Anda di halaman 1dari 9

PROFIL KETUA MUI KOTA MEDAN

MUI Kota Medan berdiri pada tahun 1976 satu tahun setelah terbentuknya MUI Nasional
26 Juli 1975/7 Rajab 1395 H. Sampai dengan tahun 1986 MUI Kota Medan tidak mengenal
periodesasi. Ketua Umum pertama MUI Kota Medan adalah Tuan KH. Sayuthi Noor. Barulah
setelah Musyawarah Daerah Pertama MUI Medan dilaksanakan pada tahun 1986 terbentuklah
kepengurusan MUI Kota periode pertama Tahun 1986 – 1991 yang diketuai oleh Tuan KH.
Sayuthi Noor. Kepengurusan periode pertama ini mendapatkan piagam penandatanganan dari
Pemerintah Kota Madya Medan oleh Wali Kota Drs. H. Agus Salim Rangkuti.

Berturut turut Ketua Umum MUI Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

PERIODE KEPENGURUSAN KETUA UMUM KETERANGAN


1976 - 1981 NON PERIODE TUAN KH. SAYUTHI NOOR
1981 - 1986
1986 – 1991
1991 - 1996 PERIODE II KH. AZIS USMAN
1996 - 2001 PERIODE III KH. AZIS USMAN
2001 – 2006 PERIODE IV DR. H. MOH. HATTA
2006- 2011 PERIODE V PROF. DR. H. MOH. HATTA
2011 – 2016 PERIODE VI PROF. DR. H. MOH. HATTA
2016 – 2021 PERIODE VII PROF. DR. H. MOH. HATTA

1. KH. Sayuthi Noor1 (1976 – 1981)

1
Informasi tentang KH. Sayuthi Noor ini sepenuhnya bersumber dari wawancara dengan Drs. H. Anwar
Sayuthi, satu dari 14 anak kandung Beliau yang saat ini telah berumur 72 Tahun tinggal di Jl. Syailendra Medan
Barat.
A. Kelahiran dan Pendidikan

KH. Sayuthi Noor dilahirkan di Medan pada tanggal 10 Oktober 1913 itu berarti 32 tahun
sebelum Indonesia merdeka.. Nama Noor diambil dari ayah beliau H. M. Noor. Ibunda Sayuthi
Noor bernama Hj. Siti Amninah. Beliau hanya memiliki satu saudara yaitu Hj. Siti Zainab Noor.
Asal usul keluarga ayah beliau berasal dari Jawa Timur. Itulah agaknya gelar Kiyai disematkan
orang orang Medan dipangkal nama beliau sebagaimana kebanyakan ulama ulama Jawa pada
umumnya, meskipun sesungguhnya gelar Kiyai di Tanah Jawa diperuntukkan bagi orang ‘alim
yang mengasuh pondok pesantren.

Ayah KH. Sayuthi Noor tergolong orang yang alim, terlihat dari gelar haji yang beliau
sandang. Orang orang dulu tidak sembarangan berangkat haji, selain karena adanya harta benda
yang disiapkan, ilmu yang cukup, juga tekad yang kuat dan berani. Sebab ibadah haji pada
waktu itu memakan waktu yang cukup lama dan perjalanan yang tidak mudah.

Oleh ayahnya, Sayuthi Noor disekolahkan di Madrasah Jl. Hindu sekaligus di Sekolah
Dasar (Sekolah Rakyat) Jalan Abdullah Lubis Keduanya berada di Kota Medan. Selain
mendapatkan sekolah formal, Sayuthi Noor juga bersekolah tidak formal di English School
sampai tingkat edvan. Karenanya Sayuthi Noor mahir baik secara tulis maupun lisan berbahasa
Inggris sebagaimana mahirnya beliau berbahasa Arab secara lisan maupun tulisan. Di Madrasah
Jl. Hindu beliau belajar dengan sejumlah guru salah satunya yang dikaguminya adalah Ustaz
Malik.

KH. Sayuthi Noor selanjutnya meneruskan pendidikannya di Madrasah al Shaulatiyyah 2


di Makkah al Mukarramah lebih kurang selama tujuh tahun. Pada tahun 1936 Sayuthi Noor
kembali ke Tanah Air. Sekembalinya dari Makkah beliau berdakwah dan mengajar di sejumlah
pengajian baik di Kota Medan maupun luar kota. Pengajian di Kota Medan seperti di lakukan di
sejumlah mesjid, kantor Wali Kota, Kepolisian Kota Besar Medan, Perusahaan PDAM Tirtanadi
dan RISPA (Research Institute of The Sumatra Planters Association). Sedangkan di luar kota
jadwal dakwah dan mengajarnya tidak tetap bergantung kepada undangan yang disampaikan.

Sekalipun KH. Sayuthi Noor mendapat undangan ceramah dan pengajian dari berbagai
mesjid besar dan instansi di Kota Medan beliau tidak suka dijeput. Bersama sepeda motor
bututnya yang setia itulah KH. Sayuthi Noor berkeliling ke mana mana.

2
Madrasah al Shaulatiyah didirikan Tahun 1292 H oleh seorang ulama asal India Syeikh Ibn Khalil al Hindi
al Dahlawi. Merupakan madrasah swasta pertama yang didirikan di Hijaz masa Kesultanan Usmaniyah. Madrasah
Shaulatiyah ini terkenal ke seluruh dunia termasuk ke Nusantara. Di Sumatera Utara terdapat beberapa ulama
yang pernah mengecap pendidikan di sina yaitu, Syeikh H. Mushthafa Husein pendiri Pondok Pesantren Purba Baru
Mandailing Natal, Syeikh H. Hamdan ‘Abbas pernah menjabat Ketua MUI Sumatera Utara, Syeikh Mahmud
Syihabuddin Ulama yang pernah mengajar di Masjidil Haram.
KH. Sayuthi Noor memiliki 14 orang anak dari dua isteri yakni Hj. Rodiah dan Hj.
Mursyidah. Dengan Hj. Rodiah Beliau memiliki 3 orang anak dan dengan Hj. Mursyidah
memiliki 11 orang anak3. Perlu dimaklumkan bahwa keduanya tidaklah dipoligami.

KH. Sayuthi Noor wafat saat melaksanakan Ibadah Haji Tahun 1981 dan dikebumikan di
sana. Ibadah haji terakhir beliau ini merupakan undangan dari Menteri Agama RI, H. Ratu
Alamsyah Perwiranegara.

B. Kiprahnya di masyarakat

Sebagian telah diceritakan bahwa KH. Sayuthi Noor berdakwah dan mengajar ke
sejumlah tempat di Kota Medan dan luar kota. Di samping itu beliau dalam kehidupan bersosial
masyarakat aktif terlibat dalam ormas Islam Al Ittihadiyah dimana beliau pernah menjabat
sebagai ketua.

Pada Tahun 1958 KH. Sayuthi Noor menjadi Anggota DPRD Kota Medan dari Partai
PARMUSI. Bersama dengan koleganya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan H.
Bahrum Saleh Nst dan Hj. Asyiah Lubis mereka memperjuangkan tanah di Jl. Gedung Arca
Medan untuk digunakan sejumlah organisasi mulai dari Al Ittahidayah, Al Washliyah, dan
Muhammadiyah. Keterlibatannya dalam organisasi Al Ittahidayah dan keberadannya sebagai
tokoh Muslim Kota Medan mengantarkannya untuk mengikuti Konferensi Islam Asia Afrika I di
Bandung pada Tahun 1967.

C. KH. Sayuthi Noor dan MUI Kota Medan

MUI Medan

2. KH. Abdul Aziz Rusman (1991 – 2001)

3
Nama anak anak KH Sayuthi Noor adalah 1. M, Sanusi 2. H.M. Nurhadi 3. H.M. Hasan Basri 4. H.M.
Ridwan, SMHK 5. H.M. Salim, BA 6. Hj. Raisah 7. Drs. H.M Anwar Sayuthi 8. H.M. Nuh Sayuthi 9. H.M. Ilyas Sayuthi
10. Hj. Hamidah 11. M. Rusdi 12. Khadijah 13. Ir. H. Ikhsanuddin 14. Hj. Zakiah
3. Prof. Dr. H. Mohd. Hatta (2001 – 2021)

A. Kelahiran dan Pendidikan

Mohd. Hatta dilahirkan pada tanggal 9 Juni 1950 di Stabat Kab. Langkat Propinsi
Sumatera Utara dari Ayah bernama….dan Ibu ….

Pendidikan Mohd. Hatta di mulai di Sekolah Rakyat yang diselesaikannya pada tahun
1963 di tanah kelahiran beliau Stabat Langkat Prop. Sumatera Utara. Setelah Tamat SR Mohd.
Hatta melanjutkan pendidikannya di PGA YPII (Pendidikan Guru Agama Yayasan Pendidikan
Islam Indonesia) Tanjung Pura satu kota yang dulu pada masa sebelum kemerdekaan terkenal
sebagai pusat pemerintahan kesultanan terkaya di Sumatera Timur yakni Kesultanan Langkat.
Pendidikan PGA ini beliau jalani selama 4 tahun sebab setelah itu Mohd. Hatta melanjutkan ke
Sekolah Persiapan IAIN Medan pada tahun 1967 hingga selesai pada tahun 1969.

Fakultas Dakwah IAIN Ar Raniry Banda Aceh merupakan lembaga pendidikan


berikutnya yang dimasuki oleh Mohd. Hatta hingga tahun 1973. Ini merupakan salah satu
jenjang pendidikan tinggi beliau. Tercatat ada dua lembaga pendidikan tinggi lainnya yang ia
masuki yakni Fak. Dakwah IAIN Walisongo Semarang (selesai tahun 1977) dan Universitas
Syah Kuala Banda Aceh (selesai tahun 1982).

Pendidikan Doktor (S3) Mohd. Hatta diperolehnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2001 dengan mempertahankan disertasi berjudul …

Pada Tahun 2003 Mohd. Hatta dikukuhkan sebagai Guru Besar di Fakultas Dakwah IAIN
Sumatera Utara Medan, salah satu Institusi pendidikan tinggi Islam negeri Sumatera Utara di
mana beliau mulai berkarir sejak tahun1979.

Prof. Dr. Mohd. Hatta memiliki 4 orang anak, 2 laki laki dan 2 perempuan. Isteri Beliau
bernama Hj. Ernawaty Lubis, SH., M. Kn.
B. Kiprahnya di Masyarakat Akademis.

Sebagai akademisi maka riwayat Mohd. Hatta di masyarakat akademis tidak mungkin
tidak dikisahkan. Tahun 1964 sampai dengan 1967 Beliau pernah menjabat sebagai ketua
pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kec. Stabat. Setelah memasuki perguruan Tinggi,
Mohd. Hatta menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Fak. Dakwah Ar Raniry Banda Aceh. Itu
terjadi pada tahun 1972. Selanjutnya pada tahun 1973 menjadi Ketua I Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Cabang Banda Aceh.

Kematangan Mohd. Hatta dalam berorganisasi sejak pelajar hingga mahasiswa, menular
ketika Beliau aktif bertugas di kampus IAIN SU. Berbagai jabatan telah Mohd. Hatta lakoni.
Mulai dari Kepala Urusan Mahasiswa tahun 1979 – 1980, Kepala Bagian Kemahasiswaan dan
Alumni tahun 1980 – 1983, Wakil Dekan Fak Dakwah IAIN SU 1983 – 1987, Dekan Fakultas
Dakwah 1988 – 1992, Sekretaris Penilai Jabatan Tenaga Edukatif IAIN SU tahun 1989 – 1997,
Pembantu Rektor 2 tahun 1992 – 1997, Ketua Senat UIN SU Tahun 2017 hingga 2020. Seluruh
jabatan di kampus tersebut sukses dijalankan hingga memasuki masa purnabakti pada tahun
2020.

Selain di kampus IAIN SU/UIN SU Medan, Prof. Dr. Mohd. Hatta selama lebih kurang
30 tahun mengajar di Fakultas Tarbiyah Jam’iyah Mahmudiyah Tj. Pura Langkat mulai tahun
1982 hingga 2011. Lamanya Beliau mengajar hingga 30 tahun di Jam’iyah Mahmudiyah ini
merupakan bukti loyalitasnya kepada masyarakat tanah kelahiran, Langkat. Selain di Jam’iyah
Mahmudiyah Langkat Mohd. Hatta juga mengajar di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
Pematang Siantar tahun 1984 sampai 2001.

C. Mohd. Hatta dan MUI Medan

Prof. Dr. Mohd. Hatta menjabat sebagai Ketua Umum MUI Medan selama empat
periode. Itu berarti 20 tahun lamanya mulai 2001 hingga 2021. Dalam masa itu cukup banyak
yang ia lakukan bersama MUI Medan ini.

Mulai menjabat sebagai Ketua Umum MUI Medan bersamaan dengan promosi Beliau
sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian (Departemen) Agama Provinsi Sumatera Utara
membuat konsentrasi terbelah. Mulanya ragu, Tetapi berkat dukungan banyak orang terutama
sekali Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, akhirnya Mohd. Hatta menerima amanah ini.

Langkah awal adalah mendefenitifkan kantor MUI Medan yang sebelumnya tidak
memiliki kantor tetap. Selanjutnya melakukan konsolidasi dan mempersatukan seluruh jajaran
pengurus MUI Medan.

Setelah konsolidasi pengurus dan mendapatkan kantor yang defenitif maka agenda yang
Beliau lakukan adalah melakukan sertifikasi kehalalan sebuah produk. MUI Medan dalam hal ini
mendahului MUI MUI lain di Sumatera Utara bahkan MUI Provinsi sekalipun. Bagi MUI
Medan, hal ini begitu penting dalam rangka mengawal dan menjamin warga muslim Medan
dalam mengkonsumsi suatu produk. Sebab dalam ajaran Islam daging yang tumbuh dari sesuatu
yang haram maka neraka yang pantas untuknya. Sebaliknya bagi produsen, sertifikat halal
merupakan tambahan penting bagi nilai jual sebuah produk. Dimaklumi pemeluk muslim
merupakan bagian mayoritas dari masyarakat Indonesia yang merupakan konsumen produknya.
Atas kesadaran ini maka beberapa perusahaan di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
memohon legitimasi berupa sertifikat halal dari MUI Medan ini.

Dalam mengelola lembaga sertifikasi halal ini MUI Medan dibantu oleh H. Rusli
Sinuraya yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Perusahaan Daerah (PD) Pasar, dan sejumlah
akademisi dari Universitas Sumatera Utara diantaranya Prof. Efendi. Sedangkan pembiayaan
kantor dan peralatan disumbangkan oleh Abdillah sebagai pribadi dan sebagai Walikota. Namun
dalam sejarahnya lembaga ini mengalami kekisruhan dikarenakan adanya tarik menarik
kewenangan setelah berdirinya LPPOM MUI SUMUT.

Lembaga LPPOM MUI Medan ini tidak hanya mensertifikasi kehalalan sebuah produk
tetapi juga melakukan edukasi ke berbagai usaha salah satunya rumah potong hewan. Di rumah
potong hewan ini MUI Medan mengutus ahli dalam rangka mengedukasi bagaimana cara
melakukan penyembelihan yang sesuai dengan tuntunan syari’at.

Pada Tahun 2007, sebuah peristiwa yang sulit dilupakan di mana MUI Medan
membolehkan pengalihan tanah wakaf (istibdal) berupa sebidang tanah yang di atasnya berdiri
Mesjid Thoyyibah. Penetapan ini mendapat protes keras dari masyarakat hingga akhirnya
diajukan ke pengadilan. Prof. Dr. Mohd. Hatta sebagai Ketua Umum MUI Medan meminta
bantuan Prof. Dr. Pagar, M. Ag untuk menangani kasus ini hingga akhirnya dapat diselesaikan
dengan baik meskipun MUI Medan mendapatkan fitnah atas peristiwa ini dan Prof. Dr. Pagar
mendapatkan kekerasan fisik.

4. Dr. Hasan Matsum, M. Ag


A. Kelahiran dan Pendidikan

Adalah Hasan Matsum merupakan nama yang mirip dengan ulama Sumatera Utara Mufti
Kerajaan Deli abad 19M. Namun Hasan Matsum ini merupakan doktor jebolan UIN SU yang
ditetapkan sebagai Ketua Umum MUI Medan masa bakti 2021 sampai dengan 2026. Kemiripan
mereka berdua sejatinya pada sisi keilmiahan dan ghirah keagamaan.

Hasan Matsum lahir di Desa Selotong Kec. Secanggang Kabupaten Langkat pada tanggal
25 September 1969 dari pasangan Abdul Kadir Rokan dan Saliyah. Pendidikan Hasan Matsum di
mulai dari Sekolah Dasar Negeri No. 050705 Desa Selotong, Tahun 1983. Selanjutnya Beliau
meneruskan pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah Swasta Tarbiyah Islamiyah Hinai
Kiri, Langkat tamat tahun 1987. Sedangkan pendidikan menengah atas di Madrasah Aliyah
Swasta Ulumul Qur’an Stabat, satu pendidikan yang dikenal masyarakat Sumatera Utara sebagai
pencetak para penghapal Alqur’an. Hasan Matsum menamatkan pendidikan menengah atasnya
ini pada tahun 1990.

Pada tahun 1999 Hasan Matsum memperoleh gelar kesarjaan strata satu (S. Ag) dari
Faultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara. Berikutnya secara berturut turut gelar kesarjana strata
dua dan tiga diperolehnya di perguruan tinggi yang sama yakni tahun 2002 gelar Magister
Agama dan tahun 2015 gelar Doktor. Kedua nya pada Program Studi Hukum Islam, dimana pada
akhirnya linearitas keilmuan Hasan Matsum ini yakni pada bidang Hukum Islam semakin
memperkokoh keyakinan para pengurus MUI Medan untuk menempatkannya duduk sebagai
ketua umum.

B.

III. RIWAYAT PEKERJAAN


1. Tahun 2002 – 2007 : Dosen Universitas Al Washliyah (UNIVA)
Medan.
2. Tahun 2004 – 2007 : Dosen STMIK Potensi Utama, Medan
3. Tahun 2002 – 2007 : Asisten Dosen Fakultas Syari’ah IAIN-SU,
Medan.
4. Tahun 2008 – 2017 : Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN-SU, Medan

5. Tahun 2018 – Sekarang : Dosen Program Studi HUKI PPs UIN-SU


IV. RIWAYAT ORGANISASI
1. Tahun 2000 – 2002 : Ketua GPA Kec. Medan Barat
2. Tahun 2007 – Sekarang : Anggota Pengurus Wilayah Al-Jam’iyatul
Al-Washliyah Sumatera Utara
3. Tahun 2011 – Sekarang : Sekretaris Majelis Hisab Rukyah
PB Al-Jam’iyatul Washliyah
4. Tahun 2008 – Sekarang : Ketua Majelis Ta’lim Al-Bayan Sumut
Utara
5. Tahun 2006 – 2016 : Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kota Medan

6. Tahun 2016 – 2021 : Wakil Ketua Umum Majelis Ulama


Indonesia (MUI) Kota Medan

7. Tahun 2017 – 2022 : Bendahara Forum Kerukunan Umat


(FKUB) Kota Medan

8. Tahun 2017 – 2022 : Ketua Ikatan Guru dan Dosen Al-


Washliyah Kota Medan

9. Tahun 2021 – 2026 : Ketua Umum MUI Kota Medan

V. KARYA ILMIAH
Buku :
1. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta : Menara Buku, 2011
2. Tanya Jawab Seputar Fikih Islam, Medan : Wal Ashri Publishing, 2011
3. Tanya Jawab Fikih Islam Kontemporer, Medan : Wal Ashri Publishing, 2012
4. Penomena Aliran Keagamaan di Kota Medan, Medan : Wal Ashri Publishing, 2014
5. Integrasi Ahli Waris Pengganti dan Żaw al-Arḥām Dalam Hukum Waris Islam Indonesia,
Bandung : Citapustaka Media, 2015
6. Biografi Ulama Kota Medan, Medan : CV. Pustaka Prima, 2017
7. Hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Teori dan Praktik), Perdana Publishing, 2021.

Anda mungkin juga menyukai