Anda di halaman 1dari 24

DASA WARSA

WAHYU SAPTA DARMA


( 10 Tahun Usia Wahyu Sapta Darma )

SIMBUL SAPTA DARMA


DASA WARSA
WAHYU SAPTA DARMA

( 10 Tahun Usia Wahyu Sapta Darma)

Disusun oleh

SRI PAWENANG

Juru Bicara Panuntun Agung

SAPTA DARMA

Dikeluarkan oleh

YAYASAN SAPTA DARMA

Dilarang mengutip atau mencetak

Atau menjual buku ini.


SESANTI

Di mana saja, kepada siapa saja


warga Sapta Darma
harus bersinar laksana surya (baskara)
PANUNTUN AGUNG

SRI GUTAMA
PANUNTUN WANITA / JURU BICARA
SRI PAWENANG

PENGANTAR PADA CETAKAN III

Sehubungan dengan permintaan para Tuntunan Sapta Darma di daerah untuk


mengeluarkan buku cetakan III maka kami keluarkan buku ini untuk meningkatkan
kesadaran, tugas para Tuntunan Sapta Darma sesuai dengan fatwa dari Panuntun Agung Sri
Gutama pada Munas Tuntunan Sapta Darma di Kediri pada tahun 1962. Dalam cetakan ke III
isi serta redaksinya sama dengan cetakan II.

Hal ini pula tidak mengurangi darmanya para tuntunan melalui para warganya di
seluruh tanah air, untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional, khususnya
memasuki pelita III untuk ikut serta merealisasikan Ketetapan MPR No. : II dan
IV/MPR./1978 sebagai amanat rakyat.

Semoga dengan keluarnya buku cetakan III ini akan lebih bermanfaat dan kesadaran
berjuang bagi para tuntunan sekalian, dalam ikut serta membina bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang mental spiritual.

Yogyakarta, 22 September 1978

SRI PAWENANG
WEWARAH TUJUH
Kewajiban Warga Sapta Darma

1. Setia tuhu kepada Panca Sila (Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil,
Maha Wasesa, Maha Langgeng).

2. Dengan jujur dan suci hati harus setia menjalankan perundang-undangan Negaranya.

3. Turut serta menyingsingkan lengan baju menegakkan berdirinya Nusa dan


Bangsanya.

4. Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu balasan,
melainkan berdasarkan rasa cinta kasih.

5. Berani hidup berdasarkan kepercayaan atas kekuatan diri sendiri.

6. Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, kekeluargaan harus susila beserta halusnya


budi pekerti, selalu merupakan penunjuk jalan yang mengandung jasa serta
memuaskan.

7. Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-ubah (Anyakra
manggilingan).
Notulen (tambatan)

PETUAH – PETUAH PANUNTUN AGUNG


SAPTA DARMA
BAPA SRI GUTAMA

Pada upacara peringatan 10 tahun Sapta Darma yang dihadiri oleh segenap Tuntunan
Sapta Darma seluruh Indonesia di Kediri (dua malam berturut –turut ialah tanggal 27/28 dan
28/29 desember 1962).

Tanggal : 27/28 desember 1962

Mulai jam : 22.25.

Para hadirin sekalian yth. Bapak-bapak Tuntunan Sapta Darma dari seluruh tanah air
Indonesia.

Pertama-tama minta maaf apabila di dalam uraian kami nanti terdapat kekurangan-
kekurangan, kekhilafan-kekhilafan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Di samping itu di sini kami sampaikan banyak-banyak terima kasih kepada Tuntunan
Agama Sapta Darma Propinsi Jawa Timur yang kami serahi untuk menyelenggarakan
peringatan ini, atas nama para yang hadir, kami minta maaf sebesar-besarnya.

Selanjutnya, yang pertama-tama kami akan berbicara pada para tuntunan dari seluruh
Indonesia yang pada malam hari ini hadir di sini.

Saudara-saudara para Tuntunan yth.

Tugas tuntunan adalah berat, berat sekali, mampu tidaknya melaksanakan tugasnya
tergantung pada kemauan, keinsyafan dan keikhlasannya.

Menjadi Tuntunan berarti mengabdi, yaitu mengabdi warga ia bertugas meninjau ke


tempat-tempat para warga di pelosok-pelosok, menuntun/mengajar serta membimbing
mereka untuk berdarma dalam hidupnya demi tercapainya cita-cita luhur/satria utama.

Jadi apabila terdapat kesalahan-kesalahan pada warga di dalam menjalankan/


melaksanakan ajaran Sapta Darma, sebenarnya sumber kesalahan itu terletak pada pundak
saudara-saudara tuntunan sekalian.

Mengapa demikian?
Sebab banyak para Tuntunan Sapta Darma yang hanya simbolis saja, dalam arti
belum melaksanakan fungsi dan tugasnya. Ia bahkan tidak mau bersatu/menyatukan diri,
tidak membimbing warganya, melainkan seperti majikan, minta didewa-dewakan, tidak
memberi contoh berdarma kepada warganya, dan sebagainya.

Padahal sebenarnya saudara-saudara dapat berdarma sesuai dengan kemampuan


daripada : nafsu, budi pekertinya.

Alasan tidak adanya waktu, hal ini tidak dapat kami terima, sebab dalam hidup kita
harus membagi waktu dari 24 jam itu misalnya :
- 8 jam untuk cari makan (bekerja);
- 7 jam untuk tidur;
- 2 jam untuk istirahat;
- 2 jam untuk bersenang-senang misalnya : ngelencer (jalan-jalan);
- 5 jam untuk mengolah rokhani.

Saudara-saudara sekalian yth.

Saya kira 5 jam telah cukup untuk mengolah rokhani sambil berdarma demi
tercapainya budi luhur. Kaya darma adalah ciri khas daripada manusia berbudi luhur.
Lihatlah pada simbol Sapta Darma (simbol pribadi manusia), ada tertulis nafsu, budi dan
pekerti berarti gerak cepat ke arah perbuatan yang baik sedangkan kata “Darma” disitu berarti
menolong tanpa pamrih.

Jadi kalau saudara betul-betul menjadi tuntunan berarti mempunyai jiwa yang rame
ing gawe sepi ing pamrih (banyak bekerja tanpa pamrih). Maka apabila saudara-saudara
memiliki demikian, laksanakanlah tugas tuntunan itu.

Tetapi apabila memang saudara tak mampu, tak sanggup, sehingga saudara-saudara
hanya jadi simbol saja, atau bersifat sebagai majikan saja, maka lebih baik letakkanlah dan
serahkanlah kembali tugas tuntunan itu, dan jadilah warga biasa.

Warga-warga pun insyaflah tentang pentingnya berdarma itu. Darmakanlah mengenai


hidup rokhanimu. Darmakanlah hasil penggalian pribadimu.

Rokhani=Jiwa=rasa.

Kaya darma rokhani berarti kaya darma rasa.

Bahasa Jawa – Dana Rasa.

Saudara-saudara sekalian yth.

Manusia hidup diliputi/dipengaruhi oleh 3 getaran, yaitu getaran dari tumbuh-tumbuhan,


getaran dari binatang, getaran dari cahaya.
-Hidup tumbuh-tumbuhan adalah tidak sempurna, karena hanya memiliki nafsu saja, ialah
nafsu untuk mencari makan. Lihatlah akar daripada tumbuh-tumbuhan tersebut menembus
apa saja yang menghalang-halangi dalam usahanya mencari makan.
-Hidup binatang juga kurang sempurna, karena memiliki nafsu dan budi, maka hidup
binatang lebih tinggi daripada hidup tumbuh-tumbuhan. Suatu usaha mempertahankan jenis
(misalnya: melindungi anak-anaknya), adalah budi yang ada pada binatang.
-Manusia adalah makhluk yang sempurna : karena memiliki nafsu, budi dan pekerti.
-Maka hidup manusia adalah sempurna dan tertinggi.
Saudara-saudara sekalian yth.

Makhluk-makhluk yang kurang sempurna saja banyak memberi darma. Lihat saja
tumbuh-tumbuhan berguna bagi binatang, juga bagi manusia, demikian pula binatang pun
berguna bagi hidup manusia. Selain tenaganya didarmakan kepada manusia, kalau perlu
sampai nyawanya pun misalnya ayam, ia menyerahkan lehernya apabila kita kehendaki.

Nyatalah bahwa binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai isi di dunia ini besar
darmanya bagi manusia.

Lalu bagaimana dengan kita manusia sebagai makhluk yang sempurna ini? Apa
darma kita kepada sesama hidup? Maukah kita dikalahkan oleh tumbuh-tumbuhan dan
binatang?

Saudara-saudara sekalian yth.

Sekarang apakah yang dapat kita darmakan? Yang dapat kita darmakan adalah nafsu,
budi, dan pakarti yang baik.

Apabila kita mengenyam buah, apa yang kita nikmati, ialah rasanya. Demikian pula
yang kita darmakan ialah rasa kita yang baik, budi pakarti kita yang baik, sehingga biar bisa
dikenyam oleh sesama hidup.

Getaran tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kita makan ini mempunyai pengaruh
juga terhadap tata hidup kita, dan pengaruh itu ada yang baik dan ada yang buruk. Sifat yang
jelek antara lain ialah sifat malas, iri hati, suka mencela, benci dan sebagainya. Semua sifat
tersebut adalah sifat yang mengotori kepala kita dan bahkan menunjukkan kekurangan diri.

Membasmi sifat-sifat itu berarti kita menghimpun sifat-sifat yang baik. Himpunan
getaran-getaran yang sempurna akan mendorong manusia bertindak yang baik dan berjiwa
luhur. Menjadikan manusia terhormat dan satria utama. Hanya satria utamalah yang dapat
menghayu-hayu bahagianya buana, dan berbudi bawa leksana.

Saudara-saudara yth.

Semua itu adalah petunjuk/kritik dan teori demi tercapainya keluhuran budi saudara-
saudara sendiri untuk mengolahnya. Jadi saudara-saudara mempunyai hak untuk mengoreksi
dan selanjutnya menggali diri sendiri. Ingatlah saja bahwa kita manusia adalah makhluk yang
tertinggi jadi janganlah kita mau dijajah/jangan mau kalah, dengan tumbuh-tumbuhan dan
binatang-binatang.
Saudara-saudara yth.

Renungkan dan camkanlah keterangan-keterangan di atas. Rasakanlah baik-baik


sebab saya tak pandai mengutarakan. Lalu bagaimana caranya supaya kita tidak dijajah oleh
getaran-getaran yang kurang sempurna?

Caranya ialah jujur, jujur sekali lagi jujur. Kita jujur terhadap siapapun, terutama
terhadap hidupnya sendiri.

Tingkah laku hidup manusia dikemudikan oleh getaran-getaran yang ada di kepala.
Apabila getaran-getaran tumbuh-tumbuhan yang memenuhi kepala, maka manusia yang
demikian akan bersikap malas, dan apabila getaran-getaran binatang yang menguasai, maka
meskipun ia giat, tindakannya akan kurang baik. Karena itu, galilah, telitilah selalu getaran-
getaran yang menguasai dirimu agar tingkah lakumu selalu didorong oleh getaran-getaran
yang sempurna. Ingatlah bahwa darmamu akan selalu diingat/dikenang oleh orang yang
diberi darma.

Dengan mencintai hidupnya, mencintai sesama umat, maka berarti ia menjunjung


tinggi dirinya, bangsanya dan negaranya.

Saudara-saudara yth.

Meskipun Sapta Darma perkembangannya laksana air laut yang berarti senantiasa
pasang surut serta bergelombang, namun dalam pertumbuhan dan perkembangannya selama
10 tahun ini warganya telah berjuta-juta.

Sebab semua mengenyam hasil-hasilnya, alangkah baiknya apabila hasil-hasil itu


diamalkan, didarmakan pada sesama. Dengan demikian Sapta Darma akan lebih pesat lagi
perkembangannya.

Banyak di antara tuntunan dan warga yang meributkan soal perlunya berdiri sebuah
sanggar di tempatnya. Ini sebetulnya kurang kami setujui.

Mengapa?

Saudara sekalian berdarma saja belum, sujudnya masih korat-karit, kok meributkan
soal berdirinya sanggar.

Jangan demikian saudara-saudara. Yang penting disini ialah : galilah rasamu yang
sempurna jangan meributkan soal sanggar, perbaikilah budi pekertimu dahulu, bersihkanlah
kepalamu dari kekotoran. Janganlah seperti udang yang selalu membawa kotoran di
kepalanya. Maukah saudara-saudara disamakan dengan udang? Maka sempurnakanlah
dahulu hidupmu. Galilah kepribadianmu yang asli, kemudian amalkanlah, darmakanlah. Soal
cita-cita sanggar itu mudah nanti.

Saudara-saudara yth.
Soal nama Sri Gutama saja jadi rebutan. Banyak yang ingin menyebut dirinya Sri
Gutama. Silahkan kalau memang konsekuen (jawa=sembada). Yang selalu membimbing
umat ke pelosok-pelosok berani meninggalkan kepentingan dirinya sendiri, hanya cinta dan
berdarma kepada umat. Dapatkah saudara memisahkan antara Sri Gutama dan Hardjosapura?
Yang mana Sri Gutama? Yang mana Hardjosapura?

Kalau saudara-saudara sujud melihat Sri Gutama seperti apa? Apakah melihat Sri
Gutama Hardjosapura Pare? Atau melihat Sri Gutama Pak Dirdja, Pak Salam. Di antara para
hadirin menjawab serentak: “Melihat Sri Gutama Hardjosapura Pare”.

Betul? Jawab: “Ya”.

Nah, saudara-saudara sekalian jangan sampai tertipu itu semuanya, malah akan
merugikan dirimu sendiri, sedang soal kecil diperbesar.

Saudara-saudara hadirin yth.

Modal jadi satria utama ialah jujur dan cinta. Baik terhadap dirinya sendiri, maupun
terhadap sesama. Untuk itu diperlukan kemauan yang keras dan kesanggupan yang penuh
dalam usaha menggali pribadi saudara yang asli atau hidup yang sempurna, di mana hasilnya
didarmakan.

Bila kita benar-benar bisa melaksanakan, percayalah bahwa saudara-saudara akan


dapat menjadi contoh, menjadi pelopor, sehingga akhirnya bangsa kita akan jadi pelopor
umat/bangsa di dunia.

Sekian dahulu saudara-saudara.

Akhirnya resapkanlah, dan renungkanlah dalam-dalam uraian kami tersebut. Apabila


kurang puas, kritiklah, debatlah. Jam 23.10.

Uraian Panuntun Agung Fase II. Jam 24.55.

Bapak-bapak, ibu-ibu yth.

Kami menangis karena melihat kenyataan banyak warga, dalam menjalankan


wewarah Agama Sapta Darma belum dapat melaksanakan sebagaimana mestinya. Karena itu
di bawah ini ada petunjuk-petunjuk yang benar. Kami berharap mendapat
perhatian/penelitian yang sepenuhnya, sehingga dengan demikian benar-benar dikuasai
dengan betul dan buahnya nanti dapat kita kenyam benar-benar dan dapat saudara-saudara
sebarkan serta turunkan kepada anak cucu kita nanti.

Saudara-saudara yth.

Sujud yang sempurna dalam pasujudan Sapta Darma bergandengan erat dengan biji
dan asal mula manusia.
Sujud Sapta Darma berarti pula sujud tentang asal mula manusia. Berarti yang dapat
merasakan rasa yang semulia-mulianya. Apakah asal mula manusia itu? Ialah dari getaran
tumbuh-tumbuhan dan getaran dari binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air
putih (air suci); dengan sinar cahaya (tri tunggal).

Di dalam pertanian misalnya, apabila kami inginkan hasil yang baik, maka dipilihlah
bibit yang baik, bibit yang unggul, bibit yang sempurna.

Sebab dengan bibit yang demikian, tanaman kita mengharap buah/hasil yang baik
pula.

Dalam kehidupan kita manusia, kita akan mencita-citakan mempunyai anak yang
baik, seperti anak yang cerdas, bagus, cantik, sehat, bijaksana dan sebagainya. Akan tetapi
adakah kita perhatikan bibitnya? Adakah dipelihara bibitnya? Ternyata tidak bukan? Bahkan
biji manusia diecer-ecer dimana-mana, disebarkan pada tempat-tempat gelap, tempat yang
tiada layak, dan sebagainya. Sebab menanam biji yang sempurna terletak pada bapak-bapak
semua. Kenakalan, kebodohan dan kekurangsempurnaan anak-anak yang dilahirkan, adalah
karena orang tuanya. Adalah akibat kekeliruan orang tua dalam memelihara bijinya. Karena
itu hematlah dengan biji manusia. Janganlah menuruti nafsu buasnya saja. Misalnya saja,
habis menanam di warung-warung atau di tempat-tempat gelap kemudian menebarkan di
sawahnya sendiri sampai di rumah. Lalu bagaimana hasilnya? Atau saudara habis main judi,
lihat barang-barang yang jelek-jelek, sampai di rumah terus menebarkan biji. Bagaimana
hasilnya nanti anak-anak kita? Tentu saja akan jelek bukan? Sebab getaran-getaran yang
buas, yang jelek masih terkenang-kenang di kepala padahal getaran-getaran tersebut akan
turut pula akan tersaring dalam menurunkan biji-biji manusia, dan turut pula tertanam di
dalamnya.

Bapak-bapak sekalian yth.

Ciptakanlah anak-anak/keturunan Sapta Darma yang baik, yang sempurna.


Ciptakanlah anak yang cerdas, yang berbudi luhur, anak yang utama, anak yang baik dengan
jalan memelihara biji manusia yang sempurna. Karena itu perlu saudara-saudara sekalian
mengolah biji manusia itu. Tentu saja caranya dengan jalan Sujud.

Karena seperti pernah, sering kukatakan pada saudara, bahwa getaran air putih kita
akan dapat menyiram ke seluruh tubuh, terutama dapat mengalahkan getaran-getaran yang
kurang sempurna yang ada di kepala. Maka kepala kita dapat tenang, tenteram dan dingin.
Yang mana nantinya getaran, tenteram tadi, akan turut pula tersaring dalam penanaman biji
tersebut. Yang akan menghasilkan anak yang cerdas, sehat dan waspada seperti yang kita
harapkan. Nah, inilah saudara sekalian yang terpenting harus saudara renungkan dan
perhatikan betul-betul.

Saudara-saudara hadirin yth.

Sampailah kita sekarang kepada uraian soal SUJUD. Dalam menjalankan Sujud perlu
sekali kami sempurnakan, agar lebih bermanfaat pada diri kita. Ucapan-ucapan dalam Sujud :
Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa. Benarkah yang sujud itu Hyang Maha Suci kita
sungguh-sungguh. Karena itu sekarang pahamkan benar, kemudiaan nanti sebarkan dan
beberkan pada warga-warga. Apabila belum mengerti sekali-kali janganlah malu bertanya.
Sebab ini adalah kebutuhan saudara sendiri.

Adapun cara penelitian sujud yang sempurna adalah sebagai berikut :

Yang pertama : DUDUK BERSILA BAGI SEORANG PRIA/BERTIMPUH BAGI


SEORANG WANITA MENGHADAP KE TIMUR, SEPERTI BIASA, MATA
DIARAHKAN KE BAWAH MEMANDANG TAJAM KURANG LEBIH 1 METER.
DUDUKNYA TEGAK LURUS, BERSIKAP TENANG JANGAN MEMIKIRKAN APA-
APA/MACAM-MACAM. ANDAIKATA KEPALA MENGGELENG KE KIRI ATAU KE
KANAN, JUGA APABILA KEPALA MENDANGAK ATAU KEPALA DINGKLUK KE
BAWAH, HAL INI TIDAK BOLEH SAMA SEKALI, KARENA NANTI AKAN
MENGHALANG-HALANGI (MENGGANGGU) JALANNYA GETARAN AIR SUCI
TERSEBUT YANG AKAN BERJALAN LANGSUNG KE OTAK BESAR.
FASE KE I
MULAI MERASAKAN GETARAN YANG KASAR NAIK, MAKA KEPALA
TERASA BERAT, KEMUDIAN GETARAN MENURUN MENUTUP MATA. SETELAH
MATA TERTUTUP AKIBAT TURUNNYA GETARAN TERSEBUT, MAKA GETARAN
MENURUN LAGI SAMPAI KE MULUT.
KEMUDIAN MULUT BIBIR TERASA TEBAL DAN DARI LIDAH KELUAR AIR
LIUR (AIR LUDAHNYA), KEMUDIAN AIR LUDAH TERSEBUT KITA TELAN,
TERUS DI DALAM BATHIN MENGUCAP :
“ALLAH HYANG MAHA AGUNG”
“ALLAH HYANG MAHA ROKHIM”
“ALLAH HYANG MAHA ADIL”
FASE KE II
SELANJUTNYA MERASAKAN GETARAN YANG KE 2 YANG HALUS IALAH
GETARAN AIR PUTIH, YANG BERASAL DARI TULANG CETIK ( BAHASA JAWA
SILIT KODOK ATAU TULANG EKOR). GETARAN AIR PUTIH TERSEBUT NAIK
SEDETIK DEMI SEDETIK MELALUI RUAS TULANG PUNGGUNG (ULO – ULO
BAHASA JAWA) ADAPUN JALANNYA SANGAT HALUS SEKALI KARENA TIAP
RUAS MERAWAT MENGAMBIL GETARAN DARI SUMSUM – SUMSUM TULANG
PUNGGUNG TADI, JALANNYA HALUS SEKALI. BEGITULAH SELANJUTNYA
SEDETIK DEMI SEDETIK MELALUI RUAS TULANG PUNGGUNG TERSEBUT.
DENGAN DEMIKIAN MAKA BADAN AKAN MEMBUNGKUK DENGAN
SENDIRINYA, MENGIKUTI JALANNYA GETARAN YANG HALUS TERSEBUT.
SIKAP LURUSNYA BADAN HARUS TETAP DIPELIHARA, ARTINYA
MEMBUNGKUKNYA JANGAN MELENGKUNG, SEHINGGA TIDAK
MENGGANGGU JALANNYA GETARAN AIR PUTIH TADI.
BAPAK – BAPAK DAN PARA HADIRIN YTH.
DISINI YANG PERLU DIPERHATIKAN IALAH GANGGUAN – GANGGUAN
YANG TIDAK KITA SANGKA – SANGKA DATANG IALAH PIKIRAN – PIKIRAN
YANG DATANG SEKONYONG – KONYONG, HINGGA MENGGANGGU DALAM
MERASAKAN NIKMATNYA JALANNYA GETARAN AIR PUTIH TERSEBUT.
BAGAIMANA CARA KITA MENOLAK GANGGUAN – GANGGUAN TSB ?
IALAH SEWAKU DATANG GANGGUAN – GANGGUAN TERSEBUT MAKA
MATA KITA BUKA DENGAN SENGAJA, LALU DALAM BATHIN MENGUCAP :
“ALLAH HYANG MAHA AGUNG”
“ALLAH HYANG MAHA ROKHIM”
“ALLAH HYANG MAHA ADIL”
SETELAH GANGGUAN ITU HILANG, MAKA MATA KITA TUTUP KEMBALI.
AKAN TETAPI HARUS INGAT :
1.SIKAP TUBUH SEWAKTU TERGANGGU HARUS TETAP DIPERHATIKAN
(JANGAN DIBUNGKUKKAN).
2. MAKA HARUS DIINGAT SAMPAI DI MANA JALANNYA GETARAN AIR
PUTIH TADI, SEHINGGA SETELAH MENYEBUT ASMA ALLAH 3 TADI, MATA
TELAH DITUTUP KEMBALI, DENGAN DEMIKIAN JALANNYA YANG TERTAHAN
TADI DAPAT DIIKUTI KELANJUTANNYA.
HAL INI SEKALI DIPERHATIKAN AGAR TIDAK TERJADI LONCATAN –
LONCATAN JALANNYA GETARAN AIR PUTIH, JALANNYA SEPERTI MENAIKI
TANGGA RANTAI UNTUK MASUK / NAIK KE JONGGRING SELAKA (OTAK
BESAR), MELALUI SELA PENANGKEP (OTAK KECIL), SEBAB APABILA
JALANNYA TERJADI LONCATAN, MAKA TIDAK AKAN DAPAT MELEWATI SELA
PENANGKEP TERSEBUT (OTAK KECIL). APABILA MASIH ADA GANGGUAN,
MAKA RASAKAN KEPALA BAGIAN BELAKANG (OTAK KECIL) DAN DALAM
BATHIN MENGUCAP : “ALLAH HYANG MAHA AGUNG, ALLAH HYANG MAHA
ROKHIM, ALLAH HYANG MAHA ADIL”.
DEMIKIAN SELALU DIKERJAKAN, APABILA DATANG GANGGUAN
SELAMA SUJUD SEHINGGA AKHIRNYA DAHI MENYENTUH KAIN
SANGGAR/MORI.
APABILA DAHI TELAH MENYENTUH KAIN SANGGAR/MORI, INI BERARTI
BAHWA JALANNYA GETARAN AIR PUTIH TELAH SAMPAI KE OTAK BESAR.
MAKA LALU MENGUNJAL AMBEGAN (MENGHELA NAFAS PANJANG), BILA
LIDAH TERASA PENUH AIR LIUR BERGETAR, KEMUDIAN MENGUCAPKAN
(DALAM BATHIN) :
“HYANG MAHA SUCI SUJUD HYANG MAHA KUASA”
“HYANG MAHA SUCI SUJUD HYANG MAHA KUASA”
“HYANG MAHA SUCI SUJUD HYANG MAHA KUASA”.
(Inilah saatnya kontak dengan sinar Allah).

Hadirin sekalian yth.


Mempelajari dan melakukan hal tersebut di atas bukanlah hal yang mudah. Apabila hal
– hal tersebut belum bisa dilaksanakan, maka ia belum dapat melakukan apa yang disebut
Ening.
Hingga dewasa ini banyak para tuntunan maupun warga yang merasa gembira sekali
apabila di dalam sujud mendapat gambaran – gambaran, meskipun ia tidak dapat meramalkan
maksud gambaran tersebut. Anehnya gambaran – gambaran yang ia peroleh, diramalkan
dengan pikir. Bagaimana bisa benar apabila ditafsirkan secara akal pikir ? Sebab rasa
diwejang oleh cahaya. Maka caranya meramal harus pula dengan rasa.
Saudara – saudara sekalian yth.
Apabila penelitian sujud yang sempurna tersebut telah dapat saudara jalankan /
praktekkan dengan betul, maka berarti saudara telah melakukan penggalian yang sejati,
penggalian pribadi yang asli, dan apabila saudara telah berhasil, maka saudara akan menjadi
manusia yang utama, terhindar dari jajahan – jajahan getaran yang kurang sempurna / tidak
sempurna seperti telah kami uraikan di atas. Atau saudara akan menjadi manusia yang
berbudi luhur.
Semua itu akan dapat terlaksana apabila usaha itu didampingi dengan kemauan dan
kemampuan saudara, dan juga didampingi dengan kaya darma (jadi memerlukan 3 unsur).

Saudara – saudara sekalian yth.


Sujud bungkukan ke II telah selesai, kemudian duduk kembali.
Apabila kita telah duduk, semua getaran di kepala yang telah kontak dengan sinar
cahaya akan turun, merata ke seluruh tubuh. Maka lalu dirasakan turunnya itu. Saluran –
saluran mana yang dilalui, silakan saudara teliti sendiri di dada saudara.
Disini sengaja tidak kami tunjukkan dengan harapan :
1. Saudara dapat meneliti / memecahkan sendiri;
2. Menjaga saudara – saudara tidak akan menjadi manusia ikut – ikutan ( rubuh –
rubuh gedang).
Turunnya getaran tersebut melalui dada (terasa dingin), kemudian ke perut. Saat inilah
untuk melatih kewaskitaan / kewaspadaan.
Sebab kita dapat melatih kewaskitaan dengan meneliti getaran–getaran yang mengalir
ke gelombang–gelombang yang ada saluran–saluran yang mana yang dilalui getaran-getaran
tersebut.
Sebetulnya kita sendiri telah mempunyai kewaspadaan tersebut misalnya dada kita
terasa tratapan, maka dalam bathin kita : ”akan ada apa ini?”. Akan tetapi kita belum tahu
duduk soalnya.
Maka kita sekarang dapat mengerti sebab – sebabnya. Sebab saudara sekalian telah
saya beri cara jalannya. Saudara akan menjadi manusia yang penuh waspada. Itulah
penggalian pribadi yang asli. Janganlah saudara– saudara jadi manusia ikut–ikutan atau
rubuh-rubuh gedang, saudara harus berani memecahkan dan memikirkan persoalan–
persoalan. Sukakah saudara–saudara akan menjadi manusia ikut–ikutan ? rubuh–rubuh
gedang ? manusia yang anut grubyug ? Jawablah hadirin a.l. “Tidak !!!”.
Jadi bilamana saudara ke sanggar, janganlah hanya untuk mengobrol saja, tapi gunakan
kesempatan itu untuk menggali, meneliti, melatih diri sendiri. Sanggupkah saudara–saudara
melaksanakan ??? Jawaban hadirin “Sanggup !!” sungguhkah saudara–saudara dapat
menepati janji ? Janji saudara tidak kau tepati sendiri. Saudara–saudara sekalian
laksanakanlah penggalian dan penelitian yang sungguh–sungguh, saya ingin saudara– saudara
para tuntunan menjadi manusia yang waspada, bebas dari iri hati, panasten, dahwen dsb.
Sebab perasaan–perasaan yang jelek itulah akan menghambat kewaspadaan, kewaskitaan
saudara–saudara selanjutnya.
Apabila bungkukan–bungkukan telah selesai dan saudara telah duduk kembali, maka
silakan saudara menyelesaikan bungkukan ke 2, ke 3 , dengan cara seperti yang pertama.
Saudara – saudara yth.
Sujud saudara sekalian adalah sujud asal mula manusia. Maka mulai sekarang
kurangilah “makan dan tidur”. Tapi kata – kata ini, jangan diterima wantah begitu saja
saudara ( red. jangan diterima letterlek). Disini dapat saya umpamakan, bila orang habis
mencangkul sawah, ia akan mengalami rasa capai. Akan tetapi capai dalam mencangkul
tanah akan memberi kesehatan badan kita, karena kita mendapatkan sinar matahari dan sari–
sari getaran tanah.
Sebaliknya bila bapak–bapak bersetubuh, walaupun hanya sebentar, badan kita akan
capai dan lemas, lembek, karena apa ? Biji manusia dikuras dari badan. Sedangkan itu
sebetulnya membikin kesehatan. Maka hematlah dengan penyebaran biji manusia. Caranya
telah saya utarakan di muka, keraplah sujud dalam waktu senggang. Apabila saudara–
saudara betul–betul dapat menjalankan seperti apa yang saya katakan tadi, niscaya pelacuran
akan lenyap dari masyarakat Indonesia.
Bapak–bapak tuntunan yth.
Kita harus bersatu. Janganlah di kalangan kita membeda–bedakan suku–suku misalnya
di sini ada suku Sunda, Bali, Lampung, Jawa dsb. Saya tak suka akan suku–suku sebab nanti
pincang saudara, sebab lantas tidak punya tangan. Karena itu demi untuk persatuan bangsa
Indonesia ialah menghendaki Satu Bangsa, Satu Negara, Satu Bangsa.
Maka saya usulkan agar buku–buku Wewarah Sapta Darma dicetak kedalam bahasa
Indonesia. Sebab kami tak setuju dipertahankannya suku–suku demi untuk persatuan bangsa
Indonesia. Percayaah, apabila saudara–saudara juga penuh berusaha, maka bangsa kita akan
jadi bangsa no. 1 di dunia, akan jadi contoh dan akan jadi pelopor bangsa di dunia dalam
keluhuran. Percayalah Sapta Darma dan negara kita Indonesia akan bersinar ke seluruh dunia,
bersinar laksana Surya.
Sekian, terima kasih. Jam 01.53.

Fatwa PANUNTUN AGUNG pada malam ke 2 :


Tgl. 28/29 – 12 – 1962 yang dimulai pada jam 22.30.
Bapak – bapak, ibu, para hadirin Yth.
Sebelumnya saya minta maaf, bila terjadi kekhilafan dalam uraian nanti. Pertama–tama
akan kami cuplikkan riwayat penerimaan dan perkembangan Sapta Darma.
Sejak penerimaan ilham yang pertama, kami selalu diikuti oleh 2 orang sahabat
(pengikut), yang selama itu tidak pernah berpisah. Dengan demikian mereka itu selalu
menjadi saksi – saksi utama dalam penerimaan ilham – ilham.
Apabila ada di antara mereka itu yang mengundurkan diri, atau misalnya terjadi dua –
duanya mengundurkan diri entah bagaimana, mesti ada orang lain yang menggantikannya
mengikuti kami. Demikianlah seterusnya sejak semula (th. 1952) s/d tahun 1956, saat mana
para sahabat menggembangkan Sapta Darma, keluar kota Pare ke seluruh Indonesia. Mereka
itu yang mengikuti terus–menerus selama 3 bulan, ada yang 4 – 5 bulan, ada yang 7 – 8
bulan.
Dalam usaha menggembangkan Sapta Darma banyak sekali rintangan – rintangan,
penderitaan – penderitaan, pengorbanan – pengorbanan perasaan yang bersama kami hadapi /
derita. Ejekan – ejekan, cemoohan –cemoohan dilontarkan pada kami. Namun semua itu
kami terima dengan penuh ketenangan dan kesabaran serta kegembiraan. Hanya berkat
ketabahan itulah akhirnya Hyang Maha Kuasa mengizinkan Sapta Darma berkembang
dengan subur serta cepat.
Karena itu kami pesankan disini pada para warga atau tuntunan terutama, meski banyak
rintangan yang saudara – saudara hadapi terimalah dan hadapilah itu dengan tenang dan
teguh.
Terimalah segala rintangan dengan gembira serta kesabaran.
Sebab semua rintangan itu adalah pupuk serta menguji ketabahan, kesabaran dan
keyakinan kita. Tanpa rintangan – rintangan takkan tercapai untuk menjadi Satria Utama.
Untuk memiliki budi luhur, jalannya tidaklah lurus dan rata.
Di sekolah, tiap kenaikan kelas / tingkat, meski ada ujian atau tes. Demikaian pula kita.
Tiap kita menuju ke tingkat kesempurnaan / keluhuran, pastilah kita harus mengatasi sesuatu
rintangan, mengekang nafsu dsb. Dan apabila kita lulus dalam menghadapinya, majulah kita
setapak ke depan / ke atas.
Saudara – saudara yth.
Tuntunan adalah pengabdi, jadi harus menjunjung dan menghormati warganya. Dengan
demikian warganya akan berbuat lebih mencintai dan menghormati tuntunannya. Bukankah
pengabdian tuntunan itu sebenarnya adalah pendidikan martabat pribadi sendiri?
Jadi ejekan – ejekan, cemoohan – cemoohan itu sebenarnya adalah penilai seberapa
jauh ketenangan dan kesabaran saudara. Ingatlah akan ucapan – ucapan :
Wani ngalah luhur wekasane
Mengalah saudara – saudara, bukan berarti kalah. Tetapi mengalah untuk menang.
Untuk mencapai budi luhur.

Saudara – saudara yth.


Kodrat manusia seharusnya mencintai sesama. Sebab sifat itu adalah sesuai dengan saat
terjadinya. Bukankah sewaktu kita ini tercetak, situasi / suasana Bapak dan Ibu dalam
keadaan – keadaan :
- Saling mencintai secara ikhlas dan jujur
- Gembira
- Giat semangat ???
Mengapa kita tidak mau mencintai sesama ? dan sekarang menjadi pemalas serta
pemurung ?
Ingatlah saudara – saudara pada purwa duksina, (Purwa = wiwitan ; Sina = putih).
Dengan itu, ini bisa terlaksana apabila jalan – jalan yang tersebut di atas ditempuh.
Istri yang sejati harus sehidup dan semati. Ini bukan berarti istri (wanita) biasa, tapi
suatu kias / perlambang kesatuan yang erat antara jasmani dan rokhani, atau antara Adam dan
Hawa. Jadi tubuh yang sempurna disertai budi pekerti yang luhur. Memberikan darma
hidupnya secara tulus dan ikhlas, tanpa pamrih.

Saudara – saudara tuntunan yth.


Usahakanlah tugas tuntunan dapat dilaksanakan. Misalkan saja sebulan sekali,
Tuntunan Provinsi menemui / saling bertemu dengan para Tuntunan Karesidenan.
Karesidenan dengan Kabupaten, Kabupaten dengan Kecamatan / Tuntunan Sanggar.
Tiap tuntunan seyogyanya mengadakan penyelidikan dan penelitian terhadap
pengolahan / pelaksanaan ajaran Sapta Darma terhadap para warganya. Baik mengenai
kesempurnaan – kesempurnaan sujudnya maupun darma hidupnya.
Semua kerja supaya didiskusikan dan hasilnya dicocokkan. Dengan demikian terdapat
keseragaman.

Saudara – saudara yth.


Saudara – saudara telah sampai pada penelitian, penyempurnaan pasujudan. Ini berarti
sampai pada taraf penyempurnaan getaran. Jadi saudara telah berusaha menajami tajamnya
Sapta Rengga, pribadi sendiri. Saudara akan sampai pada taraf lanciping (tajamnya)
pangandika (tutur kata) dan kewaspadaan. Karena itu jangan gegabah dengan tutur kata.
Karena orang yang telah menggali meneliti dan mengolah getaran – getarannya, tutur kata /
sabdanya gawat keliwat – liwat, tajamnya melebihi pisau cukur. Ini kami ingatkan, agar tidak
nemahi / mengenai diri sendiri. Jagalah, hingga selalu bertutur kata yang baik.
Saudara – saudara membangun Candi Sapta Rengga (mata =2, telinga= 2, lubang
hidung= 2, mulut=1 (jumlahnya =7)), biar tajam / waskita / waspada.
Karena itu banyak rintangannya. Tercapai tidaknya terserah pada usaha saudara –
saudara sendiri. Bila dapat saudara – saudara akan menjadi Satria Utama, manusia pelopor
yang dapat menghayu – hayu bahagianya dunia.
Bapak – bapak, ibu – ibu yth.
Dalam kehidupan rumah tangga, kami pesankan senantiasa dalam kedamaian jangan
mudah bertengkar. Jadilah pasangan yang rukun. Seperti mimi & mintuna. Dalam
mencarikan pasangan hidup putera – puterinya atau dirinya bagi yang sekarang belum
berpasangan) ajarlah mengadakan penelitian yang sempurna, supaya kelak tidak pecah lagi.
Karena itu hindarilah percekcokan dalam rumah tangga, supaya tiada timbul kesukaran.
Perjodohan yang sejati seperti mimi & mintuna berarti :
- Menimbulkan ketentraman
- Penghematan biji manusia, dan pemeliharaan.
Ini mengakibatkan lahirnya keturunan yang baik

Ibu – ibu yth.


Ibu – ibu banyak yang masih kabotan tapih / pinjung. Jadi ibu – ibu pun perlu menggali
dengan jalan menyempurnakan sujudnya. Sehingga nanti dapat menguasai getarannya. Ini
banyak berguna bagi ibu – ibu.
Suatu contoh saja :
Apabila bapakmu pergi, maka eningkan. Apabila dadanya terasa bergetar keras (di
RA), maka cegahlah dengan bujuk rayu (esem dsb, supaya bapak tak jadi pergi. Sebab
apabila jadi pergi, maka akan terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Misalnya saja bapak
akan berlaku serong, ada halangan dsb).
Apabila tidur bersama, ibu harus di kiri bapak. Mengapa ? ini usaha mencocokkan rasa
dengan pangrasa Adam dengan Hawa.
Dalam pewayangan : kiwa berarti lorek = jelek. Tapi bukan berarti bila ibu di kiri
bapak lalu itu jelek, ooo tidak sama sekali. Ini dimaksud supaya terjadi keseimbangan
jalannya ibu dengan bapak.
Bapak – bapak, ibu – ibu, semua hadirin yth.
Dengarkan, camkan dan rasakan baik – baik apa yang akan kami katakan ini.
Sabdaning SRI GUTAMA :
Sapta Darma akan jadi pedoman / pegangan ( panutaning para umat sedunia).
“Apabila bohong / melesed Sabdaning lan Panjangkane SRI GUTAMA, berarti bukan
Sabdaning Panuntun Agung Agama Sapta Darma”.
Wahyu alam, pepadanging donya jatuh di Negara kita.
Saudara – saudara semua kinudang – kudang (dihadapkan sekali menjadi manusia)
Satria Utama yang akan mempunyai watak berbudi bawa leksana, sanggup menghayu – hayu
bahagianya dunia.
Sapta Darma dan Warga Sapta Darma akan menjadi pepadang dan selalu bersinar
laksana surya.
Bohong Sabdaning SRI GUTAMA, berarti bukan Sabdaning Panuntun Agung Agama
Sapta Darma.
Saudara – saudara yth.
Saudara – saudara akan jadi pelopor orang – orang yang terpilih. Untuk itu harus
memiliki toya yang wening :
Memiliki : toya ingkang wening dapat digambarkan Air yang suci / bersih. Caranya
memiliki ialah saudara – saudara harus berani dan mau : membersihkan dunia pribadinya
(ngresiki jagading pribadi).
Memiliki toya ingkang wening dapat digambarkan sebagai berikut :
Ibarat mengambil air sumur (sumber) = mata air, ditaruh dalam gelas untuk diminum.
Apabila air itu diendapkan ( dileremake), maka bagian atasnya (bagian yang bersih), bila
diminum akan lebih nikmat / enak, dari pada apabila air itu langsung diminum. Air yang
bersih tersebut apabila diberikan pada orang lain, lebih – lebih yang kehausan (haus pegangan
hidup), akan terasa lebih seger sumyah / enak sekali.
Jadi air yang jernih lebih bermanfaat. Ini berarti saudara – saudara harus selalu perlu
mengendapkan / menyaring getaran – getarannya. Agar hasilnya baik, apabila didarmakan,
akan lebih terasa nikmat dikenyam oleh orang yang lain.
Sekian : jam 23.29

Fatwa fase ke II dimulai jam 02.15


Saudara – saudara yth. kini kami akan berpesan pada para ibu ?
Ibu – ibu yth.
Yang pertama, disini akan kami betulkan sikap sujud yang susila. Adapun cara – cara
penelitian sujud yang sempurna, telah dengan panjang lebar diuraikan, dan yang diulang oleh
pembicara yang lain.
Sujud yang susila bagi para ibu ialah bila sedang membungkuk sekali – sekali
janganlah mengangkat pantatnya.
Di dalam sujud, sesudah selesai, banyak ibu – ibu yang berkata bahwa ia mengetahui
apa – apa. Itu tidak benar. Itu palsu. Jadi mulai sekarang jangan sering membuat, tahu apa –
apa, dengan harapan biar disebut orang waskita dsb.
Kalian kami ajar / tuntun pada tabiat yang jujur, jadi jangan suka membohong. Jangan
membohongi pribadinya sendiri ya ibu ?
Dampingilah bapak – bapak ini. Biar rumah tangga yang bahagia, damai dan sentosa.
Hindarilah percekcokan, agar keutuhan rumah tangga terjaga. Ingatlah bahwa kebahagian
rumah tangga adalah sendi daripada kebahagian masyarakat.

Para hadirin yth.


Semua pesan kami, kami harap dilaksanakan. Semua itu hanya demi kebahagian bapak
– bapak, ibu – ibu sendiri. Marilah beramai – ramai dan bersama – sama memberikan darma /
amal perbuatan kepada semua umat. Sembuhkan orang – orang yang menderita sakit !
Apabila mengobati, caranya seperti yang telah saudara kenal, atau seperti yang
diuraikan dalam buku, lihatlah pasien saudara dengan penuh, bila lidah saudara telah
bergetar, sabdalah “Waras”.
Ini adalah salah satu usaha dalam mencari keutamaan. Sebab apabila terjadi
kesembuhan dalam usaha kita tersebut, maka kita senang. Suatu kesenangan yang tak bisa
dibeli. Karena ia tak mau diberi upah maka si pasien merasa berhutang budi. Karena itu si
pasien tersebut akan senantiasa ingat kebaikan yang diterima, sehingga ia akan mendoakan
kebaikan. Doa ini akan biasa menambah kekuatan pada yang menyembuhkan tadi.
Apabila sewaktu akan menyabda itu timbul rasa keraguan, dan ada dorongan harapan
pamrih ( balas jasa), maka sabdanya tidak akan / mandi (ampuh). (tidak mempunyai kekuatan
penyembuhan).

Saudara – saudara yth.


Masuk Sapta Darma berarti mencari jalan untuk mencapai keutamaan / keluhuran budi.
Jadi bukan tempat untuk mencari harta benda / kekayaan materiil.
Jadi yang bisa diperoleh adalah kebahagian karena ia dalam Sapta Darma akan
mendapatkan ketentraman, ketenangan dan kesabaran. Dan itu benar – benar diperoleh
apabila dalam tingkah hidupnya melalui jalan Tuhan.
Perjuangan hidup, apalagi keluhuran, akan berlangsung terus sampai mati. Dan kita
akan mengenyam apa arti hidup bahagia, abadi apabila kita duduk dalam kebijaksaan,
keluhuran, dan kewibawaan.
Akhirnya sebagai penutup : selamat jalan, selamat berjuang, selamat dan berhasil
(sukses) dalam mengejar kebahagiaan, kesempurnaan hidup di dunia dan alam langgeng,
demi menghayu – hayu bahagianya dunia.
Sekian : jam 03.25.

Anda mungkin juga menyukai