Anda di halaman 1dari 3

Sejarah dan Ajaran Kebatinan Pangestu

Nama: Ganung Ahmad Maulana


NIM: 226131073
Kelas: SPI 2C

Judul Buku/Kitab/Jurnal : AJARAN DAN PRAKTIK RITUAL DALAM ALIRAN


PANGESTU DAN SAPTA DARMA
Penulis/Pengarang : M. Rahmat Ramadhan
Penerbit/Kota/Nama Jurnal : SkripsSkripsi
Tahun/No...Vol... : 2018
Halaman yang direview : 21 s/d 24 dan 110 s/d 112

A. Sejarah Ringkas Kebatinan Pangestu


Pangestu didirikan secara organisasi oleh R. Soenarto Mertowerdojo pada
tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Paguyuban ini adalah sebuah organisasi
kebatinan bagi orang-orang yang percaya kepada ajaran Sang Guru Sejati yang
diterima oleh R. Soenarto Mertowerdojo, serta yang ingin mencari kesejahteraan
hidup di dunia sampai di akhirat dengan mengikuti Pepadang.
Dillihat dari segi bahasa Pangestu merupakan sebuah Akronim dari
Paguyuban Ngesti Tunggal yang berasal dari bahasa Jawa. Paguyuban artinya
persatuan, atau persatuan yang dijiwai oleh hidup rukun dan semangat
kekeluargaan, Ngesti artinya memohon, atau upaya batiniah yang memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tunggal artinya bersatu, atau bersatu dalam hidup
dan bersatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa19. Jadi paguyuban Ngesti
Tunggal adalah persatuan memohon untuk bersatu dengan Tuhan.
Secara istilah dalam pandangan R. Soenarto, dalam wejangannya berkata,
Perlu saya terangkan bahwa ilmu Pangestu tidak menyebarkan Ilmu kebatinan
yang aneh-aneh atau yang lazim disebut sebagai “Ilmu Klenik”,”Ilmu Tua”, dan
sebagainya. Segala wejangan Sang Guru Sejati tercantum dalam kitab Sasangka
Jati berisi Ilmu Jiwa dan Budi Pekerti. Maka dari itu bahwa ajaran Sang Guru
Sejati ini tidak bertetangan dengan ajaran agama.
Ajaran Kebatinan Pangestu

Pertama, mengenai ikrar terhadap Tuhan, dalam kedua ajaran ini memiliki
konsep Kredo atau ikhrar seorang hamba terhadap Tuhan, sebagai sebuah pengakuan
kehambaannya. Dalam ajaran Pangestu disebut Paugeran dan dalam ajaran Sapta
Darma disebutnya Mblo Nur Roso. Akan tetapi secara pengcapan teks berbeda.

Kedua, Mengenai konsep emanasi Bahwa hakikatnya manusia itu berasal dari
dzat Tuhan, oleh sebab itu keduanya memiliki konsep Roh Suci dan Konsep emanasi
dalam proses Asal Mula manusia atau penciptaan manusia.

Ketiga, Tentang konsep penaklukan hawa nafsunya kedua ajaran ini


mengajarkan ke setiap warganya untuk melaakukan pengendalian diri atau
penaklukan hawa nafsu. Dalam ajaran Pangestu dianjurkan untuk melaksanakan
Hasta Sila, sedangkan dalam ajaran Sapta Darma dianjurkan untuk melaksanakan
Sujud, dan selain itu kedua ajara ini memiliki kesamaan dalam konsep nafsu manusia
yang terdiri dari empat sifat (Lawamah, Amarah, Mutmainah dan Sufiyah).

Keempat, Konsep Budi Luhur, diamana tingkatan jiwa seseorang telah dewasa
dan dapat mengendalikan dirinya serta sifatnya, dengan ini jiwa seseorang akan selalu
dibimbing langsung oleh Tuhan. Bahkan, dalam tahapan ini seseorang akan mendapat
wahyu dan tuntunan langsung dari Tuhan.

Keenam, Identitas ajaran bahwa kedua ajaran ini memiliki perbedaan walau
sama sama ajaran kebatinan, bahwa Pangestu itu merupakan tergolong kategori ajaran
tentang kejiwaan sedangkan Sapta Darma termasuk golongan ajaran kerohanian.
Sedangkan ajaran Pangestu lebih menekakan pelaksanaann Mistsismenya dengan
jalan pengendalian diri. Sapta Darma dalam pelaksanaannya lebih dominan dengan
pelaksanaaan Praktek Keagamaannya seperti Sujud, Racut, Ening. Selain itu,
Pangestu tidak bisa memastikan kapan seseorang itu telah mencapai Mistsisimenya,
hanya bisa menggambarakan ciri-ciri dari seseorang itu, Misalnya: segala
perkataannya merupakan Sabda-Nya, Prilakunya baik, dll. Dan ajaran Sapta Darma
Sendiri itu dapat diketahui walau dalam pengalamannya berbeda-beda yaitu dengan
melaksanakan Racut.
Ketujuh, Konsep Panuntun atau Guru. Ajaran Pangestu menyebutnya dengan
Sang Guru Sejati (Suksma Sejati), ialah Utusannya yang abadi. Berbeda dengan
ajaran Sapta Darma bahwa ajaran ini mengenalnya sebagai Panuntun, Panuntun disini
diartikan pembinging sperti pendirinya dan pemimpin pusat.

Kedelapan, Praktek keagamaan kedua ajaran ini memilki praktek keagamaan


yang berbeda. Ajaran Pangestu sendiri mengajarkan umatnya untuk melakukan
Panembah (Salat) sehari tiga kali (bagi Jiwa yang telah dewasa) dan sehari dua kali
(bagi jiwa yang belum dewasa).

Kesembilan, Tujuan akhir dari kedua ajaran ini ialah sama sama menyakini
bahwa diamana manusia akan bertemu dengan Tuhan. ketika seseorang telah bener-
benar suci dan melaksanakan segala perintah Tuhan. karena manusia berasal dari dzat
Tuhan maka akan kembali kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai