Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


AKHLAK BURUK: FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN UPAYA
PENANGGULANGAN

Dosen : Dr.Rifyal Luthfi MR, M.Pd.I.

Disusun oleh :

Kelompok 4
Syauqi Rahman
Ari Susanto
Depih Dian Selasih

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM


2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat penguasa seluruh alam yang tiada lain dan
tak ada yang lain kecuali Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta
inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Akhlak Tasawuf dengan judul
Akhlak Buruk : Faktor Penyebab, Dampak dan Upaya Penanggulangan.

Kami selaku penyusun makalah bagaimanapun juga tak bisa memendam ucapan terima kasih
kepada Bpk Dr.Rifyal Luthfi MR,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, ke-dua orang tua yang yang
tak pernah lelah mendukung kelancaran tugas kami, serta pada teman-teman yang selalu
memberikan motivasi demi lancarnya penyusunan makalah ini.

Dalam makalah Akhlak Tasawuf dengan judul Akhlak Buruk : Faktor Penyebab, Dampak dan
Upaya Penanggulangan ini, kami akan membahasnya dalam kajian ini.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan
segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan
datang.

Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami
penyusun dan para pembaca serta referensi bagi penyusun makalah yang senada di waktu yang
akan datang. Amin.

Tasikmalaya, 24 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………1

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………2

C. TUJUAN……………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….3

A. PENGERTIAN AKHLAK BURUK…………………………………………………………...3

B. FAKTOR PENYEBAB AKHLAK BURUK…………………………………………………..3

C. DAMPAK AKHLAK BURUK………………………………………………………………...6

D. UPAYA PENANGGULANGAN AKHLAK BURUK……………………………………….,8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akhlak yang senantiasa melekat pada perilaku seseorang menurut norma-norma atau penilaian
yang diberikan sesuai perbuatan yang dilakukan tersebut. Perbuatan itu ditentukan pula dengan
kriteria-kriteria yang jelas apakah baik atau buruk. Akhlak secara umum merupakan segala
bentuk perbuatan yang memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang
dilakukan atas kehendak dan kemauan. Kehendak dan kemauan yang dilakukan seseorang bila
bertentangan dengan asas-asas ajaran Islam, yakni al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW, maka
tentu prilaku tersebut tergolong pada akhlak yang buruk. Prilaku yang buruk yang dilakukan oleh
seseorang sebenarnya adalah karena ketidaksanggupan dirinya mengontrol nafsunya, karena
nafsunya sudah menguasai dirinya, disamping pemehaman dan pengertian baik baginya tidak
jelas, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Padahal prilaku buruk sebenarnya
sangat membahayakan bagi dirinya dan juga masyarakat. Lemahnya kesadaran bagi seseorang
yang melakukan perbuatan keji tentu akan memberikan dampak yang lebih buruk lagi. Semakin
lama manusia itu membiarkan dirinya dikuasai syaitan, maka semakin jauhlah ia dengan Allah
SWT, maka semakin tebal pula hijab-hijab nafsu dihatinya, seterusnya menghilangkan harapan
manusia itu untuk mema’rifatkan dirinya dengan Allah SWT (Azwan, 1993:15).

Dalam Islam, manusia sebenarnya merupakan makhluk yang sempurna dan berbeda dengan
makhluk lain. Manusia diberi kemuliaan dan kelebihan, sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah SWT :

Maksudnya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”(QS. Al-
Isra’ 16 : 70)

Pada ayat yang lain disebutkan pula :

Maksudnya “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaikbaiknya”(QS. At Tiin/95 : 4)

1
Demikian halnya dengan kajian tentang akhlak semakin tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri
sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pembahasan yaitu, tujuan, rujukan aliran dan
para tokoh yang mengembangkannya. Perbagai aspek yang terkandung dalam akhlak ini
kemudian membentuk satu kesatuan yang saling berkaitan dan membentuk suatu ilmu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Akhlak Buruk?

2. Apa Saja Faktor Faktor terjadinya akhlak buruk?

3. Apa saja dampak yang ditimbulkan jika memiliki akhlak buruk?

4. Bagaimana upaya untuk menanggulangi terjadinya akhlak buruk?

C. TUJUAN

1. Untuk Memenuhi Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

2. Untuk Mengetahui Pengertian Akhlak Buruk

3. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab seseorang memiliki Akhlak Buruk

4. Untuk Mengetahui Dampak seseorang memiliki akhlak buruk

5. Untuk Mengetahui bagaimana upaya penganggulangan jika memiliki akhlak buruk

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK BURUK

Sebelum memberikan definisi tentang hal yang berkaitan dengan akhlak buruk, perlu diketahui
bahawa teori yang pernah dikemukakan oleh Lambrosso dalam Lari (2006:33) dan para
pengikutnya yang percaya akan adanya manusia yang terlahir sebagai penjahat. Pendapatnya ini
telah ditolak oleh para ahli sesuai dengan bidangnya. Seperti Alexis Carrel, seorang sarjana
kebangsaan Prancis, yang menyatakan bahwa, manusia yang terlahir sebagai penjahat, seperti
dikemukakan oleh Lambrosso tidaklah benar. Yang ada adalah orang yang terlahir dalam
keadaan kurang sempurna dan kemudian menjadi penjahat. Pada kenyataannya, kebanyakan
penjahat adalah orang-orang normal. Bahkan bias jadi ia lebih pandai dari para polisi dan hakim
(Lari, 2006:33).

Oleh karenanya, Al-Ghazali secara cemerlang membedakan beberapa hal mengenai keburukan
akhlak (Mahjudin, 1991:41) yakni :

1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya,


sehingga pelakunya disebut al-jahil

2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena


nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu

3. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah
kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-jahil-al
dhollu-al fasiq

4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada nya, sedangkan tidak
terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan
pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil-al dhollu-al fasiq-
al syarir

Apa yang dikemukakan oleh Al-Ghazali, diatas dengan pembagian secara rinci keburukan akhlak
hal ini menggambarkan bahwa eksistensi ajaran Islam menghalalkan bagi penguasa/pemimpin
untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, bila metode-metode yang sederhana tidak
diindahkan oleh umat atau masyarakat secara kolektif. Tujuannya adalah agar perilaku yang
merusak dan mencemarkan tersebut tidak menimbulkan volusi universal. Yang meresahkan
masyarakat, bangsa dan negara.

B. FAKTOR PENYEBAB AKHLAK BURUK

Ada tiga macam prinsip yang paling mendasar dalam ajaran Islam, yang mesti tertanam dalam
setiap pribadi muslim; yaitu aqidah, syari’ah, dan ihsan. Mengenai aqidah, aqidah mendorong

3
manusia untuk selalu mengesakan Allah, beribadah, dan berbuat baik. Mengenai syariah,
syari’ah memberikan kepada kita tuntunan mengenai cara-cara beridah dan bermuamalah. Dan
kemudian ihsan memberikan tuntunan mengenai cara-cara berbuat baik dan menghindari
perbuatan buruk terhadap Allah dan terhadap makhluk-Nya.

Persoalan akhlak harus menjadi sifat utama dalam setiap individu, untuk mendorong segala
macam perbuatannya. Dan akan terganggu peradaban manusia oleh keburukan moral manusia,
sehingga harapannya untuk mencapai kebahagian dalam hidupnya tidak akan tercapai.

Dari persoalan yang terjadi mengenai keburukan moral atau akhlak, penulis menyimpulkan ada
tiga hal yang melatar belakangi terjadinya keburukan akhlak, diantaranya;

1. ِّ‫( ال َّسيِّئَةُ ْفقَةُالر‬Pergaulan bebas yang buruk)

Salah seorang sahabat nabi yang bernama ‘Alqamah sangat berhati-hati terhadap pergaulannya
dengan mengatakan, temanmu yang akhlaknya buruk jangan dijadikan sahabatmu, sahabat yang
baik adalah dapat menasehati bila engkau melakukan perbuatan buruk. Bahkan dikatakan bahwa
jika ada musuh yang bisa mendekatkanmu kepada Allah, maka hal itu lebih baik dari pada teman
akrab yang menjauhkan kamu dari Allah.

Pergaulan yang buruk dengan teman sebaya, sangatlah berbahaya terhadap perkembangan
akhlaknya. Begitu pentingnya memilih teman pergaulan, maka Rasulullah SAW, sering
mengingatkan dengan mengatakan :

“Agama yang dianut oleh seseorang dapat dilihat dari agama (yang dianut) oleh teman
pergaulannya, (sifat buruk seseorang dapat dicontoh oleh temen sepermainannya). HR. Abu
Daud.

2. َ ‫ت ُّش ُر اَلتَّأ‬ َ َ‫( اللفِ ْك ِريَّ ِة بِالتِّي‬akibat dari buku bacaan, tontonan dan pengaruh pemikiran hedonime)
ِ ‫ارا‬

Kemudian, kemerosotan akhlak akibat dari buku bacaan, tontonan, dan pemikian hedonime,
sangat gampang merasuk ke dalam pergaulan generasi muda. Pergaulannya dengan teman-
temannya lebih tinggi frekuensinya di bandingkan dengan pergaulan dengan orang tuanya di
rumah, ini menjadi pekerjaan yang berat bagi orang tua. Dari pergaulannya di luar rumah ia
mendapatkan buku bacaan, tontonan negatif dan pemikiran hedonisme yang dapat
mempengaruhi pemikiran, sikap, dan perilakunya.

َ ‫ ( التَّرْ بَ ِويَّ ِة التَّ ْن ِشأ َ ِة‬Lemahnya tingkat pendidikan generasi mudanya )


3. ُ‫ضعْف‬

Dan yang terakhir yaitu mengenai rendahnya pendidikan generasi muda, menyebabkan
rendahnya iman dan ibadah pada dirinya, kemudian kecenderungan nafsunya tidak dapat

4
dikendalikan lagi. Ia tidak lagi memiliki rasa malu dan rasa sabar, kecuali hanya mampu
menuruti keinginannya. Di tambah dengan pergaulan yang bebas dan buku bacaan dan tontonan
yang buruk maka inilah yang menjadi landasan terjadinya keburukan akhlak.

Dari ketiga hal tersebut maka akan menimbulkan sifat-sifat yang buruk yang tentu akan merusak
peradaban manusia yaitu sifat Al-Akhlaku al- Madhmumah atau perbuatan buruk terhadap
Tuhan, sesama manusia dan makhluk makhluk yang lain. Maka itu akan membuat suatu
kehancuran akhlak dalam bermasyarakat dan persaudaraan, bahkan itu akan membuat suatu
kebinasaan dalam sebuah bangsa sepeti yang dikatakan Syauqi Bey, bahwa

Artinya: “kekalnya suatu bangsa selama kekalnya akhlak, jika akhlaknya lenyap, musnah pula
lah bangsa itu”.

Akhlak buruk perorangan hanya berdampak negatif lebih kepada dirinya sendiri, namun lain
cerita jika itu menjadi akhlak buruk suatu bangsa maka dampak negatifnya akan sangat luas. Dan
suatu bangsa yang bermoral buruk, akan merusak agamanya karena sering terjadi pelanggaran
agama yang dilakukan oleh masyarakatnya, sehingga agama hanya menjadi mainan umatnya,
Pada sejatinya agama harus difungsikan sebagai alat pengendali dan pengontrol bagi perbuatan
manusia.

Akhlak buruk juga mempengaruhi keamanan masyarakat seperti terjadinya pencurian,


pembunuhan dan lain sebagainya. Kehidupan masyarakat yang seharusnya mewujudkan sikap
saling menolong dan saling memanfaatkan kemampuan masing-masing anggota msyarakat, tidak
dapat terwujud, lantaran terganggu oleh keburukan akhlak bangsa.

Penulis menyimpulkan bahwa tidak akan pernah ada rumah tangga yang bahagia, bila anggota
keluarga tersebut berakhlak buruk, begitupun tidak ada sebuah bangsa yang hidup makmur dan
sejahtera apabila bangsa tersebut masyarakat di dalamnya berakhlak buruk begitupun
pemimpinnya.

Islam datang untuk membina dan mendidik manusia bagai khalifah Allah di bumi ini.
Menanamkan perilaku baik, dilaksanakan di rumah tangga dan di masyarakat. Ibnu Taymiyyah
mengungkapkan, bahwa keburukan akhlak seseorang karena hatinya kosong dari pendidikan dan
ilmu pengetahuan, yang disebut sebagai orang yang memiliki hati yang sakit atau mati. Oleh
karena itu pendidikan iman, ibadah dan pemberian ilmu pengetahuan agama harus senantiasa
ditekankan dari semenjak usia dini agar menjadi kebiasaan dan menjadi sebuah akhlak yang
baik.

5
“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman yang buruk (akhlaknya), bagaikan
orang yang sedang membawa minyak wangi dengan orang yang sedang meniup api dapur.
Kepada orang yang membawa minyak wangi; apakah ia mendekatimu, ”atau engkau (yang
mendekatinya) karena engkau akan membelinya, atau engkau akan mendapatkan bau harumnya.
Lalu kepada orang sedang meniup api dapur, apakah api itu akan menghanguskan pakaianmu,
atau engkau sendiri yang akan merasakan panasnya api tersebut”. H.R Bukhari.

C. DAMPAK AKHLAK BURUK

Akhlak buruk berpunca dari hati yang dipenuhi dengan sifat-sifat mazmummah. Sifat-sifat
mazmummah adalah kotoran-kotoran hati. Kotoran hati ini juga dikenali sebagai maksiat batin.
Akhlak yang buruk sangat tidak disukai di dalam Agama Islam. Agama Islam sangat
memberatkan akhlak yang baik dan mulia. Nabi Muhammad saw diutus bukan sahaja untuk
mengajar manusia supaya beriman kepada Allah swt, tetapi juga untuk memperbetulkan akhlak
manusia.

Akhlak buruk tidak dibenarkan di dalam Agama Islam kerana akhlak buruk ini membawa akibat-
akibat yang buruk yang akan merugikan diri kita di dunia dan akhirat kelak. Antara akibat-akibat
buruk dari akhlak yang buruk adalah seperti berikut:-

1. Amal menjadi rusak.

Dari hadits Rasulullah saw. yang bermaksud bahawa akhlak yang buruk akan merosakkan amal
seperti cuka merosakkan madu.

Ertinya segala amal soleh yang kita lakukan akan menjadi tidak berguna lagi (rosak) jika kita
mempunyai akhlak yang buruk. Amal yang rosak ini tidak akan mendatangkan apa-apa pahala
kepada kita dan apabila dihisab di Mahsyar kelak ia tidak tidak akan memberatkan timbangan
amal kita.

Antara akhlak buruk yang merosakkan amal ialah hasad dengki dan riak. Dari hadith Rasulullah
saw yang bermaksud bahawa dengki itu akan memakan amal baik sebagaimana api memakan
daun yang kering. Begitu juga orang yang mempunyai perasaan riak dalam hatinya,
sembahyangnya tidak diterima (kerana telah rosak).

6
2. Mati dalam su'ul khatimah (kematian yang buruk)

Dari kata-kata Imam Ghazali ra. yang bermaksud bahawa jika seseorang itu tidak belajar ilmu
tasauf (akhlak) maka dia akan mati dalam su'ul khatimah.

Seseorang itu tidak boleh memperbaiki akhlaknya untuk menjadi lebih baik jika dia tidak tahu
membezakan antara akhlak yang baik dan yang buruk. Pelajaran ilmu tasauf adalah satu ilmu
tentang akhlak dalam Islam. Hukumnya adalah fardu ain atas setiap mukallaf.

Orang yang tidak belajar tasauf tidak akan tahu bahawa akhlaknya itu adalah salah dan akan
merugikan dirinya di dunia dan di akhirat. Apabila dia mati dalam keadaan akhlaknya buruk,
maka dia digolongan orang yang mati dalam su'ul khatimah.

3. Tidak boleh masuk Syurga.

Akhlak yang buruk akan merosakkan amal. Amal yang rosak ini tidak akan mendatangkan apa-
apa pahala kepada kita dan apabila dihisab di Mahsyar kelak ia tidak tidak akan memberatkan
timbangan amal kita. Apabila timbangan amal kita ringan, bagaimanakah kita akan dapat
memasuki Syurga Allah? Jika tidak dapat memasuki Syurga, ke manakah kita akan dimasukkan
kelak? Jawapannya ada dalam beberapa hadith Rasulullah saw ini:-

Contoh 1

Seorang wanita yang mengurung kucingnya sehingga mati.

Contoh 2

Seorang isteri yang mengatakan kepada suaminya, "Aku tidak melihat satu kebaikan pun
daripadamu".

Contoh 3

Seorang wanita yang sentiasa berpuasa di siang hari dan beribadah sepanjang malam tetapi
lidahnya suka menyakiti hati jiran.

Apabila ditanya apakah balasan bagi 3 orang wanita yang berakhlak buruk ini, Nabi Muhammad
saw menjawab tanpa ragu lagi, "Neraka".

4. Tidak rasa tenang dalam hidup.

Orang yang hidupnya dipenuhi dengan rasa marah, dengki, benci, dendam, cemburu, iri hati dan
sebagainya, tidak akan merasa tenang dan aman dalam kehidupan hariannya. Hati sentiasa tidak
senang apabila melihat orang lain hidup senang atau mendapat nikmat. Mulutnya akan sentiasa
mengumpat atau mengungkit-ungkit. Akalnya akan sentiasa berfikir bagaimana dia boleh
menjatuhkan orang lain. Pendeknya, hidupnya akan dipenuhi dengan rasa tidak puas hati sesama
manusia lain. Bagaimanakah orang seperti ini akan merasa tenang dan bahagia?

7
5. Sukar melawan sakit yang zahir dan yang batin.

Orang yang tidaka da ketenangan dalam hati, akan mengalami tekanan hidup yang berat.
Tekanan ini akan menyebabkan penyakit-penyakit lain seperti darah tinggi dan sakit jantung.
Jiwanya juga akan tertekan sehingga kemungkinan akan menjadi murung dan sedih yang
berpanjangan.

6. Tidak disukai orang

Tiada siapa yang suka berkawan dengan orang yang berakhlak buruk ini. Dirinya akan dijauhi
kerana dia tidak membawa kebaikan kepada sesiapa pun.

Inilah sebahagian dari kesan-kesan atau akibat-akibat buruk yang menanti orang yang tidak
memperbaiki akhlaknya. Sesunggunya akhlak buruk wajib dibersihkan dari diri orang yang
beriman. Bersihkan hati kerana hati adalah tempat pandangan Allah. Hati yang bersih akan
melahirkan akhlak yang baik dan terpuji. Hati yang kotor akan melahirkan akhlak yang buruk
juga.

D. UPAYA PENANGGULANGAN AKHLAK BURUK

Dalam persoalan akhlak buruk, dapat menjadi kerusakan baik pada diri seseorang maupun
peradaban masyarakat. Tentunya sangat diperlukan suatu upaya penanggulangan pada akhlak
buruk tersebut agara bisa dihentikan dan tidak menjadi karakter yang menjadi kebiasaan dalan
perilaku sehari-hari.

Ilmu agama memberikan tuntunan tentang sesuatu yang diperintahkan oleh Allah, serta sesatu
yang dilarang-Nya. Bahkan ilmu tersebut juga dapat memberitahukan manusia tentang
konsekuensi positif yang dapat diterima manusia setelah melakukan perintah Allah, dan
konsekuensi negatif yang diterimanya setelah melakukan larangan-larangannya.

Memahami ilmu agama, berarti sama halnya dengan memahami cara hidup yang penuh dengan
cahaya (masa depan yang menjanjikan). Begitupun sebaliknya, tidak memahami ilmu agama,
berarti tidak pula memahami cara hidup yang menjanjikan Sehingga bisa saja ia terjerumus ke
dalam lembah kehinaan. Keburukan perilaku manusia, menyebabkan kehidupannya menjadi
suram, sedangkan kebaikan perilaku menyebabkan kehidupan semakin bercahaya.

Dari permasalahan tersebut, penulis mengutip dari saran Khalid bin Hamid Al-Hazmi untuk
menanggulangi keburukan akhlak, beliau memberikan saran berikut:

‫ال َّر ِذ ْيلَ ِة ِر أَوْ َكا ِم ْن يَّ ِة لِ ْلبَ َش ِر ْال َم ْن ِج ُّي ْال َم ْنهَ ُج‬. (Cara yang dapat menyelamatkan manusia dari pusat keburukan
akhlak); dengan mengajak generasi muda untuk memperkuat sikap agamanya, yang disebut
dengan ‫م ااْل ِء ْساَل ال َّدعَوةُإِلَى‬.ِ Kemudian memberikan orientasi dengan benar dan selalu mengawasinya
dengan cara nasehat atau saran-saran, yang disebut ‫ش إِ َش „ا ع َْن ْالبَ ْع„ ُد‬ ِ ‫ َع„ ِة ْالفَ َوا ِح‬. Tiga macam cara
tersebut, dapat mempercepat kebehasilan, bila dibantu oleh sarana informasi yang memadai.

8
Sarana informasi, berupa televisi, radio dan buku-buku sangat membantu untuk mempercepat
penanaman sikap dan perilaku baik. Karena sarana informasi tersebut apabila digunakan dengan
baik dapat menjadi misi dalam mendidik generasi muda.

Adapun konsep yang dikatakan oleh Al-Hazmi sebagai konsep penanggulangan akhlak buruk
yang diberi istilah ‫ لِلفَ َسا ِد ُجلُقِ ِّي ِج ُّي ْل ِعاَل ا اَ ْل َم ْنهَ ُج‬yang meliputi beberapa upaya, antara lain:

1. Menyebarluaskan tuntunan ilmu agama (‫) الشَرْ ِع ِّي نَ ْشر ُْال ِع ْل ِم‬,
ْ ‫تت‬
2. Menerapkan secara konsisten sanksi hukum agama (ُ‫َطبِ ْيق‬ ِ ‫) ال َّشرْ ِعيَّ ِة ْالعُقوْ بَا‬,
ْ
3. Menghidupkan kegiatan agama dan sosial di masjid ( ُ‫)ل َم َسا ِج ِدا ْستِ ْغاَل اِل ُحسْن‬,

4. Memberdayakan sarana informasi (‫)ااْل ِءعْاَل ِن َو َسائِ ِل ا ْستِ ْغاَل ُل‬,

5. Memperluas wawasan pemikiran ( ‫) بُ ْعدُالنَّظَ ِر‬,

ِ ‫)جهَادُالنَّ ْف‬,
6. berupaya untuk menjaga dan membenahi diri masing-masing warga negara ( ‫س‬ ِ

7. Bergaul dengan orang-orang yang baik perilakunya (ُ‫)ال ِّر ْفقَةُ الصَّالِ َحة‬.

Dan menghindari keburukan akhlak, dapat melalui tiga macam metode yaitu:

1. ‫( ْال ِوقَايَ ِة َع َم ُل‬upaya pencegahan atau tindakan repsesif )

2. ‫العنَا َع َم ُل‬
ِ ‫( يَ ِة‬upaya pengawasan, pemeliharaan atau tindakan preventif )

ِ ‫َاوى أَ ْال ِعاَل‬


3. ‫ج َع َم ٌل‬ َ ‫( ِو ْالتَد‬dan upaya penanggulangan (rehabilitasi) atau tindakan kuratif ).

Metode tersebut, sudah ada tuntutannya dalam agama, sehingga kehidupan manusia dapat
diarahkan kepada hal-hal yang baik, serta yang berguna untuk menjaga kelangsungan hidup
sesama manusia. Perlu diketahui bahwa hampir tidak ada sama sekali kebaikan yang dapat
diambil dari pergaulan dengan orang-orang yang berakhlak buruk, kecuali keburukan,
penyesalan, dan kesengsaraan.

Sepakat para ahli ilmu akhlak menyampaikan tuntutannya, bahwa perilaku manusia yang
diharapkan baik, harus selalu bergaul dengan orang-orang baik pula. Karena orang yang mencari
kebaikan harus bergaul dengan orang baik.

Akhlak baik atau akhlak buruk yang dimiliki temannya pasti mempengaruhinya, karena selalu
bersama-sama dengannya. Maka salah satu upaya untuk menghiasi diri dengan akhlak yang
terpuji, harus selalu bergaul dengan orang yang baik akhlaknya, agar terbawa arus baik dan
menjadi kebiasaan hingga menjadi karakter yang baik pula.

9
BAB III

PENUTUP

Manusia semestinya dapat memahami bahwa ia ciptakan memiliki tujuan hidup. Dengan
mengawali memahami keberadaannya dalam sistem penciptaan. Sebagaimana juga alam semesta
diciptakan Allah bukan tiada tujuan. Manusia adalah salah satu dari penciptaan alam semesta,
dimana alam yang ciciptakan tersebut adalah untuk suatu tujuan. Sebagaimana yang dijelaskan
dalam firman Allah SWT dalam surat al-Zariyat ayat 56, Nampak jelas fungsi dan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah, yakni untuk mengabdikan diri dengan ketentuan dan aturan yang
benar. Hal ini untuk menjelaskan kepada manusia bahwa dalam proses dan sistem penciptaannya
adalah sebagai hamba Allah SWT. Tentu berkaitan dengan peran yang mesti dipahami oleh
manusia untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Kegiatan dan perbuatan yang melekat pada manusia tersebut menunjukkan bahwa perbuatan
ibadah tidak terbatas pada shalat, puasa, zakat yang biasa disebut ibadah mahdah, tetapi ibadah
meliputi segala tindak tanduk serta perbuatan dalam menjalankan peranannya sebagai manusia di
muka bumi yaitu diberikan kepercayaan sebagai khalifah Allah. Tindakan moral yang baik dan
mulia, merupakan wujud ibadah yang meliputi keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di
dunia ini, baik kegiatan duniawi sehari-hari, bila aktifitas itu dilakukan dengan sikap batin serta
niat pengabdian dan penghambaan diri kepadaNya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abudinnata. (2014). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: rajawali Pers.

Abdullah, M Yatimin. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Amzah.

Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada. (2008). Ensiklopedia Etika Islam: Begini Semestinya
Muslim Berperilaku, terj Muhammad Isnaini dkk. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Al Ghazali, Muhammad. (1995). Akhlak Seorang Muslim, terj. Abu Laila & muhammad Tohir.
Bandung: PT. Alma’arif.

Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar al-Asqalany. (2008). Bulugul Maram min Adilatil Ahkaam, trj.
Tasik Malaya: Pustaka al-Hidyah.

Al Hasyimi, Abdul Mun’im. (2009).Akhlak Rasul Menurut Bukhari & Muslim. Jakarta: Gema
Insani.

Azwan, Hal. (1993). Rahasia Mengenal Diri, Selangor D.E, Cita Khidmat.

Hamka. (1983). Iman dan Amal Saleh. Kuala Lumpur: Pustaka Melayu Baru.

Mahjudin. (1991). Kuliah Akhlak-Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran. (2012). Tafsir al-Quran Tematik, Spritualitas dan Akhlak.
Jakarta: Aku Bisa.

Lukman Ali. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Salam, Burhanuddin. (2002). Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari. (2006). Etichs and Spritual Grawth, trj. Ahsin Muhammad dan
Ruswan D. Bandung: Pustaka Hidayah.

Sjarkawi. (2008). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan
Sosial sebagai Wujud Integrasi Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Zainuddin Hamidy, et al. (1992) Terjemah Hadist Shahih Bukhari, 1815, jilid I-IV. Jakarta:
Widjaya.

Zuhdi, Ahmad. (2016). Dakwah Sebagai Ilmu dan Perspektif Masa Depannya. Bandung:
Alpabeta.

http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=963

https://kalam-insani.livejournal.com/76046.html

11
http://mahadaljamiah.uinjkt.ac.id/?p=959

12

Anda mungkin juga menyukai