Mata Kuliah:
Sejarah
3. PNI Baru
PNI Baru didirikan oleh Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir di Yogyakarta pada tanggal 25-27
Desember 1931.
Partai ini didirikan oleh pemimpin yang tidak setuju dengan pembubaran partai PNI lama.
Pemerintah Belanda menganggap aksi-aksi PNI Baru membahayakan, karena itu juga dikenai sanksi
sehingga PNI Baru tidak bisa bergerak.
Dan pada tahun 1934 Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Digul.
4. Parindra
Parindra didirikan pada tanggal 24-26 Desember 1935 oleh Dr.Sutomo dkk.
Pembentukan Parindra bermula dari keinginan golongan priayi cendekiawan Jawa untuk
membentuk wadah perjuangan politik demi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada tahun 1937, partai ini memiliki anggota lebih dari 4.600 orang dari seluruh Indonesia.
Gerakan politik Parindra bersifat kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda.
Parindra menempuh jalur politik, sosial dan ekonomi untuk mewujudkan cita-cita
persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
6. Aisyah
Didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan (H. Siti Walidah) pada tanggal
19 Mei 1917.
Peran penting Aisyah adalah memajukan pendidikan
umum dan agama bagi kamu wanita.
Kegiatan lainnya seperti menanamkan rasa nasionalisme
dan kebangsaan serta memelihara anak yatim.
Di zaman sekarang, organisasi Aisyah masih berdiri kokoh memperjuangkan
wanita. Wujud nyata dapat kita lihat yaitu didirikannya ribuan TK (taman kanak-kanak), SD (sekolah
dasar), hingga perguruan tinggi (Universitas).
7. Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia)
Berdiri pada tanggal 4 Juli 1950 di Semarang dan diketuai oleh Umi Sardjono.
Gerwani merupakan organisasi perempuan yang menginginkan agar perempuan bisa mandiri,
berdikari, berdaya, dan bekerja keras.
Pada tahun 1955, Gerwani mulai menitikberatkan perhatiannya pada pemilu 1955.
Gerwani memutuskan untuk ambil bagian dan mendukung kampanye untuk para calon PKI.
Sebanyak 23.480 orang anggota Gerwani ikut di dalam kegiatan kampanye pemilu 1955 ini
(Wieringa, 1998).
Setelah Gerakan 30 September 1965 meletus, Gerwani musnah.
b. Rapat Kedua
Rapat kedua bertempat di Gedung Oost-Java Bioscoop di tanggal 28 Oktober 1928.
Rapat kedua ini banyak membahas seputar pendidikan.
Di hari kedua ini yang jadi pembicara adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.
c. Rapat Ketiga
Rapat ketiga, sekaligus menutup kongres dilakukan gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan
Kramat Raya 106.
Sunario menjadi pembicara memberikan penjelasan akan pentingnya nasionalisme dan demokrasi
mengiringi gerakan kepanduan.
Ramelan yang ikut menjadi pembicara di rapat ketiga ini mengatakan bahwa gerakan
kepanduan tidak boleh dipisahkan dari pergerakan nasional.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari: