Anda di halaman 1dari 58

Mengenal Lebih Dekat

Pesantren Darussalam
Mengenal lebih dekat

Pesantren Darussalam

EKONOMI SYARIAH 2A
Mengenal Lebih Dekat

Pesantren Darussalam

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Penulis : De Sopa Anako


Diki Iskandar

Editor : Diki Iskandar


Design Cover : De Sopa Anako
Pewawancara : Doni Rizwanto
: Diki Iskandar
Eli Andriyana
Dai Adi Nugraha
Pajril Palahi
Dokumentasi : Dai Adi Nugraha

Perekam : Eli Andriyana


Anggota : Fikri Fathurrohman
Dimas Anwarsyah
Fahmi Joharudin Ashidiqi
Fiaz Faisal Ramdhan
Narasumber : Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.i., M. Hum
BEOGRAFI NARASUMBER

Pada hari selasa malam, tepatnya pada tanggal 04 Juli 2023 kami
berkesempatan untuk menemui salah satu tokoh pondok pesantren
Darussalam yaitu, Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I., M.Hum. beliau juga
adalah salah satu keluarga dari pesantren darussalam, beliau adalah cicit dari
sang pendiri Darussalam yaitu Kyai Acmhad Fadhil.
Wawancara yang kami lakukan adalah bertujuan untuk menanyakan
tentang silsilah dari pesantren Darussalam, menurut Kang nabil dalam
periwayatan pesantren darussalam tidak jauh berbeda dengan pendapat yang
dikemukakan oleh alumni pesantren darussalam.
Alasan kami menggunakan rujukan buku yang di kemukakan oleh
alumni pesantren Darussalam yang berjudul “kehidupan, pemikiran, dan
perjuangan” adalah karena yang dipaparkan dalam buku tersebut sudah
terbilang sangat lengkap, karena sudah mencakup sejarah dan perjalanan
pesantren Darussalam sampai dengan sekarang.

v
PENGANTAR PENULISAN

Buku dengan judul “Mengenal Lebih Dekat Pesantren Darussalam” ditulis


dengan tujuan untuk mengenal lebih dekat Pesantren Darussalam dan juga
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam.
Tema-tema yang disajikan di dalam buku ini meliputi Riwayat Pendirian
Pesantren Cidewa Ke Pesantren Darussalam, Mengenal Sosok Kyai Achmad
Hielmy Pendiri Pesantrem Cidewa (Darussalam), Generasi Kedua Penerus
Dari Mama Kyai Acmhad Fadhil, Pengambilan Nama Darussalam, Sanad
Keilmuan K.H. Irfan Hielmy, Moto Darussalam Ciamis, dan Amanat K.H.
Irfan Hielmy Dalam Mars Darussalam.
Tema-tema yang tersaji dinilai penting, karena data yang dihadirkan bersifat
mendasar untuk diketahui. Hasil observasi langsung ke rumah pengurus
pesantren dan dirujuk dari literatur-literatur primer. Data-data yang tersaji di
kolaborasi dari ragam sudut pandang, baik dari pengurus pesantren, alumni
dan beberapa sumber buku yang penulis baca.
Semoga buku ini memberikan banyak manfaat.

Ruang C-07 IAID


Ciamis, 4 Juli 2023

penulis

vi
KATA PENGANTAR

Sejarah Peradaban Islam


Dr.Dede Husni Mubarrok,.S.H.I,M.PD.I
(Dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam)

Satu hal yang acap dikenang oleh alumni Pesantren Darussalam adalah
kebersahajaan pesantren ini dalam keseharian santrinya. Bahkan, seperti yang
kerap terucap dari K.H. Irfan Hielmy (Alm)-pendiri Pondok Pesantren
Modern Darussalam yang selalu mengajarkan kebersahajaan- setiap kali
menerima kunjungan tamu, selalu disambut dengan kalimat yang sama, seolah
menegaskan bagaimana seharusnya santri Darussalam mengambil posisi
dengan kerendah-hatian, "selamat datang di tempat kami, pesantren yang
sangat sederhana."
Melalui sejarah yang panjang (berdiri tahun 1929 oleh K.H. Ahmad
Fadlil), kini Pondok Pesantren Darussalam telah berkembang dan mencapai
kemajuan yang sangat menggembirakan. Pondok Pesantren yang pada awal
berdirinya hanya memiliki sebuah rumah tempat tinggal Kiayi, sebuah masjid
dan sebuah asrama (pondok) yang sederhana, kini telah memiliki fasilitas
bangunan yang relatif lengkap dan beberapa di antaranya cukup megah.
Disamping peningkatan fasilitas dan sarana pendidikan untuk santri,
hal yang sangat penting lain adalah pengembangan sistem pendidikannya.
ketika di banyak Pondok Pesantren lain masih mengkhususkan pada pengajian
kitab, Pesantren Darussalam mulai merintis untuk menyelenggarakan
pendidikan formal. Maka sejak dasawarsa 60-an, Pesantren Darussalam mulai

vii
memodernisasikan sistem pendidikannya dengan mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan formal.
Pada tahun 1967, mulai dirintis penyelenggaraan sistem pendidikan
modern dengan mengadaptasi model klasikal dan sampai saat ini semua
jenjang pendidikan dar mulai Taman Kanak-kanak (TK) (di Pesantren
Darussalam disebut Raudlatul Athfal/RA) hingga perguruan tinggi telah ada
di pesantren ini.
Lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan adalah Raudlatul
Athfal (Taman Kanak-kanak) pada tahun 1967, kemudian pada tahun 1968
berdiri Madrasah Ibtidaiyah/MI (setingkat SD), lalu Madrasah Tsanawiyah
Darussalam/MTsD (setingkat SMP) pada tahun 1968. kemudian berdiri
Madrasah Aliyah Negeri Darussalam (setingkat SMA) pada tahun 1969.
Selanjutnya didirikan SMA Plus Darussalam yang merupakan lembaga
pendidikan swasta pada tahun 2003. Sedangkan Pendidikan Tinggi (PT) di
Pondok Pesantren Darussalam adalah berbentuk Institut yang didirikan pada
tahun 1970, dengan nama Institut Agama Islam Darussalam Ciamis (IAID)
yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam yang menggabungkan pendidikan
akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren
Darussalam. Disamping itu, pada tahun 1995 diselenggarakan pula Ma'had
'Aly, yaitu pendidikan tinggi Pesantren Darussalam. Mahasantri Ma'had 'Aly
ini terdiri dari lulusan Madrasah Aliyah dan para mahasiswa Institut Agama
Islam Darussalam dari berbagai fakultas yang memenuhi persyaratan, di
antaranya telah mampu membaca kitab-kitab kuning.
Kini sudah ribuan alumni yang tersebar di berbagai penjuru nusantara
dan berkiprah dalam berbagai bidang kehidupan dengan tidak melupaka
pesan-pesan dia rahimahullah.

Ciamis, 10 Juli 2023

viii
DAFTAR ISI

Pengantar Penulis

Kata Pengantar

Riwayat Pendirian Pesantren Cidewa Ke Pesantren Darussalam

Mengenal Sosok Kyai Achmad Hielmy Pendiri Pesantrem Cidewa


(Darussalam)

Generasi Kedua Penerus Dari Mama Kyai Acmhad Fadhil

Pengambilan Nama Darussalam

Sanad Keilmuan K.H. Irfan Hielmy

Moto Darussalam Ciamis

Amanat K.H. Irfan Hielmy Dalam Mars Darussalam

Daftar Pustaka

Daftar gambar

ix
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 1
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 2
Riwayat Pendirian Pesantren Cidewa 1
Ke Pesantren Darussalam

Awal mula kata sejarah berasala sari kata “syajarah” yang memilii
makna pohon, maka dapat dikatakan bahwa sejarah ibaratkan sebuah pohon.
Alasan mengapa sejarah diibaratkan sebuah pohon adalah karena berawal dari
sebuah biji yang bertunas dan berkecambah, lalu muncul daun-daun, ranting-
ranting, cabang-cabang, dan akar. Dari situlah muncul bunga dan buah yang
dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lainnya. Biji buah dan serbuk bunga
dari pohon tersebut kemudian bertunas Kembali dan berkecambah hingga
tumbuh menjadi suatu pohon yang lainnya. Itulah gambaran dari sebuah
pohon menjalani siklus kehidupannya, yang mana dia melakukan regenerasi
dari masa ke masa. Begitu juga dengan sejarah Pondok Pesantren Darussalam
Ciamis Jawa Barat yang mempunyai Riwayat yang sangat Panjang.
Dalam pidato ssambutannya atas kunjungan wakil presiden H.M. Jusuf
Kalla pada 26 juni 2009 ke pesantren Darussalam (dimuat republika, 27 juni
2009), K.H. Irfan Hielmy menyampaikan bahwa pada sejarahnya, pesantren
ini Bernama pesantrren Cidewa yang didirikan oleh ayahhandanya Kiai
Achmad Fadhil sebelum negeri ini merdeka, tepatnya pada tahun 1929
disebuah kampung yang Bernama kampung gajah, tepatnya berada didusun
Cidewa. Dusun Cidewa tersebut kurang lebih terletak 500meter dari lokasi
yang sekarang. Dusun ini pula berada di wilayah desa Dewasari, kecamatan
cijeungjing, kabupaten Ciamis, provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jika dilihat
dari tahun kelahirannya, yaitu pada tahun 1929 membuat pondok pesantren
Darussalam ini sebagai pesantren tertua yang ada di kabupaten Ciamis.
Pada sekitar tahun 1970 pondok pesantren Cidewa berubah nama
menjadi Pondok pesantren Darussalam cidewa, yang mana pada saat itu
pesantren sudah dipimpin oleh K.H. Irfan Hielmy. Pada saat didirikan,
pesantren cidewa berupa pesantren yang sangat sederhana, sangat jauh dari
keadaan dimasa sekarang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sangatlah
minim, yaitu hanya sebuah rumah yang ditinggali oleh kyai, masjid dan
sebuah asarama untuk tinggal para santri yang terbuat dari kayu dan bambu
yang sangat sederhana. Adapun ide dari pendirian pesantren Cidewa ini
disebabkan mama (kyai Achmad Fadhil) yang terkenal sebagai kyai muda
yang kharismatik dan memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 3


keadaan daerahnya. Mama Achmad Fadil merasa sangat prihatin melihat
rendahnya Pendidikan keagamaan warga di sekitar tempat tinggalnya,
sehingga dengan penuh semangat dan girah dakwah yang tinggi, beliau
merintis Pendidikan keagamaan berupa pesantren yang pada saat itu masih
sangatlah sedikit.
Pesantren Cidewa ini di dirikan diatas tanah wakaf seluas 400 bata
(5.600 m2) dari sepasang suami istri mas Astapradja dan ibu Siti Hasanah,
mereka masih ada hubungan kekerabatan dengan neneknya K.H. Irfan Hielmy
yang Bernama Siti Fatimah. Dalam pembangunan pesantren, mama Achmad
Fadhil yaitu panggilan untuk kyai Acmhad Fadhil dalam membangun
pesantren Cidewa tidaklah sendirian, melainkan beliau dibantu oleh
masyarakat sekitar, orang tua wali santri, dan para santri yang mondok saat
itu, baik secara moral maupun material. Mereka semua bergotong royong
untuk membangun sarana dan prasarana pesantren Cidewa.
Pesantren ini menapaki guratan sejarahnya sendiri, dimana sebelum
santri dari daerah yang jauh diterima di pondok ini, mama Achmad Fadhil
menjadikan pemuda-pemuda setempat untuk dididik, dibina dan dikader
menjadi santri yang tidak saja diberikan ilmu-ilmu tentang keagamaan, tetapi
juag diajarkan bagaimana cara mengolah sawah, bercocok tanam, dan diberi
contoh bagaimana memelihara bilik asrama dan memakmurkan masjid. Dari
salah satu sumber dikatakan bahwa hampir semua pemuda yang ada di Cidewa
mengaji di pesantren Cidewa. Dan menurut keterangan itu juga mama Achmad
Fadhil lah yang menganjurkan kepada para perempuan untuk menggunakan
hijab/jilbab, yang diaman pada masa itu sangat jarang perempuan yang
menggunakan hijab.
Mendapatkan dukungan dari masyarakat
Pesantren Cidewa, sebutan untuk pesantren yang baru berdiri ketika
itu, dengan cepat mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat sekitar,
bahkan pada tahun-tahun pertama sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat.
Pada tahun berikutnya minat orang tua mengirimkan putra-putranya untuk
dididik di Pesantren Cidewa semakin banyak lagi, walaupun baru sebatas dari
wilayah-wilayah yang ada di Jawa Barat. Dari waktu ke waktu, pondok
pesantren ini semakin maju dan berkembang sampai keadaannya seperti
sekarang ini.
Pada awal rintisannya, Pesantren Cidewa hanya menerima santri putra
saja disebabkan kondisi sosial masyarakat yang merasa kurang aman dari

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 4


penguasa kolonial Belanda sebagai penyebabnya, yakni dengan
diberlakukannya berbagai aturan yang membatasi geraklangkah masyarakat.
Adanya dorongan yang kuat untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda
diperkuat dengan tingginya para santri untuk mengusir penjajah, maka Mama
Achmad Fadhil belajar bahasa Belanda kepada kakek dari keluarga ibunya
sejak di Sekolah Rakyat (Vervolg School). Kemampuan berbahasa Belanda
itulah beliau pergunakan untuk menyerap berbagai informasi yang kelak
berguna sebagai modal diplomast dalam berjuang.
Mama Achmad Fadhil meyakini, ilmu yang disebarluaskan akan
berefek positif terhadap gerak perjuangan dakwahnya. Hal inilah yang
menjadi salah satu motivasinya sejak muda untuk terus memperdalam
pengetahuan agamanya dari kitab-kitab karya ulama terdahulu. Beliau sangat
bersemangat dalam menghafal beberapa kitab berbahasa Arab, terutama kitab-
kitab Nohwu, Sharaf, Manthiq dan Balaghah, dan semangat itu kelak menurun
kepada putra-putrinya. Gairah keilmuan menjadikan beliau kial muda yang
cerdas dan berwibawa sehingga hal ma berpengaruh banyak terhadap
masyarakat dan sekitarnya sehingga semakin tinggi kepercayaan mereka
untuk menuntut ilmu di Pesantren Cidewa
Dari waktu ke waktu, jumlah para santri yang menuntut ilmu (mondok)
semakin banyak, sehingga tempat tinggal atau pondokan para santri semakin
tidak cukup. Hal ini membuat Mama Achmad Fadhil berpikir untuk membuat
beberapa pondokan baru sebagai tempat tinggal para santri, tentunya dengan
bantuan penduduk setempat. Hampir semua penduduk sekitar sangat antusias
dan bersemangat dalam ikut membantu membangun tempat tinggal para
santri. Mereka menyumbangkan berbagai macam bahan bangunan, dan terjun
langsung mendirikan rumah, masjid, dan pondokan santri. Jadi, bisa
dikatakan, pesantren itu awalnya dibangun oleh, dari dan untuk masyarakat
Cidewa, tetapi seiring berjalannya waktu, pondok pesantren ini mampu
menjadi magnet bagi masyarakat di luar Cidewa yang hendak menitipkan
putra- putrinya belajar di pondok pesantren ini.

Diawasi pemerintah Hindia Belanda


Awalnya semua berjalan tanpa banyak hambatan yang berarti, tetapi
semuanya berubah seiring dengan ikut campur tangannya pemerintah Hindia
Belanda terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam, salah satunya adalah
Pesantren Cidewa ini Pada waktu itu, para penjajah tidak suka pergerakan dan

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 5


persatuan umat Islam karena sering kali mencoba menjajah dan memecah
belah umat. Hal ini bisa dilihat dari kegagalan mereka dalam menjajah wilayah
Aceh yang memberikan mereka pengalaman yang sangat berharga. Ketika
umat Islam diperangi tanpa strategi dan pemikiran yang matang, energi dan
sumber daya mereka habis. Oleh karena itulah, mereka mencari cara untuk
menguasai pribumi, di antaranya dengan pendekatan sosial, yaitu dengan cara
yang santun mereka berusaha mengendalikan penduduk pribumi dan
mengawasi setiap aktivitas mereka dengan menerbitkan berbagai aturan
(ordonansi).
Pada 1948 mereka melancarkan agresi militer yang dampaknya
dirasakan pula oleh penduduk pedesaan, termasuk Pesantren Cidewa. Semua
laki-laki dewasa di Cidewa ditahan, termasuk 15 orang santri Mama Achmad
Fadhil. Kemudian Mama Achmad Fadhil berhasil menyelamatkan diri dari
penangkapan dan pengejaran para penjajah dan pergi ke kawasan pegunungan
bersama masyarakat yang lain. Cep Baim (sebutan masa kecil K.H. Irfan
Hielmy) yang saat itu masih berusia 15 tahun ikut bersama ayahnya, untuk
berlindung, Mereka berpindah-pindah tempat dari hutan ke hutan di kawasan
Bojong. Dua tahun lamanya Mama Achmad Fadhil dan Cep Baim hijrah di
hutan-hutan dan pegunungan menghindari kejaran Belanda. Pada masa
perjuangan di luar pondok, Mama Achmad Fadhil menghasilkan karya-
karyanya, termasuk ter- jemahan Kitab Kasidah Burdah karya Imam Al-
Bushiri yang sekarang sering dihafal dan dinadzamkan oleh para santri di
Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, khususnya pesantren-pesantren yang
ada di wilayah Jawa Barat.
Berbagai aturan yang mengekang perkembangan pesantren dan
dakwah Islam mulai dikeluarkan tahun 1882 dengan membuat sebuah institusi
Priesteraden, untuk mengawasi para ulama dan pendidikan agama, terutama
pesantren. Badan inilah yang berhasil memengaruhi Pemerintah Kolonial
Belanda untuk mengeluarkan Ordonansi Guru tahun 1905 dan Ordonansi
Guru tahun 1925, mereka mengeluarkan aturan yang mengharuskan setiap
guru agama untuk mendapatkan izindari pemerintah kolonial. Disebabkan hal
itulah pesantren-pesantren lain dan para santri di Pesantren Cidewa diharuskan
mengikuti Undang- Undang Ordonansi Belanda yang membatasi materi dan
kitab-kitab teks pengajian seperti Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Tarikh, dan
Perbandingan Madzhab, di samping kitab-kitab Ilmu Sharaf dan Ilmu Nahwu.
Para santri tidak bisa leluasa untuk mengkaji materi-materi dan kitab-kitab
Islam tertentu. Kendati demikian, pembatasan dilakukan oleh Pemerintah

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 6


Belanda tersebut tidak mengurangi minat para pemuda untuk belajar di
pesantren-pesantren, termasuk di Pesantren Cidewa.
Pada saat itu, jumlah santri di Pesantren Cidewa mencapai kurang
lebih 400 orang santri putra karena belum menerima santri putri Adapun santri
putri mulai diterima di pesantren ini pada 1966 walaupun masih sebatas santri
kalong yaitu santri yang belajar di pesantren, tetapi mereka pulang-pergi dari
rumah ke pesantren. Artinya, mereka tidak mondok Pesantren Cidewa baru
menerima santri yang mondok sekitar tahun 1967, disebabkan banyak santri
dari luar wilayah yang ingin ikut belajar di pesantren seiring dengan semakin
dikenal luasnya Pesantren Cidewa ini.
Saat itu, Mama Achmad Fadhil adalah seorang kiai muda yang genius,
penuh kharisma, dan berpengaruh. Beliau banyak menguasai dan memahami
banyak kitab sumber berbahasa Arab. Hafalannya banyak, seperti kitab
Jauharul Makmun, 'Uqudul Juman, Talkhisul Miftah, dan syair-syairnya.
Bahkan pada usia 31 tahun, beliau telah berhasil menerjemahkan Kasidah
Burdah berbahasa Arab karya Muhammad Said Al-Bushiri ke dalam syi'iran
berbahasa Sunda. Sampai sekarang, Kasidah Burdah berbahasa Sunda yang
merupakan karya terjemahan masterpiece Mama Achmad Fadhil, masih
terdengar dibaca dan didengarkan oleh santri-santri di banyak pesantren
tradisional terutama di Jawa Barat. Khusus di Pondok Pesantren Darussalam
Ciamis sendiri, Kasidah Burdah dikaji dan didendangkan bersama-sama para
santri awalnya setiap hari Senin pagi langsung oleh almaghfurlah K.H. Irfan
Hielmy, kemudian diteruskan oleh para putra putri beliau, baik yang rutin
terjadwal ataupun yang tidak terjadwal. Sepeninggal beliau, pengajian
Kasidah Burdah diteruskan oleh putra putri beliau, baik yang rutin terjadwal
ataupun yang tidak terjadwal. Yang rutin terjadwal disampaikan oleh Kang
Wahyu dari Bu Eulis) selama beberapa tahun, kemudian digantikan oleh Ang
loep hingga sekarang. Sedang jadwalnya diubah menjadi malam Ahad.
Bahkan, untuk meningkatkan motivasi menghafal syair Kasidah Burdah,
dalam pengajiannya selalu diberikan hadiah santri yang bisa menjawab
pertanyaan sehingga bagi para santri Pesantren Darussalam, pengajian
Kasidah Burdah ini sudah menjadi menu utama untuk dipelajari.

Era kemerdekaan Indonesia


Pada 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 7


Udara revolusi saat itu terasa dalam suasana Islami. Umat Islam meyakini
bahwa perang membela kemerdekaan adalah perang di jalan Allah. Pada
waktu itu, sekutu akan membantu mengembalikan kekuasaan Belanda di
Indonesia. Umat Islam berkeyakinan bahwa mereka adalah musuh rakyat dan
diposisikan sebagai musuh Tuhan. Para ulama yang menjadi tempat
bergantungnya hati rakyat ikut terjun untuk berjuang membela kemerdekaan,
termasuk Mama Achmad Fadhil. Pada masa revolusi, Mama Achmad Fadhil
bersama keluarga meninggalkan pesantren untuk berjuang melawan
penjajahan sehingga kegiatan pesantren terhenti. Mama Achmad Fadhil wafat
disebabkan sakit di daerah Taraju, Salawu, Tasikmalaya pada Ramadhan 1950
dalam usia sekitar 40 tahun, tidak ada yang mengetahui dengan pasti tanggal
dan bulan wafatnya. Waktu itu, usia Cep Baim (K.H. Irfan Hielmy) baru 17
tahun dan yang menemani Mama Achmad Fadhil ke mana-mana dalam
perjuangan itu, selain Cep Baim, adalah santri seniornya yang bernama
Usman.
Pada 27 Desember 1949, Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia dengan penandatanganan naskah "Penyerahan"
kedaulatan oleh kedua pemerintahan. Dengan adanya pengakuan ke- daulatan
oleh Pemerintah Belanda kepada Indonesia, secara perlahan situasi kembali
normal. Meski Pesantren Cidewa tidak ada aktivitasnya, masjid tetap oleh
masyarakat setempat untuk shalat berjamaah dan salah satu Ajengan teman
Mama Achmad Fadhil, yaitu Ajengan Zenal Mustopa, memimpin
memakmurkan masjid dan membangkitkan kembali pengajian Madrasah
Diniah sore hari.

Cep baim atau yang lebih dikenal K.H. Irfan Hielmy sebagai penerus
pesantren Cidewa dan pesantren Darussalam.
Atas dorongan dan dukungan sepenuhnya dari tiga serangkai santri
senior Pesantren Cidewa (murid Mama Achmad Fadhil), yaitu Ajengan Jusuf
Shiddiq dari Cinta Falah, Kertaharja, yang dikenal sebagai politikus Masyum
kemudian Ajengan Engko sebagai pengasuh Pesantren Cibeunying dan
Ajengan Hasan Ma'mun dari Desa Utama, maka Ajengan Opo (panggilan
untuk Ajengan Zenal Mustopa) memberanikan diri untuk memimpin
Pesantren Cidewa sementara waktu sampai selesainya perjuangan melawan
Belanda. Perpindahan pengelolaan Pesantren Cadewa dari Ajengan Opo ke
Cep Baim terjadi sekitar tahun 1955, dan im menjadi awal perjuangan Cep
Baim meneruskan tirkah ayahandanya untuk memimpin segala urusan dalam

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 8


manajemen Pesantren Cidewa Dengan kecerdasan dan penuh Cep Baim
memimpin dan memberikan banyak inovasi dalam pendidikan pesantren,
yaitu dengan mengubah dari pola takhassus (sistem tradisional) kepesantrenan
menjadi pesantren modern yang mengikuti perkembangan dan kebutuhan saat
itu. Inovasi yang monumental adalah mengubah nama Pesantren Cidewa
menjadi Pesantren Darussalam yang berarti daerah yang penuh kedamaian.
Nama ini diambil dari salah satu ayat Al-Quran, yaitu Surah Yunus ayat 25.
Adapun beberapa tirkah wasiat keagamaan Mama Achmad Fadhil
untuk keluarga, para santri serta masyarakat yaitu, Istiqamah dalam Ibadah,
wara dalam bersikap, tashmim dalam prinsip, tawadlu dalam amal perbuatan,
dan jahdah (serius) dalam harakah (pergerakan). Mama Achmad Fadhil juga
membuat dua Motto Pesantren Cidewa Ciamis pada waktu itu, yaitu: Pertama,
Dirikanlah negeri iman dalam hatimu, maka iman akan tegak di negerimu;
Kedua, Bukalah satu pintu, maka akan terbukalah pintu-pintu yang lain.
Dengan inti pendidikan yang disampaikannya adalah Ikramul walidain
(memuliakan kedua orang tua), (kramul ilmi wal ulama (memuliakan ilmu dan
ulama), ikramul bi'ah (memuliakan lingkungan), ikramul mujtama'
(memuliakan masyarakat), ikramul wilayah (memuliakan negara), dan
ikramut thalabah wal khirrij (menyayangi santri dan alumni).

Mama Achmad Fadhil juga menggubah satu panduan khusus untuk


para istri, yang disebut Bab Istri. Gubahan (Anggitan) itu terdiri atas 99 bait
berisi panduan bagi kaum wanita untuk menjalani hidup mereka sebagai ibu
rumah tangga. Sayang, karya dalam bentuk syair ini tidak lagi tersisa
naskahnya. Konon, ada salah seorang santriwati yang rajin menuliskannya,
tetapi santriwati itu tidak diketahui di mana tinggalnya saat ini. Ibu Titi
menuturkan beberapa bait yang masih diingatnya dari Bab Istri.
Istri-istri sadayana urang kedah ariatna
Kedah terang samemehna karagungan carogena kedah terang
kamistian kumawula ka panutan nyaeta caroge pisan nu janten sumber
kabagjan.

Kahiji dina tuangna urang kedah sayagina


Sayagi dina waktosna, tarapti kobokanana.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 9


Urang ulah kedah tebih dangdos, sing kedah ka rapih
ka caroge kudu ajrih, nyanghareupan ulah sedih.

Terjemahannya kira-kira seperti ini:


Wahai para wanita, kita haruslah waspada
Harus mengenal baik siapa suami kita
Harus tahu kemestian mengabdi pada kekasih,
yaitu suami kita, yang jadi sumber kebahagiaan.

Pertama urusan makan, kita harus siap sedia


Mesti siap pada waktunya, juga siap kabokannya
Kita tak boleh menjauhinya
Berhiaslah dengan cantik untuknya
kepada suami mesti hormat.
Jangan tunjukkan muka sedih kepadanya

Bait Mama Achmad Fadhil menunjukkan pentingnya fondasi dalam


keluarga. Di tengah arus perubahan zaman yang bergerak sangat cepat, ketika
nilai-nilai dan fondasi keluarga banyak ditentang dan dipertanyakan, ketika
banyak orang yang atas nama hak asasi manusia membongkar fondasi
keutamaan keluarga, bait-bait karya Mama Achmad Fadhil itu layak untuk
diajarkan kembali, sebagai panduan bagi kaum wanita untuk menciptakan
generasi Rabbani, yang dicintal Allah dan dibanggakan oleh masyarakat. Pada
saat ini, di berbagal belahan dunia muncul kecenderungan hal-hal yang
merusak makna keluarga seperti maraknya pernikahan sejenis antara laki-laki
dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Gubahan Mama Achmad
Fadhil itu dapat dikaji kembali karena sesuai dengan ajaran Al-Quran dan
Hadits Nabi.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 10


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 11
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 12
Mengenal Sosok Kyai Achmad Hielmy 2
Pendiri Pesantrem Cidewa (Darussalam)

Sosok pendiri pertama pondok pesantren Darussalam adalah Kyai


Acmhad Fadhil, dalam penggambaran sossok kyai sangat banyka versi, namun
yang kami cantumkan adalah pendapat langsung dari keluarga.
Sosok Kyai Achmad Fadhil memiliki umur yang tidak lama,
diperkirakan umur beliau hanya sampai kisaran 40 sampai 50 tahun, alasan
mengapa seperti karena menurut keterangan dari keluarga pada masa itu Kyai
ditekan oleh pemerintah untuk memilih antara menutup pesantren cidewa atau
dipenjara. Namun yang dipilih oleh kyai adalah tidak menutup pesantren
cidewa dan tidak dipenjara, oleh karena itu kyai melakukan grilya di
pegunungan yang jauh dari pesantren.
Karena pada saat itu Indonesia masih berjuang dalam memerdekakan
Indonesia, jadi pada waktu itu belanda kesulitan untuk menaklukan wilayah
kareana banyaknya pemberontakan dari para tokoh ulama dan para santri, oleh
karena itu para penjajah menekan dengan halus pondok pesantren melalui
gubernur yang berlaku pada masa itu. Bupati ciamis yang menjabat pada masa
itu adalah Tumenggung Sastra Winata yang bukan sebuah kebetulan beliau
adalah orang dari sumedang yang diseting langsung untuk mene kan
secara lembut.
Sosok dari Kyai Achmad Fadhil itu sendiri menurut salah satu saksi
nyata adalah K.H. Anwar, beliau adalah salah satu santri dari pak kyai yang
pada waktu itu beliau adalah santri yang suka mengantarkan makanan kepada
kyai saat pak kyai ada di gunung guna menghindari para penjajah. Menurut H
anwar sosok perawakan dari Kyai Achmad Hielmy itu tinggi, dan pakaian
yang selalu beliau gunakan adalah gamis yang bernuansa arab, dan untuk tutup
kepala atau peci yang beliau gunakan adalah iket sunda, jadi beliau dibalik
beliau menggunakan budaya arab, beliau juga tidak melupakan budaya tahah
kelahirannya yaitu tanah sunda. Meneurut H Anwar juga disaaat Kyai berjalan
melewati kerumunan orang maka orang yang sudah kenal pada kyai langsung
memberi salam hormat, namun jika yang tidak mengenal kyai langsung diam
karena karisma yang dimiliki oleh Kyai Achmad Fadhil.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 13


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 14
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 15
Generasi Kedua Penerus Dari Mama 3
Kyai Acmhad Fadhil

Baysi kecil mungil itu yang kelak akan menjadi pembaharu bagi
lingkungannya lahir di sebuah pedesaan, tepatnya di Desa Dewasari. Bay
rupawan itu dinamal Ibrahim Achmad (nama kecil K.H. Irfan Hielmy) Paduan
nama dua Nabi kekasih Allah Swt yaitu Nabi Ibrahim sebagai hapaknya para
nahi dan Khalilullah dan Muhammad sebagai penutup paraNabi, sekaligus
penyempurna ajaran nabi-nabi sebelumnya. Lahir dalam keadaan sehat,
selamat, dan tidak kurang suatu apa pun.

Sudah kewajiban orang tuanya memberikan nama terbaik untuk


anaknya karena nama adalah untaian doa dan harapan orang tua terhadap
anaknya. Kedua orang tuanya, yaitu Mama Achmad Fadhil dan Ibu Siti
Maemunah memanggil Ibrahim dengan panggilan Cep Baim Mama Achmad
Fadhil dan istri merasakan kebahagiaan dan rasa syukur yang luar biasa ketika
untuk pertama kalinya diberikan amanah putra pertama oleh Allah Swt. Waktu
kelahiran Cep Baim, ada dua versi hari kelahiran putra pertama Mama
Achmad Fadhil, yang pertama hari Jumat, 15 Syakban 1350 H/ 25 Desember
1931 M. sumber yang kedua (Ijazah Sekolah Rakyat) hari Senin, 7 Ramadan
tahun 1352 H/ 25 Desember 1933 M.
Adapun perubahan nama dari Ibrahim Achmad ke Irfan Hielmy adalah
pilihannya sendiri, bukan karena desakan ataupun masukan dari orang lain,
dengan pilihannya tersebut bukan berarti beliau tidak menghargai nama
pemberian dari orang tuanya, tetapi nama tersebut semata-mata beliau
lekatkan pada dirinya agar menjadi panduan, harapan, dan tujuan yang
menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan kelembutan harus menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari dirinya. Baginya, pengetahuan harus diraih dan
juga disampaikan dengan kelembutan, bukan paksaan apalagi tekanan.
Perubahan nama itu dilakukan tepatnya setelah beliau memimpin Pondok
Pesantren Darussalam yang merupakan amanah ayahnya, yakni: "Kamu harus
menjadi anak yang berilmu dan pemurah". Itulah salah satu alasan perubahan
nama dari Ibrahim Achmad ke Irfan Hielmy sebagai pertanda perpindahan
babak baru pondok pesantren dari generasi pertama, yakni Mama Achmad

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 16


Fadhil ke generasi kedua, yakni putranya sendiri yang bernama K.H. Irfan
Hielmy.

Masa kecil Kyai Irfan Hielmy


Pada masa kelahiran dan masa kecil Cep Baim, sekitar tahun 1933
merupakan masa paling berat dari perjuangan kemerdekaan Negara kita
Indonesia. Karena selama 1933 banyak terjadi aksi buruh di negara- negara
Eropa, akibatnya, Pemerintah Belanda memperketat pengawasan berbagai
organisasi sosial, partai politik, dan perkumpulan lain yang dianggap
berpotensi mengguncang stabilitas kekuasaan. Adapun dampak yang
dirasakan bangsa Indonesia sebagai negara jajahan Belanda adalah
diberangusnya berbagai macam pergerakan, termasuk aktivitas banyak
pesantren dan lembaga pendidikan, karena dianggap sebagai ancaman nyata
bagi kekuasaan mereka di tanah jajahan. Masa ini telah menjadi kawah
candradimuka sebagai seorang pejuang dakwah Islam.
K.H. Irfan Hielmy lahir di lingkungan pesantren yang kental dengan
pola asuh keluarga religius khas pesantren, Ibrahim kecil sudah terlihat
mewarisi sifat-sifat keulamaan dan kebangsawanan dari keturunan ayahanda
dan ibundanya. Dengan menyandang nama Irfan Hielmy bin Kiai Achmad
Fadhil bin H. Abdul Jalal bin Buyut Uyut Masitoh, jelas terlihat bahwa
kharisma keulamaannya terwariskan dari keturunan ayahandanya. Begitu pun
dari garis keturunan ibundanya yang bernama Siti Maemunah binti Siti
Fatimah binti Buyut Eyang Audaya, masih tersirat garis keturunan ulama.
Adapun darah bangsawannya terwariskan dari nenek pihak ayah yang
bernama Rd. Natamirah bin Rd. Bratakusumah, seorang Wedana Rancah pada
waktu itu.
Cinta dan kasih sayang orang tua meliputi kehidupan Ibrahim Achmad
pada masa kecil hingga tumbuh remaja. Kedua orang tuanya adalah sepasang
suami istri yang ideal. Mama (panggilan untuk Kiai Achmad Fadhil) menikahi
Emak (panggilan untuk ibunya Kini Irfan Hielmy). Ketika Emak masih kecil,
Mama sebagai seorang suami mendidik, membimbing, dan mengasuh Emak
dengan penuh kelembutan sehingga Mama pun mendidik putranya dengan
penuh kelembutan dan kasih sayang. Semasa kecil, Ibrahim Achmad dididik
oleh Mama dalam suasana sederhana dan tidak dimanjakan di depan umum,
meskipun kasih sayang secara pribadi orang tuanya sangat luar biasa. Suatu
ketika, ayahnya mempunyai sarung dan Cep Baim dibuat pingsan karena

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 17


menginginkan sarung baru tersebut, dengan kerelaan hati dan kasih sayang
yang mendalam, ayahnya memberikan sarung baru itu kepadanya, dan Cep
Baim pun gembiranya bukan main.
Selain belajar langsung dengan Mama Achmad Fadhil, Cep Baim pun
belajar dengan cara sorogan dalam waktu yang relatif singkat beberapa kiai,
seperti belajar tasawuf kepada: K.H. Abdul Halim (Abah Majalengka), Prof.
Dr. Buya Hamka, K.H. Hasyim Asy'ari, dan Ajengan Zenal Mustopa
semuanya ulama ahli tasawuf mutabahhir. Belajar ilmu alat dan Ushul Fiqh
kepada K.H. Ishak Farid (di Pondok Pesantren Cintawana), di Pondok
Pesantren Panyawungan (red: Pasawahan) Bandung, di Pondok Pesantren
Cantayan Gunung Puyuh Cisaat Sukabumi (Pengasuhnya Ketua PUI
Sukabumi, waktu itu yang bernama K.H. Achmad Sanusi, yang merupakan
sahabat munadlarah Mama Achmad Fadhil), Belajar Al- Qur'an kepada K.H.
Achmad Siradj (di Pondok Pesantren Cijantung), dan beberapa ulama
mutabahir di Jawa Barat, termasuk juga pernah belajar ke KH. Hasyim Asy'ari,
Kiai Masykur pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama
Motivasi terkuat Cep Baim, dalam menuntut ilmu, yakni keyakinan
akan selalu didoakan ibunda tercinta untuk menjadi orang yang soleh. Sejak
kecil Cep Balm sudah dilekatkan dengan metode menghafal oleh ayahandanya
sehingga menjadi modal baik bagi beliau dalam menuntut ilmu. Mama
Achmad Fadhil menerapkan pendidikan terhadap anak- anaknya, khususnya
kepada Cep Baim sebagai berikut.
1. Menanamkan semangat perjuangan tanpa melupakan mencari ilmu
pengetahuan sebagai pemantapnya karena berjuang tanpa ilmu
pengetahuan hasilnya akan asal-asalan.
2. Melatih sikap kemandirian dan percaya diri dan tidak ber gantung
kepada bantuan orang lain Membiasakan senang membaca dan
menelaah kitab-kitab ilmu pengetahuan minimal per hari 50 lembar
dan beliau sehari bisa membaca sampai 200 halaman.
3. Menanamkan rasa syukur kepada Allah Swt atas nikmat yang diterima
walaupun tidak banyak.
4. Menanamkan rasa sabar bila mendapat musibah, tidak mengeluh,
tetapi harus selalu bisa mencari solusi atau jalan keluar lainnya.
5. Mendawamkan shalat tahajud 11 rakaat dengan witir dan wiridayat
kursi 170 kali selama satu malam.
Dari pendidikan yang diberikan orang tuanya, beliau mencapai
keilmuan yang mendalam, penuh hikmah, bahkan ada alumni yang

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 18


mengatakan bahwa K.H. Irfan Hielmy sejak kecil sudah mendapatkan ilmu
laduni, yaitu kemampuan untuk belajar, menghafal dan memahami dengan
cepat, dan hal ini ternyata tidak jauh dari ayahnya, yakni Mama Achmad
Fadhil yang juga memiliki ilmu laduni. Hal ini ditunjukkan dengan karya
monumentalnya berupa puitisasi Kasidah Burdah dengan bahasa Sunda yang
diciptakannya hanya dalam waktu singkat.

Belajar sambil berjuang melawan penjajah


Ketika memasuki usia sekolah, Mama Achmad Fadh memakan Cep
Raim ke Sekolah Rakyat di Dewasar Di sana beliau mula belajar berbagai
pengetahuan seperti pelajaran arah yang membahas tentang kebudayaan dan
peradaban lain selain peradaban Islam dan budaya kesundaan Pendidikan
sekolah membukakan cakrawala dunia bar kepadanya. Setelah mendapatkan
jatah Tso (Sertifikat s Sekolah Desa) yang dikeluarkan penguasa Jepang Cep
Baim meneruskan sekolah di Pamalayan, sekolab vervolg selama dua tabun
Kemudian, karena ada perubahan dalam bidang pendidikan, siswa yang telah
lulus vervolg harus mengikuti penyetaraan selama satu tahun setengah
Ketika belajar di Sekolah Rakyat, Cep Baim sangat suka kerta ap
terutama senang menggambar lokomotif di atas sabak itu mungkin disebabkan
setiap hari beliau melihatnya. Cep Baim selalu menggam barnya ketika guru
tidak masuk kelas, atau ketika jam istirahat datang Lokomotif atau kereta api
merupakan salah bagian penting dari kehidupan orang-orang di sekitar Desa
Pamalayan dan Desa Dewasari, dan kereta api itu menjadi salah satu penanda
modernisme dengan kehadiran bangsa Eropa di Tatar Sunda. Seperti halnya di
Amerika Serikat, dengan memiliki jalur kereta api yang panjang, maka
Abraham Lincoln berhasil memimpin Amerika Serikat dengan menundukkan
pasukan konfederasi yang dipimpin oleh Jefferson Davis. Pada awalnya,
pasukan konfederasi dapat memukul mundur pasukan federal, tetapi
pemimpin pasukan federal bergerak cepat membangun jalur kereta api ratusan
kilometer untuk mengangkut pasukan dan akomodasi sehingga dalam waktu
singkat, pasukan federal dapat mengalahkan pasukan konfederasi. Ternyata,
kesenangannya terhadap lokomotif mengantarkan Cep Baim menjadi seorang
pemimpin lembaga pendidikan Islam modern pertama di Kabupaten Ciamis,
bahkan mengantarkannya menjadi tokoh masyarakat yang dihormati dan
disegani, baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 19


Lulus sekolah tingkat dasar, Cep Baim meneruskan pendidikannya di
Sekolah Dagang, yang kemudian berubah menjadi Sekolah Menengah
Ekonomi Pertama (SMEP). Setelah menuntaskan pendidikan di Sekolah
Dagang, pada 1953 beliau berangkat menuju Pondok Modern Gontor
Ponorogo, Jawa Timur, untuk memperdalam ilmu agama, tetapi belum tiba di
sana, beliau terserang penyakit typus dan gangguan pencernaan sehingga
menghentikan perjalanannya. Setelah dirawat beberapa hari di RS Jebres
Surakarta, Cep Baim kembali ke Dewasari Ciamis, dan tidak jadi untuk belajar
di Pesantren Gontor Ponorogo.
Pada masa-masa itu, beliau tidak hanya terserang penyakit typus yang
parah, tetapi beliau juga terserang penyakit sesak nafas dan lemas saat
tubuhnya terpapar udara dingin. Namun, semua derita dan kesulitan itu tidak
pernah mematahkan semangatnya. Deraan penyakit tidak pernah mampu
menggerus hasrat dan cita-cita Cep Baim. Setiap kali ambruk karena kesulitan
atau penyakit, ia bangkit kembali. Semangat tingginya muncul karena
terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf a.s, yakni kobaran semangat yang senantiasa
muncul dari diri Nabi Yusuf as. walaupun saudara-saudaranya
menenggelamkan tubuhnya ke dalam sumur, tetapi berjuang ingin keluar dan
dengan takdir Allah dapat diselamatkan. Begitu juga dengan Cep Baim yang
senantiasa selalu bersemangat dalam belajar malahan separuh hidupnya
digunakan untuk belajar dan menelaah secara autodidak.
Ketika teman-teman seangkatan Cep Baim berjuang mewujudkan cita-
cita mereka, baik sebagai pegawal pemerintahan maupun melanjut kan
sekolah, Cep Baim mengikuti ayahnya untuk hijrah menghindari kejaran
Belanda yang melakukan Agresi Kedua ke Indonesia, termasuk ke kawasan
Ciamis dan Tasikmalaya. Mama Achmad Fadhil menyelamatkan diri dan pergi
ke kawasan pegunungan, berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lain di
kawasan Bojong, dan itu dilakukan Mama Achmad Fadhil dan Cep Baim
selama dua tahun.
Pada masa remaja, Cep Balm dididik dengan penuh nilai ajaran Islam
yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah oleh kedua orang tuanya,
terutama sang ayah. Sering kali Mama Achmad Fadhil mengajarkan dan
menanamkan akhlak Rasulullah saw. dengan banyak menceritakan kehidupan
Nabi dan para sahabatnya, juga menceritakan kisah tokoh Lukmanul Hakim
yang ada dalam Al-Quran sehingga membekas di hati Cep Baim. Setelah
beranjak dewasa, Cep Baim digembleng dengan ilmu-ilmu agama seperti
akidah, syariat, fikih, tafsir Al-Quran, Hadits, ilmu-ilmu kebahasaan (nahwu,

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 20


sharaf, balaghah, manthiq, dan adabul- bahtsi wal-munadharah), sehingga
menjadi dasar untuk belajar secara mandiri kitab-kitab kuning berbahasa Arab.
Adapun Surah yang kali pertama dihafal Cep Baim selain Surah Al-Fatihah
dan beberapa surah- surah pendek, adalah Surah At-Taubah, karena At-Taubah
terdapat ayat- ayat jihad dan mujahadah yang memberikan semangat juang
membela agama Allah. Hal itu juga yang tergambarkan keadaaan pada masa
penjajahan Belanda. Hafal dan paham Surah At-Taubah juga menjadi semakin
terpupuk semangat untuk berjuang membela Tanah Air dan menyebarkan
nilai-nilai Islam di masyarakat.
Ada satu cerita yang mengesankan pada masa-masa penggemblengan
Cep Baim, yakni beliau mampu menghafal keseluruhan bait Alfiyah Ibnu Aqil
sebanyak seribu dua bait di gunung selama mengikuti ayahandanya
melakukan perjuangan gerilya melawan penjajahan Belanda. Bait Alfiyah
Ibnu Malik yang seribu dua bait itu adalah kaidah-kaidah pokok bagi siapa
saja yang ingin memahami bahasa Arab. Dengan penggemblengan dan
pendalaman yang dilalui seperti itulah, Cep Baim pun dikenal memiliki
spesialisasi di bidang ilmu bahasa (nahwu dan sharaf), kesusastraan Arab
(balaghah), filsafat Islam, dan ilmu manthiq karena ayahnya Mama Achmad
Fadhil mencintai ilmu kesusastraan Arab dengan fasih dan mendalam,
termasuk juga ilmu ushul fiqh, perbandingan madzhab figh dan ilmu tafsir,
serta Siyasah Islamiyah.

Buah Ilmu dan warisan kearifan


Setiap waktu. Cep Balm juga tertanami kecintaan kepada Rasulullah
Saw, dengan diajarkannya puji-pujian (madah Nabi) terhadap Rasulullah Saw.
Ajaran cinta kasih terhadap Rasulullah Saw ini dilakukan dengan membaca
Kasidah Burdah karya Imam Al-Bushiry yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Sunda oleh Kial Achmad Fadhil ketika berada di medan juang. Bukan hanya
dibaca dan ditelaah, bait-bait Kasidah Burdah yang diterjemahkan
ayahandanya pun Cep Baim hafalkan. Begitu juga dengan generasi pesantren
berikutnya dan para satri, mereka merasa harus menghafalkannya karena
sudah menjadi semacam tradisi. Hingga pada generasi dari putra-putri K.H.
Irfan Hielmy, mereka kembali meneliti dan mengangkat Kasidah Burdah
dalam forum-forum akademis di kampus- kampus, seperti dalam hasil
penelitian putra-putrinya, antara lain skripsi Drs. H. Wahyudin, M.Pd. di IAIN

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 21


Sunan Kalijaga Yogyakarta, disertasinya Dr. H. Fadlil Munawwar Manshur,
M.S. di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, disertasi
Dr. H. Fadlil Yani Ainusyamsi di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung,
dan tesis Hj. Chusna Arifah, di Program Pascasarjana Institut Agama Islam
Darussalam (IAID) Ciamis
Dari pendidikan yang diterapkan orang tuanya, Cep Baim (K.H. Irfan
Hielmy) begitu mengagumi Al-Ghazali, terutama pemikiran-pemikiran sang
ulama yang termaktub dalam Ihya Ulumuddin, Al-Munqidz minadh- Dhalal,
dan lain-lain. Beliau juga menaruh minat besar pada tafsir- Hadits dan
perbandingan antar-mujtahid. Begitu tertariknya beliau terhadap tafsir,
sampai-sampai K.H. Irfan Hielmy berhasil menamatkan pembahasan sepuluh
kitab tafsir baik riwayah maupun dirayah dalam pengajian Kuliah Subuh di
Pesantren Darussalam. Dalam pengajian tersebut, beliau selalu
menyampaikan hal-hal baru yang didapatkan dari hasil pemikirannya atas
tafsir-tafsir yang beliau sampaikan sehingga semakin banyak, masyarakat
yang mengikuti pengajian tafsir tersebut. termasuk juga beliau sering mengisi
pengajian kepada para aparat pemerintahan daerah.
Dari hasil pemikirannya atas sumber-sumber ajaran Islam dan kitab-
kitab para ulama, beliau sendiri menghasilkan ragam pemikiran yang
menyegarkan. Hal itu terlihat ketika beliau membawa Pesantren Darussalam
tidak hanya bermazhab tertentu saja, tetapi mencakup mazhab besar yang
diakui dalam akidah ahli sunnah wal jama'ah, sehingga beliau melahirkan
konsep Aqidah Ahlussunah Wal Jama'ah sebagai Aqidah Assalafushshalih
(lihat K.H. Irfan Hielmy, Bunga Rampai Menuju Khairu Ummah II, Ciamis:
PIP, 1996, dan K.H. Irfan Hielmy, Aqidah Ahlussunah Wal Jama'ah adalah
Aqidah Assalafushshalih, Ciamis: PIP, 2008).
Bekal ilmu yang diberikan kepada Cep Baim hingga masa dewasa
adalah bertujuan untuk mempertahankan tradisi keilmuan yang sudah dirintis
melalui Pesantren Cidewa (cikal-bakal Pesantren Darussalam). Kiai Achmad
Fadhil menyadari bahwa perkembangan sebuah pesantren sepenuhnya
bergantungpadakemampuankiainya. Kiaimerupakanelemen yang paling
pokok dari sebuah pesantren. Itulah sebabnya, kelangsungan hidup sebuah
pesantren sangat bergantung pada kemampuan pesantren tersebut memperoleh
seorang kiai pengganti yang berkemampuan tinggi ketika ditinggal wafat kiai
yang terdahulu. Para kiai menyadari sepenuhnya masalah ini. Seorang kiai
selalu memikirkan kelangsungan hidup pesantrennya setelah ia meninggal
kelak. Untuk itu, para kiai menaruh perhatian istimewa terhadap pendidikan

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 22


putra-putrinya sendiri agar dapat menjadi pengganti pimpinan di pesantrennya
masing- masing, Kiai Ahmad Fadhil, ayahanda K.H. Irfan Hielmy pun
termasuk di antaranya, beliau sangat memperhatikan pendidikan putra-
putrinya yang diharapakan mampu memimpin pesantren sepeninggalnya
kelak.
Bekal ilmu agama Islam dan didikan semangat juang dari ayahnya
telah menghantarkan K.H. Irfan Hiemy memiliki pemikiran moderat dan
kemampuan berdiplomasi yang tinggi sehingga beliau berguru, berteman, dan
berkenalan dengan para tokoh nasional baik hubungan keilmuan ataupun
ketokohan seperti dengan H.OS. Cokroaminoto, Soekarno. KH. Agus Salim,
Moch. Natsir Syafrudin Prawiranegara. Jenderal Soedirman, Jenderal AH.
Nasution, Jenderal H. Ahmad Yani, Jenderal H. Soeharto, Jenderal H.
Poniman, Kolonel H. Cakradipura, Kolonel H. Abu Bakar, Mayor H. Nawawi,
Prof Dr. Ginandjar Kartasasmita, Mayjen Nuriana, dan banyak lagi tokoh
nasional lainnya. Kemoderatan K.H. Irfan Hielmy juga mengantarkannya
dekat dengan tokoh-tokoh politik lintas partai seperti Jenderal Besar H.M.
Soeharto dan Prof. Dr. B.J. Habibie dari Partai Golkar, Jenderal (Hor) H.
Susilo Bambang Yudoyono dari Partai Demokrat, Prof. Dr. Amin Rais dari
PAN, Jenderal Wiranto dari Partai Hanura, Dr. H Hidayat Nurwahid dari PKS,
serta dekat dengan para pejabat dari tingkat terendah sampai dengan pejabat
tinggi negara.

Adapun riwayat pendidikan/kursus yang telah dilalui K.H. Irfan


Hielmy: SRN pada 1945 di Pamalayan, Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1946 di
Cidewa, Pesantren dari 1943-1952 di Cidewa, Sekolah Menengah Ekonomi
Tingkat Pertama (SMEP) 1952 di Tasikmalaya, UGA 1961 di Ciamis, PGA 4
lulus 1964 di Ciamis, dan PGA 6 lulus 1965 di Ciamis dengan nomor Ijazah
2333/A/6531/567.
Dari jenjang pendidikan formal inilah, beliau mulai mengabdikan diri
dan ilmunya tidak hanya di dunia pendidikan, tetapi di berbagai lembaga,
dengan diawali menjadi: Guru SD Kertaharja II (1951-1952), Guru PGA
Muhammadiyah (1953-1954), Guru SMP PUI Cijantung (1954-1956),
Pengasuh Pesantren Darussalam Ciamis (1955-2010), Kepala Sekolah SD PUI
Dewasari (1957-1964), Pembantu Imam Militer (1957-1963), Roh Res
Kepolisian 845 Ciamis (1966-1972), Penilik MI se-Kabupaten Ciamis, sekitar
1960-an, Anggota DPRD Kabupaten Ciamis (1967-1972), Kepala Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Darussalam Ciamis (1968-1993), Dekan Fakultas

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 23


Syari'ah Darussalam (1970-1973), Rektor IAID (1973-1999), Anggota MPR
RI (1997-1999) dengan Nomor Anggota C-749, Staf Ketua Bidang
Pengkaderan Dawah MUI Jawa Barat (1992-1995), dan Ketua Umum MUI
Kabupaten Ciamis (1998-2010). Dari pengalaman mengajar di lembaga
formal dan informal inilah. beliau mampu memahami karakteristik kejiwaan
setiap orang lintas usia sehingga beliau selalu bersikap sesuai dengan siapa
yang dididik dan diajak bicara. Ketika beliau menasihati para santri yang usia
remaja akan berbeda dengan ketika beliau menasihati anak-anak mahasiswa,
sehingga semuanya merasa tersentuh dan menyerap dengan seksama apa yang
beliau sampaikan.
Kedekatan beliau dengan militer menjadikan tokoh-tokoh militer
berdatangan untuk bersilaturrahim ke Pesantren Darussalam, bahkan banyak
petinggi militer yang menjadi sahabat beliau. Itulah generasi kedua penerus
Mama Achmad Fadhil, sosok yang luar biasa, tidak pernah memandang
orang dari harta, ilmu, dan jabatannya, dekat dengan semua kalangan
masyarakat, sehingga berhasil melanjutkan perjuangan dakwah orang tuanya,
bahkan lebih maju daripada sebelumnya, semoga keberhasilan Mama
Achmad Fadhil dalam mendidik putra-putrinya bisa menjadi salah satu
inspirasi untuk kita yang membaca buku ini. Amin.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 24


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 25
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 26
Pengambilan Nama Darussalam 4
Seperti aliran air di sungai, waktu terus berputar tanpa ada yang bisa
menghentikannya. Itu menjadi gambaran Pesantren Darussalam dari sejak
kelahirannya hingga saat ini. Pesantren Cidewa adalah cikal bakal Pesantren
Darussalam sekarang, lompatan yang mengilhaminya adalah bahwa ilmu itu
selalu berkembang dan selalu netral. Meskipun zaman terus mengalami
perubahan, tetapi yakinlah Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
selama kaum itu tidak mau mengubah dirinya sendiri. Oleh karena itu,
pesantren pun harus dimodernkan sistem dan metodologinya (syari'ah dan
manhajnya).
Perubahan nama Pesantren Cidewa terjadi pada 1963 menjadi Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam Cidewa Ciamis sampai pada 1976,
yang pada awal 1970 berdirilah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Islam
(YAKPI) dan tidak ada perubahan nama sampai saat ini. Kemudian pada 1977
kata Cidewa-nya dihilangkan karena pesantren ini tidak hanya terletak di satu
dusun, yaitu Cidewa, tetapi juga di Dusun Kandanggajah Desa Dewasari,
bahkan Pesantren Darussalam melebar kampusnya ke Desa Pamalayan.
Adapun mulai dijadikan Pesantren Darussalam, Ciamis, Jawa Barat dengan
sistem modern terjadi pada 1967 dengan didirikannya Raudathul Athfal, pada
1968 didirikannya Madrasah Tsanawiyah (M.T.), kemudian diikuti dengan
berdirinya lembaga-lembaga formal lainnya.
Kenapa menamai pesantren Cidewa dengan nama Darussalam,
Pertama karena Cidewa adalah nama tempat, sebagaimana dijelaskan di atas
bahwa nama Cidewa sudah digantikan oleh pihak pemerintah dengan nama
Dewasari pada 1924. Kedua, terilhami oleh Pondok Pesantren Modern
Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo Jawa Timur yang terkenal dengan
kedisiplinan, penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris, dan jejaring
alumninya, baik di dalam maupun di luar negeri Waktu itu, K.H. Irfan Hielmy
sangat ingin belajar di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, tetapi
karena sakit typus sehingga beliau harus dirawat di Rumah Sakit Jebres Solo
untuk beberapa waktu sehingga cita-cita dan keinginan beliau tidak
kesampaian untuk masantren di oleh Pondok Pesantren Modern Darussalam
Gontor Ponorogo Jawa Timur Karena Cep Baim terinspirasi dengan Pondok
Gontor ini, maka digantilah nama Pesantren Cidewa dengan Pesantren
Darussalam Ciamis Jawa Barat.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 27


Arti kata "Darussalam" ialah tempat yang penuh kedamaian dan
keselamatan. Darussalam juga dapat diartikan sebagai hidayah Allah berupa
akal wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat Allah senantiasa
setiap saat menyeru dan memanggil manusia menuju negeri kedamaian dan
ranah keselamatan. Itulah surga bagi setiap manusia. Tidak hanya di akhirat,
tetapi juga di dunia. Surga apalagi yang lebih indah selain memiliki rasa
damai, rasa aman, dan rasa selamat. Rasa damai atau rasa selamat itu tidak
dibatasi atau ditentukan oleh keindahan dan kemegahan yang bersifat fisik.
Kedamaian dan keselamatan ada di dalam hati. Setiap saat, Allah menyeru
manusia agar mendekati, mendatangi, dan menetapi kedamaian. Demi tujuan
itulah Al- Islam disyariatkan kepada manusia. Secara harfiah, kata Islam
memiliki akar kata yang sama dengan salam, yang berarti damai, selamat, atau
aman. Islam diturunkan sebagai panduan yang akan mengantarkan manusia
menuju kedamaian dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Ilmu sebagai elemen kedamaian


Salah satu elemen penting dalam melaksanakan kedamaian adalah
ilmu. Oleh karena itu, pengetahuan menjadi elemen penting untuk
mewujudkan kedamaian dan keselamatan. Sebab, rasa takut, gelisah, dan
khawatir muncul dan menguasai hati ketika menghadapi sesuatu yang tidak
diketahui. Banyak orang yang takut gelap karena tidak tahu apa yang terjadi
dan ada apa di balik kegelapan itu. Banyak pula yang khawatir menghadapi
masa depan karena tidak tahu apa yang akan dihadapi pada masa yang akan
datang. Masa depan adalah bagian dari kegaiban, yang realitasnya hanya
diketahui oleh Allah Yang Mahatahu. Dalam keadaan sesulit apa pun, jika kita
tahu, kita tetap akan merasa damai dan tenang Jadi, kata sebuah iklan niaga,
pengetahuan adalah kekuatan, Keselamatan, kedamaian, dan pengetahuan,
atau ilmu dijanjikan dan disediakan di Pesantren Darussalam.
Selanjutnya, lembaga pendidikan formal yang kali pertama berdiri di
Pondok Pesantren Darussalam adalah Pendidikan Raudhatul-Atfal (RA)
didirikan pada 1944/1967, ketika itu Cep Baim masih duduk di kelas IV
Sekolah Rakyat atau kalau sekarang namanya Sekolah Dasar (SD). Kemudian
Madrasah Ibtidaiyah (pada waktu itu SD PUI karena bernaung di bawah PUI),
didirikan pada 1954/1968 dan diakui dengan SK Kepala Kantor Departemen
Agama Ciamis pada 20 Maret 1993, Nomor M.L.19/PP/004/452/1992.
Madrasah Tsanawiah didirikan/terdaftar pada 1966/1968, yakni setelah
pemberontakan G-30S/PKI sebagai reaksi atas kekejaman PKI yang ingin

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 28


menghancurkan umat Islam, maka umat Islam sejak dini harus dibekali ilmu
pengetahuan.

Untuk Madrasah Aliyah dimulai pada 1967 dan diresmikan men- jadi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Darussalam pada 1968/1969 oleh Menteri
Agama K.H. Mohammad Dahlan (tokoh/ulama NU) dan Dirjen Bimas Islam
H. Rus an (tokoh/ulama PSII). Pada 1991 atas izin Menteri Agama, dibukalah
program Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK), untuk Pondok
Pesantren Darussalam sendiri terdiri dari MAKN Putra, MAKN Putri, dan
Madrasah Aliyah Keagamaan Darussalam (MAKD) yang berada di bawah
Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Islam Al-Fadliyah (YAKPI) yang pada
2003. MAKD ini kemudian diteruskan eksistensinya oleh SMA Plus
Darussalam. Seperti halnya MAPK/MAKN, Alumni MAKD banyak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi di dalam dan luar negeri,
seperti: Universitas al-Azhar Mesir, Universitas Canal Suez, Universitas
Thanta Mesir, Universitas Universitas Ummul Qura Makkah, Universitas Abu
Dhabi Uni Emirat Arab, Universitas Leiden Belanda, UCLA Amerika Serikat,
SUNY New York, UGM, UNPAD, UL, UNSUD, UMY, IAIN/UIN se-
Indonesia, Universitas Paramadina, dan masih banyak lagi.
Pada 1 Juni 1970, diresmikan Fakultas Syari'ah (cikal bakal Institut
Agama Islam Darussalam (IAID), Ciamis, Jawa Barat) oleh Rektor IAIN
Sunan Gunung Djati Bandung Prof. K.H. Anwar Musaddad. Bersamaan
dengan lahirnya Fakultas Syari'ah Pesantren Darussalam datanglah Presiden
Republik Indonesia, Bapak Soeharto bersama Gubernur Jawa Barat Solihin
G.P. pada tanggal 1 Juni 1970 tersebut dan Bapak Presiden RI langsung
merestui didirikannya Fakultas Syari'ah Pesantren Darussalam Ciamis.
Kemudian pada 14 Maret 1972, Fakultas Syari'ah memperoleh Status
Terdaftar lewat SK Direktur Direktorat Perguruan Tinggi Agama No.
Dd/1/PT/3/Nc.B-IV/3/50.336/1972. Empat bulan kemudian, terjadi perubahan
Fakultas Syari'ah menjadi Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis
pada 1 Juli 1972 melalui SK Yayasan No. 07/YAKPI/ VII/1972.
Adapun lambang IAID dibuat pada 1 Januari 1975 lewat SK YAKPI
No. 027/YAKPI/1/1975, baru memiliki Statuta dan AD/ART pada 18 Agustus
1975, Fakultas Syari'ah DIAKUI sama dengan Tingkat Sarjana Muda
(Bacaloreat) pada 23 Juni 1979 dengan SK Menteri Agama No. 53 tahun 1979.
Memperoleh status penyesuaian jalur dan program pendidikan S-1 untuk

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 29


Peradilan Agama 01/12/1988, SK Menteri Agama No. 220 Tahun 1988, Status
DISAMAKAN 01/02/1933, SK Menteri Agama No. 14 Tahun 1933.
Pada perkembangannya saat ini, IAID memiliki empat Fakultas, yaitu
1) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), 2) Fakultas Tarbiyah (FT), 3) Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama (FUSA), 4) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(FEBI), dan 5) Program Pascasarjana. FSH baru memilikd satu program studi
(Prodi) Ahwal Asy-Syakhsyiyah (Hukum Keluarga) FT memiliki tiga Prodi,
yaitu Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Pendidikan Guu Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI), dan Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Adapun FUSA baru memiliki satu Prodi. yaitu Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
(IAT). FEBI juga baru memiliki satu Prodi, yaitu Prodi Ekonomi Syariah
(Ekos). IAID saat ini, Alhamdulillah, memiliki Program Pasxasarjana dan
baru memiliki satu Prodi, yaitu Prodi S2 Pendidikan Agama Islam (PAI). Di
samping itu, dalam sistem perkuliahan IAID mulai tahun 1995
diselenggarakan pula pendidikan Ma had Aly khusus untuk mahasiswa IAID
yang memiliki kemampuan membaca kitab kuning atau kitab Islam klasik
yang ditulis dalam bahasa Arab.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 30


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 31
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 32
Sanad Keilmuan K.H. Irfan Hielmy 5
Sosok kealiman K.H. Irfan Hielmy tidak sekali jadi. Ia tidak langsung
terwujud begitu saja. Proses berlangsungnya ada dalam rangkaian perjalanan
yang cukup panjang. Sejarah pencarian ilmunya ibarat rangkaian mata rantai
yang terus berkesinambungan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya
Herlangsung terus selama berpuluh-puluh tahun. Sambungan mata mata
rantainya saling menguatkan dengan terikatnya mu dalam diri K.H. Irfan
Hielmy.
Mata rantai itu bernama sanad, yakni sebuah jalur memperoleh ilmu.
Bagi Cep Baim (panggilan masa kanak-kanak Kiai Irfan), Mama Achmad
Fadhil dan Emak Siti Maemunah adalah sekolah pertamanya. Bagaimana
tidak, Islam sangat memperhatikan dengan begitu detail tentang pendidikan
anak oleh orang tuanya sejak dinyatakan posinf hamil, bahkan sebelum
melakukan hubungan suami istri, ajaran agama kita telah mengajarkan
bagaimana seorang pasangan harus melakukan shalat sunah terlebih dahulu,
kemudian membaca basmalah dan doa khusus sebelum melakukan hubungan
suami istri sebelum menggaulinya dengan cara yang makruf sesuai dengan
panduan dan arahan yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw.
Ketika seorang istri telah yakin dirinya mengandung seorang janin,
maka secara psikologis pembinaan suasana rumah tangga seorang calon ibu
harus diperhatikan, baik kenyamanan, ketenangan maupun kestabilan
emosinya, kenapa? Karena calon ibu memiliki kendali penuh atas apa yang
terjadi dengan dirinya, dan ini penting untuk kesehatan fisik dan psikis calon
bayi. Zakiah Darajat pernah mengatakan bahwa sikap dan tindakan seseorang
dalam hidupnya tidak lain dari pantulan kepribadiannya yang tumbuh dan
berkembang sejak lahir, bahkan telah mulai sejak dalam kandungan. Semua
pengalaman yang telah dilalui sejak dalam kandungan, mempunyai pengaruh
dalam pembinaan pribadi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua memiliki
akhlak yang baik, menjaga kehalalan apa yang dimakan dan diminum oleh
calon ibu, tentunya selain memperhatikan nutrisi yang dianjurkan oleh ahli
kesehatan terhadap calon ibu demi tumbuh kembang sang janin di dalam
rahim.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 33


Berbicara pendidikan prenatal, sesungguhnya Mama Achmad Fadhil
dan Emak Siti Maemunah telah mengamalkan prinsip mendidik janin dalam
perspektif Islam, yakni prinsip cinta, kasih sayang, dan kerja sama, prinsip
Tauhidiah, prinsip ibadah, prinsip akhlak, dan kebiasaan, prinsip kecerdasan
dan keilmuan, prinsip stimulus pralahir seperti bayi yang sudah merasakan
sentuhan dan rabaan orang tuanya, sudah mampu mendengar, melihat cahaya
terang dan gelap di luar rahim dalam usia lima bulan atau dua puluh minggu.
Prinsip kesadaran pralahir, prinsip keterlibatan ayah, dan keluarga besarnya.
Jelaslah sudah kita membaca dari awal tulisan ini sanad keilmuan pertama
yang didapat oleh Cep Baim adalah dari kedua orang tuanya yang luar biasa
mendidiknya dengan penuh cinta dan tanggung jawab lahir dan batin.
Para Guru
Selain belajar langsung dengan Mama Achmad Fadhil, Cep Baim pan
belajar dengan cara sorogan dalam waktu yang relatif singkat ke beberapa kiai,
salah satunya belajar kepada KH. Abdul Halim. Kiai ini seorang pahlawan
nasional berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudoyono Nomor: 041/TK/Tahun 2008 tanggal 6 November 2008,
yang lahir pada 26 Juni 1887 di Desa Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Jawa
Barat. Dari beliau ini Cep Baim belajar ilmu tasawuf, toleransi dalam
beragama, dan ghirah berjuang melawan penjajah dalam menegakkan kalimat
Allah Swt. melalui berbagai saluran perjuangan, khususnya dalam bidang
pendidikan dan politik. Hal ini bisa kita lihat perjalanan K.H. Irfan Hielmy
dalam membangun Pondok Pesantren darusalam Ciamis sebagai pesantren
modern pertama di Kabupaten Ciamis, sekaligus menjadi ulama yang tidak
anti dengan politik praktis yang mengantarkan beliau menjadi anggota DPRD
Kabupaten Ciamis Periode 1967-1972 dan anggota MPR RI Periode 1997-
1999.
Guru selanjutnya adalah Prof. Dr. Abdul Malik Karim Amrullah
(Datuk Indomo/Buya dari sini Cep Baim belajar bagaimana menjadi seorang
ulama dan umara sekaligus sastrawan. Ternyata, hasil belajar dari beliau ini
mengantarkan K.H. Irfan Hielmy menjadi seorang yang diamanahi sebagai
staf Ketua Bidang Pengkaderan Dakwah MUI Jawa Barat (1992-1995),
kemudian dipercaya menjadi Ketua Umum MUI Kabupaten Ciamis dari 1998
sampai Allah Swt memisahkan ruh dari jasadnya pada 2010. K.H. Irfan
Hielmy dikenal sebagai ulama yang bijak, santun, lembut, penuh toleransi,
tetapi tetap tegas. Banyak sekali catatan atau buku yang beliau tulis baik
dicetak dan diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang disampaikan di

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 34


berbagai forum kajian ilmiah, kenegaraan, dan kegiatan keagamaan. Salah
satu buku yang pernah dipublikasikan ketika menjabat sebagai Ketua Umum
MUI adalah Bunga| Rampai Khairu Ummah sebanyak tiga jilid dalam rangka
menyampaikan ide-ide untuk Kabupaten Ciamis menjadi Baldah Thayyibah
khususnya, umumnya untuk siapa saja yang membacanya. Selain tulisan-
tulisan secara ilmiah, K.H. Irfan Hielmy pun senang membuat syair lagu, salah
satunya lirik Lagu Mars Darussalam ditulis pada 1972 dan Himne Darussalam
pada 1985 serta puisi-puisi untuk para tamu yang datang bersilaturahim dan
berkunjung ke Pondok Pesantren Darussalam.
Dari kesenangannya di dunia sastra pula mengantarkan para putra-
putri Allahu Yarham K.H. Irfan Hielmy memiliki hobi yang sama terkhusus di
dunia musik, bahkan yang berkunjung ke Darussalam pun tidak hanya para
kiai, alim ulama, dan umaro, tetapi juga para sastrawan seperti Setiawan
Djody, dan rekan-rekan artisnya dari keluarga Ricky Harun, bahkan alumni
yang jadi musisi pun ada seperti Farhan Zainal Muttaqin (Faang Wali Band)
yang kemudian mengantarkan Charly Van Houten musisi sekaligus pendiri
Band ST 12 dan Setia Band untuk memasukkan putra pertamanya di MTs Al-
Fadliliyah Darussalam.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 35


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 36
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 37
Moto Darussalam Ciamis 6
Pada 1975, lahirlah Motto Pesantren Darussalam, yaitu Muslim
Moderat, Mukmin Demokrat, dan Muhsin Diplomat sebagai upaya
menempatkan Pesantren Darussalam untuk semua umat. Motto ini lahir
setelah K.H. Irfan Hielmy berdiskusi dengan Dr. Moch. Natsir, yang pada
waktu itu menjabat sebagai Presiden Rabithah al-Islami dan ketua Dewan
Dakwah Islam Indonesia (DII).
Muslim Moderat adalah sosok manusia muslim yang bersikap luwes,
tenggang rasa, bersolidaritas etis dan sosial, hormat kepada sesama, jauh dari
sikap angkuh, congkak, dan ingin menang sendiri.
Mukmin Demokrat adalah sosok manusia mukmin yang berakar ke
bawah dan berpucuk ke atas. Pada saat di panggung kekuasaan, dia tidak
melupakan rakyat yang telah membesarkannya, begitu pun saat ia turun dari
panggung kekuasaan dan harus kembali dengan rakyat, dia tidak patah
semangat dan tidak putus harapan.
Muhsin Diplomat adalah sosok manusia yang mencintai kebajikan,
keindahan, memiliki sopan santun, dan berakhlak mulia. la akan selalu
mengedepankan sifat-sifat yang baik dan terpuji dalam menghadapi berbagai
persoalan hidup dan kehidupan.
Dalam menjabarkan Motto Darussalam ini, K.H. Irfan Hielmy me
wasiatkan sembilan upaya mencetak santri sebagai Muslim Moderat, Mukmin
Demokrat, dan Muhsin Diplomat, yakni:
1. Dakwah Salafiyah: mengajak para santri untuk berjalan di jalan yang
ditempuh oleh para pendahulu, yaitu para ulama salaf, dengan
berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
2. Thariqat Sunniyah: mengajak para santri untuk terbiasa mengamalkan
As-Sunnah yang suci (as-Sunnah al-Muthahharah) dalam segala hal
(ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah) teristimewa dalam akidah dan
ibadah.
3. Hakikat Shufiyyah: menjadikan santri sebagai pribadi yang berjiwa
suci dan hati yang bersih, dan membiasakan amal yang didasarkan
pada akhlak yang mulia dan cinta di jalan Allah.
4. Hai'ah Siyasiyyah: mengajak santri untuk memiliki bekal intelektual
sehingga mampu mereformasi hukum di dalam (hukum yang Islami)

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 38


dan melepaskan penalaran ke arah shilahul ummah al-Islamiyyah
dengan umat lainnya, dan mendidik bangsa dengan keilmuan,
kekuatan, dan nilai kebangsaan yang Islami.
5. Jama'ah Riyadliyyah: menjadikan santri sebagai pribadi muslim yang
tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, hambatan, gangguan,
dan ancaman.
6. Rabithah Ilmiyyah Tsaqafiyyah: mengajak dan menjadikan santri
sebagai individu yang mencintai ilmu dan teknologi.
7. Syirkah Iqtishadiyyah: mengajak dan menjadikan santri untuk sadar
terhadap kemampuan mengentaskan kemiskinan umat sehingga umat
tidak selalu tersisih dan terpinggirkan dari lapangan ekonomi.
8. Fikrah Ijtima'iyyah: mengajak dan menjadikan santri sebagai pribadi
yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan tatanan
sosial yang aman, tertib, dan sejahtera.
9. Khusu: mengajak santri dengan cara memberikan teladan beribadah
dengan baik dan benar, sehingga kehadiran Allah senantiasa terasa.
Dari 400 bata tanah yang dimiliki oleh pesantren ini, kini sampai pada
tahun 2021, luas kampus Pondok Pesantren Darussalam secara keseluruhan
telah mencapai 25 hektare yang terdiri atas: (1) Kampus Pusat di Darussalam,
(ii) Kampus Pawindan di Kecamatan Ciamis, (iii) Kampus Imbanagara Raya
di Kecamatan Ciamis, (iv) calon Kampus Pesantren Darussalam di
Sindangrasa Ciamis, (v) calon Kampus Pesantren Darussalam di Temuwuh,
Bantul Yogyakarta, (vi) calon Kampus Pesantren Darussalam di Merpas,
Provinsi Bengkulu, (vii) calon Kampus Pesantren Darussalam di Krui,
Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, (viii) Kebun Pendidikan di
Ciparakan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran. Tanah Kampus
Pesantren Darussalam tersebut.sebagian hasil warisan dari Kiai Achmad
Fadhil dan warisan dari K.H. Irfan Hielmy, dan sebagian lagi hasil dari wakaf
dari beberapa muhsinin dan muhsinat.
Di Pondok Pesantren Darussalam, gedung-gedung asrama dinamai
dengan tokoh-tokoh dan ilmuwan-ilmuwan Islam, hal ini bertujuan agar para
santri mampu memahami nilai-nilai sejarah dengan cara mengetahui dan
memahami filosofi dari masing-masing tokoh dan ilmuwan tersebut, seperti:
Dewi Sartika, Fatimah Azzahra, Siti Hajar, Siti Umamah, Ummu Hakim, Umi
Kultsum, Asy-Syafi'i, Ibn Taimiyah, Sibawaih. Ibn Khaldun, Ibn Thufail, Ibn
Sina, Al-Khawarizmi, Azura, Ibnu Hayyan, Az-Zahrawi, Ahmad Yani,
Wahidin Sudiro Husodo, K.H. Hasyim Asy'ari, Nadwatul- Ummah, Al-
Ghazali, Ibnu Rusydi, dan lain sebagainya.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 39


Dalam perkembangannya saat ini, sudah bertambah gedung-gedung
atau asrama-asrama baru, yakni untuk santri putra: Salman Alfarisi, Bilal Bin
Rabbah, Mush'ab bin Umair (dengan harapan para santri mampu meneladani
para sahabat Rasulullah saw.), dan untuk santri putri: Al- Yabbani (Bantuan
dari Jepang), Siti Khadijah, Siti Aisyah, Humaira (harapannya para santriwati
mampu meneladani istri-istri Rasulullah saw.), serta Al- Jumhuriyyah
(Bantuan Presiden Reoublik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo).
Adapun penamaan kampus dengan Madinatul-Hilwan (Kampus I),
Madinat An-Nashr (Kampus Tengah), dan Madinatul-Bu'uts (Kampus II)
terjadi pada 1986 sekembalinya K.H. Dr. Fadlil Yani Ainusyamsi, M.BA., M.
Ag dari Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir. Madinatul Hilwan.adalah tempat
mahasiswa berkumpul dengan penuh keakraban. Madinatul Bu'uts adalah
tempat mukimnya para mahasiswa sedunia, sedangkan Madinat an-Nashr
adalah tempat mukimnya para mahasiswa Asia Tenggara.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 40


Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 41
Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 42
Amanat K.H. Irfan Hielmy Dalam 7
Mars Darussalam

Mars dan Himne Darussalam adalah lagu wajib yang dinyanyikan di


setiap prosesi acara resmi Pondok Pesantren Darussalam Ciamis seperti
penerimaan santri baru, acara wisuda, dan acara seremonial resmi lainnya.
Bahkan, pada saat upacara bendera, selain lagu kebangsaan dan
lagu wajib nasional, Mars dan Himne Darussalam selalu dinyanyikan.
Mars Darussalam merupakan lagu dengan kombinasi nada sedang (bariton),
tinggi (sopran), dan rendah (bas), tenang, optimis, dan berirama cepat yang
berfungsi membangkitkan semangat pelantun dan pendengarnya. Komponen
itu semua mencerminkan cita-cita Pondok Pesantren Darussalam Ciamis
dalam membentuk para santrinya memiliki semangat juang yang tinggi.
Adapun Himne Darussalam merupakan lagu bernada sedang (bariton),
bertempo lambat, berwibawa dan mencerminkan cita-cita, pesan agung,
pengharapan, dan visi Pondok Pesantren Darussalam Ciamis. \Syair Mars dan
Himne Darussalam Ciamis digubah oleh K.H. Irfan Hielmy, sedangkan
aransemennya untuk Mars dibuat oleh Ule Sulaeman pada tahun 1972 dan
aransemen Himnenya dibuat oleh Eman Sudirman pada tahun 1985. Sejak
lahirnya kedua lagu tersebut, di setiap acara pesantren dan lembaga-lembaga
pelaksana pendidikan pesantren lainnya yang berada di dalam naungan
pesantren, kedua lagu tersebut selalu disenandungkan menjadi lagu wajib.
a. Makna Lagu Mars Darussalam
Darussalam Memanggilmu
Wahai segenap putra-putri
Agar cinta segala ilmu
Dihiasi budi suci

Darussalam membinamu
Agar menjadi insan kamil
Tegap sanggup setiap waktu

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 43


Sanggup sendirian tampil

Pemuda harapan agama


Marilah Bersiap sedia
Ilmu dengan amaliahnya
Amalmu dengan ilmunya

Besarlah cita hatimu


Bagi kejayaan bangsa

Bait Pertama
Darussalam memanggilmu
Wahai segenap putra-putri
Agar cinta segala ilmu
Dihiasi budi suci
Bait ini menjelaskan tentang pesan K.H. Irfan Hielmy agar para santri
Darussalam untuk mencintai ilmu. Dalam Islam, mencari ilmu begitu
ditekankan. Ada banyak aat Al-Quran maupun Hadits Nabi Saw. yang
menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Jadi, tidak heran begitu perhatian
K.H. Irfan terhadap ilmu pengetahuan.
Dalam sejarah Islam ilmu pengetahuan mendapat kedudukan yang
tinggi. Masa keemasan Islam ditandai dengan perhatiannya terhadap ilmu
pengetahuan. Pemerintah kala itu juga begitu menyokong tradisi ilmiah. Oleh
karena itu, saking melekatnya ilmu pengetahuan dalam Islam, maka bisa
dikatakan seorang muslim adalah mereka yang mencintai segala ilmu.

K.H Irfan begitu menyadari akan pentingnya ilmu pengetahun dalam


kehidupan. Bukan saja hidup akan terasa mudah, tetapi juga peradaban
manusia menjadi lebih maju dengan mencintai semua ilmu pengetahuan tanpa

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 44


pilah pilih. Namun, mencintai ilmu pengetahuan saja tidaklah cukup. Ia harus
disertai budi pekerti yang baik. Begitu kira-kira yang hendak disampaikan
K.H. Irfan dengan mengatakan "dihiasi budi suci". Mengapa harus dihiasi budi
suci? Karena penguasaan ilmu tanpa disertai akhlak akan menyebabkan
kehancuran. Sejarah sudah membuktikan seiring kemajuan pengetahuan,
kejahatan justru merajalela. Itu akibat dari kemajuan teknologi yang tidak
terkontrol dan mengabaikan etika budi luhur. Perikemanusiaan menjadi
sesuatu yang mahal. Selain itu, tanpa budi pekerti, orang yang berilmu bisa
terperosok kepada kesombongan juga.
K.H. Irfan dengan sangat indah mengingatkan para santri untuk
berilmu sekaligus berakhlak. Dengan ilmu hidup akan mudah, dan dengan
akhlak ilmu akan berkah. Ilmu dan akhlak akan santri dapatkan manakala di
Darussalam. Itu tersirat dari "Darussalam memanggilmu".
Bait kedua
Darussalam membinamu
Agar menjadi insan kamil
Tegap terampil setiap waktu
Sanggup sendirian tampil
Bait ini menggambarkan para santri sudah dididik di Darussalam
dengan tujuan agar menjadi insan kamil, terampil, dan tampil meskipun hanya
sendirian. Insan kamil secara harfiah dapat diartikan sebagai manusia yang
sempurna. Namun, sempurna bukan secara fisik saja, melainkan non-fisik,
seperti menggunakan akal sehat dengan sebaik- baiknya, sehingga dapat
mengetahui perbuatan baik dan buruk. Kemudian intuitif. Dalam artian
manusia sempurna adalah yang berjiwa besar. Selanjutnya adalah dapat
memaksimalkan potensi rohaninya secara optimal. Jadi, insan kamil yang
dimaksud adalah mereka yang mampu mengolah akal, jiwa, dan fisik secara
bersamaan.
Selain insan kamil, para santri Darussalam juga diperintahkan untuk
terampil setiap waktu. Terampil adalah cakap, mampu, dan cekatan dalam
menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya. Maka, para santri siap sedia
untuk menyelesaikannya dalam situasi apapun. Santri bisa juga pandai
membawa diri dan mampu beradaptasi di setiap situasi. Itu juga sebuah
keterampilan. Dengan punya sifat terampil seperti itu, santri Darussalam pada

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 45


saat terjun di masyarakat sudah siap terampil. Mereka akan berguna dan
memberi manfaat bagi banyak orang.
Kemudian, di Darussalam juga para santri diajarkan kemandirian,
sehingga mereka terbiasa untuk tampil di muka umum, meskipun hanya
sendirian. Sendirian di sini bisa diartikan teguh pada pendiriannya sehingga
tidak mudah ikut-ikutan dan latah, yang tidak sesuai dengan hati nuraninya
atau juga berani berinisiatif dan siap diperlukan kapan pun.
Bait ketiga
Pemuda harapan agama
Marilah Bersiap sedia
Ilmu dengan amaliahnya
Amalmu dengan ilmunya
Pada bait ini K.H. Irfan mengingatkan bahwa pemuda adalah harapan
agama. Karena masa muda adalah usia puncak produktif yang sangat
dibutuhkan dalam berdakwah. Seorang pemuda masih kuat fisiknya, tajam
otaknya, sehingga mampu melakukan sesuatu dengan antusias, tanpa ada
kendala.
Untuk itu K.H. Irfan menyuruh para santri agar menyiapkan diri
dengan ilmu pengetahuan beserta pengamalannya. Pun sebaliknya, melakukan
sesuatu (amal) juga harus dengan ilmunya. Ungkapan beliau selaras dengan
perumpamaan "al-'Ilmu bila 'amalin kasy-syajari bila tsamarin" (Ilmu tanpa
amal ibarat pohon tak berbuah). Artinya berilmu tetapi sikap dan perilakunya
tidak sesuai dengan yang diketahuinya, maka ilmunya tidak berbuah, alias sia-
sia. Kalau ilmunya tidak diamalkan berarti ilmunya tidak bermanfaat. Jadi
percuma pula punya ilmu jika tidak digunakan.

Oleh karena itu, K.H. Irfan sudah mewanti-wanti agar para santri bisa
mendapatkan ilmu sekaligus mengamalkannya. Dengan begitu, dia laksana
pohon yang berbuah. Pun sebaliknya, beramal pun harus dengan ilmu. Amal
(perbuatan) tanpa ilmu maka apa yang dilakukannya hanyalah sebuah kesia-
siaan belaka alias tidak bernilai.
Bait keempat

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 46


Besarlah cita hatimu
Bagi kejayaan bangsa
Dalam bait terakhir ini, K.H. Irfan menutup syairnya dengan menyuruh
para santrinya agar punya cita hati. Cita hati berarti cipta, rasa, dan karsa. Dan
apa yang dilakukannya semata-mata demi kejayaan bangsa, yakni bangsa
Indonesia. Hal ini selaras dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan ada empat, yakni melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 47


DAFTAR PUSTAKA
Gani, dadang dkk. (2021). kehidupan pemikiran dan perjuangan.
margomulyo : maghza pustaka.
Ainusyamsi, Fadlil ”Islam Moderat.Kota”

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 48


DAFTAR GAMBAR

Mengenal lebih dekat pesantren Darussalam | 49

Anda mungkin juga menyukai