Anda di halaman 1dari 12

PERAN TOKOH-TOKOH MUHAMMADIYAH DALAM

PERUMUSAN PANCASILA
Astatan Abdulrahman – 039

PENDAHULUAN
Pancasila merupakan dasar dari negara Republik Indonesia, pancasila juga
adalah hasil dari kerja keras perjuangan pendahulu, dan dibuat oleh berbagai
bagian masyarakat, termasuk ormas keagamaan. Muhammadiyah juga menjadi
salah satu salah satu ormas Islam yang mempunyai peran besar pada pembentukan
Pancasila (Hasanah and Budianto 2020).
Pancasila dibentuk melalui proses yang sangat panjang dalam cerita
bangsa Indonesia, dan tidak muncul secara instan seperti ideologi lain di dunia
(Kaelan 2013). Prof. M. Yamin S.H., Prof. Mr. Dr. Supom, dan Ir. Sukarno adalah
tokoh yang membantu melahirkan Pancasila. Pada sidang BPUPKI pertama,
tujuan mereka adalah untuk menciptakan Pancasila. Ketika proses perumusan,
pancasila menjadi perdebatan sengit antar golongan. Mereka adalah para
nasionalis, Ormas Islam, dan komunis. Dalam hal ini, Ir. Soekarno dan para
pendiri bangsa menyadari bahwa pendirian Negara Indonesia, yang dicapai
melalui jerih payah, dalam menghadapi pemberontakan, peperangan, dan
diplomasi dalam mendirikan negara dengan syariat Islam. Sebaliknya, mereka
berjuang demi untuk kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia (Amir and Saleh 2013).
Sebagai dasar negara, Pancasila dapat berfungsi sebagai lentera untuk
menyatukan orang-orang. Sayangnya, saat ini justru sebaliknya, dipolitisasi untuk
kepentingan kelompok elit tertentu. Pada awal pembentukan Pancasila, para
pendiri bangsa setuju untuk tidak memisahkan agama dan negara. Ada beberapa
pendiri bangsa berasal dari tokoh Muhammadiyah, termasuk ketua perumusan.
Namun, karena terlalu lugu, tokoh-tokoh Muhammadiyah ini hanya menyebutkan
nama mereka dan tidak disebutkan sebagai tokoh Muhammadiyah dalam sejarah
sekolah atau buku mata kuliah PK (Pendidikan dan Kewarganegaraan)
(Muthmainnah 2015). Meskipun demikian, Muhammadiyah, lembaga keagamaan
modern terbesar di Indonesia dan di seluruh dunia, memberikan kontribusi yang
signifikan untuk pembentukan negara bangsa Indonesia, termasuk pembentukan
Pancasila.
Muhammadiyah sangat memperhatikan pencerahan usaha. Kegiatan ini
tidak hanya bidang kesehatan semata, melainkan keagamaan, pada bidang sosial,
dan Pendidikan, sampai merambah ke wilayah politik. Ketika Muhammadiyah
pertama kali didirikan pada tahun 1912, sudah menanamkan rasa nasionalisme itu
sendiri (Suasana 2019).
Sikap organisasi Muhammadiyah terhadap kedaulatan Pancasila sebagai
fondasi bangsa Indonesia menunjukkan bukti nyata dari semangat nasionalisme
yang sejalan dengan jiwa kebangsaan. Muhammadiyah secara konsisten mengakui
dan menerima Pancasila, seperti yang disampaikan oleh Munir Mulkhan.
Perspektif dan pandangan para tokoh organisasi Muhammadiyah dalam sejarah
merdekanya bangsa Indonesia, termasuk Ki B. Hadikusumo, Mr. Kasman
Singadimedja, Ir. Soekarno, dan Kahar Muzakkir, menggambarkan kesamaan
pandangan ini. Seperti yang ditunjukkan oleh rumusan resmi organisasional
lainnya (Wahyuni 2022).
Sejak awal, Muhammadiyah telah menerima dan mengadopsi Pancasila.
Saat ini, Muhammadiyah menerapkan nilai-nilai Pancasila melalui konsep Daral-
Ahdi Wa al-Syahada dalam pelajaran pendidikan Pancasila yang terintegrasi
dengan matkul AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyah) pada PTM
Muhammadiyah. Untuk mempelajari dan mempraktikkan nilai-nilai ini, metode
penelitian observasi digunakan selama proses pembelajaran, serta dilakukan
diskusi terfokus. Selain itu, mahasiswa juga berbagi pengalaman melalui tugas
pribadi yang mereka posting melalui media online seperti.
Selain dikenal sebagai pendiri, Soekarno juga terkenal sebagai pencetus
Pancasila. Tidak dapat disangkal bahwa beliau adalah orang pertama yang
mengenalkan Pancasila kepada bangsa Indonesia. Penyusunan sila Pancasila yang
kita ketahui sampai saat ini didasarkan pada pidato Ir. Sukarno di hadapan sidang
Dokuritsu Z. Tyoosakai pada 1-6-1945 (Dham 1987). Beberapa tokoh pendiri,
seperti Muhammad Y, Sopemo, dan Ir. Soekarno, menyampaikan pidato mereka
dalam rapat BPUPKI dengan tanggapan yang berbeda. Dalam pemikiran tokoh-
tokoh tersebut diatas, pemikiran Ir. Soekarno dianggap sebagai sintesis paling
penting. Dengan demikian, Pancasila yang dipilih oleh Soekarno terdiri dari 5
prinsip: Internasionalisme, Kebangsaan, Kesejahteraan, Demokrasi, dan
Ketuhanan. Apakah Ir. Soekarno benar-benar pelopor dari prinsip-prinsip ini?
Pada tanggal 29-5-945, M. Yamin menyampaikan 5 asas sebagai pondasi untuk
kemerdekaan bangsa Indonesia, tiga hari sebelum pidato terkenal Soekarno:
kebangsaan, kemanusiaan, keTuhanan, kesejahteraan rakyat dan kerakyatan
(Anshari 1997).
Tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara 5 asas yang diusulkan oleh
Yamin dan 5 sila yang diungkapkan oleh Bung Karno. Perbedaan terletak pada
istilah yang dipergunakan dalam "demokrasi" dan dalam urutan atau susunan dari
beberapa asas tersebut (Anshari 1997). M. Roem, adalah pemimpin terkenal yang
berasal dari Masyumi, menganggap bahwa tema dari kedua pidato tersebut sama,
jumlah prinsip atau dasar yang diusulkan juga sama, bahkan panjang pidato
keduanya sama, yaitu sekitar dua puluh halaman dalam naskah yang ada (Roem
1972).
Pidato bung Karno pada tanggal 1-6-1945, yang sekarang diakui sebagai
titik awal dibentuknya Pancasila, memiliki peran penting dalam sejarah Pancasila.
Pidato tersebut terutama terkait dengan sila "Ketuhanan" yang kemudian menjadi
sila kesatu yang terdapat pada Pancasila dalam berbagai dokumen terkait. Akan
tetapi, untuk memahami secara tepat, penting untuk memahami pemikiran
Soekarno tentang konsep ketuhanan.(Roem 1972).
Seringkali timbul pertanyaan mengenai penempatan "prinsip Ketuhanan"
pada urutan terakhir dari Pancasila, dan "prinsip Kebangsaan" ditempatkan pada
urutan awal. Hal ini mengakibatkan anggapan bahwa Soekarno adalah seorang
nasionalis sekuler. Namun, anggapan ini seringkali ditepis ketika kita melihat
pemikiran bung Karno dalam berbagai pidato dan tulisaannya. Sebenarnya,
pemikirannya penuh dengan nilai-nilai ketauhidan yang terungkap dalam Amanat
Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1961, saat perayaan dirgahayu Proklamasi
Kemerdekaan RI (Hakiem 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah (1)
Bagaimana pandangan para tokoh-tokoh muhammadiyah terhadap konsep
pancasila? (2) Bagaimana tokoh-tokoh Muhammadiyah berperan dalam
membentuk dan memperkuat prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi negara
Indonesia? (3) Bagaimana peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam merumuskan
asas-asas yang terkandung dalam Pancasila?

PEMBAHASAN
1. Pandangan Para Tokoh-Tokoh Muhammadiyah Terhadap Konsep Pancasila
Orang-orang Muhammadiyah mendukung Pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang menganut
nilai-nilai keagamaan. Mereka menyadari bahwa sebagai ideologi negara,
Pancasila harus dipadukan dengan semangat nasionalisme dan keadilan sosial.
(Rahman, Nurlela, and Rahmawan 2020).
Muhammadiyah menganggap Pancasila sebagai dasar yang kokoh
untuk membuat Indonesia menjadi negara yang berkeadilan, demokratis, dan
berkeadaban. Mereka mengakui bahwa Pancasila adalah hasil persetujuan dari
berbagai kelompok dan organisasi di Indonesia, termasuk Muhammadiyah.
Akibatnya, Muhammadiyah mendukung Pancasila sebagai ideologi negara
yang inklusif, menghormati kebebasan beragama, dan mendukung persatuan
nasional. Muhammadiyah juga menghargai nilai-nilai Pancasila (Fachruddin
2006).
Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Muhammadiyah
memiliki pendapat yang berbeda tentang bagaimana menginterpretasikan dan
menerapkan Pancasila. Muhammadiyah, seperti organisasi besar lainnya,
memiliki ruang untuk mengemukakan tentang hal-hal yang sesuai dengan
Pancasila. Tetapi secara umum, tokoh Muhammadiyah mengakui dan
menerima Pancasila sebagai ideologi negara yang harus dihargai dan
diterapkan oleh semua warga Indonesia. Muhammadiyah terus berkomitmen
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia melalui program dan
kegiatan yang bertujuan untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila (Kurniawan
2021). Mereka berkomitmen untuk mendorong nilai-nilai keagamaan, sosial,
dan moral yang sejalan dengan semangat Pancasila guna mencapai cita-cita
bangsa yang adil, makmur, dan beradab.
2. Tokoh-Tokoh Muhammadiyah Berperan Dalam Membentuk Dan Memperkuat
Prinsip-Prinsip Pancasila Sebagai Fondasi Negara Indonesia
Beberapa individu menentang frasa tujuh kata yang terdapat pada Piagam
Jakarta yang menyatakan, “Kewajiban Menjalankan Syariat Bagi
pemeluknya" (Faiz 2005). Pada tanggal 08-18-1945, sebuah perselisihan
terjadi mengenai frasa tersebut. Selain memberikan kontribusi yang signifikan,
Kasman Singodimedjo berpartisipasi dalam diskusi dan berhasil
menyelesaikan permasalahan penghapusan frasa tujuh kata tersebut. Beliau
berdiskusi tentang masalah ini dengan Ki Bagus Hadikusumo. Akibatnya,
kesepakatan yang terdiri dari tujuh kata tersebut dihapus dan digantikan
dengan kata "Ketuhanan" sebagai sila pertama, serta ditambahkan kalimat
Yang Maha Esa, sehingga menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Tokoh-
tokoh yang disebutkan sebelumnya juga aktif terlibat dalam BPUPKI dan
PPKI, dalam prinsip yang dirumuskan pada dasar negara. Selain itu, tokoh-
tokoh Muhammadiyah yang lainnya seperti Prof. KH. Abdoel K. Moezakir
dan H. Teuku M. Hasan juga terlibat secara intensif dalam pembuatan dan
penandatanganan Piagam Jakarta sebagai anggota Tim Panitia Sembilan yang
turut menghayati Pembukaan UUD 1945 (Chairil 2010).
Tokoh-tokoh Muhammadiyah memainkan peran penting dalam
membentuk dan memperkuat prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi negara
Indonesia. Berikut adalah beberapa tokoh Muhammadiyah yang berperan
antara lain:
a. KH A. Dahlan
Sebagai tokoh berdiri awalnya Muhammadiyah, KH A. Dahlan
memiliki peran yang signifikan dalam membentuk dan mengembangkan
prinsip-prinsip Pancasila. Beliau mengajarkan pentingnya nilai-nilai Islam
yang universal, termasuk kemanusiaan, keadilan, persamaan, dan persatuan
umat. Pemikiran-pemikiran beliau memberikan kontribusi penting dalam
menggagas nilai-nilai yang kemudian diadopsi dalam Pancasila (Muhammad
2020).
b. KH Abdul W. Chasbullah
KH Abdul W. Chasbullah adalah salah satu tokoh Muhammadiyah
yang turut berperan dalam merumuskan Pancasila. Beliau berkontribusi dalam
mengusulkan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama
Pancasila. Dalam pandangan beliau, prinsip ketuhanan menjadi landasan yang
kuat dalam mempersatukan bangsa Indonesia dengan pluralitas agama yang
ada (Annajmi 2020).
c. KH Mas Mansyur
Tokoh Muhammadiyah lainnya yang berperan dalam memperkuat
prinsip-prinsip Pancasila adalah KH Mas Mansyur. Beliau menekankan
pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam membangun negara yang adil dan
beradab. Pemikiran beliau mengenai perlindungan hak asasi manusia dan
martabat manusia menjadi pijakan dalam merumuskan sila keempat Pancasila
(Aqsha 2005).
d. Prof. Dr. K.H. Ibrahim Hosen
Tokoh Muhammadiyah yang berperan dalam memperkuat prinsip-
prinsip Pancasila adalah Prof. Dr. K.H. Ibrahim Hosen. Beliau merupakan ahli
dalam bidang hukum Islam dan juga aktif sebagai tokoh Muhammadiyah.
Kontribusi beliau terhadap Pancasila terlihat dalam pengembangan prinsip-
prinsip hukum dalam Islam yang searah dengan nilai-nilai Pancasila, seperti
keadilan sosial dan persatuan (Rahmatullah 2015).
e. KH Abdul W. Hasyim
Sebagai tokoh Muhammadiyah yang tidak dapat diabaikan adalah KH
Abdul W. Hasyim. Beliau adalah tokoh Muhammadiyah yang turut serta
dalam perumusan Pancasila. Perjuangan beliau dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia juga berdampak pada pengembangan dan pemantapan
Pancasila sebagai ideologi negara (Fitria 2018).
Akhirnya, kesepakatan dicapai untuk menghapus kata-kata tersebut dan
digantikan dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa". Dalam proses ini, para
tokoh, termasuk tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti KH. Abdoel K.
Moezakir dan H. Teuku M. Hasan, yang terlibat dalam BPUPKI dan PPKI,
aktif dalam merumuskan prinsip dan fondasi negara.
Berdasarkan musyawarah dan kesepakatan tersebut, Bung Hatta
mengajukan perubahan pada naskah Piagam Jakarta di sidang PPKI.
Perubahan tersebut meliputi penggantian "Mukadimah" dengan
"Pembukaan", penggantian frasa tentang kewajiban menjalankan syariat
Islam, dan dihilangkannya aturan tentang kewajiban presiden sebagai
pemeluk agama Islam (Ismail 2017).
Kesepakatan ini disetujui oleh semua pihak yang terlibat. Perubahan ini
menegaskan prinsip dasar negara Indonesia yang inklusif, memagang erat
prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, dan dijadimin dalam kebebasan beragama
bagi seluruh warga Indonesia.
Dengan demikian, peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dan tokoh
lainnya dalam merumuskan dan merevisi naskah Piagam Jakarta serta
pembentukan negara Indonesia menunjukkan upaya untuk mencapai
kesepakatan yang memperkuat dasar negara yang inklusif, menghormati
keberagaman agama, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Peran Tokoh-Tokoh Muhammadiyah Dalam Merumuskan Asas-Asas Yang
Terkandung Dalam 5 dasar Pancasila
Tokoh-tokoh Muhammadiyah berperan penting dalam merumuskan
asas-asas yang terkandung dalam Lima Dasar Pancasila. Berikut adalah peran
mereka dalam merumuskan setiap asas:
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
KH Abdul Wahab Chasbullah: Beliau merupakan tokoh Muhammadiyah
yang berperan dalam merumuskan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai sila pertama dalam Pancasila. Kontribusinya menguatkan aspek
keagamaan dalam Pancasila tanpa mengesampingkan pluralitas agama di
Indonesia (Lestariningsih et al. 2021).
b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
KH Mas Mansyur: Beliau berperan dalam menekankan nilai-nilai
kemanusiaan dalam pembentukan sila kedua Pancasila. Pemikiran beliau
mengenai perlindungan hak asasi manusia dan martabat manusia menjadi
dasar dalam merumuskan asas ini (Aqsha 2005).
c. Persatuan Indonesia:
KH Ahmad Dahlan: Sebagai pendiri Muhammadiyah, beliau mendorong
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui ajaran Islam. Pemikiran
dan upaya beliau dalam mempersatukan umat Islam berkontribusi pada
pembentukan asas persatuan dalam Pancasila (Muhammad 2020).
d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan:
Salah satu tokoh lainnya adalah KH Hasyim Asy'ari. Tokoh adalah pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam yang berbasis masa. Meskipun
bukan anggota Muhammadiyah, tokoh ini memiliki pengaruh besar dan
berkolaborasi dengan Muhammadiyah dalam merumuskan asas demokrasi
dan kebijaksanaan dalam Pancasila (Fadli and Miftahuddin 2019).
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
KH Ahmad Dahlan: Selain berperan dalam asas persatuan, KH Ahmad
Dahlan juga memperjuangkan keadilan sosial sebagai nilai Islam.
Pemikiran beliau tentang pentingnya keadilan sosial diimplementasikan
dalam asas kelima Pancasila (Mulkhan 2010).
Dalam proses merumuskan asas-asas Pancasila, tokoh-tokoh
Muhammadiyah memainkan peran yang signifikan dengan menggagas dan
memperkuat nilai-nilai Islam yang sejalan dengan semangat nasionalisme dan
keadilan sosial. Kontribusi mereka tidak hanya dalam merumuskan asas-asas
Pancasila, tetapi juga dalam memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai tersebut
untuk menciptakan masyarakat yang adil, beradab, dan demokratis di Indonesia.
Kontribusi tokoh-tokoh Muhammadiyah ini, Pancasila merupakan ideologi
negara Indonesia diperkuat dengan nilai keagamaan, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi, kebijaksanaan, dan keadilan sosial. Mereka memiliki peran penting
dalam membentuk dan memperkuat fondasi negara yang inklusif, berkeadilan, dan
demokratis

KESIMPULAN
1. Pandangan para tokoh-tokoh muhammadiyah terhadap konsep Pancasila
adalah
Muhammadiyah mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Mereka mengakui bahwa sebagai ideologi negara, Pancasila harus dipadukan
dengan semangat nasionalisme dan keadilan sosial. Muhammadiyah
memandang Pancasila sebagai landasan yang kokoh untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara yang adil, demokratis, dan beradab. Mereka
mengakui bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan berbagai golongan
dan organisasi di Indonesia, termasuk Muhammadiyah. Oleh karena itu,
Muhammadiyah mendukung Pancasila sebagai ideologi negara inklusif yang
menghormati kebebasan beragama dan mendukung persatuan bangsa.
2. Peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam membentuk dan memperkuat
prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi negara Indonesia adalah Beberapa
individu menentang frasa tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang menyatakan
"Kewajiban Menjalankan Syariat Bagi pemeluknya". Kasman Singodimedjo
dan Ki Bagus Hadikusumo berperan penting dalam membahas dan
menyelesaikan masalah tersebut. Kesepakatan dicapai untuk menghapus kata-
kata tersebut dan digantikan dengan "Ketuhanan Yang Maha Esa". Tokoh-
tokoh Muhammadiyah seperti KH A. Dahlan, KH Abdul W. Chasbullah, KH
Mas Mansyur, Prof. Dr. K.H. Ibrahim Hosen, dan KH Abdul W. Hasyim
berperan dalam memperkuat prinsip-prinsip Pancasila sebagai fondasi negara
Indonesia.
3. Peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam merumuskan asas-asas yang
terkandung dalam Pancasila adalah tokoh-tokoh Muhammadiyah berperan
penting dalam merumuskan asas-asas Pancasila. KH Abdul Wahab
Chasbullah berperan dalam merumuskan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai sila pertama dalam Pancasila. KH Mas Mansyur menekankan nilai-
nilai kemanusiaan dalam pembentukan sila kedua Pancasila. KH Ahmad
Dahlan mendorong persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui ajaran
Islam dan memperjuangkan keadilan sosial sebagai nilai Islam.
Anshari, Saifuddin. 1997. Piagam Jakarta, 22 Juni 1945: sebuah konsensus nasional
tentang dasar negara Republik Indonesia (1945-1959) (Gema Insani).
Hasanah, Uswatun, and Aan Budianto. 2020. 'Pemikiran Soekarno Dalam Perumusan
Pancasila', Jurnal Candi, 20: 31-53.
Roem, Muhammad. 1972. 'Lahirnya Pancasila 1945', Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta:
Sinar Huday.
Suasana, Ene Siti. 2019. 'Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah Perspektif
Muhammadiyah', UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SMH BANTEN.

Anda mungkin juga menyukai