Tugas mencatat di buku catatan, setelah selesai silahkan menuliskan
nama di daftar “sudah menyelesaikan tugas” di grup kelas XI masing masing. Hasil catatan diperiksa pd saat “belajar tatap muka”.
SMA Muhammadiyah 47 Cipanas
@ Lahir di gresik, JATIM 2 maret 1904,- meninggal 3 oktober 1968
Ia berasal dari keluarga santri sederhana dan taat beribadah.
Masa kecilnya dilalui dengan belajar membaca al-Quran dan ilmu pengetahuan umum dari ayahnya sendiri.
@ Menginjak usia remaja ia belajar di pondok pesantren di
Gresik tahun 1914 - 1918.tahun 1918-1924 dia menimba ilmu pengetahuan di pondok pesantren di luar daerah Gresik. Dengan demikian, ia juga banyak menguasai buku-buku yang diajarkan di pesantren-pesantren tradisional, karena penguasaannya dalam bahasa Arab.
@ Keterlibatannya dalam Muhammadiyah dimulai pada tahun
1925, ketika ia diangkat sebagai Ketua Group 1. K.H. FAQIH USMAN Muhammadiyah Gresik, ia diangkat sebagai Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Jawa Timur periode 1932-1936 yang berkedudukan di Surabaya. Ketika Mas Mansur dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, ia menggantikan kedudukan Mas Mansur sebagai Konsul Muhammadiyah Jawa Timur pada tahun 1936. Pada tahun 1953, untuk pertama kalinya dia diangkat dan duduk dalam susunan kepengurusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Menjelang meninggalnya, beliau dikukuhkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta untuk periode 1968-1971. Namun, jabatan itu sempat diemban hanya beberapa hari saja, karena ia segera dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa pada tanggal 3 Oktober 1968. Selanjutnya kepemimpinan Muhammadiyah dilanjutkan oleh Abdul Rozak Fachruddin. @ Seorang mentri agama ke- 6 dalam 2x masa jabatan yakni pada kabinet halim & wilopo, zaman presiden soeharto. Faqih Usman banyak terlibat aktif di berbagai gerakan Islam yang sangat membantu pengembangan Muhammadiyah. Seperti : majalah Bintang Islam sebagai media cetak Muhammadiyah Jawa Timur & Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937. Dia juga ikut andil dalam Partai Masyumi sejak didirikannya pada tanggal 7 Nopember 1945 dalam Muktamar Ummat Islam di Yogyakarta. Dia duduk sebagai salah seorang Pengurus Besar Masyumi, dan pada tahun 1952 duduk sebagai Ketua II sampai dengan tahun 1960, yaitu pada saat Masyumi dibubarkan. Pembubaran Masyumi pada masa rezim Soekarno menancapkan luka yang mendalam bagi para tokoh ummat Islam saat itu, ketika rezim itu tumbang digantikan oleh rezim Orde Baru, maka Faqih Usman bersama dengan Hasan Basri (mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia) dan Anwar Haryono (mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) mengirim nota politik kepada pemerintah Orde Baru. Nota politik ini kemudian dikenal dengan Nota K.H. Faqih Usman, yang isinya permintaan agar Pemerintah RI Orde Baru mau merehabilitasi Masyumi dari partai terlarang. Dalam aktivitas politik di negeri ini. Fakih usman pernah memimpin Departemen Agama pada masa Kabinet Halim Perdana kusumah sejak 21 Januari 1950 sampai 6 September 1950. Pada tahun 1951 ia ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Agama Pusat. Situasi politik di tanah air yang tidak stabil saat itu menyebabkan susunan kabinet pun jatuh bangun. Ia dipercaya kembali sebagai Menteri Agama pada masa Kabinet Wilopo sejak 3 April l952-1 Agustus 1953. Fenomena terpilihnya Faqih Usman sebagai Menteri Agama yang kedua kalinya sempat menimbulkan konflik politik antara Masyumi dan Nahdhatul Ulama. K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan representasi kubu NU menuntut agar jabatan Menteri Agama diberikan kepada unsur NU. Namun, setelah diadakan pemungutan suara, ternyata Faqih Usman (representasi Masyumi) yang terpilih. Hal ini mempengaruhi peta politik Islam di tanah air, karena akhirnya justru mempercepat proses pemisahan Nahdhatul Ulama (NU) dari Masyumi. pada kepengurusan KHA. Badawi yang pertama (1962-1965), KH Fakih Usman merumuskan sebuah konsep pemikiran yang kemudian dikenal dengan “ Kepribadian Muhammadiyah”.dalam Muktamar Muhammadiyah ke- 35 tahun 1962 di Jakarta, yang akhirnya diterima sebagai pedoman bagi warga Muhammadiyah. 2. K.H. ABDUL RAZAK FAKHRUDIN ( 1971-1990 )
• Nama Lengkap : Abdul Rozak Fachruddin
• Lahir : Kulonprogo, Yogyakarta, Senin, 14 Februari 1916 - 17 Maret 1995 • A.R. fachrudin tokoh Islam Indonesia yang pernah menjadi ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah paling lama dalam memimpin Muhammadiyah yaitu selama 22 tahun (1968-1990). • Ayahnya, K.H. Fachruddin adalah seorang Lurah Naib atau Penghulu di Puro Pakualaman yang diangkat oleh kakek Sri Paduka Paku Alam VIII sementara ibunya bernama Maimunah binti K.H. Idris adalah keturunan Raden Pakualaman. • Pada tahun 1930, ayah A.R. Fachruddin meninggal di Bleberan dalam usia 72 tahun. • Keterlibatan A.R. Fachruddin di pusat Muhammadiyah membuatnya dipercaya untuk menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, kemudian menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, selanjutnya menjadi anggota Dzawil Qurba Pimpinan Pusat Muhammadiyah, • sampai akhirnya dipercaya memimpin Muhammadiyah hingga akhirnya dia memimpin selama kira-kira 22 tahun (1968-1990)., • Di pilih sebagai ketua :Dalam mukhtamar ke-38 tahun 1971 di ujung pandang. Mukhtamar ke-40 tahun 1978 di surabaya Muktamar ke-41 tahun tahun 1985 di Surakarta MASA KRISIS PADA MASA K.H. ABDUL ROZAK FAKHRUDIN Keharusan untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satu nya asas. Kunjungan Paus Yohanes Paulus II, sebagai bentuk reaksinya beliau menulis buku “ Mangayubagya sugeng rawuh lan sugeng kondur “ Bahwa indonesia adalah negara yang penduduk nya sudah beragama islam jadi jangan rakyat menjadi objek kristenisasi KEPUTUSAN PENTING DALAM PENATAAN ORGANISASI PADA MASA K.H. A.R. FAKHRUDIN 1. Khittah (garis besar perjuangan) muhamadiyah, alias khittah ponorogo yang di sempurnakan dalam mukhtamar ke- 40 surabaya 2. Pendekatan dengan pemerintah soeharto ( atas saran jendral Sarbini ) 3. Ikut membidani kelahiran partai muslimin indonesia 4. Perubahan AD muhamadiyah dengan menetapkan pancasila sebagai asas organisasi 5. Tersusun nya konsep dakwah oleh PP Mhd majlis tabligh & tuntunan raktis nya 6. Tersusunya konsep kaderisasi & pedoman praktisnya oleh badan pendidikan kader (BPK) 7. Tersusunya berbagai program pendidikan majelis pendidikan dasar & menengah 3. PERIODE K.H. AHMAD AZHAR BASYIR, M.A. ( 1990-1995 ) Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode Azhar Basyir (1990-1995) didominasi oleh kaum intelektual produk Muhammadiyah. Hal ini barangkali merupakan representasi dari Ahmad Azhar Basyir sendiri yang menghabiskan masa studi formalnya selama 34 tahun. Kiai Haji Ahmad Azhar Basyir dilahirkan di Yogyakarta tanggal 21 November 1928-28 Juni 1994 Ia menamatkan studi dasar di Sekolah Rakyat Muhammadiyah di Suronatan Yogyakarta tahun 1940. Pada tahun 1944 menamatkan Madrasah Al-Fatah di Kauman Yogyakarta Madrasah Salafiah Pondok Pesantren Termas Pacitan, Jawa Timur pada tahun 1942-1943. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Madrasah Muballighin III (Tabligh School) Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1946. Setelah masa-masa agresi militer Belanda di Indonesia yang melibatkannya dalam aksi-aksi kelasykaran di Yogyakarta (ia tercatat sebagai anggota Hizbullah dan Angkatan Perang Sabil), studi formalnya di Madrasah Menengah Tinggi Yogyakarta tahun 1949 dan tamat tahun 1952 Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan menyelesaikan gelar kesarjanaannya pada tahun 1956. Pada tahun 1957 ia mendapat tugas belajar di Universitas Baghdad Irak, yang kemudian tidak diselesaikannya, karena pindah ke Universitas Darul Ulum Mesir hingga mencapai gelar master tahun 1968. Tesis yang ditulisnya bertemakan Nizam Al-Mirats fi Indonesia, bainal `Urf wa-al-syari`ah al- Islamiyah (sistim warisan di Indonesia, menurut hukum adat dan Islam). Setibanya di Indonesia dari studinya di Timur Tengah, ia masuk dalam jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Majelis Tarjih sampai tahun 1985. menjabat Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai tahun 1990 pada Muktamar Muhammadiyah ke-42 di Yogyakarta ia terpilih sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggantikan Pak AR Fachruddin. Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode Azhar Basyir (1990-1995) didominasi oleh kaum intelektual produk Muhammadiyah. Hal ini barangkali merupakan representasi dari Ahmad Azhar Basyir sendiri yang menghabiskan masa studi formalnya selama 34 tahun. • Kiai Haji Ahmad Azhar Basyir dilahirkan di Yogyakarta tanggal 21 November 1928, 28 Juni 1994 • Ia menamatkan studi dasar di Sekolah Rakyat Muhammadiyah di Suronatan Yogyakarta tahun 1940. • Pada tahun 1944 menamatkan Madrasah Al-Fatah di Kauman Yogyakarta • Madrasah Salafiah Pondok Pesantren Termas Pacitan, Jawa Timur pada tahun 1942-1943. • Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Madrasah Muballighin III (Tabligh School) Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1946. • Setelah masa-masa agresi militer Belanda di Indonesia yang melibatkannya dalam aksi-aksi kelasykaran di Yogyakarta (ia tercatat sebagai anggota Hizbullah dan Angkatan Perang Sabil), • studi formalnya di Madrasah Menengah Tinggi Yogyakarta tahun 1949 dan tamat tahun 1952 • Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan menyelesaikan gelar kesarjanaannya pada tahun 1956.