Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Histori Pancasila

Pancasila telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa sebagai dasar filsafat Negara melalui
pengadilan, penyerapan, kontekstualisasi, rasionalisasi, dan aktualisasi. Karena keberanian dan
kreatifitas para pendiri bangsa tersebutlah yang berhasil menerobos batas-batas formalitas yang
dapat menjadi pelajaran bagi generasi sekarang. Rintisan gagasan untuk mencari dasar negara
sudah dimulai jauh sebelum para tokoh kebangsaan bersidang pada sidang BPUPKI tahun 1945.
Fakta rintisan gagasan untuk mencari dasar negara tersebut dimulai sejak tahun 1924,
Perhimpunan Indonesia di Belanda, merumuskan konsepsi ideologi politik dalam 4 prinsip, yaitu
persatuan nasional, non-kooperasi, kemandirian, dan solidaritas. Konsep ideologi politik
Perhimpunan Indonesia tersebut, merupakan sintesis dari ideologi politik beberapa organisasi
pergerakan yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, persatuan nasional merupakan tema utama
dari National Indische Partiji ( Partai Hindia). Indische Partiji sendiri adalah partai politik
pertama di Hindia Belanda, berdiri pada tanggal 25 Desember 1912. Didirikan oleh tiga
serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suardi Suryaningrat
yang merupakan organisasi orang-orang Indonesia dan Eropa di Indonesia. Non-kooperasi
merupakan platform politik kaum komusis dan kemandirian merepakan tema utama Serikat
Islam. Serikat Islam merupakan organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia yang didirikan
pada tanggal 16 Oktober 1905. Pada awalnya organisasi yang di bentuk oleh Haji Samanhudi
dan kawan-kawan ini adalah perkumpulan pedagang-pedagang islam yang menentang politik
Belanda memberi keleluasaan masuknya pedagang asinguntuk menguasai komplar ekonomi
rakyat pada masa itu. Sementara itu, solidaritas merupakan simpul yang menyatukan ke tiga
tema utama tersebut.

Selanjutnya, Tan Malaka sekitar tahun 1924-an menulis sebuah buku yang berjudul Naar de
“Republik Indonesia” atau Menuju Republik Indonesia. Dalam bukunya tersebut Tan Malaka
memberi penekanan bahwa paham kedaulatan rakyat atau demokrasi memiliki akar yang kuat
dalam tradisi masyarakat nusantara. Pada masa yang hampir bersamaan, Tjokroaminoto mulai
mengidealisasikan suatu sintesis antara islam, sosialisme, dan demokrasi. Ilyas Ja’kub dan
Muchtar Lutfi yang merupakan pemimpin Perhimpunan Mahasiswa Nusantara di Kairo,
sepulangnya ke tanah air, mendirikan Persatuan Muslim Indonesia (PMI) pada tahun 1930
dengan selogan “islam dan kebangsaan”. Persatuan Muslim Indonesia atau disingkat Permi
merupakan partai politik beraliran nasionalisme islam yang didirikan di Padang Panjang.

Uraian tersebur merupakan catatan sejarah secara ringkas dari aktifitas para mahasiswa nusantara
yang belajar di luar negri, mereka sangat terobsesi dengan ideology nasional. Sedangkan tokoh-
tokoh mahasiswa di dalam negri pada tahun 1926, Soekarno selaku tokoh pergerakan pemuda di
Bandung menulis essay dalam majalah Indonesia Muda dengan judul “Nasionalisme, Islamisme,
dan Marxisme” yang mengidealkan sintesis dari ideologi-ideologi besar tersebut. Tujuan
Soekarno dalam mencari senyawa antar ideologi dalam rangka konstruksi kebangsaan dan
kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1932 Soekarno mengkonstruksi sintesis dari tiga unsur
ideologi tersebut dalam istilah sosio nasionalisme dan sosio demokrasi. Setelah Soekarno
dibuang ke NT oleh Belanda, lahirlah istilah sosio religius, pada titik ini kandungan pancasila
telah menemukan titik awalnya.

Yang dapat dipandang sebagai monument hasil pencarian sintesis gagasan antar ideologi tersebut
adalah Sumpah Pemuda, yang berlangsung pada tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini dapat dilihat
dari visi Sumpah Pemuda yaitu mempertautkan segala keragaman gagasan dalam satu kesatuan
tanah air dan bangsa serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pertukaran pikiran
antar ideologis secara horizontal dan antar generasi secara vertical, pada akhirnya buka hanya
melahirkan antithesis melainkan juga sintesis, misalnya tergambar pada sidang BPUPKI. Badan
Penyelidik Uaha-usaha Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI) atau Dukoritsu Junbi Cusakai
dibentuk pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai oleh Dr.K.R.T. Radjiman Wediodiningrat.
Masa persidangan BPUPKI dilaksanakan pada 28 Mei 1945 dan mulai bersidang pada 29 Mei
sampai 1 Juni 1945. Pada awal persidangan Dr. Radjiman Wideodiningrat mengajukan
pertanyaan tentang apa yang akan menjadi dasar negara Indonesia Merdeka. Lebih dari 30
pembicara mengemukakan pendapatnya, nilai ketuhanan di kemukakan oleh Muhammad Yamin,
Wiranatakoesoema, Soerio, Soesanto Tirtiprodjo, Dasaad, Agoes Salim, Abdoelrachim
Patalykrama, Abdul Kadir, K.H Sanoesi, Ki Bagoes Hadikoesomo, Soepomo dan Moh. Hatta.
Nilai kemanusiaan dikemukakan oleh radjiman wediodiningrat, Muhammad Yamin, Wiranata
Koesoema, Woerjaningrat, Soesanto Tirtiprodjo, Wongsonagoro, Soepomo, Liem Koen Hian,
Dank I Bagoes Hadijoesomo. Nilai persatuan dikemukakan oleh Muhammad Yamin,
Sosrodiningrat, Wiranakoesoema, Woerjaningrat, Soerio, Soesanto Tirtoprodjo, Abdoelrachim
Pratalykrama, Soekiman, Abdul Kadir, Soepomo, Dahler, dan Ki Bagoes Hadikoesomo. Nilai
demokrasi dan permusyawaratan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Woerjaningrat,
Soesanto Tirtiprodjo, Abdoelrachim Patalykrama, Ki Bagoes Hadokoesomo, dan Soepomo. Nilai
keadilan atau kesejahteraan sosial dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Soerio, Abdoelrachim
Pratalykrama, Abdul Kadir, Soepomo, dan Ki Nagoes Hadikisumo. Dari nama-nama diatas
tampak bahwa secara substabtif nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut sama-sama
diusung baik dari yang bergolongan nasionalis maupun dari golongan islam. Pendidikan
pancasila dalam konteks ini merupakan ikhtiar pedaginis untuk tetap menjadikan pancasila
sebagai karakter dan haluan bersama, sebagai titik temu, titik tumpu dan titik tuju bangsa
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai