Anda di halaman 1dari 6

RESUME

TOKOH MUHAMMADIYAH
Dr. dr Ahmad Watik Pratiknya
Tugas ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu: Nurohmah, S.ST.,M.HSc

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Ninna Maelani 512022032
Ananda Rizqia 512022039
Siti Sindi Widiati Robi’ah 512022052
Syifa Krisna Hasnamuntaz 512022057
Isna Safitri 512022066
Ratnasari 512022076

KELAS B

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
TAHUN 2022/2023
I. Biografi Dr. dr Ahmad Watik Pratiknya
 Pak Watik, demikian sapaan akrabnya, dikenal sebagai aktivis yang komplit.
Beliau, yang lahir di Banjarnegara pada 8 Februari 1948, adalah seorang
konseptor, pekerja keras, dan penceramah andal.
 Pendidikan formal Pak Watik dimulai di Sekolah Rakyat, lulus tahun 1960.
Kemudian beliau menamatkan Sekolah Menengah Pertama pada 1963 dan
Sekolah Menengah Atas pada 1966.
 Pak Watik aktivis yang teruji. Beliau tipe organisatoris dan itu sudah dimulai
sejak di SMA. Saat itu beliau aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII), di
Banjarnegara. Kemudian, aktivitasnya itu, terus berlanjut yaitu di PII
Yogyakarta Besar saat kuliah di UGM.
 Beliau menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran UGM pada
tahun 1977. Gelar Doktor kemudian beliau peroleh dari kampus yang sama
pada 1983 dengan keahlian anatomi pembedahan.
 Beliau merupakan aktivis yang berlatar belakang akademisi, profesional, dan
atau teknokrat. Sebagai akademisi beliau adalah seorang dosen ahli anatomi
pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebagai
profesional beliau adalah seorang dokter bedah. Sebagai teknokrat beliau
pernah menjadi Sekretaris Wakil Presiden dan Presiden Republik Indonesia,
Presiden B.J. Habibie, dan beberapa jabatan birokrasi lainnya. Dan sebagai
aktivis beliau aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII),
Muhammadiyah, dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
 Pak Watik telah menulis setidaknya 10 buku dan menjadi editor sedikitnya
tujuh buku. Sebagai seorang dokter, sumbangsih besarnya dalam dunia
kedokteran tertuang lewat buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan.
 Selain menghasilkan banyak karya ilmiah yang terkait dengan ilmu
kedokteran, Pak Watik juga karya bertema dakwah. Misalnya, dia menyunting

2
buku bagus berjudul Pesan Perjuangan Seorang Bapak; Percakapan
Antargenerasi. Buku itu memuat hasil serangkaian wawancara pada 1986-
1987 dari lima tokoh muda dengan Dr Mohammad Natsir yang pernah
memimpin Masyumi dan pernah menjadi Perdana Menteri RI. Adapu.n lima
tokoh muda itu adalah Endang Saifuddin Anshari, Yahya A. Muhaimin,
Kuntowijoyo, Amien Rais, dan Ahmad Watik Pratiknya.
 Dr dr Ahmad Watik Pratiknya wafat hari Jum’at, tanggal 19 Februari 2016,
dalam usia 68 tahun di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), salah satu rumah
sakit yang didedikasikan oleh Muhammadiyah untuk bangsa dan kemanusiaan
di mana beliau sendiri menjadi ketua Badan Pembina Harian (BPH)-nya
selama lebih dari sepuluh tahun.

II. Ketauladanan Dr. dr. Ahmad Watik Pratiknya


Sebagai seorang yang pernah bersama dalam jajaran Pimpinan Pusat (PP)
Muhammadiyah (periode 2000-2005). Pak Watik adalah seorang organisator
handal dan aktivis gerakan Islam par excellence. Beliau seorang konseptor,
organisator, dan administrator yang sangat piawai (canggih). Sebagai orang
gerakan, Pak Watik menghabiskan hampir seluruh hidupnya dalam gerakan Islam.
Sejak usia belia, beliau telah menjadi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), sebuah
organisasi pelajar Islam yang dikenal sangat ideologis dan militan yang
melahirkan banyak sekali kader-kader umat dan bangsa yang malang melintang
dalam blantika perpolitikan nasional.
Ketika menjadi seorang profesional dan dosen di Universitas Gadjah
Mada, beliau bukan hanya rajin memberikan khutbah dan ceramah pengajian,
melainkan juga memelopori gerakan dakwah kampus dengan merintis pendirian
Yayasan Salahudin. Bersama-sama dengan Dr Amin Rais, Dr Zulkifli Halim, dan
almarhum Dr Said Tuhuleley, melalui Yayasan Salahudin itu Pak Watik
memperkenalkan apa yang dikenal dengan Bengkel Dakwah dan Peta Dakwah

3
secara sangat saintifik. Sebuah gerakan dakwah, baginya, haruslah dilakukan
dengan berdasarkan peta yang akurat dan data yang valid sehingga pesan-pesan
dakwah dapat benar-benar mencapai sasaran sesuai dengan visi dan misi dakwah.
Setelah beliau masuk menjadi anggota Majelis Tabligh PP
Muhammadiyah (1985-1990) proyek Peta Dakwah dan Bengkel Dakwah yang
semula hanya berjalan dalam lingkup Yayasan Salahuddin itu masuk menjadi
program utama Muhammadiyah sehingga menjadi semakin berdimensi nasional.
Sebagai organisator yang ulung yang sangat cerdas pikiran-pikiran beliau sangat
mewarnai gerakan Muhammadiyah sehingga benar-benar menjadi gerakan
dakwah Islam yang secara organisasional modern dan tidak miopik, sebuah kata
yang sangat sering diucapkannya. Keterlibatannya dalam Muhammadiyah
semakin intensif dan ekstensif ketika beliau terpilih dalam jajaran elite 13 PP
Muhammadiyah (periode 1990-1995, 1995-2000, dan 2000-2005).
Tidak cukup dengan itu, sebagai kader umat dan kader bangsa, Pak Watik
juga menjadi salah seorang tokoh Islam yang ikut membidani kelahiran ICMI
(Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) pada tahun 1990. Sejak saat itu, beliau
dikenal sangat dekat dengan Prof Dr BJ Habibie dan tetap setia menemaninya
baik selama yang terakhir ini menjabat Menteri Riset dan Teknologi, Ketua
Umum ICMI, Wakil Presiden Republik Indonesia (1998) dan Presiden Republik
Indonesia (1998-1999), maupun ketika beliau tidak lagi memegang kekuasaan
apapun. Sampai akhir hayatnya, Pak Watik menjadi Direktur The Habibie Center
(THC), sebagai manifestasi kesetiaan beliau menemani Prof BJ Habibie
membangun bangsa.
Di kenal sebagai Tokoh yang setia
Kesetiaan Pak Watik terhadap Bapak Prof Dr BJ Habibie bukanlah
kesetiaan seorang politikus, melainkan kesetiaan seorang teman dan sahabat.
Kesetiaan tanpa pamrih. Bayangkan, bahkan ketika Prof BJ Habibie menjadi
Presiden RI sekalipun, Pak Watik tidak berharap menjadi menteri. Dan memang
nyatanya beliau tidak masuk ke dalam kabinet. Tetapi Pak Watik tetap dengan

4
setia membantu dan menemani Prof Dr BJ Habibie. Bahkan hal itu tetap
dilakukannya ketika beliau lengser keprabon dengan penuh kenegarawanan. A
friend in need is a friend in deed, teman di waktu susah itulah teman yang
sebenarnya.
Sikap kesetiaan terhadap teman juga tampak dalam persahabatannya
dengan Prof Amien Rais dan Prof Syafii Maarif. Seperti telah diketahui Pak
Watik masuk gerbong Majelis Tabligh PP Muhammadiyah (1985-1990) diajak
oleh Prof Amien Rais yang terpilih dalam Muktamar ke-42 sebagai anggota Pleno
13 PP sekaligus merangkap Ketua Majelis Tabligh. Bersama-sama dengan Pak
Watik masuklah ke dalam gerbong itu Prof Syafii Maarif, Dr Kuntowijoyo, Dr
Simuh, dan lain-lainnya. Dan ternyata lima tahun kemudian (dalam Muktamar ke-
43 tahun 1995), Pak Watik dan Buya Syafii Maarif terpilih juga menjadi 13
anggota PP Muhammadiyah bersama-sama Dr Amien Rais yang terpilih kembali
sebagai Ketua.
Semua orang tahu betapa rukun dan kompaknya trio Muhammad Amien
Rais-Ahmad Syafii Maarif-Ahmad Watik Praktiknya dalam Majelis Tabligh dan
PP Muhammadiyah ketika itu. Maka betapa terkejutnya kami anak-anak muda
Muhammadiyah ketika dalam suasana dinamika politik 1999-2004, apalagi
menjelang Pemilu Presiden Tahun 2004, sempat mendengar sinyalemen bahwa
hubungan antara tiga pendekar Muhammadiyah itu sempat renggang, atau bahkan
retak. Tentu kabar tersebut terbukti hanyalah sinyalemen belaka yang tidak
mengandung kebenaran. Pasalnya, Pak Watik Pratiknya dan Buya Syafii Maarif
terlibat aktif dalam Tim Menara, sebuah Tim Sukses untuk Calon Presiden Amien
Rais (2004) yang dipimpin oleh Dr Din Syamsuddin, yang berpusat di Jl Menteng
Raya 62, Jakarta Pusat. Mereka bertiga kompak dan setia sepanjang masa.
Pak Watik menjadi contoh yang sangat bagus akan pentingnya menjaga
sebuah persahabatan dan persaudaraan. Pak Watik menjadi inspirasi bagi generasi
muda. Sabtu, 20 Februari 2016, malam ba’dha Isya’, bersama Ibu Watik
Pratiknya dan semua putra-putrinya, kami berdoa dipimpin oleh Prof Din

5
Syamsuddin dan bercengkerama selama hampir dua jam mengenang aktivisme
almarhum selama ini. Terkenang lah kami pada sabda Nabi Muhammad saw
bahwa “Jika mati anak Adam maka putuslah amalnya, kecuali mereka yang
memiliki tiga hal: amal atau shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak-
anak yang salih yang senantiasa mendoakannya” (al-Hadits). Kami yakin, Pak
Watik Pratiknya wafat dengan meninggalkan ketiganya sekaligus! Insya Allah.

III.Ibrah yang dapat diambil


Setelah mempelajari biografi dan kisah dari Dr dr Ahmad Watik Pratiknya diatas,
banyak sekali ibrah yang dapat diambil, diantaranya:
1. Menjadi sosok yang setia terhadap teman
2. Menjadi sosok pemimpin yang bertanggungjawab
3. Menjadi sosok yang memiliki jiwa pemimpin
4. Menjadi sosok yang tidak hanya memiliki status Pendidikan yang tinggi tetapi
juga budi pekerti yang baik
5. Menjadi sosok yang pekerja keras
6. Menjadi sosok yang memiliki kepedulian tinggi terutama terhadap agama
yang dipercayai yaitu agama islam

Anda mungkin juga menyukai