Anda di halaman 1dari 138

Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan

Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan


Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan 30 tahun Dewan Dakwah -30 tahun Dewan
Dakwah 30 tahun Dewan Dakwah Besar Karena Amal30 Tahun Kiprah Dewan Dakwah
Islamiyah IndonesiaJakarta 26 Februari 1967. Masjid Al Munawwarah Kampung Bali I No.
56 Tanah Abang Jakarta mengukir sejarah baru sebagai tempat bertemunya umat dengan
pemimpin. Selepas kebangkrutan politik Nasakomnya orde lama antara lain melahirkan
makar berdarah Komunis yang gagal itu, maka para ulama dan tokoh Islam Indonesia —
dengan semangat jihad dalam bentuk yang moderat—mereka bangkit mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), sebuah badan Dakwah yang berbentuk Yayasan,
dan Mohammad Natsir dipercaya sebagai Ketua Umum.Di antara 30-an orang tokoh-
tokoh pemimpin Islam yang hadir, terlihat wajah-wajah pejuang, mujahid yang khalis,
antara lain, KH Faqih Usman, MR Kasman Singodimejo, KH Nawawi Duski, Prawoto
Mangkusasmito, MR Syafruddin Prawiranegara, Buya Duski Samad, Buya HMD Datuk
Palimo Kayo, Buya H A Malik Ahmad, H Zainal Abidin Ahmad, KH Shaleh Widodo,
Bukhari Tamam, Burhanuddin Harahap, KH Abdullah Salim, MR Mohammad Roem, Prof
Osman Ralibiy, Prof DR HM Rasyidi, KH Rusyad Nurdin, DR Bahder Djohan, dr Ali Akbar,
KH Yunan Nasution, MR Assa’at, Abdul Hamid, Mawardy Noor, KH Hasan Basri, KH
Muchlas Rowi, KH Amiruddin Siregar, Mokhtar Lintang, KH Gaffar Ismail dan DR
Mohammad Natsir.Tujuan dan usaha yang akan dicapai yayasan ditegaskan antara lain:a.
Berusaha melengkapi persiapan Mubalighin dalam melaksanakan tugasnya di bidang
ilmiah, khittah, dan alat-alat, sehingga dapat mencapai hasil yang lebih sempurna dan
terwujudnya umat penegak Dakwah.b. Mengadakan kerja sama yang erat dengan Badan-
badan Dakwah yang ada. c. Berusaha melicinkan jalan dakwah dengan antara lain,
menghindari atau mengurangi pertikaian paham antara pendukung dakwah dalam
melaksanakan tugas dakwah dan mengusahakan adanya dana bagi kepentingan dakwah
dan kesejahteraan pendukung dakwah.Untuk mencapai tujuan ini Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) yang disingkat dengan Dewan Dakwah mendasarkan
landasan berpijaknya kepada taqwa dan keridhaan Allah. Pada pertengahan tahun 1968,
selama hampir satu bulan Pak Natsir selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
berkeliling di Sumatera Barat (15 Juni - 15 Juli 1968) mendatangi jama’ah hampir pada
setiap daerah tingkat II. Sejak dari Pesisir Selatan hingga Pasaman, mulai dari Padang
hingga Talawi - Sijunjung menghidupkan kembali jiwa yang telah diam hampir mati dan
mata yang kuyu tanpa harapan. Melalui taushiah yang berharga harapan ummat kembali
menggeliat hidup menyambut himbauan “pemimpin pulang”.Programnya jelas
“menghidupkan dakwah membangun negeri”.Ranah Minang dikala itu sedang diuji coba
oleh misi baptis melalui pendirian Rumah Sakit Baptis di Bukittinggi dengan iming-iming
membantu kesehatan penduduk yang lemah. Dukungan beberapa oknum pihak penguasa
diantaranya kalangan tentara telah memberi angin seakan program baptis itu tak mungkin
dihalangi, alasannya menurut mereka sederhana “menyiapkan sarana pokok yang
memang dibutuhkan masyarakat yang tengah sakit badan maupun perasaan”. Ninik
mamak alim ulama sudah bicara namun gaungnya ibarat sipongang di dalam ngarai. Kata
tak berjawab gayung tak pernah disambut. Tidak hanya di Bukittinggi gerakan Kristenisasi
“Salibiyah” terasa juga di daerah-daaerah pinggiran seperti Pasaman Barat (Kinali)
daerah yang menjadi tempat bermukimnya para transmigrasi, ibarat menumpangnya riak
dengan gelombang di tengah alunan gerak pembangunan dan pengembangan daerah-
daerah.Kondisi ini terasakan pahit oleh masyarakat yang merasa dirinya kalah dan
mengambil posisi lebih baik mengalah. Bila ini diteruskan bisa-bisa terjadi jalan di alih
orang lalu atau tepian dialih orang yang pergi mandi. Bahanya masyarakat jadi dongkol
dan berpangku tangan.
Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan adalah pengukuran permukaan Foto-foto
kenangan pendiri Dewan Dakwah 30 tahun Dewan Dakwah30 tahun Dewan Dakwah
Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan Foto Kenangan Pendiri Dewan Dakwah 30 tahun
Dewan Dakwah Risalah Memulai Dakwah Melanjutkan 30 tahun Dewan Dakwah Risalah
Memulai Dakwah Melanjutkan30 tahun Dewan DakwahMenghidupkan Amal,
Membentengi Aqidah
Memelihara Kerukunan dalam Beragama

Memelihara daerah dari bahaya gerakan Salibiyah berarti juga menjaga keutuhan nilai-
nilai adat yang terang-terangan menyebutkan bahwa ranah ini adatnya bersendi syara’
dan syara’ bersendi Kitabbullah. Selain itu memelihara keutuhan ukhuwah hanya dimung-
kinkan dengan menghidupkan kembali nilai-nilai “tungku tigo sajarangan” dalam
melibatkan unsur-unsur alim ulama ninik mamak dan para cendekiawan baik yang duduk
dalam pemerintahan maupun yang ada di kalangan perguruan tinggi. Juga tak dapat
dilupakan tentang peran kegotong-royongan sebagai buah dari ajaran ta’awun sebagai inti
aqidah tauhid.

Amal nyata yang diprogramkan oleh Pak Natsir dan ditinggalkan untuk dikerjakan di
Sumatera Barat merupakan program yang amat monumental. Ada lima program pokok
yakni:

1. Gerakkan kembali tangan umat melalui penguasaan keterampilan di desa-desa


sebagai usaha membina kesejahteraan bersama, artinya menghidupkan kembali ekonomi
umat di desa-desa. Desa adalah benteng kota dalam artian perkembangan ekonomi yang
sesungguhnya.
2. Hidupkan kembali lembaga puro. Yakni kebiasaan menabung dan berhemat dalam satu
simpanan bernama puro. Juga menghidupkan kebiasaan berinfaq, bersedekah dan
berzakat sebagai suatu usaha pelaksanaan syariat Islam, menghimpun dana dari umat
yang berada untuk dikembalikan kepada umat yang lemah (dhu’afak).
3. Hidupkan kembali Madrasah-madrasah yang sudah lesu darah, karena kehabisan
tenaga pada masa pergolakkan. Hidupkan masjid bina jama’ah dan tumbuhkan minat
seluruh masyarakat untuk menghormati ilmu dan memiliki kekuatan Iman dan Tauhid,
terutama memulainya dari kalangan generasi muda.
4. Perhatikan kesehatan umat dengan mendirikan Rumah Sakit Islam. Bila kita terlambat
memikirkan kesehatan umat maka orang lain akan mendahuluinya, bisa-bisa terjadi
nantinya jalan dialih orang lalu. Membangun Rumah Sakit Islam adalah ibadah karena
ada suruhan untuk berobat bagi setiap orang yang sakit (hamba Allah). Gerakan ini bisa
berarti juga memfungsikan para ahli di bidangnya yang keislamannya sama bahkan tidak
diragukan.
5. Perhatikan nasib pembangunan masyarakat di Mentawai. Mentawai itu adalah daerah
kita dan semestinya kitalah yang amat berkepentingan dalam membangunnya. Bila orang
bisa berkata bahwa Mentawai ketinggalan sebenarnya yang disebut ketinggalan adalah
kita yang tak mau memperhatikan mereka di Mentawai itu.
Kelima program ini minta dilaksanakan tanpa harus menunggu waktu dan dapat
diprioritaskan mana yang mungkin didahulukan walaupun sebenarnya kelima-limanya
merupakan pekerjaan yang amat integral. Modal kita yang utama untuk mengangkat
program ini adalah kesepakatan semua pihak dan dorongan mencari ridha Allah, begitu
Pak Natsir mengingatkan kepada pemimpin-pemimpin di kala itu.
Dari dorongan-dorongan tersebut berbentuk taushiah pada mulanya akhirnya
membuahkan hasil nyata. Pada Oktober tahun 1969 Balai Kesehatan Ibnu Sina (cikal
bakal Rumah Sakit Islam Ibnu Sina) yang mengambil tempat di rumah Dr. Yusuf dan
rumah keluarga Dr. M. Jamil di Bukittinggi diresmikanlah beroperasinya Balai Kesehatan
Ibnu Sina oleh Proklamator Republik Indonesia Bapak. DR. Mohammad Hatta.
Satu sejarah baru telah dimulai yakni membangun balai kesehatan sebagai rangkaian dari
suatu ibadah dan gerak dakwah. Keberadaan Balai Kesehatan ini disambut oleh seluruh
lapisan masyarakat dari desa-desa hingga ke kota, oleh pegawai sampai petani, dari
ulama dan pejabat hingga pedagang dan perantau.
Serta merta seluruh pihak-pihak tersebut membuka puro (persediaan harta)
menyalurkannya dengan ikhlas untuk berdirinya Balai Kesehatan Islam di Bukittinggi dan
akhirnya menyebar ke Padang Panjang, Padang, Payakumbuh, Kapar (Pasaman Barat),
Simpang Empat dan Panti dalam waktu yang sangat pendek hanya berjarak tiga tahun
setelah peresmiannya dan akhirnya menjadi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.
Apa yang diperbuat oleh misi baptis selama ini telah dapat dijawab oleh umat Islam di
daerah Sumatera Barat dengan suatu amal nyata yakni melalui program dakwah illallah
dalam bidang kesehatan.
Seiring dengan itu masalah pendidikan pun dihidupkan seperti perhatian penuh terhadap
lembaga pendidikan yang sudah ada (Thawalib Parabek, Thawalib Padang Panjang,
Diniyah Padang Panjang dan banyak lagi yang lain). Disamping madrasah yang sudah
ada dihidupkan pula madrasah baru seperti Aqabah di Bukittinggi dan madrasah-
madarasah Islam yang tumbuh dari masyarakat di desa-desa.
Masalah keterampilan seperti pertanian dan peternakan terpadu di Tanah Mati
Payakumbuh dan pemanfaatan lahan-lahan wakaf umat di Rambah Kinali mulai di garap.
Tujuan utamanya tidak hanya sekedar untuk mendatangkan hasil secara ekonomis
namun lebih jauh dari itu. Diharapkan sebagai wadah pembinaan dan pelatihan generasi
muda.
Pembangunan rumah-rumah ibadah terutama di kampus-kampus (masjid kampus) dan
Islamic Centre tetap menjadi perhatian utama. Walaupun ada suatu kampus yang amat
memerlukan pembangunan sarana ibadah (masjid) merasa enggan dan takut untuk
menerimanya terang-terangan dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) karena
takut terbias politik Keluarga Besar Bulan Bintang (Masyumi). Seperti contoh dibangunnya
masjid kampus di tengah komplek UNAND dan IKIP di Air Tawar Padang yang terhalang
beberapa lama hanya karena ketakutan terhadap bayangan Masyumi semata. Namun
akhirnya dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang-orang tua diantaranya Hasan
Beyk Dt. Marajo dan Rektor IKIP Padang Prof. DR. Isyrin Nurdin terbangunkan jugalah
masjid kampus yang diidamkan oleh setiap mahasiswa dan civitas akademika kedua
perguruan tinggi di Padang itu. Dan sampai sekarang masjid kampus itu berkiprah dengan
baik dengan nama Masjid Al-Azhar kampus IKIP Air Tawar Padang.
Ketakutan pada Dewan Dakwah sejak dari mula merupakan bayangan tanpa alasan
hanya sebagai suatu trauma psikologis semata atas pernah terjadinya pergolakan daerah
(PRRI) dan pandangan yang kurang ilmiah terhadap Masyumi. Suatu hal yang aneh
memang bila dibandingkan dengan jumlah Ummat Islam di daerah Sumatera Barat yang
boleh dikata hampir 100%, di kala sebahagian kecil diantaranya menjadi phobi dengan
gerakan Islam yang kebetulan dijalankan oleh orang-orang yang kata mereka adalah ex.
Masyumi atau Keluarga Besar Bulan Bintang.
Hidupkan Dakwah, Bangun Negeri

Dewan Dakwah yang baru berumur satu tahun (7 Februari 1967-15 Juni 1968) pada saat
itu menjadi satu lembaga yang sangat diharapkan sebagai tumpuan pembentengan
aqidah umat.

Pak Natsir dalam setiap pertemuannya dengan ahlul qurba yang juga merupakan inner
circle dari perjuangan Islam dan harga diri umat di daerah selalu mendengarkan keluhan
tentang pesatnya gerakan misionaris. Lebih-lebih sejak masa orde lama telah terkondisi
seakan-akan memberi peluang kepada gerakan missionaris tersebut atas dukungan
orang-orang komunis (PKI). Bahkan setelah PKI dihapuskan sebagai satu-saatunya
tuntutan hati nurani rakyat dengan kepeloporan angkatan ’66, orang-orang Komunis yang
lari ketakutan mencoba berlindung di balik dinding lonceng-lonceng gereja, setidak-
tidaknya inilah terjadi di Pasaman Barat.

Kondisi Masyarakat yang runyam ini, menurut Pak Natsir hanya mungkin diperbaiki
dengan amal nyata. Bukan hanya dengan semboyan-semboyan yang kadang kala bisa
memancing sikap apatime masyarakat atau perlawanan terhadap kebijakan penguasa di
daerah.
Karena itu Pak Natsir menasehatkan supaya kaedah yang selama ini telah dimiliki oleh
umat Islam yaitu ukhuwah dan persatuan mesti dihidupkan kembali. Diantaranya dengan
membentuk perwakilan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di daerah Tk.I propinsi
Sumatera Barat yang diresmikan sendiri oleh Pak Natsir di gedung nasional Bukittinggi
(sekarang gedung ini adalah gedung DPRD Tk.II Kodya Bukittinggi) 15 Juli 1968.

Pertemuan bersejarah ini dihadiri oleh hampir seluruh ulama Sumatera Barat, yang sejak
dari awal memang telah tergabung di dalam Majelis Ulama Sumatera Barat, dan bahkan
oleh ninik mamak pemuka masyarakat yang sengaja datang berduyun-duyun menyambut
kehadiran pemimpin pulang. Antusias hadirin waktu itu terlihat secara spontan. Tidak ada
satu kursi pun yang kosong, tak ada tempat yang lowong yang tak diisi oleh hadirin yang
berdirin bahkan ada yang hanya dapat duduk dilantai. Diresmikanlah Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) perwakilan Sumatera Barat, sebagai perwakilan pertama di
daerah di luar DKI Jakarta.

Kepengurusan pertama dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Sumatera


Barat, dinakhodai oleh ulama-ulama yang berkharismatik seperti Buya H. Mansur Daud
Dt. Palimo Kayo bekas Duta besar RI di Irak yang juga adalah bekas Ketua Umum
Masyumi Sumatera Tengah.
Pada tahun 1968 Buya Datuk Palimo Kayo telah menduduki jabatan sebagai Ketua
Umum Majelis Ulama Sumatera Barat. Kepe- ngurusan Dewan Dakwah Sumatera Barat
ini diperkuat oleh Buya H. Nurman, Buya H. Anwar, Buya H. M. Bakri Dt. Rajo Sampono
dan dari kalangan muda seperti Mazni Salam Dt. Paduko Intan, Djoefry Sulthany, MS
Tuanku Sulaiman (Dt. Tan Kabasaran), C. Israr, Ratnasari, Asma Malim dan lain-lain.
Pada kenyataanya semua penggerak pertama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
di Sumatera Barat adalah keluarga besar Bulan Bintang dan tidak dapat dibantah bahwa
mereka adalah orang-orang yang aktif dalam setaip gerak perjuangan Agama dan
Bangsa, jauh hari sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Bahkan
diantaranya ada yang berada pada barisan Perintis Kemerdekaan. Akan tetapi masih ada
saja kalangan yang berpandangan sinis dengan membandingkannya dari kenyataan
bahwa diantara pengurus-pengurus pertama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Sumatera Barat yang diresmikan oleh Bapak DR. Mohammad Natsir tersebut oleh
sebagian kalangan dicap sebagai bekas pemberontak PRRI. Atau setidak-tidaknya
simpatisan PRRI.

Memang suatu kenyataan yang tak perlu di bantah bahwa dikalangan pimpinan pusat
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di Jakarta sejak mulai didirikan Februari 1967 itu
terdiri dari bekas-bekas pemimpin dan pejuang Islam yang tangguh diantaranya KH.
Taufiqurrahman, Prof.DR.H. Mohammad Rasyidi, Prawoto Mangkusasmito, Mohammad
Natsir, KH. Mansur Daud Dt. Palimo Kayo, H. Abdul Malik Ahmad, KH. Hasan Basri,
Nawawi Duski, Abdul Hamid, dan Buchari Tamam yang tercantum sebagai Badan Pendiri
Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, menurut akta notaris Syahrim Abdul
Manan No.4 tanggal 9 Mei 1967. Bahkan didalam jajaran kepengurusan pertama selain
nama-nama pendiri tersebut terdapat pula nama-nama yang tidak kurang pentingnya
diantaranya H. Zainal Abidin Ahmad, Mochtar Lintang, dan Prof. Osman Raliby.
Makin lengkap bila kita lihat perobahan akta notaris H. Sawir Simon Jakarta nomor: 12
pada tanggal 6 Juni 1987, atau dua puluh tahun kemudian, disaat beberapa pengurus
pertama sudah dipanggil oleh Allah Yang Maha Kuasa, maka ke pengurusan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) periode kedua ini memasukkan nama-nama besar
lainnya seperti H. Mohammad Yunan Nasution, DR. Anwar Harjono, SH, MR.
Burhanuddin Harahap, dan Ir. Ahmad Luthfie.

Sementara Ketua Umum masih dipegang oleh Bapak DR. Mohammad Natsir dan
Sekretaris Umum oleh Bapak Buchari Tamam sampai kedua-dua beliau itu dipanggil oleh
Allah SWT. Dalam komposisi kepengurusan tersebut ternyata memang beliau-beliau
adalah pemimpin-pemimpin bekas partai Masyumi yang telah membubarkan dirinya
karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah Soekarno atau orde lama yang
nyata-nyata memberi angin kepada berkembangnya Komunis di Indonesia. Nyata pula
bahwa sebagian dari mereka para pemimpin itu adalah pelaku-pelaku aktif dari PRRI
yang diistilahkan pada tahun 1961-1967 oleh pencinta Komunis di Indonesia sebagai
bekas pemberontak PRRI.

Keberadaan keluarga Bulan Bintang dan bekas PRRI di Sumatera Barat waktu itu sebagai
jawaban dan merupakan konsekwensi logis dari anti Komunis. Keluarga Bulan Bintang
dan PRRI jelas-jelas merupakan satu kelompok yang memiliki ciri-ciri khas (hal yang
mumayizat) sebagai kelompok anti Komunis, sudah sejak masa lalu, jauh sebelum
adanya angkatan ’66 atau bangkitnya orde baru.

Karena itu khusus untuk daerah Sumatera Barat kehadiran Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (DDII) di sambut sebagai suatu harapan “yang akan mampu menjawab
tantangan”, karena dianggap sangat istiqamah sebagai kekuatan anti Komunis yang jelas-
jelas seiring dengan misi orde baru ketika itu sebagai orde anti komunis di Indonesia.

Keberadaanya diterima oleh kalangan tua dan muda sebagai suatu kekuatan baru dalam
memelihara kerukunan umat dan kejayaan agama. Hanya sebahagian kalangan yang
tidak senang dan kelompok-kelompok non Islam yang amat meragukan keberadaan
Dewan Dakwah. Mereka cemas seakan-akan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia akan
menggerakkan kembali pergolakan di daerah, dan mencungkil kembali luka lama yang
mulai bertaut. Namun Pak Natsir menasehatkan gubahlah dunia dengan amalmu dan
hidupkan dakwah bangun negeri.

Dakwah Ilallah bukan Dakwah Politik

Dewan Dakwah bukan ormas, dan juga bukan partai politik. Tetapi Dewan Dakwah tidak
membiarkan dirinya dan keluarga besarnya buta politik. Karena politik pada hakekatnya
adalah seni mengatur masyarakat. Barang siapa tidak dalam posisi mengatur maka
dengan sendirinya ia berada dalam posisi diatur. Yang mengatur adalah pemerintah dan
semua lembaga kenegaraan yang tersebut dalam Undang-undang Dasar, sedang yang
lainnya, termasuk Dewan Dakwah, berada dalam posisi diatur. Masing-masing pihak, baik
yang mengatur maupun yang diatur, mempunyai hak dan kewajiban. Semuanya tunduk
aturan dasar bersama yang disepakati bersama yakni Undang-undang Dasar.

Di satu segi, pihak yang mengatur berhak dita’ati semua peraturan yang dibuat selama
tidak menyimpang dari Undang-undang Dasar. Disegi lain pihak yang mengatur juga
berkewajiban melindungi yang diatur, selama ia tidak menyalahi aturan dasar, yakni
Undang-undang Dasar. Pihak yang diatur berkewajiban menta’ati aturan-aturan pihak
yang mengatur, selama aturan-aturan itu tidak bertentangan dengan Undang-undang
Dasar. Pihak yang diaturpun berhak mengingatkan pihak yang mengatur dengan kontrol-
kontrol sosial ataupun cara-cara lain yang tidak bertentangan dengan Undang-undang
Dasar (lihat DR Anwar Haryono, Media Dakwah, Dzulkaedah 1411H/ Juni 1991; Tawashi
bilhaqqi Tawashi bissabri).

Dalam kondisi inilah tetap akan teringat taushiyah Pak Natsir bahwa dikala kita berada
dimimbar politik kita tetap berdakwah, dan di mimbar dakwah kita tidak kan meninggalkan
politik, karena dakwah kita adalah dakwah ilallah.

Bila kita pedomani pesan Rasulullah dalam Khutbah Wada’ bahwa “sesungguhnya masa
berubah, zaman berganti maka haruslah diyakini bahwa perubahan masa dan pergantian
zaman merupakan suatu Sunnatullah yang akan tetap berlaku dan sebagai umat dakwah
kita meyakini bahwa didalam setiap perobahan tersimpan cobaan dan ujian.
Yang satu tak dapat dipisahkan dari yang lain yakni kesusahan dan kesenangan. Dua-
duanya berjalan, bersamaan atau berganti-ganti. Itulah arti hidup, kadang-kadang kita
diuji dengan rasa kesenangan, adakalanya kita diuji dengan rasa putus asa. Kedua-
duanya adalah ujian, apakah kita dapat mengatasi kedua perasaan itu atau tidak. Maka
marilah melihat tiap-tiap persoalan yang kita hadapi dari masa ke masa, sekarang atau
yang akan datang, sebagai ujian, sebagai ibtilaa’ yang silih berganti. Dan tidak uash kita
menyembunyikan diri dari padanya, tetapi kita harus hadapi dengan iman, dengan
warisan Rasulullah SAW, Kitabullah wa Sunnatu Nabiyyihi, begitu pesan taushiyah Bapak
Mohammad Natsir Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada silaturrahmi
dan tasyakur 24 tahun Dewan Dakwah di Jakarta 1991.

Akhirnya kita dapat melihat dan merasakan bahwa besarnya Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia selama tiga puluh tahun perjalanannya (1967-1997) hanyalah karena
kesinambungan amal yang terus menerus didalam rakitan mengharap redha Allah serta
berurat di hati umat. Inilah sebuah amanah yang menjadikan pikulan generasi dakwah
turun temurun “Patah Tumbuh Hilang Berganti”, Insya Allah.
pertimbangan (Rekomendasi dalam menyalurkan bantuan kepada kaum Muslimin
Indonesia atau kepada lembaga-lembaga dakwah yang pada saat itu mulai menggeliat
dalam kiprahnya. Ini terbukti bahwa sebelum tahun 1986 itu atas rekomendasi Dewan
Dakwah di bantu juga Islamic Centre seperti Islamic Centre Masjid Taqwa
Muhammadiyah Padang yang diwujudkan dalam penyempurnaan pembangunan Masjid
tersebut yang beberapa tahun sebelumnya mendapat musibah runtuh kubahnya. Begitu
pula dibangunkan Islamic Centre INDONESIA di Jl. Kramat II No. 75-77 Jakarta Pusat
DKI Jaya.

Sebagai telah diyakini bahwa Dakwah Islam adalah perombakan total sikap ummat
manusia di dalam menanggapi dan menjalani kehidupan duniawi untuk persiapan
kehidupan yang lebih panjang tanpa batas di akhirat. Maka sebenarnya sasaran Dakwah
Islam adalah manusia yang tengah hidup di dunia ini, atau dengan perkataan lain Dakwah
tidak akan pernah berhenti tetap akan merupakan kewajiban (fardhu ‘ain) bagi setiap
umat Muslim dimana pun mereka berada. Karena itu para pendiri Dewan Dakwah yang
terdiri dari para ulama dan zu’ama’ yang bemusyawarah di Masjid Al Munawwarah
Kampung Bali Tanah Abang Jakarta Pusat pada awal 1967 dengan sadar telah memilih
bentuk Yayasan dan karenanya tidak mempunyai anggota. Yayasan Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia berdasarkan taqwa dan keredhaan Allah dan bertujuan menggiatkan
mutu dakwah Islamiyah di Indonesia, dalam melakukan kegiatan-kegiatannya
menempatkan diri sebagai pelanjut dan penerus kegiatan-kegiatan dakwah sebelumnya
yang telah dimulai sejak Rasulullah SAW menerima tugas risalah yakni memanggil umat
manusia kepada jalan Allah, dengan hikmah dan mau’izhatu hasanah. Bapak Mohammad
Natsir menyebutkan dengan ungkapan sederhana tapi padat arti ialah “risalah mengawali
dan dakwah melanjutkan”. Karena itu apabila terdapat pihak-pihak yang membantah,
supaya dihadapi dengan dalil dan kaifiyah yang lebih baik.

Dewan Dakwah sadar benar walaupun tugas risalah Islamiyah yang dibawa Rasulullah
SAW bertujuan menciptakan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘alamin) namun
sudah menjadi tabi’at pembawaan, bahwa setiap risalah pasti menghadapi tantangan.
Dan untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan jawaban-jawaban.
Karena itu tugas dakwah senantiasa mengandung dua segi:
bina’an wa difa’an, membina dan mempertahankan. Pertama: membina mereka yang
sudah muslim baik yang sejak lahirnya maupun yang baru masuk Islam berkat
keberhasilan dakwah Islamiyah, kedua: membela Islam dan umatnya dari mereka yang
tidak senang melihat kemajuan umat Islam bahkan yang melihat Islam sebagai rivalnya.
Menanamkan Aqidah, Memelihara Ibadah untuk Memupuk Intelektualitas

Perkembangan selanjutnya langkah-langkah Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia


sebelum tahun 1986 dalam umur yang masih remaja 20 tahun masa berjalan ternyata
tidak hanya di UNAND - IKIP Padang saja didirikan yang bernama Mesjid Al Azhar
akan tetapi kemudian telah tersebar kepada kampus-kampus di seluruh tanah air diantar-
anya Masjid Kampus ARIF RAHMAN HAKIM Kampus UI Salemba Jl. Salemba Raya
Jakarta Pusat, Masjid Kampus STK YARSI Cempaka Putih di Jl. Cempaka Putih Jakarta
Pusat, Masjid Kampus Komplek UI Ciputat, Jl. Ciputat Raya Jakarta Selatan, Masjid
Kampus IKIP-UI Rawamangun Jl. Rawamangun Jakarta Timur, keseluruhannya di daerah
DKI Jakarta.

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur juga tidak luput mendapatkan rekomendasi
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia untuk pendirian Masjid dikampus-kampus yang
sudah ada. Masjid-masjid kampus memang menjadi perhatian yang serius oleh pimpinan
Dewan Dakwah di seluruh Indonesia bahkan menjadi program utama dalam rangka
menghidupkan dakwah serta menumbuh suburkan dasar-dasar iman dan taqwa (Tauhid)
dikalangan angkatan muda dan para inte- lektual Muslim.
Generasi yang pada suatu masa kelak akan menjadi teknokrat atau pemimpin umat masa
datang. Untuk Jawa Barat telah direkomendasi oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Masjid Kampus SALMAN kampus ITB Bandung dan Jawa Timur Masjid Kampus ITS
SURABAYA dan Masjid IKIP MALANG, serta di Jawa Tengah Masjid Kampus Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

Demikian pula diluar pulau Jawa. Diantaranya Masjid Kampus Universitas Hasanuddin
dan Masjid Universitas Muslim Indonesia di Ujung Pandang serta Masjid Kampus
Universitas Sam Ratulangi di Manado.

Sebelum tahun 1986 dapat dikatakan bahwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di
bawah kepemimpinan Pak Natsir oleh para Muhsinin terutama di Timur Tengah dan juga
tanah air Indonesia boleh dianggap sebagai satu-satunya lembaga yang dapat dipercaya
untuk dimitai
Menciptakan Muslim yang Sehat

Dalam rangka membina dan mempertahankan Islam melalui gerakan dakwah, maka
Dewan Dakwah, juga berkepentingan di dalam merekomendasi pendirian Rumah-
rumah Sakit Islam dengan tujuan yang jelas sebagai kerangka ibadah dan
pembentengan aqidah umat dari rongrongan gerakan kelompok Salibiyah yang kian hari
terasa makin pesat.

Sebelum tahun 1986, Dewan Dakwah telah ikut merekomendasi bantuan dari Muhsinin
untuk pembangunan Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih Jakarta Pusat, RSI di
Sukabumi, RSI BKSWI di Bandung, RSI Siti Khodijah di Pekalongan, RSI di Surabaya,
RSI Faishal di Ujung Pandang, RSI Teluk Betung di Lampung, dan RSI Ibnu Sina di
Bukittinggi.

Sungguhpun Dewan Dakwah belum berkemampuan menyiapkan secara tuntas Master


Plan dari setiap bangunan Rumah Sakit Islam tersebut secara fisik, namun usaha
pendekatan terhadap para Muhsinin yang mengulurkan bantuannya secara ikhlas
mengharap redha Allah ternyata telah menumbuhkan sikap ta’awun dari jama’ah ditempat
mana bangunan-bangunan Rumah Sakit Islam tersebut didirikan. Bahkan lebih jauh
Dewan Dakwah belum berkeinginan untuk mengelola manajemen dari Rumah Sakit-
rumah sakit yang dibangun atas rekomendasi Dewan Dakwah tersebut. Hal ini
disebabkan karena Dewan Dakwah itu berperan sebagai agregat (mesin pembangkit
listrik) dibelakang rumah aatau seperti pompa bensin di pinggir jalan, begitulah pesan
Pak Natsir.

Sebagai organisasi dakwah, Dewan Dakwah diajarkan supaya memanggil semua orang
ke jalan Allah, dengan cara-cara yang diperingatkan supaya memanggil itu dengan
hikmah (bijaksana). Bil hikmah dalam satu masyarakat yang terdiri dari pemeluk-pemeluk
berbagai agama, terasa sekali sangat mutlak diperlukannya (lihat DR. Anwar Haryono,
SH; Media Dakwah Dzulkaedah 1411/ Juni 1991; Mengingat 24 Tahun Dewan Dakwah).

Mengokohkan ibadah umat melalui pembangunan sarana-sarana ibadah menjadi satu


pekerjaan yang tidak bisa diabaikan. Karena itu bila terjadi umat Islam di pedesaan
bahkan di kota-kota dan juga daerah-daerah sulit yang baru di buka (daerah transmigrasi,
daerah-daerah terpencil dan terisolir yang disebut sebagai medan dakwah) mengeluhkan
tidak adanya rumah ibadah maka dengan sendi- rinya Dewan Dakwah berusaha mencari
bantuan.
Maka tidaklah mengherankan kalau penanganan proyek-proyek fisik berbentuk sarana
ibadah ini atas inisiatif Pak Natsir merupakan kerja yang tidak boleh disambilkan. Sejak
tahun 1986 itu Pak Natsir selaku Ketua Dewan Dakwah membentuk seksi (bagian) yang
khusus menangani proyek fisik rumah ibadah ini. Dalam masa sebelas tahun (1986-
Agustus 1997) Dewan Dakwah telah membangunkan 421 bangunan diantaranya 391
buah Masjid, 7 buah Islamic Centre, dan 7 buah Masjid Kampus, 2 buah Taman Kanak-
kanak, 3 buah Rumah Yatim (Darul Aitam), satu buah Balai Latihan Kerja (BLK) dan satu
buah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat di Pasaman Barat.

Masjid Kampus yang dibangun tahun 1986-1997 antara lain adalah Masjid Kampus
Sulaiman Hasawy kampus Aqabah Tarok Bukittinggi Sumatera Barat, Masjid Kampus
Attaubah Kampus Universitas Asia Afrika (UAA) Kedawung Ciputat Jakarta, Masjid
Kampus Ad Da’wah Universitas Islam Salafiyah Jl. Tanah Tinggi I Jakarta Pusat, Masjid
Kampus Abu Ubaidah Al Jarrah Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya (UNBAR)
Bandung, Masjid Kampus Al Hijri II Kampus Universitas Ibnu Khaldun (UIK) Kedung
Badak Bogor, Masjid Kampus Fatahillah Beji Depok dan Masjid Kampus Sulthan Alauddin
Jl. Racing Centre Ujung Pandang. Pembangunan Masjid Kampus ini terlaksana karena
adanya kerja sama antara Badan-badan Dakwah di luar maupun di dalam negeri sebagai
perwujudan nyata dari usaha dakwah berdasarkan redha Allah.

Begitu juga pembangunan gedung-gedung Islamic Centre yang dimaksudkan sebagai


wahana pembinaan dan pengkaderan generasi intelektual Muslim yang selama sebelas
tahun (1986-1997) senantiasa menjadi titik perhatian Dewan Dakwah. Selama periode itu
telah dapat dibangunkan tujuh Islamic Centre. Yang amat monumen Islamic Centre
(Masjid) Al Furqan Jl. Kramat Raya 45 Jakarta Pusat DKI yang pada hari ini menjadi
markas kegiatan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Pusat dan Kantor Dewan Dakwah
Perwakilan DKI Jaya yang sarat dengan kegiatan-kegiatan pendidikan pelatihan,
penerbitan, pusat informasi, perpustakaan, koordinasi da’i diseluruh Nusantara, dan tidak
ketinggalan sebagai tempat tujuan tamu-tamu dari lembaga lembaga dakwah manca
negara.

Enam Islamic Centre lainnya tersebar di daerah-daerah luar Jakarta, seperti Islamic
Centre Darul Hikmah Gedung Meneng Bandar Lampung di Lampung, Islamic Centre
Ruhul Islam Banjar Negoro Magelang Jawa Tengah, Islamic Centre Al Qudsy Air Tawar
Barat Padang Sumatera Barat, Islam§ic Centre Muhtadin Sleman Yogyakarta, Islamic
Centre Al Maylan Pabelan Surakarta Jawa Tengah, Islamic Centre Muniraq Al Shabbah
Jl. Purwodadi Surabaya Jawa Timur.

Begitu juga perhatian tidak dapat dipalingkan dari perlunya pembinaan para dhu’afa’ serta
anak-anak yatim yang memerlukan uluran tangan setiap Muslim. Yang diperlukan mereka
bukan sekedar makanan dan pakaian akan tetapi adalah juga tempat berlindung dan
sarana pendidikan. Memang sudah sejak lama sarana pembinaan anak yatim melalui
panti-panti asuhan menjadi perhatian dari Badan-badan Dakwah Islam di tanah air.
Sungguhpun sampai sekarang Dewan Dakwah sebagai Yayasan tidak atau belum
mempunyai panti asuhan anak yatim secara khusus.
Hal ini tidaklah berarti bahwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia melupakan pembinaan
anak yatim. Usaha ini dilakukan secara positif dengan berbagai gerak antara lain
melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga-lembaga dakwah dalam dan luar negeri
untuk memberikan bantuan bea siswa terhadap anak-anak yatim, serta mencarikan
Bapak angkat yang akan mengkafil (membiayai) anak-anak yatim yang berprestasi. Juga
mendirikan bangunan darul aitam antaranya bangunan Panti Asuhan Putera Bangsa
Yayasan Budi Mulia Padang yang dilengkapi dengan sembilan lokal ruang belajar dan
satu asrama bertingkat aitam yang dimulai pembangunannya pada tahun 1992. Yang
kemudian September 1997 ditanda tangani piagam kerja sama pembinaan anak yatim
tersebut antara Dewan Dakwah dengan Yayasan Budi Mulia di Padang.

Masih berkaitan dengan pembinaan anak yatim ini maka Dewan Dakwah secara intensif
tetap berusaha kearah penyediaan dana abadi yang secara jangka panjang mampu
membiayai keperluan-keperluan anak yatim yang berada di bawah Kafil Aitam Dewan
Dakwah. Mulai Agustus 1996 dicoba mengusahakan ladang pembenihan bibit ikan untuk
keperluan anak yatim di desa Bawan Kec. Lubuk Basung Kabupaten Agam Sumatera
Barat dan Budidaya ikan air tawar sistem karambah di Desa Sigiran Maninjau yang juga
hasilnya diperuntukkan 100% bagi keperluan anak yatim. Usaha ini baru dalam langkah
awal, namun juga berdampak terhadap pendidikan ekonomi pedesaaan pada kalangan
dhu’afa’ di sekitar proyek-proyek ekonomi yatim tersebut antara lain menerapkan sistim
bagi hasil dengan para penduduk pedesaan dimaksud.
15‚1515ÿÿ
15151515151515µ15§1515ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515
151515151515151515ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ15151515151515151515-1515 15!
15"15ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515151515#15$15%15&15'15(15ÿÿÿÿ15151515!
15ÿÿÿÿ151515151515151515)15*15+15,15-15.15ÿÿÿÿ15151515!
15ÿÿÿÿ151515151515151515/15015115215315415ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515
151515615715815915:15;15ÿÿÿÿ15151515!15 151515151515151515151515=15>15?
15@15A15B15ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515
151515C15D15E15F15G15H15ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515
151515O15P15Q15R15S15T15ÿÿÿÿ15151515!15ÿÿÿÿ151515151515
161616U16V16W16X16Y16Z16ÿÿÿÿ16161616!16ÿÿÿÿ161616161616
161616[16\16]16^16_16`16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616¤161616a16b16c16d16e16f16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616I16J16K16L16M16N16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616q16r16s16t16u16v16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616w16x16y16z16{16|16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616µ161616}16~1616€1616‚16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616§161616ƒ16„16…16†16‡16ˆ16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616k16l16m16n16o16p16ÿÿÿÿ16161616!
16161616161616161616161616Š16‹16Œ1616Ž1616ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ16161616161616161616‘16’16“16”16•16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616–16—16˜16™16š16›16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616œ1616ž16Ÿ16 16¡16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616161616¦16§16¨16©16ª16«16ÿÿÿÿ16161616!16ÿÿÿÿ161616161616-
161616¬1616®16¯16°16±16ÿÿÿÿ16161616!16ÿÿÿÿ161616161616 161616²16³16
´16µ16¶16·16ÿÿÿÿ16161616!16ÿÿÿÿ161616161616!
161616¸16¹16º16»16¼16½16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616"161616¾16¿16À16Á16Â16Ã16ÿÿÿÿ16161616!
16161616161616161616$161616Ä16Æ16Ç16È16É16Ê16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616%161616Ë16Ì16Í16Î16Ï16Ð16ÿÿÿÿ16161616!
16161616161616161616&161616Ô16Õ16Ö16×16Ø16Ù16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616'161616Ú16Û16Ü16Ý16Þ16ß16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616(161616à16á16â16ã16ä16å16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616)161616æ16ç16è16é16ê16ë16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ161616161616*161616ì16í16î16ï16ð16ñ16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ1616161616163161616ò16ó16ô16õ16ö16÷16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ1616161616164161616ø16ù16ú16û16ü16ý16ÿÿÿÿ16161616!
16ÿÿÿÿ1616161616165161616þ16ÿ1616 ÿÿÿÿ16161616!16ÿÿÿÿ1616161616166161616
ÿÿÿÿ16161616!161616161616161616167161616
¤ ÿÿÿÿ18181818!18ÿÿÿÿ1818181818188181818µ § ÿÿÿÿ18181818!
18ÿÿÿÿ1818181818189181818 - ÿÿÿÿ18181818!18ÿÿÿÿ181818181818:181818 ! " # $
% ÿÿÿÿ18181818!18ÿÿÿÿ181818181818;181818& ' ( ) * + ÿÿÿÿ18181818!
18ÿÿÿÿ181818181818<1818181818181818181818181818181818181818j1
8181818mîoÔþ 18
181818181818181818ð18ð18íÕwú1
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818‰
*18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
181818181818181818181818181818181818181818181818¤18181818¢18
1818181818181818181818 18
181818181818181818ð18ð18íÕwú1
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818‰
*18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818£18181818?ªµž a
18
181818181818181818ð18ð18íÕwú1
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818‰
*18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818¤18
1818181818181818181818 18
181818181818181818ð18ð18íÕwú1
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818‰
*18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181
81818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818181818
18181818181818181818181818181818181818181818181818181818¥18
1818182?18181818 18
181818181818181818ð18ð18íÕwú1
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919‰
*19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919Ò19
1919191919191919191919 19
191919191919191919ð19ð19íÕwú1
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919‰
*19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
191919191919191919191919191919191919191919191919µ19191919Ó19
191919š8ä19191919 19
191919191919191919ð19ð19íÕwú1
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919‰
*19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
191919191919191919191919191919191919191919191919§19191919
1919191919191919191919 19
191919191919191919ð19ð19íÕwú1
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919‰
*19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919
191919õìCù19191919 19
191919191919191919ð19ð19íÕwú1
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919‰
*19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
91919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919
19191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191919191
02020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020
20202020202020202020202020202020202020202020202020202020
20202020202020qÿ2020 20
202020202020202020ð20ð20íÕwú2
02020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020
20202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202
02020202020202020‰
*20202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202
02020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020
20202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202
02020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020202020
202020202020202020202020202020202020202020202020202020* + ÿÿÿÿ20202020!
20ÿÿÿÿ202020202020<202020, - . / 0 1 ÿÿÿÿ20
20@¯2020ÿÿ
2020202020 20€¯2020ÿÿ 2020202020
20@Ä2020ÿÿ
2020202020
21@³2121ÿÿ
22222222222222€2222ÿÿ 2222222222 /22À9 22ÿÿ 2222222222
2
À\ 23ÿÿ
232323232323€æ2323ÿÿ 2323232323
23€¤2323ÿÿ
2323232323
24ÀÌ2424ÿÿ
2525252525$`25À2525ÿÿ $2525252525 25€2525ÿÿ 2525252525 25À~2525ÿÿ
2525252525
'25ÀF2525ÿÿ
2525252525 2525G2525ÿÿ 2525252525
25À€2525ÿÿ
2525252525
26@I2626ÿÿ
2727272727272727272727ÿÿ 272727272727À¥ 27ÿÿ 2727272727272727272727ÿÿ
2727272727 27Àê2727ÿÿ 2727272727 27@ª2727ÿÿ 2727272727
"27@ 2727ÿÿ
2727272727 27À 2727ÿÿ 2727272727
27@é2727ÿÿ
2727272727
28€¹2828ÿÿ
2929292929 2929 29ÿÿ 2929292929 29À 29ÿÿ 2929292929
29€ 2929ÿÿ
2929292929 29€ä2929ÿÿ 2929292929
29@ 29ÿÿ
2929292929
30Àä3030ÿÿ
3131313131 31@§ 31ÿÿ 3131313131 31ÀÅ3131ÿÿ 3131313131
§31ÀŽ3131ÿÿ
3131313131 31À”3131ÿÿ 3131313131
31@ê3131ÿÿ
3131313131
32€Á3232ÿÿ
3333333333 3333 33ÿÿ 3333333333 33À 33ÿÿ 3333333333
33€å3333ÿÿ
3333333333 33Àå3333ÿÿ 3333333333
33@ 33ÿÿ
3333333333
3434 34ÿÿ
353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353
53535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535353535
35353535
35€¤3535ÿÿ
3535353535
36ÀÌ3636ÿÿ
3737373737$`37À3737ÿÿ $3737373737 37€3737ÿÿ 3737373737 37À~3737ÿÿ
3737373737
'37ÀF3737ÿÿ
3737373737 3737G3737ÿÿ 3737373737
37À€3737ÿÿ
3737373737
38@I3838ÿÿ
3939393939393939393939ÿÿ 3939393939
393939ÿÿ 3939393939393939393939ÿÿ 3939393939 39Àê3939ÿÿ 3939393939
39@ª3939ÿÿ 3939393939
"39@ 3939ÿÿ
3939393939 39À 3939ÿÿ 3939393939
39@é3939ÿÿ
3939393939
40€¹4040ÿÿ
4141414141 41€
42ÿÿ 4242424242 4242Ã4242ÿÿ 4242424242
42À
4242ÿÿ
4242424242 42€4242ÿÿ 4242424242
42Àé4242ÿÿ
4242424242
43@º4343ÿÿ
4444444444 44@§ 44ÿÿ 4444444444 44ÀÅ4444ÿÿ 4444444444
§44ÀŽ4444ÿÿ
4444444444 44À”4444ÿÿ 4444444444
44@ê4444ÿÿ
4444444444
45€Á4545ÿÿ
4646464646 46€§ 46ÿÿ 4646464646 46ÀÝ4646ÿÿ 4646464646
4646•4646ÿÿ
4646464646 4646™4646ÿÿ 4646464646
4646
47ÿÿ
4747474747
4848Å4848ÿÿ
494949494949À§ 49ÿÿ 4949494949 D49À¥ 49ÿÿ 4949494949
H49'49ÿÿ
49494949494949T 49ÿÿ 4949494949
49Àµ 49ÿÿ
4949494949
50ÀÎ5050ÿÿ
515
15151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151
51515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515
15151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151
51515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515
15151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151
51515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515151515
15151515151515151515151515151
51@
5151ÿÿ
5151515151 5151
5252ÿÿ 5252525252
5252x5252ÿÿ
5252525252
5353
5454ÿÿ
5555555555 55@Ì5555ÿÿ 5555555555 55Àµ5555ÿÿ 5555555555
§55@©5555ÿÿ
5555555555 55€©5555ÿÿ 5555555555
55ÀÊ5555ÿÿ
5555555555
56À¯5656ÿÿ
5757575757 5757}5757ÿÿ 5757575757 57€|5757ÿÿ 5757575757
57€5757ÿÿ
5757575757 57€F5757ÿÿ 5757575757
57@~5757ÿÿ
5757575757
58À5858ÿÿ
5959595959 59€O 59ÿÿ 5959595959 59@O 59ÿÿ 5959595959
"5959Æ5959ÿÿ
5959595959 5959Ý5959ÿÿ 5959595959
59@V 59ÿÿ
5959595959
60ÀÀ6060ÿÿ
6161616161 61@´6161ÿÿ 6161616161 6161´6161ÿÿ 6161616161
61€Ÿ6161ÿÿ
6161616161 6161¯6161ÿÿ 6161616161
61@Ã6161ÿÿ
6161616161
62€²6262ÿÿ
6363636363 6363W 63ÿÿ 6363636363 63ÀV 63ÿÿ 6363636363
§63@Ý6363ÿÿ
6363636363 63€Ý6363ÿÿ 6363636363
63@W 63ÿÿ
6363636363
64@Â6464ÿÿ
6565656565 6565Ä6565ÿÿ 6565656565 65ÀÃ6565ÿÿ 65656565/3 6565656565
656565ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ 656565 6565~Ñß6565ã 6565ß‚.ã íÕèwút‰è*t€:¾þÆAHP
DeskJet 400
Printer6
56565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
656565656565HPWDJET65656565656565656565656565656565656565656565656565L
PT1:65656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
65656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656
56565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
656565656565656565656565656565656565  656565@65@6565
656565656565656565656565656565656565 65ð65
6565656565x65ÿÿ6565656565ÿÿ65¼GM M 65656565656565
ÿÿÿÿ65656565656565656565(65x65K65–
65d65ûÿ656565Ð656565656565656565656565656565656565ÿÿ6
56565656565656565656565ÿÿ65656565656565656565656565656565656565656565656
56565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
65656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656
56565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
65656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565656565
ð65ð65ð65ð65 65656565656565656565656565656565656565 65 65
65Contents656565656565656565656565656565656565656565656565^t656565656565
65 65 65Index656565656565656565656565656565656565656565656565656565 65
656
565656565,^
>6565656565;^>6565656565^=656565656565.^>656565656565656565656565656565,

65656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
5656
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
6666
7676
7C:\ALDUS\USENGLSH6
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67:\ALDUS\USENGLSH\PM5.HLP67676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
6767676767676767x67 67676767676767A67Ð6767Ð6767¤67¤67 67
6767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767ß
6767676767 67ð67 67
..--__6
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767úÿÓ
67676767676767
56
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767j67
676767&é67676767 67
676767676767676767ð67ð67íÕwú6
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767‰
*67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
676767676767676767676767676767676767676767676767¤67676767¢67
6767676767676767676767 67
676767676767676767ð67ð67íÕwú6
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767‰
*67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767£67676767?ªµž a
67
676767676767676767ð67ð67íÕwú6
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767‰
*67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
76767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767
67676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676767676
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868¤68
6868686868686868686868 68
686868686868686868ð68ð68íÕwú6
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868‰
*68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868¥68
6868682?68686868 68
686868686868686868ð68ð68íÕwú6
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868‰
*68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868Ò68
6868686868686868686868 68
686868686868686868ð68ð68íÕwú6
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868‰
*68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
686868686868686868686868686868686868686868686868µ68686868Ó68686868Šò"
ÿ68 68
686868686868686868ð68ð68íÕwú6
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868‰
*68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
686868686868686868686868686868686868686868686868§68686868
6868686868686868686868 68
686868686868686868ð68ð68íÕwú6
86868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868
68686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686868686
96969696969696969‰
*69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969 696969 ù“ÿW69 69
696969696969696969ð69ð69íÕwú6
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969‰
*69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969qÿ6969 69
696969696969696969ð69ð69íÕwú6
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969‰
*69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
69696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696
96969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969696969
696969696969696969696969696969696969696969696969696969ambungan amal yang
terus menerus didalam rakitan mengharap redha Allah serta berurat di hati umat. Inilah
sebuah amanah yang menjadikan pikulan generasi dakwah turun temurun “Patah Tumbuh
Hilang Berganti”, Insya Allah.
6969
7070 70ÿÿ
71717171$717171x71ÿÿ71 717171ÿÿ71¼GM M 71717171
717171x71ÿÿ7171717171ÿÿ71¼GM M 71717171
727272x72ÿÿ72727272ÿÿ72¼GM M 727272724727272x72ÿÿ7272727272ÿÿ72¼GM
M 72727272
737373x73ÿÿ73737373ÿÿ73¼GM M 73737373a 7373x73ÿÿ7373737373ÿÿ73¼GM M
73737373
747474x74ÿÿ74747474ÿÿ74¼GM M 74747474[7474x74ÿÿ7474747474ÿÿ74¼GM M
74747474!747474x74ÿÿ74747474ÿÿ74¼GM M 74747474
7474x74ÿÿ7474747474ÿÿ74¼GM M 74747474
747474x74ÿÿ74747474ÿÿ74¼GM M 74747474747474x74ÿÿ7474747474ÿÿ74¼GM M
74747474)747474x74ÿÿ74747474ÿÿ74¼GM M
74747474R747474x74ÿÿ7474747474ÿÿ74¼GM M 74747474
757575x75ÿÿ75757575ÿÿ75¼GM M 75757575z757575x75ÿÿ7575757575ÿÿ75¼GM
M 75757575Í 7575x75ÿÿ75757575ÿÿ75¼GM M 75757575
757575x75ÿÿ7575757575ÿÿ75¼GM M 75757575757575x75ÿÿ75757575ÿÿ75¼GM M
75757575§757575x75ÿÿ7575757575ÿÿ75¼GM M 75757575
767676x76ÿÿ76767676ÿÿ76¼GM M 76767676“ 7676x76ÿÿ7676767676ÿÿ76¼GM M
76767676@O 76ÿÿ 7676767676
"7676Æ7676ÿÿ
7676767676 7676Ý7676ÿÿ 7676767676 76€76ÿÿ 7676767676 7676
7676ÿÿ7676767676,7676ö 76ÿÿ 7676767676 7676
7676ÿÿ76767676767676n 76ÿÿ 7676767676%767676767676ÿÿ
%7676767676767676767676ÿÿ 7676767676µ76À7676ÿÿ µ7676767676§76€S7676ÿÿ
§7676767676(76À
7676ÿÿ (7676767676767676767676ÿÿ 7676767676767676767676ÿÿ
767676767676À7676ÿÿ 7676767676767676767676ÿÿ 7676767676
76€‘7676ÿÿ 7676767676767676767676ÿÿ 7676767676
76€7676ÿÿ 7676767676 76@ 7676ÿÿ 7676767676 76€ 7676ÿÿ 7676767676
§76À 7676ÿÿ
7676767676 7676!7676ÿÿ 7676767676
76@!7676ÿÿ
7676767676
77À!7777ÿÿ
7878787878 78€"7878ÿÿ 7878787878 #78À"7878ÿÿ 7878787878
K
78%7878ÿÿ
787878787878€,7878ÿÿ 7878787878
78À.7878ÿÿ
7878787878
79À/7979ÿÿ
8080808080 80À18080ÿÿ 8080808080 808028080ÿÿ 8080808080
80@28080ÿÿ
80808080(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 80 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ80 80À8080ÿÿ 8080808080
8080‚8080ÿÿ
8080808080
81€‚8181ÿÿ
8282828282 82À8282ÿÿ (倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 82 뀗 Ѯ
뀘 Ѯ82 82À8282ÿÿ 8282828282
8282‚8282ÿÿ
8282828282
83€‚8383ÿÿ
8484848484 84À8484ÿÿ 8484848484(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ
逤 ‫ڥ‬뀥 84 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ84 84À8484ÿÿ 8484848484
8484‚8484ÿÿ
8484848484
85€‚8585ÿÿ
86868686(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 86(倦뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ
逤 ‫ڥ‬뀥 86 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ86 86À8686ÿÿ 8686868686
8686‚8686ÿÿ
8686868686
87€‚8787ÿÿ
8888888888 88À8888ÿÿ 8888888888 8888J8888ÿÿ 8888888888(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 88 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ88 88À8888ÿÿ 8888888888
8888‚8888ÿÿ
8888888888
89€‚8989ÿÿ
9090909090 90À9090ÿÿ 9090909090 9090J9090ÿÿ 9090909090(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 90 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ90 90À9090ÿÿ
9090909090
9090‚9090ÿÿ
9090909090
91€‚9191ÿÿ
9292929292 92À9292ÿÿ (倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 92 뀗 Ѯ
뀘 Ѯ92 92À9292ÿÿ 9292929292
9292‚9292ÿÿ
9292929292
93€‚9393ÿÿ
9494949494 94À9494ÿÿ 9494949494(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ
逤 ‫ڥ‬뀥 94 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ94 94À9494ÿÿ 9494949494
9494‚9494ÿÿ
9494949494
95€‚9595ÿÿ
96969696(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 96(倦뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ
逤 ‫ڥ‬뀥 96 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ96 96À9696ÿÿ 9696969696
9696‚9696ÿÿ
9696969696
97€‚9797ÿÿ
9898989898 98À9898ÿÿ 9898989898(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ
逤 ‫ڥ‬뀥 98 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ98 98À9898ÿÿ 9898989898
9898‚9898ÿÿ
9898989898
99€‚9999ÿÿ
100100100100100 100À100100ÿÿ 100100100100100(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 100 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ100 100À100100ÿÿ 100100100100(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢
ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 100 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ100 100À100100ÿÿ 100100100100100
100100‚100100ÿÿ
(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 100 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ100 100À100100ÿÿ
100100100100100
100100‚100100ÿÿ
100100100100100
101€‚101101ÿÿ
102102102102102((倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 102 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ102
102À102102ÿÿ((倦뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 102 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ102 102À102102ÿÿ
102102102102102
102102‚102102ÿ(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 102 뀗 Ѯ 뀘
Ѯ102 102À102102ÿÿ 102102102102(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 102 뀗 Ѯ 뀘
Ѯ102 102À102102ÿÿ 102102102102102
102102‚102102ÿÿ
(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 102 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ102 102À102102ÿÿ
102102102102102
102102‚102102ÿÿ
102102102102102
103€‚103103ÿÿ
104104104104104 104À104104ÿÿ 104104104104104(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 104 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ104 104À104104ÿÿ 104104104104104
104104‚104104ÿÿ
104104104104104
105€‚105105ÿÿ
106106106106106 106À106106ÿÿ 106106106106106(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟 ⺃ ( 倦
뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 106 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ106 106À106106ÿÿ 106106106106106
106106‚106106ÿÿ
106106106106106
107€‚107107ÿÿ
108108108108108 108À108108ÿÿ (倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥
108 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ108 108À108108ÿÿ 108108108108108
108108‚108108ÿÿ
108108108108108
109€‚109109ÿÿ
110110110110110 110À110110ÿÿ 110110110110110 110110J110110ÿÿ
110110110110110(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢((倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢
ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 110 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ110 110À110110ÿÿ(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ(倦뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢
ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 110 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ110 110À110110ÿÿ (倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢
ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 110 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ110 110À110110ÿÿ 110110110110110
110110‚110110ÿÿ
110110110110110
111€‚111111ÿÿ
112112112112112 112À112112ÿÿ 112112112112112(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 112 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ112 112À112112ÿÿ 112112112112112
112112‚112112ÿÿ
112112112112112
113€‚113113ÿÿ
114114114114114 114À114114ÿÿ 114114114114114(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 114 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 114 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ114
114À114114ÿÿ 114114114114114
114114‚114114ÿÿ
114((倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 114 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ114 114À114114ÿÿ((倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 114 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ114 114À114114ÿÿ 114114114114114
114114‚114114ÿ(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 114 뀗 Ѯ 뀘
Ѯ114 114À114114ÿÿ 114114114114114
114114‚114114ÿÿ
114114114114114
115€‚115115ÿÿ
116116116116116 116À116116ÿÿ 116116116116116(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 116 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 116 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ116
116À116116ÿÿ 116116116116116
116116‚116116ÿÿ
116116116116116
117€‚117117ÿÿ
(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 118 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ118 118À118118ÿÿ
118118118118118
118118‚118118ÿÿ
118118118118118
119€‚119119ÿÿ
120120120120120 120À120120ÿÿ 120120120120120(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 120 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ120 120À120120ÿÿ 120120120120120
120120‚120120ÿÿ
120120120120120
121€‚121121ÿÿ
122122122122122 122À122122ÿÿ 122122122122((倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 122 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ122 122À122122ÿÿ 122122122122122
122122‚122122ÿÿ
122122122122122
123€‚123123ÿÿ
124124124124124 124À124124ÿÿ 124124124124124 124124J124124ÿÿ
124124124124124(倦((倦 뀟⺃뀠䇈(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 124 뀗 Ѯ 뀘
Ѯ124 124À124124ÿÿ 124124124124124
124124‚124124ÿÿ
124124124124124
125€‚125125ÿÿ
126126126126126 126À126126ÿÿ 126126126126126(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 126 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ126 126À126126ÿÿ 126126126126(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢
ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 126 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ126 126À126126ÿÿ 126126126126126
126126‚126126ÿÿ
126(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 126 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ126 126À126126ÿÿ
126126126126126
126126‚126126ÿÿ(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 126 뀗 Ѯ 뀘
Ѯ126 126À126126ÿÿ 126126126126126
126126‚126126ÿÿ
126126126126126
127€‚127127ÿÿ
128128128128128 128À128128ÿÿ 128128128128128(倦 뀟((倦 뀟⺃(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 128 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ128 128À128128ÿÿ 128128128128128
128128‚128128ÿÿ
128128128128(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 128 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ128 128À128128ÿÿ (倦 뀟
⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 128 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ128 128À128128ÿÿ
128128128128128
128128‚128128ÿÿ
128128128128128
129€‚129129ÿÿ
130130130130130 130À130130ÿÿ 130130130130130(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 130 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ130 130À130130ÿÿ 130130130130130
130130‚130130ÿÿ
130130130130130
131€‚131131ÿÿ
132132132132132 132À132132ÿÿ 132132132132132(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 132 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ(倦 뀟 ⺃ 뀠 䇈 뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 132 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ132
132À132132ÿÿ 132132132132132
132132‚132132ÿÿ
132132132132132
133€‚133133ÿÿ
(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連 ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 134 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ134 134À134134ÿÿ
134134134134134
134134‚134134ÿÿ
134134134134134
135€‚135135ÿÿ
136136136136136 136À136136ÿÿ 136136136136136(倦 뀟⺃뀠䇈뀡 Ҁ 뀢(倦 뀟⺃뀠䇈
뀡 Ҁ 뀢 ҁ 連ࣜ逤 ‫ڥ‬뀥 136 뀗 Ѯ 뀘 Ѯ136 136À136136ÿÿ 136136136136136
136136‚136136ÿÿ
136136136136136
137€‚137137ÿÿ
138138138138138 138À138138ÿÿ 138138138138(

Anda mungkin juga menyukai