Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KE NU AN
DITUJUKAN SEBAGAI TUGAS RTL PELATIHAN KEPEMIMPINAN LANJUTAN [PKL] PC GP
ANSOR KOTA TASIKMALAYA

PENYUSUN : ASEP ABDUL MUIZ

UTUSAN : PAC GP ANSOR CIBEUREUM

GERAKAN PEMUDA ANSOR


KOTA TASIKMALAYA
BAB I
PENDAHULUAN

Nahdlatul ulama atau yang disingkat NU ini dikenal oleh masyarakat merupakan
organisasi keagamaan yang khususnya agama islam merupakan organisasi yang
rahmatalil alamin serta dianggap sebagai pedoman bagi semua masyarakat Indonesia
pada umumnya khususnya di desa gandamekar, namun didesa gandamekar NU
merupakan organisasi secara cultural, kenapa demikian karena semua amaliah dan cara
peribadahan masyarakat gandamekar hampir semuanya berpaegang teguh pada paham
ahlusunah wal jamaah namun permasalahannya mereka tidak tahu mengenaiapa itu NU
yang sebenarnya sehingga keyakinan mereka dapat berubah apabila ada golongan lain
yang menghampiri masyarakat gandamekar,
Namun demikian semuanya dapat diatasi karena desa gandamekar mulai terbentuk
kepengurusa ranting hasil dari konfercab NU di cikeris, sehingga oleh pengurus
masyarakat dapat dipantau dan dapat diberi pemahaman Ahlussunah Waljamaah yang di
motori NU, karena kenapa Bayak paham yang menggemborkan ahlusunah tetapi amaliah
nya menjauhi ahlussunah yang di motori oleh NU itu sendiri sehingga perlu kerja ekstra
kepengurusan NU didesa gandamekar itu supaya mendoktrin masyarakatnya supaya
kembali menjalankan faham ahlussunah wal jamaah yang sebenarnya serta istiqomah
kepada ajaran yang dahulu para orang tua kita membentuknya.
Di makalah ini akan di bahas tuntas permasalahan Nu di desa gandamekar yaitu
lingkungan saya sendiri tentang perkembangan NU di desa gandamekar serta amaliahnya
sehari-hari tentang warga NU di desa gandamekar.
 
BAB II
NAHDLATUL ULAMA DAN PERANGKAT ORGANISASI NU

I.   Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama


Nahdlatul Ulama berdiri di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 yang dipelopori oleh
K.H. Hasyim Asyari bersama dengan ulama-ulama lain yang berpaham Ahlusunnah
Waljama’ah. NU merupakan muara dari berbagai kegiatan yang sebelumnya telah
dilakukan oleh para pendiri Jam’iyah ini dan upaya pelembagaan tradisi keagamaan yang
telah lama mengakar dikalangan umat Islam Indonesia.
Jauh sebelum lahir sebagai organisasi, NU telah ada dalam bentuk Jama’ah yang diikat
oleh kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang mempunyai ciri Aswaja. Sehingga
munculnya NU sebagai organisasi merupakan penegasan formal dari apa yang
sebenarnya sudah ada sebelumnya. Pendirian organisasi NU tidak lepas dari adanya
kekhawatiran akan hilangnya tradisi dan ajaran Islam yang telah kuat mengakar di tengah
masyarakat muslim Indonesia, sebagai akibat dari munculnya gerakan yang
mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam.
Masuknya paham-paham tersebut ke Indonesia bermula ketika umat Islam Indonesia
mulai banyak yang menunaikan ibadah haji ke tanah suci sejak dibukanya terusan Suez
tahun 1869. Bersama dengan itu, di Timur Tengah sedang berkembang paham
Wahabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dan pemikiran Pan
Islamisme yang dipelopori oleh Jamaluddin Al Afghani yang dilanjutkan oleh Muhammad
Abduh. Peristiwa itu tidak bias dihindari oleh para jama’ah haji Indonesia, akhirnya mereka
kenal dengan paham dan pemikiran tersebut, akibatnya sebagian dari mereka kemudian
terpengaruh. Namun demikian tidak semua kalangan menerima paham pemurnian dan
pembaharuan Islam secara bulat-bulat. Sekelompok ulama pesantren yang pernah juga
menunaikan ibadah haji berpendapat bahwa penegakan ajaran Islam secara murni tidak
berarti harus ada perombakan secara total terhadap adat istiadat atau tradisi umat Islam
Indonesia yang sudah terbangun kokoh. Paham baru tersebut bisa saja diselaraskan
secara luwes dan fleksibel dengan nilai, tradisi dan ajaran Islam yang telah ada
dikalangan masyarakat.
Para ulama mengamati upaya pemurnian dan pembaharuan ajaran Islam itu dengan
penuh waspada, bahkan kadang muncul kecemasan diantara mereka, sebab tidak
mustahil jika hal itu dilakukan secara frontal dan radikal akan mengguncang masyarakat.
Terlebih lagi ternyata upaya itu mulai mengarah pada pendobrakan tradisi keilmuan yang
selama ini yang dianut oleh para ulama pesantren. Perkembangan inilah yang dinilai
sebagai ancaman terhadap kelestrian paham Ahlusunnah Waljama’ah yang dianut oleh
mayoritas umat Islam Indonesia. Oleh karena itu, mereka berupaya membendung
derasnya arus gerakan tersebut dengan mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama.
Disamping alasan keagamaan, pembentukan NU juga tidak lepas dari alasan politis, yakni
pemupukan semangat nasionalisme di tengah bangsa yang sedang ditekan oleh kaum
penjajah Belanda. Sejarah membuktikan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial
Belanda tidak hanya mambawa dampak yang bersifat politis tetapi juga kegamaan. Oleh
karena itu muncul perlawanan yang dipimpin oleh para ulama seperti munculnya pangeran
Diponegoro yang berperang melawan penjajah Hindia Belanda pada tahun 1925-1930,
Tuanku Imam Bonjol yang menggelorakan perang Paderi pada tahun 1821-1837 dan
masih banyak lagi gerakan yang muncul dari kalangan ulama. Ketika pola perlawanan
terhadap penjajah Hindia Belanda pada abad XX bergeser dari perjuangan lokal menjadi
pergerakan nasional, para ulama tidak mau ketinggalan. Sepuluh tahun sebelum NU
berdiri, KH. Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air),
suatu gerakan yang berusaha menumbuhkan rasa nasionalisme melalui pendidikan.
Organisasi ini merupakan bentuk nyata dari forum diskusi Taswirul Afkar (Konsepsi
Pendidikan) yang sebenarnya merupakan upaya untuk mengantisipasi perkembangan
paham pemurnian dan pembaruan Islam yang bisa membahayakan keberadaan paham
Ahlusunnah Waljama’ah. Dalam perkembangannya Nahdlatul Wathan menjelma menjadi
dapur pemikir lahirnya NU (Zubaidi dkk. 2003: 2). Berdirinya NU di Kudus dapat dikatakan
bersamaan dengan berdirinya NU ditingkat nasional pada tahun 1926. hal ini tidak lepas
dari peranan salah satu tokoh pendiri NU ditingkat nasional yang berasal dari Kudus yaitu
K.H Raden Asnawi.
II. Perangkat Organisasi NU
Perangkat organisasi NU terdiri dari:
     A. Lembaga
Lembaga adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Lembaga dalam organisasi NU ada 14, yaitu:
1. Lembaga Dakwah NU disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan NU
dibidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlusunnah
Waljama’ah.
2. Lembaga Pendidikan Ma’arif NU disingkat LP. Ma’arif NU, bertugas melaksanakan
kebijakan NU dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
3. Rabithah Ma’ahid al Islamiyah disingkat RMI, bertugas melaksanakan kebijakan NU
dibidang pengembangan pondok pesantren.
4. Lembaga Perekonomian NU disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan NU
dibidang pengembangan ekonomi warga NU.
5. Lembaga Pengembangan Pertanian NU disingkat LP2NU, bertugas melaksanakan
kebijakan NU dibidang pengembangan pertanian, lingkungan hidup dan eksplorasi
kalautan.
6. Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan
kebijkan NU dibidang kesejahteraan keluarga, social dan kependudukan.
7. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia disingkat
LAKPESDAM, bertugas melaksanakan kebijakan NU dibidang pengkajian dan
pengembangan sumberdaya manusia.
8. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum disingkat LPBHNU, bertugas
melaksanakan penyuluhan dan pemberian bantuan hukum.
9. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia disingkat LESBUMI, bertugas
melaksanakan kebijakan NU dibidang pengembangan seni budaya.
10. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU disingkat LAZISNU, bertugas
menghimpun, mengelola dan membagikan zakat, infaq dan shadaqah.
11. Lembaga Wakaf dan Pertanahan NU disingkat LWPNU, bertugas mengurus,
mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf
lainnya milik NU.
12. Lembaga Bahzul Masail disingkat LBM, bertugas membahas dan memecahkan
masalah-masalah yang tematik dan aktual yang memerlukan kepastian hukum.
13. Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia disingkat LTMI, bertugas melaksanakan
kebijakan NU dibidang pengembangan dan pemberdayaan Masjid.
Lembaga Pelayanan Kesehatan NU disingkat LPKNU, bertugas melaksanakan kebijakan
NU dibidang kesehatan.
B.  Lajnah
Lajnah adalah perangkat organisasi NU untuk melaksanakan program NU yang
memerlukan penanganan khusus. Lajnah dalam NU terdiri dari:
1. Lajnah Falakiyah, bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah serta
pengembangan ilmu falak.
2. Lajnah Ta’lif Wan Nasyr, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan
penerbitan kitab atau buku serta media iformasi menurut faham Ahlusunnah
Waljama’ah.
 C. Badan Otonom.
Badan otonom NU adalah perangkat organisasi NU yang berfungsi melaksanakan
kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan
perorangan.
Dalam organisasi NU terdiri dari 10 badan otonom:
1. Jam’iyah Ahli Thariqoh Al Mu’tabaroh An Bahdliyyah, adalah badan otonom yang
berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada pengikut tharekat yang
Mu’tabaroh dilingkungan NU serta membina dan mengembangkan seni hadrah.
2. Jam’iyyah Qurra wal Huffazh adalah badan otonom yang berfungsi melaksanakan
kebijakan NU pada kelompok Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah di lingkungan NU.
3. Muslimat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan NU pada anggota perempuan NU.
4. Fatayat NU adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan NU pada anggota perempuan muda NU.
5. Gerakan Pemuda Ansor disingkat GP Ansor adalah badan otonom yang berfungsi
membantu melaksanakan kebijakan NU pada anggota pemuda NU.
6. Ikatan Pelajar NU disingkat IPNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan NU pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki.
7. Ikatan Pelajar Putri NU disingkat IPPNU adalah badan otonom yang berfungsi
membantu melaksanakan kebijakan NU pada pelajar perempuan dan santri
perempuan.
8. Ikatan Sarjana NU disingkat ISNU adalah badan otonom yang berfungsi membantu
melaksanakan kebijakan NU pada kelompok sarjana dan kaum intelektual
dikalangan NU.
9. Sarikat Buruh Muslim Indonesia disingkat SARBUMUSI adalah badan otonom yang
berfungsi melaksanakan kebijakan NU dibidang kesejahteraan dan pengembangan
ketenagakerjaan.
1. Pagar Nusa adalah badan otonom yang berfungsi membantu melaksanakan
kebijakan NU pada pengembangan seni bela diri.
BAB III
NAHDLATUL ULAMA DI DESA GANDAMEKAR DAN PERKEMBANGANNYA

      I.        Pandangan masyarakat desa gandamekar tentang NU


Masyarakat desa pada umumnya hampir 100 % berfaham ahlussunah wal jama’ah
( Aswaja ) karena mereka yakin satu-satunya organisasi keagamaan yang mereka anggap
akan membawa keselamatan dunia dan akhirat yaitu yang berfaham aswaja yang dimotori
Nahdlatul ulama ( NU ), namun demikian masyarakat desa tidak mengetahui secara
keseluruhan apa itu NU yang sebenarnya, dan mereka mengetahui NU dari
ketururunannya atau secara cultural, namun secara amaliah dan peribadahan justru
mereka mengunakan NU secara baik dan benar, akan tetapi kelemahannya apabila ada
golongan lain yang masuk kepada mereka tetapi ke NUan nya lemah mereka seringkali
mengikuti ajaran tersebut, berbeda dengan yang ke NUanya kental dari keturunannya
mereka sangat tidak mudah terpengaruh oleh ajaran yang baru, untuk itu di desa
gandamekar perlu adanya perhatian khusus dari NU structural untuk memberikan
pemahaman apa itu NU yang sebenarnya supaya mereka lebih bagus dalam menghadapi
tantangan jaman yang kian hari kian banyak godaannya.
Dengan diberi pengertian dan arahan secara dasar melalui rutinan dan pada hari besar
islam, maka insya alloh masyarakat akan paham tentang NU yang sebenarnya, di desa
gandamekar terbagi dalam 4 kampung yaitu kampung ciserang yaitu inti dari pusat desa,
karena kantor kepala desanya ada di kampung ciserang yang berbatasan dengan desa
cibogogirang, berikutnya yaitu kampung babakan sawah wetan yaitu babakan sawah yang
disebut dareah masjid al-mirak, selanjutnya babakan sawah tengah yang terkenal dengan
kampong gujrud, yang terakhir yaitu kampong saya sendiri yaitu kampong babakan sawah
kulon yang disebut kampong babakan sawah pusat.
Namun demikian dikampung babakan sawah pusat ini ada 2 pengajian anak-anak mulai
dari MI, SD, MTs, SMP,MA, Dan SMK, Yaitu pengajian disebelah selatan majlis taklim
Raudatissholihah, dan di sebelah barat yaitu majlis ta’lim Miftahussa’adah, dahulunya ada
banyak yang membuka pengajian namun dari tahun ke tahun mulai berkurang santrinya
sehingga berkat ke tidak sabaran sang Ustad pengajian itu pun bubar, mudah-mudahan
pengajian yang 2 ini bertahan hingga akhir jaman dan terus menyebarkan paham
ahlussunah wal jam’aah, tidak diragukan lagi pimpinan majlis ta’lim raudatussholehah AL-
Ustad Nana, S.Ag ini adalah alumni pondok pesantren di bandung dan lulusan Institut
Agama Islam Negeri ( IAIN ) Sunan Gunung Djati Sekarang UIN, dan yang satunya lagi
yaitu ustd Iing Solihin alumni pondok pesantren Salafussholeh Purwakarta dan sekarang
belajar di STAI-NU Purwakarta, dan mengajar di MTs. Ma’arif 1 Plered di bawah Lembaga
Pendidikan Ma’arif NU ( LP.MA’ARIF NU ) PC. Purwakarta.
Notabenya dari NU maka yang diajarkan atau yang diterapkan pengajaran kepada santri
yang sebagai generasi masa depan tiada lain yaitu Ahlussunah Wal Jama’ah dan Ke-NU-
an, mudah-mudahan NU di lingkungan gandamekar dapat berkembang dan semakin kuat
tidak ada hambatan atau tekanan dari pihak luar, bila mana ada pihak luar menyebarkan
ajaran keagamaan luar dari NU kami sebagai Guru Ngaji yang bergabung Dengan FSGN (
Forum Silatirahmi Guru Ngaji ) akan mengusir orang yang menyebarkan agama atau
paham selain NU.
    II.        Organisasi
Karena NU Keberadaanya sangat penting sekali untuk menjaga dan untuk mengidupkan
aswaja maka desa gandamekar perlu adanya kepengurusan yang bagus, perwakilan dari
desa gandamekar dalam konfercab ke VII dicikeris  kec. Bojong maka NU di desa ganda
mekar mempuyai NU secara Setruktural, dan NU secara setruktural mulai mengetahui NU
Setruktural dari mulai kepengurusan Cabang ( PC.) dan kepengurusan MWC ( Majlis
Wakil Cabang ) serta kepengurusan desanya di sebur pengurus Ranting.
II.1  Kepengurusan Cabang ( PCNU ) Purwakarta
Hasil konfercab di cikeris dapat disimpulkan pengurus cabang yaitu KH. Adang Badrudin
sebagai Rois Suriyah serta KH. John Dien, Th, SH,M.Pd dan ketua PCNU kabupaten
Purwakarta Yaitu Drs. H.Natsir Sa’ady yang dahulu ketua Kandepag Purwakarta.
II.2 Kepengurusan Majlis Wakil Cabang ( MWC ) Plered
Yang saya ketahui pengurus MWC Kec. Plered yang alamat kantornya di Gg. Coklat
Warung Kandang Plered, Ketua MWC sekarang Yaitu H. Dadang Zaenal Muttaqien,
S.Ag.,M.Si. yang kepala KUA Kec. Tegalwaru serta sebagai Pengurus LP. Ma’arif NU
PC.Purwakarta, dan mempunyai Lembaga pendidikan di daerah plered yang tujuannya
untuk memghidupkan Aswaja dan Ke-NU-an beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah
( MTs ) Ma’arif 1 Plered sekaligus sebagai kepala Madrasahnya, sekertarisnya Ahmad
Jaelani
II.3 Kepengurusan Ranting Desa Gandamekar
Pengurus ranting NU desa gandamekar merupakan suatu tokoh di desa gandamekar yang
sangat religius beliau lahir di Kp. Rawa Gede Desa Rawasari Kec.Plered Putra H. Ali
Nawawi Bin KH. Dumyati Bin KH. Fattah beliau bernama H. Syariful Kudus beliau
merupakan NU Tulen karna dari keturunan yang sangat faham tentang NU itu sendiri
sehingga beliau berani membela dan mewakafkan dirinya untuk NU, Beliau sempat
menjadi Anggota BPD ( Badan permusywatan Desa ).
Kepengurusan NU didesa mulai dibentuk sejak tahun 2004 secar setruktural atas mandat
dari pengurus Majlis Cabang ( MWC ) Kec. Plered, pengurus NU didesa gandamekar
sering kali memberikan ijin ( Rekomendasi ) untuk pembangunan masjid serta perayaan
hari besar Islam diantaranya maulid nabi Bersar Muhammad SAW, isra mi’raj Bersar
Muhammad SAW, tahun baru Hijriyah, dll.
   III.        Perkembangan NU Didesa Gandamekar
NU didesa gandamekar sekarang ini sudah dikatagorikan sudah berkembang dalam segi
Setrukturalnya namun belum mempunyai banom pengurus ranting diantaranya GP. Ansor
dan IPNU, IPPNU mudah mudah-mudahan untuk kedepannya NU di desa gandamekar
pemudanya mulai mengenal GP. Ansor serta IPNU,IPPNU supanya sejak dini anak-anak
di desa gandamekar sudah paham apa itu NU dan di NU Itu mempunyai banom, sehingga
hidup mereka mulai mempunyai arah dan pembinaan.
Dengan demikian WARGA masyarakat dapat mengamalkan aswaja, cara perpikirnya
berpikir aswaja, pandangan politiknya berpandangan aswaja, serta sikap masyarakatnya
kuat pada aswaja dan menjalankan dan tidak dapat terpengaruh oleh ajaran baru yang
tujuannya untuk membumi hanguskan aswaja.
III.1 Sikap kemasyarakatan Warga NU Desa
Sikap masyarakat warga NU terhadap NU sangat antusias dan mereka bangga dengan
dirinya karena dari mulai lahir serta dewasa berada dalam zona NU, dan mereka
berkeyakinan dengan mereka NU akan membawanya selamat di dunia dan akhirat,
masyarakat NU didesa gandamekar mulai tahu apa itu NU yang sebenarnya dan mereka
dapatkan dari pengajian rutinan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak-anak
mendapatkan penjelasan NU dari pendidikan Formal berbasis aswajayang berada di
sebelah timur desa yaitu MTs. Ma’arif 1 Plered dan MI. yang kepala sekolahnya
merangkap mengajar di MTs Ma’arif itu sendiri sehingga dapat memberikan pemahaman
kepada anak-anak desa gandamekar supaya tidak ada alasan untuk tidak mengetahui,
menjalankan faham ahlussunah wal jama’ah yang dimotori oleh NU itu sendiri.
III.2 Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa
Perilaku Dan Keperibadian Waga NU Desa meliputi Ukhuwah islamiyah mereka, sikap
politik warga nu desa, dan pengamalan Aswaja oleh masyarakat desa gandamekar,
sehingga dengan demikian NU di desa gandamekar berkembang dan dapat kemajuan
yang signifikan.
III.2.1 Ukhuwah
Ukhuwah islamiyah didesa gandamekar sangat terasa diantaranya bergotong royong
dalam segala hal baik dalam kegiatan peribadi contohya warga masyarakat satu akan 
mengadakan suatu syukuran maka masyarakat yang lain membantu supaya
terselengaranya dan suksesnya kegiatan tersebut ataupun dalam kegiatan umum
contohnya pembangunan sarana peribadahan, kegiatan Hari besar islam mereka sangat
antusias belum pernah ketinggalan dalam masalah fastabiqul khairat.
Sering sekali mengadakan rutinan sehingga tali persaudaraan sesama tetangga sangat
terjaga, setiap sore apalagi bulan suci ramadhan acara ngabuburit di rumah warga sampai
dengan buka bersama itu terjadi.
III.2.2 Pandangan Politik
Pandangan politik wargan NU desa gandamekar tidak sama ratanya atau tidak kompak
yang mereka pikirkan asal partai tersebut islam apalagi islammnya berfaham Ahlussunah
wal jamaa’ah maka mereka akan memilihnya, hasil pemilihan umum tahun 2009 sebagian
besar warga NU desa gandamekar memilih partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) Serta
Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) karena mereka mengganggap partai tersebutlah yang
mempunyai faham sawaja dank ke NU-an apalagi kalau sekarang masih ada partai NU
maka mereka warga NU akan memilihnya.
III.2.3 Pengamalan Aswaja
Warga NU masyarakat Desa Gandamekar hampirsemua kampung melaksanakan
aswajanya baik dalam cara peribadahannya, sikapnya ( Tingkah lakunya ) diataranya dari
mulai dalam kandungan ibu sebelum lahir bayi sering diadakan syukuran bulanannya
sampai bayi itu lahir mereka mengadakan syukuran dengan merhabaan, pada
peribadahan nya solat mereka cendung melaksanakan apa yang harus dilaksanakan
sebagai warga NU diantaranya kalu solat subuh itu memakai kunut serta pada setiap solat
pardu mereka tidak langsung pulang melainkan wiridan sampai selesai, mereka pun tidak
mau ketinggalan apabila sudah datangnya perayaan maulid nabi besar Muhammad SAW
Dan isra Mi’raj nabi besar Muhammad SAW mereka selalu memeriahkannya, baik dari
kalangan pemuda sampai dengan orang tua atau bahkan sampaui anak-anak sekalipun,
disetiap masjid, tempat pengajian dan pemuda desa gandamekar.
Pada hari jum’at sebelum masyarakat bagi kaum laki-laki selalu mengadakan jumsih
( jum’at bersih-bersih) diataranya membersihkan jalan, makam, serta tempat ibadah, pada
pelaksanaan jum’atan warga NU desa gandamekar melakukan peribadahan sesuai yang
diajarkan faham ahlussunah wal jama’ah, dan setelah selesai jumatan tidak dulu pulang
melainkan wiridan sampai pembacaan ila hilas, dan setelah pulang kerumahnya mereka
mengadakan ziarah kubur pada makam-makam keluarganya yang telah meninggal
mendahului mereka.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan di Surabaya oleh
para tokoh yang berhaluan Ahlusunnah Waljama’ah, diantara para pendirinya adalah K.H.
Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan K.H.R. Asnawi dari Kudus yang
merupakan tokoh pendiri NU di Kudus. Penyebaran Ahlusunnah Waljama’ah bertujuan
untuk mengembangkan perjuangan dalam peningkatan ibadah, pendidikan, ekonomi,
sosial , NU di Purwakarta sudah terbentuk bahkan sudah mempunyai kepengurusan MWC
di tingkat kecamatan dan bahkan sebagian pengurus ranting sudah ada termasuk
kepengurusan di Desa Gandamekar tempat saya bertempat tinggal apalagi terbentuknya
FSGN semakin menguatkan dan memperkokoh pemahaman masyarakat desa tentang
aswaja dan Ke-NU-an, di desa gandamekar masyarakatnya sudah mengenal NU tapi
secara cultural akan tetapi dari tahun ketahun mengalami kemajuan ditambah dengan
ustad yang ada di desa tersebut notabenya dari NU dan bahkan mengenyam
pendidikanya di STAI-NU Purwakarta sehingga warga desa ganda mekar akan tahu
makna NU yang sebenarnya dan dan pengamalan Aswaja di desa gandamekar tersebut.

Anda mungkin juga menyukai