KH.R. Totoh Abdul Fatah merupakan seorang ulama besar di Jawa Barat
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Jawami' Bandung, pernah menjabat Ketua MUI
Provinsi Jawa Barat, Anggota MPR RI FKP (1992-1999). Dikenal sebagai satu di
antara lima ulama kharismatik Jawa Barat. Empat ulama kharismatik Jawa Barat
K.H. Ilyas Ruhiyat (sesepuh Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya), KH. Anwar
Musaddad (sesepuh Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut), K.H. Irfan Hielmy,
(sesepuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis, serta K.H. Abdulah Abbas
(sesepuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon) merupakan sesepuh sekaligus ulama
kharismatik Jawa Barat yang terus mengabdikan hidupnya untuk kemaslahatan umat
dan bangsa.
KH.R. Totoh Abdul Fatah merupakan putra H. Rd. Ahmad Badrudin putra KH.Rd.
Zarkasih Maulany putra KH.Rd. Nur Muhammad putra Rd. Wargadiredja Putra Rd.
Sinuredja keturunan Mbah Wali Syeh Ja’far Shiddiq dan juga bersambung ke Sunan
Rumenggong/Prabu Layaran wangi putra Prabu Siliwangi 2 / Raden pamanah rasa +
Nyi Putri Inten Dewata. Ibunya Hj. Rd. Siti Rochmah putri Rd. Muhammad Syarif dan
Rd. Siti Mutmainnah keturunan putri dari Rd. Djiwanagara yang merupakan
keturunan Dalem Kasep Balubur Limbangan. Ajengan Totoh Lahir di Balonggede,
Bandung, 31 Agustus 1931 dari keturunan bangsawan juga ulama.
Pendidikan
K.H. R. Totoh Abdul Fattah rahimahullaah pernah menimba ilmu di Pesantren
Situgede Monggor Bl. Limbangan Garut, lalu Pesantren Cikelepu Bl. Limbangan
Garut, kemudian Pesantren Karangsari Leles Garut, tahun 1951. Setelah itu, belajar
ke Pesantren Sindangsari (Al-Jawami) yang terletak di Cileunyi, Bandung. Di
Pesantren ini pula Pak Totoh mendapat jodoh dan menikah dengan putri gurunya
Mama Kiai H. M. Sudja’i, bernama Hj. Siti Maryam. Pak Totoh melanjutkan
pendidikannya ke sekolah umum, HIS Budi Harti, Garut. Setelah tamat dari Aliyah,
lalu melanjutkan ke Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung, kemudian ke
IKIP Bandung dan akhirnya ke Institut Dakwah Islam (IDI) Bandung.
1
Riwayat Pekerjaan/Jabatan
1. Guru Agama SLTA (1968).
2. Penghulu Kotamadya Bandung (1969-1973).
3. Kepala Kandepag Kota Bandung (1975-1980).
4. Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Depag Jabar (1980-1982).
5. Hakim Tinggi Agama/ Wakil Ketua PTA untuk Wilayah Jabar dan DKI Jakarta
(1982-1985).
6. Penatar BP7 Jawa Barat (1982-1985).
7. Staf Ahli BAPPEDA Jabar (1982-1985).
8. Dosen Hukum Islam APDN Bandung (1982-1985).
9. Na’ib Amirul Hajj (1992).
10. Anggota MPR RI dari FKP No.C.727 (1992-1999).
11. Sekertaris Majelis Ulama (1958-1969).
12. Pembina Rohani di Lingkungan TNI dan kepolisian Negara Bandung Timur
(1969-1974).
13. Ketua Sekber Golkar Kandepag Kodya Bandung (1969-1974).
14. Rais Syuriah NU Kecamatan Cibeunying (1970).
15. Ketua DKM Masjid Agung Bandung (1973-1980).
16. Ketua Al-Washliyah Jawa Barat (1975).
17. Ketua Korpri Unit Kandepag Kodya Bandung (1974-1980).
18. Pendiri Islamic Centre/ Pusdai Jabar (1988).
19. Pendiri RS. Islam Al-Ihsan (1992).
20. Ketua Korpri Unit PTA Jabar (1988-1990).
21. Dewan Penasehat DHD ’45 Jawa Barat (1989 -1990).
22. Ketua Umum DMI Jabar (1983-1993),
23. Dewan Pertimbangan MUI Pusat (1990-2000).
24. Dewan Pembina DMI Pusat (1993-2000).
25. Wakil Ketua Ikatan Purnabhakti Hakim Agama Nasional (1992-1997).
26. Wakil Ketua Panwaslu (Panitia Pengawas pemilihan Umum) Jawa Barat pada
Pemilu 1999.
27. Ketua Umum MUI Jabar (1985-2000).
28. Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah (2000-2005).
29. Ketua Dewan Penasehat MUI Jabar (2005-2008).
30. Pengasuh Pesantren Al-Jawami (1987-2008).
2
Karya Tulis
Almarhum termasuk salah satu tim pemrakarsa pembuatan Al-Qur’an Mushaf
Sundawi, mushaf kebanggaan rakyat Jawa Barat yang peresmiannya pada tanggal
14 Agustus 1995 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1416
H oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, Bapak H.R. Nuriana. Pak Kiai dikenal juga
sebagai penulis yang banyak mencurahkan minatnya terhadap masalah sosial,
ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan hukum-hukum Islam. Karya-karyanya yang
telah terbit dan beredar, antara lain:
Jembatan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan.
Batasan Mulai Usia Perkawinan.
Politik Dakwah (Dakwah Melalui Jalur Politik).
Bank tidak Identik dengan Riba.
Pokok-pokok Syariat Islam.
Istinbatil Hukmi.
Rumah Tangga Sakinah.
MUI Menggagas Perwujudan dan Pelaksanaan Reformasi.
Ayat-ayat Hiriz dan Ayat-ayat Rizki dalam Do’a.
Asmaul Husna dan Asmaur Rasul.
Al-Jawami dalam membahas Jam’ul Jawami’.
Kiprah di MUI
Pada Tahun 1958, Kyai Totoh mendampingi KH. M. Sudjai dan ulama lainnya
bekerjasama dengan Ketua Penguasa Perang Daerah Swatantra I Jawa Barat
(Sekarang Panglima KODAM III Siliwangi) Kolonel RA. Kosasih dan Letkol H.
Mashudi dalam rangka mengorganisir alim ulama sebagai tenaga pendidik dan tokoh
yang berpengaruh di kalangan masyarakat. Tempat yang kerap dijadikan tempat
pertemuan adalah Pondok Pesantren Sindangsari (sekarang Al-Jawami) di Cileunyi
Bandung pimpinan KH. M. Sudja’i. Pertemuan-pertemuan tersebut membahas
berbagai kondisi pergolakan daerah dan perkembangan negara saat itu, karena
merasa khawatir dengan kenyataan bahwa akar-akar keagamaan tidak ditopang
aturan perundang-undangan dan didukung oleh kebijakan politik pemerintah. Para
Ulama pun ingin merumuskan langkah-langkah yang didasari semangat perjuangan
dan pengabdian untuk mempertahankan kelangsungan dakwah dan amar ma’ruf
3
nahyi munkar sekaligus menjaga keamanan demi keutuhan NKRI lewat jalur ishlah
bainan naas (perdamaian antara sesama manusia).
Dibentuknya Majelis Ulama pada tahun 1958 ini, akhirnya menjadi cikal bakal
dibentuknya MUI tingkat pusat pada tahun 1975. Pada Tahun 1985 beliau diangkat
menjadi Ketua Umum MUI Jawa Barat setelah menggantikan Dr. K.H. E. Zaenal
Muttaqien sampai tahun 2000.
4
sampai saat ini sudah melahirkan ribuan alumni dari tahun 1931. Mereka pada
umumnya menjadi ulama-ulama di berbagai pelosok di Jawa Barat, dan diantaranya
tidak sedikit yang menjadi pejabat pemerintah dan menjadi pengusaha terkemuka.
Semenjak Mama Kiai Sudja’i wafat, tahun 1987, Pak Kyai Totoh menjadi pimpinan di
Pesantren Sindangsari. Bersamaan dengan diselenggarakannya lembaga
pendidikan formal, nama Pesantren “Sindangsari” ditingkatkan dengan nama
Pesantren Sindangsari Al-Jawami Cileunyi Bandung. Al-Jawami memiliki pengertian
“lengkap dan universal”. Nama ini juga diambil dari nama sebuah kitab yang
disenangi Asy-Syaikh K.H. Muhammad Sudja’i, sesepuh pesantren, yaitu Kitab
Ushul Fiqih “Jamul Jawami” dan peletakan batu pertama Madrasah Aliyah langsung
oleh beliau sendiri disaksikan oleh Bapak H. Aang Kunaefi, Gubernur Jawa Barat
periode 1975 – 1985 dan Letjend. Yogie Suardi Memet, Komando Daerah Militer
III/Siliwangi.
Komitmen Kyai Totoh untuk mengabdi kepada tugas dan ketekunannya sebagai
pendidik, sangat diakui oleh banyak kalangan, sebagaimana yang telah dibuktikan
dengan didirikannya pendidikan formal, dibawah naungan Yayasan Pembina
Pendidikan Tinggi (YAPATA) Al-Jawami yaitu Madrasah Aliyah (1977), Sekolah
Tinggi Bahasa Asing (1989), Sekolah Tinggi Agama Islam (1999), Taman Kanak-
kanak (2000) di lingkungan Pontren Al-Jawami, yang sekarang di asuh oleh putera
keempatnya, DR. H. Deding Ishak Ibnu Sudja’, SH.,MM.
Wafat
Ajengan Totoh berpulang ke Rahmatullah (wafat) pada hari Senin, 01 September
2008 M (01 Ramadhan 1429 H) Pukul 10.17 WIB di RS. Hasan Sadikin Bandung
setelah lebih kurang 15 hari dirawat di Ruang Perawatan Khusus (ICU) dan
dimakamkan di TPU Cileunyi Wetan Bandung pukul 16.00 WIB.