Anda di halaman 1dari 4

Nama : Erlina Sofiana

NPM : 200102253
Kelas : 3G
Mata Kuliah : Pendidikan kewarganegaraan

1. Pemikiran besar tentang watak nasionalisme Indonesia diantaranya Paham ke-Islaman,


Marxisme dan nasionalisme Indonesia.
Penjelasan:
a. Paham Ke-Islaman
Para analisis nasionalisme beranggapan bahwa Islam memegang peran sangat
penting dalam pembentukan nasionalisme ini. Seperti yang di ungkapakan oleh
pengkaji nasionalisme Indonesia George Mc. Turnan Kahin bahwa islam yang di
sebutnya dengan istilah agama Muhammad bukan saja merupakan mata rantai yang
mengikat tali persatuan, melainkan juga merupakan symbol persamaan nasib (in
group) menentang penjajahan asing dan penindas yang berasal dari agama lain.
Pandangan senada dikemukakan pula oleh fred R. Von der Machden sebagai mana
di kutip bahtiar Effendy bahwa islam merupakan sarana yang paling jelas, baik untuk
membangun rasa persatuan nasional maupun untuk membedakan masyarakat
Indonesia dari kaum penjajah Belanda. Lebih lanjut Machden menegaskan bahwa
satu-satunya ikatan universal yang tersedia diluar kekuasaan colonial adalah islam.
b. Marxisme
Paham Marxisme pada mulanya berkembang di luar gerakan-gerakan kebangsaan
pribumi yang lahir pada 1912 yang menyerukan paham kesetaraan ras,keadilan
social-ekonomi dan kemerdekaan,yang didasarkan pada kerjasama Eropa-
Indonesia.Pada akhirnya menjadi cikal bakal partai komunis Indonesia yang
sepenuhnya beraliran komunis yang dilahirkan oleh dua aktivis Sarekat Islam (SI)
cabang Semarang yakni Semaung dan Darsono.
c. Nasionalisme Indonesia
d. Dalam perkembangan selanjutnya, Soerkarno yang juga di kenal sebaagai murid
tokoh Sarekat Islam (SI) Tjokroaminoto mendirikan organisasi politik sendiri yang
menggembangkan paham ideologi politik itu kemudian didirikan pada 1927 dengan
nama Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tujuan seperti organisasi-organisasi
sejenis lainnya.Yang menyempurnakan kemerdekaan Indonesia, baik ekonomi
maupun politik dengan pemerintahan yang di pilih oleh dan bertanggung jawab
kepada seluruh rakyat Indonesia.Disadari oleh semangat persatuan seluruh rakyat
Indonesia untuk merebut kemerdekaan, tersebut, PNI di bawah kemempinan
Soekarno membangun semangat nasionalismenya kepada paham ideologi
(nasionalisme).
Menjelang kemerdekaan, gerakan nasionalis yang di motori oleh Soekarno
berhadap dengan kekuatan politik Islam dalam konteks hubungan agama (Islam) dan
negara dalam sebuah negara Indonesia merdeka. Konsep nasionalisme Soekarno
mendapat kritikan dari kalangan islam.Tokoh Islam Moehammad Natsir
menghawatirkan paham nasionalisme Soekarno dapat berkembang menjadi sikap
pafatisme buta (ashabiyah) kepada tanah air.Bagi umat Islam Indonesia akan
berakbiat pada pengurusnya tali persaudaraan internasional Umat Islam dari
saudara seimannya. Menghadapi kritikan,dari kalangan Islam Soekarno membantah
tuduhan kalangan Islama terhadap gagasan nasionalismenya. Menurutnya,
nasionalisme yang di suarakannya, bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit,
tiruan dari barat atau berwatak cahuvinisme. Menurutnya nasionalisme yang
dikembangkan nasionalisme Eropa.Selain mengungkapkan keyakinan watak
nasionalisme yang penuh nilai-nilai kemanusiaan,Soekarno juga menyakinkan pihak-
pihak yang berseberangan pandangan bahwa kelompok nasional dapat berkerja
sama dengan kelompok mana pun baik golongan Islam maupun Marxis.

2. Relevansi (kaitan) dan urgensi identitas nasional bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
perkembangan zaman dan kemajuan IPTEK!
Fungsi identitas nasional yaitu:sebagai pemersatu bangsa, sebagai ciri khas yang
membedakan sebuah bangsa dari bangsa yang lain, sebagai pegangan atau landasan bagi
sebuah negara untuk berkembang atau mewujudkan potensi yang dimiliki. Lalu bagaimana
pengaruh teknologi terhadap identitas nasional ?
Teknologi merupakan bagian yang tidak terpisah pada saat ini, Teknologi mempunyai
dampak positif dan dampak negatif terhadap identitas bangsa Indonesia. Dampak positifnya
adalah sikap etos kerja yang tinggi dan disiplin dari negara maju yang harus kita tiru demi
kemajuan identitas bangsa Indonesia.Melalui teknologi kita juga dapat mengakses ilmu
pengetahuan yang dapat meningkatkan pola pikir masyarakat yang kritis yang juga bisa
menghindari dari ancaman dari luar serta melalui teknologi tiap daerah dapat membagikan
informasi mengenai perkembangan di daerah tersebut yang membuat daerah tersebut
dapat di kenal oleh masyarakat.Teknologi juga dapat menghilangkan budaya Indonesia yang
menjadi identitas bangsa Indonesia seperti, tarian, musik, makanan dan lain-lainnya.Oleh
karena itu di butuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam
rangka mempertahankan identitas bangsa Indonesia di tengah pesatnya era teknologi.
Jangan sampai budaya kita menjadi hilang bahkan bisa diklaim oleh negara lain suatu saat
nanti.

3. Berkaitan dengan prolehan hak, ada 2 teori yang dapat digunakan sebagai pedoman yaitu :
a. Teori McCloskey
Dalam teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk dilakukan,
dimiliki dan dinikmati atau sudah dilakukan.
b. Teori Joel Feinbreg
Teori Joel Feinberg dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan kesatuan
dari klaim yang absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disrertai
pelaksanaan kewajiban).

4. Perkembangan HAM di Indonesia


a) Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran HAM pada masa sebelum kemerdekaan dapat dilihat dalam sejarah kemunculan
organisasi. Pergerakan Nasonal Budi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1911), Indesche Partij
(1912), Perhimpunan Indonesia (1925), Partai Nasional Indonesia (1927). Lahirnya
pergerakan–pergerakan yang menjunjung berdirinya HAM seperti ini tak lepas dari
pelangaran HAM yang dilakukan oleh penguasa (penjajah). Dalam sejarah pemikiran HAM di
Indonesia Boedi Oetomo merupakan organisasi pertama yang menyuarakan kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi-petisi yang di tunjukan ke pada
pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.
b) Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)
Perdebatan tentang HAM berlanjut sampai periode paska kemrdekaan:
1. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode ini menekankan wacana untuk merdeka (Self
Determination), hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik mulai
didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di
Parlemen.
2. Periode 1950-1959
Periode ini dikenal dengan periode parlementer, menurut catatan Bagir Manan,
masa gemilang sejarah HAM di Indonesia tercrmin dalam empat indikator
HAM.Munculnya partai politik dengan berbagai idiologi, adanya kebebasan pers,
pelaksanan pemilihan umum secara aman, bebas dan demokratris, kontrol parlemen
atas eksekutif.
3. Periode 1959-1966
4. Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi liberal dan digantikan dengan
demokrasi terpimpin yang terpusat pada kekuasan persiden Seokarno, demokrasi
terpimpin (Guided Democracy) tidak lain sebagai bentuk penolakan presiden
Seokarno terhadap demokrasi parlementer yang dinilai merupakan produk
barat.Melalui sistem demokrasi terpimpin kekuasan terpusat di tangan persiden.
Persiden tidak dapat dikontrol oleh parlemen. Sebaliknya parlemen dikendalikan
oleh persiden. Kekuasaan persiden Sokarno bersifat absolut, bahkan dinobatkan
sebagai persiden seumur hidup. Dan akhir pemerintahan peresiden Seokarno
sekaligus sebagai awal Era pemerintahan orde baru yaitu masa pemerintahan
presiden Seoharto.

5. Demokrasi di Indonesia adalah Demokrasi pancasila, sehingga demokrasi di Indonesia


memiliki ciri khas sebagai berikut:
 Bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
 Menghargai hak-hak asasi manusia serta menjamin adanya hak-hak Minoritas.
 Pengambilan keputusan berdasarkan asa musyawarah untuk mufakat.
 Bersendikan hukum, rakyat berhak ikut secara efektif untuk menentukan kehidupan
bangsa dan negara.

6. Demokrasi dan HAM di Indonesia pasca era reformasi :


a.Demokrasi Indonesia periode reformasi (1998-sekarang)
Soeharto terpilih kembali sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR pada Maret
1998.Tetapi penyimpangan-penyimpangan pada masa pemerintahan Orde Baru membawa
Indonesia pada krisis multidimensi, diawali krisis moneter yang tidak kunjung reda.Krisis
moneter membawa akibat terjadinya krisis politik, di mana tingkat kepercayaan rakyat
terhadap pemerintah begitu kecil.Kerusuhan-kerusuhan terjadi hampir di setiap daerah di
Indonesia.Akibatnya pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto
terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan politik baik dari luar maupun
dalam negeri.Dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat, secara terbuka meminta
Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden.

b.Lengsernya Soeharto
Tekanan massa mencapai puncaknya ketika sekitar 15.000 mahasiswa mengambil alih
Gedung DPR/MPR. Akibatnya proses politik nasional praktis lumpuh.Soeharto ingin
menyelamatkan kursi kepresidenan dengan menawarkan berbagai langkah. Seperti
perombakan (reshuffle) kabinet dan membentuk Dewan Reformasi.Tetapi pada akhirnya
Presiden Soeharto tidak punya pilihan lain kecuali mundur dari jabatannya.Presiden
Soeharto pada 21 Mei 1998 di Istana Merdeka menyatakan berhenti sebagai
Presiden.Dengan menggunakan UUD 1945 pasal 8, Soeharto segera mengatur agar Wakil
Presiden Habibie disumpah sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung.Karena DPR
tidak dapat berfungsi akibat mahasiswa mengambil alih gedung DPR.Kepemimpinan
Indonesia segera beralih dari Soeharto ke BJ Habibie. Hal ini merupakan jalan baru demi
terbukanya proses demokratisasi di Indonesia.Kendati diliputi kontroversi tentang status
hukumnya, pemerintahan Presiden BJ Habibie mampu bertahan selama satu tahun
kepeminpinan.

Anda mungkin juga menyukai