Anda di halaman 1dari 6

Om swastyastu, Om Awighnam Astu Namo Sidham.

Umat sedharma, izinkan saya untuk menyampaikan pesan dharma yang berjudul :

Pentingnya Ilmu pengetahuan untuk membentuk karakter Generasi Hindu

Dewasa ini, generasi Kita kerap disebut dalam berbagai isu dan topik yang tengah berkembang di
masyarakat.

Pertanyaannya, mengapa masalah ini muncul? siapa yang bertanggung jawab dalam masalah ini?
Mengapa generasi muda Kita begitu lemah sehingga muncul permasalahan tersebut?

Fenomena yang kerap kali kita lihat di masa pandemi covid-19 seperti saat ini, hampir semua kalangan
masyarakat dari anak-anak, generasi muda hingga orang tua dan bahkan tidak bisa lepas dari teknologi
informasi berupa ponsel pintar. Tidak jarang kita perhatikan, pemuda dan pemudi memberikan
kebencian yang cenderung kasar, SARA dan cacian yang dilontarkan dalam komentar di jejaring sosial,
lalu permintaan permintaan. Hal ini justru terjadi secara mengejutkan dengan yang sama dengan pelaku
yang berbeda. Di sinilah peran pengetahuan sebagai faktor utama membentuk karakter generasi muda
generasi pembangunan agar generasi penerus yang mampu memimpin diri sendiri dan memimpin
banyak orang dikemudian hari.

Dalam masa Brahmacari (masa menuntut ilmu). Yaitu, keadaan saat generasi muda masih dalam
menuntut ilmu pengetahuan. Di masa Brahmacari, kondisi mental kita sangat mudah terombang-ambing
oleh pengaruh yang muncul dari luar. Keadaan jiwa dan mental masa muda masih sangat labil (goyah)
dan belum memiliki sistem Penyaringan yang baik terhadap pengaruh dari luar. Semakin banyak
pengaruh buruk yang diperoleh dari tempat-tempat sosial, maka semakin buruk pula pembentukan
pikiran dan implementasi dari perilaku kita.

Masa muda merupakan masa yang sangat menentukan karma hidup kita selanjutnya. Jika kita kuat
menghadapi dan melewatinya, niscaya kita akan menjadi insan yang bahagia dan sejahtera dalam
kehidupan dan alam baka. Namun, jika kita tidak mampu melewatinya, maka celakalah kita. Bukan hal
mustahil jika pada akhirnya dia akan menjadi orang yang hidup selalu berada pada jalan adharma yang
penuh dosa.

Jika hal ini terjadi, maka orang tua kita akan merasa ditampar keras dan tentunya akan merasa malu
dengan memiliki anak seperti kita. Hidup orang tua kita pun tidak akan dapat tenang baik di dunia
maupun di alam kekal nantinya.

Disinilah Peranan ilmu pengetahuan sangat luar biasa. Hal ini seperti diuraikan dalam kitab suci
Bhagavadgita IV. 35, yang bunyinya:

Api ched asi papebyah

Sarvebhyah papakrittamah

Sarvam jnanaplavenai'va
Vrijinam samtarishyasi

Artinya :

Meski demikian, Anda merasa paling berdosa di antara manusia yang memiliki dosa, dengan ilmu
pengetahuan ini lautan dosa akan kau seberangi.

dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan dalam kehidupan ini memiliki peranan yang sangat besar,
sebagai pembentuk diri agar memiliki karakter yang baik. Dengan ilmu pengetahuan, kita dapat
menyadari tujuan dari kehidupan kita di dunia. Kita juga akan tertuntun dengan baik dan selalu
memegang teguh ajaran Dharma. Kita juga menyadari bahwa tidak ada manusia yang ingin gagal di
dunia. Dengan kesadaran ini, kita pasti terhindar dari tindakan-tindakan asubha karma yang dapat
menghantarkan kita ke jurang neraka dan menjadi penjelmaan manusia yang “Manusya ”. Yaitu, manusia
yang selalu menyadari hakikat dari akhir hidupnya agar tidak mengalami kemerosotan moral dan
reinkarnasi berikutnya. Jujur kita akui sebagai umat manusia selain memiliki beberapa kelebihan, juga
dari berbagai kekurangan, dan kekurangan kerap kali menjadi salah satu faktor munculnya prilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai etika (tata susila).

Diceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaga, karena mereka menolak
menjawab pertanyaan Raja dari para Yaksa. Sambil menahan haus, Yudistira mempersilakan
sang Yaksa memberinya pertanyaan.

Inilah beberapa pertanyaan yang diajukan Yaksa pada Yudistira:

Yaksa: katakan apakah kehidup itu?

Yudhishthira: berdasarkan rg veda para yaksa,didalam jantung elemen yang kuasa disana
terdapat keinginan untuk mengahasilkan sebuah penciptaan, sejak awal sinar dari keinginan
itupun menyebar luas dan kemudian terarah, keinginan dari yang kuasa membawa itu pada
penciptaan 3 alam 3 kualitas dan 3 dimensi dari ciptaanya banyak mahluk yang terlahir dar hati
yang kuasa, setiap manusia dan elemen adalah sang kuasa itu sendiri tuan, artinya Sang kuasa
adalah kehidupan, kalo saja hati manusia bisa mengerti ini maka dia tidak akan pernah marah
dan iri pada seseorang dan dia terus berjalan pada kebenaran dan akan selalu menghargai
keadilan.

Yaksa: lalu apakah kematiaan itu Yudistira,katakan ?

Yudhishthira: karna cinta, keegoisan dan kemarahan manusia terhubung dengan yang lainnya,
maka itu yang menjadikan ikatan, karna keterikatan itu, manusia menganggap tubuhnya hidup
sementara kehancuran tubuhnya dianggap kematian tetapi seluruh dunia terlahir dari hati yang
kuasa dan hanya dari hati yang kuasa saja itu berakhir , 2 petualang pergi dengan jalan yang
sama bisa berjalan beberapa waktu tapi kemudian terpisah, pada saat itulah mereka akan
merasakan petualang lain telah bertemu dengan kematian, tapi kenyataannya 2 petualang itu
sedang dijalan yang sama begitu juga yang kita sebut dengan kematian adalah jarak belaka yang
memisahkan kita manusia, selama dunia masih ada tidak ada manusia yang benar benar bisa
bertahan , lalu bagaiman seseorang bisa bertemu dengan kematian, artinya raja para yaksa sang
kuasa adalah dunia dan dunia adalah kehidupan kematian hanya ilusi belaka hanya ilusi.

Yaksa : harta yang paling berharga ?

Yudistira : pengetahuan.

Yaksa : terbaik yang kita punyai?

Yudistira : kesehatan

Yaksa : apakah tugas yang paling utama?

Yudistira : tidak menyakiti adalah tugas yang paling penting dalam dunia ini.

Yaksa : apakah tanda dari kedisiplinan ?

Yudistira : tetap menganut agama kita sendiri adalah tanda dari kedisiplinan.

Yaksa : apakah kesempurnaan itu?

Yudistira : kesempurnaan yang sejati adalah kesempurnaan hati.

Yaksa : apakah kesederhanaan itu?

Yudistira : kesederhanaan itu adalah ketenangan hati.

Yaksa: luar biasa yudistira, kau telah memberi kepuasa pada pertanyaanku itu , karna itu aku
akan menghidupkan salah satu dari saudara mu untuk kembali hidup, mintalah ! untuk kehidupan
orang yang paling kuat didunia ini ,kalau bima yang hidup tidak akan ada satu pun musuh yang
bias mengalahkan mu , hanuman yang dasyat akan melindungi kerajaanmu

Yudhishthira: tidak raja para yaksa musuh terbesar dari manusia adalah kedukaan yang tertinggal
dalam hatinya ,kalau ketiga adikku tetap mati lalu bagaimana bisa bima melindungi ku dari
musuh yang bernama kedukaan, yang terjadi kedukaan didalam diri bima juga akan
mengalahkan dan membuatnya lemah .

Yaksa: kalau begitu minta saja arjuna, kalau pemanah paling hebat didunia bisa hidup maka
seluruh dunia akan merasakan keuntunganya

Yudhishthira: aku kenal arjuna raja para yaksa, saat dia mengetahui bahwa alsan dia hidup
adalah kematian dari 3 saudara nya, keberaniannya akan hilang kekuatan akan pergi dari
tubuhnya dan busur gandiwanya akan lepas dari tangannya selamanya, kalau aku meminta untuk
nyawa bima maupun arjuna maka ibuku juga tidak akan senang

Yaksa: ibumu pasti tidak akan senang, melihat hanya 2 anaknya saja yang hidup ,perdebatan apa
yang ingin kau lakukan yudistira

Yudhishthira: salah satu anak dari ibuku masih hidup raja para yaksa, aku masih hidup sekarang
istri kedua dari raja pandu juga mempunyai hak untuk salah satu dari anaknya untuk tetap hidup
ibuku kunti akan menginginkan ini dan aku juga akan punya keinginan yang sama denganya
karna itulah kalau kau ingin mengembalikan nyawa dari salah satu addikku maka berikan itu
kepada nakula

Yaksa : bagus yudistira aku merasa senang ,(seketika raja para yaksa langsung berubah menjadi
dirinya dewa Darma) aku dewa darma aku yang memberikan kunti dan pandu doa untuk bisa
memiliki mu, berdasarkan dari hal itu saja aku adalah ayah kandungmu dan aku merasa sangat
bangga pada putra ku sendiri aku akan menghidupkan kembali semua adikmu sekarang

Akhirnya, Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira, karena itu tidak hanya Nakula yang
dihidupkan kembali, melainkan juga Bima, Arjuna, dan Sadewa. Dijelaskan ilmu pengetahuan
yang dimiliki yudistira Sangant mempengaruhi karakter dari yudistira Yang Begitu tenang dan
Selalu melihat kebenaran.

Pentingnya ilmu pengetahuan, dikarenakan bisa :

▪️Menyinari kegelapan (avidya) dan sekaligus menjadikan diri kita sebagai sumber sinar yang dapat
menyinari diri sendiri dan menyinari orang lain.

▪️Membuat diri kita memiliki wiweka, artinya bisa membedakan antara dharma dengan adharma.

▪️Mehapus dosa atau menyebrangi lautan dosa (seperti benih, jika terus ditimbun tanah, maka benih itu
tidak tumbuh lagi, begitu juga dosa bila ditimbun dengan ilmu secara terus menerus, maka dosa tidak
akan berefek negatif lagi terhadap diri kita).
▪️Membuat diri kita menjadi lebih arif dan bijaksana. Arif artinya mampu menimbang- nimbang
(pratiwimba) gagasannya sebelum dilakukan agar tidak ada yang dirugikan. Bijaksana artinya apa yang
dilakukan atau dikerjakan berguna untuk orang banyak.

▪️Membuat kita menjadi bahagia dan damai. Ilmu dunia (Aparavidya) membuat bahagia, dan Ilmu
Spiritual (Parawidya) membuat damai.

▪️Membantu memudahkan perjalanan Sang Atman memasuki Alam Kematian (Mrityun Loka) dan ke
Alam Lebih Suci lainnya.

▪️Menjamin saat dikemudian hari lahir kembali, maka lahir menjadi manusia yang lebih sempurna. Lahir
di keluarga suci.

▪️Jalan atau jembatan untuk mencapai Alam Suargan atau Moksha.

Ilmu pengetahuan mengingatkan kita Untuk Bahagia , Untuk mencapainya

maka hidup ini harus suci. Tanpa kesucian sangat mustahil keharmonisan dan kebahagiaan itu dapat
tercapai. Pribadi dan jiwa manusia dalam aktivitasnya setiap hari berinteraksi dengan sesama manusia
dan alam lingkungan akan saling berpengaruh.

Sifat yang kita miliki yaitu Sattwam (sifat tenang, tulus, bijaksana dan tanpa pamrih), Rajas (sifat energik,
agresif dan ambisius), dan terakhir Tamas (sifat pasif, malas dan lamban) orang akan saling
mempengaruhi, demikian juga “guna” alam akan mempengaruhi manusia. Untuk mencapai kebahagiaan
maka manusia harus memiliki imbangan Guna Satwam yang tinggi. Pribadi dan jiwa manusia harus
dibersihkan dari guna rajas dan guna tamas.

Melalui Yadnya kita dapat menyucikan diri dan juga menyucikan lingkungan alam sekitar. Jika manusia
dan alam memiliki tingkatan guna satwam yang lebih banyak maka keharmonisan alam akan terjadi.

Kitab Manawa Dharmasastra V.109 menyatakan :

“ Adbhirgatrani suddhayanti mana satyena suddhayanti, Widyatapobhyam bhutatma buddhir jnanena


suddhayanti”

Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dibersihkan dengan
pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dibersihkan dengan pengetahuan yang benar.

Oleh karena itu jadikanlah aktivitas sehari-hari kita sebagai yadnya. Laksanakan kewajiban diri sendiri
dengan penuh kesadaran dan keihlasan sehingga masuk dalam kelompok yadnya. Dengan demikian
maka setiap kegiatan yang kita lakukan selalu memberikan kesucian pada diri pribadi.

Umat sedharma,

Kesimpulan dharma wacana ini adalah kita Sebagai generasi Hindu, Harus banyak mendengar,berempati
dan mencermikan,Maksudnya kita harus belajar Menimbang,serta mengelola emosi kita cara itu
merupakan ketentuan dalam cara kita berpikir dan berprilaku, Belajar ilmu pengetahuan, teknologi,
agama, sosial dan ilmu-ilmu lainnya. Karena, pada masa muda, tingkat intelektualitas dan kemampuan
kita bagaikan tunas baru dari ilalang, sangat tajam dan kokoh. Jadi, saat ini, masa-masa di mana kita
harus benar-benar serius, dan benar-benar sekarang konsentrasi untuk belajar. Ingat, hari ini tidak akan
kita temukan besok, lusa atau kapanpun.

Demikian penyampaian pesan dharma ini, sebagai penutup mari kita berdoa memohon bimbingan
spritual kepada Hyang widhi.

Om Asatoma Sad-Gamaya

Asatoma Sad-Gamaya

Tamaso Maa Jyotir-Gamaya

Mrytyor-Maa Amritam Gamaya

Om Santih, Santih, Santih Om

Anda mungkin juga menyukai