secara psikologis, sosiologis maupun cultural. Kumpulan dari misi tersebut
selanjutnya berfungsi untuk mencapai visi.
2. Kurikulum (Mata Pelajaran)
Istilah “kurikulum” berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno
di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai garis finish. Dalam pengertian yang sederhana
kurikulum sering diartikan dengan sejumlah mata pelajaran atau bidang studi.
Namun dalam perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum tidak hanya
terbatas pada pengertian sejumlah mata pelajaran atau bidang studi saja, melainkan
termasuk pula kegiatan-kegiatan belajar dimaksud dapat dilakukan dalam kelas
dengan mengikuti ceramah, bertanya jawab, mengadakan demonstrasi, bisa juga
kegiatan di luar kelas, baik di dalam maupun di luar kampus. Sejalan dengan itu
pendapat berikutnya mengatakan bahwa menurut pandangan modern, kurikulum
lebih dari sekadar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan
modern ialah semua secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Pandangan ini bertolak sesuatu actual, yang nyata, yaitu yang actual terjadi di
sekolah dalam proses belajar.

14
3. Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti termasuk bidang kajian yang mendapat perhatian yang
menonjol dari Ki Hajar Dewantara. Pemikiran dan gagasannya tentang pendidikan
budi pekerti secara akademis amat luas, kokoh dan komprenhensif, sebagaimana
hal ini terlihat pada sejumlah referensi dari para tokoh dalam bidang yang ia
gunakan. Penguasaannya terhadap ilmu jiwa yang demikian luas dan mendalam
telah digunakannya secara fungsional, proporsional dan elegan dalam membangun
konsep atau teorinya tentang pendidikan budi pekerti. Demikian pula semangat
nasionalisme, kemandirian dan kemerdekaanya dari pengaruh budaya Belanda telah
semakin mendorong baginya untuk merumuskan konsep budi pekerti yang khas
bagi bangsa Indonesia. Hal yang demikian terlihat pada adanya bab khusus tentang
pendidikan Adab dan Ethik dalam buku Bagian Pertama Pendidikan, mulai dari
halaman 459 sampai 491 (32 halaman). Selain itu, pada setiap bab pembahasan
buku tersebut, walaupun judulnya bukan membahas tentang budi pekerti tapi di
dalamnya dijumpai wawasan yang bernuansa akhlak.
c) Peran KI Hajar terhadap bidang Pendidikan islam
pada 3 Juli 1922 Ki Hadjar mendirikan Tamansiswa. suatu organisasi pendidikan
yang memberikan kesempatan untuk para pribumi agar bisa mendapatkan hak
pendidikan yang setara seperti kaum priyayi dan juga orang-orang Belanda. Beliau
menciptakan tiga prinsip dasar pendidikan Tamansiswa yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani.
6. KH. Imam Zarkasy
a) Biografi
KH. Imam Zarkasyi lahir di desa Gontor, Jawa Timur pada tanggal 21 Maret
1910 M. Belum genap usia beliau 16 tahun, Imam Zarkasyi muda mula-mula
menimba ilmu di beberapa pesantren yang ada di daerah kelahirannya, seperti
Pesantren Josari, Pesantren Joresan dan Pesantren Tegalsari. Setelah menyelesaikan
studi di Sekolah Ongkoloro (1925), beliau melanjutkan studinya di Pondok
Pesantren Jamsarem Solo. Pada waktu yang sama beliau juga belajar di
Sekolah Mamba’ul Ulum. Kemudian masih di kota yang sama ia melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Arabiyah Adabiyah yang dipimpin oleh KH. M. O. Al-
Hisyami, sampai tahun 1930. Selama belajar di sekolah-sekolah tersebut (terutama
Sekolah Arabiyah Adabiyah) beliau sangat tertarik dan kemudian mendalami
pelajaran bahasa Arab.

15
Sewaktu belajar di Solo, guru yang paling banyak mengisi dan mengarahkan
Imam Zarkasyi adalah al-Hasyimi, seorang ulama, tokoh politik dan sekaligus
sastrawan dari Tunisia yang diasingkan oleh Pemerintah Perancis di wilayah
penjajahan Belanda, dan akhirnya menetap di Solo. Setelah menyelesaikan
pendidikannya di Solo, Imam Zarkasyi meneruskan studinya
ke Kweekschool di Padang Panjang, Sumatera Barat, sampai tahun 1935.
b) Pemikin Imam Zarkasyi
Secara garis besarkonsep pembaharuan pemikiran Imam Zarkasyi dapat dibagi
dalam empat bidang yaitu pembaharuan dalam bidang metode dan sistem
pendidikan, kurikulum pesantren, struktur dan sistem manajemen pesantren serta
pola fikir santri dan kebebasan pesantren. Berikut uraianya ;
1. Pembaharuan Metode dan Sistem Pendidikan Diantara pembaharuan metode
dan sistem pendidikan yang diterapkan di Gontor adalah menganut sistem
pendidikan klasikal yang terpimpin secara terorganisir dalam bentuk
penjejangan kelas dalam jangka waktu yang ditetapkan. Hal ini ditempuh oleh
Imam Zarkasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam pengajaran, dengan
harapan bahwa dengan biaya dan waktu yang relatif sedikit dapat menghasilkan
produk yang besar dan bermutu. Selain itu, Imam Zarkasyi juga
memperkenalkan kegiatan extra kurikuler. Dalam hal ini santri memiliki
kegiatan di luar jam pelajaran.
2. Pembaharuan Kurikulum Kurikulum yang diterapkan oleh Imam Zarkasyi
adalah 100% umum dan 100 % agama.
3. Pembaharuan Struktur dan Manajemen Pesantren Demi kepentingan pendidikan
dan pengajaran Islam, Imam Zarkasyi mewakafkan ponpes Gontor kepada
lembaga yang di sebut badan wakaf pondok modern gontor. Selanjutnya, dalam
hal ini lembaga badan wakaf menjadi badan tertinggi di pondok Gontor. Badan
inilah yang bertanggungjawab untuk mengangkat kyai untuk masa jabatan lima
tahun. Dengan demikian, kyai bertindak menjadi mandataris dan
bertanggungjawab kepada badan wakaf.
4. Pembaharuan dalam Pola Fikir Santri dan Kebebasan Pesantren.Dalam hal ini di
tanamkan jiwa kepada santri agar berdikari dan bebas. Sikap ini tidak saja berarti
bahwa santri belajar dan melatih mengurus kepentinganya sendiri serta bebas
menentukan jalan hidupnya di masyarakat., tetapi juga bahwa pondok pesantren
itu sebdiri sebagai lembaga pendidikan harus tetap independen dan tidak
tergantung pada pihak lain.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa dalam mengenal tokoh-tokoh pendidikan islam di Indonesia, maka
kita akan mengenal beberapa nama tokoh yang terkenal. Diantara para tokoh
tersebut, sangat andil besar dalam memperbaharui konsep dan sistem pendidikan di
Indonesia khususnya mengenai pendidikan Islam. Diantara mereka, ada yang
merubah atau mengabungkan konsep pendidikan Kolonial Belanda (modern)
dengan konsep pendidikan pesantren (tradisional), dimana menambahkan mata
pelajaran yang tidak hanya pelajaran agama saja, tetapi juga mata pelajaran umum.

17
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm. 202-203.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), hal.100-
168
Abudin Nata, Tokoh Tokoh Pemabaharu Islam Indonesia, (Jakarta:PT
Rajagrafindo Persada, 2005), hal.57-70
Abuddin Nata, tokoh tokoh pembaharuan Pendidikan islam di Indonesia, (Jakarta:
2005), hal 126

WEBSITE
Handayani, sejarah Pendidikan islam & tokoh Pendidikan islam.
(https://zamyeducation.blogspot.com/2013/05/makalah-tokoh-pendidikan-
islam.html?m=1 .06/12/2023.pukul 00.12 WIB) 21/05/2013.salatiga.
Den Bagoez, tokoh tokoh Pendidikan islam.
(https://ariefbopcess.blogspot.com/2016/11/tokoh-tokoh-pendidikan-
islam.html?m=1 .06/12/2023. Pukul 00.15 WIB) 9/11/2016.

18

Anda mungkin juga menyukai