Disusun oleh
SRI PAWENANG
SAPTA DARMA
Dikeluarkan oleh
SRI GUTAMA
PANUNTUN WANITA / JURU BICARA
SRI PAWENANG
Hal ini pula tidak mengurangi darmanya para tuntunan melalui para warganya di
seluruh tanah air, untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional, khususnya
memasuki pelita III untuk ikut serta merealisasikan Ketetapan MPR No. : II dan
IV/MPR./1978 sebagai amanat rakyat.
Semoga dengan keluarnya buku cetakan III ini akan lebih bermanfaat dan kesadaran
berjuang bagi para tuntunan sekalian, dalam ikut serta membina bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang mental spiritual.
SRI PAWENANG
WEWARAH TUJUH
Kewajiban Warga Sapta Darma
1. Setia tuhu kepada Panca Sila (Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil,
Maha Wasesa, Maha Langgeng).
2. Dengan jujur dan suci hati harus setia menjalankan perundang-undangan Negaranya.
4. Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengharapkan sesuatu balasan,
melainkan berdasarkan rasa cinta kasih.
7. Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-ubah (Anyakra
manggilingan).
Notulen (tambatan)
Pada upacara peringatan 10 tahun Sapta Darma yang dihadiri oleh segenap Tuntunan
Sapta Darma seluruh Indonesia di Kediri (dua malam berturut –turut ialah tanggal 27/28 dan
28/29 desember 1962).
Para hadirin sekalian yth. Bapak-bapak Tuntunan Sapta Darma dari seluruh tanah air
Indonesia.
Pertama-tama minta maaf apabila di dalam uraian kami nanti terdapat kekurangan-
kekurangan, kekhilafan-kekhilafan dan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja.
Di samping itu di sini kami sampaikan banyak-banyak terima kasih kepada Tuntunan
Agama Sapta Darma Propinsi Jawa Timur yang kami serahi untuk menyelenggarakan
peringatan ini, atas nama para yang hadir, kami minta maaf sebesar-besarnya.
Selanjutnya, yang pertama-tama kami akan berbicara pada para tuntunan dari seluruh
Indonesia yang pada malam hari ini hadir di sini.
Tugas tuntunan adalah berat, berat sekali, mampu tidaknya melaksanakan tugasnya
tergantung pada kemauan, keinsyafan dan keikhlasannya.
Mengapa demikian?
Sebab banyak para Tuntunan Sapta Darma yang hanya simbolis saja, dalam arti
belum melaksanakan fungsi dan tugasnya. Ia bahkan tidak mau bersatu/menyatukan diri,
tidak membimbing warganya, melainkan seperti majikan, minta didewa-dewakan, tidak
memberi contoh berdarma kepada warganya, dan sebagainya.
Alasan tidak adanya waktu, hal ini tidak dapat kami terima, sebab dalam hidup kita
harus membagi waktu dari 24 jam itu misalnya :
- 8 jam untuk cari makan (bekerja);
- 7 jam untuk tidur;
- 2 jam untuk istirahat;
- 2 jam untuk bersenang-senang misalnya : ngelencer (jalan-jalan);
- 5 jam untuk mengolah rokhani.
Saya kira 5 jam telah cukup untuk mengolah rokhani sambil berdarma demi
tercapainya budi luhur. Kaya darma adalah ciri khas daripada manusia berbudi luhur.
Lihatlah pada simbol Sapta Darma (simbol pribadi manusia), ada tertulis nafsu, budi dan
pekerti berarti gerak cepat ke arah perbuatan yang baik sedangkan kata “Darma” disitu berarti
menolong tanpa pamrih.
Jadi kalau saudara betul-betul menjadi tuntunan berarti mempunyai jiwa yang rame
ing gawe sepi ing pamrih (banyak bekerja tanpa pamrih). Maka apabila saudara-saudara
memiliki demikian, laksanakanlah tugas tuntunan itu.
Tetapi apabila memang saudara tak mampu, tak sanggup, sehingga saudara-saudara
hanya jadi simbol saja, atau bersifat sebagai majikan saja, maka lebih baik letakkanlah dan
serahkanlah kembali tugas tuntunan itu, dan jadilah warga biasa.
Rokhani=Jiwa=rasa.
Makhluk-makhluk yang kurang sempurna saja banyak memberi darma. Lihat saja
tumbuh-tumbuhan berguna bagi binatang, juga bagi manusia, demikian pula binatang pun
berguna bagi hidup manusia. Selain tenaganya didarmakan kepada manusia, kalau perlu
sampai nyawanya pun misalnya ayam, ia menyerahkan lehernya apabila kita kehendaki.
Nyatalah bahwa binatang dan tumbuh-tumbuhan sebagai isi di dunia ini besar
darmanya bagi manusia.
Lalu bagaimana dengan kita manusia sebagai makhluk yang sempurna ini? Apa
darma kita kepada sesama hidup? Maukah kita dikalahkan oleh tumbuh-tumbuhan dan
binatang?
Sekarang apakah yang dapat kita darmakan? Yang dapat kita darmakan adalah nafsu,
budi, dan pakarti yang baik.
Apabila kita mengenyam buah, apa yang kita nikmati, ialah rasanya. Demikian pula
yang kita darmakan ialah rasa kita yang baik, budi pakarti kita yang baik, sehingga biar bisa
dikenyam oleh sesama hidup.
Getaran tumbuh-tumbuhan dan binatang yang kita makan ini mempunyai pengaruh
juga terhadap tata hidup kita, dan pengaruh itu ada yang baik dan ada yang buruk. Sifat yang
jelek antara lain ialah sifat malas, iri hati, suka mencela, benci dan sebagainya. Semua sifat
tersebut adalah sifat yang mengotori kepala kita dan bahkan menunjukkan kekurangan diri.
Membasmi sifat-sifat itu berarti kita menghimpun sifat-sifat yang baik. Himpunan
getaran-getaran yang sempurna akan mendorong manusia bertindak yang baik dan berjiwa
luhur. Menjadikan manusia terhormat dan satria utama. Hanya satria utamalah yang dapat
menghayu-hayu bahagianya buana, dan berbudi bawa leksana.
Saudara-saudara yth.
Semua itu adalah petunjuk/kritik dan teori demi tercapainya keluhuran budi saudara-
saudara sendiri untuk mengolahnya. Jadi saudara-saudara mempunyai hak untuk mengoreksi
dan selanjutnya menggali diri sendiri. Ingatlah saja bahwa kita manusia adalah makhluk yang
tertinggi jadi janganlah kita mau dijajah/jangan mau kalah, dengan tumbuh-tumbuhan dan
binatang-binatang.
Saudara-saudara yth.
Caranya ialah jujur, jujur sekali lagi jujur. Kita jujur terhadap siapapun, terutama
terhadap hidupnya sendiri.
Tingkah laku hidup manusia dikemudikan oleh getaran-getaran yang ada di kepala.
Apabila getaran-getaran tumbuh-tumbuhan yang memenuhi kepala, maka manusia yang
demikian akan bersikap malas, dan apabila getaran-getaran binatang yang menguasai, maka
meskipun ia giat, tindakannya akan kurang baik. Karena itu, galilah, telitilah selalu getaran-
getaran yang menguasai dirimu agar tingkah lakumu selalu didorong oleh getaran-getaran
yang sempurna. Ingatlah bahwa darmamu akan selalu diingat/dikenang oleh orang yang
diberi darma.
Saudara-saudara yth.
Meskipun Sapta Darma perkembangannya laksana air laut yang berarti senantiasa
pasang surut serta bergelombang, namun dalam pertumbuhan dan perkembangannya selama
10 tahun ini warganya telah berjuta-juta.
Banyak di antara tuntunan dan warga yang meributkan soal perlunya berdiri sebuah
sanggar di tempatnya. Ini sebetulnya kurang kami setujui.
Mengapa?
Saudara sekalian berdarma saja belum, sujudnya masih korat-karit, kok meributkan
soal berdirinya sanggar.
Jangan demikian saudara-saudara. Yang penting disini ialah : galilah rasamu yang
sempurna jangan meributkan soal sanggar, perbaikilah budi pekertimu dahulu, bersihkanlah
kepalamu dari kekotoran. Janganlah seperti udang yang selalu membawa kotoran di
kepalanya. Maukah saudara-saudara disamakan dengan udang? Maka sempurnakanlah
dahulu hidupmu. Galilah kepribadianmu yang asli, kemudian amalkanlah, darmakanlah. Soal
cita-cita sanggar itu mudah nanti.
Saudara-saudara yth.
Soal nama Sri Gutama saja jadi rebutan. Banyak yang ingin menyebut dirinya Sri
Gutama. Silahkan kalau memang konsekuen (jawa=sembada). Yang selalu membimbing
umat ke pelosok-pelosok berani meninggalkan kepentingan dirinya sendiri, hanya cinta dan
berdarma kepada umat. Dapatkah saudara memisahkan antara Sri Gutama dan Hardjosapura?
Yang mana Sri Gutama? Yang mana Hardjosapura?
Kalau saudara-saudara sujud melihat Sri Gutama seperti apa? Apakah melihat Sri
Gutama Hardjosapura Pare? Atau melihat Sri Gutama Pak Dirdja, Pak Salam. Di antara para
hadirin menjawab serentak: “Melihat Sri Gutama Hardjosapura Pare”.
Nah, saudara-saudara sekalian jangan sampai tertipu itu semuanya, malah akan
merugikan dirimu sendiri, sedang soal kecil diperbesar.
Modal jadi satria utama ialah jujur dan cinta. Baik terhadap dirinya sendiri, maupun
terhadap sesama. Untuk itu diperlukan kemauan yang keras dan kesanggupan yang penuh
dalam usaha menggali pribadi saudara yang asli atau hidup yang sempurna, di mana hasilnya
didarmakan.
Saudara-saudara yth.
Sujud yang sempurna dalam pasujudan Sapta Darma bergandengan erat dengan biji
dan asal mula manusia.
Sujud Sapta Darma berarti pula sujud tentang asal mula manusia. Berarti yang dapat
merasakan rasa yang semulia-mulianya. Apakah asal mula manusia itu? Ialah dari getaran
tumbuh-tumbuhan dan getaran dari binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air
putih (air suci); dengan sinar cahaya (tri tunggal).
Di dalam pertanian misalnya, apabila kami inginkan hasil yang baik, maka dipilihlah
bibit yang baik, bibit yang unggul, bibit yang sempurna.
Sebab dengan bibit yang demikian, tanaman kita mengharap buah/hasil yang baik
pula.
Dalam kehidupan kita manusia, kita akan mencita-citakan mempunyai anak yang
baik, seperti anak yang cerdas, bagus, cantik, sehat, bijaksana dan sebagainya. Akan tetapi
adakah kita perhatikan bibitnya? Adakah dipelihara bibitnya? Ternyata tidak bukan? Bahkan
biji manusia diecer-ecer dimana-mana, disebarkan pada tempat-tempat gelap, tempat yang
tiada layak, dan sebagainya. Sebab menanam biji yang sempurna terletak pada bapak-bapak
semua. Kenakalan, kebodohan dan kekurangsempurnaan anak-anak yang dilahirkan, adalah
karena orang tuanya. Adalah akibat kekeliruan orang tua dalam memelihara bijinya. Karena
itu hematlah dengan biji manusia. Janganlah menuruti nafsu buasnya saja. Misalnya saja,
habis menanam di warung-warung atau di tempat-tempat gelap kemudian menebarkan di
sawahnya sendiri sampai di rumah. Lalu bagaimana hasilnya? Atau saudara habis main judi,
lihat barang-barang yang jelek-jelek, sampai di rumah terus menebarkan biji. Bagaimana
hasilnya nanti anak-anak kita? Tentu saja akan jelek bukan? Sebab getaran-getaran yang
buas, yang jelek masih terkenang-kenang di kepala padahal getaran-getaran tersebut akan
turut pula akan tersaring dalam menurunkan biji-biji manusia, dan turut pula tertanam di
dalamnya.
Karena seperti pernah, sering kukatakan pada saudara, bahwa getaran air putih kita
akan dapat menyiram ke seluruh tubuh, terutama dapat mengalahkan getaran-getaran yang
kurang sempurna yang ada di kepala. Maka kepala kita dapat tenang, tenteram dan dingin.
Yang mana nantinya getaran, tenteram tadi, akan turut pula tersaring dalam penanaman biji
tersebut. Yang akan menghasilkan anak yang cerdas, sehat dan waspada seperti yang kita
harapkan. Nah, inilah saudara sekalian yang terpenting harus saudara renungkan dan
perhatikan betul-betul.
Sampailah kita sekarang kepada uraian soal SUJUD. Dalam menjalankan Sujud perlu
sekali kami sempurnakan, agar lebih bermanfaat pada diri kita. Ucapan-ucapan dalam Sujud :
Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuasa. Benarkah yang sujud itu Hyang Maha Suci kita
sungguh-sungguh. Karena itu sekarang pahamkan benar, kemudiaan nanti sebarkan dan
beberkan pada warga-warga. Apabila belum mengerti sekali-kali janganlah malu bertanya.
Sebab ini adalah kebutuhan saudara sendiri.