Buku Spi
Buku Spi
Pesantren Darussalam
Mengenal lebih dekat
Pesantren Darussalam
EKONOMI SYARIAH 2A
Mengenal Lebih Dekat
Pesantren Darussalam
Pada hari selasa malam, tepatnya pada tanggal 04 Juli 2023 kami
berkesempatan untuk menemui salah satu tokoh pondok pesantren
Darussalam yaitu, Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I., M.Hum. beliau juga
adalah salah satu keluarga dari pesantren darussalam, beliau adalah cicit dari
sang pendiri Darussalam yaitu Kyai Acmhad Fadhil.
Wawancara yang kami lakukan adalah bertujuan untuk menanyakan
tentang silsilah dari pesantren Darussalam, menurut Kang nabil dalam
periwayatan pesantren darussalam tidak jauh berbeda dengan pendapat yang
dikemukakan oleh alumni pesantren darussalam.
Alasan kami menggunakan rujukan buku yang di kemukakan oleh
alumni pesantren Darussalam yang berjudul “kehidupan, pemikiran, dan
perjuangan” adalah karena yang dipaparkan dalam buku tersebut sudah
terbilang sangat lengkap, karena sudah mencakup sejarah dan perjalanan
pesantren Darussalam sampai dengan sekarang.
v
PENGANTAR PENULISAN
penulis
vi
KATA PENGANTAR
Satu hal yang acap dikenang oleh alumni Pesantren Darussalam adalah
kebersahajaan pesantren ini dalam keseharian santrinya. Bahkan, seperti yang
kerap terucap dari K.H. Irfan Hielmy (Alm)-pendiri Pondok Pesantren
Modern Darussalam yang selalu mengajarkan kebersahajaan- setiap kali
menerima kunjungan tamu, selalu disambut dengan kalimat yang sama, seolah
menegaskan bagaimana seharusnya santri Darussalam mengambil posisi
dengan kerendah-hatian, "selamat datang di tempat kami, pesantren yang
sangat sederhana."
Melalui sejarah yang panjang (berdiri tahun 1929 oleh K.H. Ahmad
Fadlil), kini Pondok Pesantren Darussalam telah berkembang dan mencapai
kemajuan yang sangat menggembirakan. Pondok Pesantren yang pada awal
berdirinya hanya memiliki sebuah rumah tempat tinggal Kiayi, sebuah masjid
dan sebuah asrama (pondok) yang sederhana, kini telah memiliki fasilitas
bangunan yang relatif lengkap dan beberapa di antaranya cukup megah.
Disamping peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan untuk santri,
hal yang sangat penting lain adalah pengembangan sistem pendidikannya.
ketika di banyak Pondok Pesantren lain masih mengkhususkan pada pengajian
kitab, Pesantren Darussalam mulai merintis untuk menyelenggarakan
pendidikan formal. Maka sejak dasawarsa 60-an, Pesantren Darussalam mulai
vii
memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan formal.
Pada tahun 1967, mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan
modern dengan mengadaptasi model klasikal dan sampai saat ini semua
jenjang pendidikan dar mulai Taman Kanak-kanak (TK) (di Pesantren
Darussalam disebut Raudlatul Athfal/RA) hingga perguruan tinggi telah ada
di pesantren ini.
Lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan adalah Raudlatul
Athfal (Taman Kanak-kanak) pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968
berdiri Madrasah Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), lalu Madrasah Tsanawiyah
Darussalam/MTsD (setingkat SMP) pada tahun 1968. kemudian berdiri
Madrasah Aliyah Negeri Darussalam (setingkat SMA) pada tahun 1969.
Selanjutnya didirikan SMA Plus Darussalam yang merupakan lembaga
pendidikan swasta pada tahun 2003. Sedangkan Pendidikan Tinggi (PT) di
Pondok Pesantren Darussalam adalah berbentuk Institut yang didirikan pada
tahun 1970, dengan nama Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (IAID)
yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam yang menggabungkan pendidikan
akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren
Darussalam. Disamping itu, pada tahun 1995 diselenggarakan pula Ma'had
'Aly, yaitu pendidikan tinggi Pesantren Darussalam. Mahasantri Ma'had 'Aly
ini terdiri dari lulusan Madrasah Aliyah dan para mahasiswa Institut Agama
Islam Darussalam dari berbagai fakultas yang memenuhi persyaratan, di
antaranya telah mampu membaca kitab-kitab kuning.
Kini sudah ribuan alumni yang tersebar di berbagai penjuru nusantara
dan berkiprah dalam berbagai bidang kehidupan dengan tidak melupaka
pesan-pesan dia rahimahullah.
viii
DAFTAR ISI
Pengantar Penulis
Kata Pengantar
Daftar Pustaka
Daftar gambar
ix
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 1
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 2
Riwayat Pendirian Pesantren Cidewa 1
Ke Pesantren Darussalam
Awal mula kata sejarah berasala sari kata “syajarah” yang memilii
makna pohon, maka dapat dikatakan bahwa sejarah ibaratkan sebuah pohon.
Alasan mengapa sejarah diibaratkan sebuah pohon adalah karena berawal dari
sebuah biji yang bertunas dan berkecambah, lalu muncul daun-daun, ranting-
ranting, cabang-cabang, dan akar. Dari situlah muncul bunga dan buah yang
dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya. Biji buah dan serbuk bunga
dari pohon tersebut kemudian bertunas Kembali dan berkecambah hingga
tumbuh menjadi suatu pohon yang lainnya. Itulah gambaran dari sebuah
pohon menjalani siklus kehidupannya, yang mana dia melakukan regenerasi
dari masa ke masa. Begitu juga dengan sejarah Pondok Pesantren Darussalam
Ciamis Jawa Barat yang mempunyai Riwayat yang sangat Panjang.
Dalam pidato ssambutannya atas kunjungan wakil presiden H.M. Jusuf
Kalla pada 26 juni 2009 ke pesantren Darussalam (dimuat republika, 27 juni
2009), K.H. Irfan Hielmy menyampaikan bahwa pada sejarahnya, pesantren
ini Bernama pesantrren Cidewa yang didirikan oleh ayahhandanya Kiai
Achmad Fadhil sebelum negeri ini merdeka, tepatnya pada tahun 1929
disebuah kampung yang Bernama kampung gajah, tepatnya berada didusun
Cidewa. Dusun Cidewa tersebut kurang lebih terletak 500meter dari lokasi
yang sekarang. Dusun ini pula berada di wilayah desa Dewasari, kecamatan
cijeungjing, kabupaten Ciamis, provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jika dilihat
dari tahun kelahirannya, yaitu pada tahun 1929 membuat pondok pesantren
Darussalam ini sebagai pesantren tertua yang ada di kabupaten Ciamis.
Pada sekitar tahun 1970 pondok pesantren Cidewa berubah nama
menjadi Pondok pesantren Darussalam cidewa, yang mana pada saat itu
pesantren sudah dipimpin oleh K.H. Irfan Hielmy. Pada saat didirikan,
pesantren cidewa berupa pesantren yang sangat sederhana, sangat jauh dari
keadaan dimasa sekarang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sangatlah
minim, yaitu hanya sebuah rumah yang ditinggali oleh kyai, masjid dan
sebuah asarama untuk tinggal para santri yang terbuat dari kayu dan bambu
yang sangat sederhana. Adapun ide dari pendirian pesantren Cidewa ini
disebabkan mama (kyai Achmad Fadhil) yang terkenal sebagai kyai muda
yang kharismatik dan memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap
Cep baim atau yang lebih dikenal K.H. Irfan Hielmy sebagai penerus
pesantren Cidewa dan pesantren Darussalam.
Atas dorongan dan dukungan sepenuhnya dari tiga serangkai santri
senior Pesantren Cidewa (murid Mama Achmad Fadhil), yaitu Ajengan Jusuf
Shiddiq dari Cinta Falah, Kertaharja, yang dikenal sebagai politikus Masyum
kemudian Ajengan Engko sebagai pengasuh Pesantren Cibeunying dan
Ajengan Hasan Ma'mun dari Desa Utama, maka Ajengan Opo (panggilan
untuk Ajengan Zenal Mustopa) memberanikan diri untuk memimpin
Pesantren Cidewa sementara waktu sampai selesainya perjuangan melawan
Belanda. Perpindahan pengelolaan Pesantren Cadewa dari Ajengan Opo ke
Cep Baim terjadi sekitar tahun 1955, dan im menjadi awal perjuangan Cep
Baim meneruskan tirkah ayahandanya untuk memimpin segala urusan dalam
Baysi kecil mungil itu yang kelak akan menjadi pembaharu bagi
lingkungannya lahir di sebuah pedesaan, tepatnya di Desa Dewasari. Bay
rupawan itu dinamal Ibrahim Achmad (nama kecil K.H. Irfan Hielmy) Paduan
nama dua Nabi kekasih Allah Swt yaitu Nabi Ibrahim sebagai hapaknya para
nahi dan Khalilullah dan Muhammad sebagai penutup paraNabi, sekaligus
penyempurna ajaran nabi-nabi sebelumnya. Lahir dalam keadaan sehat,
selamat, dan tidak kurang suatu apa pun.
Untuk Madrasah Aliyah dimulai pada 1967 dan diresmikan men- jadi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Darussalam pada 1968/1969 oleh Menteri
Agama K.H. Mohammad Dahlan (tokoh/ulama NU) dan Dirjen Bimas Islam
H. Rus an (tokoh/ulama PSII). Pada 1991 atas izin Menteri Agama, dibukalah
program Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK), untuk Pondok
Pesantren Darussalam sendiri terdiri dari MAKN Putra, MAKN Putri, dan
Madrasah Aliyah Keagamaan Darussalam (MAKD) yang berada di bawah
Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Islam Al-Fadliyah (YAKPI) yang pada
2003. MAKD ini kemudian diteruskan eksistensinya oleh SMA Plus
Darussalam. Seperti halnya MAPK/MAKN, Alumni MAKD banyak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi di dalam dan luar negeri,
seperti: Universitas al-Azhar Mesir, Universitas Canal Suez, Universitas
Thanta Mesir, Universitas Universitas Ummul Qura Makkah, Universitas Abu
Dhabi Uni Emirat Arab, Universitas Leiden Belanda, UCLA Amerika Serikat,
SUNY New York, UGM, UNPAD, UL, UNSUD, UMY, IAIN/UIN se-
Indonesia, Universitas Paramadina, dan masih banyak lagi.
Pada 1 Juni 1970, diresmikan Fakultas Syari'ah (cikal bakal Institut
Agama Islam Darussalam (IAID), Ciamis, Jawa Barat) oleh Rektor IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung Prof. K.H. Anwar Musaddad. Bersamaan
dengan lahirnya Fakultas Syari'ah Pesantren Darussalam datanglah Presiden
Republik Indonesia, Bapak Soeharto bersama Gubernur Jawa Barat Solihin
G.P. pada tanggal 1 Juni 1970 tersebut dan Bapak Presiden RI langsung
merestui didirikannya Fakultas Syari'ah Pesantren Darussalam Ciamis.
Kemudian pada 14 Maret 1972, Fakultas Syari'ah memperoleh Status
Terdaftar lewat SK Direktur Direktorat Perguruan Tinggi Agama No.
Dd/1/PT/3/Nc.B-IV/3/50.336/1972. Empat bulan kemudian, terjadi perubahan
Fakultas Syari'ah menjadi Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis
pada 1 Juli 1972 melalui SK Yayasan No. 07/YAKPI/ VII/1972.
Adapun lambang IAID dibuat pada 1 Januari 1975 lewat SK YAKPI
No. 027/YAKPI/1/1975, baru memiliki Statuta dan AD/ART pada 18 Agustus
1975, Fakultas Syari'ah DIAKUI sama dengan Tingkat Sarjana Muda
(Bacaloreat) pada 23 Juni 1979 dengan SK Menteri Agama No. 53 tahun 1979.
Memperoleh status penyesuaian jalur dan program pendidikan S-1 untuk
Darussalam membinamu
Agar menjadi insan kamil
Tegap sanggup setiap waktu
Bait Pertama
Darussalam memanggilmu
Wahai segenap putra-putri
Agar cinta segala ilmu
Dihiasi budi suci
Bait ini menjelaskan tentang pesan K.H. Irfan Hielmy agar para santri
Darussalam untuk mencintai ilmu. Dalam Islam, mencari ilmu begitu
ditekankan. Ada banyak aat Al-Quran maupun Hadits Nabi Saw. yang
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Jadi, tidak heran begitu perhatian
K.H. Irfan terhadap ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah Islam ilmu pengetahuan mendapat kedudukan yang
tinggi. Masa keemasan Islam ditandai dengan perhatiannya terhadap ilmu
pengetahuan. Pemerintah kala itu juga begitu menyokong tradisi ilmiah. Oleh
karena itu, saking melekatnya ilmu pengetahuan dalam Islam, maka bisa
dikatakan seorang muslim adalah mereka yang mencintai segala ilmu.
Oleh karena itu, K.H. Irfan sudah mewanti-wanti agar para santri bisa
mendapatkan ilmu sekaligus mengamalkannya. Dengan begitu, dia laksana
pohon yang berbuah. Pun sebaliknya, beramal pun harus dengan ilmu. Amal
(perbuatan) tanpa ilmu maka apa yang dilakukannya hanyalah sebuah kesia-
siaan belaka alias tidak bernilai.
Bait keempat