1. Asas kejelasan tujuan: Setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. 2. Asas kelembagaan/organ pembentuk: bahwa setiap jenis peraturan perudang- undangan harus dibuat oleh Lembaga/pejabat pembentuk perundang undangan yang berwenang. 3. Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan: bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis Peraturan Perundang-undangan. 4. Asas dapat dilaksanakan: bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filsofis, sosiologis, maupun yirudis. 5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan: bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 6. Asas kejelasan rumusan: bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta Bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam 7. Asas keterbukaan: bahwa Pengadaan Tanah untuk pembangunan dilaksanakan dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan Pengadaan Tanah. 8. Asas legalitas: suatu jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa yang dilarang secara tepat dan jelas. 9. Lex specialis derogate legi generali: asas penafsiran bahwa hokum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hokum yang bersifat umum (lex egeneralis). 10. Asas tata susunan Peraturan Perundang-undangan (lex superior derogate lex inferiori), adalah bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.