1. Moh. Yamin
Pemuda merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pada
masa perjuangan, pemuda berperan melawan penjajah baik secara fisik maupun diplomatik.
Salah satu tokoh pemuda yang berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
adalah Mohammad Yamin.
Berikut bentuk perlawanan moh. Yamin dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Tokoh pemuda yang pertama kali menyampaikan gagasan tentang penggunaan bahasa
Melayu sebagai bahasa Indonesia ialah Mohammad Yamin.
Sejak aktif memimpin Jong Sumatranen Bond, ia kerap mengemukakan gagasan tentang
persatuan Indonesia. Sebagai seorang penyair, Mohammad Yamin meyakini bahwa salah
satu cara untuk bisa menyatukan bangsa adalah lewat bahasa.
Pada Kongres Pemuda I yang dilaksanakan 30 April hingga 2 Mei 1926, Mohammad Yamin
menyampaikan pidatonya yang bertajuk, "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di
Masa Mendatang." Isi dari pidato tersebut adalah, Mohammad Yamin menggagas agar
bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan.
Saat itu, terdapat sejumlah organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan dan
mengutamakan kepentingan sukunya masing-masing. Salah satu organisasi pemuda
kedaerahan tersebut adalah Jong Sumatranen Bond, yang dipimpin oleh Mohammad Yamin.
Seiring berjalannya waktu, para kelompok pemuda mulai menyadari untuk menyatukan
perjuangan demi kepentingan bangsa, tidak lagi mengutamakan kepentingan sendiri. Akan
tetapi, upaya peleburan organisasi pemuda ini ditolak oleh Mohammad Yamin. Mohammad
Yamin lebih memilih untuk membentuk federasi dari setiap perkumpulan yang ada.
Alasannya, karena perkumpulan dari setiap daerah diyakini lebih bisa bergerak leluasa tanpa
adanya aturan yang membatasi pergerakan.
Sampai Kongres Pemuda II digelar, Mohammad Yamin masih menolak dilakukannya fusi.
Kendati demikian, Mohammad Yamin tidak ingin Kongres Pemuda II berakhir tanpa hasil
apa-apa. Sewaktu kongres berlangsung, Mohammad Yamin menulis gagasan Sumpah
Pemuda dalam sebuah kertas. Kemudian, kertas itu ia sodorkan kepada Ketua Kongres,
Soegondo Djojopoespito. Hingga saat ini, setiap tanggal 28 Oktober akan diperingati
sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Rumusan dasar negara yang diajukan Mohammad Yamin adalah sebagai berikut. Peri
Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat
Selain itu, ia menyampaikan bahwa negara kesatuan harus menjalankan dua prinsip, yaitu
dekonsentrasi dan desentralisasi. Mohammad Yamin juga mengusulkan agar hak asasi
manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara. Setelah BPUPKI, Mohammad Yamin
diketahui menjadi anggota PPKI dan Panitia Sembilan yang merancang Pembukaan UUD
1945.
Organisasi ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia dan berusaha untuk
meningkatkan kemajuan penghidupan bangsa dengan cara mencerdaskan rakyatnya. Tujuan
tersebut lantas menarik perhatian beberapa tokoh terkemuka, salah satunya Ki Hajar
Dewantara.
Dalam organisasi Budi Utomo, Ki Hajar Dewantara berperan sebagai tokoh propaganda
untuk menyadarkan masyarakat pribumi mengenai pentingnya semangat kebersamaan dan
persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Mendirikan Indishe Partij
Awalnya, Ki Hajar Dewantara hanya seorang penulis dan jurnalis yang kemudian menjadi
aktivis kebangsaan. Ia diketahui tergabung dalam tokoh Tiga Serangkai bersama Douwes
Dekker dan Tjipto Mangunkusumo yang mendirikan sebuah organisasi bernama Indische
Partij (IP). Berawal dari mendirikan IP pada 25 Desember 1912, Ki Hajar Dewantara
menyadari bahwa jalan untuk melawan kolonialisme dimulai dari pendidikan.
Setelah Indische Partij dibentuk, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker, dan Tjipto
Mangunkusumo melakukan pengajuan status badan hukum bagi organisasinya kepada
Belanda.
Namun, Gubernur Belanda Jenderal Idenburg menolak pengajuan status badan hukum
tersebut karena IP dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan bergerak
dalam satu-kesatuan untuk menentang Belanda.
Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah bernama Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli
1922. Lewat Taman Siswa, ia berusaha memadupadankan pendidikan gaya Eropa dengan
Jawa tradisional.
Mencetuskan Pancadharma
Selain mencetuskan tiga semboyan, Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan lima asas
pendidikan yang dikenal dengan Pancadharma, yakni:
- Kodrat alam
- Kemerdekaan
- Kebudayaan
- Kebangsaan
- Kemanusiaan
Asas kodrat alam yaitu meyakini secara kodrati akal pikiran manusia dapat berkembang
dan dikembangkan.
Selanjutnya kemerdekaan, yang berarti para peserta didik diarahkan untuk merdeka
batin, pikiran dan tenaganya.
Asas ketiga ialah kebudayaan. Asas ini ingin menyadarkan peserta didik bahwa
pendidikan didasari sebagai sebuah proses yang dinamis dan tidak berhenti.
asas kebangsaan. Asas kebangsaan ini memperjuangkan prinsip rasa kebangsaan yang
harus tumbuh dalam dunia pengajaran.
Pancadharma yang terakhir adalah asas kemanusiaan. Asas ini menempatkan posisi
manusia Indonesia dalam hubungan persahabatan antarbangsa.
3. RA. Kartini
Berkat kegigihan Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di
Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun,
Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan
Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh politik Etis.
Wafatnya R.A Kartini tidak mengakhiri perjuangannya. Salah satu temannya di Belanda,
yaitu Mr. J.H. Abendanon yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama
dan Kerajinan Hindia Belanda, mengumpulkan surat-surat Kartini yang pernah
dikirimkan oleh Kartini kepada dirinya.
Abendanon membukukan surat tersebut dan memberi judul yaitu Door Duisternis tot
Licht yang berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya" atau yang bisa disebut Habis Gelap
Terbitlah Terang. Buku tersebut dicetak pada tahun 1911. Di dalam buku tersebut
menunjukkan perubahan pola pikir Kartini.
Buku tersebut mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi kala
itu. Tulisan dari buku Kartini juga menginspirasi W.R Soepratman dalam menulis lagu
Ibu Kita Kartini.