Anda di halaman 1dari 339

http://sabdalangit.wordpress.

com/category/falsafah-jawa/puncak-ilmu-kejawen/

Tulisan dari ‘Puncak Ilmu Kejawen’ Kategori


PUNCAK ILMU KEJAWEN
Puncak Ilmu Kejawen
Ilmu “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak
Ilmu Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya;
wejangan berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur
kejahatan di dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan
untuk membangkitkan gaib “Sedulur Papat” yang kemudian diikuti
bangkitnya saudara “Pancer” atau sukma sejati, sehingga orang yang
mendapat wejangan itu akan mendapat kesempurnaan. Secara harfiah
arti dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah sebagai
berikut; Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat
= Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik.
Diyu = raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja
melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai
hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus
mampu menolak atau merubah keburukan menjadi
kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat adalah
ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk
merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu
Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf
nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi
kepentingan rakyat.
 
Asal-usul Sastra Jendra dan Filosofinya
          Menurut para ahli sejarah, kalimat “Sastra Jendra” tidak pernah
terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno.  Tetapi baru terdapat pada abad
ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat ditemukan dalam tulisan karya
Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuno Sastra atau
Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna Wijaya pupuh Sinom pada
halaman 26;
        Selain daripada itu, sungguh heran bahwa tidak seperti
permintaan anak saya wanita ini, yakni barang siapa dapat memenuhi
permintaan menjabarkan “Sastra Jendra hayuningrat” sebagai ilmu
rahasia dunia (esoterism) yang dirahasiakan oleh Sang Hyang Jagad
Pratingkah. Dimana tidak boleh seorangpun mengucapkannya karena
mendapat laknat dari Dewa Agung walaupun para pandita yang sudah
bertapa dan menyepi di gunung sekalipun, kecuali kalau pandita
mumpuni. Saya akan berterus terang kepada dinda Prabu, apa yang
menjadi permintaan putri paduka. Adapun yang disebut Sastra Jendra Yu
Ningrat adalah pangruwat segala segala sesuatu, yang dahulu kala
disebut sebagai ilmu pengetahuan yang tiada duanya, sudah tercakup ke
dalam kitab suci (ilmu luhung = Sastra). Sastra Jendra itu juga sebagai
muara atau akhir dari segala pengetahuan. Raksasa dan Diyu, bahkan
juga binatang yang berada dihutan belantara sekalipun kalau mengetahui
arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, matinya nanti akan
sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan manusia yang
“linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui arti dari
Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang mulia…
        Ajaran “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” mengandung
isi yang mistik, angker gaib, kalau salah menggunakan ajaran ini bisa
mendapat malapetaka yang besar. Seperti pernah diungkap oleh Ki
Dalang Narto Sabdo dalam lakon wayang Lahirnya Dasamuka. Kisah
ceritanya sebagai berikut;
Begawan Wisrawa mempunyai seorang anak bernama Prabu Donorejo,
yang ingin mengawini seorang istri bernama Dewi Sukesi yang syaratnya
sangat berat, yakni;

1. Bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang


raksasa yang sangat sakti.
2. Bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating
Diyu”

Prabu Donorejo tidak dapat melaksanakan maka minta bantuan


ayahandanya, Begawan Wisrawa yang ternyata dapat memenuhi dua
syarat tersebut. Maka Dewi Sukesi dapat diboyong Begawan Wisrawa,
untuk diserahkan kepada anaknya Prabu Donorejo.
        Selama perjalanan membawa pulang Dewi Sukesi, Begawan
Wisrawa jatuh hati kepada Dewi Sukesi demikian juga Dewi Sukesi
hatinya terpikat kepada Begawan Wisrawa.
“Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake
kridaning priyo wanito,” kisah Ki Dalang.
        Begawan Wisrawa telah melanggar ngelmu “Sastra Jendra”, beliau
tidak kuat menahan nafsu seks dengan Dewi Sukesi. Akibat dari dosa-
dosanya maka lahirlah anak yang bukan manusia tetapi berupa raksasa
yang menakutkan, yakni;

1. Dosomuko
2. Kumbokarno
3. Sarpokenoko
4. Gunawan Wibisono

Setelah anak pertama lahir, Begawan Wisrawa mengakui akan


kesalahannya, sebagai penebus dosanya beliau bertapa atau tirakat tidak
henti-hentinya siang malam. Berkat gentur tapanya, maka lahir anak
kedua, ketiga dan keempat yang semakin sempurna.Laku Begawan
Wisrawa yang banyak tirakat serta doa yang tiada hentinya, akhirnya
Begawan Wisrawa punya anak-anak yang semakin sempurna ini menjadi
simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus melalui empat tahapan yakni;
Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.
Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya,
manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni;
1.            Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan
dengan Sembah Rogo.
2.            
Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.
3.            
Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).
4.            Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau
sir (sirullah).
 
Pun diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan
Bima (mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air
kehidupan atau tirta maya, dalam bahasa Arab disebut sajaratul makrifat.
Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan
Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”.
Bima yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk
tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah
kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci.
Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya
bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak
mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar
mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan
gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke
dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya
melalui telinga kiri.
Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana
utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas,
depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci,
memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari,
nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam,
merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang
pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya,
Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang
memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang
menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri.
Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu,
untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu,
sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu
adalah penghalang hati. 
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang
menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah
menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ,
panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang
kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata,
hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam
kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang
pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi
melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?!
Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat
itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala,
yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak
berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat
pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini,
dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri
tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat
tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut
merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya,
raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu
merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang
berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai
segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang,
kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan
suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya
kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala
tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara
sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih,
jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan
tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak
lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya
enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran,
disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri,
menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat
dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu,
menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang
benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia
bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan
berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan
panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan
panggungnya.
Bila seseorang mempelajari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating
Diyu” berarti harus pula mengenal asal usul manusia dan dunia seisinya,
dan haruslah dapat menguraikan tentang sejatining urip (hidup),
sejatining Panembah (pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa),
sampurnaning pati (kesempurnaan dalam kematian), yang secara
gamblang disebut juga innalillahi wainna illaihi rojiuun, kembali ke sisi
Tuhan YME dengan tata cara hidup layak untuk mencapai budi suci dan
menguasai panca indera serta hawa nafsu untuk mendapatkan tuntunan
Sang Guru Sejati.
Uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa sasaran utama mengetahui
“Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah untuk mencapai
Kasampurnaning Pati, dalam istilah RNg Ronggowarsito disebut
Kasidaning Parasadya atau pati prasida, bukan sekedar pati patitis atau
pati pitaka. “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” seolah
menjadi jalan tol menuju pati prasida.
Bagi mereka yang mengamalkan “Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu” dapat memetik manfaatnya berupa Pralampita atau
ilham atau wangsit (wahyu) atau berupa “senjata” yang berupa rapal.
Dengan rapal atau mantra orang akan memahami isi Endra Loka, yakni
pintu gerbang rasa sejati, yang nilainya sama dengan sejatinya Dzat YME
dan bersifat gaib. Manusia mempunyai tugas berat dalam mencari
Tuhannya kemudian menyatukan diri ke dalam gelombang Dzat Yang
Maha Kuasa. Ini diistilahkan sebagai wujud jumbuhing/manunggaling
kawula lan Gusti, atau warangka manjing curiga. Tampak dalam kisah
Dewa Ruci, pada saat bertemunya Bima dengan Dewa Ruci sebagai
lambang Tuhan YME. Saat itu pula Bima menemukan segala sesuatu di
dalam dirinya sendiri.
Itulah inti sari dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”
sebagai Pungkas-pungkasaning Kawruh. Artinya, ujung dari segala ilmu
pengetahuan atau tingkat setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh
manusia atau seorang sufi. Karena ilmu yang diperoleh dari makrifat ini
lebih tinggi mutunya dari pada ilmu pengetahuan yang dapat dicapai
dengan akal.
Dalam dunia pewayangan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu” dimaksudkan untuk lambang membabarkan
wejangan sedulur papat lima pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku
utama dalam lakon ini adalah sbb;
Begawan Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan
ngelmu Sastrajendra kepada Dewi Sukesi. Ramawijaya sebagai
penjelmaan Wisnu  (Kayun; Yang Hidup), yang memberi pengaruh
kebaikan terhadap Gunawan Wibisono (nafsul mutmainah), Keduanya
sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma yang disebut Pancer. Karena
wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesi ini
bersifat sakral yang tidak semua orang boleh menerima, maka akhirnya
mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya.
 

1. Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis,


angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.
2. Kumbakarna (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni
bodoh, tetapi setia, namun memiliki sifat pemarah. Karakter
kesetiaannya membawanya pada watak kesatria yang tidak setuju
dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno menjadi lambang dari
nafsu lauwamah.
3. Sarpokenoko (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka
pada segala sesuatu yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar,
tetapi ia sakti dan suka bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.
4. Gunawan Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu
yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan semua kakaknya.
Dia meninggalkan saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan
mengabdi kepada Romo untuk membela kebenaran. Ia menjadi
perlambang dari nafsu mutmainah.

 
Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia.
Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak
sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki
ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama
Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi
Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar
Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah
menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan
kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil
hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti
mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau
kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga
menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki
tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud
Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu
terwujudnya kejahatan.
Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa
yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat
manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini
kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan
diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan
paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia
berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali
menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri
memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat
dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari
unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu
menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).
Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa
seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan
sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat
Sastrajendrahayuningrat  Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik
perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan
manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan,
kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran
berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah
lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu
Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan
dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh
kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja
dicintai sesama namun juga para dewata.
Sifat Manusia Terpilih
Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima
anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “
Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau
boleh kami mengetahuinya. “Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah
anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka
tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia
yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian
yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada
kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.
Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee
para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir
Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada
manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat
mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah
padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata
menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”.
Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada
memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.
“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata
memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk
diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara
agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu
menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2
(dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki
sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat
baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak
buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai
menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu
berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi
beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut
mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk
mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan
kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang
orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima
kenyataan bahwa hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu
menerima ajarannya.
        Demikian lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang
adiluhung, tidak bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi
seluruh umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan
Gusti Kang Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal.
Janganlah terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam
tulisan ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis
dan universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.
 
Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih
dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.
 
Salam
Sabdalangit
 
 

Tulisan dari ‘Rumus-Rumus Tersembunyi Bencana


Alam’ Kategori
RUMUS-RUMUS TERSEMBUNYI BENCANA ALAM
BAB; Gempa Bumi

Gempa bumi dengan kategori kekuatan besar dan menghancurkan tetap bekerja sebagai seleksi alam,
serta gerakan harmonisasi alam semesta. Di mana alam semesta beserta penghuninya mengalami  
perubahan-perubahan dan gerak tarik-ulur, dan saling tarik menarik. Antara gerakan negatif-destruktif
dengan gerakan positif konstruktif. Untuk kasus gempa bumi, sisi misteriusnya adalah, gempa bumi
merupakan gejolak amuk alam tetapi bukan berarti terjadi disorder dan disharmoni alam semesta.
Sebaliknya biasanya tetap berlaku rumus keadilan. Alam bergolak TIDAK DENGAN CARA
PENGECUT. Gejolak alam TIDAK akan berlangsung secara diam-diam atau mencuri-curi kesempatan
bak seorang pecundang. Sebaliknya, alam semesta menjalankan “permainan”  secara fairplay,
sebelumnya selalu bersuara lantang menyampaikan pesan-pesan kepada seluruh penghuninya,
meliputi hutan, gunung, sungai, dimensi gaib dengan makhluk halus penghuninya, serta binatang dan
manusia. Seluruh isi dan makhluk penghuni bumi ini, pada kenyataannya MANUSIALAH YANG
PALING NDABLEK, MATA & TELINGANYA sengaja dibuat TULI hanya karena alasan berlebihan takut
tergoda bujukan setan yang gemar menyesatkan iman. Padahal setan itu melekat sejak akil baliq (usia
dewasa) pasti bersemayam di dalam tubuh setiap insan,  sebab setan itu tiada lain kiasan untuk nafsu
negatif manusia, “setan” sebagai gambaran nilai-nilai negatif yang paradoksal kebalikan dari nilai-nilai
“ketuhanan” yang serba positif. Ketakutan berlebihan itu, pada kenyataannya hanya menghasilkan
kesadaran jahiliah, kesadaran yang terkungkung oleh unsur jasadiah meliputi rasio dan emosi nafsu
negatif, namun sudah merasa diri orang paling benar di dunia.

Ilmu-ilmu dan alat-alat untuk membaca pesan-pesan alam telah lama ditinggalkan manusia. Ngelmu
titen, ngelmu kawaskitan, dll yang dijadikan sarana membaca warning dalam bahasa alam dianggap
sumber musrik dan tahyul oleh manusia-manusia picik dan dangkal kesadarannya hanya karena tidak
memakai bahasa tanah suci. Padahal ilmu-ilmu tersebut sangat ilmiah bila dijelaskan secara
komprehensif dan esensial. Ilmu yang mampu untuk mencermati apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Bila kita mampu membaca pesan-pesan dalam bahasa  alam, maka kita akan weruh sadurunge
winarah. Menjadikan kita lebih hati-hati dan waspada, mengerti dengan betul-betul apa yang harus
dilakukan dengan arif dan bijaksana. Lantas apa manfaatnya jika kita menafikkan ilmu-ilmu untuk
membaca bahasa Tuhan ? Bukanlah menjadi tidak sesat dan iman tergoda, namun hasilnya tidak lain
adalah  kegagalan untuk bisa “nggayuh kawicaksananing Gusti”. Jadi orang yang kagetan dan
gumunan, dan tidak tahu akan dirinya yang sejati.

Manusia-manusia yang berwatak gumunan dan kagetan mudah bersikap gegabah bilamana bencana
dahsyat (mega disaster) benar-benar melanda seantero negeri ini. Menjadi orang yang tak pernah
menyadari apa yangs esungguhnya sedang terjadi. Kini zaman serba terbalik (wolak-waliking zaman),
di mana orang suci dianggap kotor, orang kotor dianggap suci. Bandit menjelma bagaikan syeh,
sebaliknya “syeh” yang sebenarnya justru diruduh sebagai seorang bandit yang kafir. Ulama spiritual
sejati diangap sebagai orang sesat, sementara itu orang yang benar-benar keblinger dianggap orang
pinter (alim). Tampilan kulit luar nan mempesona, yang indah manakjubkan  dianggapnya sebagai isi
dan tujuan yang dicari selama ini. Sedangkan isi yang sesungguhnya berujud belatung, namun
dibayang-bayangkan sebagai “madu murni asli sumbawa”. Wolak-waliking zaman !! Banyak orang
merasa diri bersih, suci, bener, pener, pas, soleh-solikah, padahal dirinyalah yang termasuk orang-
orang keblinger itu. Dikiaskan dalam jongko sebagai setan yang berlagak manusia soleh: Ana setan
riwa-riwa minda manungsa anggawa agama. Akeh kang padha katambuhan. Ada “setan berbulu” yang
berlagak menjadi manusia yang ahli agama (alim ulama). Banyak orang yang tertipu tetapi tidak
merasa tertipu. Itulah tanda-tanda zaman di saat  ini. Alam pun menyambutnya dengan gebrakan
dahsyat, gempa bumi, banjir besar, tsunami, distorsi cuaca yang sangat gawat, wabah penyakit aneh  
(pagebluk). Di mana-mana banyak perang karena emosi angkara manusia berebut CARI BENERNYA
SENDIRI, cari butuhnya sendiri, cari menangnya sendiri. Dalam bertuturpun tanpa ampun, hati tega
nian gemar menghakimi orang lain secara sadis dan hina, dengan hanya berdasarkan keyakinan asal-
asalan, bukan menghakimi dengan data otentik dan kesaksian pasti nan sejati. Seolah dirinya tahu
segalanya akan hakekat kehidupan sejati, seolah-olah pernah mati dan pernah menjelajah di alam
kehidupan sejati. Padahal dasar pengetahuan dan keyakinannya sangat lemah, hanya omonge, ujare,
ceunah ceuk ceunah, kabar kabur, kabur-kanginan. Sebaik apapun keyakinan tetap saja sekedar
KONSEP BERFIKIR dan konsep beryakin (menata hati untuk percaya saja). Tak peduli walau dirinya
tak pernah mengalami dan menyaksikan sendiri akan nilai-nilai ketuhanan. Just never say that :
“keyakinan itu hanya perlu diyakini saja, karena manusia MUSTAHIL bisa tahu apa yang terjadi di alam
kehidupan sejati, jika belum pernah mati.    Kalimat itu, hanya berlaku bagi :

1. Siapapun yang enggan mengolah rahsa sejati. Yang hanya mengandalkan kesadaran
jasadiah, meliputi kesadaran rasio yang teramat terbatas kemampan nalarnya.
2. Siapapun yang kesadaranya didominasi oleh kekuatan emosi / nafsu-nafsu negatif.
3. Berlaku bagi siapapun yang tidak mengenal konsep “setan” dengan sungguh-sungguh.
4. Bagi siapapun yang terjebak oleh belenggu ketakutan  berlebihan akan sesat dan godaan
iman.
5. Siapapun yang kesadarannya terbelenggu oleh dogma-dogma yang penuh intimidasi dosa-
nerakawi dan iming-iming pahala-surgawi.

Sementara itu, sebuah tradisi lama leluhur bangsa ini telah membutikan bahwa tanpa harus mati
terlebih dulu, sebenarnya manusia diberikan kesempatan “melongok” apa yang sesungguhnya terjadi
di dalam panggung “alam kelanggengan” di mana terdapat kehidupan sejati, yang langgeng tan owah
gingsir. Para pembaca yang budiman, mari kita kembali ke tema semula, mengungkap sedikit demi
sedikit tabir misteri di balik bencana alam, khususnya gempa bumi. Berikut ini saya paparkan gejala
umum akan terjadinya gempa.
Gejala Umum

1. Gempa bumi sangat mematikan biasanya terjadi pada saat banyak orang sudah terbangun
dari tidur pulas, misalnya siang hari atau di saat pergantian waktu antara malam ke siang hari atau
sebaliknya, siang hari ke malam hari. Tepatnya waktu antara jam 05.00 s/d 08.00 pagi atau sore.
Jadi, bisa dikatakan gempa bumi mematikan tidak terjadi pada saat mayoritas orang sedang
terlelap tidur. Sehingga pantas dikatakan bahwa “ sing sopo leno keno“, siapapun yang terlena (tidak
eling waspada) akan menjadi korban.
2. Gempa bumi dahsyat tidak terjadi pada saat orang sedang terlelap dalam tidur misalnya saat-
saat antara jam 24.00 s/d 03.00 malam. Mungkin hal ini merupakan rumus/prinsip keadilan Tuhan,
atau kearifan hukum alam/kodrat alam. Read more…

1. Gempa bumi tidak terjadi pada saat daratan terjadi bencana alam mislanya banjir. Karena
musibah bencana alam biasanya tidak terjadi bersamaan, namun bergantian antara bencana yang
datang dari daratan, udara, dan lautan.
2. Gempa bumi tektonik terjadi di saat musim kering, atau musim kemarau. Sebaliknya musim
penghujan sangat jarang terjadi gempa bumi. Kecuali gempa vulkanik dari gunung berapi.
3. Gempa bumi tektonik konon tidak terjadi pada hari selasa. Gempa bumi juga tidak terjadi pada
saat terjadi hujan lebat dan badai sedang menimpa daratan.
4. Setelah terjadi gempa besar, biasanya akan segera turun hujan sangat lebat pada malam
harinya. Kejadian ini bisanya berlangsung hingga 3 kali/hari berturut-turut setiap malam hari.
Setelah gempa besar, apabila tidak terjadi hujan di malam harinya, hendaknya ekstra hati-hati
karena akan terjadi gempa susulan yang lebih besar. Apabia pasca gempa tektonik yang besar
tidak terjadi hujan, hendaknya ekstra hati-hati terhadap gempa susulan yang kemungkinan besar
akan terjadi.

Tanda-tanda Alamiah

1. Beberapa minggu dan hari sebelum terjadi gempa besar, biasanya akan muncul awan hitam
mulai siang hingga sore hari. Kemunculannya hanya sekali dua kali/hari, setelah itu lenyap dengan
sendirinya. Ciri-ciri awan hitam tersebut seolah bagaikan mendung tetapi tidak menghasilkan hujan,
warnanya hitam keabu-abuan bergumpal, tetapi rata menutupi seluruh ruang pandang di langit.
Awan hitam itu seolah jaraknya dengan bumi terasa sangat rendah/dekat. Tidak ada angin,
suasana mencekam, hening namun terkesan sangat mistis (beraura energi kuat).
2. Cermati bila keadaan di atas mulai tampak. Coba anda konsentrasi di dalam rumah dan coba
juga di luar rumah, apakah badan anda merasa panas/gerah atau malah cenderung dingin ? Jika
anda tidak merasakan gerah, seyogyanya anda lebih hati-hati.
3. Langit cerah dan bersih, kadang terdapat gumpalan awan putih dengan membentuk sebuah
konfigurasi yang aneh dan unik. Kadang muncul knfigurasi seperti pusaka misalnya keris, kujang,
rencong, ekor kuda, tongkat vertikal. Kadang berbentuk menyerupai wayang kulit, wajah raksasa,
wajah bola mata manusia dst. Berbagai konfigurasi awan yang aneh-aneh tersebut merupakan
gejala yang dipengaruhi oleh radiasi energi bumi, kondisi tekanan udara yang mengalami distorsi
oleh adanya desakan energi bumi yang melebihi kewajaran. Masing-masing konfigurasi awan
memiliki arti dan makna sendiri-sendiri. Untuk menerjemahkannya pun perlu keahlian khusus
setelah kita terbiasa mengolah rahsa pangrasa.
4. Di samping itu, saat sebelum gempa suhu terasa sangat panas menyengat melebihi kewajaran
biasanya. Bahkan pada saat anda di dalam ruangan atau rumah sekalipun. Rasakan dan cermati
hawa panas semacam ini, biasanya secara spontan membuat perasaan menjadi panik, gundah,
gelisah. Itulah panasnya hawa bebendu, sampai terasa panas di daun telinga kita, panas seperti
dipanggang api. Bila kita merasakan hawa dan gejala alam seperti ini hendaklah meningkatkan
kewaspadaan, biasanya hawa panas tersebut merupakan radiasi dari tegangan energi dari dalam
lempeng bumi yang siap terlepas menjadi energi gempa bumi tektonik yang besar. Hawa panas
semacam ini dapat kita rasakan dalam jarak hingga ribuan kilometer. Misalnya posisi kita sedang di
Jakarta, lalu merasakan hawa panas tersebut, yang menjadi gejala akan terjadi gempa di wilayah
Papua, Maluku, Ambon, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung. Hawa panas tersebut bisa di
rasakan dari mana arah datangnya.  Nah, arah itulah menunjukkan lokasi tempat di mana akan
terjadi gempa bumi.
5. Rasakan aura panas “bebendu” tersebut, yang terasa mengalir dari dalam tanah, melewati
permukaan tanah lalu naik ke atas menjadi radiasi yang kuat.
6. Bila anda tidur di bawah tidak di atas ranjang, berarti anda langsung bersentuhan dengan
bumi. Saat itu anda bisa berkonsentrasi dan memasang indera batin dan kalbu anda untuk
mencermati suara yang berasal dari bawah permukaan tanah, atau yang berasal dari dalam bumi.
Apabila terdengar suara gemuruh, terkadang disertai letupan dan dentuman kecil, hendaknya
kewaspadaan ditingkatkan. Karena suara gemurh dan dentuman-dentuman itu merupakan proses
pergerakan lempeng bumi yang akan berubah menjadi kekuatan gelombang tektonik.

Tanda-tanda Khusus

Bagi yang telah terbiasa olah batin dan menajamkan rasa pangrasa,  atau rahsa sejati akan lebih
mudah membaca peringatan dini dari  sinyal-sinyal yang dipancarkan dalam gerak-gerik makhluk
penghuni alam semesta ini.

1. Beberapa minggu misalnya antara 4 s/d 12 minggu sebelumnya, kita dapat menyaksikan
peristiwa spektakuler, di mana terjadi eksodus besar-besaran oleh masyarakat “halus” dari arah
mata angin tertentu menuju ke satu arah yang lain. Misalnya dari arah selatan ke arah utara.
Disebut masyarakat karena mereka hidup berkelompok, juga membuat suatu koloni yang saling
berinteraksi di antaranya. Masyarakat “halus” itu rupanya sudah merasakan suhu panas yang
terpancar dari pusat gempa (episentrum). Walaupun  gempa belum terjadi, namun energi tektonik
yang tertahan dan terakumulasi di dalam lapisan kulit bumi dalam sekian lama waktunya akan
menimbulkan spleteran energi yang terasa panas dan membuat badan terasa gerah sekali. Panas
itulah yang membuat mereka tidak betah/kuat lalu “mengungsi” menjauhi pusat-pusat panas calon
episentrum tersebut. Hal ini pernah terjadi 3 bulan sebelum gempa Jogja. Dan 2 bulan sebelum
gempa Bengkulu akhir tahun 2007 lalu.
2. Perilaku binatang yang tidak wajar alias keluar dari pakem kebiasaannya. Misalnya kucing,
anjing,  mencari tempat-tempat yang dingin untuk berteduh/tidur. Biasanya kucing dan anjing betah
di tempat-tempat yang hangat dan panas.  Kicau burung emprit gantil yang semakin intensif
terdengar di malam hari, padahal biasanya emprit gantil berkicau di pagi, siang, dan sore  hari.
3. Hewan dan binatang melata, binatang yang hidup di dalam rongga tanah keluar berkeliaran
pada waktu-waktu diluar kebiasaannya, berkeliaran ke tempat-tempat yang tidak biasa disambangi
atau menjadi habitat hidupnya.

Demikian pengetahuan sederhana yang bisa saya share untuk para pembaca yang budiman, semoga
bermanfaat bagi kebaikan bersama. Tulisan ini antara lain sebagai upaya bersyukur secara konkrit,
karena Gusti Ingkang Murbeng Gesang telah memberikan anugrah hingga nyawa kami selamat dari
keganasan gempa tektonik yang melanda wilayah Bantul, Yogya, Sleman, Kulonprogo, Klaten dan
sekitarnya pada 27 Mei tahun 2006 lalu yang merenggut nyawa kurang lebih 8000 orang meninggal
dunia, 350 ribu rumah hancur lebur, 38.000 orang luka berat dan ringan. Dengan ngelmu-ngelmu
warisan leluhur tersebut, Gusti Hyang Manon mengijinkan kami “weruh sadurunge winarah” sehingga
dapat melakukan antisipasi menjaga keselamatan keluarga dan seluruh orang-orang terdekat.
Meskipun gagal meyakinkan pejabat dan pemegang tampuk pemerintahan tertinggi negeri ini untuk
melakukan langkah antisipasi.

Walau tatapan batin ini masih suram sekali memandang ke depan, namun tetap saja harapan kami tak
bergeming, semoga bencana alam dan bencana kemanusiaan  segera usai, saya percaya suatu saat
nanti akan tiba waktunya, “habis gelap terbitlah terang”. Dan di saat itulah kelak banyak orang sadar
diri bahwa selama ini “kebenaran” yang erat-erat digenggamnya, ternyata imitasi,  ”jauh panggang dari
api”.

 ISI HALAMAN
o ATUR SABDO PAMBAGYO
 KEJAWEN ; Ajaran Luhur Yang Dicurigai & Dikambinghitamkan
 Rahasia Kekuatan Doa
 Membangun Kesadaran Rasa Sejati
o PENGALAMAN GAIB
 Misteri Kehidupan
 Arwah Beramanat
 Misteri Jenglot (Bathara Karang)
 Reinkarnasi Atau Hukuman Tuhan ?
 Naga Raksasa Di Langit Bengkulu
 Rahasia Di Balik 40 Hari
 Kunci Merubah “Kodrat”
o INFORMASI PENTING
 “Bencana Spiritual Nusantara”
 Misteri Di balik Bulan Sura
 NPWP !!! Mudah & Gratis
 Hubungan Leluhur & Kembalinya Kejayaan Nusantara
 Negeri Penuh Teka-teki
 Harta, Tahta, Wanita
o per-EMPU-an
 Deklarasi Kaum Perempuan Nusantara
 Perlukah Perempuan Disunat (circumsition)?
o ACARA
 CV Lakutama
 Spiritual Odyssey Vol 1
o Tembang~tembang Ki Sabdalangit

 TULISAN TERBARU
o Pesan Merapi & “Satria Pambukaning Gapura”
o Teka-Teki Raden Jaya Sentika (seri~2)
o Dari Kita Oleh Kita untuk Nusantara !
o Review SO~3
o Kisah Pohon Beringin Roboh, Kembali Berdiri !
o Spiritual Odyssey Trip 3
o Sepenggal Kisah & Ucapan Terimakasih
o Acara Ruwatan Murwakala
o Ruwatan Murwakala
o Berguru Kepada Alam Semesta
o Mentalitas Kagetan & Gumunan
o Semoga Keselamatan Menaungi Seluruh Mahluk
o Review Spiritual Odyssey Trip 2
o Teka-Teki Raden Jaya Sentika
o Nilai Esensi Spiritual Odyssey

 FALSAFAH & BUDAYA


o -
o ACARA KKS (Kadang Kadeyan Sabdalangit)
 Berguru Kepada Alam Semesta
 Dari Kita~Oleh Kita~untuk Nusantara !
 IHTISAR SO-1 (Going To SO-2)
 Nilsi Esensi Spiritual Odyssey
 Review SO~3
 Review Spiritual Odyssey Trip 2
 Spiritual Oddissey Vol 1
 Spiritual Odyssey Trip 3
o BAHASA ALAM (SASTRA JENDRA)
 Bahasa Isyarat pada Kucing
 Benarkah Manusia Bisa Mendahului Kehendak Tuhan ??
 Binatang Reinkarnasi
 Indikasi Interaksi dengan Supernatural Being
 Kisah Pohon Beringin Roboh Kembali Berdiri
 Merapi Tak Pernah Ingkar Janji
 Misteri Di Balik Merapi
 Ragam Kayu Bertuah
 Rahasia Air Mata Berlian
 Secercah Harapan Merapi
 Seluk Beluk Hukum Karma
o BENDAHARA KATA JAWA
 Pribahasa Jawa
 Sanepan
 TEMBUNG GARBA
o BUDAYA & SASTRA
 Makna Tembang Macapat
 Mengapa Budaya Jawa Tersingkir ?
 Ratu Adil Kian Dekat
 Wahyu Panca Warsita
 Warning Dalam Ramalan
 Wulang Sunu (Nasehat Mulia Bagi Anak Tercinta)
o FALSAFAH JAWA
 FALSAFAH HIDUP KEJAWEN
 Kiat Sukses Mendidik Anak
 Kritik Terhadap "Laku Prihatin"
 Kunci Sukses Dalam Kehidupan
 Meluruskan Makna Mistik
 Menelisik Rahasia Filsafat Kejawen (1)
 Mengenal Ngelmu Sastra Jendra
 Negarawan Sejati
 Nilai Hakekat Mistik Kejawen
 Puncak Ilmu Kejawen
 Pusaka Kalimasadha & Cundamani
 Sejatinya Guru Sejati
 Titik Awal Manunggaling Kawula Gusti
o FILSAFAT PEWAYANGAN
 KEPEMIMPINAN PUNAKAWAN : Semar-Gareng-Petruk-Bagong
 Pendawa Lima
 PERANG BHARATAYUDHA; Nafsu Paling Menghancurkan
 PUSAKA HASTA BRATA; Calon Presiden Harus Memiliki
 Wahyu Dewa Wishnu
 WAYANG; Upaya Nenek Moyang Menggapai Kesadaran Rahsa Sejati
o HAKEKAT-MAKRIFAT
 Ajaran SITI JENAR & KEJAWEN Dalam Memandang Ketuhanan Neraka Surga
 Kontemplasi Ramadhan
 Membedah Alam Pikiran SYEKH SITI JENAR
 Mengenal Garis Besar Ajaran SITI JENAR
o HIKMAH SPIRITUAL
 SUATU HIKMAH (saat pertemuan dengan Gusdur)
 SUATU HIKMAH II (Saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan
 Sukma Tahu Kapan Raganya Akan Mati
 Teka-Teki Kyai Jalak & Sunan Lawu
o JAVANESE TRADITION
 Acara Ruwatan Murwakala
 Bahasa Simbol (Makna Bunga)
 Bancakan Selapanan Bayi
 Bancakan Weton & Puasa Apit Weton
 Contoh Undangan 7 Bulanan
 Jamasan Pusaka
 Kirab Agung TAPA mBISU
 Memahami Tradisi Bulan Arwah
 Mitoni (Selamatan 7 bulan kehamilan)
 RAHASIA JANIN
 Ritual Penyempurnaan Arwah
 Ruwatan Murwakala
 Selamatan Usia Kehamilan
 Sepenggal Kisah & Ucapan Terimakasih
 Tata Cara Bancakan Weton
 Tuah Cupu Panjala
o MEMBANGUN POTENSI DIRI
 Alam Pikiran Sadar & Bawah Pikiran Sadar
 Chakra : Fungsi dan Manfaatnya
 Meditasi Cakra & Olah Semedi
 Membangun Kesadaran Rasa Sejati
 Mengenal Meditasi
 Mengolah dan Mempertajam Nurani
 Olah Raga-Olah Nafas-Olah Batin
 Olah Semedi
 Persoalan Di Seputar Meditasi Ringan
 Tenaga Dalam (Inner-Power)
 Tune Up Potensi Diri !!
o OPINI BEBAS
 Aksiden Lupa Indonesia Raya
 Apakah Nasib Orang-Orang Ini Tergantung Pada Agama ?
 Awan Kelabu Telah Di Depan Mata
 Ilusi Negara Islam
 Kritik Buat Para Raja Jawa
 Laporan Sarasehan Sidoarjo
 Letakkan Agama Di Bawah Negara
 Merubah Musibah Menjadi Anugerah
 Misteri 17
 Misteri Angka Di Balik Bom
 Negara-Ideologi-Agama
 Penderitaan Di Atas Berlian Berjuta Karat
 Selamat Hari Raya
 Selamatkan Generasi Bangsa
 Semoga Keselamatan Menaungi Seluruh Mahluk
 Siapa Yang Masuk Surga ?
 Sumpah Budaya
 Sumpah Budaya II
 Tata Cara Melihat Tuhan
 THE MYSTERIOUS DAY
 UNDANGAN TERBUKA
o PINTU PEMBUKA RAHASIA SPIRITUAL RAJA-RAJA MATARAM
 SERAT WEDHATAMA (i)
 SERAT WEDHATAMA (ii)
 TANDA-TANDA PENCAPAIAN Neng Ning Nung Nang
 WIRID KARANA JATI : Mengungkap Misteri Tuhan
 WIRID LAKSITA JATI; Meraih Kasampurnan Hidup
 WIRID PURBA JATI : MENGENALI JATI DIRI (Hakekat Neng Ning Nung Nang)
 WIRID SALOKA JATI; memahami jati diri
 WIRIT MAKLUMAT JATI
o PRIMBON JAWA
 Gègèring Nuswantårå Nagri
 MENGUNGKAP MISTERI 2012
 2012 (4)
 MISTERI 2012 (Seri 1)
 MISTERI 2012 (Seri 2)
 MISTERI 2012 (Seri 3)
 Pesan Dari GERBANG TINATAR TROWULAN
 Rumus-Rumus Tersembunyi Bencana Alam
 Runtuhnya Sebuah (jembatan) Dinasti
 Tafsir Mimpi
 WAHYU KEPRABON & Goro-Goro 2011-2012
o RANGGA WARSITA
 SERAT JAKALODANG
 SERAT SABDAJATI
 SERAT SABDATAMA
o SEJARAH LELUHUR
 Berdirinya Mataram & Hubungan Mistik Kanjeng Ratu Kidul
 Serat Darmagandhul
 Teka-Teki Raden Jaya Sentika
 Teka-teki Raden Jaya Sentika (seri~2)
o SPIRITUAL JAWA
 Bagaimana Harus Berserah Diri Papda Tuhan
 Di Manakah Level Anda
 Eling & Waspada
 Jiwa-Raga-Sukma-Nyawa
 Memulai Laku Prihatin
 Mentalitas Kagetan & Gumunan
 Pasrah Atau Fatalis kah Diri Anda ??
o SUMBANGSIH SAHABAT
 Rasionalisasi Kejawen
o Tanaman Herbal
 Mukjizat Pohon Kaladewa
o WORO-WORO
o Z. FAQ
 FAQ : Guru Sejati versus Unsur Ragawi
 FAQ : KETUHANAN ; KEMANUNGGALAN ; OLAH RASA
 FAQ : TES KEJUJURAN DALAM BERAGAMA
 FAQ: LELUHUR; PUSAKA; GURU SEJATI
 FAQ: Manitis; Jangkung; Pamomong; Guru Sejati; Moksa; Ngahiang
 FAQ; Membangun Laku Prihatin
 Pantangan & Rintangan Dalam Menjalani LAKU PRIHATIN
 Ketika Agama Berpolitik Ketuhanan

 Komentar Terakhir
 ATUR KAUNINGAN

Para pembaca yang budiman, dengan senang hati, saya persilahkan memberikan komentar, saran,
penegasan, termasuk bila anda ingin menyampaikan pendapat yang berbeda. Namun harapan saya,
marilah kita bersama-sama menyingkirkan segala macam adat istiadat buruk dalam berdiskusi dan
pergaulan luas. Kita hilangkan kebiasaan mudah terpancing emosi, kagetan dan gumunan, mudah
menyalahkan orang lain dan menganggap diri paling benar. Marilah kita bersama-sama membuka diri,
berbekal hati yang bersih, batin yang bening, kita belajar bersama di sini. Pada saat tertentu anda
menjadi guru bagi kami, namun di saat lain anda dapat belajar di sini dengan sajian seadanya. Kita
luruhkan sifat-sifat negatif, golek menange dewe, golek butuhe dewe, dan golek
Kunci Merubah “Kodrat”
“KASIH SAYANG DAN KETULUSAN”
KUNCI MENDAPATKAN WIRADAT
 
 
Sekelumit kisah yang ingin saya share kepada semua rekan-rekan ku di
sini. Tujuannya ujub, sombong, dan takabur ? TIDAK samasekali !
Semata-mata pengalaman ini saya tulis sebagai wujud rasa syukur saya
kepada Tuhan YME, di mana kami bersama istri diberi kesempatan emas
untuk menyaksikan dan mengalami langsung betapa Tuhan itu benar-
benar Maha Welas Asih, Maha Penyayang dan Mahakuasa. Saya juga
berharap, mudah-mudahan kisah ini bisa menggugah semangat bagi
siapapun yang sedang mengalami penderitaan, dan “nompo ganjaran”
sakit berat dari Gusti Allah. Semangat hidup dan semangat untuk sembuh
harus tetap ditumbuhkan dari dalam diri, karena dengan bekal semangat
itulah menjadi obat paling mujarab, sedangkan obat-obat medis dan
alternatif sebatas mensupport kesembuhan. Dengan semangat itu pula,
mukjizat Tuhan dapat kita raih. Mukjizat Tuhan hanya untuk orang-orang
yang percaya saja. Selain dari itu, saya mendapatkan pelajaran berharga
sekaligus membuktikan apa yang pernah diucapkan oleh leluhur saya
sewaktu masih hidup, beliau mengatakan bahwa “kodrat kuwi isih bisa
disuwunake wiradat ngger…carane krana welas asih lan
sakbener-benere tulusing ati !” artinya “kodrat itu masih bisa
dimohonkan untuk wiradat, caranya dengan sarana kasih sayang dan
ketulusan hati !”  Dalam konteks ini leluhur saya yang culun dan ndeso,
memahami kodrat dengan maksud  menunjuk ketentuan Tuhan yang
telah berlangsung, dan wiradat diartikan sebagai dispensasi atau bahkan
Tuhan berkenan mengubah apa yang telah menjadi kodrat tadi.
 
Bertahun-tahun lamanya saya berusaha mencerna nasehat itu, namun
terasa bebal otak saya untuk menelaahnya, karena bagi saya sangat sulit
untuk memahami kalimat yang terlalu sederhana di atas. Memang
kalimatnya terpampang seculun itu namun menyisakan pertanyaan
mendasar di benak ini, “lantas kasih sayang yang seperti apa yang
mampu menjadi sarat agar mendapatkan wiradat dari Tuhan Yang
Mahakuasa ?” Nah, kalau kodrat itu bisa dirubah jangan-jangan kodrat
tersebut hanyalah kehendak yang belum tuntas jalan ceritanya ?
Entahlah, terus terang saya makin mumet dibuatnya. Dan saya tidak
akan membahas sistem bekerjanya kodrat Tuhan karena hal itu sama
halnya memahami “jalan pikir” Tuhan. Jika membayangkan “jalan fikir”
Tuhan terus terang ciut nyaliku, karena sama halnya  memberhalakan
Tuhan, menganggap Tuhan bagaikan manusia saja yang musti
menggunakan jalan fikir. Makin jauh dan mbulet lah !
 
Diagnosa Yang Mengejutkan
Peristiwa ini terjadi belum lama kira-kira  sejak 1 tahun yll. Saat kami
dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang sedang melakukan USG pada
kandungan istri saya. Waktu itu saya antar isteri ke dokter RS Pantirapih
Jogja untuk melakukan cek up routin setahun sekali. Cek up jantung,
paru-paru, hati, pankreas, liver. Semua hasilnya baik, matur sembah
nuwun duh Gusti…!  Lantas saya minta dokter memeriksa bagian organ
ginjal, dokter mulai mengarahkan ujung sensor USG ke bagian ginjal.
Lalu dokter bilang,” ginjal kiri dan kanan semuanya baik …tak ada
masalah ! Loh..?? Saya seketika meminta pak dokter mengulangi
diagnosa ginjal,” coba dokter, saya minta diulangi lagi, saya ingin melihat
mana dan seperti apa ginjal sebelah kiri, dan yang sebelah kanan !?
Dokter menuruti kembali mengarahkan alatnya untuk mengecek ginjal
kanan, ya terlihat jelas dan bagus ! Sebentar kemudian istri saya
meminta dokter segera mengecek ginjal kirinya sembari layar USG
diarahkan lebih jelas ke hadapan istri saya yang saking penasarannya.
Istri saya terperanjat, “dokter…itu benar ginjal kiri saya ? Dokter
menyahut, “ya benar, memang kenapa bu…? Saya dan istri hanya diam
namun saling bertatapan mata beribu makna karena terkesima. Saya
menyahut, “nggak apa-apa kok dok…makasih dok !
 
Satu Ginjal, Menjadi Utuh Kembali
Sepulang dari USG, saya dan istri masih tercengang atas apa yang
tampak oleh hasil diagnosa USG tadi. Ginjal kiri kanan utuh ??!! Mungkin
bagi orang yang tak pernah menghibahkan satu ginjalnya ke orang lain,
bukanlah hal yang mengejutkan. Namun karena istri saya 20 tahun yll
pernah menghibahkan ginjal sebelah kirinya kepada Ibu angkatnya. Awal
dari kisah ini, pada waktu istri saya duduk di bangku SLTA, diangkat anak
oleh keluarga petinggi AD di Jakarta. Beberapa tahun setelah diangkat
anak, Ibu angkat istri saya mengalami gagal ginjal kedua-duanya (kiri-
kanan). Waktu itu satu persatu anak-anak kandung diperiksa ginjalnya
apakah cocok dan memenuhi syarat medikal untuk ditransplantasi ke Ibu
kandungnya. Aneh, tak satupun yang cocok dan memenuhi sarat medis.
Sebaliknya hanya ginjal milik anak angkatnya saja yang cocok dan
memenuhi sarat medis, alias ginjal milik (calon) istri saya.  Transplantasi
dilaksanakan di RSAD Gatot Subroto Jakarta, sejak itu sekian puluh tahun
istri saya hidup dengan satu ginjal saja. Efeknya hanyalah agak cepat
merasa lelah.
 
Waktu itu Ibu angkatnya (calon) isteri saya sudah berumur sekitar 60
tahun sewaktu ginjalnya ditransplantasi. Pada usia sekitar 75 tahun Ibu
angkat meninggal dunia dengan tenang dan sakit karena tua. Berarti
ginjal istri saya dipakai selama kira-kira 15 tahun lamanya. Lalu, pada
suatu siang hari (calon) istri saya yang waktu itu sudah tinggal lagi di
Jogja, tiba-tiba dipanggil Ibu angkat yang sedang opname di RSAD
Jakarta. Sesampainya di Jakarta langsung menuju RS membesuk Ibu
angkat. Lantas beliau berkata pada (calon) istri saya,” Hyas…aku matur
nuwun banget yo wis mbok silihi ginjelmu seprana-seprene, saiki aku wis
ora butuh meneh….nyoh tampanen ginjelmu saiki tak balekke nyang
nggonmu yo. (Hyas, aku berterimakasih sekali ya, sudah kamu pinjemi
ginjalmu selama ini, sekarang aku sudah tidak perlu lagi, nih..terimalah
ginjalmu sekarang aku kembalikan padamu ! Ibu angkat berucap
demikian dengan penuh ketulusan berterimakasih, sembari tangannya
seolah-olah memungut ginjalnya di perutnya sendiri lalu ditempelkan ke
perut (calon) istriku. Malamnya Ibu angkat meninggal dunia dengan
tenang, pulang ke haribaan Tuhan YME.
 
Pada Tahun 2005 akhir, saya pernah bermimpi namun sulit membedakan
apakah tadi itu mimpi atau memang dalam keadaan setengah sadar saya
melihat ada seorang berpakaian layaknya Raja, diiringi beberapa orang
berpakaian Jawa kuno membawa semacam bokor kencana (cupu besar
terbuat dari emas). Setelah dibuka, bokor kencana tersebut berisi ginjal
dan dengan sekejap kurang dari 5 detik, rombongan tadi seperti
“memasang” ginjal yang dibawanya ke dalam perut istri saya. Sewaktu
saya sadar betul, dalam posisi sedang terduduk di atas amben, samping
istri saya yang sedang tertidur seperti orang dibius. Saya bangunkan istri
dan saya tanya apa yang dirasakan, katanya tidak merasakan apa-apa.
Saya menceritakan apa yang barusaja terjadi di alam mimpi entah
noumena gaib kali ini saya tak bisa membedakannya. Setelah kejadian
itu, kami tak pernah membahas lagi, namun istri saya merasakan
badannya tidak seperti dulu karena terasa lebih fit dan tak mudah lelah.
Barulah pada awal 2008 ketika kami pergi ke dokter melakukan cek up
routin, semua misteri itu terkuak. Sampai-sampai kami berdua ragu atas
hasil diagnosa dokter, hingga akhirnya kami berkunjung ke tempat
saudara yang buka RS di Majenang, untuk bersilaturahmi dan sekalian
melakukan USG lagi. Hasilnya sama, ginjal istri saya benar-benar telah
pulih, kembali menjadi dua lagi setelah sekian puluh tahun dihibahkan 
kepada Ibu angkatnya.
 
Mukjizat Menakjubkan
Dari kisah di atas ada suatu pelajaran berharga untuk hidup kami berdua
khususnya,  bahwa segala sesuatu yang mustahil hanyalah karena
keterbatasan kekuasaan manusia semata, sementara itu tak ada yang
mustahil bagi Hyang Mahawisesa, Tuhan Yang Mahakuasa. Apapun bisa
terjadi. Selain itu, segenap pertanyaan yang ada dalam benak selama ini
terjawab sudah. Benar apa yang dinasehatkan oleh leluhur waktu itu,
bahwa kodrat dapat diwiradat melalui kasih sayang dan ketulusan
yang luar biasa. Tanpa ada contoh atau pengalaman hidup yang dapat
dijadikan sebagai indikator mengukur ketulusan dan kasih sayang yang
seperti apa sehingga dapat menjadi syarat terjadinya wiradat, tampaknya
saya tak akan mampu memahami kalimat tersebut. Di satu sisi Ibu
angkat istri saya telah mencurahkan kasih sayang yang tulus pada istri
saya selayaknya anak kandung sendiri. Sementara itu istri saya
memberikan ginjalnya kepada ibu angkatnya dengan penuh ketulusan
dan keikhlasan pula tanpa berharap imbalan apapun. Masing-masing
melakukannya secara tulus dan penuh kasih. Bahkan saat dibagikan
warisan berupa sebidang tanah dan bangunan di Cipayung Bogor, istri
saya tetap menolak, alasannya justru karena pernah memberikan sesuatu
yang sangat berharga pada Ibu angkatnya. Takut bila akan mencemari
atau menggugurkan ketulusan yang pernah ia berikan pada sang Ibu
(angkat).  Dan selama puluhan tahun hanya dengan satu ginjal harus
bekerja berat agar dapat menanggung banyak kehidupan. Selama itu tak
pernah ia mengeluh dan merasa menyesal, bahkan pada suatu waktu
saat kena marah ibu angkat, tak pernah pula istri saya mengungkit-
ungkit jasa baiknya. Yah, saya banyak belajar tentang budi pekerti yang
luhur (akhlakul karim), ketulusan, keikhlasan, dan ketabahan yang ada
pada istri saya tercinta.  Dan saya menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, betapa kekuasaan Tuhan sungguh sangat dekat dengan diri
manusia. Tuhan…Gusti Allah, Gusti kang Akaryo Jagad, jauh tidak ada
jarak, dekat tak bersentuhan. Matur sembah nuwun duh Gusti Ingkang
Murbeng Dumadi, sebagai wujud terimakasihku, aku harus selalu belajar
tulus, ikhlas, sabar, dan tabah. Jangan enggan membantu sesama,
berbuat baiklah pada orang lain tanpa pamrih, tak perlu berharap-harap
pahala, tak suka membangun permusuhan, hanya kinarya karyenak ing
tyas sesama. Kembali pada kodrating manungsa, duwe rasa, ora duwe
rasa duwe.  Sebagai wujud netepi kodrat Ilahi Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Berbuat baik pada orang lain itu  sesungguhnya
berbuat baik untuk diri kita sendiri. Dan satu lagi ; mukjizat Tuhan
hanya bagi orang yang percaya saja. sabdalangit

Misteri Jenglot (Bathara Karang)

PELAJARAN BERHARGA DI BALIK KISAH BETHARA KARANG (Jenglot)


Jenglot atau lebih populer dengan nama Bethara Karang telah lama dikenal sebagian
masyarakat yang menggemari koleksi berbagai macam ajimat, pusaka, atau benda-benda
keramat bernergi gaib. Bethara Karang (biasa disingkat; BK) wujudnya seperti mummy
dengan ukuran panjang 5 cm, ada yang >10 cm. BK memiliki ciri khas, tubuhnya mirip tubuh
manusia yang kurus kering seperti mummy, kukunya panjang bisa mencapai 2 cm lebih,
panjang rambutnya biasanya melebihi panjang tubuhnya, matanya hitam tak mempunyai
putih mata, tidak bisa berkedip alias selalu melotot. Wajah BK menyeramkan hampir mirip
seperti topeng leak Bali tetapi berwarna hitam kelam. Sekitar tahun 1993 penemuan BK
menghebohkan masyarakat hingga pernah di tes DNA oleh pakar medis UI, ternyata
memiliki struktur kromosom yang mirip manusia. Pernah terjadi polemik tentang asal usul
BK, di satu pihak dikatakan sebagai rekayasa belaka. Di lain pihak BK diyakini sebagai
wujud manusia yang tengah mengalami hukuman Tuhan. Saya pun tak pernah ingin dan
penasaran untuk mengungkap apa atau siapa sejatinya BK itu, sebab bagi saya pribadi
“benda” itu tak memiliki keistimewaan apapun. Sebaliknya lebih banyak saya mendengar
cerita buruk dari kisah BK yang dialami para pemiliknya atau pada saat benda tersebut
dipamerkan di mal-mal. Misalnya, seorang pengunjung menatap mata BK kemudian tiba-tiba
kesurupan. Rambut dan kuku BK atau Jenglot juga dapat tumbuh semakin panjang. Sehingga
sejak itu setiap kali BK dihadirkan dalam ruang pameran pada khalayak matanya selalu
ditutup isolasi warna hitam. BK juga harus diberi makan berupa darah golongan O dicampur
minyak wangi, jenglot mampu menghabiskan 50 ml per 3-8 jam. Maka bagi pemilik BK,
pada saat-saat tertentu harus membeli darah golongan O di PMI dan dicampur minyak wangi
jenis tertentu lalu diberikannya kepada BK melalui saluran infuse yang ditempelkan ke dalam
mulut BK. Entah benar atau tidak, ada lagi cerita bahwa BK ini dapat mendatangkan
(mengganti) uang dalam jumlah hingga 2-4 milyar rupiah apabila “disempurnakan” oleh
seorang Kyai di Ponpes Gontor di daerah Ponorogo. Maka jenis benda pusaka ini sering
menjadi buruan orang-orang yang mempercayainya. Selain katanya karena khasiat atau
keampuhannya yang dahsyat. Semua cerita itu menjadikan BK memiliki nilai ekslusif dan
berharga mahal hingga ratusan juta bahkan milyaran rupiah.
Terlepas dari semua cerita di atas, saya mengalami peristiwa secara tidak sengaja,
terjadi pada 1 Januari tahun 2007 di Jakarta. Peristiwa ini saya anggap mempunyai pelajaran
yang sangat berharga, dapat membuka makna akan rahasia gaib dan sangat berarti dalam
memahami hakekat kehidupan ini secara lebih mendalam.
“PENAMPAKKAN” DI BALIK RUMAH RUNTUH
Saat itu bertepatan dengan malam tahun baru 2006/2007 kami semalam mengundang group
musik keroncong untuk berdendang bersama rekan-rekan. Semalam kami berdendang hingga
habislah suara buat cuap-cuap menjadi penyanyi dadakan semalam. Paginya sekitar jam
10.00 wib kami dikejutkan oleh gemuruh rumah runtuh yang berasal dari bangunan rumah
tepat di depan tempat kami tinggal. Rumah satu lantai tetapi menjulang tinggi seolah
berlantai dua. Kami berusaha menolong para penghuninya, dan ternyata yang ada dirumah itu
seorang ibu rumah tangga yang kami kenal sebagai pemilik rumah tersebut. Walaupun
keadaannya di seluruh badannya sudah penuh dengan debu reruntuhan, sehingga seluruh
tubuhnya berwarna putih kecoklatan, tetapi masih bersukur terhindar dari maut. Sementara
rumahnya masih dalam keadaan bahaya karena sebagian bangunannya yang masih berdiri
kemungkinan akan segera menyusul roboh. Ibu tersebut kami suruh berlindung dahulu
ditempat kami. Para tetangga berkerumun tetapi takut untuk mendekati rumah itu karena
khawatir akan terjadi runtuh susulan. Setelah dua jam para tetangga membubarkan diri,
keadaan telah sepi tinggal kami berempat. Saya kaget, tiba-tiba di balik reruntuhan rumah itu
muncul “penampakan” sosok lelaki yang kami ketahui sebagai tukang ikan di pasar terdekat.
Kami kaget kok ada orang lain di dalam, padahal menurut si Ibu empunya rumah dia berada
sendirian di dalam rumah karena suaminya baru singgah di rumah istri ketiganya…wah wah,
kasian betul..ibu ini, pikir kami.sudah dimadu, eh ternyata rumahnya malah runtuh. Tanpa
mau berapriori, lelaki itu kami panggil agar menjauh dari rumah itu dan berlindung di rumah
kami. Ia melompat pintu pagar yang keadaannya digembok dari dalam. Teman kami lihat
lelaki itu datang masuk “rumah runtuh” itu sejak semalem kira-kira jam 21.00 wib. Saya
hanya berfikir mungkin tukang ikan ini semalem hingga jam 10.00 pagi saat kejadian runtuh,
ia sedang mbethet-i (membersihkan) iwak paus sing guedhe tenan, sehingga belum kelar
hingga paginya..gitu aja. Yaah..tukang ikan yang mendapat dua kemujuran..patut “disukuri”
he he !! kemujuarannya apa saja silahkan anda berandai-andai sendiri yah.
TAMU MISTERIUS DI MALAM HARI
Kembali keee..laptop. Hari sudah gelap, sepi, gerimis rintik-rintik, rumah runtuh yang mirip
seperti rumah hantu, berantakan, gelap tak berlampu. Semua penghuninya sudah mengungsi,
si Ibu empunya rumah telah dijemput suami yang sejatinya…ehm. Waktu menunjukkan jam
20.00 malam, tak ada angin tak ada gempa, tiba-tiba muncul suara menderit kencang diikuti
suara yang lebih bergemuruh ketimbang tadi pagi. Runtuh susulan pikirku. Benar saja, rumah
itu bener-bener ambruk, padahal rumah besar itu baru berumur sekitar 8 tahun sejak
dibangun.
Jam 22.00 wib. Nggak tahu, kenapa tiba-tiba di kompleks perumahan kami suasananya malah
menjadi semakin sepi mencekam, anak-anak kecil biasanya masih berada di taman bermain
sebrang rumah. Tapi kali ini sungguh mencekam apalagi bagi anak-anak. Listrik tiba-tiba
mati lampu. Gelap, hitam pekat. Lalu terdengar suara seseorang, sepertinya suara seorang
kakek-kakek dengan suara bergetar. “kulanuwuuun…den..!” Saya bergegas ke depan rumah
yang sepi dan gelap tak terdengar suara angin dan binatang satu pun. Tampak sosok laki-laki
itu berdiri di depan pintu. Anehnya..pakaiannya seperti zaman ratusan tahun yang lalu. Siapa
gerang kakek ini. Rambutnya telah memutih semua, kulit menghitam keriput, kurus kering,
tampak tonjolan tulang belulangnya, agak bungkuk, tetapi baunya seperti ratus (dupa
manten).
Saya berfikir, ini bukan lah manusia sembarangan. Saya bertanya pada kakek itu dengan
bahasa Jawa halus, ..”Kakek siapa, hendak ke mana, ada perlu apa, adakah yang bisa saya
bantu ? kakek itu diam sejenak, sorot matanya sangat tajam memandangku, aku menangkap
getaran energi yang sangat besar. Hmmm..kakek ini bener-bener orang linuwih, gumamku
dalam hati. Pelan, kakek itu mengeluarkan kata-kata dalam bahasa sansekerta dan Jawa Kawi
yang kurang jelas dalam pendengaranku. Aku coba menangkap maksud kakek itu dengan
mengerahkan ingatan kosa kata sansekerta dan Jawa Kawi, serta mencoba translasi secara
batin. Ternyata kakek itu ingin ikut bersamaku. Belum sampai aku menjawab maksud kakek
itu, lalu aku mendengar suara istriku dari dalam kamar, …jangan ikut kami mbah..jangan
masuk, silahkan di luar saja ! Aku menangkap apa yang dimaksud istriku. Lalu aku
tanyakan..”kakek anda siapa ? Nah..kakek itu menjawab..”saya empu Suna..nak ! Empu
pikirku ??? bukankah seorang empu lazim menjadi sebutan nama di masa ratusan tahun yang
lalu ? Kami coba lebih konsentrasi lagi, Oh..ternyata..anda itu manusia yang hidup ratusan
tahun yang lalu. Si kakek bukanlah badan wadag tetapi badan halus. Lalu aku tanyakan, “..di
mana jasad empu dikubur ? jasadku ada di atas lemarimu nak..! Aku bergegas memeriksa di
atas lemari di kamarku. Ternyata istriku sudah mengulurkan tangannya, menyerahkan
seonggok benda berujud jenglot (BK) kepadaku. “Inikah jasadmu kek ?, tanyaku. Mpu Suno
mengangguk. Mpu..terimakasih sampeyan ingin ikut bersama kami, tetapi maafkan kami,
seyogyanya Mpu tidak ikut bersama kami, ikut saja orang lainnya mungkin akan membuat
Mpu lebih nyaman. Kira-kira apa yang bisa kami lakukan untuk anda..? Kakek itu tampak
mengeluarkan air mata. Aku sebenarnya tidak tega, tetapi aku merasa tidak nyaman saja
diikuti Mpu Suno.
MPU SUNO BERKISAH MEMILUKAN
Tiba-tiba saja Mpu Suno lenyap dari pandangan mataku. Listrik yang padam kembali
menyala. Tetapi jasadnya yang berujud BK aku bungkus kain kafan kemudian ku taruh di
atas lemari. Aku masih berfikir harus bagaimana bersikap. Besok malamnya, sekitar jam
00.00 Mpu Suno hadir kembali. Aku lihat ia menunggu di teras depan rumah. Ku hampiri
Mpu Suno, sekalian kubawakan teh manis untuknya. Tapi Mpu Suno menolak…”terimakasih
nak, saya sudah tak bisa makan minum seperti manusia umumnya, melainkan harus makan
(minum) darah, bukan darah manusia tetapi darah binatang di mana saja yang dapat saya
ketemukan.
“Kenapa Mpu Suno nasibnya sedemikian rupa, dan sampeyan hidup pada abad berapa ?.
Jawab Mpu,”..aku hidup kira-kira sudah 1400 tahun yang lalu nak, saya termasuk orang yang
sangat sakti mandraguna sulit mencari tandingannya. Karena kesaktianku yang sangat tinggi
itu membuat ku merasa takabur, menjadi tak percaya lagi pada Hyang Wisesa (Tuhan). Selain
itu aku juga memiliki ilmu keabadian, agar supaya badanku kekal tak akan mati. Aku berfikir
dan bertanya dalam hati, tiap orang semakin tua usianya maka badannya semakin pendek dan
mengecil pula, apakah Mpu Suno yang panjang badannya hanya tinggal 5 cm itu karena
sudah hidup selama 1400 an tahun ? entahlah.
Aku beranikan diri untuk bertanya,”Mpu…kenapa anda tidak meninggal dunia hingga saat ini
? Jawab Mpu Suno mengejutkan,”…hingga saat ini aku tak bisa mati nak, tetapi keadaanku
sangat tersiksa, aku tak bisa makan selain darah yang menjijikkan, aku tak bisa mati dan
bumi pun menolak jasadku, sehingga jasadku tak membusuk dan hancur kembali menjadi
tanah. Semua sudah menjadi karma Hyang Suksma atas semua kesalahanku yang teramat
berat mengingkari Hyang Suksma dan “gegulangan” ilmu keabadian. Maka setiap hari tiada
henti aku hanya memohon ampunan kepada Hyang Suksma supaya bisa mati, dan jasadku
diterima bumi.
MEMINTA “DISEMPURNAKAN”
Lalu apa yang bisa aku lakukan untuk Mpu Suno ? Jawabnya,”…nak…jika berkenan,
mungkin orang seperti istrimulah yang bisa menolongku ? menolong bagaimana Mpu ?
tanyaku kepada BK yang namanya Mpu Suno itu. Mpu Suno melanjutkan, ”…menolongku
untuk memohonkan ampunan kepada Hyang Wuhud (menyempurnakan) agar aku bisa mati.
“Baiklah Mpu, kami akan berusaha menolongmu, tetapi semua tentu tergantung kemurahan
Gusti Allah”, sergahku. Mpu Suno menyergah juga, “..Allah itu siapa nak ? Lho..Mpu tidak
tahu to, Gusti Allah itu Tuhan pencipta alam semesta. Oo, maaf nak, di jamanku dahulu tidak
pernah mendengar nama itu, aku sekarang mengerti, Gusti Allah itu tidak lain Hyang Wuhud
Hyang Suksma, hanya berbeda cara menyebut manusia jaman dahulu dan sekarang.
Entah kenapa tiba-tiba Mpu Suno menghilang lenyap. Aku terheran-heran, ini bukan mimpi
bukan juga khayalan. Mengapa bisa terjadi dan kualami hal aneh seperti ini. Aku menyesal
lupa tidak aku tanyakan, mengapa kehadiran Mpu bersamaan dengan peristiwa rumah
ambruk itu ??? adakah kaitannya ??
Belum lama aku berfikir dan bertanya dalam hati, dan siap melangkah masuk rumah, tiba-tiba
aku merasa ada sesuatu yang ganjil di belakangku, aku toleh kebelakang rupanya Mpu Suno
datang lagi dan berkata, “…nak, aku di sini karena dahulu aku dimiliki si …. (Mpu Suno
menyebutkan nama suami si Ibu empunya rumah ambruk). Aku dijual dengan harga ratusan
juta kemudian uang hasil penjualan jasadku dibelikan rumah yang sekarang ambruk itu. Aku
tak bisa berkata-kata lagi, hanya terkesima. Dan Mpu Suno tahu-tahu sudah lenyap lagi.
Aku beranjak masuk ke dalam rumah, kuceritakan pada istri kejadian tadi, tetapi rupanya
istriku sudah mengetahui juga. Malah sudah menyusun rencana kapan akan mencoba
“menyempurnakan” Mpu Suno. Dipilihlah hari Senin untuk melakukan doa penyempurnaan.
Aku tak pernah tahu dan tak menguasai bagaimana doa, rapalan, mantra penyempurnaan
(permohonan ampunan) itu. Namun di hari Rabu jam 21.30 wib, Mpu Suno datang lagi saat
aku nyetir di jalan tol menuju arah Bintaro sektor 9. Ia mengatakan jika besok hari Sabtu
Pahing sudah akan “pergi”. Pergi ke mana aku masih mikir-mikir agak telmi. Mungkinkah
Gusti Allah sudah menerima permohonan ampunan ini, sehingga Mpu Suno sudah akan
“pergi”. Mudah-mudahan begitu. Istriku pun belum tahu apakah doanya dikabulkan Gusti
Allah atau tak dikabulkan. Karena memang belum melihat tanda-tanda “isyarat” dari Tuhan.
Sabtu Pahing, sebagai hari yang paling tepat untuk menyempurnakan semacam BK. Misteri
Sabtu Pahing, memang acap kali ada hal-hal berhubungan dengan jenglot atau BK selalu
tepat hari Sabtu Pahing, tetapi aku tak mengerti mengapa bisa demikian. Entahlah.
SETELAH MENDERITA 1400 TAHUN MPU SUNO DITERIMA BUMI & TUHAN
Hari Sabtu Pahing yang ditunggu-tunggu akhir datang juga. Waktu menunjukkan jam 20.00
wib, aku merasakan hal aneh dan ingin sekali keluar menuju halaman rumah. Benar, ternyata
Mpu Suno sudah menunggu di sana. Ku coba mendekati Mpu Suno berdiri di sudut taman
rumah tepat di samping pohon rindang tabib buya dan melati yang sedang berbunga lebat dan
harum semerbak baunya. Tempatnya memang agak gelap karena tak tertimpa sinar lampu
taman. Ia sepertinya ingin sekali menyampaikan sesuatu kepadaku. Benar saja, Mpu Suno
menyampaikan pesan sebagai berikut;
“..nak, andai kelak menjadi orang pinunjul dan sakti seberapapun besar kesaktian hendaknya
jangan sampai seperti saya yang lupa diri tidak mengakui Gusti Allah (kali ini Mpu
mengikuti istilahku), apalagi gegulangan ilmu keabadian”. Akhirnya aku dapatkan karma,
sekian ribu tahun hanya penyesalan yang ada, selalu mohon ampunan kepada Tuhan tak
pernah aku dapatkan. Mungkin kali ini sudah menjadi garisNya aku bertemu angger dan istri.
Aku sempat bertanya apa yang menjadi pikiranku sedari tadi,”..apakah Mpu Suno telah cukup
menebus semua kesalahan dengan penderitaan ribuan tahun lamanya, sehingga kelak di sana
Mpu sudah lepas dari alam pembalasan ?” Oh, tidak nak angger…aku baru dikabulkan bisa
mati saja sudah merupakan kanugrahan agung. Kelak aku belum tahu nasibku, aku merasa
tetap akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku di alam pembalasan. Aku tak bisa
balas budi kepada istrimu dan nak ngger, Gusti yang akan membalas kebaikan semuanya.
Sebelum berpisah, kiranya apakah aku boleh bertanya kepada Mpu ? Rupanya Mpu sudah
membaca pikiranku, lalu menyergah dengan jawaban yang betul-betul aku tunggu, “nak..aku
ini setiap saat yang ada hanya penyesalan, hanya memohon ampunan Gusti saban hari tiada
henti. Cerita-cerita tentang sebangsaku yang dianggap benda keramat dan pusaka ampuh, itu
tidak benar, atau bisa menukar dengan uang bila disempurnakan, itu semua tidak benar,
sebangsaku ini tak bisa berbuat apa-apa lagi nak…! aku diperjualbelikan karena bodohnya
manusia sendiri. Memang ada sebangsaku yang tetap tidak “eling” sehingga tetap saja neko-
neko mau dipiara manusia hanya demi mendapatkan makan”. “Nak…sekali lagi terimakasih,
aku sekarang hendak “pergi” Gusti Allah telah berkehendak memanggilku”. Selamat tinggal
nak, ingat pesanku yang satu, selalu eling dan waspada, jangan sampai menjadi manusia
seperti aku ini, mengejar nafsu adigang adigung adiguna, sombong kepada Gusti, dan
ternyata berakhir dengan penderitaan berat sepanjang masa”. Kini bumi telah bersedia
menerima jasadku”.
Tiba-tiba bayangan Mpu Suno raib. Mpu Suno telah pergi meninggalkan dunia. Aku teringat
benda berujud jenglot atau BK yang kuletakkan di atas lemari. Bergegas aku masuk kamar,
kuperiksa jenglot di atas lemari ternyata juga sudah raib entah ke mana.
sabdalangit

Tulisan dari ‘Kunci Sukses Dalam Kehidupan’ Kategori


KUNCI SUKSES PERGAULAN
“MUTIARA KATA”
KIAT SUKSES DALAM PERGAULAN DAN BERMASYARAKAT
 
 
Kaidah 1
Ora ånå wóng kang ingaranan uríp, kêjabanê kang mikír sartå trêsnå marang wóng kang
ringkíh lan nandhang påpå cintråkå.
Biså mèlu ngrasakakê kasusahanê sartå lårå lapanê wóng liyå.
Kanthi pangråså kang mangkono mau atêgês biså nggadhúh kêkuwatan kang tanpå watês,
pêrlu kanggo mitulungi sapådhå-pådhå kang kahananê luwíh nrênyúhakê katimbang dhiri
pribadinê. “Pakarti mono darbèk kita dhêwê, nanging wóhê pakarti mau dadi kagunganê
Kang Gawê Urip”, mangkono sabdanê sawijinê Pujånggå kalokå.
 
SABDA PUJANGGA
(Tiada orang disebut hidup, kecuali yang peduli serta belas kasih kepada sesama yang tak
berdaya dan menderita. Dapat merasakan penderitaan serta kesengsaraan orang lain. Dengan
dimilikinya rasa seperti itu, berarti mampu memelihara kekuatan yang tiada batasnya,
diperlukan untuk menolong sesama yang keadaannya lebih mengenaskan ketimbang diri
pribadinya. Perbuatan adalah milik kita sendiri, namun buah dari perbuatan kita menjadi
milik Tuhan. Begitulah sabdanya salah satu Pujangga terkenal.)
 
Kaidah 2
Wóng kang baút mawas dhiri iku wóng kang biså manjíng ajúr ajèr, ngêrti êmpan papan laras
karo rèh swasånå sakupêngê tanpå ninggalakê subåsitå.
Paribasanê wóng kang baút ngadisarirå, åjå múng kalimpút êdiníng busånå baê, nangíng
bisowå tansah mêrsudi marang padhangíng sêmu lan manisíng wicårå tanpå nglírwakakê
marang alús lan luwêsíng solah båwå. 
 
ESENSI MAWAS DIRI
(Orang yang pandai membawa diri itu orang yang bisa menyatu, melebur, dan meleleh,
memahami situasi dan kondisi, selaras dengan suasana disekelilingnya tanpa meninggalkan
sopan santun. Peribahasanya orang yang pandai mempercantik diri, jangan hanya terfokus
dengan keindahan pakaian saja. Namun dapatlah selalu berusaha bermuka ramah dan tutur
kata manis tanpa meninggalkan perilaku yang lembut dan pantas)
 
Kaidah 3
Kêcandhakíng sawijiníng idham-idhaman iku ora cukúp múng dibandang móncèr lan
pêpakíng ilmu lan kawrúh baê.
Nangíng ånå syarat siji kang ora kênå kalirwakakê, yaiku kapintêran ing bab sêsrawungan.
Såpå kang bisa tumindak ajúr-ajèr lan biså nuwúhakê råså rêsèp marang liyan, prasasat wis
êntúk pawitan kanggo nandangi sakèhíng pagawêyan åpådênê nggayúh idham-idhamanê.
 
TIDAK HARUS HARTA
(Tercapainya suatu cita-cita tidak cukup hanya bermodalkan kemewahan dan lengkapnya
ilmu dan pengetahuan saja. Namun  ada satu syarat yang tak boleh ditinggalkan yakni
kepandaian dalam bergaul. Siapa yang bisa beradaptasi dan dapat menumbuhkan rasa
tenteram kepada orang lain, sebenarnya sudah mendapat modal untuk melaksanakan banyak
pekerjaan dan menggapai cita-citanya)
 
Kaidah 4
Nindakakê kabêcikan mono ora mêsthi kudu cucúl wragad, nanging biså ditindakakê sarånå
pakarti-pakarti liyanê sing sêjatinê akèh bangêt caranê.
Saugêr biså gawê sênênging liyan, upamanê baê måwå ulat sumèh tangkêp srawúng kang
sumanak, bisa manjíng ajúr-ajèr ing madyaníng bêbrayan, lan biså dadi patuladhan laku
utåmå.
Kabèh mau klêbu êwóníng tindak kabêcikan kang ajinê nglêluwihi wragad dêdånå kang
diwènèhakê utåwå dipotangakê, apamanèh lamún anggónê mènèhi utåwå ngutangi iku
sinamudånå kêbak pamríh. 
 
LEBIH BERHARGA DARIPADA EMAS PERHIASAN
(Melakukan kebaikan tidak harus mengeluarkan beaya, namun dapat dilakukan dengan
perbuatan-perbuatan lain yang sebenarnya banyak sekali caranya. Asal bisa membuat senang
dan tenteram orang lain, umpama saja dengan bermuka ramah serta bergaul dengan hangat,
bisa beradaptasi di tengah pergaulan, dan dapat menjadi percontohan  perilaku yang utama.
Semua itu termasuk berbuat kebaikan yang nilainya melebihi sedekah harta yang diberikan
ataupun yang dipinjamkan, apalagi disertai dengan pamrih)
 
Kaidah 5
Yèn kowê arêp rêmbugan, pikirên luwih dhisík têtêmbungan síng arêp kók wêtókakê. Åpå
wís ngênggoni têlúng prêkårå : bênêr, manís, migunani.
Êwå sêmono síng bênêr iku isih pêrlu dithinthingi manèh yèn gawê gêndranê liyan prayogå
wurúngnå.
Dênê têmbúng manís mono ora duwê pamríh, pamrihê biså gawê sênêngê liyan kang
tundhónê migunani tumrapê jagadíng bêbrayan.
 
BICARALAH YANG BENAR, MANIS, BERMANFAAT
(Bila kamu akan berembug, pikirkan terlebih dulu kata-kata dan kalimat yang akan kamu
ucapkan. Apakah sudah memperhatikan 3 kaidah penting; benar, manis, bermanfaat. Walau
begitu, yang benar itu masih perlu ditimbang lagi, jika mengakibatkan masalah untuk orang
lain lebih baik urungkan. Lain halnya dengan tutur kata manis, tidak punya pamrih,
pamrihnya hanya dapat membuat bahagia orang lain, akhirnya bermanfaat untuk kehidupan
bersama)
 
Kaidah 6
Sugíh ómóng kanggo nggayêngakê pasamuwan pancèn apík.
Nangíng ngómóng múng golèk suwurê awakê dhêwê sók kêtrucút miyak wêwadinê dhêwê.
Pirå baê cacahê wóng kang kêplèsèt uripê múng margå sukå anggónê sugíh ómóng.
Mulå sabêcik-bêcikê wóng iku ora kåyå wóng kang mênêng.
Nangíng mênêngê wóng kang darbê bóbót kang antêb síng biså dadi panjujuganê pårå
pawóngan kang mbutúhakê rêmbúg lan pitudúh. 
 
TIDAK SETIAP DIAM ITU EMAS
(Banyak bicara untuk menghidupkan suasana pertemuan memang baik, namun bicara hanya
untuk mencari perhatian dan simpati pada diri sendiri, akan sering lepas kontrol dan
membuka aib diri sendiri. Sudah seberapapun orang terpeleset hidupnya hanya gara-gara
gemar membual. Maka sebaik-baiknya orang itu bukan seperti orang yang diam, namun
diamnya orang yang memiliki bobot yang dapat menjadi tempat yang tepat bagi orang yang
membutuhkan nasehat dan petunjuk)
 
Kaidah 7
Ing jagadíng sêsrawungan mono nyirík marang sêsipatan kang gumêdhê lan wêwatakan kang
tansah ngêgúngakê dhiri.
Sipat lan wêwatakan mau adhakanê banjúr nuwúhakê råså ora lilå yèn nyipati ånå liyan síng
luwíh katimbang dhèwèkê.
Mulå saibå bêcikê samångså såpå kang rumangsa pintêr dhêwê, sugíh dhêwê, lan kuwåså
dhêwê iku gêlêma nglaras dhiri lan nglêrêmakê cíptanê kang wêning, yèn sêjatinê isíh ånå
manèh kang Måhå Pintêr, Måhå Sugih, lan Måhå Luhúr.
Klawan mangkono råså pangråså dumèh lan takabúr kang dadi sandhungan pasrawungan biså
sumingkír.  
 
MERASA DIRI PALING ADALAH PINTU KEHANCURAN
(Dalam dunia pergaulan seyogyanya menghindari sifat sombong dan watak yang selalu
membesar-besarkan diri sendiri. Sifat dan watak tersebut biasanya menimbulkan perasaan
tidak rela jika menemukan orang lain yang lebih dari dirinya. Maka alangkah baiknya
bilamana siapapun yang merasa paling pinter, paling kaya, dan paling berkuasa hendaklah
mengendapkan hati, mengheningkan cipta, bahwa sebenarnya masih ada lagi yang Maha
Pandai, Yang Maha Kaya, Yang Maha Tinggi. Dengan begitu sikap  mentang-mentang  dan
takabur yang menjadi batu sandungan dalam pergaulan akan menyingkir).
 
Kaidah 8
Luwih bêcík makarti tanpå sabåwå kang anjóg marang karahayóníng bêbrayan, katimbang
tumindakê wóng kang rêkanê nindakakê panggawê luhúr nangíng disambi udúr.
Yêktinê tåtå têntrêm iku ora bakal biså kagayúh yèn tå ora adhêdhasar kêrukunan, dênê
kêrukunan iku múng biså kêcandhak yèn siji lan sijinê pådhå biså aji-ingajènan lan móng-
kinêmóng.
 
KASIH SAYANG ADALAH KUNCI KESUKSESAN
(Lebih baik bekerja tanpa perilaku yang dapat merusak keharmonisan pergaulan, daripada
tindakan orang yang maksudnya melaksanakan perbuatan mulia tetapi sambil bertengkar.
Sebenarnya ketentraman itu tidak akan terwujud bila tanpa didasari kerukunan, sedangkan
kerukunan itu hanya bisa diciptakan jika satu sama lain saling hormat menghormati dan asih-
mengasihi).
 
Kaidah 9 
Yèn atimu wis gilíg arêp gawé kabêcikan kanggo karaharjaníng bêbrayan, bêratên råså uwas
marang pandakwå ålå kang ora nyåtå. Srananånå kanthi jêmbaríng dhådhå lan sabaríng nålå,
amríh bisa nuwúhaké gêdhéníng prabåwå lan cabaríng sakèhíng piålå.
 
MENGATASI TUDUHAN BURUK
(Bila hatimu sudah bertekat bulat akan berbuat kebaikan untuk kesejahteraan dalam
kehidupan bermasyarakat, jangan hiraukan kekhawatiran akan tuduhan buruk yang tidak
benar. Landasilah dirimu dengan dada yang lapang, hati yang sabar, supaya dapat
menumbuhkan besarnya wibawa dan sirnanya semua keburukan)
 
Kaidah 10
Wicårå kang wêtuné kanthi tinåtå runtút kang awujúd sêsulúh kang amót piwulang bêcík,
ajiné pancèn ngungkuli mas picís råjåbrånå, biså nggugah budi lan nguripaké pikír. Nangíng
kawuningånå yèn grêngsênging pikír lan uripíng jiwå iku ora biså yèn múng kagugah sarånå
wicårå baé.
Kang wigati yaiku wicårå kang måwå tandang minångkå tulådhå.
Jêr tulådhå mono síng biså nuwúhaké kapitayan.
Luwíh-luwíh mungguhíng pårå manggalaníng pråjå kang wís pinracåyå ngêmbani nuså lan
bångså. 
 
NASEHAT TERBAIK ADALAH PERBUATAN
(Tutur kata yang keluar secara tertata runtut yang berupa nasehat tentang ajaran yang baik,
nilainya memang melebihi emas perhiasan, dapat menggugah budipekerti dan menghidupkan
fikiran. Tapi perhatikanlah, bahwa semangat berfikir dan hidupnya jiwa itu tidak dapat hanya
sekedar dibangun melalui tutur kata saja. Yang lebih penting yakni tutur kata yang dibarengi
perbuatan sebagai suri tauladan)
 
Kaidah 11
Luwíh bêcík ngasóraké rågå tinimbangané ngóngasaké kapintêran kang sêjatiné isíh
nguciwani bangêt.
Ngóngasaké kapintêran iku satêmêné múng kanggo nutupi kabodhowané, jêr kabèh mau
mêrga råså samar lan was sumêlang yèn ta kungkulan déníng sapêpadhané.
Tindak mangkono mau malah dadi sawijiníng godhå kang múng bakal ngrêrêndhêti lakuníng
kêmajuwané dhéwé ing jagadíng bêbrayan.
 
CIRIKHAS ORANG LEMAH GEMAR UNJUK DIRI
(Lebih baik bersikap merendah daripada unjuk kepandaian yang kenyataannya masih
mengecewakan sekali. Unjuk kepandaian itu sesungguhnya hanya untuk menutupi
kebodohannya, semua itu karena perasaan khawatir dan was-was pabila ada orang lain yang
mengunggulinya. Tabiat seperti itu menjadi salah satu godaan yang hanya akan menghambat
kemajuannya sendiri dalam pergaulan).
 
Kaidah 12
Såpå wóngé síng ora sênêng yèn éntúk pangalêmbånå. Nangíng thukulíng pangalêmbånå iku
ora gampang.
Kudu disranani kanthi pakarti kang bêcik lan murakabi marang wóng akèh.
Yèn múng disranani båndhå, pangalêmbanané múng kandhêg ing lambé baé ora tumús ing
ati.
Déné yèn disranani pênggawé kang lêlamisan, ing pamburiné malah bakal kasingkang-
singkang kasingkíraké såkå jagadíng pasrawungan.
 
MANAJEMEN PUJIAN
(Siapa yang tidak suka jika mendapat pujian. Tetapi tumbuhnya pujian itu tidak mudah.
Harus ditempuh melalui perbuatan yang baik dan bermanfaat buat orang banyak. Jika hanya
ditempuh dengan harta, pujian hanya sampai di bibir saja tidak menyentuh di hati. Jika
ditempuh dengan perbuatan demi pamrih, di belakangnya hari akan tersingkir dan
disingkirkan dalam pergaulan).
 
Kaidah 13
Généyå akèh wóng kang dhêmên nyatur alaníng liyan lan ngalêmbånå awaké dhéwé? Sêbabé
ora liya margå wóng-wóng síng kåyå ngono mau ora ngêrti yèn pênggawé mau klêbu pakarti
kang ora prayogå, mula prêlu dingêrtèkaké.
Awít yèn ora énggal-énggal nyingkiri pakarti kang ora bêcík mau, wusanané dhèwèké kang
bakal diêmóhi déníng pasrawungan.
 
TABIAT BURUK PALING POPULER
(Kenyataannya banyak orang yang suka mencela orang lain dan memuji diri sendiri ?
Sebabnya tidak lain karena orang-orang seperti itu tidak peduli bila perbuatan itu termasuk
watak yang tidak terpuji, makanya perlu diperingatkan. Sebab bila tidak segera menghindari
watak yang tidak baik itu, berakibat dia sendiri akan dijauhi dalam pergaulan).
 
Kaidah 14
Nggayúh kaluhuran liré ngupåyå tataraníng uríp kang luwih dhuwúr.
Dhuwúr laír lan batiné, ya tumrap dhiri pribadiné ugå sumrambah kanggo karaharjaníng
bêbrayan.
Nangíng yèn kandhêg salah siji, têgêsé gothang.
Yèn múng nêngênaké kaluhuraníng laír gênah múng ngoyak drajat lan sêmat, isíh miyar-
miyur gampang kênå pangaribåwå såkå njåbå.
Yèn ngêmúngaké kaluhuraníng batín, cêtha ora nuhóni jêjêríng manungsa, awít ora
tumandang ing gawé kanggo kêpêrluwaníng bêbrayan.
Atêgês tanpå gunå diparingi uríp ing alam donya.
 
PRINSIP KESEIMBANGAN LAHIR-BATIN
(Menggapai keluhuran artinya berupaya meraih tataran hidup yang lebih tinggi. Luhur lahir
dan batinnya, bermanfaat untuk diri sendiri juga berguna untuk keharmonisan dalam
pergaulan. Namun bila mandeg salah satunya, artinya pincang. Bila hanya mengutamakan
keluhuran lahir sama halnya mengejar derajat dan pangkat, mudah goyah (plin-plan) mudah
terpengaruh oleh kemewahan dari luar. Bila menyepelekan keluhuran batin saja, jelas tidak
mematuhi  hakekatnya sebagai manusia, karena tidak mengindahkan kaidah pergaulan.
Berarti tiada guna hidup di dunia).
 
Kaidah 15
Sing såpå rumangsa nduwèni kaluputan, åjå isín ngowahi kaluputan sing wís kadhúng
katindakaké mau.
Jêr ngakóni kaluputan mono wís cêthå dudu tindak kang asór, nangíng malah nuduhaké
marang pakarti kang utåmå kang ora gampang linakónan déníng sadhêngah wóng.
Iyå wóng kang wis biså nduwèni watak gêlêm ngakóni kaluputané mangkéné iki pantês
sinêbút wóng kang jujúr sartå kasinungan ing budi luhúr.
 
KEJUJURAN ADALAH ANUGRAH
(Barangsiapa merasa memiliki kesalahan, jangan malu merubah kesalahan yang sudah
kadung terjadi. Sedangkan mengakui kesalahan sudah jelas bukan perbuatan hina, namun
malah menunjukkan watak yang utama yang tidak mudah dilakukan sementara orang. Orang
yang sudah memiliki watak bersedia mengakui kesalahannya adalah pantas disebut orang
yang jujur serta mendapat anugrah menjadi orang yang luhur budi pekertinya.
 
Kaidah 16
Manungså uríp iku dibiså nguwasani kamardikaníng laír lan batín.
Kang dikarêpakê kamardikaníng laír iku wujudê biså nyukupi kabutuhaning uríp ing sabên
dinanê såkå wêtuning kringêt lan wóhíng kangèlan dhêwê ora gumantúng ing wóng liyå lan
ora dadi sangganíng liyan.
Dênê kamardikaníng batín iku dicakakê sarånå nyingkiri håwå napsu, adóh såkå asór lan
nisthaníng pambudi, sêpi ing råså mêlík lan drêngki srèi, sartå tuhu marang paugêran uríp
bêbrayan.
 
SUBSTANSI KEMERDEKAAN
(Manusia itu hidup sebisanya menguasai kemerdekaan lahir dan batin. Kemerdekaan lahir
artinya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari hasil dari keringat sendiri, dan hasil
dari jerih payah sendiri tidak tergantung pada orang lain, serta tidak menjadi beban bagi
pihak lain. Sedangkan kemerdekaan batin adalah dengan cara menyingkirkan hawa nafsu,
jauh dari kehinaan dan kenistaan budi pekerti, tiada berpamrih dan iri dengki, serta setia dan
patuh kepada kaidah kerukunan hidup).
 
Kaidah 17
Yèn kêpéngín diajèni liyan, mulå åjå sók dhêmên martak-martakaké, åpå manèh nganti
mamèraké kabisan lan kaluwihanmu.
Pangaji-ajiníng liyan iku sêjatiné ora pêrlu mbók buru, bakal têkå dhéwé. Nudúhaké
kêwasisan pancèn kudu bisa milíh papan lan êmpan.
Mulå kang prayoga kêpårå purihên åjå kóngsi wóng liyå biså njajagi.
Nangíng mångså kalané ngadhêpi gawé parigawé kêconggah mrantasi.
 
RAHASIAKAN KEBISAAN
(Apabila ingin dihormati sesama, jangan suka berkoar-koar,  apalagi sampai pamer kebisaan
dan kelebihanmu. Penilaian orang lain (padamu) sesungguhnya tidak perlu kamu kejar,
karena akan datang dengan sendirinya. Menunjukkan kepandaian memang harus bisa melihat
situasi dan kondisi. Maka seyogyanya rahasiakan jangan sampai orang lain dapat menjajagi.
Namun pada saatnya menghadapi pekerjaan berhasil menuntaskan).
 
Kaidah 18
Åjå sók ngluputaké, gêdhéné ngundhat-undhat wóng liyå, samångså kitå ora katêkan åpå
kang dadi kêkarêpan kitå.
Bêciké kitå tliti lan kitå golèki sêbab-sêbab ing badan kita dhéwé, amrih kitå biså uwal såkå
dayaníng pangirå-irå kang ora prayogå.
Kawruhana, yèn usadané watak apês síng njalari nganti ora katêkan sêdyå kitå iku, ora ånå
liya, yå dumunúng ånå ing awak kita dhéwé.
 
KAMBING HITAM ITU TAK PERNAH ADA
(Jangan suka menyalahkan, bahkan mengungkit-ungkit orang lain, pada saat tidak
kesampaian apa yang menjadi kehendak kita. lebih baik kita teliti dan carilah apa yang salah
dengan diri kita, supaya kita bisa lepas dari pengaruh prasangka buruk. Ketahuilah, bahwa
kelemahan dan kekurangan yang menyebabkan kegagalan harapan kita itu tidak lain berada
pada diri kita sendiri)
 
Kaidah 19
Arang wóng síng bisa mapanaké råså narima marang åpå baé kang wís klakón digayúh. Yèn
rumangsa kurang isíh golèk wuwúh, yèn wís olèh banjúr golèk luwíh, yèn wís luwíh tumuli
mbudidåyå åjå ånå wóng síng biså madhani.
Wóng kang duwé råså mangkono mau satêmêné mêmêlas.
Uripé tansah ngångså-ångså, ora naté sumèlèh atiné.
Kanggo nuruti råså kang klèru kasêbút sók-sók banjúr tumindak ora samêsthiné lan nalisír
såkå pakarti kang bênêr. 
 
PENDERITAAN SEPANJANG MASA
(Jarang ada orang yang merasa puas pada apa yang sudah dapat berhasil dicapai. Bila merasa
kurang masih akan menambah, jika telah mendapatkan lantas mencari lebihnya, bila sudah
berlebih lantas berupaya agar jangan ada orang lain yang bisa menyamai. Orang yang
bertabiat demikian sesungguhnya sangat kasihan. Hidup selalu memaksakan diri, hatinya
tidak pernah tenteram. Untuk menuruti watak yang buruk itu kadangkala bertindak tidak
semestinya dan meleset dari watak yang benar)
 
Kaidah 20
Watak narimå mono yêkti dadi sihíng Pangéran, nangíng yèntå nganti klèru ing panyuråså
biså nuwúhaké klèruníng tumindak.
Narimå, liré ora ngångså-ångså nangíng ora kurang wêwékå lan tansah mbudidåyå amríh
katêkaning sêdyå, dudu atêgês kêbacút lumúh ing gawé, suthík ihtiyar.
Awít yèn mangkono ora jênêng narimå, nagíng kêsèt. Jêr watakíng wóng kêsèt iku múng
gêlêm énaké êmóh rêkasané, gêlêm ngêmplók suthík tómbók, satêmah dadi wóng ora wêrúh
ing wirang, siningkiraké såkå jagadíng bêbrayan. 
 
SIKAP MENERIMA BUKANLAH MALAS
(Watak menerima tentu menjadi kekasih Tuhan, namun apabila sampai keliru memahaminya
bisa menimbulkan kesalahan dalam bertindak. Menerima, artinya tidak melebihi batas
kemampuan tetapi tidak kurang akal dan selalu memberdayakan diri  supaya tercapailah cita-
cita. Menerima bukan dimaksudkan sebagai tidak mau kerja dan enggan berusaha. Karena
yang seperti ini bukanlah arti menerima, melainkan malas. Wataknya pemalas itu hanya mau
enaknya saja, tidak mau jerih payahnya, bersedia makan tidak mau modal, sepantasnya lah
menjadi orang yang tidak tahu malu, disingkirakn dalam pergaulan).
 
Kaidah 21
Wóng uríp ing alam bêbrayan iku yêkti angèl, kudu biså ngêrèh pakóné “si aku”, åjå nggugu
karêpé dhéwé lan nuruti håwå napsu.
Luwíh-luwíh ing dinå samêngko, alam bêbrayan donyå tansah kêbak pradhóndhi, silíh
ungkíh, rêbutan bênêré dhéwé-dhéwé.
Mulå síng baku, wóng uríp kudu biså miyak alíng-alíng kang nutupi pikiran kang wêníng.
Liré, sênajanå sajroníng pasulayan, kudu bisa nyandhêt kêmrungsung “si aku” istingarah
sakèhíng bédané panêmu biså disawijèkaké. 
 
KE-AKU-AN MENJADI SUMBER KONFLIK
(Hidup dalam kerukunan masyarakat itu memang sulit, harus bisa meredam ke-aku-an,
jangan semaunya sendiri dan menuruti hawa nafsu. Terlebih lagi di kelak kemudian hari,
dunia pergaulan internasional penuh persoalan, perselisihan silih berganti, berebut benarnya
sendiri. Yang paling penting dalam menjalani hidup harus bisa membuka penghalang yang
menutup kesadaran fikir. Maksudnya, walaupun dalam perselisihan, harus bisa menahan
gejolak ke-aku-an, berikhtiyar agar perbedaan pendapat bisa disatukan).
 
Kaidah 22
Wóng kang nduwèni watak tansah njalúk bênêré dhéwé iku adaté banjúr kathukulan bêndånå
sênêng nênacad lan ngluputaké marang panêmu sartå tindak tanduké wóng liyå. Méndah
bêciké yèn wóng síng kåyå mangkono mau kålå-kålå gêlêm nggraitå ing njêro batiné : “mbók
mênåwå aku síng klèru, mulå cobå dak tlitiné klawan adíl såpå kang sêjatiné nyåtå-nyåtå
bênêr”.
 
CIRIKHAS INGIN MENANGNYA SENDIRI
(Orang yang mempunyai watak selalu ingin mencari menangnya sendiri itu, tumbuh
kebiasaannya buruk senang mencela dan menyalahkan pendapat serta tindak tanduk orang
lain. Sangatlah bagus bilamana orang seperti itu kadangkala bersedia mencermati dalam
batinnya; jangan-jangan aku yang keliru, maka coba aku teliti secara adil siapa yang
sesungguhnya jelas-jelas benar)
 
Kaidah 23
Rêsêpíng omah iku ora dumunúng ing barang-barang méwah kang larang rêgané, nangíng
gumantúng marang panataníng prabót kang prasåjå, sartå pêmasangé rêrênggan kang adóh
såkå watak pamèr.
Sêmono ugå rêsêpíng salirå iku ora margå såkå pacakan kang èdi-pèni, nangíng gumantúng
ing sandhang pênganggo kang prasåjå, trapsilå solah båwå, lan padhanging polatan. 
 
KUNCI DARI KEINDAHAN
(Keindahan rumah itu bukan terletak pada barang-barang mewah yang mahal harganya,
namun tergantung pada penataan perabot yang tidak norak, serta pemasangan hiasan yang
jauh terkesan pamer. Begitu pula keindahan diri pribadi itu bukan karena berasal dari tata rias
yang indah dan cantik, tapi tergantung pada pakaian yang tidak berlebihan, perilaku yang
sopan berwibawa, dan raut wajah yang bersinar)
 
Kaidah 24
Yèn kowé kêpênêr lagi srêngên lan nêsu, prayogané wóng síng kók nêsóni lan kók srêngêni
mau kóngkónên énggal sumingkír.
Utåwå kowé dhéwé sumingkirå sauntårå, aja têtêmónan karo wóng liya.
Sabanjuré mênêngå lan étúng-étúngå kanthi sarèh wiwít siji têkan sêpulúh.
Klawan mêngkono atimu bakal bisa nimbang-nimbang åpå nêsu lan srêngênmu marang wóng
mau bênêr, åpå malah dudu kowé dhéwé síng lupút.
 
KIAT MEREDAM AMARAH
(Bila kamu kebetulan sedang emosi dan marah, seyogyanya orang yang kamu marahi tadi
suruhlah segera menyingkir. Atau kamu sendiri menyingkirlah sementara, (sementara) jangan
bertemu dengan orang lain. Setelah itu diamlah dan hitunglah dengan tenang mulai dari satu
sampai sepuluh. Dengan cara begitu hatimu bakal bisa menimbang apakah kemarahanmu
pada orang tadi benar, apa bukan kamu sendiri lah yang salah ?)
 
Kaidah 25
Jênêng tanpå gunå uripíng manungså kang nganti ora biså nyumurupi marang kang
kêdadéyan ing sakiwå têngêné.
Ora biså asúng lêlimbangan lan pamrayogå sakadharé kanggo karahayóníng bêbrayan.
Rupak pandêlêngé ora ånå liyå kang disumurupi kajåbå uripé dhéwé.
Mati pangrasané, jalaran ora kulina kanggo ngrasak-ngrasakaké kang katón ing sabên dinané,
wusana dadi cêthèk budiné, jalaran såkå kalêpyan marang têpå palupi kang maédahi ing
uripé.
 
TRAGEDI KEMATIAN PERASAAN
(Adalah hidup tiada guna bagi orang yang tidak mengetahui  apa yang terjadi di sekitarnya.
Tidak bisa memberikan imbal balik dan manfaat ala kadarnya untuk keharmonisan pergaulan.
Mati perasaannya, disebabkan tidak terbiasa merasakan apa yang terjadi dalam sehari-
harinya, sehingga membuat dangkal budi pekertinya, karena lalai akan rasa kepedulian yang
berguna dalam hidupnya).
 
Kaidah 26
Åjå sók nyênyamah luputíng liyan, luwíh bêcík tudúhnå kaluputané kang malah biså
ngrumakêtaké råså pasêduluran.
Éwå sêmono åjå nganti kowé kêsusu mbêcíkaké kêlakuwané liyan, yèn awakmu dhéwé
rumångså durúng biså ngênggóni råså sabar lan têpa sêlirå.
Såpå kang wís ngêrti lan ngrumangsani marang sakèhíng dosané, iku sawijiníng wóng kang
wís ngêrti marang jêjêríng kamanungsané, manungsa kang utåmå.  
 
BAGAIMANA MENYIKAPI ORANG YANG DIANGGAP SALAH
(Jangan sering memojokan orang lain yang salah, lebih baik tunjukkan kesalahannya
sehingga justru bisa mengakrabkan rasa persaudaraan. Walau begitu jangan sampai kamu
terburu-buru membenarkan perbuatan orang lain, bilamana kamu sendiri merasa belum
mampu mersikap sabar dan peduli sesama. Siapa yang sudah memahami dan menyadari
semua dosanya, itulah orang yang sudah mengerti akan hakekat   manusia, manusia yang
utama).
 
Kaidah 27
Ajiníng manungså iku kapúrbå ing pakartiné dhéwé, ora kagåwå såkå katurunan, kapintêran,
lan kasugihané.
Nangíng gumantúng såkå ênggóné nanjakaké kapintêran lan kasugihané, sartå matrapaké
wêwatêkané kanggo kêpêrluan bêbrayan.
Kabèh mau yèn múng katanjakaké kanggo kapêrluwané dhéwé, tanpå paédah.
Nangíng yèn pakarti mau kadayan déníng råså pêpinginan golèk suwúr, golèk pangkat lan
donya brånå, malah bisa dadi mêmalaníng bêbrayan, jalaran nyinamudana sarånå nylamúr
migunakaké jênêngé wóng akèh.
 
OBYEKTIFITAS HARGA DIRI
(Harga diri manusia itu terbentuk oleh karena wataknya sendiri, bukan dibawa dari
keturunan, kepandaian, dan kekayaannya. Namun tergantung dari cara menggunakan
kepandaian dan kekayaannya, serta penerapan perwatakannya untuk pergaulan (tali
persaudaraan. Semua itu bila hanya digunakan untuk keperluan pribadi saja, tiada
bermanfaat. Tetapi bila watak tadi terdorong oleh keinginan mencari ketenaran, mencari
pangkat dan kemewahan duniawi, justru dapat menjadi malapetaka dalam tali persaudaraan,
karena mencari-cari kesempatan dengan cara menyamar mencatut nama orang banyak).
 
Kaidah 28
Ora ånå budi kang luwíh luhur saliyané nduwèni råså asíh marang nuså lan bangsané.
Kadunungan råså rumangsa nduwèni sêsanggêman lan kuwajiban mranåtå têntrêmíng pråjå
kanthi pawitan kapintêran kang dilandhêsi kawicaksananing pambudi.
Tåndhå yêktiné yèn asíh, yaiku tansah samaptå tumandang sawayah-wayah yèn ånå parigawé
kang wigati kanggo wargå sapådhå-pådhå, munggahé tansah samaptå lêladi kanggo
kêslamêtaníng bêbrayan lan karaharjaníng nagårå.
 
KEMULIAAN PALING TINGGI
(Tiada budipekerti yang lebih mulia selain mencintai nusa dan bangsanya sendiri. Karena
tumbuhnya kesadaran akan kewajiban menata ketentraman negara dengan modal kepandaian
yang didasari kebijaksanaan budipekerti. Pertanda kesungguhan cintanya yakni selalu siap
siaga sewaktu-waktu bilamana ada tugas yang sangat penting untuk sesama warga, hingga
selalu siap siaga menjaga keselamatan persaudaraan dan kesejahteraan negara)
 
Kaidah 29
Wóng kang kêrêp tansah dipituturi wóng liya iku adaté bisa dadi wóng dhêmên ngati-ati,
nangíng mênåwå kapêngkók ing pêrlu sók ora bisa tumindak lan ngrampungi dhéwé.
Kêpêkså isíh kudu nolèh wóng liya síng diwawas bisa awèh pitudúh.
Mulå kuwi prayogå ngawulåå marang ati lan kêkuwatanmu dhéwé, jalaran wóng liyå iku
sêjatiné yèn ånå apa-apané múng sadêrmå nyawang, ora mèlu ngrasakaké. 
 
TEMPAT MENGABDI PALING IDEAL
(Orang yang sering mendapat nasehat dari orang lain biasanya dapat menjadi orang yang
suka berhati-hati, namun apabila terbentur suatu tanggungjawab justru tidak bisa bertindak
dan menuntaskannya sendiri. Terpaksa masih harus menoleh-noleh orang lain yang dianggap
dapat memberi petunjuk. Maka dari itu seyogyanya mengabdilah pada nurani dan
kekuatanmu sendiri, sebab orang lain itu sesungguhnya bila terjadi apa-apa hanya bisa
melihat saja)
 
Kaidah 30
Wóng kang rumångså dhiriné linuwíh, ing sawijiníng wêktu mêsthi bakal kasurúng atiné arêp
mamèraké kaluwihané, liré amríh dimangêrtènånå déníng wóng akèh yèn dhèwèké mono
wóng kang pinunjúl lan supåyå diajènånå.
Sumurupå, sakabèhíng kaluwihan mau yèn ora dicakaké måwå lêlabuhan kang murakabi
marang bêbrayan, tanpå gunå kêpårå malah ora kajèn lan gawé pitunå.
Mula kang prayogå biså tulús dadi wóng kang linuwih mênåwå gêbyaríng kaluwihan iku
múng dikatónaké marang batiné dhéwé, iku wís cukup.
 
KEPADA SIAPA BERPAMER KELEBIHAN
(Orang yang merasa dirinya lebih dari yang lain, pada suatu waktu hatinya akan terdorong
memamerkan kelebihannya, supaya diketahui orang banyak bahwa dirinya mempunyai
kelebihan dan supaya dihormati. Ketahuilah, semua kelebihan tadi bila tidak digunakan
dengan pengorbanan yang bermanfaat untuk rasa persaudaraan, maka kelebihannya tiada
berguna, bisa jadi justru membuat tidak dihormati dan mengakibatkan kesengsaraan. Maka
idealnya jadikan buah ketulusan, walau betapapun hebat kelebihan itu hanya diperlihatkan
kepada batinnya sendiri, itu sudah cukup)
 
Kaidah 31
Dêdånå utåwå sêdhêkah marang wóng kang lagi nyandhang påpå cintråkå iku sawijiníng
pênggawé bêcík kang patút tinulådhå, saugêr pawèwèh mau ora kinanthènan panggrundêl
kang nêlakaké ora éklasíng atiné.
Têtêmbungan kang lêmbah ing manah lan mêrak ati iku luwih gêdhé ajiné katimbang dêdånå
kang ora éklas.
Suprandéné nulúng lan mènèhi pêpadhang marang jiwané wóng kang kacingkrangan iku
kang sêjatiné luwih pêrlu lan wigati, katimbang múng têtulúng marang awaké kang awujúd
kêlairan baé. 
MENOLONG BELUM TENTU TERPUJI
(sedekah pada orang yang sedang berduka nestapa itu perbuatan terpuji, yang patut dijadikan
tauladan, asalkan pemberian tersebut tidak dibarengi sikap ngedumel yang membuat pudar
keikhlasan di hati. Kalimat dan tutur kata yang sopan santun, rendah hati dan melegakan hati
itu lebih besar nilainya dari pada sedekah yang tidak ikhlas. Lebih dari itu menolong dan
memberi pencerahan jiwa orang yang sedang mengalami musibah sesungguhnya lebih perlu
dan penting daripada hanya menolong secara lahiriahnya saja)
 
Kaidah 32
Ulat sumèh, tindak-tandúk sarèh kinanthènan têmbúng arís iku biså ngruntúhaké ati sartå
ngêdóhaké panggódhaning sétan.
Kósókbaliné watak wicårå kang kêras, kêjåbå kêduga gawé tanginíng kanêpsón, ugå
gampang nuwúhaké salah panåmpå.
Sabarang prakårå kang sêjatiné bisa putús sarånå arís lan sarèh, kêpêksa dadi adu wulêding
kulít lan atósíng balúng, kari si sétan ngguyu ngakak bungah-bungah.
 
JAGA INTONASI
(Muka ramah, tingkah laku tenang dibarengi ungkapan yang sopan dapat meruntuhkan hati
serta menjauhkan godaan setan (hawa nafsu). Sebaliknya watak bicara keras, selain dapat
membangkitkan amarah, juga mudah menimbulkan salah pengertian. Setiap perkara yang
sesungguhnya bisa selesai dengan sarana kearifan dan ketenangan, terpaksa menjadi “beradu
kuatnya kulit dan kerasnya tulang”, tinggal si “setan” katawa terbahak).
 
Kaidah 33
Wóng kang kulinå uríp mubra-mubru iku samangsané ngalami sandhungan uríp sêthithík baé
adaté gampang kêthukulan gagasan lan gawé kang cêngkah karo bêbênêr, luwíh bêgjå wóng
kang uripé pokal samadyå nangíng rêsík atiné.
Déné bêgja-bêgjané wóng iku ora kåyå wóng síng tansah uríp ing kahanan kang kêbak godhå
rêncånå, prasasat tåpå ånå satêngahíng cobå, nangíng tansah tawêkal lan kandêl kêimanané
marang adilíng Pangéran Kang Måhå Kuwåså.  
 
BERSIH HATI MEMBAWA KEBERUNTUNGAN
(orang yang terbiasa hidup tak kenal aturan itu, sewaktu mengalami sedikit saja kesulitan
hidup cenderung tumbuh gagasan dan kerjaan yang melawan peraturan, lebih beruntung
orang yang hidupnya biasa-biasa saja namun bersih hatinya. Sedangkan seberuntung-
beruntungnya orang seperti itu tidak seperti orang yang selalu hidup dalam keadaan yang
penuh kebatilan dan angkara, sama halnya bertapa di tengah-tengah cobaan, namun selalu
tawakal dan tebal keimanannya kepada keadilan Tuhan Yang Mahakuasa)
 
Kaidah 34
Sipaté wóng uríp, iku mêsthi kêsinungan kêkuwatan.
Kang ngêrti biså ngêcakaké, déné kang ora biså ngêrti kurang digladhi, têmahan ora tumanja.
Éwåsémono ngêmpakaké kêkuwatan mula ora gampang.
Buktiné ora sêthithík kêkuwatan kang êmpané ora mapan.
Kawruhana, yèn rusaké bêbrayan ing antarané margå såkå pakartiné pårå-pårå kang ngêrti
marang dayaníng kêkuwatané nangíng ora kanggo nggayúh gêgayuhan kang mulyå, múng
kanggo nuruti dêrênging ati angkårå. 
 
KELOLA KEKUATAN
(Sifatnya orang hidup itu pasti mendapat anugrah kekuatan. Yang sudah paham bisa
mempergunakannya, sebaliknya yang belum bisa mengerti kurang diajari,  maka tidak akan
berguna. Namun begitu menggunakan kekuatan tidaklah mudah. Buktinya tidak sedikit
kekuatan yang digunakan tidak tepat. Ketahuilah, bila rusaknya kerukunan di antaranya
karena watak para-para yang memahami daya kekuatannya, namun tidak dimanfaatkan untuk
menggapai cita-cita yang mulia, hanya untuk menuruti dorongan hati angkara)
 
Kaidah 35
Katrêsnan kang tanpå pangrêksa iku dudu sêjatiníng katrêsnan.
Kênå diarani sêjatiníng katrêsnan kang múng kadêrêng lan kêna ing pangaribawaníng håwå
napsu.
Dadi yèn ånå unèn-unèn ” trêsnå iku wutå” yaiku síng kaprabawan håwå napsu.
Síng prayogå iku mêsthiné kudu ngugêmi unèn-unèn “trêsnå iku rumêkså” biså salaras
tumindaké.
Rasaníng katrêsnan kang cêdhak dhéwé tumrap sadhêngah manungså iku dumunúng ing
awaké dhéwé.
Mulå såpå kang trêsnå marang sapådhå-pådhå iku aran trêsnå marang awaké dhéwé,
tundhóné såpå kang tansah ngrêkså marang karahayóníng liyan, ora bédå karo pangrêkså
marang kêslamêtané dhéwé.
 
HAKEKAT CINTA
(Cinta kasih tidak disertai sikap merawat dan menjaga bukanlah sesungguhnya cinta kasih.
Dapat disebut cinta kasih yang hanya menuruti hawa nafsu. Terdapat kalimat “cinta itu buta”
yakni cinta yang tercemar hawa nafsu. Idealnya harus  memegang pepatah “cinta itu
memelihara” dapat sejalan dengan tindakan nyata. Rasa cinta yang paling dekat bagi manusia
itu terletak dalam dirinya sendiri. Maka, barang siapa yang cinta kepada sesama itu sama
halnya cinta pada diri sendiri, artinya siapa yang selalu menjaga dan memelihara keselamatan
sesama, sesungguhnya menjaga keselamatan diri sendiri).
 
Kaidah 36
Srawúng ing madyaning bêbrayan iku kêjåbå kudu wasís milíh papan lan êmpan, ugå kudu
bisa angón mångså lan mulat ing sêmu.
Åjå nggêgampang ngrójóngi rêmbúg kang kowé dhéwé durúng ngrêti prakarané.
Rêmbúg sêthithík nanging mranani iku nudúhaké bóbótíng pribadi.
Rêmbúg akèh nangíng ampang malah gawé sånggå rungginé síng pådhå ngrugókaké kêpårå
njuwarèhi. 
 
BAGAIMANA CARA MENCAMPURI URUSAN ORANG LAIN
(Bergaul dalam bermasyarakat selain harus pandai memilih tempat dan suasana, juga pandai
menempatkan waktu dan mawas diri. Jangan menggampangkan mencampuri urusan orang
lain sementara kamu sendiri belum mengerti permasalahannya. Lebih baik, bicara sedikit
namun mengenai sasaran, itu menunjukkan kualitas pribadi. Pendapat yang panjang lebar
tetapi tidak berbobot justru membuat bingung yang mendengar bahkan dapat menjemukan)
 
Kaidah 37
Wóng kang wís têkan pêsthiné utåwå wis katimbalan bali mênyang jaman kêlanggêngan iku
sêjatiné lagi kênå diwènèhi biji tumrap ajiné kamanungsané lan pakartiné nalikå uríp. Déné
wóng kang isíh pådhå uríp iku pêrlu disêmak baé dhisík, durúng kênå dipatrapi biji, jêr
kahanané isih bisa owah gingsír.
Sarèhné manungså iki sawijiníng titah kang luhúr dhéwé, mulå wís samêsthiné yèn kitå åjå
nganti kayadéné sato kang patiné múng ninggal têngêr lulang lan balúng baé.
Nangíng bisowå kita nanjakaké uríp kitå marang pakarti-pakarti utåmå, sumrambahé marang
karahayóning uríp bêbrayan.
 
BAGAIMANA HARUS MENILAI ORANG
(Bila ajal telah tiba, atau sudah “dipanggil” Tuhan kembali ke zaman keabadian,
sesungguhnya baru dapat diberikan nilai kemanusiaan dan perbuatannya sewaktu hidup di
dunia. Sedangkan orang-orang yang masih hidup sebaiknya disimak dulu saja, karena belum
dapat dinilai, sebab keadaannya masih dapat berubah-ubah. Walaupun kodrat manusia
merupakan makhluk yang paling mulia, maka sudah seharusnya kita menjaga jangan sampai
seperti binatang, kematiannya hanya meninggalkan bekas kulit dan tulang saja. Namun kita
harus berupaya memanfaatkan hidup untuk kelangsungan hidup bermasyarakat).
 
Kaidah 38
Mustikané wóng tuwå marang anak múng ånå ing laku kang gumati, gunêm kang rurúh, lan
ujar kang manís.
Gumatiné dumunúng ing têpå tuladhaníng tingkah laku.
Gunêm lan ujar kawêngku ånå ing ucap kang istingarah numusi kajiwan, lan luhuríng budi
pêkêrti.
Mula yèn ånå åpå-åpå, åjå sêlak marang sêbutíng paribasan : “Ora ånå kacang ninggal
lanjaran”.
 
APA YANG PALING BERNILAI PADA DIRI ORANG TUA
(Mustika orang tua kepada anak berupa perilaku sayang kepada anak, kalimat yang
menentramkan, tutur kata yang manis. Kasih sayang yang terletak pada perilaku yang utama,
menjadi suritauladan. Kalimat dan tutur kata terletak pada ucapan yang menentramkan hati,
merasuk mencerahkan ke dalam jiwa, serta dengan keluhuran budi pekerti. Oleh sebab itu,
bila terjadi apa-apa yang tidak diharapkan, jangan keburu menyatakan “ora ono kacang
ninggal lanjaran” atau tidak ada anak yang tidak meniru orang tuanya).
 
Kaidah 39
Nanggapi kahanan urip ing satêngahíng bêbrayan iku gampang angèl.
Aran angèl kêpårå malah bisa gawé kêtliwênging pikír samångså anggón kita mawas
kêdhisikan kagubêl ing håwå.
Aran gampang yèn kita biså mikír klawan wêníng lan mênêb.
Iyå pamikír kang mênêb iku kang aran akal budi sêjati.
Kang bisa mbabaraké wóhíng wawasan kang mulús rêsík, ora kacampúran blêntóngé “si
aku”.
Apamanèh yèn tå kitå biså têtêp nguwasani wêningíng pikír, nadyan kahanané uríp ing
satêngahing bêbrayan kisruhå dikåyångåpå, istingarah ora angèl anggón kita nanggapi. 
 
KEHENINGAN FIKIR
(Menaggapi kehidupan di tengah pergaulan masyarakat itu gampang-gampang susah.
Susahnya karena dapat mebuat fikiran keblinger apabila dalam membangun sikap mawas diri
sudah terbalut hawa nafsu. Mudahnya, apabila kita mampu berfikir dengan jernih dan
menahan diri (mengendapkan emosi). Menahan diri merupakan akal budi sejati. Yang dapat
menjabarkan buah dari wawasan yang bersih tanpa cacat, maksudnya tidak tercemar oleh
noda ke-aku-an. Apalagi bila kita teguh menguasai kebeningan fikir, walaupun kehidupan
bermasyarakat terjadi kekacauan, maka tidaklah sulit kita mensikapinya).
 
Kaidah 40
Srêngên marang wóng mono åjå nganti kênêmênên lan kêliwat-liwat múng margå wis ngêrti
yèn wóng mau ora bakal wani nglawan utåwå wís ora biså nglawan, síng èstiné múng arêp
ngêdír-êdíraké drajad pangkat utåwå kadibyané baé.
Pakarti kaya ngono mau kêjåbå klêbu ambêg siyå, ugå wóng síng disrêngêni durúng karuwan
bakal dadi bêcík, kêpårå bisa nuwúhaké råså sêngít.
Kang prayogå iku srêngên samadyå kang mêngku pitutúr murih bêciké.  
 
KEMARAHAN YANG BENAR DAN TEPAT
(Marah kepada seseorang jangan sampai keterlaluan dan kelewatan, hanya karena seseorang
itu tidak bakal berani atau sudah tidak mampu melawan, padahal hanya karena mentang-
mentang mendapat derajat pangkat yang tinggi saja. Tabiat seperti itu selain watak aniaya,
begitupun orang yang dimarahi belum tentu menjadi baik, justru memungkinkan  tumbuhnya
rasa benci. Seyogyanya jika marah yang sewajarnya saja yang berisi nasehat supaya menjadi
baik).
 
Kaidah 41
Wóng pintêr kang ora kinanthènan ing kautaman iku ora bédå karo wóng wutå kang nggåwå
óbór ing wayah bêngi.
Madhangi wóng liyå nangíng dhèwèké dhéwé lakuné kêsasar-sasar.
Kapintêran mangkéné iki yèn tå dicakaké ing madyaning bêbrayan bakal nuwúhaké
kapitunan, pikolèhé malah múng wujúd kasangsaran lan karusakan.
 
KEUTAMAAN BUDIPEKERTI ADALAH TIANG ILMU
(Orang yang pandai tetapi tidak disertai keutamaan perilaku dan budi pekerti, tidaklah
berbeda dengan orang buta yang membawa obor di malam hari. Menjadi penerang orang lain,
tetapi perilaku dirinya sendiri malah tersesat-sesat. Kepandaian semacam ini bila diterapkan
di tengah kehidupan bermasyarakat akan menimbulkan kerugian, yang didapat hanyalah
kesengsaraan dan kerusakan).
 
Kaidah 42
Síng såpå ngidham kaluhuran kudu wani kúrban lan ora wêgah ing kangèlan.
Mêrgå yèn tansah tidhå-tidhå, mokal åpå sing kagayúh bisa digånthå lan tangèh lamún åpå
síng diluru bisa kêtêmu.
Makarti wani rêkåså kanthi masrahaké urip lan jiwå rågå marang Kang Múrbèng Kuwåså.
Yèn kêpingín mênang pancèn larang patukóné, yaiku kudu bisa nuhóni sêsanti: “Surå dirå
jayaníngrat lêbúr déníng pangastuti”.
 
KEMENANGAN ITU MAHAL HARGANYA
(Barang siapa gemar keluhuran budi harus berani berkorban dan tidak enggan melewati
kesulitan. Karena bila ragu-ragu, tidaklah mungkin apa yang diharapkan dapat terwujud, dan
mustahil apa yang dicari bisa ketemu. Berani bekerja keras dengan dengan berserah diri jiwa
dan raga kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Bila ingin menang memang mahal harganya, yakni
harus dapat mematuhi peribahasa; “sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti”)
 
Kaidah 43
Isíh bêjå yèn kowé diunèkaké “Ora Lumrah Uwóng”, jalaran isíh dianggêp manungså.
Yå múng solah tingkahmu kang kudu kók owahi amríh ora gawé sêrikíng liyan.
Cilakané yèn diunèkaké “Ora Lumrah Manungså”, jalaran kowé dianggêp sétan gêntayangan
síng múng dadi lêlêthêging jagad margå pakartimu kang ninggal sifat kamanungsan.
Mula énggal-énggala sumujudå marang Gusti Kang Múrbèng Dumadi.
Sifaté Gústi Allah mono sarwå wêlas asíh marang umaté kang wís sadhar marang doså-
dosané sartå têmên-têmên bali tuhu marang dhawúh-dhawuhé. 
 
MANUSIA TAK LAZIM
(Masih beruntung bila kamu dibilang “tidak lazimnya orang” sebab berarti masih danggap
manusia. Hanya saja polah tingkah mu yang harus dirubah, agar tidak menimbulkan iri hati
orang lain. Celakanya bila kamu dibilang “tidak lazimnya manusia” sebab kamu dianggap
setan gentayangan yang mengotori jagad karena watakmu yang meninggalkan sifat
kemanusiaan. Maka dari itu, segeralah bersujud kepada Tuhan Maha Pencipta.
 
Kaidah 44
Ora ånå pênggawé luwíh déníng múlya kêjåbå dêdånå síng ugå atêgês mbiyantu nyampêti
kêkuranganing kabutuhané liyan.
Dêdånå marang sapêpådhå iku atêgês ugå mitulungi awaké dhéwé nglêlantih marang råså lilå
lêgåwå kang ugå atêgês angabêkti marang Pangéran Kang Måhå Wikan.
Pancèn pangabêkti mono wís aran pasrah, dadi kitå ora ngajab marang baliné sumbangsih
kang kitå asúngaké.
Kabèh iku síng kagungan múng Pangéran Kang Måhå Kuwåså, kitå ora wênang ngajab
wóhíng pangabêkti kanggo kitå dhéwé.
Nindakaké kabêcikan kanthi dêdånå kita pancèn wajíb, nanging ngundhúh wóhíng kautaman
kitå ora wênang.
 
HAKEKAT SEDEKAH
(Tiada perbuatan lebih mulia selain sedekah yang berarti membantu memenuhi kebutuhan
orang lain. Sedekah kepada sesama berarti juga menolong diri sendiri, melatih diri
merasa ikhlas dan lapang dada, yang berarti mengabdi kepada Tuhan Yang Maha
Mengetahui. Mengabdi sama halnya dengan pasrah, kita tidak mengharap imbal-balik atas
apa yang kita berikan. Semua itu yang punya hanyalah Tuhan Yang Mahakuasa. Kita tidak
berhak berharap buah dari pengabdian untuk diri kita sendiri. Melakukan kebaikan dengan
cara berderma (sedekah) adalah wajib, tetapi mengharap menuai  buah dari kebaikan, kita
tidaklah berwenang).
 
Kaidah 45
Mêmitran pasêduluran nganti jêjodhowan kuwi yèn siji lan sijiné biså êmóng-kinêmóng,
istingarah biså sêmpulúr bêcík. Yèn ånå padudón sêpisan pindho iku wis aran lumrah, bisa
nambahi rakêtíng sêsambungan. Nangíng suwaliké yèn pådhå angèl ngênggóni sifat êmóng-
kinêmóng mau gênah långkå langgêngé, malah bédaníng panêmu sithík baé biså marakaké
dhahuru. 
 
KIAT KELANGSUNGAN RUMAH TANGGA
(Hubungan persaudaraan hingga berjodoh itu bila satu sama lainnya dapat saling
membimbing, ikhtiyar dapat membangun kebaikan. Bila sekali dua kali terjadi pertengkaran
itu masih lumrah, dapat menambah eratnya hubungan. Namun sebaliknya bila tak mampu
membangun sikap saling membimbing maka jarang akan berlangsung selamanya. Malah,
perbedaan sedikit saja akan menjadi sumber malapetaka).
 
Kaidah 46
Wóng kang ora naté nandhang prihatin ora bakal kasinungan råså pangråså kang njalari
têkané råså trênyúh lan wêlas lahír batiné.
Wóng kang wís naté kêtaman ing prihatin luwíh biså ngrasakaké pênandhangé wóng liya.
Mulå adhakané luwíh gêlêm awèh pitulungan marang kang kasusahan. 
 
PRIHATIN MEMBANGUN SENSE OF HUMAN
(Orang yang tak pernah prihatin tidak akan terpilih menerima anugrah ketajaman perasaan
yang menumbuhkan perasaan haru dan belas kasih lahir batin. Orang yang pernah menjalani
prihatin lebih mampu merasakan penderitaan orang lain (empati). Biasanya mereka lebih
peduli untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang kesusahan).
 
Kaidah 47
Sarupaníng wêwadi sing ålå lan sing bêcík, yèn isíh kók gémból lan mbók kêkêt kanthi rêmít
ing ati salawasé isih bakal têtêp dadi batúr.
Nangíng yèn wís mbók kétókaké sathithík baé bakal dadi bêndaramu.
Isíh lagi nyimpên wêwadiné dhéwé baé wís abót.
Åpå manèh yèn nganti pinracåyå nggêgêm wêwadiné liyan.
Mulå såkå iku åjå sók dhêmên kêpingín mêruhi wêwadiné liyan.
Síng wís cêthå múng bakal nambahi sanggan síng sêjatiné dudu wajíbmu mèlu opèn-opèn.
 
BANYAK CARA MENUAI MASALAH
(Berbagai macam rahasia baik maupun buruk, bila masih kamu simpan rapat di dalam hati,
selamanya masih akan tetap menjadi budak. Bila sudah kamu perlihatkan sedikit saja akan
menjadi tuanmu. Menyimpan rahasia sendiri saja sudah berat. Apalagi bila sampai dipercaya
menggenggam rahasia orang lain. Maka dari itu janganlah suka ingin mengetahui  rahasia
orang lain. Sudah jelas, hanya akan menambah beban yang sesungguhnya bukan
kewajibanmu ikut-ikutan).
 
Kaidah 48
Sók såpåå bakal nduwèni råså kúrmat marang wóng kang tansah katón bingar lan padhang
polatané, nadyan tå wóng mau nêmbé baé nandhang susah utåwå nêmóni pêpalang ing
panguripané.
Kósókbaliné, wóng kang tansah katón suntrút kêrêp nggrundêl lan grênêngan mêrgå ora
katêkan sêdyané iku cêthå bakal kóncatan kêkuwataníng batín lan tênagané, tangèh lamún
éntukå pitulungan, kêpårå malah dadi sêsirikaníng mitra karuhé.
 
BERWAJAH RIANG SEKALIPUN SEDANG MENDERITA
(Siapapun akan merasa hormat, kepada orang yang selalu tampak riang gembira, meskipun
orang itu baru mengalami kesusahan dan kesulitan dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang
selalu tampak kusut suka ngedumel dan sering ngomel karena keinginannya tak terwujud, itu
jelas kekuatan batinnya dan tenaganya bakal sirna. Mustahil dapat pertolongan, terkadang
malah jadi orang yang dibenci sekalipun oleh kerabatnya).
 
Kaidah 49
Kitå iki diparingi cangkêm siji lan kupíng loro déníng Kang Måhå Kuwåså, liré mêngku
karêp amríh kitå iki kudu luwíh akèh ngrungókaké katimbang micårå.
Yêktiné wóng kang dhêmên ngumbar cangkêmé tinimbang kupingé iku adaté wicarané
gabúg.
Suwaliké síng akèh ngrungókaké, wicarané sêthithík nangíng patitís lan mêntês.
Pantês dadi jujugané sadhêngah wóng kang mbutúhaké rêmbúg kang prayogå.  
 
SILAHKAN; MAU BANYAK MENDENGAR ATAU BANYAK BICARA
(Kita diberi satu mulut, dua telinga, oleh Tuhan Mahakuasa. Maknanya, kita harus lebih
banyak mendengarkan ketimbang bicara. Sesungguhnya orang yang gemar mengumbar
mulutnya ketimbang telinganya, seperti itulah watak orang yang bicaranya tak berisi.
Sebaliknya, yang banyak mendengarkan, biasanya bicara sedikit namun tepat dan berbobot.
Pantas menjadi tempat tujuan orang-orang yang membutuhkan nasehat (petunjuk) yang
baik). 
 
Kaidah 50
Wóng kang tansah dhêmên ngupíng kêpingín wêrúh, åpådéné nyampuri pêrkarané liyan,
gêdhéné nganti nrambul urún ucap, iku pådhå karo golèk-golèk mómótan kang sêjatiné ora
prêlu, adhakané kêpårå malah ngrêridhu awaké dhéwé.  
 
PENYEBAB KEKALUTAN DIRI
(Orang yang selalu gemar menyadap ingin tahu, begitupula mencampuri perkara orang lain,
hingga sampai ikut-ikutan berujar, hal itu seumpama mencari-cari muatan yang
sesungguhnya tidak perlu, biasanya justru membuat kalut dirinya sendiri)
 
Kaidah 51
Ucap sakêcap kang kêlaír tanpå pinikír kêrêp baé nuwúhaké drêdah lan bilahi.
Mula wêtuné têmbúng satêmbúng såkå lésan iku prayogå tan udinên aja nganti nggêpók
prêkarané wóng liyå, gêdhéné nganti gawé sérikíng liyan. Biså nyandhêt uculé pangucap
kåyå mangkono mau wís klêbu éwóníng pakarti kang utåmå.
Nangíng généyå kók ora sabên wóng biså nglakóni ?
 
MULUTMU, HARIMAUMU
(Sepatah kata yang terucap tanpa dipikir lebih dulu, sering menimbulkan perpecahan dan
celaka. Maka, keluarnya kalimat dalam sepatah dua patah kata dari mulut seyogyanya
diupayakan jangan sampai menyinggung perkara orang lain, terlebih lagi membuat sakit hati
orang lain. Sikap mampu mengendapkan kalimat dan tutur kata yang tidak baik, termasuk
budi-pekerti yang mulia. Namun begitu, mengapa tidak setiap orang mau melakukannya?)
 
Kaidah 52
Wóng iku yèn wís kasókan kabêcikan lan rumangsa kapotangan budi, ing sakèhíng pakartiné
lumrahé banjúr ora kêncêng lan rêsík.
Mulané tangèh lamún yèn biså njågå jêjêgíng adíl, awít lésané kasumpêtan, mripaté bêrêng,
kupingé budhêg. Atiné dadi mati, angèl wêrúh ing bêbênêr.
Mulå såkå iku åjå gumampang nåmpå kabêcikané liyan, samångså tujuwané ngarah marang
pênggawé kang nalisír såkå bêbênêr. 
 
HATI-HATI MENERIMA KEBAIKAN ORANG
(Orang itu bila sudah berhasil menerima kebaikan dan merasa berhutang budi, wataknya di
kemudian hari bisa berubah, menjadi tidak teguh dan bersih. Sehingga tak mampu menjaga
tegaknya keadilan, sebab mulutnya tersumbat, matanya rabun, telinganya tuli. Hatinya
menjadi mati, sulit melihat kebenaran. Maka dari itu jangan mudah menerima kebaikan
orang, bila tujuannya mengarah pada perbuatan yang keluar dari kaidah kebenaran).
 
Kaidah 53
Åjå kasêlak kêsusu nyêpèlèkaké liyan, margå kók anggêp wóng mau bodho.
Awít ånå kalamangsané kowé mbutúhaké rémbúg lan pituturé wóng iku, síng kanyatané biså
mbéngkas lan nguwalaké såkå karuwêtanmu.
Pancèn ing sawijiné bab wóng biså kaaran bodho, nangíng ing babagan liya tangèh lamún
yèn kowé biså nandhingi. 
 
HATI-HATI, TAK ADA KEBODOHAN UNIVERSAL
(jangan keburu meremehkan orang lain, (hanya) karena orang itu kamu anggap bodoh. Sebab
ada kalanya kamu membutuhkan jasa dan nasehat orang itu, yang kenyataannya dapat
menyelesaikan dan mengatasi masalahmu. Memang dalam suatu hal seseorang dapat
dianggap bodoh, tetapi di lain hal tak  mungkin anda dapat menandinginya).
 
Kaidah 54
Yèn micårå åjå gumampang nêlakaké pênacad utawa pangalêm, luwíh-luwíh nganti
mêmaóni.
Awít wicaramu durúng karuwan bênêr.
Síng mêsthi panacad mau gawé sêrík, pangalêmé nuwúhaké wiså, déné waónané ora digugu,
kabèh swårå ålå.
Mulå kang prayogå iku múng mênêng, jalaran mênêng iku yêktiné pancèn mustikaníng
ngauríp.
 
SILAHKAN PILIH; BANYAK OMONG ATAU DIAM
(Jika bicara jangan mudah mencela dan menyanjung orang, apalagi sampai nasehat
menggurui. Karena ucapanmu belum tentu benar adanya. Yang pasti, pencelaan berakibat
sakit hati, dan sanjungan dapat menimbulkan bisa (racun), bila  nasehat tidak dihiraukan,
semua suara menjadi buruk. Maka idealnya lebih baik diam, karena diam itu sesungguhnya 
mustika kehidupan)
 
Kaidah 55
Udinên ing alam donya iki åjå ånå wóng kang kók sêngiti, supaya ora ånå wóng sêngít
marang kowé, balík sabiså-biså pådhå trêsnanånå.
Amargå lêlakón ing alam donya iki anané múng walês-winalês baé.
Déné yèn kêpêkså kowé sêngít marang sawijiníng wóng, mångkå kowé ora biså mbuwang
sêngítmu, gawénên wadi åjå ånå wóng kang ngêrti.
Yèn kowé ngandhakaké sêngítmu marang liyan, prasasat kowé mamèraké alané atimu.
 
“ADAB” MEMBENCI ORANG LAIN
(Berupayalah selalu, agar jangan ada orang yang kamu benci, supaya tidak ada orang yang
membencimu, sebaliknya sedapat mungkin sayangilah sesama. Karena kejadian buruk di
dunia ini adanya dari saling balas membalas. Bila terpaksa kamu membenci seseorang, dan
kamu tidak bisa menghilangkan rasa bencimu, rahasiakan agar tidak ada orang lain yang
tahu. Bila kamu menceritakan kebencianmu pada orang lain, justru kamu membeberkan
kejahatan hatimu)
 
Kaidah 56
Ajiníng dhiri ånå ing lati.
Ajiníng rågå ånå ing busånå.
Mula dèn ngati-ati ing pangucapmu, sêmono ugå anggónmu ngadi busånå kang bisa
mapanaké dhiri.
 
DI MANAKAH LETAK HARGA DIRI
(Harga diri letaknya ada di mulut. Berharganya raga tergantung oleh busananya. Maka,
berhati-hatilah dalam bertutur kata, begitu pula dalam hal cara berpakaian, dapatlah
menghargai diri sendiri)
 
 
Kaidah 57
Wóng pintêr kang isih gêlêm njalúk rêmbugíng liyan iku dianggêp manungsa utúh.
Såpå síng rumangsa pintêr banjúr suthík njaluk rêmbuging liyan kuwi manungsa sêtêngah
wutúh.
Lan síng såpå ora gêlêm njalúk rêmbugíng liyan, iku bisa kinaranan babar pisan durúng
manungså.
 
SYARAT MENJADI MANUSIA
(Orang pandai yang masih bersedia meminta pendapat orang lain itu dianggap manusia utuh.
Siapa yang merasa sudah pandai kemudian enggan minta pendapat orang lain, itu manusia
setengah utuh. Dan siapa yang tidak bersedia minta pendapat orang lain, dapat disebut sama
sekali belum (jadi) manusia).

Misteri Di balik Bulan Sura


MISTERI BULAN SURA
 
Bulan Sura adalah bulan pertama dalam kalender Jawa. Tanggal 1 Sura akan jatuh
pada hari Senin tanggal 29 Desember 2008. Secara lugas maknanya adalah merupakan tahun
baru menurut penanggalan Jawa. Bagi pemegang tradisi Jawa  hingga kini masih memiliki
pandangan bahwa bulan Sura merupakan bulan sakral. Berikut ini saya paparkan arti bulan
Sura secara maknawi dan dimanakah letak kesakralannya.
 
MELURUSKAN BERITA “burung”
Tradisi dan kepercayaan Jawa melihat bulan Sura sebagai bulan sakral. Bagi yang
memiliki talenta sensitifitas indera keenam (batin) sepanjang bulan Sura aura mistis dari alam
gaib begitu kental melebihi bulan-bulan lainnya. Tetapi sangat tidak bijaksana apabila kita
buru-buru menganggapnya sebagai bentuk paham syirik dan kemusrikan. Anggapan seperti
itu timbul karena disebabkan kurangnya  pemahaman sebagian masyarakat akan makna yang
mendalam di baliknya. Musrik atau syirik berkaitan erat dengan cara pandang batiniah dan
suara hati, jadi sulit menilai hanya dengan melihat manifestasi perbuatannya saja.  Jika
musrik dan syirik diartikan sebagai bentuk penyekutuan Tuhan, maka punishment terhadap
tradisi bulan Sura itu  jauh dari kebenaran, alias tuduhan tanpa didasari pemahaman yang
jelas dan beresiko tindakan pemfitnahan. Biasanya anggapan musrik dan sirik muncul karena
mengikuti trend atau ikut-ikutan pada perkataan seseorang yang dinilai secara dangkal layak
menjadi panutan. Padahal tuduhan itu jelas merupakan kesimpulan yang bersifat subyektif
dan mengandung stigma, dan sikap menghakimi secara sepihak.
Masyarakat Jawa mempunyai kesadaran makrokosmos, bahwa Tuhan menciptakan
kehidupan di alam semesta ini mencakup berbagai dimensi yang fisik (wadag) maupun
metafisik (gaib). Seluruh penghuni masing-masing dimensi mempunyai kelebihan maupun
kekurangan. Interaksi antara dimensi alam fisik dengan dimensi metafisik merupakan
interaksi yang bersimbiosis mutual, saling mengisi mewujudkan keselarasan dan
keharmonisan alam semesta sebagai upaya memanifestasikan rasa sukur akan karunia
terindah dari Tuhan YME. Sehingga manusia bukanlah segalanya di hadapan Tuhan, dan
dibanding mahluk Tuhan lainnya. Manusia tidak seyogyanya mentang-mentang mengklaim
dirinya sendiri sebagai mahluk paling sempurna dan mulia, hanya karena akal-budinya.
Selain kesadaran makrokosmos, sebaliknya di sisi lain kesadaran mikrokosmos Javanisme
bahwa akal-budi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi dapat memuliakan  manusia tetapi di
sisi lain justru sebaliknya akan menghinakan manusia, bahkan lebih hina dari binatang,
maupun mahluk gaib jahat sekalipun.
Berdasarkan dua dimensi kesadaran itu, tradisi Jawa memiliki prinsip hidup yakni
pentingnya untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta agar supaya
kelestarian alam tetap terjaga sepanjang masa. Menjaga kelestarian alam merupakan
perwujudan syukur tertinggi umat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan bumi ini berikut seluruh isinya untuk dimanfaatkan umat manusia.
Dalam tradisi Jawa sekalipun yang dianggap paling klenik sekalipun, prinsip dasar
yang sesungguhnya tetaplah  PERCAYA KEPADA TUHAN YME. Di awal atau di akhir
setiap kalimat doa dan mantra selalu diikuti kalimat; saka kersaning Gusti, saka kersaning
Allah. Semua media dalam ritual, hanya sebatas dipahami sebagai media dan kristalisasi dari
simbol-simbol doa semata. Doa yang ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Tunggal.
Prinsip tersebut memproyeksikan bahwa kaidah dan prinsip religiusitas ajaran Jawa tetap
jauh dari kemusrikan maupun syirik yang menyekutukan Tuhan.
Cara pandang tersebut membuat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik
dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tipikal tradisi Jawa kental akan
penjelajahan wilayah gaib sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia terhadap
lingkungan alam dan seluruh isinya. Lingkungan alam dilihat memiliki dua dimensi, yakni
fana/wadag atau fisik, dan lingkungan dimensi gaib atau metafisik. Lingkungan alam tidak
sebatas apa yang tampak oleh mata, melainkan meliputi pula lingkungan yang tidak tampak
oleh mata (gaib). Boleh dikatakan pemahaman masyarakat Jawa akan lingkungan atau
dimensi gaib sebagai bentuk “keimanan“ (percaya) kepada yang gaib. Bahkan oleh sebagian
masyarakat Jawa, unsur kegaiban tidak hanya sebatas diyakini atau diimani saja, tetapi lebih
dari itu seseorang dapat membuktikannya dengan bersinggungan atau berinteraksi secara
langsung dengan yang gaib sebagai bentuk pengalaman gaib. Oleh karena itu, bagi
masyarakat Jawa dimensi gaib merupakan sebuah realitas konkrit. Hanya saja konkrit dalam
arti tidak selalu dilihat oleh mata kasar, melainkan konkrit dalam arti Jawa yakni termasuk
hal-hal yang dapat dibuktikan melalui indera penglihatan  maupun indera batiniah. Meskipun
demikian penjelasan ini mungkin masih sulit dipahami bagi pihak-pihak yang belum pernah
samasekali bersinggungan dengan hal-hal gaib. Sehingga cerita-cerita maupun kisah-kisah
gaib dirasakan menjadi tidak masuk akal, sebagai hal yang mustahal, dan menganggap
pepesan kosong belaka. Pendapat demikian sah-sah saja, sebab tataran pemahaman gaib
memang tidak semua orang dapat mencapainya. Yang merasa mampu memahamipun belum
tentu tapat dengan realitas gaib yang sesungguhnya. Sedangkan agama sebatas memaparkan
yang bersifat universal, garis besar, dan tidak secara rinci. Perincian mendetail tentang
eksistensi alam gaib merupakan rahasia ilmu Tuhan Yang Maha Luas, tetapi Tuhan Maha
Adil tetap memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mengetahuinya walaupun
sedikit namun dengan sarat-sarat yang berat dan tataran yang tidak mudah dicapai.
 
MISTERI BULAN SURA
     Bulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam tradisi penanggalan Jawa.  Di
samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas pengalaman gaib bahwa dalam jagad
makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa.  Sehingga bulan Sura
juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah;
jagad makhluk halus ; jin, setan (dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, serta
jagad leluhur ; alam arwah, dan bidadari. Antara jagad fana manusia (Jawa), jagad leluhur,
dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya.  Tetapi dalam berinteraksi antara jagad
leluhur dan jagad mahluk halus di satu sisi, dengan jagad manusia  di sisi lain, selalu
menggunakan penghitungan waktu penanggalan Jawa. Misalnya; malam Jum’at Kliwon
(Jawa; Jemuah) dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur
“turun ke bumi” untuk njangkung dan njampangai (membimbing) bagi anak turunnya yang
menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya. Demikian pula, dalam bulan
Sura juga merupakan bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka bahkan
mendapat “dispensasi” untuk melakukan seleksi alam. Bagi siapapun yang hidupnya tidak
eling dan waspada, dapat terkena dampaknya.
Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat
suatu bulan Sura yang bernama Sura Duraka.  Disebut sebagai bulan Sura Duraka karena
merupakan bulan di mana terjadi tundan dhemit. Tundan dhemit maksudnya adalah suatu
waktu di mana terjadi akumulasi para dedemit yang mencari “korban” para manusia yang
tidak eling dan waspadha. Karena pada bulan-bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar
tidak sebanyak pada saat bulan Sura Duraka. Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya
ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia. Bulan Sura Duraka ini
pernah terjadi sepanjang bulan Januari s/d Februari 2007.  Musibah banyak terjadi di seantero
negeri ini. 1) Di awali tenggelamnya KM Senopati di laut Banda yang terkenal sebagai
palung laut terdalam di wilayah perairan Indonesia. Kecelakaan ini memakan korban ratusan
jiwa. 2) Kecelakaan Pesawat Adam Air hilang tertelan di palung laut dekat teluk Mandar,
posisi di 40 mil barat laut Majene. 3) Kereta api mengalami anjlok dan terguling sampai 3
kali kasus selama sebulan. 4) Tabrakan bus di pantura, bus menyeruduk rumah penduduk. 5)
Kecelakaan pesawat garuda di Yogyakarta. 6) Beberapa maskapai penerbangan mengalami
gagal take off, gagal landing, mesin error dsb. 7) Jakarta dilanda banjir terbesar sepanjang
masa. 8) Kapal terbakar di Sulawesi dan maluku. 9) Kapal laut di selat Karimun terbakar lalu
tenggelam memakan ratusan korban berikut wartawan TV peliput berita. 10) Banjir besar di
Jawa Tengah, Angin puting beliung sepanjang Pulau Jawa-Sumatra. Dan masih  banyak lagi
kecelakaan pribadi yang waktu itu Kapolri sempat menyatakan sebagai bulan kecelakaan
terbanyak meliputi darat, laut dan udara.
Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan
yang kemudian mengkristal menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.  Sedikitnya
ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini;
1.  Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur
kembang setaman. Sebagai bentuk “sembah raga” (sariat) dengan tujuan mensucikan
badan, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Sura;
lantara lain lebih ketat dalam menjaga dan mensucikan hati, fikiran, serta menjaga
panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat dilakukan siraman diharuskan sambil
berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan YME agar senantiasa menjaga kita dari
segala bencana, musibah, kecelakaan. Doanya dalam satu fokus yakni memohon
keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Doa tersirat dalam setiap
langkah ritual mandi. Misalnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur
badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa; pitu, merupakan doa
agar Tuhan memberikan pitulungan atau pertolongan). Atau 11 kali (11 dalam bahasa
Jawa; sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikan kawelasan; belaskasih). Atau
17 kali (17 dalam bahasa Jawa; pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan
dan kawelasan). Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung
“beratap langit”; maksudnya adalah kita secara langsung menyatukan jiwa raga ke
dalam gelombang harmonisasi alam semesta.
2.  Tapa Mbisu (membisu); tirakat sepanjang bulan Sura berupa sikap selalu mengontrol
ucapan mulut agar mengucapkan hal-hal yang baik saja. Sebab dalam bulan Sura yang
penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Bahkan ucapan atau umpatan jelek
yang keluar dari mulut dapat “numusi” atau terwujud. Sehingga ucapan buruk dapat
benar-benar mencelakai diri sendiri maupun  orang lain.
3.  Lebih Menggiatkan Ziarah; pada bulan Sura masyarakat Jawa lebih menggiatkan
ziarah ke makam para leluhurnya masing-masing, atau makam para leluhur yang yang
dahulu telah berjasa untuk kita, bagi masyarakat, bangsa, sehingga negeri nusantara
ini ada. Selain mendoakan, ziarah sebagai tindakan konkrit generasi penerus untuk
menghormati para leluhurnya (menjadi pepunden). Cara menghormati dan
menghargai jasa para leluhur kita selain mendoakan, tentunya dengan merawat
makam beliau. Sebab makam merupakan monumen sejarah yang dapat dijadikan
media mengenang jasa-jasa para leluhur; mengenang dan mencontoh amal kebaikan
beliau semasa hidupnya. Di samping itu kita akan selalu ingat akan sangkan paraning
dumadi. Asal-usul kita ada di dunia ini adalah dari turunan beliau-beliau. Dan suatu
saat nanti kita semua pasti akan berpulang ke haribaan Tuhan Yang maha Kuasa.
Mengapa harus datang ke makam, tentunya atas kesadaran bahwa semua warisan para
leluhur baik berupa ilmu, kebahagiannya, tanah kemerdekaan, maupun hartanya
masih bisa dinikmati hingga sekarang, dan dinikmati oleh semua anak turunnya
hingga kini. Apakah sebagai keturunannya kita masih tega hanya dengan mendoakan
saja dari rumah ? Jika direnungkan secara mendalam menggunakan hati nurani, sikap
demikian tidak lebih dari sekedar menuruti egoisme pribadi (hawa nafsu negatif) saja.
Anak turun yang mau enaknya sendiri enggan datang susah-payah ke makam para
leluhurnya, apalagi terpencil nun jauh harus pergi ke pelosok desa mendoakan dan
merawat seonggok makam yang sudah tertimbun semak belukar. Betapa teganya
hati kita, bahkan dengan mudahnya mencari-cari alasan pembenar untuk
kemalasannya sendiri, bisa saja menggunakan alasan supaya menjauhi kemusyrikan.
Padahal kita semua tahu, kemusyrikan bukan lah berhubungan dengan
perbuatan, tetapi berkaitan erat dengan hati. Jangan-jangan sudah menjadi prinsip
bawah sadar sebagian masyarakat kita, bahwa lebih enak menjadi orang bodoh,
ketimbang menjadi orang winasis dan prayitna tetapi konsekuensinya tidak ringan.
4.  Menyiapkan sesaji bunga setaman dalam wadah berisi air bening. Diletakkan di
dalam rumah. Selain sebagai sikap menghargai para leluhur yang njangkung dan
njampangi anak turun, ritual ini penuh dengan makna yang dilambangkan dalam
uborampe. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga. Masing-
masing bunga memiliki makna doa-doa agung kepada Tuhan YME yang tersirat di
dalamnya (silahkan dibaca dalam forum tanya jawab). Bunga-bungaan juga
ditaburkan ke pusara para leluhur, agar supaya terdapat perbedaan antara makam
seseorang yang kita hargai dan hormati, dengan kuburan seekor kucing yang berupa
gundukan tanah tak berarti dan tidak pernah ditaburi bunga, serta-merta dilupakan
begitu saja oleh pemiliknya berikut anak turunnya si kucing.
 
5. Jamasan pusaka; tradisi ini dilakukan dalam rangka merawat atau memetri warisan
dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik
wujud fisik bendanya. Pusaka merupakan buah hasil karya cipta dalam bidang seni
dan ketrampilan para leluhur kita di masa silam. Karya seni yang memiliki falsafah
hidup yang begitu tinggi. Selain itu pusaka menjadi situs dan monumen sejarah, dan
memudahkan kita simpati dan berimpati oleh kemajuan teknologi dan kearifan lokal
para perintis bangsa terdahulu. Dari sikap menghargai lalu tumbuh menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju
di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa lalu. Bangsa yang besar
adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya, para pahlawannya, dan para
perintisnya. Karena mereka semua menjadi sumber inspirasi, motivasi dan tolok ukur
atas apa yang telah kita perbuat dan kita gapai sekarang ini. Dengan demikian
generasi penerus bangsa tidak akan mudah tercerabut (disembeded) dari “akarnya”.
Tumbuh berkembang menjadi bangsa yang kokoh, tidak menjadi kacung dan bulan-
bulanan budaya, tradisi, ekonomi, dan politik bangsa asing. Kita sadari atau tidak,
tampaknya telah lahir megatrend terbaru abad ini, sekaligus paling berbahaya, yakni
merebaknya bentuk the newest imperialism melalui cara-cara politisasi agama.
6.  Larung sesaji; larung sesaji merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual
disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya
ini yang paling riskan dianggap musrik. Betapa tidak, jikalau kita hanya melihat apa
yang tampak oleh mata saja tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung
sesaji. Baiklah, berikut saya tulis tentang konsep pemahaman atau prinsip hati
maupun pola fikir mengenai tradisi ini. Pertama; dalam melaksanakan ritual hati kita
tetap teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani
bahwa Tuhan Maha Kuasa menjadi satu-satunya penentu kodrat. Kedua; adalah nilai
filosofi, bahwa ritual larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos yang
bersifat horisontal, yakni penghargaan manusia terhadap alam. Disadari bahwa alam
semesta merupakan sumber penghidupan manusia, sehingga untuk melangsungkan
kehidupan generasi penerus atau anak turun kita, sudah seharusnya kita menjaga dan
melestarikan alam. Kelestarian alam merupakan warisan paling berharga untuk
generasi penerus. Ketiga; selain kedua hal di atas, larung sesaji merupakan bentuk
interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula
bahwa manusia hidup di dunia berada di tengah-tengah lingkungan bersifat kasat mata
atau jagad fisik, maupun  gaib atau jagad metafisik. Kedua dimensi jagad tersebut
saling bertetanggaan, dan keadaannya pun sangat kompleks. Manusia dan seluruh
makhluk ciptaan Tuhan seyogyanya menjaga keharmonisan dalam bertetangga, sama-
sama menjalani kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya,  bilamana
dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan
situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya
jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.
 
Sugeng warsa enggal
Senin Legi, 1 Sura 1942 taun je
(29 Desember 2008)
 
KITA adalah 1 bangsa,
dalam 1 bangsa tidak berlaku; pihakmu,
pihakku, dan pihak mereka
 
Dalam rasa kebersamaan ini semoga Tuhan melimpahkan berkah, rahmat, anugrah,
dan kemuliaan bagi kita semua, untuk menggapai kehidupan sejati yang lebih baik.
Kita jaga toleransi, redamkan hawa nafsu angkara, endapkan segala ke-aku-an, kita
tundukkan sikap narsis; egosentris; egois; bengis. Bahu-membahu, menciptakan negeri
yang indah, sejuk, tenteram. Kita buang benih-benih kebencian, dan taburkan benih-
benih kedamaian.  Kita semai rasa kasih sayang. Kita wujudkan negeri yang penuh
kebahagiaan, untuk saat ini dan selamanya. Amin
 
Salam Taklim
Wilujeng Rahayu
Sabdalangit
RAHASIA DI BALIK 40 HARI
 
Dalam khasanah Kejawen angka 40 memiliki makna penting sekali (keramat).
Karena di dalamnya terkandung sebuah rahasia kehidupan sebagai mana dimaksud
dalam ungkapan “kakangne lembarep, adine wuragil” atau kakaknya sulung, adiknya
bungsu (Lihat posting; Pintu Pembuka Rahasia Spiritual Raja-Raja Mataram/Wirit
Maklumat Jati/Wirit Saloka Jati). Ungkapan itu bermakna bahwa kelahiran kita di
dunia ini sebagai sebuah akhir proses “triwikrama” sekaligus awal kehidupan
manusia di “mercapada”. Selanjutnya kematian merupakan akhir dari kehidupan
semu (duniawi), sekaligus merupakan awal dari kehidupan yang sejati.
 
Angka 40 di awal dan 40 di akhir kehidupan.
Banyak terjadi kesimpang-siuran pemahaman kapan bayi dalam kandungan telah
memiliki nyawa. Banyak pula orang menyangka setelah usia kandungan menginjak
bulan keempat barulah bayi ditiupkan nyawa. Tapi tidak sedikit pula yang lebih
percaya bilamana usia bayi dalam kandungan ibu akan ditiupkan nyawa tepat pada
hari ke 40. Mana yang benar ?  Pemahaman yang berbeda-beda itu disebabkan
tidak terdapat keterangan secara tegas di dalam kitab suci kapan waktunya si
jabang bayi dalam rahim ibu mulai ditiupkan nyawa. Walaupun demikian, ada
beberapa keterangan dalam bentuk samar yang kemudian dijadikan dasar
penafsiran masing-masing.
 
2.3 Juta Aborsi Per Tahun !!
Tulisan ini terpaksa saya paparkan di sini mengingat betapa di era modern ini
semakin banyak kasus-kasus pengguguran bayi yang dilakukan oleh orang tua si
jabang bayi sendiri dengan alasan medis maupun alasan klasik kehamilan yang
tidak dikehendaki. Bayangkan saja dalam setiap tahun terjadi rata-rata 2,3 juta
kasus aborsi di negeri ini, dengan jumlah korban sebanyak 200 wanita meninggal
dunia dalam setiap harinya akibat kasus aborsi ini. Bahkan pelaksana aborsi tidak
jarang dilakukan oleh seorang dokter yang telah disumpah untuk
mempertanggungjawabkan ilmunya di depan organisasi IDI dan di hadapan Tuhan.
Para pelaku pengguguran biasanya tidak merasa bersalah, karena menganggap jika
si jabang bayi yang malang belumlah memiliki nyawa. Dalam kasus tertentu,
seseroang terkadang asal meyakini saja bahwa si jabang bayi baru bernyawa
setelah usia kandungan menginjak bulan ke 4. Bisa saja asumsi ini dipilih sebagai
alasan penghibur yang dicari-cari saja, untuk menghalalkan pengguguran si jabang
bayi, dan masih diperbolehkan karena usia kandungannya belumlah genap 4 bulan.
 
Nyawa di hari ke 40
Mungkin di antara pembaca ada yang lebih percaya jika di usia 4 bulan kandungan
si jabang bayi baru memiliki nyawa. Tapi sekali lagi, tak ada patokan yang jelas
untuk memihak yang mana. Saya dulu pernah mengalami keraguan mana yang
dapat dipercayai, apakah usia 40 hari ataukah 4 bulan. Hingga akhirnya pada bulan
Maret tahun 2005 yang lalu terkuaklah satu misteri kehidupan ini, sehingga
membuat saya pribadi tiada keraguan lagi bahwa pada saat usia kandungan genap
40 hari jabang bayi mulai bernyawa. Di samping suatu “pengalaman gaib” yang
sangat berharga, bila dikaitkan dengan kepercayaan bahwa setelah seseorang
meninggal dunia hingga hari ke 40 setelah wafat rohnya tetap tinggal di rumahnya
sendiri. Rumus 40 hari pra kelahiran dan 40 hari pasca kematian menjadi sinkron.
 
Kisah Gaib Sebagai Pembuktian
 
Kisah ini terjadi tahun 2005 di saat kakak dari seorang teman saya, sebut saja Pak T
yang barusan selesai membangun rumah pondokan di wilayah Jaktim. Selama
membangun  sampai selesai tidak terjadi gejala apapun. Nah giliran pada waktu 
kamar pondokan telah laku disewa  seseorang, mulailah terjadi hal-hal yang aneh.
Beberapa alat rumah tangga sering berpindah tempat tanpa ada yang merasa
memindah. Beberapa kali si penghuni mengalami kesurupan “hantu” perempuan.
Yang paling mengganggu adalah munculnya bau bangkai yang sangat menyengat
tanpa dapat diketahui dari mana sumber bau bangkai itu. Pak T lantas minta tolong
seorang Kyai untuk mengatasi bau bangkai tersebut. Beserta para santrinya, Pak
Kyai lantas mengadakan berbagai upacara, doa-doa, wirid pengusiran makhluk
halus pengganggu. Namun demikian langkah itu belum menampakkan hasil yang
diharapkan. Kembali esok malamnya, para santri menggali bagian lantai di bawah
tangga yang diduga menjadi sumber bau bangkai. Lantai keramik digali, selanjutnya
ditanam bunga setaman dan para santri berdoa mengelilingi lobang galian tersebut.
Selesai upacara ritual itu para santri menutup kembali lantai yang berlubang. Al
hasil, esok harinya bau bangkai tetap menyengat. Malah terasa semakin kuat
menyengat baunya.
 
Selang dua minggu kemudian teman saya menceritakan kejadian itu. Malamnya
kami sempatkan datang ke rumah Pak T. Begitu kami menginjak di halaman rumah
pondokan itu, tampak sosok perempuan sekitar usia 30 tahun menyambut kami
bersama istri. Berikut ini saya catat komunikasi yang terjadi waktu itu;
 
P = perempuan misterius
 
S            : Anda siapa ?
P            : saya tidak punya nama. Saya dulu digugurkan orang tuaku sewaktu umur
41 hari dalam perut ibuku. Jasad saya dulu dikubur di pekarangan ini.
S            : (hati kecil saya iba sekali mengetahui kronologi kisah arwah perempuan
itu) Baiklah, kalau gitu apa yang bisa saya lakukan untuk membantumu ?
P            : aku minta tolong disempurnakan, agar tidak ada lagi ganjalan dalam
meneruskan “perjalananku”.
S            : rumahmu di mana ?
P            : dia hanya menunjuk arah ke rumah pondokan Pak T.
S            : ya, besok malam saya akan ke sini lagi. Oh ya apa agamamu ?
P            : diam hanya menggelengkan kepala.
S            : oh ya maaf, aku tahu kamu belum sempat lahir sehingga belum pernah
mempunyai agama. Dan di dalam dimensi mu sekarang, tentunya sudah tak
diperlukan lagi agama.
 
Malam besoknya seperti sudah kami janjikan, sepulang dari ngurus pekerjaan
kantor,  saya langsung mampir ke rumah pondokan Pak T. Sebelumnya saya suruh
seseorang menyiapkan piranti upacara penyempurnaan arwah a la tradisi Jawa
berupa “tumpeng pungkur” komplit. Ubo rampe ku bawa masuk ke rumah pondokan
Pak T, dan arwah perempuan membimbing saya menunjukkan lokasi di mana dulu
ia dikuburkan. Arwah perempuan itu masuk salah satu kamar yang sudah laku di
sewa orang. Saya dipersilahkan masuk oleh orang yang menempati kamar itu.
Ternyata arwah perempuan itu menunjuk lantai tepat di bawah kolong tempat tidur.
Itulah tempat di mana ia dikubur. Setelah upacara selesai kami laksanakan, lalu
saya minta tolong penghuni kamar yang kebetulan seorang muslim, untuk membaca
Surat Al Fatekah, dan Al Mulk (doa supaya ditempatkan di dalam kemuliaan alam
luhur). Kami sendiri sibuk melakukan prosesi “penyempurnaan” arwah. Setelah
selesai prosesi, arwah itu tampak mengucapkan terimakasih dan pamit akan
melanjutkan “perjalanan”. Karena telah tidak ada ganjalan lagi dengan masalah
dunia. Ia hanya berpesan menyebut nama Pak H dan Bu N sebagai nama kedua
orang tuanya. Si arwah minta tolong supaya kami mendatangi orang tuanya untuk
menyampaikan pesan supaya membuatkan kuburan agar menjadi “monumen” bagi
si arwah.. Serta berpesan agar ortunya membuatkan nama untuk si arwah
perempuan tadi. Singkat cerita, Pak H ternyata si pemilik tanah yang kemudian dibeli
oleh seseorang, lalu seseorang itu menjual lagi kepada Pak T.  Setelah ketemu
dengan ortu si arwah, ternyata hanya pak H saja yang dapat saya temui karena Bu
N sudah tinggalnya jauh dan bersuami orang lain.
 
Saya sampaikan apa adanya amanat si arwah kepada Pak H. Ia terkejut kok bisa-
bisanya anda tahu kejadian yang sudah berlangsung sekitar 29 tahun lamanya.
Saya geli, dalam hati bergumam,” mana saya bisa tahu, saya kan cuma diceritain
anak bapak. Jadi  wajarkan, anak Pak H itu kan tetap hidup, hanya saja tidak punya
jasad. Hanya saja sulit dilihat dengan mata wadag.
 
PELAJARAN
 
Dari kisah gaib di atas, dapat diambil hikmah:

1. Pada waktu kandungan berusia usia 40 hari, si jabang bayi telah memiliki ruh.
2. Ruh mengalami pertumbuhan. Bila di usia kanak-kanak atau belum sempat
lahir seseorang telah meninggal dunia, maka ruhnya tetap mengalami
pertumbuhan menjadi dewasa.
3. Terkadang perjalanan ruh manusia ke dimensi alam ruh terganggu oleh
urusan dunia yang tidak terselesaikan.  Sehingga ruh masih berada di dalam
dimensi bumi. Ruh inilah yang sering merasuk ke dalam tubuh orang lain, karena
kebingungan untuk menyampaikan pesan kepada orang yang masih hidup. Sadar
akan jasadnya yang telah rusak, maka ruh meminjam jasad orang lain. Terjadilah
apa yang dinamakan sebagai peristiwa kesurupan. Oleh sebab itu seyogyanya
kita lebih arif dan bijak, jangan buru-buru bertindak ikut-ikutan (ela-elu)
menganggap kesurupan itu hanyalah ulah setan penggoda iman. Penyimpulan
tergesa-gesa ini sungguh dangkal, jauh dari kearifan. Bisa dibayangkan
bagaimana perasaan kita bila mengetahui anggapan setan itu menimpa para
almarhum saudara atau keluarga kita sendiri.

 
40 Hari Setelah Kematian
 
Apa yang terjadi 40 hari setelah kematian seseorang ? Tak ada sumber otentik
dalam kitab suci yang menjelaskan secara tegas. Mungkin rahasia itu dibiarkan tetap
menjadi rahasia. Dan menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang selalu haus
akan dahaga spiritual. Namun bagi ajaran Kejawen, telah dijelaskan dengan
gamblang bila roh manusia akan melanjutkan “perjalanannya” ke alam baka bila
telah melewati hari ke 40 terhitung sejak hari kematiannya. Selama 40 hari itu roh
akan tetap tinggal di rumah-tinggalnya sendiri. Hanya bagi orang-orang tertentu saja
yang “pinilih” dan terpilih tidak perlu melewati masa “tenggang” 40 hari.
 
Kisah Gaib Sebagai Pembuktian
 
Saat itu saya menghadiri undangan acara selamatan “patangpuluh dina” (40 hari)
setelah wafatnya almarhum kerabat sebut saja namanya almarhum Pak W. Saat itu
acara doa tahlilan diikuti sekitar 80 orang selesai jam 8 malam, kemudian acara
dilanjutkan makan bersama dan membagi kenduri selamatan.  Pada saat acara
makan bersama, munculah sosok badan halus perempuan tua kira-kira usia 75
tahun. Ternyata “bayangan” embah itu ibunya almarhum pak W yang sedang
diselamati 40 harinya. Saat saya melihat foto almarhum ibunya pak W yang
terpampang di dinding ternyata wajahnya mirip dengan sosok bayangan itu. Pastilah
ini almarhum ibunya pak W yang telah meninggal dunia tahun  1986 lalu. Seketika
saya mencoba mohon izin mengambil gambarnya agar saya mendapatkan bukti,
sebab seringkali apa yang saya lihat dianggap mengada-ada saja. Al hasil, karena
menggunakan kamera HP maka hasilnya langsung terlihat. Saya terkejut sendiri
ternyata gambarnya bisa tertangkap kamera. Entah kebetulan atau karena memang
atas ijin almarhum embah itu. Yang paling penting saya sudah berhasil
mendapatkan gambar “beliau”.
 
Setalah acara usai, hasil tangkapan kamera HP saya tunjukkan ke keluarganya dan 
mereka terkejut serta membenarkan bahwa itu memang gambar ibunya, termasuk
pakaiannya itu juga yang dulu paling sering dikenakan almarhum. Bahkan saya
ditunjukkan sarung kesukaannya warna kotak-kotak yang mirip dengan yang ada di
dalam kamera. Selang tidak berapa lama, saya melihat lagi sosok bayangan
almarhum ibu itu tapi tidak sejelas tadi. Roh ibu itu tampak menggandeng anaknya
almarhum Pak W sambil tersenyum melambaikan tangannya, samar-samar
terdengar suara pak W, ”saya melanjutkan perjalanan ya nak” sambil melambaikan
tangannya. Saya berfikir pastilah ibu itu hadir di sini karena ingin menjemput
anaknya, tepat di hari ke 40 setelah wafatnya almarhum pak W.
 
 
 
Perhatikan Gambar berikut,
sosok perempuan tua posisi berdiri
mengenakan sarung motif kotak
Beliaulah almarhum ibunya almarhum Pak W

  
Adanya tulisan ini jauh dari niat eksploitasi kisah horor, namun dengan harapan
semoga ada hikmah yang dapat diambil para pembaca yang budiman, walau hanya
sebesar biji sawi.

Tulisan dari ‘Ragam Kayu Bertuah’ Kategori


Ragam Kayu Bertuah

Pohon Nogosari
RAGAM KAYU BERTUAH

Tidaklah bijak apabila benda bertuah dengan serta merta diartikan sebagai benda yang dihuni
makhluk halus. Sebagian masyarakat kita memang memiliki pemahaman demikian. Hal yang perlu
dliuruskan dengan menjawab pertanyaan,”dari manakah asal muasal kekuatan yang ada di balik
benda bertuah ? Secara awam kita bisa saja menjawab sumber kekuatan itu dari tuhan. Namun
jawaban demikian tentunya sangat klise apalagi bagi siapapun yang selalu menjunjung tinggi tradisi
ilmiah. Wajar lah kiranya, karena kita memilikii otak dengan kapasitas lebih besar agar dapat berguna
untuk berfikir ilmiah dan bijaksana.
ASAL KEKUATAN BENDA BERTUAH

Benda bertuah khususnya ragam kayu bertuah, biasanya kuantitasnya sangat terbatas. Sesuai
dengan hukum keseimbangan alam, semakin tinggi kualitas makhluk, sebaliknha kuantitasnya
semakin kecil. Seperti halnya binatang buas semakin buas jenis binatang, semakin kecil pula
kuantitasnya. Walau tampak kontradiktif, hal itu sebenarnya merupakan mekanisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup kayu atau binatang itu sendiri maupun kayu dan binatang
lainnya. Misalnya jika jumlah harimau melebihi jumlah hewan yang menjadi pakannya, maka lama-
kelamaan akan banyak harimau yang mati kelaparan dan bisa mengakibatkan kepunahan. Demikian
pula misalnya pohon beringin, semakin banyak pohon beringin tumbuh di suatu tempat justru akan
membuat kepunahan pepohonan lainnya karena pakan dan energinya mendominasi tumbuhan
lainnya. Kepunahannya bisa diakibatkan oleh evolusi alam maupun ulah manusia. Namun lebih
sering ulah manusia lah yang menyebabkan jenis-jenis tumbuhan dan binatang menjadi punah. Oleh
sebab itu pemanfaatan kayu yang sulit dibudidaya atau rentan tejadi kepunahan harus patuh kepada
hukum keseimbangan alam. Pada bagian akhir akan saya jelaskan mengenai hal ini.
Setiap jenis kayu memiliki karakter serat dan sel kayu yang berbeda-beda. Membuat sifat masing-
masing jenis kayu juga berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi pula oleh karakter iklim dan geologi di
mana jenis kayu tersebut dapat tumbuh dengan kualitas paling baik. Sehingga setiap jenis kayu
memiliki kegunaan, khasiat, kelebihan, maupun terdapat kekurangan yang berbeda-beda pula. Sedikit
telah saya singgung di atas soal faktor yang mempengaruhi dayaguna, sifat, karakter dan kekurangan
setiap jenis kayu. Namun semua itu masih dalam dimensi fisik. Selanjutnya dalam dimensi metafisik
atau sesuatu yang ada di balik benda fisik, yakni dari mana asal-muasal adanya tuah atau daya
kekuatan dari berbagai jenis kayu ? Berikut faktor-faktor yang dapat saya identifikasikan, paling tidak
berguna untuk memberikan penjelasan dari sudut pandang ilmiah.
Faktor Usia : Berpulang pada rumus bumi bahwa energi bersifat abadi (selama bumi masih eksis),
kehilangan energi hanyalah karena adanya perpindahan materi energi ke obyek dan mungkin dimensi
lainnya saja. Sebaliknya segala macam benda fisik tidak bersifat abadi, melainkan mengalami
kerusakan dan kehancuran. Ada jenis benda yang cepat rusak dan ada pula yang berusia sangat
lama hingga memakan waktu jutaan bahkan milyaran tahun. Benda-benda seperti kaca butuh waktu
antara 100 hingga 1000 tahun lebih untuk membusuk hingga dikatakan tidak bisa membusuk.
Demikian pula makhluk hidup ada yang berumur sangat pendek hingga berumur ribuan tahun,
termasuk di dalamnya ragam jenis tetumbuhan. Apapun benda dan tumbuhan yang ada di planet
bumi ini, bersifat menyerap dan memancarkan energi. Penyerapan energi sebagai in-put dan
pemancaran energi sebagai out-put. Antara in-put dan out-put menjadi mekanisme yang selaras dan
seimbang. Terkurasnya energi hingga terasa lemah dan lemas merupakan peristiwa
ketidakseimbangan antara in-put dengan out-put energi ke dalam tubuh atau tumbuhan. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor di antaranya penyakit yang menimbulkan gangguan metabolisme dan
gangguan asupan makanan sebagai sumber energi. Secara umum suatu benda hidup selalu surplus
dalam mekanisme in-put dan out-put energi. Pada tumbuhan, kelebihan energi akan disimpan dan
menyatu dengan batang terutama pada inti batang (Jawa: galih) pohon yang biasanya berwarna lebih
tua dan terletak di lingkaran paling dalam batang pohon. Bagian luar kayu terlebih bagian kulit terdiri
dari sel-sel muda, sementara itu bagian dalam merupakan pemadatan dari sel-sel yang lebih tua.
Semakin tua umur pohon, semakin besar lingkaran galih pohon. Semakin besar pula mengakumulasi
energi alam. Akumulasi energi inilah yang mempengaruhi besar-kecilnya tuah suatu pohon.
Faktor Karakter Sel. Selain faktor usia, kayu bertuah disebabkan oleh unsur yang terkandung dalam
zat serta sifat-sifat sel pohon. Spesifikasi unsur zat dan sifat suatu pohon akan menentukan dari
mana asal unsur energi yang diserapnya. Misalnya pohon yang banyak menyerap energi tanah, akan
menjadikan pohon tersebut dapat berfungsi sebagai ground atau bermanfaat sebagai penetralisir
daya listrik positif. Peristiwa ini terjadi misalnya pada pohon Nagasari. Hal yang sama terjadi pada
ragam jenis bebatuan alam. Sehingga kita dapat memahami bagaimana batu akik dapat memiliki
energi yang spesifik dan mempunyai khasiat yang khusus pula.
Faktor Lokasi. Pada jenis pohon yang sama, tetapi tumbuh di lokasi yang berbeda akan dapat
menentukan pula perbedaan serapan energi. Hal itu menentukan besar kecilnya khasiat atau daya
kekuatan kayu walaupun ia masih dalam satu jenis. Bereda lokasi alam tentu berbeda pula pusaran
energinya. Lokasi alam yang lebih besar memancarkan energi memungkinkan untuk menambah
besarnya energi yang terserap pohon yang tumbuh di tempat itu.
Faktor Spesifik. Faktor ini lebih sulit diidentifikasi karena untuk pembuktian juga jauh lebih sulit. Yakni
karakter pohon yang banyak menyerap energi alam dan mampu mengikat energi itu dalam waktu
yang tidak diketahui batas waktunya atau relatif permanen. Bahkan pohon yang sudah ditebang pun
kayunya masih mampu menyerap energi alam. Karakternya hampir menyerupai batu alam hanya
bedanya benda ini pernah tumbuh dan hidup dalam waktu yang panjang.
Dapat disimpulkan bahwa kayu yang memenuhi keempat faktor di atas, yakni berasal dari pohon
yang banyak menyerap energi alam, yang tumbuh di lokasi alam berenergi besar dan berusia sangat
tua, tetapi mampu mengikat energi relatif permanen. Akan menjadikannya kayu yang berkhasiat
super istimewa atau kayu sangat bertuah, powerfull. Bagi seseorang yang kurang memahami hakekat
alam, bisa saja dengan gegabah menyimpulkan kayu tersebut dihuni oleh jin atau makhluk halus. Ini
pendapat yang konyil sekali. Biasanya pendapat demikian dari orang yang justru tidak ada
kemampuan melihat dan mendeteksi secara metafisis sebuah kayu. Yang lebih parah pendapat
gegabah tersebut diikuti oleh seseroang yang kemudian dijadikannya sebagai sarana propaganda
agama untuk mendiskreditkan orang lain. Dari berbagai uraian di atas adalah berbagai ragam jenis
kayu bertuah yang berasal dari tanah Nusantara ini. Di antaranya berikut ini ;

Ragam Kayu Bertuah

Pohon Nogosari

RAGAM KAYU BERTUAH

Tidaklah bijak apabila benda bertuah dengan serta merta diartikan sebagai benda yang dihuni
makhluk halus. Sebagian masyarakat kita memang memiliki pemahaman demikian. Hal yang perlu
dliuruskan dengan menjawab pertanyaan,”dari manakah asal muasal kekuatan yang ada di balik
benda bertuah ? Secara awam kita bisa saja menjawab sumber kekuatan itu dari tuhan. Namun
jawaban demikian tentunya sangat klise apalagi bagi siapapun yang selalu menjunjung tinggi tradisi
ilmiah. Wajar lah kiranya, karena kita memilikii otak dengan kapasitas lebih besar agar dapat berguna
untuk berfikir ilmiah dan bijaksana.

ASAL KEKUATAN BENDA BERTUAH

Benda bertuah khususnya ragam kayu bertuah, biasanya kuantitasnya sangat terbatas. Sesuai
dengan hukum keseimbangan alam, semakin tinggi kualitas makhluk, sebaliknha kuantitasnya
semakin kecil. Seperti halnya binatang buas semakin buas jenis binatang, semakin kecil pula
kuantitasnya. Walau tampak kontradiktif, hal itu sebenarnya merupakan mekanisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup kayu atau binatang itu sendiri maupun kayu dan binatang
lainnya. Misalnya jika jumlah harimau melebihi jumlah hewan yang menjadi pakannya, maka lama-
kelamaan akan banyak harimau yang mati kelaparan dan bisa mengakibatkan kepunahan. Demikian
pula misalnya pohon beringin, semakin banyak pohon beringin tumbuh di suatu tempat justru akan
membuat kepunahan pepohonan lainnya karena pakan dan energinya mendominasi tumbuhan
lainnya. Kepunahannya bisa diakibatkan oleh evolusi alam maupun ulah manusia. Namun lebih
sering ulah manusia lah yang menyebabkan jenis-jenis tumbuhan dan binatang menjadi punah. Oleh
sebab itu pemanfaatan kayu yang sulit dibudidaya atau rentan tejadi kepunahan harus patuh kepada
hukum keseimbangan alam. Pada bagian akhir akan saya jelaskan mengenai hal ini.

Setiap jenis kayu memiliki karakter serat dan sel kayu yang berbeda-beda. Membuat sifat masing-
masing jenis kayu juga berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi pula oleh karakter iklim dan geologi di
mana jenis kayu tersebut dapat tumbuh dengan kualitas paling baik. Sehingga setiap jenis kayu
memiliki kegunaan, khasiat, kelebihan, maupun terdapat kekurangan yang berbeda-beda pula. Sedikit
telah saya singgung di atas soal faktor yang mempengaruhi dayaguna, sifat, karakter dan kekurangan
setiap jenis kayu. Namun semua itu masih dalam dimensi fisik. Selanjutnya dalam dimensi metafisik
atau sesuatu yang ada di balik benda fisik, yakni dari mana asal-muasal adanya tuah atau daya
kekuatan dari berbagai jenis kayu ? Berikut faktor-faktor yang dapat saya identifikasikan, paling tidak
berguna untuk memberikan penjelasan dari sudut pandang ilmiah.

Faktor Usia : Berpulang pada rumus bumi bahwa energi bersifat abadi (selama bumi masih eksis),
kehilangan energi hanyalah karena adanya perpindahan materi energi ke obyek dan mungkin dimensi
lainnya saja. Sebaliknya segala macam benda fisik tidak bersifat abadi, melainkan mengalami
kerusakan dan kehancuran. Ada jenis benda yang cepat rusak dan ada pula yang berusia sangat
lama hingga memakan waktu jutaan bahkan milyaran tahun. Benda-benda seperti kaca butuh waktu
antara 100 hingga 1000 tahun lebih untuk membusuk hingga dikatakan tidak bisa membusuk.
Demikian pula makhluk hidup ada yang berumur sangat pendek hingga berumur ribuan tahun,
termasuk di dalamnya ragam jenis tetumbuhan. Apapun benda dan tumbuhan yang ada di planet
bumi ini, bersifat menyerap dan memancarkan energi. Penyerapan energi sebagai in-put dan
pemancaran energi sebagai out-put. Antara in-put dan out-put menjadi mekanisme yang selaras dan
seimbang. Terkurasnya energi hingga terasa lemah dan lemas merupakan peristiwa
ketidakseimbangan antara in-put dengan out-put energi ke dalam tubuh atau tumbuhan. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor di antaranya penyakit yang menimbulkan gangguan metabolisme dan
gangguan asupan makanan sebagai sumber energi. Secara umum suatu benda hidup selalu surplus
dalam mekanisme in-put dan out-put energi. Pada tumbuhan, kelebihan energi akan disimpan dan
menyatu dengan batang terutama pada inti batang (Jawa: galih) pohon yang biasanya berwarna lebih
tua dan terletak di lingkaran paling dalam batang pohon. Bagian luar kayu terlebih bagian kulit terdiri
dari sel-sel muda, sementara itu bagian dalam merupakan pemadatan dari sel-sel yang lebih tua.
Semakin tua umur pohon, semakin besar lingkaran galih pohon. Semakin besar pula mengakumulasi
energi alam. Akumulasi energi inilah yang mempengaruhi besar-kecilnya tuah suatu pohon.

Faktor Karakter Sel. Selain faktor usia, kayu bertuah disebabkan oleh unsur yang terkandung dalam
zat serta sifat-sifat sel pohon. Spesifikasi unsur zat dan sifat suatu pohon akan menentukan dari mana asal
unsur energi yang diserapnya. Misalnya pohon yang banyak menyerap energi tanah, akan menjadikan pohon
tersebut dapat berfungsi sebagai ground atau bermanfaat sebagai penetralisir daya listrik positif. Peristiwa ini
terjadi misalnya pada pohon Nagasari. Hal yang sama terjadi pada ragam jenis bebatuan alam. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana batu akik dapat memiliki energi yang spesifik dan mempunyai khasiat yang khusus
pula.

Faktor Lokasi. Pada jenis pohon yang sama, tetapi tumbuh di lokasi yang berbeda akan dapat menentukan pula
perbedaan serapan energi. Hal itu menentukan besar kecilnya khasiat atau daya kekuatan kayu walaupun ia
masih dalam satu jenis. Bereda lokasi alam tentu berbeda pula pusaran energinya. Lokasi alam yang lebih besar
memancarkan energi memungkinkan untuk menambah besarnya energi yang terserap pohon yang tumbuh di
tempat itu.

Faktor Spesifik. Faktor ini lebih sulit diidentifikasi karena untuk pembuktian juga jauh lebih sulit. Yakni karakter
pohon yang banyak menyerap energi alam dan mampu mengikat energi itu dalam waktu yang tidak diketahui
batas waktunya atau relatif permanen. Bahkan pohon yang sudah ditebang pun kayunya masih mampu
menyerap energi alam. Karakternya hampir menyerupai batu alam hanya bedanya benda ini pernah tumbuh dan
hidup dalam waktu yang panjang.

Dapat disimpulkan bahwa kayu yang memenuhi keempat faktor di atas, yakni berasal dari pohon yang banyak
menyerap energi alam, yang tumbuh di lokasi alam berenergi besar dan berusia sangat tua, tetapi mampu
mengikat energi relatif permanen. Akan menjadikannya kayu yang berkhasiat super istimewa atau kayu sangat
bertuah, powerfull. Bagi seseorang yang kurang memahami hakekat alam, bisa saja dengan gegabah
menyimpulkan kayu tersebut dihuni oleh jin atau makhluk halus. Ini pendapat yang konyil sekali. Biasanya
pendapat demikian dari orang yang justru tidak ada kemampuan melihat dan mendeteksi secara metafisis
sebuah kayu. Yang lebih parah pendapat gegabah tersebut diikuti oleh seseroang yang kemudian dijadikannya
sebagai sarana propaganda agama untuk mendiskreditkan orang lain. Dari berbagai uraian di atas adalah
berbagai ragam jenis kayu bertuah yang berasal dari tanah Nusantara ini. Di antaranya berikut ini ;

1. Kayu Setigi Darat/Kastigi

~Efek kerejekian
~Keselamatan

~Ketenteraman

Kayu Setigi Darat/Kastigi

Galih Kastigi Ungu

2. Kayu Setigi Laut/Mentigi/Drini

~Kewibawaan

~Kekuatan

~Anti daya negatif

3. Kayu Mentawa/tawa

~Penetral daya atau getaran negatif

~Penawar racun gaib

~Sangat bagus untuk warangka atau sarung keris, tumbak dsb.


Kayu Mentawa

4. Kayu Lotrok

~Menyembuhkan penyakit akibat daya negatif seperti ; santet, tenung, jengges, guna-guna, pelet,
dsb.

~Mempermudah atau memperlancar bagi wanita yang kesulitan melahirkan anak .

Kayu Lotrok

5. Kayu Tengsek

~Kewibawaan dan kekuatan

~Ditakuti bangsa lelembut dan binatang buas

Kayu Tengsek

6. Kayu Telasih

~Spesial pengasihan secara universal

7. Kayu Kebek/Kebak

~Spesial membuka jalan dan melancarkan rejeki


Kayu Kebek/Kebak

8. Kayu Pronokuning

~Menjaga kesehatan

~Obat penyakit kencing manis

~Anti sariawan untuk anak kecil

~Ketentraman

Kayu Pronokuning

9. Kayu Boga

~Spesial untuk memancarkan ‘aura’ dalam usaha dagang menjadi laris

10. Galih Kelor

~Efek menolak daya atau kekuatan negatif

11. Galih Asem

~Keluhuran atau kemuliaan


~Ketentraman

~Menajamkan indera batin

Galih Pohon Asem Jawa

12. Kayu Kalimasada

~Efek menetralkan segala getaran energi baik positif maupun negatif

~Menambah kewibawaan dan keselamatan

~Penyedot dan penetralisir daya kekuatan musuh

Kayu Kalimosodo

13. Kayu Wanyu

~Efek mendorong ke derajat tinggi

14. Kayu Kalampis Hitam

~Spesial untuk keselamatan secara universal

15. Kayu Songgolangit


~Efek menambah kekuatan jiwa dan raga, lahir dan batin

~Efek positif mendorong pada kemuliaan

16. Kayu Walikukun

~Efek keselamatan universal

17. Kayu Srigading

~Efek menarik rejeki dan kederajatan

18. Kayu Nogosari

~Anti petir

~Meningkatkan kekuatan lahir dan batin

~Efek kewibawaan

~Meningkatkan ketajaman indera batin

Kayu Nagasari

19. Kayu Wide

~Sama dengan efek kayu tengsek

20. Kayu Dewandaru

~Anti daya negatif

~Keluhuran dan kemuliaan

~Kederajatan dan kewibawaan


Kayu Dewondaru

21. Kayu Kengkeng

~Kekuatan lahir dan batin

22. Kayu Santan Brahma

~Sama dengan kayu pronokuning

~Untuk menurunkan darah tinggi

23. Kayu Gaharu

~Ketentraman dan kedamaian

~Mengasapi pusaka

~Merangsang pamor atau kekuatan benda bertuah

~Pengharum ruangan dan menabah kerejekian

~Membantu proses meditasi, samadi, atau tafakur

Kayu Ber-resin Gaharu


24. Kayu Paku Wojo

~Sama dengan kayu

25. Kayu Galih Johar

~Efek ketentraman dan kerluhuran

26. Kayu Munglen/wunglen

~Ketentraman dan keluhuran

27. Kayu Lingga Manik

~Menambah kekuatan batin

~Menajamkan indera batin

28. Kayu Tayuman

~Mempermudah terwujudnya suatu harapan

29. Kayu Cendana

~Efek penguat tuah kayu lainnya

~Ketentraman lair batin

30. Kayu Wigig

~Menambah kecerdasan pikir

~Kebijasksanaan dan keteguhan hati

31. Kayu Liwung

~Keselamatan tanpa kompromi

~Kemuliaan
Kayu Liwung

32. Kayu Menging

~Efek kewibawaan

~Anti hama

33. Kayu Jati Luwih

~Efek kederajatan dan aura ketentraman

34. Kayu Sisir

~Efek sebagai penguat tuah kayu lainnya

35. Kayu Rampung

~Mempercepat terwujudnya suatu cita-cita dan harapan

36. Kayu Rukun

~Sama dengan kayu kebak

37. Kayu Rau

~Spesial anti daya negatif

38. Kayu Sulastri

~Pengasihan

~Keharmonisan rumah tangga

~Kehangatan

~Kesetiaan

~Kebahagiaan

39. Kayu Songo Wojo

~Spesial untuk keteguhan dan keselamatan

40. Kayu Walik Angin

~Untuk mengendalikan gerak angin

~Memindahkan lokasi mendung atau hujan

~Meredakan angin besar seperti topan dan lesus


Kayu Walik Angin

CATATAN PENTING

Kiranya perlu untuk saya sampaikan cara pemanfaat berbagai ragam kayu bertuah seperti di atas
bukan dengan cara menebang pohonnya, kecuali roboh oleh peristiwa alam dan alamiah misalnya
usianya sudah terlalu tua atau mengambil dahan yang patah terkena angin, hujan atau akibat force
major. Hindari pemanfaatan kayu yang diambil dengan cara sengaja menebangnya. Pemanfaatan
kayu dengan cara menebang pohonnya atau sekedar memotong dahannya biasanya akan sangat
mengurangi atau bahkan menghilangkan samasekali keampuhan khasiat kayu-kayu tersebut. Bahkan
untuk beberapa di antaranya kayu seperti kayu Nagasari daya kekuatan dan khasiatnya akan pudar
kemudian hilang dengan sendirinya. Hal itu dapat dijelaskan dengan metode keselarasan dan
harmonika antara manusia dengan alam. Manusia tidak bolek merusak alam dengan alasan apapun.
Apalagi terhadap kayu-kayu bertuah yang biasanya sangat terbatas jumlahnya. Demikian apa yang
dapat saya share kepada sedulur dan seluruh pembaca yang budiman. Dengan harapan ada sedikit
manfaat, menambah khasanah ilmu dan spiritual khususnya yang ada di Nusantara.

Salam karaharjan
Sabdalangit
At Boarding Room
Tulisan dari ‘MENGUNGKAP MISTERI 2012’ Kategori
2012 (4)

Dulur-dulur semua yang budiman


Bulan Suro Culiko sebentar lagi usai. Kelanjutan bulan Suro-culiko, memasuki tahun wawu.

01. Tanggal Masehi : 28 Desember 2011

02. Dina – Pasaran : Rêbo Kliwon

03. Tanggal Jawa : 01 Sapar 1945 – Wawu

04. Tanggal Hijriah : 02 Shafar 1433 (H)

05. Windu-Lambang : Sengårå, Kulawu

06. Nama Wuku : Gumbrêg

07. Môngsô : Kapitu – Palguna (22/11 s/d 02/02)

08. Sadwårå : Wurukung

09. Haståwårå/Padewan : Guru

10. Sångåwårå/Padangon : Dadi

11. Saptåwårå/Pancasuda : Lêbu Katiyub Angin

12. Rakam : Kala Tinantang

13. Paarasan : Lakuning Srêngéngé

Persaingan antara kepentingan politik kian memanas, ketat dan carut marut. Masing-masing
kekuatan jahat mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangi pertarungan. Energi jahat
melawan energi jahat.  Mulut-mulut lebar saling berkoar mencari menangnya sendiri. Sandiwara
politik kian menggemparkan. Akrobat politik semakin menakjubkan. Semua berebut benarnya sendiri,
berebut butuhnya sendiri, berebut menangnya sendiri. Skandal ditutup dengan kasus baru. Kasus-
kasus lama diam-diam disimpan untuk amunisi bila kelak diperlukan. Manusia lupa kemanusiaannya.
Mana sesungguhnya binatang mana sesungguhnya manusia sulit diidentifikasi. Banyak orang lupa
siapa jati dirinya. Skandal ditimbun kasus baru. Gali kasus tutup kasus, gali skandal tutup skandal.
Nasib bangsa ini berada ditangan generasi penerusnya. Kaum intelek dan akademisi, dan semua
yang telah sadar akan jati diri. Yang telah merdeka lahir dan batinnya. Para putra-putri Nusantara
yang telah kenyang akan segala macam ancaman dan intimidasi yang digemari oleh jiwa-jiwa fasis
(termasuk “theo-facism“). Semua itu tak akan pernah ciutkan nyali jiwa-jiwa merdeka generasi
penerus bangsa.
RUNTUH 2012

Menggah ingkang tansah eling lan waspada. Wus akeh pratanda jaman. Suro-culiko, mowo pratondo
jugruging wewangunan. Runtuhnya beberapa jembatan, runtuhnya  tembok pembatas, runtuhnya
tiang pancang, runtuhnya bangunan sekolah, runtuh tebing-tebing bukit menimpa rumah-rumah
warga, runtuhnya pesawat ke belukar hutan, runtuhnya gerbong kereta, runtuhnya kapal besar ke
dasar laut. Gunung-gunung meruntuhkan debu dan laharnya ke daratan. Sungai-sungai meruntuhkan
tebing dan bantaran membawa reruntuhan pasir dan bebatuan.
Kita akan memasuki tahun di mana terjadi fase keruntuhan. Rutuhnya perekonomian nasional dalam
kondisi paling parah sepanjang sejarah, akibat ulah para rampok dan gerombolan kecu kekayaan
negara. Ditambah lagi efek domino runtuhnya perekonomian dunia. Runtuhnya wibawa politik para
penguasa dan wakil rakyat akibat tindakan lacur dan lancung. Runtuhnya kredibilitas penegakan
hukum akibat keberpihakannya pada uang dan jabatan. Runtuhnya kejujuran para pendakwah agama
akibat kepentingan periuk  dan bermodalkan buaian kata-kata. Runtuhnya jiwa-jiwa manusiawi
menjadi angkara murka. Runtuhnya humanisme menjadi sadisme. Runtuhnya adab menjadi biadab.
Runtuhnya moralitas menjadi amoralitas. Read more…

Bahasa Isyarat pada Kucing


Bahasa Isyarat dari Tingkah Laku Kucing dan Warna Bulunya
Kuci
ng, bukan berarti binatang keramat. Namun pada diri setiap makhluk. serta gerak-geriknya
tentu saja memiliki tanda-tanda kekuasaan tuhan yang terangkum dalam bahasa alam. Berikut
ini dapat menjadi contoh tentang warna bulu dan perilaku kucing. Boleh percaya boleh juga
tidak. Anggap saja sebagai intermezo. Walaupun tidak selalu salah, sebab nenek moyang kita
mempunyai kebiasaan melihat, mencermati, lalu menafsirkan berbagai gejala alam (ngelmu
titen). Nenek moyang kita sangat percaya bahwa berbagai gejala alam mengandung pelajaran
(hikmah) yang berharga di baliknya. Sesuatu yang tampak (fisik) menyimpan makna secara
metafisik.

1. Jika memandang tanpa berkedip kepada si majikan, yang memelihara akan memperoleh
rejeki.
2. Jika duduk tidak bergerak di hadapan majikan, maka yang memelihara akan memperoleh
anugrah.
3. Jika tidak pergi dari sudut rumah atau bertempat di situ, pertanda si majikan akan
memperoleh keuntungan. Jika bertempat tinggal secara bergantian dari empat sudut rumah,
pertanda si majikan akan memperoleh anugrah besar.
4. Jika tidur di atas ikat kepala, sorban, iket, baju majikan, maka yang memelihara akan
memperoleh uang halal.
5. Jika kucing bergulung akan mendapat fitnah dari orang.
6. Jika menunjukkan kukunya kepada si majikan, menjadi pertanda akan ada penjahat yang
menginginkan harta benda si majikan.
7. Berbulu putih dan pada bagian dada sampai punggung ada warna hitam (tembong)
namanya kucing sanggabuwana. Tidak baik dipelihara, yang memelihara selalu menderita
sakit.
8. Berbulu hitam mulus dan panjang ekornya, namanya kucing putrakajantaka, tidak baik
dipelihara. Berwatak selalu menumpahkan darah. Si pemeliharanya sering memperoleh
musibah.
9. Berbulu kembang asem, attau coklat muda, panjang ekornya/bundel. Namanya kucing
bramapati. Bersifat tidak baik yang memelihara sering kehilangan dan boros. Akan tetapi jika
ekornya bundel, dan ekornya berwarna bule ada juga baiknya. Walau yang memelihara boros,
tetapi berwatak menuntut pada kebaikan.
10. Kucing yang berbulu apa saja tetapi di bagian kepala, dada serta punggungnya ada usar-
usarnya, namanya kucing candramawa. Bersifat amat baik, si pemelihara akan memperoleh
keuntungan serta kemuliaan.
11. Kucing yang bisu, berwarna apa saja, namanya wisnutapa. Bersifat baik, yang
memelihara akan tercapai segala yang diinginkannya serta mendapat keselamatan.
12. Kucing yang ke empat buah kakinya berwarna hitam, namanya witanaba. Bersifat baik
yang memelihara memperoleh keselamatan.
13. Kucing yang keempat telapak kakinya dapat mencapai kepala, namanya kusumawibawa,
bersifat baik, yang memelihara akan banyak memperoleh rejeki.
14. Kucing yang berwarna hitam, lambung kiri tembong putih, namanya wulantumanggal.
Bersifat baik, si pemilik akan memperoleh apa yang diinginkah serta memperoleh
keselamatan.
15. Putih warnanya, kepala sampai dada ada galer atau garis berwarna hitam, namanya
janggamengku, bersifat baik, si pemelihara akan memperoleh banyak keberuntungan dan
keselamatan.
 MENGUNGKAP MISTERI 2012
MISTERI 2012
(Seri 1)

Para pembaca yang budiman, tulisan ini sengaja


saya sampaikan secara serial, karena mengingat panjangnya pembahasan dan seiring dengan
proses vision yang masih berlangsung secara terus menerus akan sesuatu hal yang bersifat
futuristic. Tujuan utamanya, agar kita sama-sama saling mengingatkan, untuk selalu eling
dan waspada, sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang lolos seleksi alam.
Menghadapi zaman dahuru, akeh hera-heru, jalma manungsa kadya gabah den interi
manggih kingkin, wolak-waliking jaman, emas katon saloka, saloka katon emas. Ana setan
riwa-riwa memindha manungsa anggawa agama. Yoiku kahananing jaman wis ngakir,
sileme prahu gabus, wis ginaris ing Hyang Widhi, sing sapa tansah eling lan waspada, kang
setya budya bakal manggih wilujeng. Ing kono dadi jamane budha (gamabudhi) kang
pungkasan.

Misteri 2012 terasa bagai gejala yang mengetuk pintu hati dan meminta perhatian dengan
pemikiran-pemikiran yang jernih, kebersihan hati dan kebeningan jiwa. Tujuan tulisan ini
bukan lain untuk menciptakan sikap pembaca yang investigative, intuitif, untuk membantu
siapapun berpikiran terbuka dalam mengekplorasi misteri 2012 secara efisien, menyeluruh
dan dari sejumlah sudut pandangan yang berbeda-beda.

Saya pribadi kadang masih berfikir apakah menjadi suatu hal yang blunder, menyesatkan,
bila kita membuat suatu pandangan tentang keadaan apa yang akan terjadi pada saat dan
setelah 2012. Namun demikian, intuisi demi intuisi, perlambang demi perlambang bahkan
sebuah “kabar gaib” yang sempat saya dapatkan secara tak sengaja mengenai gambaran 2012.
Hati nurani saya justru mengajak untuk berbagi info dan mendiskusikan dengan rekan-rekan
terutama yang memiliki minat dan perhatian pada hal yang sama. Dengan pertimbangan,
semakin kita arif dan bijak mensikapi segala kemungkinan yang akan terjadi 2012 akan
membuat diri kita lebih hati-hati, eling dan waspadha menjalani kehidupan mendatang yang
penuh misteri. Tentu saja harapan kita semua pada 2012 adalah keadaan yang lebih baik dan
positif dari sebelumnya. Namun begitu kita harus siap mengantisipasi segala kemungkinan
buruk yang akan terjadi. Semampu

kita, dan kita upayakan secara maksimal. Soal ketentuan akhir sudah ada Kekuatan Maha
yang menentukan.
Taruhlah kejadian yang diprediksi ribuan futurolog dan visioner dunia itu benar-benar akan
terjadi pada 21-12-2012, lantas bagaimana kita mensikapi segala kemungkinan yang akan
terjadi itu ? Kita tentu saja dihadapkan pada dua pilihan, pertama; menunggu peristiwa
dengan sikap apatis, dan hanya berdiri sebagai penonton yang sewaktu-waktu harus siap
menjadi korban apa yang ditontonnya ? Atau kedua ; kita memilih bersikap antisipasi,
mempersiapkan diri akan segala kemungkinan itu dengan daya upaya maksimal sebisa kita
lakukan. Artinya kita tidak apatis, tetapi berusaha memecahkan misteri sebisanya agar supaya
kita dapat menentukan langkah positif apa yang harus kita lakukan. Lebih dari itu agar kita
menjadi lebih peka, responsive, dan secara kreatif terlibat dalam kemungkinan-kemungkinan
yang akan terungkap di sekitar kita. Siapa tahu, sejak 2012 adalah realitas yang selama ini
masih menjadi rahasia besar akan terungkap. Entah hal itu mengenai realitas sosial-ekonomi,
sains, teknologi, maupun noumena (realitas transenden) yang ada di luar diri kita, meliputi
system kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dunia selama ini. Semuanya tidak mustahil
akan terjadi.

MY ESTIMATION
Namun bagi saya pribadi memahami bahwa “kiamat” yang diprediksi terjadi 2012
merupakan sebuah peristiwa besar yakni evolusi kesadaran manusia akan fenomena dan
noumena yang ada dan sesungguhnya terjadi di sekeliling kita. Kejadian-kejadian yang akan
menimpa alam semesta, hanyalah percikan dari realitas yang sesungguhnya ada dan
sebenarnya terjadi di dalam jati diri kita, dan di luar diri kita (transenden). Perubahan dan
peristiwa yang terjadi dalam alam semesta adalah peristiwa dan perubahan yang terjadi pada
jati diri kita. Karena manusia dengan alam semesta sesungguhnya bukanlah dua benda
(makhluk) yang berbeda dan terpisah, hakekat materi dan unsur-unsur keduanya adalah satu
dan sama. Hanya wujud kulitnya saja yang berbeda.
Religi pun terlalu menggeneralisir ===jika tak mau disebut menyederhanakan=== persoalan-
persoalan jagad raya yang teramat sangat kompleks ini. Maka peristiwa 2012 pun tak bisa
dijawab dengan tuntas oleh dogma. Sebuah misteri ada pada 2012 merupakan siklus 26.000
tahun di mana terjadi sebuah siklus besar galaktika. Keterbukaan sikap kita, akan membawa
pada pandangan yang lebih luas yang lengkap dengan dimensi aktif, kasat mata, melengkapi
energy yang sudah ada sebelumnya.

Bukankah selama ini antara jati diri manusia dengan “jati diri” alam semesta telah bercerai
dan terpisah dalam jarak yang teramat jauh. Manusia bahkan merasakan alam semesta
bukanlah jati dirinya. Semua berawal dari kehendak manusia yang bertolak-belakang dengan
kehendak alam semesta. Maka misteri 2012 bisa jadi merupakan saat di mana akan
terungkapnya misteri kekuatan kosmos yang selama ini tak pernah dibayangkan oleh sains
dan teknologi modern maupun ajaran dan pandangan agama. Manusia menyaksikan sendiri
apa-apa yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Segala hal yang selama ini kita yakini dan
percaya, mungkin saja belum apa-apanya dibanding kenyataan yang akan disaksikan oleh
mayoritas makhluk planet bumi pada 2012 dan setelahnya. Hal ini selanjutnya saya istilahkan
sebagai “evolusi kesadaran” manusia dari manusia kesadaran rendah menuju manusia
kesadaran lebih tinggi. Segalanya mungkin saja terjadi sebab Tuhan Mahaluas tiada batasnya.
Sehingga dapat dikatakan 2012 sebagai proses seleksi alamiah. Hanya orang-orang yang
eling dan waspada yang akan “lahir” menjadi manusia generasi baru, menjadi “adam-adam”
baru manusia yang sudah berhasil menjalani proses evolusi, dari kesadaran rendah, insting
dasar hewani (lymbic section) menjadi manusia kesadaran rasasejati. Evolusi dari binatang
bertubuh manusia menjadi manusia bertubuh manusia. Atau bahkan perjalanan evolutif
manusia bertubuh manusia menjadi malaikat bertubuh manusia, dewa bertubuh manusia, nur
sejati berbalut manusia. Munculah manusia-manusia berperadaban baru, yang meninggalkan
“prinsip” homo homini lupus. Agama sebagai system kepercayaan dan merupakan bagian
dari peradaban manusia akan mengalami evolusi frontal, menjadi kesadaran spiritual yang
universal. Lalu semakin berakhirlah konflik memperbutkan “kulit” agama.

Jika demikian keadaannya, maka siklus galaktika 26.000 tahun adalah proses alam semesta
untuk me-resetting kehidupan planet bumi kembali ke starting point. Manusia dipaksa
kembali ke dalam koridor hukum dan irama alam. Menjadi manusia yang sinergis dan
harmonis kembali dengan lingkungan alam. Lahirlah manusia-manusia baru hasil seleksi
alam, sebagai manusia dengan jiwa spiritual tinggi yang tidak lagi terjebak oleh
kebodohan/kejahiliahan. Jika “kiamat” merupakan suatu kehancuran, maka yang hancur
bukan buminya, melainkan segala hal yang selama ini telah keluar dari kodrat/hukum jagad
raya. Yang tersisa tinggalah segala sesuatu yang masih melekat dalam kodrat alam. Cara kita
melekatkan diri pada kodrat alam, tentu saja dengan cara eling dan waspada. Di luar itu, kita
akan menjadi manusia-manusia yang menentang kodrat alam. Pastilah tergilas oleh kekuatan
kosmik misterius (Kiamat) yang sewaktu-waktu terjadi.

KiAmat dan NyiAmat telah lama “bercerai”, kini pasangan itu akan rujuk kembali pada saat
hitungan weton terbaik yang telah lama ditentukan yakni 2012. Selanjutnya berbahagialah
menjadi sebuah pasangan yang harmonis dan dinamis. Antara jati diri manusia dan jati diri
alam semesta. Semoga diberkahi Gusti Ingkang Murbeng Gesang. Selamat datang Ki-Amat,
Nyi-Amat telah lama merindukanmu untuk bersatu kembali !!!

Berlanjut…..

Misteri 2012 (seri 2)


MISTERI 2012

(seri 2)

HARI PEMBALASAN (HISAB)

Terdapat banyak sekali gagasan dari para futurolog dan visioner tentang apa yang kita
harapkan dengan semakin dekatnya akhir kalender Maya tepatnya tahun 2012. Mayoritas
pengamat merasa bahwa akan ada kejadian luarbiasa yang penuh misteri. Sesuatu akan
terjadi, namun sulitnya memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi nanti. Segala macam
peristiwa mungkin saja terjadi bahkan di luar apa yang dapat kita bayangkan, yang akan
menimpa tatasurya jagad raya, di mana planet bumi merupakan bagian sangat kecil bagai
debu di antara gugusan galaktika. Sementara itu, waktu terus bergerak linier, saat ini pada
angka 2009 artinya  semakin mendekati angka 2012 tak terasa kurang lebih hanya tinggal 3
tahun lagi. Lantas hal yang paling bijak kita lakukan adalah mencermati apa-saja yang
tampak dan bisa dilihat sebagai gejala atau fenomena yang mendekati dan mengarah pada
berbagai prediksi. Kenapa kita perlu prediksi ? Saya kira kita paham bahwa menempuh
menjalani kehidupan ini selalu menggunakan prediksi untuk menentukan langkah-langkah
hari ini, menuai hasil di hari esok. Sebab pada dasarnya hidup ini adalah hari pembalasan,
hari penghitungan atau khisab. Tak perlu menunggu 2012, dan tak perlu menanti hari
“kiamat” karena apa yang kita alami hari ini merupakan buah khisab dari apa yang kita
lakukan hari kemarin, minggu lalu, bulan lalu atau tahun yang lalu. Hukum sebab akibat atau
karma merupakan buah dari adanya hari pembalasan atau khisab.
MISTERI KELENDER & PERADABAN MANUSIA

1.Kalender Bangsa Maya

Sebelum abad ke 20 sejak ditemukannya sistem kalender Masehi, sistem kalender Maya
tampaknya menjadi metode paling canggih dalam menelusuri jejak langkah galaktika yang
teramat luas. Bahkan saat ini kalender Maya modern tetap mengikuti waktu galaktika seperti
semula, tetapi juga mengikuti kalender waktu lokal seperti sistem yang diwartakan ilmuwan
astronomi sekelas Michael D Coe.  Bahkan Coe sangat kagum dengan kalender yang dibuat
bangsa Maya hingga ia katakan,”tidak terpeleset satu hari pun selama 25 abad lamanya.
Seperti kita ketahui, kalender Masehi menggunakan siklus matahari dan bulan,  sementara itu
kalender Maya membuat kesadaran kita menjadi lebih terbuka lebar sebab bangsa Maya
menerapkan konfigurasi ruang angkasa yang langka dari sistem tata surya; matahari, planet
kita, dengan pusat galaksi kita. Sebuah konfigurasi yang hanya terjadi sekali setiap periode
26.000 tahun lamanya.

Bagi sebagian pengamat terutama dalam pandangan tradisional tentang sejarah dan budaya,
peradaban Maya merupakan sebuah anomali. Catatan arkeologi menunjukkan bangsa Maya
pertama muncul secara “tiba-tiba” pada lebih dari 1,5 juta tahun lalu. Suku bangsa Maya
bertempat tinggal di area terpencil di mana sekarang dikenal sebagai semenanjung Yucatan
Mexico, Guatemala hingga mencapai beberapa wilayah Honduras dan Belize. Tak
seorangpun dan satupun teori yang dapat menjelaskan secara akurat dan pasti akan “teka-teki
Maya”. Secara demografis dan sosiologis, mengesankan ekslusifisme teknologi Maya, yang
tidak terjamah oleh peradaban suku bangsa lainnya. Para ahli sejarah, arkeologi, antropologi
dan sosiologi tidak menemukan jejak suku bangsa dan kebudayaan lainnya yang sejalan dan
sepadan dengan suku bangsa Maya. Hanya saja, secara tipologis dan karakteristik suku
bangsa Jawa memiliki kemiripan dalam tradisi falsafah kosmologis dan keunikan “teknologi”
kuno yang dimilikinya. Bahkan dalam penelitian paling mutakhir dan mendapat legitimasi
dari berbagai ahli sejarah dan arkeologi dunia, the loss of world atau “Benua Atlantis yang
hilang” jejak-jejak sejarah dan arkeologinya 90 % mengarah kepada pulau Jawa dan
kepulauan Nusantara ini.

Kembali kepada wacana peradaban Maya, di mana teknologi kuno tentang ilmu astronomi-
kosmolgis mengesankan keberhasilannya mengembangkan teknologinya. Suku Maya telah
siap dengan teknologi maju, namun mereka tidak mengembangkannya dalam periode sangat
panjang. Charles Gallenkamp membuat kesimpulan ironi kehadiran bangsa Maya. Dikatakan
bahwa salah satu misteri arkeologis paling misterius tradisi suku Maya yang pernah diungkap
tetap saja masih terselubung rahasia secara mendalam dan penuh multi tafsir. Banyak
pertanyaan keluar dari pemikiran para ahli sejarah dan arkeologi, “Mengapa peradaban yang
begitu kuat dimiliki bangsa Maya sepertinya harus menghilang begitu saja ?”. Apa yang
membuatnya hilang ? Apakah peristiwa besar yang menimpa planet bumi ini, termasuk
peristiwa zaman es yang hadir secara tiba-tiba akibat perubahan magnet bumi dan tatasurya ?
Pertanyaan yang teramat sulit untuk dijawab. Namun sebagai manusia, kita tak bijak hanya
cukup mengucapkan kalimat, ”Tuhan Maha tahu segalanya !” Lantas kita berhenti
menemukan jawabannya.  Sebab, karakter demikian hanya membuat ilmu pengetahuan
menjadi stagnan dan diri kita menjadi pribadi yang apatis dan fatalistis. Jawaban tidak harus
ditemukan secara pasti dan gamblang, kita hanya butuh prakiraan lebih jelas yang dijadikan
patokan untuk berbuat dan bertindak apa dan bagaimana jika perubahan dahsyat di luar
realitas dan kepastian sepanjang sejarah peradaban manusia nantinya akan benar-benar
terjadi.
2.Kalender Suku Jawa

Apapun tema perdebatan para ahli tentang 2012 melalui


kacamata kalender Maya, harus melihat dan mengakui pencapaian peradaban Maya seperti
pada artefak tunggal yang paling canggih dibanding lainnya. Yakni, kalkulasi mereka yang
sulit tertandingi tentang siklus kosmis dan waktu. Walau sebagian para ahli sejarah dan
arkeologi di belahan Eropa-Amerika mensinyalir bahwa penanggalan paling tua bukan
dilakukan oleh bangsa Maya yakni sejak 5000 th yang lalu, tetapi dilakukan oleh manusia
penghuni Benua Atlantis yang hilang yang kini disinyalir kuat sebagai peradaban manusia di
Nusantara tepatnya wilayah seputar pulau yang hilang, yang kini berada di dasar lautan di
sekeliling pulau Jawa.  Bahkan beberapa berani menyimpulkan kalender suku Jawa paling tua
di dunia karena sudah ada sejak 15.000 tahun lalu atau sekitar 13.000 Sebelum Masehi. Soal
kebenarannya saya kira memang sangat sulit diverifikasi, karena rentang waktu yang teramat
jauh mundur ke belakang di mana peradaban manusia di planet bumi waktu itu, diraba-raba
oleh para ahli zaman sekarang dianggap masih sangat primitif. Kini, kalender 15.000 tahun
lalu masih menjadi kegiatan penelitian dan perdebatan para ahli. Argumen para ahli yang
mengarah pada kalender Jawa 15.000 tahun lalu, berpijak pada peradaban manusia purba
cikal bakal manusia planet bumi, yang terdiri dari 5 ras besar di dunia. Salah satu ras tersebut
adalah bangsa Jawa tertua yakni Phitecanthropus Palaeo Javanicus disinyalir hidup sejak 2
juta tahun silam, hingga terjadi loncatan peradaban sejak Phitecanthropus Erectus 800.000
tahun silam yang fosilnya ditemukan di desa Sangiran di sekitar sungai Bengawan Solo.
Masih banyak lagi di antaranya Pithecanthropus Mojokertonsis, Homo Wajakencis, dan
kelompok Meganthropus. Yang terakhir, peradaban mereka sudah mulai sejajar dengan
manusia modern Homo Sapiens. Sejak itu dikatakan terjadi evolusi peradaban manusia secara
frontal (walau belum termasuk kategori revolusi kesadaran).

Kalender yang tak kalah rumitnya dengan kalender Maya adalah kalender seperti yang dibuat
oleh nenek moyang suku bangsa Jawa. Kita mengenal sistem penenanggalan Jawa dengan
menggunakan siklus matahari dan bulan sebagaimana kalender Masehi, namun terdapat
penggabungan siklus perbintangan yang tidak lain adalah planet-planet galaktika yang lebih
rumit dibanding sistem horoskop maupun sistem sio. Kita kenal dalam tradisi kalender Jawa
mencakup beberapa elemen siklus : Dina (siklus matahari), Wulan (siklus rembulan),
Pasaran (siklus 5 hari), Windu (siklus 8 tahunan), Paarasan, Pancasuda, Pranata Mangsa,
Padangon, Mangsa Kala, Kurup, Lambang Windu, Lambang Taun, Kumarane, Wuku,
Lintang, Padewan, Paringkelan, Lambang Dina, Pancasuda, Kamarokam, Watak sasi,
Watak Dina dan seterusnya merupakan siklus yang sangat rumit berdasarkan siklus-siklus
planet dan persilangan di antaranya yang njlimet di antara gugusan galaktika. Kalender suku
bangsa Jawa dikenal pula mengandung misteri besar makrokosmos dan mikrokosmos yang
tidak mudah dipahami sekalipun oleh para ahli astrologi Barat.  Kalender Jawa memang tidak
terlalu memfokuskan diri pada pandangan futurologis, namun kalender Jawa secara komplit
mencakup berbagai ilmu misalnya pertanian, kelautan, iklim, musim, perbintangan, ilmu
hama dan penyakit, bahkan mampu merefleksikan karakter, peruntungan dan nasib
seseorang. Meskipun demikian, cakupan kalender Jawa tentang keadaan di masa yang akan
datang, tetap saja dibahas secara khusus, dalam berbagai serat dan jongko yang ditulis  oleh
para futurolog dan visioner Jawa di masa silam. Hal ini akan saya bahas pada serial terakhir
tulisan Misteri 2012 ini.

LONCATAN PARADIGMA

Hal yang perlu dicatat bahwa setiap perubahan besar peradaban manusia dicapai bagaikan
loncatan paradigma yang memiliki kesenjangan jauh dengan peradaban sebelumnya. Apakah
peristiwa loncatan paradigma, atau evolusi peradaban manusia yang terjadi secara cepat ini
selanjutnya diistilahkan sebagai lahirnya manusia Adam, sebagai manusia pertama mengawali
kesejetian jati diri manusia  ? Entahlah, di sini saya tidak bermaksud membahas hal itu. Justru
yang menjadi tanda tanya besar adalah, apa yang menyebabkan terjadinya perubahan besar
dengan disertai kesenjangan yang besar pula dengan peradaban sebelumnya ? Seolah-olah
pernah terjadi mata rantai yang terputus (missing link) perubahan demi perubahan peradaban
manusia. Jangan-jangan peristiwa itu disebabkan oleh kekuatan kosmis yang sangat dahsyat
yang menyebabkan peradaban sebelumnya runtuh dan lenyap (walau tidak dibarengi dengan
punahnya kehidupan manusia). Bisa jadi, peristiwa makrokosmos yang begitu dahsyat
menyadarkan manusia (mikrokosmos) akan adanya realitas baru yang membuat mata
terbelalak, menyadarkan bahwa realitas yang selama ini dipahami oleh ilmu pengetahuan,
sains dan teknologi, kebudayaan, bahkan tidak menutup kemungkinan agama adalah sebuah
realitas yang berproses. Atau nukilan realitas yang kebenarannya tidak mutlak. Dengan kata
lain realitas itu tak ada selesainya oleh karena kebenaran yang realistis di jagad raya ini
mungkin hanya berlaku bagi realitas perubahan yang dinamis. Jika demikian halnya, maka
layak dikatakan bahwa, ”kebenaran sejati bagaikan cermin yang pecah berantakan,
selanjutnya ajaran, agama, ilmu pengetahuan, sains, teknologi, kebudayaan, masing-masing
memungut satu keping di antaranya”. Akankah 2012 menjadi tonggak sejarah baru, dengan
runtuhnya peradaban lama dan dimulainya peradaban manusia baru, kesadaran realitas yang
samasekali baru ? Seperti halnya badai matahari yang ditandai dengan “matahari sunyi” atau
lidah api yang berhenti sejenak pertanda dimulainya badai lebih besar dan dahsyat ? dan
akankah kejadian mahadahsyat akan menimpa bumi (makrokosmos) sehingga terjadi sebuah
revolusi kesadaran yang membawa pada evolusi frontal peradaban manusia (mikrokosmos).
Perubahan baru yang benar-benar mereduksi peradaban yang telah lalu ? Mari, kita saksikan
bersama apa yang akan terjadi, tentu saja dengan bekal yang memadai memasuki tahun yang
kini tengah menjadi perhatian serius masyarakat planet bumi. Agar supaya kita lebih winasis
mengambil sikap.

Berlanjut…..

MISTERI 2012 (Seri 3)


Kunci penunjuk waktu galaktika bangsa Maya adalah Kalender Sakral yang disebut tzolkin (hitungan
siklus 260 hari). Tzolkin bersilangan dengan Tahun Samar (kelender 365 hari). Kedua kalender tersebut
berjalan sejajar seperti rel, tetapi pada suatu ketika kedua titik rel ini akan bertemu dalam waktu yang
disebut “hari yang langka” yakni terjadinya pertemuan antara “kalender sakral” dengan Tahun Samar.
Peristiwa yang teramat langka menandainya sebagaai siklus besar 52 tahunan. Namun peristiwa
galaktika ini masih merupakan “Siklus Besar” yang terakhir terjadi pada tahun 3114 SM. Ini
merupakan waktu perkiraan dalam hiroglif bangsa Mesir pertama, dan akan berakhir pada 21-12-2012
Masehi di mana matahari berada pada posisi langsung dengan ekuator dari galaksi Bimasakti.

Dr. Jose Arguelles, ahli bidang kosmologi Maya, sub siklus yang di mulai 1992 merupakan milenium
baru. Di mana ditandai oleh teknologi yang harmonis antara ekologi dan nonmateri. Hal ini dapat kita
buktikan dengan kemajuan dunia di bidang komputerisasi, untuk melengkapi masyarakat dengan
informasi baru yang memusat. Saat itu ditemukannya teknologi komputer multi media, dan jaringan
internet mulai dibuka untuk pelayanan umum oleh Pentagon. Diyakini para ilmuwan bahwa milenium

baru akan berlangsung sangat pesat dan singkat selama 20 tahun hingga fase itu berakhir pada tahun
2012.

Dengan menggunakan teknologi komputer, seolah menjadi bekal manusia untuk memasuki saat-saat
berat, agar mengetahui sebagian apa yang akan terjadi pada 2012 supaya dapat melakukan berbagai
persiapan-persiapan yang diperlukan. Bahkan sejumlah kalangan mengingatkan kalender Maya akan
segera berakhir pada 2012, mungkin bertepatan dengan sejumlah peristiwa kosmis (luar angkasa) yang
sangat dahsyat. Mungkin akan membawa dampak bahaya besar pada kehidupan di planet bumi. Seperti
yang diungkapkan pada majalah elektronik yang berbasis di India, memuat artikel pada 1 maret 2005
menjabarkan hasil dari Model Komputer Hyderabad (MKH) mengenai perubahan kutub yang
bersesuaian dengan akhir penanggalan kalender. Model Komputer membuat memprediksi terjadinya
pembalikan kutub magnetis pada bumi dan matahari beresiko dapat mengakhiri peradaban manusia
pada 2012. Hampir senada dengan Greg Braden yang memprakirakan kejadian yang luar biasa.
Menyatakan bahwa,”Model komputer itu memprediksi akan terjadinya pembalikan kutub magnetis
pada bumi dan matahari, menjelaskan skenario paling buruk akan apa arti dunia tanpa magnet, yang
dapat mengakhiri peradaban manusia planet bumi pada 2012.

Greg Braden, menggunakan perwujudan dan prediksi bangsa Maya sebagai titik awal, untuk
mengekplorasi kemungkinan bahwa 2012 akan membawa pembalikan kutub magnetik bumi dan
matahari yang dapat mengahiri peradaban manusia. Braden melengkapinya dengan bukti-bukti ilmiah

mengindikasikan badai matahari yang berhenti sejenak (matahari sunyi senyap) sebagai titik akhir dari
siklus kemagnetan planet terjadi pembalikan kutub magnet, sekaligus mengawali siklus baru yang
mungkin akan terjadi chaos (kekacauan) tatasurya. Salah satu kejadian alam yang mungkin terjadi 2012
adalah badai matahari yang sunyi senyap. Untuk mendukung prediksinya, Braden menarik bukti fisik,
teori kuantum, dan adanya kecenderungan sejarah pembalikan pembalikan kutub, untuk mengukur
kemungkinan destruksi secara masif dalam tatasurya, bahkan kemungkinan adanya realitas (fenomena
alam) yang sama sekali baru yang terjadi pada 2012. Tepatnya 21-12-2012 sebagai titikbalik matahari.
Lantas apa makna di balik semua itu ? Kiranya masih merupakan misteri besar. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, bagi Greg kita harus melintasi batas tradisi yang telah memisahkan ilmu
pengetahuan, agama, spiritualitas, dan sejarah. Lalu persiapkanlah diri anda untuk menyambut dan
menerima sumber pengetahuan yang begitu melimpah ke dalam kearifan global -universal yang sama
sekali baru.

GEJALA PERUBAHAN MAGNET BUMI

Salah satu yang paling pasti di dunia ini adalah eksistensi magnet bumi yang berada di kutub utara dan
selatan bumi. Pertukaran posisi kedua kutub (flip-flop) menyimpan alasan misterius yang sangat sulit
dipahami. Namun demikian pertukaran kutub ini bukanlah sesuatu yang tak pernah terjadi. Bahkan
dalam catatan jejak sejarah perilaku makrokosmos, pertukaran kutub sudah tercatat pernah terjadi
beberapa kali secara rutin dalam rentang waktu yang sangat panjang. Setidaknya, selama bumi ini ada,
dapat dicatat terjadi 171 kali peristiwa pembalikan kutub magnetis dalam kurun waktu 76 juta tahun.
Empat belas kali terjadi selama 4.5 juta tahun terakhir. Artinya, terjadi peningkatan intensitas pada
kurun waktu terakhir. Adapun gejala-gejala yang dapat disinyalir sebelum terjadinya pembalikan kutub
magnetis bumi dan matahari adalah sbb :

Sering terjadi perubahan cuaca secara mendadak. Fenomena ini tentu dapat kita rasakan bersama saat
ini. Jika kita menggunakan indera batin untuk menajamkan indera perasa, kita dapat merasakan
perubahan suhu udara yang berubah-ubah, naik-turun dalam hitungan menit, dan puluhan menit saja.

Melemahnya medan magnet bumi secara cepat. Sebagaimana dijelaskan oleh New York Time pada 4 Juli
2004, merespon terjadinya pembalikan kutub magnetis secara serius. Sebab runtuhnya medan magnet
bumi yang menuntun planet bumi beserta seluruh makhluk penghuninya sudah mulai terasa sejak 150
tahun lalu. Hal itu didasarkan pada pengukuran geologis, yang mengindikasikan magnet bumi tengah
mengalami penurunan secara drastis dari puncak intensitas magnetiknya sejak 2000 tahun lalu.
Penurunan itu kini telah mencapai prosentase lebih dari 38%. Bahkan dalam kurun waktu 100 tahun
terakhir, jagad raya telah kehilangan daya magnetnya sebanyak 7%. Perubahan magnet tersebut
disinyalir menjadi penyebab terjadinya pergeseran-demi pergeseran milyaran benda-benda angkasa
termasuk planet bumi dan asteroit besar dari pusat orbit semula. Dalam kasus penemuan bangkai
mammoth berbulu (gajah purba) di Siberia mengindikasikan pada saat itu telah terjadi peristiwa kosmos
yang sangat dahsyat. Bumi mengalami penurunan suhu secara drastis hingga mengalami kebekuan
secara tiba-tiba. Hal itu dilihat dari gejala yang ada pada binatang mammoth yang membeku. Mammoth
disinyalir mengalami kematian mendadak karena terperangkap oleh peristiwa pertukaran kutub yang
mengakibatkan pembekuan bumi secara tiba-tiba. Sehingga terdapat makanan terakhir yang belum
habis terkunyah dalam mulut mammoth masih dalam keadaan utuh, tidak membusuk.

Badai Magnetik Matahari. Peristiwa badai magnetik matahari dalam kurun waktu paling dekat
disinyalir telah terjadi pada tahun 1986 dan bulan Mei tahun 1996 lalu dan NASA berhasil menangkap
gejala pengulangan badai matahari pada 10 Maret tahun 2006. Badai magnetik matahari ditandai
dengan titik-titik putih pada permukaan matahari. Badai matahari ditandai dengan matahari “sunyi”
saat di mana titik-titik matahari dan solar yang selalu bergolak berhenti sejenak, seolah menjadi “sunyi
senyap”. Hal ini disebut sebagai “matahari sunyi” ditandai sebagai akhir dari suatu fase siklus.
Berakhirnya satu siklus berarti dimulainya siklus baru. Sehingga peristiwa matahari sunyi, merupakan
awal dari siklus baru badai magnetik matahari yang disinyalir akan menjadi 30-50% lebih kuat dan
dahsyat dari sebelumnya. Menurut david Hathway (NSSTC: National Space Science and Tachnology
Center USA) atau Badan Antariksa Amerika, setuju bahwa titik-titik matahari akan berakumulasi
menjadi titik yang lebih besar. Gerakan energinya bagaikan gerakan bom atom, setiap partikel yang
meledak akan memancarkan partikel lebih banyak lagi. Masing-masing pecahan partikel akan pecah
menjadi berlipat ganda. Begitu seterusnya yang terjadi pada titik-titik badai magnetik matahari.
Barangkali peristiwa ini akan mengulang peristiwa 1958 saat terjadi badai magnetik matahari yang
mengakibatkan cahaya udara (aurora borealis) yang menyinari langit malam di Meksiko selatan. Hanya
saja, peristiwa berikutnya, jika prediksi NCAR tepat, peristiwa itu akan terjadi pada 2012, dan akan
jauh lebih dahsyat lagi (maksimun solar). Sepertinya bersamaan dengan perhitungan kalender Maya
tentang posisi galaktika matahari. Peristiwa ini tentu belum pernah terjadi, sekalipun memanfaatkan
berbagai perlengkapan sains dan teknologi, kita semua tidak tahu akibat apa yang akan terjadi, jika
peristiwa yang “menakjubkan” itu akan benar-benar terjadi.

Arti dari semua bahasan di atas, bahwa dalam ruang jagad makrokosmos, kini tengah berproses
terjadinya gejala perubahan magnetik galaktika yang mungkin akan berpuncak pada 2012. Meliputi
gugusan milyaran bintang, matahari, bumi, asteroit, dan planet-planet angkasa luar. Kekuatan magnet
adalah kunci utama terjadinya siklus tata surya, orbit asteroit, tatanan galaktika yang melimputi
beberapa galaksi Andromeda, Bimasakti dan seterusnya. Apa yang akan terjadi pada diri manusia
sebagai wujud mikrokosmos, apabila terjadi perubahan magnetik makrokosmos ?? Pertanyaan ini saya
ajukan berkenaan dengan MANUSIA sebagai MIKROKOSMOS tentu saja sangat erat berkaitan dengan
segala macam peristiwa MAKROKOSMOS. Jika anda masih meragukannya, dapat anda buktikan
melalui perhitungan astronomi para pendahulu kita yang berhasil menjabarkan hubungan perubahan
konfigurasi galaktika dengan karakter pribadi setiap manusia. Pengaruh itu kemudian dikenal dengan
nama ilmu astrologi yang dapat membaca perwatakan atau karakter setiap individu. Kita mengenal
perbintangan, sio, pawukon, windu, pancasuda, tahun, bulan, pekan, pasaran, hari, padangon, paarasan,
hari Jawa, musim, pranata mangsa, dan seterusnya. Semua itu sebagai keberhasilan manusia dalam
mengenali jati diri dan “jati diri” alam semesta, dalam hal ini hubungan antara mikrokosmos yang
berhubungan erat dengan makrokosmos. Jika diajukan pertanyaan, apa yang menyebabkan eratnya
hubungan manusia dengan jagad raya ? Jika anda menjawab : Tuhan ! Jawaban ini terlalu polos dan
masih bersifat “kamuflase” saja. Tentu hal itu merupakan jawaban universal yang tak perlu disanggah
dan semua orang saya kira sudah paham. Namun jawaban demikian tak ubahnya jawaban seorang anak
setingkat Taman Kanak-Kanak yang akalnya masih dangkal. Jika dilakukan orang dewasa justru
menjadikan pintu hatinya tertutup untuk menerima ilmu-ilmu pengetahuan baru, karena sudah
terlanjur “asyik” tercengkeram oleh rasa takut, dan selalu bergejolak oleh iming-iming “angin surgawi”.
Inilah pintu masuk menuju gerbang fanatisme. Jika terlalu bersikap fanatis, hal itu akan menjadi
boomerang membutakan mata kita akan suatu realitas di luar dugaan manusia seluruh planet bumi
selama 2500 tahun. Bahkan sikap fanatisme secara tidak disadari justru akan mereduksi kemahaluasan-
kemahabesaran Tuhan. Padahal Tuhan itu tan kena kinira, tan kena kinaya ngapa. Maksunya, masih
sangat memungkinkan jika Tuhan menyimpan misteri besar realitas kehidupan alam semesta ini, yang
tak pernah manusia duga dan bayangkan sebelumnya melalui sumber referensi apapun namanya.
Apakah manusia cukup puas hanya berhenti pada jawaban itu saja ? Saya kira tidak. Inilah yang saya
maksud, supaya kita sejenak melepaskan diri dari belenggu doktrinasi, untuk membiarkan daya jelajah
spiritual yang teramat luas jangkauannya, bahkan mampu menembus dimensi sejarah masa lalu dan
mungkin masa yang akan datang. Memberdayakan kemampuan “alam pikiran bawah sadar”, kita akan
mampu melampaui daya penalaran rasio. Apalagi jika kita mau memberdayakan kemampuan jelajah
rahsa sejati yang tembus ruang dan waktu. Marilah kita bersama mencobanya.

Berlanjut…….

2012 (4)

Dulur-dulur semua yang budiman


Bulan Suro Culiko sebentar lagi usai. Kelanjutan bulan Suro-culiko, memasuki tahun wawu.

01. Tanggal Masehi : 28 Desember 2011


02. Dina – Pasaran : Rêbo Kliwon
03. Tanggal Jawa : 01 Sapar 1945 – Wawu
04. Tanggal Hijriah : 02 Shafar 1433 (H)
05. Windu-Lambang : Sengårå, Kulawu
06. Nama Wuku : Gumbrêg
07. Môngsô : Kapitu – Palguna (22/11 s/d 02/02)
08. Sadwårå : Wurukung
09. Haståwårå/Padewan : Guru
10. Sångåwårå/Padangon : Dadi
11. Saptåwårå/Pancasuda : Lêbu Katiyub Angin
12. Rakam : Kala Tinantang
13. Paarasan : Lakuning Srêngéngé

Persaingan antara kepentingan politik kian memanas, ketat dan carut marut. Masing-masing
kekuatan jahat mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangi pertarungan. Energi
jahat melawan energi jahat.  Mulut-mulut lebar saling berkoar mencari menangnya sendiri.
Sandiwara politik kian menggemparkan. Akrobat politik semakin menakjubkan. Semua
berebut benarnya sendiri, berebut butuhnya sendiri, berebut menangnya sendiri. Skandal
ditutup dengan kasus baru. Kasus-kasus lama diam-diam disimpan untuk amunisi bila kelak
diperlukan. Manusia lupa kemanusiaannya. Mana sesungguhnya binatang mana
sesungguhnya manusia sulit diidentifikasi. Banyak orang lupa siapa jati dirinya. Skandal
ditimbun kasus baru. Gali kasus tutup kasus, gali skandal tutup skandal. Nasib bangsa ini
berada ditangan generasi penerusnya. Kaum intelek dan akademisi, dan semua yang telah
sadar akan jati diri. Yang telah merdeka lahir dan batinnya. Para putra-putri Nusantara yang
telah kenyang akan segala macam ancaman dan intimidasi yang digemari oleh jiwa-jiwa fasis
(termasuk “theo-facism“). Semua itu tak akan pernah ciutkan nyali jiwa-jiwa merdeka
generasi penerus bangsa.

RUNTUH 2012

Menggah ingkang tansah eling lan waspada. Wus akeh pratanda jaman. Suro-culiko, mowo
pratondo jugruging wewangunan. Runtuhnya beberapa jembatan, runtuhnya  tembok
pembatas, runtuhnya tiang pancang, runtuhnya bangunan sekolah, runtuh tebing-tebing bukit
menimpa rumah-rumah warga, runtuhnya pesawat ke belukar hutan, runtuhnya gerbong
kereta, runtuhnya kapal besar ke dasar laut. Gunung-gunung meruntuhkan debu dan laharnya
ke daratan. Sungai-sungai meruntuhkan tebing dan bantaran membawa reruntuhan pasir dan
bebatuan.

Kita akan memasuki tahun di mana terjadi fase keruntuhan. Rutuhnya perekonomian nasional
dalam kondisi paling parah sepanjang sejarah, akibat ulah para rampok dan gerombolan kecu
kekayaan negara. Ditambah lagi efek domino runtuhnya perekonomian dunia. Runtuhnya
wibawa politik para penguasa dan wakil rakyat akibat tindakan lacur dan lancung. Runtuhnya
kredibilitas penegakan hukum akibat keberpihakannya pada uang dan jabatan. Runtuhnya
kejujuran para pendakwah agama akibat kepentingan periuk  dan bermodalkan buaian kata-
kata. Runtuhnya jiwa-jiwa manusiawi menjadi angkara murka. Runtuhnya humanisme
menjadi sadisme. Runtuhnya adab menjadi biadab. Runtuhnya moralitas menjadi amoralitas.
Namun  prinsip balancing tetap berlangsung secara ilmiah dan alamiah. Suatu fase
dimulainya keruntuhan pola-pola pikir lama yang telah lapuk dan jamuran. Runtuhnya
kesadaran palsu dan berseminya kesadaran sejati. Temuan-temuan dan bukti-bukti baru
mengoreksi sistem pemahaman dan pengetahuan lama yang masih sangat terbatas. Demikian
pula segala sesuatu yang telah lama diruntuhkan oleh ketidakadilan dan kebodohan kini pada
gilirannya bersemi tumbuh kembali.  Menyingsing mentari harapan baru dari ufuk timur. Satu
demi satu angkara murka di ufuk barat runtuh. Di penghujung keruntuhan dan kehancuran,
perlahan namun pasti segala sesuatu kembali ke asal kesejatiannya. Mulih menyang sangkan
paraning dumadi. Kiamat sebagai berakhirnya suatu hal, namun juga sebagai lahirnya
sesuatu yang baru pula. Tesis-antitesis-sintesis. Hukum dinamika yang bisa saja tertunda oleh
ulah manusia, namun tetap akan menggelinding tak terelakkan dan tak dapat dicegah oleh
siapapun dan apapun juga.  2012 suatu waktu jutaan orang penuh takjub bercampur takut.
Gunung-gunung di seluruh negeri seolah ingin memberi bukti bahwa mereka adalah makhluk
hidup juga yang harus dihargai dan dihormati bangsa manusia. Bagai dikomando, mampu
meletus nyaris bersamaan, namun tak ada korban jiwa di antaranya.

Njeblosing bumi kairing tinarbukaning gunung anyar,


Gelap ngampar peteng ndedet lelimengan,
Kilat thathit teja mangkara-kara,
Toya segara kadya kinoclak-koclak,
Kawah condro kinebur-kebur,
Tidar mili lendut,
Bahrawa pening kinobar gni,
Kumitir lir pecut penjalin tingal,
Geni kalawan angin lir gundolo sosro
Kadya ta anjebolna bumi,
Sanalika byar padhang terawang,
Amijil satria kembar,
Dudukuh ing satengahe bumi segara umbel,
Lir tumetesing tirta kamandanu,
Pinangka tetulak goro-goro,
Murih tinarbuka gerbang Nuswantara.

“Selamat Tinggal”…

Selamat tinggal tahun 2011, tahun kawelasan, tahun yang tak pernah ada lagi dan tak pernah
terulang sampai kapanpun juga. Sebagai tahun yang berat, tahun untuk mawas diri. Tahun
yang telah sangat berjasa menggembleng mental lahir dan batin supaya menjadi pribadi-
pribadi Nusantara sejati yang mumpuni. Tahun segala macam laku prihatin dan tahun untuk
instropeksi diri untuk menuai hasil gemilang di tahun berikutnya. Kecuali yang ndablek,
peragu, plinplan, akan menjadi semakin bingung dan membingungkan. Tahun untuk manêgês
mohon kawêlasaning Gusti, kawêlasan bumi pertiwi, akan segera berlalu meninggalkan jejak
langkah kaki kita. Yang akan segera menjadi sejarah dan hanya bisa dikenang di masa depan.
Kita tanam segala macam kebaikan di tahun 2011 untuk mulai dituai pada tahun 2012.

Selamat datang tahun 2012,  terasa paradoksal, sebagai tahun wiwit silêmé prahu gabus
(tenggelamnya “perahu gabus”). Mulai terjadinya segala sesuatu yang seolah tak mungkin
terjadi. Sesuatu yang di luar nalar menjadi di dalam nalar. Tahun 2012 masuk ke dalam suatu
fase di mana secara disadari atau tidak, seluruh makhluk dipaksa untuk bermeditasi oleh
gelombang medan magnetik galaktika yang berubah secara signifikan.  Perubahan energi
level makrokosmos sangat berpengaruh terhadap tatanan energi spiritual level mikrokosmos.
Tahun 2012 masuk ke dalam suatu fase di mana secara disadari atau tidak, seluruh makhluk
dipaksa untuk bermeditasi oleh gelombang medan magnetik galaktika yang berubah secara
signifikan.  Perubahan energi level makrokosmos sangat berpengaruh terhadap tatanan energi
spiritual level mikrokosmos. Setiap zaman baru akan meretas manusia generasi baru.
Manusia baru yang telah dimeditasi oleh gelombang energi makrokosmos sejak di dalam
alam kandungan ibu. Hasilnya lahirlah anak-anak indigo dan kristal sebagai manusia generasi
baru yang akan mengisi zaman baru di mana kesadaran manusia tidak lagi bisa dikurung oleh
dogma.

Dinamika meliputi seluruh lini kehidupan tanpa kecuali. Yang mampu berselaras akan lolos
dan mendapat anugrah pencerahan hidup (awareness) yang lebih baik. Sehingga lebih mudah
menggapai kesuksesan hidup, mampu menjadikan tahun 2012 sebagai tahun penuh
keberuntungan dan berkah. Yang tetap bersikukuh untuk tetap berada di dalam “tempurung
kesadaran semu” dan yang tetap nuruti rahsaning karep, akan semakin tidak memahami apa
makna dari sinergisme : sing-gawe-urip–>urip–>nguripi. Sehingga beresiko besar menderita
penyakit stress dan depresi berkepanjangan, yang dapat berujung menjadi kênthir dan
majnun. Yang bernasib demikian ini, tahun 2012 bukan menjadi tahun keberuntungan tetapi
awal suatu kesengsaraan yang berujung pada kandasnya perahu kehidupan.

Tahun 2012 fase runtuhnya ekonomi dunia, berimbas pada kebangkrutan parah tata
perekonomian di Republik Indonesia. Situasi yang sulit terutama bagi yang belum begitu
memahami kuncine urip. Sing sapa seneng gawe panguripan marang liyan, bakal antuk
panguripan lan dayaning urip. Suwalike sing sapa seneng gawe pepati marang liyan,
bakal nemahi bilahi lan pepati. Kita semua sedang memasuki fase runtuh. Nusantara
memasuki saat-saat paling berat, seumpama sedang digodok di dalam kawah candradimuka.
Bagi penguasa yang sedang berkuasa pun, tentu akan sangat berat melewati tahun 2012. Dan
berakhir dengan ucapan,”selamat tinggal…rakyatku..! Hanya penguasa yang ampuh lahir
batin saja yang mampu melewati tahun 2012. Dan hanya para kesatria bangsa yang selama ini
masih piningit (sedikit bicara-banyak bekerja, tidak terkenal-namun banyak sekali jasa dan
prestasinya) yang akan lolos seleksi alam. Para kesatria yang telah memenuhi syarat, genep
lakune untuk mengemban tugas sebagai satrianing nuswantara.

Dirga-Hayu

Di tahun 2012, semoga keselamatan dan keberuntungan selalu berlimpah kepada sedulur-
sedulur semua, kepada seluruh pembaca yang budiman di sini dan di manapun berada. Dan
kepada seluruh warga bangsa Nusantara, rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jayalah bangsaku, sejahtera lah negeriku.

01. Tanggal Masehi : 1 Januari 2012


02. Dina – Pasaran : Minggu Wagé
03. Tanggal Jawa : 05 Sapar 1945 – Wawu
04. Tanggal Hijriah : 06 Shafar 1433 (H)
05. Windu-Lambang : Sengårå, Kulawu
06. Nama Wuku : Warigalit
07. Môngsô : Kapitu – Palguna (22/11 s/d 02/02)
08. Sadwårå : Tunglé
09. Haståwårå/Padewan : Kålå
Biarpun negeri saat ini tengah dianiaya dan hendak dihabisi oleh penghuninya sendiri.
Namun janganlah berkecil hati sedulur-sedulurku semua. Kita masih memiliki berjuta rakyat
yang sadar diri sebagai manusia sejati. Yang telah memahami akan jati diri. Yang siap
menebar benih-benih kedamaian & kasih-sayang kepada seluruh penghuni bumi pertiwi. Dan
masih banyak para patriot bangsa yang penuh semangat juang demi membela keutuhan
NKRI. Walau selama ini masih berdiam diri, hanyalah menunggu saatnya yang tepat tiba.
Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan beja kang teka. Saking wasesaning Gusti.

Salam karaharjan

Patriot Bangsa

Tulisan dari ‘Pusaka Kalimasadha &


 

Cundamani’ Kategori
PUSAKA KALIMASADHA DAN CHUNDAMANI
Kalimasadha dalam Budaya Jawa

Dalam cerita pewayangan, dikenal pusaka keramat milik Prabu Yudhistira dari kerajaan
Amartha, sebagai warisan dari Kyai Semar yakni Jamus Kalimasada. Jamus Kalimasada
adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan, nasib celaka, bebendu atau hukuman dari
Tuhan.

Kalimasada (Kalima usada=jajampi wari gansal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam
tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah:

1. Suci = setia, jujur

2. Sentausa = adil paramarta. tanggungjawab

3. Kebenaran= sabar, belas kasih, rendah hati

4. Pintar/kepandaian= pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, pandai meredam hawa
nafsu

5. Kesusilaan= selalu sopan-santun, teguh memegang tatakrama

Langkah Kelima perkara tadi tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan
serempak bersama-sama, atau diistilahkan Jawa; ayam kapenang.

Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang
menjadi petunjuk hidup. Dalam pewayangan, ayam kapenang tersebut menjadi perwujudan
watak masing-masing Satria Pendawa Lima. Sehingga disebut sebagai ayam kapenang
artinya telur ayam sak petarangan, yang mengandung maksud; pecah satu maka akan pecah
semua. Ini untuk membahasakan guyub rukun nya para kesatria Pendawa Lima dalam tali
persaudaraan, ada yang mati satu maka yang lain pasti akan membelanya.

Langkah Lima perkara tersebut harus dijalankan secara kompak bersama-sama, jika salah
satu tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, walaupun sudah menjalankan
kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran sudah tentu tidak
menjadi manungso pinunjul. Kebenaran dilupakan, artinya tidak memahami akan benar
salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Maka kesetiaan dan kesantausaannya hanya
untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan
kesusilaannya juga hanya untuk membodohi (baca;Jawa; minteri) orang lain. Perbuatan
demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko, yang
tidak bisa ditolak hanya dengan doa, justru sebaliknya, niscaya manusia akan jatuh dalam
duka dan kesengsaraan. 

Kalimasadha Dalam Cerita Pewayangan

Jamus Kalimasada diwahyukan kepada Pendawa Lima dan diteruskan kepada para puteranya.
Jadi para putera Pendawa Lima merupakan pralampita, pengejawantahan dari panca indera
manusia yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit dan anggota badan. Pertama
adalah Sang Pretiwindya putera dari Prabu Yudhistira sebagai perlambang indera
penglihatan, Sang Sutasoma, putera Sang Werkudara  sebagai perlambang dari indera
penciuman, ketiga yakni Sang Sutakirti putera Sang Arjuna sebagai perlambang indera
pendengaran, ke empat yakni kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa, putera Raden
Nakula yakni Sang Satanika sebagai perlambang lidah sebagai indera perasa, dan Sang
Srutakarma putera dari Raden Sadewa  sebagai perlambang kulit dan seluruh anggota badan
sebagai indera perasa pula. Kelima putera tersebut dari satu isteri Pendawa Lima yakni Dewi
Drupadi sebagai wujud retasan dari Yang Maha Kuasa  (purbawisesaning gesang). Sehingga
dapat diambil intisarinya yakni asal muasalnya panca indera tidak lain dari wujud ciptaan
Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Hyang Wenang, Gusti Kang Maha Wisesa.  

Tetapi, Sang Werkudara dari isteri Dewi Arimbi kemudian dikaruniai anak bernama
Gatutkaca, selanjutnya sebagai perlambang dari pamicara. Pamicara atau bicara dengan
bahasa manusia, bukanlah kewenangan Sang Hyang Wenag, purbawasesaning gesang hanya
menciptakan suara untuk makhluknya, tidak menciptakan bahasa manusia. Bahasa atau
bicara, wicara, merupakan hasil karya peradaban manusia, sehingga Gatutkaca bukan
menjadi putera Werkudara dengan Dewi Drupadi, tetapi dengan Dewi Arimbi. Sang
Werkudara sendiri merupakan perlambang hawa atau udara, maka Gatutkaca adalah putera
Werkudara dengan Dewi Arimbi, bukan dengan Dewi Drupadi. Artinya, bahwa nafas dan
suara asalnya dari hawa atau udara. Maka jika mulut dubungkam, dan hidung ditutup, pati
tidak akan bisa bicara.

Pusaka Chundamani,

Senjata Ampuh untuk Mewujudkan Harapan dan Cita-cita

Gatutkaca melengkapi Pendawa Lima, menjadi Sadrasa, rahsa nem, atau enam rasa. Yang
dapat mengalahkan Pendawa Lima plus Gatutkaca, sebagai enam rasa, adalah Aswatama.
Oleh Aswatama, sadrasa  dapat disirnakan. Aswa = kapal perang, tama = utama, baik, mulia,
luhur. Aswatama = kendaraan atau alat yang dapat mengantarkan kepada keutamaan lahir
batin.  Kendaraan atau alat bermakna juga sebagai perbuatan atau pekerjaan yang baik,
utama, mulia, luhur. Aswatama mendapat pusaka dari orang tuanya Sang Durna, pusaka
bernama chundamani. Chunda = chunduk, mani = manik = rahsa. Chunduk artinya cocok,
tunggal, membaur. Sehingga chundamani merupakan intisari dari segala perbuatan yang baik
untuk mencapai tujuan yang mulia, dengan cara menyatukan rasa atau tunggal rasa, yakni
membaurnya ke enam rasa atau sadrasa. Sebagaimana tata cara orang berdoa agar supaya
tijab, makbul, terkabul, diterima Tuhan, bukan dengan doa berkuantitas banyak dan repetitif,
atau mencari waktu-waktu tertentu yang dianggap baik, tetapi justru dengan cara menyatukan
seluruh komponen indera yang kita punya, yakni hati, fikiran, ucapan, dan tindakan. Orang
sering salah memahami hakekat dari doa. Doa bukan sekedar yang tersirat dan yang terucap.
Doa merupakan keseluruhan dari sebuah tindakan yang kompakdan harmonis, meliputi hati,
fikiran, ucapan, tindakan. Keempat komponen tersebut tidak bisa dipisahkan, pecah satu
pecah semua, seperti makna Pendawa Lima dan Pusaka Kalimasada. Sebagai contoh, jika hati
dan ucapan kita berdoa memohon kesehatan kepada Tuhan, namun fikiran dan perbuatan
selalu tergoda dengan makanan lezat mengandung kolesterol tinggi, maka hanya akan
menggagalkan doa permohonan sehat tersebut. Atau, ucapan dan tindakannya menghindari
makanan dan perbuatan yang dapat merusak badan, tetapi hati dan fikirannya tidak kompak,
maka hanya menghasilkan perbuatan enggan, setengah hati, dan malas. Lahiriah dan
batiniahnya tidak kompak, suka membohongi diri sendiri, membantah diri sendiri, dan
munafik.

THE MYSTERIOUS DAY
MARILAH KITA SEMUA SEBAGAI RAKYAT JELATA LEBIH ELING DAN
WASPADA
SEMAKIN MEMBANGUN ERATNYA TALI PERSAHABATAN DAN
PERSAUDARAAN

Negeri ini tengah dilanda gelombang angkara murka, kemunafikan, oleh ulah para durjana
yang kebetulan duduk sebagai penguasa, penegak hukum, dan orang yang mewakili
rakyatnya. Entah yang beredok buaya, tikus, tokek, bulus, ular, harimau, cicak. Toh semua
pemain sandiwara, para akrobator politik, para praktisi kebusukan akan segera sembunyikan
diri di balik hiruk pikuknya gelombang bencana. Tapi jangan merasa aman dulu, luput dari
pembalasan hukum alam saat ini, kesengsaraan setelah ajal sudah menanti dengan pasti.

September puncak bencana, yang dibuka dengan gempa Jawa Barat pada hari Rabu Pon
tanggal 2 September 2009 kurang lebih pukul 14.55 WIB, dan ditutup oleh gempa Sumatera
Barat pada hari Rabu Legi tanggal 30 September 2009 antara pukul 17.15 waktu
Padang/16,55 waktu Jakarta/16.45 waktu Jateng-DIY/18.15 WIT/19.15 WITim. Puncak
bencana tak hanya dilihat dari skala kerusakannya, namun juga jumlah korban jiwa yang
berjatuhan. Benar, puncak bencana pada tahun ini sudah berlalu, tetapi kita masih tetap harus
lebih waspada, lebih banyak bersyukur, agar selalu eling sangkan paraning dumadi. Sebab
sepertinya tanda-tanda bahasa alam ingin menyampaikan pesan kepada bangsa ini, bahwa
masih ada sekali lagi yang (lebih) besar. Bila secara geologi dan geografi memprediksi terjadi
di wilayah Sumbar lagi, walau lebih besar tentu saja saat ini kondisinya lebih
menguntungkan, di mana banyak rumah dan tenda-tenda darurat yang justru tidak
membahayakan bila sewaktu-waktu terjadi gempa lagi. Yah, itulah prinsip keadilan alam
semesta, di bawah kendali yang berasal dari sumber dari segala sumber energi pengendali.
Bila harus mengulang, mudah-mudahan tak ada lagi korban nyawa dan penderitaan
masyarakat, saudara-saudara kita di wilayah Sumatera Barat.
Bulan puncak bencana telah berlalu, kita tetap tak boleh lengah, tetap konsisten untuk selalu
mengaktifkan “radar” kita, dengan cara bersikap eling dan waspada. Hawa panas, bahkan
teramat panas, kali ini saya baru merasakan hawa paling panas sepanjang hidup saya. Tidak
hanya di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, tetapi hampir di seluruh wilayah nusantara,
terutama Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu. Hawa panas justru terasa berkurang di hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Hawa panas tersebut sangat terasa berbeda dengan gejala
akan terjadi gempa . Jika akan terjadi gempa hawa panas tidak menimbulkan keringat, tetapi
terasa menyengat seperti cabe menempel dikulit, terasa sekali terutama di tengkuk, daun
telinga dan kulit wajah, dengan disertai udara yang tiba-tiba menjadi sangat pengap terasa
sesak di dada. Energi bumi pun terasa mendorong dari bawah dan menghantam bagian pantat
(cakra dasar).

Tetapi saat ini, hawa panas sudah terasa sebagai panasnya bebendu, tidak hanya pengap, juga
memproduksi air keringat yang semakin banyak, sangat beda dengan hawa akan terjadi
gempa yang tidak membuat keringat keluar. Malah terasa seperti ada tusukan-tusukan
lembut, yang kadang membuat gatal (pating clekit). Membuat radang lobang hidung, polip
mengembang pesat, dan hawa panas terkadang mengandung bau-bauan aneh yang tidak
wajar. Suhu terasa naik turun dengan irama yang sangat acak, dengan tempo yang singkat.
Hal ini membuat sebagian orang tak tahan, jatuh sakit dan berpengaruh pada emosi yang
sangat labil, mudah stress, dan ego semakin memuncak. Inilah kelanjutan dari September
puncak bencana.

LEBIH WASPADA DAN HATI-HATI

Meskipun hawa panas kali ini memiliki karakter yang berbeda, tetapi terkadang masih
terselip hawa panas cirikhas akan terjadi gempa bumi. Nah, inilah yang semakin membuat
tanda tanya besar. Lalu  apalagi yang akan terjadi. Apakah selain gempa, akan ada bentuk
lain dari bencana alam ? Seperti tradisi geografis yang memprediksi datangnya hujan dan
awan. Semalaman tadi, Selasa malam-Rabu Pon 11-11-09, adalah suatu peristiwa. Peristiwa
ini sudah 3 kali saya saksikan tampak adanya hubungan korelatif, dan saat inilah peristiwa
(tanda-tanda) yang ke empat kalinya. Sehingga saya cukup untuk mengambil kesimpulan
silogisme sementara jika ada A makan akan terjadi B. “peristiwa” atau “acara” tadi malam
sekaligus sebagai pertanda akan ADA LAGI banyak nyawa yang menjadi “banten”, atau
“tumbal” negeri ini, dalam waktu yg relatif tidak lama. Walaupun orang-orang yang menjadi
tumbal, biasanya justru tidak sengsara “di-sana” tetapi tetap saja merupakan kejadian yang
memilukan bagi keluarga dan masyarakat yang masih hidup. Jika di lihat skala besarnya
“acara” tadi malam, tampaknya akan banyak sekali korban nyawa berjatuhan, mungkin tidak
hanya ratusan, bahkan mungkin ribuan jumlahnya. Masih dalam rangka seleksi alam, dengan
berputarnya sang cakra manggilingan, memutar roda hukum alam, termasuk hukum-hukum
berkah dan bebendu. Yah, pertanda dalam bahasa alam, tidak lain merupakan prinsip
keadilan Tuhan, kebijaksanaan alam, agar semua hukum alam berjalan secara “fairplay”.
Untuk itu sebelumnya pasti selalu digelar bahasa isyarat berupa tanda-tanda alam dalam
relung Sastra Jendra, agar dapat dibaca dan menjadi pepeling (peringatan) bagi banyak
orang, agar supaya lebih hati-hati, eling dan waspada. Binatangpun yang tak kenal agama,
dengan arif dan bijak mampu “membaca” bahasa alam ini, sehingga “naluri” binatang
mampu “weruh sadurunge winarah”, maka binatang bisa berjaga-jaga sebelum suatu bahaya
datang dengan gerak sangat cepat.

Akhir kalimat, tulisan ini bukan bertujuan untuk membuat takut, bukan pula untuk menghasut
karena tak ada pihak yang dihasut, bukan juga untuk provokasi karena bukan berurusan
dengan mobilisasi massa. Apalagi bentuk terorisme mental, toh setiap detik dan menit di
manapun kita SUDAH selalu menghadapi resiko alias bahaya. Tulisan ini hanya sekedar
mengajak rekan-rekan, sahabat, para sanak kadhang, para sedulur, para pembaca yang
budiman di manapun berada, agar senantiasa kita menjadi manusia yang lolos seleksi alam.
Bukankah setiap kesulitan, bencana, penderitaan, selalu menyisakan celah sekalipun sempit,
agar makhluk hidup bisa mengambilnya sebagai jalan keluar mencari keselamatan ??!! Ibarat
kita mengepalkan jari tangan erat-erat, tetap menyisakan celah walaupun sangat sempit.
Semoga para pembaca yang budiman, seluruh seddulur NKRI, siapapun, agama apapun, di
manapun, suku apapun, bahasa apapun selalu dalam celah-celah keselamatan, ketenangan,
ketenteraman, kebahagiaan, dengan penuh berkah Gusti Ingkang Murbeng Gesang. Salam
karaharjan, wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan beja kang teka.

Teka-Teki Kyai Jalak & Sunan Lawu


My own painting, on canvas (oil colour). Dimention 60 x 40 cm. Judul : Kyai Jalak.
On Lawu Okt 2011.

Kyai Jalak
Surya Kaping 11, Oktober 2011. Pukul 03.00 wib sampailah di Cemoro Sewu wilayah
Magetan, Jatim), merupakan Posko 1 pendakian Gunung Lawu. Pada saat hendak ke Puncak
Lawu sesampai di Sanggar Pamelengan Bawarasa lokasi muksa KPH Condronegoro
(Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta). Di lokasi itulah terjadi momentum sejarah dan
momentum spiritual, saat di mana terjadinya pertemuan pertamakalinya dengan Kyai Jalak.
Kyai Jalak berwujud mirip burung jalak khas Gunung Lawu. Namun warna bulunya agak
berbeda, karena jalak Lawu berwarna hitam pekat, sedangkan Kyai Jalak warna bulunya
coklat tua gelap, denga paruh dan kaki berwarna kuning gading. Kyai Jalak tampak
menghampiri keberadaan kami, bertengger di dahan yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari
tempat kami berdiri. Ketika saya ulurkan tangan, mengejutkan sekali ternyata burung Jalak
itu hinggap di telapak tangan. Hanya beberapa detik lalu meloncat ke tanah dan berjalan
menyusuri tanah. Kami ikuti saja karena burung itu tampak menuntun atau memandu
membawa kami untuk memasuki halaman Sanggar Pamelengan Bawarasa. Burung itu
menunjukkan sesuatu. Lalu mengitari batu hitam besar, kami ikuti. Setelah itu dia hinggap di
dahan, matanya menatap kami sangat tajam. Lalu kami pejamkan mata mencoba berinteraksi
secara batin.

Pada saat saya ambil foto dan video setelah saya putar ternyata tidak jadi, tidak keluar
gambarnya alias gagal total !  Karena saya ingin sekali mengabadikannya, maka sesampai di
rumah hanya bisa saya lukis atas apa yang telah terekam di benak memori atas peristiwa itu,
dan hasilnya sedemikian rupa seperti dapat para pembaca saksikan sendiri. Sanggar
Pamelengan Bawarasa pun yang tampak bukan seperti fisik aslinya. Lukisan itu merupakan
visualisasi memori saya yang merekam noumena atau fakta metafisik.

Kyai Jalak & Sejarah Muksa Prabu Brawijaya V

Peristiwa itu menjadi pengalaman istimewa sekaligus pembuktian bahwa cerita soal Kyai
Jalak dan Sunan Lawu  yang diyakini masyarakat sebagai penjaga Gunung Lawu bukanlah
sekedar mitologi atau dongeng. Melainkan bisa berwujud nyata (mangejawantah)  dan
sungguh-sungguh ada dan terjadi. Kyai Jalak merupakan saudara muda (adik) Sunan Lawu.
Pada kesempatan itu kami sempat terjadi interaksi dan dialog singkat yang berisi keterangan
amat sangat berharga bagi saya pribadi. Kyai jalak memiliki nama asli Wangsa Menggala,
sedangkan Sunan Lawu nama aslinya Dipo Menggolo. Beliau berdua merupakan
penguasa/sesepuh wilayah lereng Gunung Lawu pada sekitar 6 abad yll. Pada saat Sang
Prabu Brawijaya 5 yang didampingi dua orang pamomongnya yakni Ki Sabdo Palon dan Ki
Noyo Genggong hendak mencari tempat pamuksan, beliau berdua lah yang telah mengantar
dan menunjukkan jalan kepad Prabu Brawijaya V untuk menemukan tempat yang tepat untuk
muksa. Beranjak dari Cemoro Sewu, naik ke arah puncak Lawu melalui parit dan tanjakan
curam, membabat gerumbul hutan, hingga sampailah pada salah satu puncaknya, yang
disebut sebagai Hargo Dalem (berada pada ketinggian -+ 3000 mdpl). Di sanalah Sang Prabu
melakukan muksa, melebur raga dengan sukma, menyatukannya dengan ngelmu
panunggalan, pangracut, warangka manjing curiga untuk menggapai kasampurnan jati.
Sementara itu setelah Sang Prabu Brawijaya 5 muksa, kedua orang spiritualis (pamomong
raja-raja besar Nusantara) itu melanjutkan pendakian hingga sampai pada Puncak Hargo
Dumiling sekitar 3200mdpl. Di situlah beliau berdua melakukan muksa. Puncak Hargo
Dumiling tepat di bawah puncak Lawu Hargo Dumilah yang berada pada ketinggian 3265
mdpl. dan menyusul Sang Prabu ke “tempat samar” mangeja-alus ing papan samar mejadi
Ki Lurah Semar Badranaya sambil berjanji kelak setelah 500 tahun lebih sedikit akan
kembali mangejawantah, untuk mendampingi momongannya yang bertugas njejegake soko
guru bangsa. Sebagaimana pralampita yang termaktub dalam serat Jongko Joyoboyo
“petikan serat tangan”, bahwa kembalinya Ki Sabdapalon dan Nayagenggong akan ditandai
dengan meletusnya Gunung Merapi hingga terbelah menjadi dua (sigar) di tengah kawahnya
(letusan tahun 2010), dan Surabaya tersambung dengan Madura (jembatan Suramadu).

Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl) merupakan puncak tertinggi  Gunung Lawu, di mana
pada saat musim kemarau suhu di malam hari bisa mencapai minus 5 derajat celsius.
Posisinya hanya bersebelahan dengan Pasar diyeng yang disebut juga dengan “pasar setan”
karena saking banyaknya penghuni titah alus di sana. Di bawah pasar diyeng dan puncak
Hargo Dumilah terdapat sendang drajat. Di Sendang Drajat itulah (selain Puralaya Agung
Kotagede dan Imogiri), menjadi salah satu tempat panggemblengan bagi calon presiden RI,
agar menjadi presiden yang bersifat ayom, ayem, tentrem, mampu memberikan berkah agung
untuk bangsa dan negaranya.

Dewi Untari & Kupu-Kupu Misterius

Kembali lagi soal Kyai Jalak (mbah Jalak) dan Sunan Lawu (mbah Lawu). Setelah beliau
menunjukkan jalan kepada Prabu Brawijaya 5, singkat cerita, beliau diperintahkan oleh Sang
Prabu bila kelak mereka berdua raganya mati, akan ditugaskan untuk menjadi penjaga Lawu
sebagai “pelaksana harian” di bawah naungan Sang Penjaga utama yakni Dewi Untari
keturunan dari Dewi Nawangsih. Dewi Nawang Sih adalah putri tunggal Ki Ageng Tarub
dengan Dewi Nawang Wulan yang diperistri oleh Raden Bondan Kejawan (Putra Prabu
Brawijaya). Dengan kata lain, Dewi Untari mulai menjadi penjaga Gunung Lawu pada sekitar
abad 15 atau silsilahnya kira-kira dua generasi (cucu) setelah Parbu Brawijaya 5.  Pada saat
mendaki ke Gunung Lawu, seringkali dilihat kupu-kupu berwana dominan hitam, namun di
tengah kedua sayapnya terdapat bulatan besar berwarna biru mengkilap. Kupu-kupu itu
menjadi pertanda kehadiran Anda disambut (diijinkan) oleh Penjaga Utama Gunung Lawu.
Biarkan kupu-kupu itu hinggap di kepala atau pundak Anda, dan mengikuti perjalanan Anda
untuk beberapa saat lamanya. Jangan menganggu, mengusir dan membunuhnya. Tidak ada
larangan dan pantangan bila ingin memotret, asalkan Anda bisa memotretnya. Pada
kenyataannya seperti diakui oleh banyak pendaki, memang sekali memotret kupu-kupu itu
walau kadang tampak sangat jinak dan tidak takut oleh keberadaan manusia.

Soleh Lawu

Nah, bagi para pendaki, biasanya sudah memahami etika saat bertemu Kyai Jalak, yakni tidak
boleh mengganggunya. Apalagi mencelakai dan mengusirnya. Munculnya Kyai Jalak di
hadapan para pendaki, bukan bermaksud mau mencelakai, justru sebaliknya akan menjaga
dan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki. Sebaliknya jika diganggu atau dicelakai
biasanya si pendaki akan tersesat bahkan terperosok jurang atau hilang masuk ke dimensi
metafisik. Karenanya wajar lah Gunung Lawu menyimpan segudang misteri. Sering pula
terjadi kasus hilangnya para pendaki, tanpa meninggalkan jejak dan tidak ditemukan jasad
korbannya. Menurut sedulur penjaga posko 1 Cemoro Sewu, Mas Soleh Lawu, hilangnya
para penaki karena masuk ke dimensi metafisik. Saya akhirnya membuktikan sendiri ternyata
benar apa yang dikatakan oleh Mas Soleh (yang asli Cirebon itu). Mas Soleh “terdampar”
sampai di Gunung Lawu karena mengikuti petunjuk gaib dari Cirebon, untuk pergi ke arah
timur, kemudian sampailah di Pasarean Ki Ageng Giring di daerah Sodo, Kec. Giring, Kab
Gunung Kidul Yogyakarta untuk beberapa tahun lamanya singgah di sana.  Hingga pada
suatu ketika mendapat perintah Ki Ageng Giring untuk pergi lagi ke arah timur,  hingga kini
Mas Soleh menjadi “sing mbahureksa” posko 1 Cemoro Sewu. Hidupnya untuk manembah
kepada Gusti, dengan cara menyatu dan berselaras dengan alam. Mas Soleh membaktikan
hidupnya untuk melindungi hutan dari kebakaran, menjaga hutan agar tetap bersih bahkan
seringkali menolong para pendaki yang tersesat, sakit atau ikut mengevakuasi jika ada korban
jiwa. Perjalanan ke timur Mas Soleh telah menemukan apa sejatinya hidup. Begitulah cara
Mas Soleh  menggapai hidup yang sejati, hidupnya telah berguna memberikan penghidupan
dan kehidupan bagi seluruh makhluk tanpa pilih-kasih, baik dari kalangan bangsa manusia,
hewan, tumbuhan, dan mahluk halus penghuni sekitar Gunung Lawu. Sekalipun jauh dari
simbol-simbol kesalehan agama semitis abrahamik, namun menurut saya pribadi, karena
mampu berharmoni dengan alam, dan menjadikan tumbuhan, binatang, gunung sebagai
gurunya, maka layaklah mas Soleh menjadi mursyid sejati bagi siapapun yang tidak suka
menghina dan memandang sebelah mata kepada sesama titah  urip. Serta bagi siapapun yang
terbuka pola pikir dan mata hatinya. Apalagi gurunya mas Soleh adalah guru paling jujur.
Alam semesta, binatang, dan tumbuhan telah mengajarkan kepada kita semua sebuah
kejujuran yang paling mulia.

Semoga Bermanfaat
Salam Karaharjan

Tulisan dari ‘KEPEMIMPINAN


PUNAKAWAN : Semar-Gareng-Petruk-
Bagong’ Kategori
KEPEMIMPINAN PUNAKAWAN : Semar-Gareng-
Petruk-Bagong
CONTOH LEADERSHIP PUNAKAWAN
ABDI KINASIH KESATRIA PENDHAWA LIMA
KI LURAH SEMAR BADRANAYA, NALA GARENG,
PETRUK KANTHONG BOLONG DAN KI LURAH BAGONG
“Tanggap ing sasmita dan Limpat Pasang ing Grahita, dan Cakra-Manggilingan”
“Pinangka mrih hamemayu hayuning bawana”
“Puna” atau “pana” dalam terminologi Jawa artinya memahami, terang, jelas,
cermat, mengerti, cerdik dalam mencermati atau mengamati makna hakekat di balik
kejadian-peristiwa alam dan kejadian dalam kehidupan manusia. Sedangkan kawan
berarti pula pamong atau teman. Jadi punakawan mempunyai makna yang
menggambarkan seseorang yang menjadi teman, yang mempunyai kemampuan
mencermati, menganalisa, dan mencerna segala fenomena dan kejadian alam serta
peristiwa dalam kehidupan manusia.  Punakawan dapat pula diartikan seorang
pengasuh, pembimbing yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan
akal-budi, wawasannya luas, sikapnya bijaksana, dan arif dalam segala ilmu
pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dan tindakannya sama,
tidaklah bertentangan. Khasanah budaya Jawa menyebutnya sebagai “tanggap ing
sasmita, lan limpat pasang ing grahita”. Dalam istilah pewayangan terdapat makna
sinonim dengan apa yang disebut wulucumbu yakni rambut yang tumbuh pada
jempol kaki. Keseluruhan gambaran karakter pribadi Ki Lurah Semar tersebut
berguna dalam upaya melestarikan alam semesta, dan menciptakan kemakmuran
serta kesejahteraan di bumi pertiwi.
Dalam cerita pewayangan Jawa, punakawan tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yang masing-masing memiliki peranan yang sama sebagai penasehat
spiritual dan politik, namun masing-masing mengasuh tokoh yang karakternya saling
kontradiksi.
Kelompok Ki Lurah Semar Badranaya
Kelompok ini terdiri Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (Sunda: Cepot).
Mereka menggambarkan kelompok punakawan yang jujur, sederhana, tulus, berbuat
sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan
mata batinnya sangat tajam. Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati yang
“nyegoro” atau seluas samudra serta kewaskitaan dan kapramanan-nya sedalam
samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah Semar. Semar
hakekatnya sebagai manusia setengah dewa, yang bertugas mengemban/momong
para kesatria sejati.
Ki Lurah Semar disebut pula Begawan Ismaya atau Hyang Ismaya, karena
eksistensinya yang teramat misterius sebagai putra Sang Hyang Tunggal umpama
dewa mangejawantah. Sedangkan julukan Ismaya artinya tidak wujud secara
wadag/fisik, tetapi yang ada dalam keadaan samar/semar. Dalam uthak-athik-
gathuk secara Jawa, Ki Semar dapat diartikan guru sejati (sukma sejati), yang ada
dalam jati diri kita. Guru sejati merupakan hakekat Zat tertinggi yang terdapat dalam
badan kita. Maka bukanlah hal yang muskil bila hakekat guru sejati yang
disimbolkan dalam wujud Ki Lurah Semar, memiliki kemampuan sabda pendita ratu,
ludahnya adalah ludah api (idu geni). Apa yang diucap guru sejati menjadi sangat
bertuah, karena ucapannya adalah kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh
Ki Lurah Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur,
gamah ripah, murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah.
Tugas punakawan dimulai sejak kepemimpinan Prabu Herjuna Sasrabahu di
negeri Maespati, Prabu Ramawijaya di negeri Pancawati, Raden Sakutrem satria
Plasajenar, Raden Arjuna Wiwaha satria dari Madukara, Raden Abimanyu satria dari
Plangkawati, dan Prabu Parikesit di negeri Ngastina. Ki Lurah Semar selalu dituakan
dan dipanggil sebagai kakang, karena dituakan dalam arti kiasan yakni ilmu
spiritualnya sangat tinggi, sakti mandraguna, berpengalaman luas dalam
menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan para Dewa pun memanggilnya
dengan sebutan “kakang”.
Kelompok punakawan ini bertugas :

1. Menemani (mengabdi) para bendhara (bos) nya yang memiliki karakter luhur
budi pekertinya. Tugas punakawan adalah sebagai “pembantu” atau abdi
sekaligus “pembimbing”. Tugasnya berlangsung dari masa ke masa.
2. Dalam cerita pewayangan, kelompok ini lebih sebagai penasehat spiritual,
pamomong, kadang berperan pula sebagai teman bercengkerama, penghibur
di kala susah.
3. Dalam percengkeramaannya yang bergaya guyon parikena atau saran,
usulan dan kritikan melalui cara-cara yang halus, dikemas dalam bentuk
kejenakaan kata dan kalimat. Namun di dalamnya selalu terkandung makna
yang tersirat berbagai saran dan usulan, dan sebagai pepeling akan sikap
selalu eling dan waspadha yang harus dijalankan secara teguh oleh
bendharanya yang jumeneng sebagai kesatria besar.
4. Pada kesempatan tertentu punakawan dapat berperan sebagai penghibur
selagi sang bendhara mengalami kesedihan.
5. Pada intinya, Ki Lurah Semar dkk bertugas untuk mengajak para kesatria
asuhannya untuk selalu melakukan kebaikan atau kareping rahsa (nafsu al
mutmainah). Dalam terminologi Islam barangkali sepadan dengan istilah amr
ma’ruf.

Adapun watak kesatria adalah: halus, luhur budi pekerti, sabar, tulus, gemar
menolong, siaga dan waspada, serta bijaksana.
Kelompok Ki Lurah Togog
Kelompok ini terdiri tiga personil yakni: Ki Lurah Togog (Sarawita) dan
Mbilung. Punakawan ini bertugas menemani bendhara-nya yang berkarakter dur
angkara yakni para Ratu Sabrang. Sebut saja misalnya Prabu Baladewa di negeri
Mandura, Prabu Basukarna di negeri Ngawangga, Prabu Dasamuka (Rahwana) di
negeri Ngalengka, Prabu Niwatakawaca di negeri Iman-Imantaka dan beberapa
kesatria dari negara Sabrangan yang berujud (berkarakter) raksasa; pemarah,
bodoh, namun setia dalam prinsip. Lurah Togog disebut pula Lurah Tejamantri. Ki
Togog dkk secara garis besar bertugas mencegah asuhannya yang dur angkara,
untuk selalu eling dan waspadha, meninggalkan segala sifat buruk, dan semua
nafsu negatif.  Beberapa tugas mereka antara lain:
1. Mereka bersuara lantang untuk selalu memberikan koreksi, kritikan dan saran
secara kontinyu kepada bendhara-nya.
2. Memberikan pepeling kepada bendhara-nya agar selalu eling dan waspadha
jangan menuruti kehendak nafsu jasadnya (rahsaning karep).
Gambaran tersebut sesungguhnya memproyeksikan pula karakter dalam diri
manusia (jagad alit). Sebagaimana digambarkan bahwa kedua kesatria di atas
memiliki karakter yang berbeda dan saling kontradiktori. Maknanya, dalam jagad
kecil (jati diri manusia) terdapat dua sifat yang melekat, yakni di satu sisi sifat-sifat
kebaikan yang memancar dari dalam cahyo sejati (nurulah) merasuk ke dalam
sukma sejati (ruhulah). Dan di sisi lain terdapat sifat-sifat buruk yang berada di
dalam jasad atau ragawi. Kesatria yang berkarakter baik diwakili oleh kelompok
Pendawa Lima beserta para leluhurnya. Sedangkan kesatria yang berkarakter buruk
diwakili oleh kelompok Kurawa 100. walaupun keduanya masing-masing sudah
memiliki penasehat punakawan, namun tetap saja terjadi peperangan di antara dua
kelompok kesatria tersebut. Hal itu menggambarkan betapa berat pergolakan yang
terjadi dalam jagad alit manusia, antara nafsu negatif dengan nafsu positif. Sehingga
dalam cerita pewayangan digambarkan dengan perang Brontoyudho antara kesatria
momongan Ki Lurah Semar dengan kesatria momongan Ki Togog. Antara Pendawa
melawan Kurawa 100. Antara nafsu positif melawan nafsu negatif. Medan perang
dilakukan di tengah Padhang Kurusetra, yang tidak lain menggambarkan hati
manusia.
Makna di Balik Simbol Punakawan
1. Ki Lurah Semar (simbol ketentraman dan keselamatan hidup)
Membahas Semar tentunya akan panjang lebar seperti tak ada titik akhirnya. Semar
sebagai simbol bapa manusia Jawa. Bahkan dalam kitab jangka Jayabaya, Semar
digunakan untuk menunjuk penasehat Raja-raja di tanah Jawa yang telah hidup
lebih dari 2500 tahun. Dalam hal ini Ki Lurah Semar tiada lain adalah Ki Sabdapalon
dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Sosoknya
sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata, tapi jika melihat tanda-
tandanya orang yang menyangkal akan menjadi ragu. Ki Lurah Semar dalam
konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapa atau Dahyang-nya
manusia Jawa. Menurut jangka Jayabaya kelak saudara kembar tersebut akan hadir
kembali setelah 500 tahun sejak jatuhnya Majapahit untuk memberi pelajaran
kepada momongannya manusia Jawa (nusantara). Jika dihitung kedatangannya
kembali, yakni berkisar antara tahun 2005 hingga 2011. Maka bagi para satria
momongannya Ki Lurah Semar ibarat menjadi jimat; mung siji tur dirumat.  Selain
menjadi penasehat, punakawan akan menjadi penolong dan juru selamat/pelindung
tatkala para satria momongannya dalam keadaan bahaya.
Dalam cerita pewayangan Ki Lurah Semar jumeneng sebagai seorang Begawan,
namun ia sekaligus sebagai simbol rakyat jelata. Maka Ki Lurah Semar juga dijuluki
manusia setengah dewa. Dalam perspektif spiritual, Ki Lurah Semar mewakili
watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu
sedih dan tidak pernah tertawa terlalu riang. Keadaan mentalnya sangat matang,
tidak kagetan dan tidak gumunan. Ki Lurah Semar bagaikan air tenang yang
menghanyutkan, di balik ketenangan sikapnya tersimpan kejeniusan,  ketajaman
batin,  kaya pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan. Ki Lurah Semar
menggambarkan figur yang sabar, tulus, pengasih, pemelihara kebaikan, penjaga
kebenaran dan menghindari perbuatan dur-angkara. Ki Lurah Semar juga dijuluki
Badranaya, artinya badra adalah rembulan, naya wajah. Atau Nayantaka, naya
adalah wajah, taka : pucat. Keduanya berarti menyimbolkan bahwa Semar memiliki
watak rembulan (lihat thread: Pusaka Hasta Brata). Dan seorang figur yang memiliki
wajah pucat, artinya Semar tidak mengumbar hawa nafsu. Semareka den prayitna:
semare artinya menidurkan diri, agar supaya batinnya selalu awas. Maka yang
ditidurkan adalah panca inderanya dari gejolak api atau nafsu negatif. Inilah nilai di
balik kalimat wani mati sajroning urip (berani mati di dalam hidup). Perbuatannya
selalu netepi kodrat Hyang Widhi (pasrah), dengan cara mematikan hawa nafsu
negatif. Sikap demikian akan diartikulasikan ke dalam sikap watak wantun kita
sehari-hari dalam pergaulan, “pucat’ dingin tidak mudah emosi, tenang dan
berwibawa, tidak gusar dan gentar jika dicaci-maki, tidak lupa diri jika dipuji,
sebagaimana watak Badranaya atau wajah rembulan.
Dalam khasanah spiritual Jawa, khususnya mengenai konsep manunggaling kawula
Gusti, Ki Lurah Semar dapat menjadi personifikasi hakekat guru sejati setiap
manusia. Semar adalah samar-samar, sebagai perlambang guru sejati atau sukma
sejati wujudnya samar bukan wujud nyata atau wadag, dan tak kasad mata.
Sedangkan Pendawa Lima adalah personifikasi jasad/badan yang di dalamnya
terdapat panca indera. Karena sifat jasad/badan cenderung lengah dan lemah, maka
sebaik apapun jasad seorang satria, tetap saja harus diasuh dan diawasi oleh sang
guru sejati agar senantiasa eling dan waspadha. Agar supaya jasad/badan memiliki
keteguhan pada ajaran kebaikan sang guru sejati. Guru sejati merupakan
pengendali seseorang agar tetap dalam “laku” yang tepat, pener dan berada pada
koridor bebener. Siapa yang ditinggalkan oleh pamomong Ki Lurah Semar beserta
Gareng, Petruk, Bagong, ia akan celaka, jika satria maka di negerinya akan
mendapatkan banyak malapetaka seperti : musibah, bencana, wabah penyakit
(pageblug), paceklik. Semua itu sebagai bebendu karena manusia (satria) yang
ditinggalkan guru sejati-nya telah keluar dari jalur bebener.
Jika ditinjau dari perspektif politik, kelompok Punakawan Ki Lurah Semar dan
anak-anaknya Gareng, Petruk, Bagong sebagai lambang dari lembaga aspirasi
rakyat yang mengemban amanat penderitaan rakyat. Atau semacam lembaga
legislatif. Sehingga kelompok punakawan ini bertugas sebagai penyambung lidah
rakyat, melakukan kritikan, nasehat, dan usulan. Berkewajiban sebagai pengontrol,
pengawas, pembimbing jalannya pemerintahan di bawah para Satria asuhannya
yakni Pendhawa Lima sebagai lambang badan eksekutif atau lembaga pemerintah.
Dengan gambaran ini, sebenarnya dalam tradisi Jawa sejak masa lampau telah
dikenal sistem politik yang demokratis.
2. Nala Gareng
Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering, atau gering, yang berarti menderita.
Nala Gareng berarti hati yang menderita. Maknanya adalah perlambang “laku”
prihatin. Namun Nala Gareng diterjemahkan pula sebagai kebulatan tekad. Dalam
serat Wedhatama disebutkan gumeleng agolong-gilig. Merupakan suatu tekad bulat
yang selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan untuk pamrih apapun,
melainkan hanya untuk netepi kodrat Hyang Manon. Nala Gareng menjadi simbol
duka-cita, kesedihan, nelangsa. Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik Nala
Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan makna sbb:
Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping. Maknanya Nala Gareng selalu
memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tidak
berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.
Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat berhati-hati dalam melangkah
atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng yang tidak sempurna
ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam
menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar manusia yang penuh dengan
kelemahan dan kekurangan.
Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia tidak pandai bicara,
kadang bicaranya sasar-susur (belepotan) tak karuan. Bicara dan sikapnya serba
salah, karena tidak merasa percaya diri. Namun demikian Nala Gareng banyak
memiliki teman, baik di pihak kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng,
yang menjadi sangat bermanfaat dalam urusan negosiasi dan mencari relasi,
sehingga Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai, dan sebagai pembuka
jalan untuk negosiasi. Justru dengan banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut,
Nala Gareng sering terhindar dari celaka dan marabahaya.
3. Petruk Kanthong Bolong
Ki Lurah Petruk adalah putra dari Gandarwa Raja yang diambil anak oleh Ki Lurah
Semar. Petruk memiliki nama alias, yakni Dawala. Dawa artinya panjang, la, artinya
ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek. Hidung, telinga, mulut, kaki,
dan tangannya panjang. Namun jangan gegabah menilai, karena Lurah Petruk
adalah jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa
diduga-kira. Gambaran ini merupakan pralambang akan tabiat Ki Lurah Petruk yang
panjang pikirannya, artinya Petruk tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak,
ia akan menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana dan
perbuatan yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong, menggambarkan bahwa
Petruk memiliki kesabaran yang sangat luas, hatinya bak samodra, hatinya longgar,
plong dan perasaannya bolong tidak ada yang disembunyikan, tidak suka
menggerutu dan  ngedumel.
Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para leluhurnya di
kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya, yakni Lurah Petruk yang
masih hidup di mercapada. Lurah Petruk selalu mendapatkan bimbingan dan
tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Lurah Petruk memiliki kewaskitaan
mumpuni dan mampu menjadi abdi dalem (pembantu) sekaligus penasehat para
kesatria.
Petruk Kanthong Bolong wajahnya selalu tersenyum, bahkan pada saat sedang
berduka pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan murah senyum dengan
penuh ketulusan. Petruk mampu menyembunyikan kesedihannya sendiri di hadapan
para kesatria bendharanya. Sehingga kehadiran petruk benar-benar membangkitkan
semangat dan kebahagiaan tersendiri di tengah kesedihan. Prinsip “laku” hidup Ki
Lurah Petruk adalah kebenaran, kejujuran dan kepolosan dalam menjalani
kehidupan. Bersama semua anggota Punakawan, Lurah Petruk membantu para
kesatria Pandhawa Lima (terutama Raden Arjuna) dalam perjuangannya
menegakkan kebenaran dan keadilan.
4. Bagong
Bagong adalah anak ketiga Ki Lurah Semar. Secara filosofi Bagong adalah
bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia dari Hyang Manon,
untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar memohon didampingi seorang
teman. Permohonan Semar dikabulkan Hyang Maha Tunggal, dan ternyata seorang
teman tersebut diambil dari bayangan Semar sendiri. Setelah bayangan Semar
menjadi manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka diberi nama
Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai manusia
berwatak lugu dan teramat sederhana, namun memiliki ketabahan hati yang luar
biasa. Ia tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta
heran jika menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan. Penampilan
dan lagak Lurah Bagong seperti orang dungu. Meskipun demikian Bagong adalah
sosok yang tangguh, selalu beruntung dan disayang tuan-tuannya. Maka Bagong
termasuk punakawan yang dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para
kesatria. Istilahnya bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan kanan,
yakni berada dalam jalur kebenaran dan selalu disayang majikan dan Tuhan.
Dalam pagelaran wayang kulit, kelompok punakawan Semar, Gareng, Petruk,
Bagong selalu mendapatkan tempat di hati para pemirsa. Punakawan tampil pada
puncak acara yang ditunggu-tunggu pemirsa yakni goro-goro, yang menampilkan
berbagai adegan dagelan, anekdot, satire, penuh tawa yang berguna sebagai
sarana kritik membangun sambil bercengkerama (guyon parikena). Punakawan
menyampaikan kritik, saran, nasehat, maupun menghibur para kesatria yang
menjadi asuhan sekaligus majikannya. Suara punakawan adalah suara rakyat jelata
sebagai amanat penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan
menyampaikan kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun
terkadang menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki esensi yang
sangat luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala tengen yang suara
hatinuraninya selalu didengar dan dipatuhi oleh para kesatria asuhan sekaligus
majikannya.
Kepemimpinan Punakawan Kontroversial
Dalam cerita wayang sebagaimana kisah-kisah dalam legenda lainnya, terdapat
kelompok antagonis. Dalam cerita wayang tokoh-tokoh antagonis berasal dari negri
seberang atau Sabrangan. Punakawan Togog atau Tejamantri, Sarawita dan
Mbilung merupakan punakawan kontroversif yang selalu membimbing tokoh
pembesar antagonis, para “ksatria” angkara murka (dur angkara), hingga para
pimpinan raksasa jahat. Sebut saja misalnya Prabu Dasamuka, Prabu
Niwatakawaca, Prabu Susarma, hingga para kesatria dur angkara dari Mandura
seperti Raden Kangsa dan seterusnya. Pada intinya Ki Lurah Togog dkk selalu
berada di pihak tokoh antagonis, sehingga disebut sebagai bala kiwa. Namun
demikian bukan berarti kelompok punakawan ini memiliki karakter buruk.
Ciri fisik Togog dkk memiliki mulut yang lebar. Artinya mereka selalu berkoar
menyuarakan kebaikan, peringatan (pepeling) kepada majikannya agar tetap
waspada dan eling, menjadi manusia jangan berlebihan. Ngono ya ngono ning aja
ngono. Manusia harus mengerti batas-batas perikemanusiaan. Sekalipun akan
mengalahkan lawan atau musuhnya tetap harus berpegang pada etika seorang
kesatria yang harus gentle, tidak pengecut, dan tidak memenangkan perkelahian
dengan jalan yang licik. Sekalipun menang tidak boleh menghina dan
mempermalukan lawannya (menang tanpa ngasorake). Itulah ajaran Ki Lurah Togog
dkk yang sering kali diminta nasehat dan saran oleh para majikannya. Namun toh
akhirnya setiap nasehat, saran, masukan, aspirasi yang disampaikan Ki Lurah
Togog dkk tetap saja tidak pernah digubris oleh majikannya mereka tetap setia.  Ki
Lurah Togog dkk walaupun menjabat posisi sentral sebagai penasehat, pengasuh
dan pembimbing, yang selalu bermulut lantang menyuarakan pepeling, seolah peran
mereka hanya sebagai obyek pelengkap penderita. Walaupun Ki Lurah Togog dkk
selalu gagal mengasuh majikannya para kesatria dur angkara, hingga sering
berpindah majikan untuk bersuara lantang mencegah kejahatan. Bukan berarti
mereka tidak setia. Sebaliknya dalam hal kesetiaan sebagai kelompok penegak
kebenaran, Ki Lurah togog patut menjadi teladan baik. Karena sekalipun sering
dimaki, dibentak dan terkena amarah majikannya, Ki Lurah Togog dkk tidak mau
berkhianat. Sekalipun selalu gagal memberi kritik dan saran kepada majikannya,
mereka tetap teguh dalam perjuangan menegakkan keadilan. Dan lagi-lagi, mereka
selalu dimintai saran dan kritikan, namun serta-merta diingkari pula oleh majikan-
majikan barunya. Itulah nasib Togog dkk, yang mengisyaratkan nasib rakyat kecil
yang selalu mengutarakan aspirasi dan amanat penderitaan rakyat namun tidak
memiliki bargaining power. Ibarat menyirami gurun, seberapapun nasehat dan
kritikan telah disiramkan di hati para “pemimpin” dur angkara, tak akan pernah
membekas dalam watak para majikannya. Barangkali nasib kelompok punakawan Ki
Lurah Togog dkk mirip dengan apa yang kini dialami oleh rakyat Indonesia. Suara
hati nurani rakyat sulit mendapat tempat di hati para tokoh dan pejabat hing
nusantara nagri. Sekalipun sekian banyak pelajaran berharga di depan mata, namun
manifestasi perbuatan dan kebijakan politiknya tetap saja kurang populer untuk
memihak rakyat kecil. By sabdalangit
 
 
 
 

Perlukah Perempuan Disunat (circumsition)?


Khitan atau sunat merupakan suatu tradisi, yaitu dengan cara memotong kulup (kulit luar
kelamin laki-laki). Pemotongan kulup ini bertujuan agar penis menjadi bersih dan kotoran
yang keluar dari saluran kemih tidak terhambat. Pada laki-laki, kulup ini sering menghambat
kebersihan, karena kotoran air seni sering menempel pada kulup terutama pada bagian dala
kulup dan sering menimbulkan infeksi. Nah dengan melakukan sunat maka penis menjadi
lebih bersih, sehingga menjadi ‘wajib’ bagi seorang laki-laki.

Pertanyaannya, apakah anak perempuan harus dikhitan (disunat) sama seperti anak laki-laki?
Bahayanya apa jika tidak dikhitan?

Monggo, para pembaca yang budiman, silahkan berbagi pandangan.

Asah asih asuh

251 tanggapan kepada “Perlukah Perempuan Disunat (circumsition)?”

Dita
Maret 18th, 2012 pada 15:11

@Dewi:
Sunat perempuan yang saya maksud itu yang memotong kulit penutup klitoris, bukan
klitorisnya. Lain lagi kalau klitoris sudah mengalami perlekatan parah, itulah yang
harus dilakukan pemotongan klitoris, dan itu bukan sunat perempuan yang saya
maksud, itu hanya tindakan medis bila terjadi perlengketan klitoris yang parah. Kalau
ada beberapa wilayah di didunia yang melakukan sunat perempuan dengan memotong
klitoris, bukan kulit penutup klitorisnya, padahal belum terjadi perlekatan parah, dan
alasannya hanya untuk sunat, bukan tindakan medis yang mengobati perlekatan
klitoris, maka tindakan itu termasuk FGM, saya juga tidak setuju dengan itu. Tapi
yang saya maksud disini kan hoodectomy yang hanya memotong kulit penutup
klitoris, yang hanya sedikit itu.
Klitoris memang bisa berubah bentuk, seperti mengembang (ereksi) dan mengempis,
saat ereksi sebagian kulit penutup klitoris mungkin akan terbuka, dan saat mengempis
kulit penutup klitoris akan tertutup kembali. Saya jelaskan sekali lagi, seperti yang
pernah saya tulis, saat ereksi, kulit penutup klitoris mungkin akan terbuka sedikit,
inilah peluang untuk masuknya bakteri, apalagi biasanya klitoris ereksi saat
berhubungan intim yang memungkinkan masuknya bakteri dari tangan/ penis
pasangan. Pada perempuan yang mempunyai kulit penutup klitoris yang tebal dan
panjang, kemungkinan terbukanya kulit penutup klitoris saat ereksi sangat kecil,
sehingga rangsangan saat berhubungan intim tidak maksimal, dan walaupun tertutup,
bakteri tetap akan bisa masuk walaupun kemungkinannya tidak sebesar perempuan
yang penutup klitorisnya normal. Jika bakteri telah masuk dan menginfeksi smegma
dan klitoris, peluang terjadinya perlekatan klitoris akan semakin besar karena bentuk
kulit penutup klitoris yang lebar dan tebal.
Untuk smegma, memang bukan daging/jaringan tubuh. Smegma itu substansi putih
kental yang dihasilkan glands klitoris dan kulit penutup klitoris. Fungsinya memang
untuk antibakteri, tetapi tetap dapat terserang bakteri, dan jika sudah terserang bakteri,
smegma yang sudah mengeras dan menyatu akan menimbulkan rasa perih dan gatal,
dan sulit atau bahkan tidak dapat dibersihkan, kecuali dengan memotong klitoris dan
kulit penutup klitoris. Dengan sunat perempuan (hoodectomy) resiko perlekatan
klitoris menjadi teratasi dan tidak perlu memotong klitoris. Pada alat kelamin
perempuan smegma bukanlah satu-satunya anti bakteri, masih ada cairan vagina.
Smegma jika terinfeksi dapat menyebabkan perlekatan klitoris, cairan vagina tidak
menyebabkan perlekatan klitoris. Lalu, smegma hanya berfungsi sebagai anti bakteri
di glands klitoris/ didalam penutup klitoris, sedangkan cairan vagina berfungsi
sebagai antibakteri mulai dari organ dalam yaitu vagina, sampai seluruh bagian luar
alat kelamin perempuan, termasuk klitoris, tetapi dengan syarat kulit penutup klitoris
sudah disunat. Jika belum disunat, cairan vagina tidak bisa melindungi klitoris jika
masih ditutupi kulit penutup klitoris. Walaupun vagina terletak dibawah klitoris,
cairan vagina tetap dapat mencapai klitoris karena bentuk luar kemaluan perempuan
yang seperti bibir. Cairan vagina dapat mengalir mengikuti bibir labia dan mencapai
klitoris yang sudah terbuka setelah disunat.
Soal agama yang saya tulis kemarin, bukan untuk Mbak Dewi saja, tapi untuk semua
orang. Karena saya sudah menyebut agama, jadi saya harus bilang begitu untuk
mencegah penjatuhan suatu agama. Menurut tulisan Mbak diatas, Mbak orang yang
suka yang alami yang langsung ciptaan Tuhan, boleh beragama tapi perhatikan nilai
kemanusiaannya. Saya tidak memaksa Mbak Dewi percaya keyakinan saya. Saya
hanya menjawab pertanyaan Mbak Dewi yang bingung kenapa kami yang mendukung
sunat perempuan terlihat seperti orang yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Sudah
saya jelaskan kemarin, kami bukan tidak punya rasa kemanusiaan, tetapi kami
percaya bahwa semua ajaran agama kami baik, bukan hanya mengikuti sebagian
ajaran dan menolak/ memikirkan lagi/ mengubah ajaran sesukanya karena tidak sesuai
dengan akal. Oleh karena itu, kami wajib mempercayai dan menjalankan kewajiban
sesuai perintah agama, walaupun akal kami tidak sepenuhnya mempercayainya, tetapi
hati kami akan terus mempercayainya dengan sungguh-sungguh. Alasannya hanya
satu: kami percaya Tuhan kami jauh lebih mengetahui daripada kami. Oleh karena itu
kami mempercayai seluruh ajaran yang diturunkan Tuhan kami yang maha
mengetahui. Sebenarnya saya tidak ingin mengaitkan ke agama, saya sudah
menjelaskan banyak dari segi kesehatan, tapi berhubung kemarin ada orang yang
membawa-bawa agama, sampai mau bunuh-membunuh, saya terpaksa mencoba
menjelaskannya.

@Dewi dan semuanya:


Sunat perempuan, walaupun saya percayai berasal dari Islam, menurut saya bukan
tidak mungkin orang dari agama lain mempercayai manfaatnya. Jangan karena berasal
dari Islam, agama lain langsung tidak mempercayainya. Dalam agama lain, mungkin
tidak ada ajaran yang harus mempercayai seluruh ajarannya dengan sepenuh hati, atau
boleh dipikirkan dengan akal manusia.
Jadi, kalau percaya dengan sebagian ajaran kami, contohnya sunat perempuan,
silahkan dicoba dan buktikan. Dalam ajaran Islam, tidak ada larangan jika penganut
agama lain mengikuti sebagian ajaran kami, dengan syarat jika hanya mengikuti
sebagian ajaran, mereka tidak boleh mengatakan mereka Islam, mereka hanya boleh
mengatakan mereka Islam jika mereka mengikuti seluruh ajaran Islam. Tapi maaf,
kami orang Islam dilarang mempercayai sebagian apalagi seluruh ajaran agama lain,
walaupun benar jika dipikir dengan akal, hati kami tidak akan mempercayainya.
Untuk kesimpulan, semua orang bebas mempercayai apa yang dipercayainya. Kami,
orang Islam, percaya seluruh ajaran Islam. Kalau ada orang yang Islam tapi percaya
sebagian ajaran agama lain, berarti dia tidak Islam. Akhirnya yang dapat saya
katakan: “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku”.
Salam damai,

Dita

Saya sangat berterimah kasih banyak kepada PAK MANDALA atas


bantuannya saya bisa menang togel, saya benar2 tidak percaya dan hampir
pingsan karna angka yang di berikan beliau ternyata tembus. awalnya saya
cuma coba2 menelpon, saya bilang saya terlantar di daerah Malaysia. kerja
sebagai TKI dan tidak ada ongkos pulang, mulanya saya ragu tapi dengan
penuh harapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH
berhasil. sekali lagi makasih banyak ya PAK… dan saya tidak akan pernah
lupa bantuan dan kebaikan PAK MANDALA. kepada saudara yang ingin
merubah nasibnya seperti saya silahkan Hub 0823″4898″5714 PAK
MANDALA. Demikian kisah nyata dari saya dan ini tanpa rekayasa. INGAT.
kesempatan tidak akan pernah datang Yang ke.(2).kalinya…!

Saya sangat berterimah kasih banyak kepada PAK MANDALA atas


bantuannya saya bisa menang togel, saya benar2 tidak percaya dan hampir
pingsan karna angka yang di berikan beliau ternyata tembus. awalnya saya
cuma coba2 menelpon, saya bilang saya terlantar di daerah Malaysia. kerja
sebagai TKI dan tidak ada ongkos pulang, mulanya saya ragu tapi dengan
penuh harapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH
berhasil. sekali lagi makasih banyak ya PAK… dan saya tidak akan pernah
lupa bantuan dan kebaikan PAK MANDALA. kepada saudara yang ingin
merubah nasibnya seperti saya silahkan Hub 0823″4898″5714 PAK
MANDALA. Demikian kisah nyata dari saya dan ini tanpa rekayasa. INGAT.
kesempatan tidak akan pernah datang Yang ke.(2).kalinya…!

Saya sangat berterimah kasih banyak kepada PAK MANDALA atas


bantuannya saya bisa menang togel, saya benar2 tidak percaya dan hampir
pingsan karna angka yang di berikan beliau ternyata tembus. awalnya saya
cuma coba2 menelpon, saya bilang saya terlantar di daerah Malaysia. kerja
sebagai TKI dan tidak ada ongkos pulang, mulanya saya ragu tapi dengan
penuh harapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH
berhasil. sekali lagi makasih banyak ya PAK… dan saya tidak akan pernah
lupa bantuan dan kebaikan PAK MANDALA. kepada saudara yang ingin
merubah nasibnya seperti saya silahkan Hub 0823″4898″5714 PAK
MANDALA. Demikian kisah nyata dari saya dan ini tanpa rekayasa. INGAT.
kesempatan tidak akan pernah datang Yang ke.(2).kalinya…!

mau tanya rmh sakit yg melayani rekontruksi sunat karena kpl kemaluan mengecil
lubang kencg juga namun tidak mempengaruhi fungsi zh trims

 
Salam kenal mas, saya bisa memahami kegalauan hati njenengan,
kemungkinan anda mengalami infeksi sekunder pada waktu di sunat, namun
begitu janganlah risau mas, njenengan bisa datang ke rumah sakit dokter
bedah plastik di kota anda untuk merekontruksi ulang bentuk penis njenengan.

http://health.detik.com/read/2011/09/13/163735/1721533/1013/kenapa-mr-p-
berubah-bentuk-setelah-disunat

@ Dita,

Betul itu bu, semua orang bisa di sunat tak memandang apa suku dan
agamanya, secara pribadi saya tak punya masalah dengan selera pribadi orang
yang lebih suka di sunat atau tidak. yang saya kritisi di sini adalah kontruksi
sosialnya, baik dari segi kesehatan, peradaban, agama, budaya dan feminitas.

Oh ya, apakah ibu sudah membuka link yang saya postingkan?… coba di klik
ya bu, lalu klik lagi menu ‘gambar’ yang ada di pojok kiri, monggo :…

http://www.google.co.id/search?
q=women+circumcision&hl=id&prmd=imvns&source=lnms&tbm

Apa yang ibu utarakan di atas, terlepas dari pengalaman pribadi njenengan
sendiri yang di sunat pada usia 14 th, adalah semata bentuk ‘paranoid’ jika tak
di sunat maka akan mengalami infeksi pada saluran kencing, baktery yang
akan masuk ke vagina dsb. Padahal ketika anda melakukan penipisan kulit
klitorispun anda belum mengalami semuanya, kecuali hanya sebuah ketakutan
kompleks yang di sebabkan oleh katanya si konon saja yang berasal dari
lingkungan njenengan juga.

Ibu saya anaknya buanyak nggak pernah menderita seperti yang ibu tuliskan di
atas, ibu saya tidak di sunat seperti halnya saudara wanitanya serta ibunya
(nenek saya yang juga anaknya buanyak), jadi alasan sunat pada perempuan
itu terlalu di buat2 saja, demi melembagakan praktek sunat ini pada generasi
berikutnya. Tapi kalaupun ada penderita wanita yang tak di sunat seperti yang
njenengan tuliskan di atas, apakah tak ada obat dan penangananya, selain tak
harus di habisi/ di eksekusi kulit klitoris/ kulit permukaannya?…

Kalau memang alasan njenengan melakukan sunat ini karena kecintaan pada
agama atau Tuhan njenengan, saya hanya bisa sarankan njenengan untuk lekas
berintropeksi diri dari hati nurani, dan sesungguhnya sampai sekarangpun para
ahli agama akan kelimpungan/ tak berdaya jika di minta menunjukkan ayat
yang mewajibkan sunat pada perempuan ini, (kecuali sunat pada lelaki
memang ada pada sunah rosulnya), sedang dalih oleh seorang habib/ ustad/
ulama tidak bisa di pertanggung jawabkan melainkan hanya merujuk pada
pola budayanya setempat, lha budayanya itu kan di bentuk pada pola pikir
manusianya yang pada jaman itu tidak memperdulikan hak2 wanitanya, dan
sunat ini bukan monopoli umat islam saja, melainkan sudah ada sejak sebelum
agama samawi lahir, sunat berasal dari budaya mesir kuno, lalu di comot dan
di terapkan oleh kaum yahudi, lalu di teruskan agama islam hingga sekarang.
Coba ibu lebih peka terhadap permasalahan sekitar, di dunia ini angka
kematian ibu dan bayinya mengapa selalu negara2 islam yang terbanyak?..
memang sunat tak ada hubungannya dengan nyawa seseorang, tapi ini
mempengaruhi gaya hidup seseorang dalam memperlakukan kesehatan
kelamin dan reproduksinya, negara2 tertinggi angka kematian bayi dan anak
al: afrika, afganistan dan indonesia, padahal kita tahu sendiri ketiga negara tsb
paling doyan menyunat kaum wanitanya.

Badan kesehatan dunia dan amnesty internasional getol mengkampanyekan


larangan sunat pada anak2 dan terutama pada kaum wanitanya, mereka
bergerak di bidang kemanusiaan lintas agama, suku dan budaya. Jadi mana
yang lebih rasional dalam membicarakan masalah kesehatan?… apakah agama
yang di bentuk budayanya atau fakta kenyataan empiris?… saya pikir Tuhan/
Allah/ Yesus tidak ada hubungannya dengan sunat-menyunat ini, sunat itu
hanya produk budaya manusianya saja.

STOP SUNAT PADA PEREMPUAN!

salam rahayu,

dewi

Weleh-weleh. Itu semua bukan masalah sunat menyunat Mbak, Nenek


saya umurnya udah 90 lebih anaknya buanyak, cucu dan cicit-cicitnya
juga. Alhamdulillah lahir sehat dan Alhamdulillah juga belum ada
yang meninggal semua. Mereka yang para waintanya juga sunat
semuanya. Jadi, itu semua masalah gizi buruk Mbak, gak ada
hubungannya dengan sunat-menyunat . yang kebetulan Negara yang
Mbak sebutkan diatas negara yang miskin, bermasalah atau baru
berkembang dari segi perekonomian. Gitu aja kok repot. hehehe…

@ Domba Selamet,

Terima kasih, kemiskinan mungkin bisa mempengaruhi angka


kematian… tapi apakah kemiskinan pola pikir bisa menggiring
wanitanya untuk bersedia di sunat?… seseorang yang di sunat sejak
bayi/ remaja kecil, maka mereka hanya bisa menerima nasib saja.

Klitoris adalah gerbang dari monologe vagina, tidakkah njenengan bisa


membedakan antara kesehatan ragawi dengan kecantikan, keindahan
dan kebersihan klitoris tanpa di lukai/ di sayat/ di sunat. Jangan
menyepelehkan masalah sunat hingga terkesan menggampangkan
perjalanannya.
Bahwa praktek ini telah penetrasi ke budaya, agama, gender, Sudah
saatnya kita melek/ tersadar, dengan memperkaya pemahaman kita
terhadap wanitanya dengan nalar dan nurani.

Salam rahayu,

Dewi

@Dewi:
Pada saat saya membuat tulisan yang kemarin, saya sudah lihat gambar dari link yang
Mbak buat. Walaupun kata kuncinya “Woman circumcision”, menurut saya hampir
semua gambar yang ditampilkan adalah pelaksanaan FGM yang kebanyakan ada di
Afrika, dan kebanyakan prosedurnya tidak sesuai dengan prosedur medis yang benar.
Padahal, sunat perempuan yang saya maksud adalah hoodectomy atau bukan FGM.
Saya juga terkadang mencari artikel tentang sunat perempuan di internet, sebagian
besar menyamakan FGM yang berbahaya, tidak bermanfaat dan dilarang, dengan
sunat perempuan yang aman, bermanfaat, dan tidak dilarang oleh pemerintah
Indonesia. Kenapa saya bilang tidak dilarang? karena ternyata ada Permenkesnya.
Coba Mbak cari di internet tentang Permenkes tentang sunat perempuan, yang
ditampilkan dalam format pdf. Disitu dijelaskan tentang bagaimana sunat perempuan
yang baik dan benar yang bukan FGM. Itulah yang saya maksud selama ini. Juga saya
ingatkan sekali lagi FGM dan sunat perempuan tidak sama, FGM dilarang, sunat
perempuan diperbolehkan, dan banyak perbedaan lainnya.
Saya ulangi lagi, alasan untuk melakukan sunat perempuan bukan hanya untuk
mencegah perlekatan klitoris. Dapat juga untuk menambah sensitivitas klitoris, seperti
yang pernah saya jelaskan sebelumnya. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti
dengan mengatakan jika perempuan tidak disunat akan mengalami perlekatan klitoris.
Saya kan sudah bilang sebagian perempuan bisa saja hanya memiliki sedikit resiko
perlekatan klitoris. Yang memiliki resiko besar pun mungkin tidak mengalami
perlekatan klitoris. Tapi mungkin juga mengalaminya. Jadi, sunat perempuan itu
tindakan pencegahan yang hanya perlu sekali seumur hidup. Tindakan pencegahan
lainnya bisa saja dengan rajin membersihkannya, tapi itu perlu dilakukan secara terus-
menerus, bahkan untuk perempuan tertentu, dapat lebih dari sekali dalam satu hari.
Bagi yang memiliki smegma yang berlebihan dan memiliki kulit penutup klitoris yang
penjang dan lebar akan lebih sulit membersihkannya. Jadi, intinya kalau harus
membersihkan, jadi repot, terlebih lagi bagi yang sulit membersihkannya dan yang
perlu membersihkannya labih dari sekali dalam sehari. Sedangkan tidak semua
perempuan memiliki waktu untuk membersihkannya. Contohnya,untuk perempuan
yang smegmanya cepat menumpuk, saat kerja dikantor, smegma yang bercampur
bakteri tidak bisa dibersihkan hanya dengan ke kamar mandi kantor saja. Karena
membersihkan klitoris yang tidak disunat akan sulit jika tidak dirumah. Kalau setelah
pulang kerja, waktu untuk mandi sore/malam hanya sebentar, kemungkinan
membersihkan klitoris perlahan-lahan sangat kecil, jika tidak rajin dibersihkan, sudah
pasti resiko perlekatan akan meningkat. Tapi itu hanya contoh, bisa saja dengan
alasan yang lain, tapi intinya sebagian perempuan tidak punya cukup waktu untuk
membersihkan klitoris dengan waktu yang biasanya relatif lama. Untuk yang memilih
dengan cara membersihkan, itu terserah. Sunat perempuan adalah salah satu cara
lainnya yang simpel dan bagi umat Islam sekaligus melaksanakan sunnah Nabi. Kalau
keluarga besar Mbak Dewi, kemungkinan semua perempuannya memiliki klitoris
yang sangat mudah untuk dibersihkan, dan pemikiran turun-temurun untuk menyukai
bentuk yang langsung ciptaan Tuhan. Untuk manfaat menambah sensitivitas klitoris,
itu terserah sepenuhnya pada orangnya, mau percaya atau tidak. Saya sarankan untuk
membuktikannya manfaatnya seperti saya dulu, agar percaya akan manfaat sunat
perempuan untuk meningkatkan sensitivitas klitoris. Kalau Mbak tanya, kalau
perempuan sudah mengalami perlekatan klitoris, apa ada cara lainnya selain kulit
penutup klitoris disunat? Jawabannya, jika perlekatannya belum parah, dapat
dibersihkan dengan tindakan khusus petugas medis. Kalau sudah perlekatannya parah
caranya bukan hanya kulit penutup klitorisnya saja yang dipotong, tapi klitorisnya
juga ikut dipotong. TIdak ada cara lain. Bagi perempuan yang mengalami perlekatan
klitoris parah, pemotongan kulit penutup klitoris beserta klitorisnya bukan merupakan
FGM, melainkan tindakan medis untuk menyembuhkan perlekatan klitoris yang
parah.
Untuk umat Islam, melakukan sunat perempuan juga berarti melakukan sunnah Nabi.
Jadi, sunnah yang dari Nabi itu bukan untuk laki-laki saja, untuk perempuan juga.
Ada beberapa sunnah nabi tentang sunat, dan di semua sunnah itu, tidak pernah hanya
disebutkan tentang sunat laki-laki saja, selalu diikuti tentang sunat perempuan juga.
Hanya saja, hukum untuk melakukannya yang tidak jelas, apakah sunnah atau wajib.
Kalau masih tidak percaya silahkan cari di internet tentang sunnah-sunnah Nabi itu.
Sumber tentang sunat perempuan dalam Islam didapat dari sunnah Nabi. Jadi bukan
dari Al-Qur’an karena mamang tidak ada ayatnya, sehingga ulama pun tidak bisa
memberikan ayat tentang sunat perempuan. Tentang hukum sunat perempuan, karena
tidak terdapat jelas pada sunnah Nabi, jadi hukumnya diambil dari pendapat ulama,
seperti yang saya pernah saya bilang. Ada yang bilang sunat perempuan itu wajib, ada
yang bilang sunnah. Ulama yang mengatakan hukum-hukum itu adalah ulama
terkenal dari zaman dulu yang pastinya memahami ajaran Islam dengan luas, dan
ulama-ulama itu pasti juga memahami ajaran Islam yang peduli tentang perempuan.
Pendapat para ulama, apalagi yang terkenal, pasti tidak asal-asalan, dan bagi umat
Islam harus percaya kepada salah satu pendapat ulama-ulama itu. Saya sendiri, karena
merasa lebih baik, percaya kepada ulama yang berpendapat sunat perempuan itu
wajib. Untuk semua orang Islam yang saya ajak, saya mengatakan itu sunnah, tapi
setelah disunat, bisa saja dia jadi percaya kalau itu wajib.
Di benua Afrika, tingkat kematian bayi dan anak yang tinggi karena pengetahuan
kesehatan yang kurang, sulitnya bahan makanan dan air, dan pelaksanaan FGM yang
dilakukan sewaktu masih bayi atau anak-anak. Sedangkan sunat perempuan tidak
berbahaya dan sebaiknya dilakukan pada perempuan saat masih anak-anak atau sudah
remaja, sehingga tidak terlalu beresiko daripada saat bayi atau dia dapat menentukan
pilihannya yang terbaik. Negara di Afrika yang melakukan FGM hanya sebagian kecil
yang mayoritas Islam, Sebagian besar malah agama lain. Hubungan FGM dengan
kematian bayi dan anak-anak memang ada. Tapi, tidak ada hubungan antara sunat
perempuan dan kematian bayi dan anak-anak.
Sunat perempuan memang budaya manusia. Tapi, agama Islam mengakuinya
manfaatnya sehingga menjadi ajaran Islam. Budaya manusia memang tidak semuanya
benar, karena akal manusia terbatas. Tapi, kalau agama saya yang dari Tuhan telah
membenarkan manfaatnya, saya dan sesama orang Islam wajib mempercayainya juga.
Salam,

Dita
 

Terima kasih bu, hoodectomy termasuk eksisi ringan atau ‘clitoral unhooding’
dalam bidang dunia kesehatan dan kecantikan, dan hanya bisa di lakukan oleh
ahli bedah operasi, tapi non FGM atau bukan sunat, prosedur ini
membutuhkan perawatan dan penyembuhan holistik (teratur). terlebih dahulu
sang dokter akan mengetes kesensitivan klitoris wanita dewasa, jadi dokter
juga tak akan sembarangan menyayat/ mengiris, tapi harus melalui proses rinci
dan studi kasus terhadap pasiennya. Dan pasien hoodectomy ini sangat
langkah di dunia, namun di indonesia hoodectomy ini menjadi alternatif selain
sunat, padahal nggak semua klitoris bisa di hoodectomy, dan aturannya sudah
jelas dan sangat ketat.

Seperti dalam kasus njenengan, maaf, njenengan di sunat pada usia 14 th…
apa tidak terlalu muda? Tapi kalo njenengan sudah aktive secara sexual pada
usia dini namun tidak bisa orgasme/ terangsang terutama di daerah klitoris dan
merasa sakit karena merasa tidak bersih di lapisan klitoris pada usia itu lalu
anda menyimpulkan harus di hoodectomy terutama mendapat dukungan dari
pacar/ suami pada waktu itu, apa dokter yang njenengan datangi langsung
mengiyakan pasiennya begitu saja?….

Kalau iya, saya sangat menyayangkan, terlebih sang dokter itu tahu bahwa
pasiennya anak di bawah umur…., tapi saya juga bisa bahagia mengetahui
bahwa ibu juga merasa sangat berbahagia setelah di hoodectomy.

Ibu Dita, wanita yang tidak di hoodectomypun tidak akan menderita kesakitan
karena merasakan penumpukan di glans klitorisnya sehingga harus di
bersihkan yang disebabkan oleh akumulasi kelembabannya seperti yang
njenengan apriorikan sejak masih muda. Secara biologys syaraf jaringan otot
kelamin sexual Wanita dan pria tidaklah sama, wanita tidak menghasilkan
smegma dan pria bisa menghasilkan smegma oleh karena kebaikan fungsi
kulupnya. Nah kalau identifikasinya dari awal saja sudah tidak tepat,
bagaimana orang bisa benar memperlakukannya?…

Sekali lagi Tuhan tidak ada hubungannya dengan sunat menyunat, tapi Tuhan
telah berbaik hati menganugrahkan semuanya pada kita. Dan sunat ini
merupakan produk dari budaya setempat saja yang kebetulan juga tempat
lahirnya 3 budaya agama samawi tsb.

Bisakah kita menjadi bangsa yang maju peradabannya, berpikir lebih cerdas
dan bijkasana tanpa harus merasakan terinterverensi oleh sesuatu yang bersifat
pribadi seperti agama atau ke-Tuhan-an?…

Salam rahayu,

Dewi

Ternyata memang benar apa kata fakta yang memprihatinkan ini:


Bahwa orang indonesia itu ternyata bisa lebih kejam daripada penjajah belanda, orang
belanda sudah menghapus hukuman mati, orang indonesia masih menerapkan…

Bahwa orang indonesia itu ternyata bisa lebih ke arab2an daripada orang arab, orang
arab sudah resmi melarang sunat pada perempuannya, tapi indonesia masih banyak
yang mempraktekannya…

“Sunat Perempuan, Bentuk Kekerasan terhadap Anak Perempuan”

Dari data Amnesty International terdapat dua juta anak perempuan di dunia setiap
tahunnya yang di sunat, termasuk yang berada di Indonesia.Definisi dari Sunat
Perempuan atau Female Genital Cutting (FGC) itu sendiri menurut WHO adalah
semua prosedur yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh dari bagian luar
alat kelamin perempuan atau mengores alat kelamin perempuan tanpa adanya alasan
medis.

Menurut WHO ada empat tipe sunat perempuan:

1. Memotong seluruh bagian klitoris (bagian mirip penis pada tubuh pria).
2. Memotong sebagian klitoris.
3. Menjahit atau menyempitkan mulut vagina (infibulasi)
4. Menindik, menggores jaringan sekitar lubang vagina, atau memasukkan sesuatu ke
dalam vagina agar terjadi perdarahan dengan tujuan memperkencang atau
mempersempit vagina.

Dampak yang akan dirasakan perempuan setelah dilakukan sunat tersebut biasanya
terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk jangka pendek:

1.Pendarahan yang mengakibatkan shock atau kematian


2.Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis
3.Tetanus yang menyebabkan kematian
4.Gangrene yang dapat menyebabkan kematian
5.Sakit kepala yang luar biasa mengakibatkan shock
6.Retensi urine karena pembengkakan dan sumbatan pada uretra

Untuk jangka panjang:

1.Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks


2.penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi
3.Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks)
4.Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam
vagina), hematometra (akumulasi darh haid dalam rahim), dan hematosalpinx
(akumulasi darah haid dalam saluran tuba)
5.Infeksi saluran kemih kronis
6.Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing)
7.Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras).
Di Indonesia sendiri masih banyak dilakukan Sunat Perempuan ini, karenanya Komite
PBB dalam komentar akhirnya terhadap laporannya menyatakan keprihatinannya
masih terjadinya praktik perusakan alat kelamin perempuan [female genital
mutilation] di Indonesia yang merupakan suatu bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan anak perempuan dan merupakan pelanggaran Konvensi. Komite juga prihatin
karena di Indonesia tidak ada undang-undang yang melarang atau menghukum praktik
perusakan alat kelamin perempuan.

Mungkin kita perlu meneladani negara Mesir, parlemen Mesir telah mengesahkan UU
tentang pelarangan sunat perempuan. Bagi yang melanggar akan dikenai dengan 185
dola AS sampai 900 dolar AS dan kurungan penjara antara 3 bulan dan 2 tahun.

Pertanyaannya adalah mampukah DPR kita mikirin hal-hal ini?…

Mari kita berikan yang terbaik untuk anak-anak kita, bagi masa depan mereka.

STOP SUNAT PADA PEREMPUAN!

Salam indonesia mercusuar dunia,

Dewi

@Dewi:
Apa yang Mbak jelaskan hampir benar, terima kasiih atas mengertinya Mbak atas
beberapa penjelasan saya sebelumnya dari segi kesehatan. Tapi kalau hampir benar,
berarti masih ada yang kurang tepat. Benar, hoodectomy hanya sebuah insisi ringan
dalam dunia kesehatan dan kecantikan, hanya bisa dilakukan ahlinya, dan tentunya
membutuhkan perawatan dalam penyembuhan. Saya sedikit tambahkan, karena
insisinya dilakukan pada kulit penutup klitoris, dan struktur dasarnya sama dan
fungsinya hampir sama dengan kulup laki-laki, maka hoodectomy termasuk sunat,
yang dilakukan pada perempuan. Pada laki-laki, tindakannya disebut sirkumsisi dalam
dunia kesehatan, pada kenyataannya sebagian besar penduduk indonesia menyebutnya
sunat. Jadi, yang saya ingin katakan, hoodectomy itulah sunat perempuan. Kalau
dengan FGM memang beda. FGM adalah insisi yang dilakukan pada selain kulit
penutup klitoris, seperti klitorisnya, labia minora dan labia mayora, sedangkan sunat
perempuan (hoodectomy) adalah insisi pada kulit penutup klitoris saja.
Tentang prosedurnya, apa Mbak sudah mencoba melihat Permeskes tentang sunat
perempuan? Disana dijelaskan tentang peraturan dasarnya, bagian yang boleh disunat
dan yang tidak boleh. Juga tentang prosedurnya. Pada Permenkes, tidak ada prosedur
yang mengharuskan mengetes klitoris, proses rinci dan studi kasus sebelum disunat.
Seperti yang Mbak bilang, tidak semua perempuan bisa di hoodectomy, tapi bukan
berarti langka, malah sebagian besar perempuan yang bisa disunat karena memiliki
kulit penutup klitoris. Tapi, seperti yang pernah saya bilang, tidak semua perempuan
yang memiliki kulit penutup klitoris normal perlu disunat. Yang perlu hanya sebagian
perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris yang tebal dan menutupi seluruh
klitoris sehingga kemungkinan terjadi perlekatan klitoris akan semakin besar. Bagi
perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris normal / tidak terlalu beresiko
perlekatan klitoris juga dapat disunat jika ingin, dengan alasan agar peluang
perlengketan klitoris semakin kecil atau menambah sensitivitas klitoris. Ketika Mbak
bilang sebelum disunat dites dulu klitorisnya, mungkin itu prosedur di klinik
kecantikan pada program sunat untuk menambah sensitivitas klitoris, jadi terkadang
memang harus dites, sebelum dan sesudah disunat. Saya dulu juga begitu untuk
membuktikan manfaat sunat perempuan ini, meskipun bukan dari program dari klinik
kecantikan. Jadi, hoodectomy bukan alternatif dari sunat perempuan. Hoodectomy
itulah nama lain dari sunat perempuan.
Kalau saya, sebelum menikah belum aktif secara seksual. Saya mengetes sendiri
sensasi klitoris sebelum dan sesudah disunat, belum dapat dikatakan aktif, itu masih
pasif secara seksual. Soal usia saya disunat dulu, memang sedikit lebih cepat dari usia
yang ideal untuk disunat, tapi saya sudah bisa memutuskan sendiri bukan dari
paksaan. Usia saya disunat dulu lebih cepat 3-5 tahun dari ideal. Tapi saya pikir, laki-
laki didaerah saya saja disunat rata-rata umur 12 tahun, saya 14 tahun kok belum
disunat, jadi saya sunat saat umur 14 tahun aja. Seperti yang saya bilang tadi, karena
tidak ada prosedur harus cek klitoris dll, maka dokter nya setuju aja. Hanya saja
sebelum disunat, dokter hanya memeriksa vulva dan menanyakan apa ada infeksi,
karena baik-baik saja, ya sudah, langsung disunat.
Saya ulangi lagi laki-laki dan perempuan sama-sama menghasilkan smegma. Jaringan
syaraf memang sedikit mempengaruhi, dan strukturnya hampir sama pada laki-laki
dan perempuan. Pusat saraf perasa laki laki ada pada glands penis, dan pada
perempuan ada pada glands klitoris. Ini juga berkaitan dengan struktur dasar penis
dan klitoris yang sama. Seperti yang Mbak bilang, sebagian perempuan memang
tidak/belum tentu merasa sakit jika terjadi penumpukan smegma yang bercampur
bakteri tentunya, pada klitorisnya, melainkan hanya merasa tidak nyaman atau bahkan
tidak merasakan apa-apa. Saya ulangi lagi, yang merasa sakit dan gatal itu yang sudah
terjadi perlekatan klitoris parah. Kalau belum parah, salah satu cara
menyembuhkannya bisa dengan disunat. Kalau sudah parah, smegma yang bercampur
bakteri, glands klitoris, dan kulit penutup klitoris akan mengeras dan menyatu
sehingga tidak bisa disembuhkan dengan hoodectomy melainkan harus dipotong kulit
penutup klitoris beserta klitorisnya. Sunat perempuan bermanfaat untuk
mencegahnya, mengurangi kemungkinan atau bahkan membuat perlekatan klitoris
menjadi tidak mungkin terjadi. Tentang ini bukan saya ketahui sejak masih muda, ini
baru beberapa tahun saya ketahui. Karena para ahlinya juga sudah membuktikannya,
menurut saya identifikasi saya diatas sudah tepat.
Saya ulangi lagi, sebenarnya saya tidak mau membicarakan sunat perempuan ini dari
segi agama, karena pasti tidak nyambung karena keyakinan orang tentang ini berbeda-
beda. Tapi Mbak mengajak saya untuk memikirkan lagi tentang ini dari hati nurani,
saya hanya ingin bilang, dalam agama saya, ajarannya tidak bisa dipikir2 akal dan hati
nurani dulu, kalau sudah diperintahkan Tuhan dengan jelas, ya laksanakan. Karena
dalam agama saya, Islam, manusia memang makhluk yang paling sempurna, tapi
bukan berarti Tuhan memberikan semuanya pada manusia, akal yang diberi Tuhan
kami tidak cukup untuk memahami seluruh alam semesta, akal Tuhan kami pastinya
lebih sempurna dari manusia, sehingga tuhan menolong kami dengan menurunkan
agama, jadi kalau sudah ditolong dengan agama ya ikuti saja, jangan dipikir-pikir lagi
kalau memang sudah jelas perintahnya. Jadi, pemikiran saya sudah pasti tidak bisa
diubah, sunat perempuan itu bermanfaat, dan didukung Tuhan dengan
memerintahkannya kepada manusia. Kalau Mbak sudah mengerti, saya tidak akan
membawa-bawa tentang agama lagi. Sekali lagi , terima kasih untuk pengertiannya
tentang sunat perempuan dari segi agama yang saya jelaskan.
Salam,
Dita

@ Dita,

Kontruksi klitoris dan kulup tidaklah sama bu, dan saya sangat prihatin dengan
pandangan njenengan yang demikian, namun Secara pribadi saya bisa
memahami pemikiran njenengan, yang berdasarkan pola dan didikan
lingkungan njenengan yang pro sunat pada perempuannya di daerah anda.

Baiklah bu, saya akan mulai dengan prosedure hoodectomy, yang pertama
minimal harus 18 th ke atas, tanpa studi kassus kepada calon pasiennya
seorang dokter bisa di katakan menyalahi aturan. Pasca operasi minimal 6
minggu ke depannya akan menjalani perawatan holistic (teratur) hingga ia
merasa nyaman seperti sedia kala, dan seorang dokter yang baik akan menjadi
sahabat yang baik sepanjang hidup bagi pasiennya. Tidak seperti membeli
obat dengan slogan ‘jika sakit berlanjut hubungi dokter terdekat’ terkesan
produsen obat hanya cuci tangan mencari keuntungan konsumen saja. Dengan
kata lain, proses hoodectomy ini tidak hanya menjalankan operasi tapi juga
menyertakan konsultasi/ bimbingan psikolog bagi pasien hoodectomy
terutama setelah pascah operasi.

Hoodectomy ini ada 2 tipe, yg pertama hanya untuk unhooding klitoris atau
memperkecil/ menghilangkan seluruhnya, yang kedua adalah labiaplasty, yaitu
mengiris permukaan bibir luar vagina. Jika seorang wanita memilih semua
paketnya, maka hasilnya adalah penampilan luar saja yang menjadi sensasi
seleranya. Secara kesehatan itu juga tak menjamin bahwa wanita yang di
hoodectomy ternyata lebih sehat daripada yang tidak di hoodectomy. Itulah
mengapa bahwa pasien hoodectomy ini sangat langkah, karena wanita yang
mengerti seluk beluknya akan mundur dan tidak akan membuat keputusan
yang akan ia sesali sepanjang hidupnya.

Lalu bandingkan dengan praktek hoodectomy di indonesia yang


pelaksanaanya sangat rancu dan liar, mereka mengira setelah menjalani
pengirisan/ penyayatan secara medis saja, berarti sudah beres, padahal kan
bukan seperti itu prosedurnya. Apalagi kita banyak melihat di tv, di majalah
dan koran, yang masih banyak melakukan ‘penyunatan’ pada perempuan, baik
bayi ataupun dewasa dengan unhooding/ penyayatan tanpa studi kassus
terlebih dahulu melainkan hanya karena sesuatu yang sudah menjadi ‘ tradisi
budaya’ saja.

Perlu di ketahui, budaya praktek ini di negara kita di mulai terutama ketika
MUI, sebuah lembaga dakwah yang di dirikan pada th 1975, yang bertujuan
untuk membina dan membimbing seluruh umat muslim indonesia, di motori
oleh para cendikiawan muslim, zu`ama dan ulama pada waktu itu,
merekakalah yang mengeluarkan fatwa bahwa wanita muslim wajib/ sunah
hukumnya untuk di sunat, tak ayal para dokter hingga sekaliber menkespun
dan jajarannya ikut2an mendukung langkah para pemimpin umatnya, tak
terkecuali hukumnya yang ada sekarang juga masih ‘ambivalen’, di sisi lain ia
menentang sunat pada perempuan kecuali dengan syarat2 tertentu. Dengan
kata lain hukum kita banyak celah kekurangannya untuk melindungi hak2
perempuannya dalam hal mengenal lebih dalam fungsi, estetika dan kesehatan
daerah sexualnya. Dan sudah sejak lama amnesty internasional mengkritisi
kebijakan pemerintah yang ambivalen ini, bahwa pemerintah kita harus lebih
tegas untuk menerapkan undang2 yang melarang segala bentuk mutilasi pada
kelamin perempuannya.

Sudah saatnya kita harus segera tersadar, Praktik mutilasi kelamin perempuan
menunjukkan penstereotipean (pelabelan) yang diskriminatif mengenai
kelamin perempuan yang “kotor” atau merendahkan; bahwa perempuan tidak
berhak membuat pilihan mereka sendiri mengenai seksualitas, dan perempuan
dan anak perempuan hanya bisa bermartabat secara penuh dalam praktik
keagamaan jika badan mereka diubah, artinya ada yang secara inheren salah
dengan tubuh perempuan. Untuk itu kita harus menghapus segala bentuk
diskriminasi pada perempuan, karena “sunat perempuan” adalah “kemunduran
dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan”.

STOP MUTILASI KELAMIN PEREMPUAN, APAPUN BENTUKNYA!

Salam per-EMPU-an,

Dewi

@Dewi:
Itu juga benar. Kulup memang tidak sama konstruksinya dengan klitoris. Saya tidak
pernah bilang itu sama, dan tidak ada hubungannya dengan lingkungan saya. Yang
saya bilang sama itu kulup laki-laki dan kulup perempuan. Perbedaannya memang
ada, khususnya ukuran dan organ yang ditutupinya. Tapi persamaannya juga ada.
Sama-sama menghasilkan smegma dan juga melindungi penis dan klitoris yang sama
strukturnya. Dalam anatomi, organ yang hampir sama juga disebut homolog, dan
organ yang sama/homolog itu tidak harus sama saat dilihat sekilas saja. Diperhatikan
juga saat masih tahap embrio. Kalau pada tahap embrio bentuknya sama, berarti
struktur dasarnya sama, dan walaupun saat sudah dewasa bentuk luarnya berbeda,
struktur dasar yang terbentuk saat masih tahap embrio tetap sama, dan biasanya
terdapat kesamaan fungsi pada kedua organ yang homolog atau hampir sama itu.
Untuk orang belum mengerti memang kedengarannya tidak masuk akal, kok kulup
laki-laki sama dengan kulup perempuan? Tapi bagi yang sudah mengerti anatominya,
walaupun bentuk luarnya beda, biasanya akan sering menyamakan kulup laki-laki dan
kulup perempuan.
Sampai sekarang, pelaksanaan sunat perempuan tidak dibatasi umurnya. Belum ada
peraturan resmi seperti itu. Kalau Mbak bilang harus 18 tahun, itu peraturan dari
mana? Dari pendapat itu sepertinya Mbak belum membaca Permenkes tentang sunat
perempuan, maka dari itu, bacalah Permenkesnya, khususnya bagian prosedur sunat
perempuan. Kalau menurut saya memang boleh pakai batas umur minimal, tapi tidak
harus sampai 18 tahun. Usia 12 tahun yang rata2 telah mengalami menstruasi pertama
dapat dijadikan batas umur minimal. Perempuan usia seperti itu biasanya sudah mulai
mengetahui tentang alat kelaminnya dan dapat memutuskan sendiri keputusannya.
Kalau kegiatan setelah disunat/hoodectomy, memang harus dirawat teratur, sama
seperti sunat laki-laki, dan konsultasi ke dokter bukan psikolog. Pada umumnya tidak
ada masalah kejiwaan setelah selesai disunat. Kalau masalah infeksi dan lain-lain,
dokter lebih cocok mengobatinya.
Yang saya tahu dari internet dan dari ahlinya, hoodectomy atau sunat perempuan itu
hanya ada satu tipe, tipe yang mengangkat sebagian atau seluruh kulit penutup
klitoris. Jadi bukan klitorisnya. Kalau labiaplasty, infibulasi, vaginoplasty dan
pemotongan sedikit ujung klitoris yang terlalu besar untuk mengurangi
sensitivitasnya, itu tindakan lain, hanya saja sama-sama dilakukan pada alat kelamin
perempuan. Dan terbukti pada kenyataannya hoodectomy/sunat perempuan,
infibulasi, vaginoplasty, dll cukup banyak peminatnya, dilihat dari jumlah klinik-
klinik kecantikan yang menawarkannya. Kalau langka, kenapa banyak kliniknya?
Lagipula tidak dilarang dan aman aja.
Kalau di Indonesia, memang masih banyak yang salah. Banyak yang masih tidak
melakukan perawatan teratur dan konsultasi setelah disunat. Bahkan ada yang
tindakannya masih dikategorikan FGM, terutama di daerah terpencil dan di lakukan
oleh tenaga medis tidak resmi. Yang seperti inilah yang harus diperbaiki, diberitahu
prosedur yang benar, dll. Sebenarnya tindakan medis yang salah di daerah terpencil
banyak terjadi di Indonesia. Bukan hanya saat menyunat perempuan, contohnya saat
melahirkan, masih banyak daerah terpencil di Indonesia yang pelaksanaannya masih
tidak benar. Tugas untuk memperbaikinya yang paling wajib adalah pemerintah.
Pada dasarnya wajar jika masyarakat mengikuti ulamanya, selain karena berdasarkan
agama, itu memang bermanfaat. Walaupun Indonesia bukan negara Islam, pemerintah
tetap boleh membuat peraturan tentang pelaksanaan sunat perempuan. Lagipula,
seperti kata Mbak sebelumnya, awalnya sunat perempuan itu berasal dari mesir atau
timur tengah yang didukung oleh Islam. Artinya pemeluk agama lain juga boleh
melaksanakan sunat perempuan. Saya juga setuju, hukum kita di Indonesia banyak
kekurangannya. Walaupun begitu, Indonesia tidak harus mengikuti perintah dari
pihak yang mengecam peraturan ini, mereka kebanyakan orang dari barat yang
berusaha menguasai Indonesia dengan memaksakan keyakinan mereka. Hanya karena
jumlah mereka lebih banyak, Indonesia tidak harus mematuhi mereka. Perbedaan itu
ada di dunia ini. Tidak boleh suatu pihak memaksakan kehendaknya hanya karena
jumlah pendukung mereka banyak. Pendapat tentang sunat perempuan bukan
ambivalen. Yang dilarang dengan syarat2 tertentu itu tindakan lain yang banyak
disalah-artikan sebagai sunat perempuan. Itu terjadi karena orang2 yang mendukung
sunat perempuan, tidak mau jika sunat perempuan dikatakan tidak benar, tidak
manusiawi, dll hanya karena sebagian orang yang melakukan sunat perempuan secara
salah seperti FGM, dll mengakui bahwa tindakan mereka itu melakukan sunat
perempuan. Jadi, melalui peraturan itu segala tindakan yang dilarang itu, jika
dilakukan hukumnya jadi terlarang dan bukan termasuk sunat perempuan. Contohnya
labiaplsty, yang dipotong adalah labia, salah satu bagian yang dilarang di Permenkes.
Jadi, labiaplasty itu beda dengan sunat perempuan.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, perempuan tetap boleh menentukan
pilihannya sendiri tentang sunat. Tidak ada paksaan, kalaupun ada orang/masyarakat
yang memaksa perempuan untuk disunat, itu tidak benar. Sunat perempuan juga
bukan diskriminasi terhadap perempuan. Sebab yang disunat bukan hanya perempuan,
laki- laki juga. Jadi, laki-laki dan perempuan sama-sama disunat, dengan cara yang
berbeda, tujuan hampir sama.
Salam,
Dita

@ Dita,

Terima kasih bu, Masalah sunat ini awalnya dari budaya, terus menjadi tradisi
agama, menjadi kontroversi kesehatan, hingga polemik undang2nya, sekaligus
menjadi issu feminist dan sekarang menyerempet ke politik juga ya?….

Dalam pandangan politik, Tidak ada hal yang ingin menguasai atau mendikte
indonesia dengan di larangnya sunat pada perempuannya bu, tidakkah kita
yang sebaiknya lebih cerdas dalam menyaring budaya asing?…

Praktek sunat perempuan oleh petugas kesehatan, baik dengan tindakan


pengirisan, pemotongan atau pengguntingan, maupun perusakan alat kelamin
perempuan dan sekitarnya, sebenarnya telah dilarang oleh Kementerian
Kesehatan RI. Namun Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sunat Perempuan
berlawanan dengan langkah pemerintah memperkuat kesetaraan gender dan
melawan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan merupakan
kemunduran bagi penegakan hak asasi perempuan.

Dari sisi agama justru mereka2 yang betul2 mencintai kitab islam tidak mau
membudayakan sunat pada perempuan, karena adalah suatu kebodohan jika
suatu umat kembali ke jaman budaya jahiliyahnya, betul kan bu?…

Tentang hoodectomy itu kalau harus 18 th ke atas itu karena sebelum


menjalani unhooding ya harus menjalani studi kassus terlebih dahulu bu, kita
harus memang memberi bekal pendidikan sex yang baik dan benar buat putri2
kita, dan dengan tidak menyunatnya kita telah melindunginya dari kekerasan
sexual. Yang namanya sunat walaupun hanya simbolik atau penggoresan kulit
terluar itu juga mengenai klitorisnya, dan akan mengakibatkan pendarahan.

Banyak pengetahuan yang lebih relevan untuk menyikapinya, dan sangat


memprihatinkan sekali ketika persepsi njenengan bersikeras bahwa wanita
sebaiknya harus di sunat, karena jika lelaki di sunat maka perempuan juga
harus disunat supaya tak ada perbedaan antara laki2 dan perempuan, begitu
kan bu?!…

http://kalyanamitra.or.id/newsdetail.php?id=0&iddata=322

salam damai,

dewi

raras
April 10th, 2012 pada 12:04
Saya mau tanya kalau mbak dewi disunat ga toh? hehehe…setau saya
kalau sunat itu kan tidak wajib jadi ya sah-sah aja ya mbak mau
disunat atau tidak, kan tidak wajib, namanya juga sunat…

Satu dari segi kesehatan, medis, yg lain dari agama. Kalau dari
kesehatan, ya pendapat para ahli kesehatan, para dokter seharusnya
lebih diperhatikan, wong ilmiah. Organisasi Kesehatan se Dunia itu
kan organisasi kesehatan nomor satu di dunia ?!
Dari segi agama : Ya namanya agama, sering tidak .. ilmiah. Daging
babi : haram, merokok – yg jelas2 merugikan kesehatan yg merokok
maupun yang tidak merokok (tapi menghisap asap rokoknya) , malah
tidak haram …

Kira2 apa kata Ibu Kita Kartini ?

Maturnuwun mas Raras atas perhatiannya, betul itu mas, sunat pada
perempuan itu bukan hanya tidak wajib tapi praktek ini harus di akhiri
di dunia ini, kalaupun ada ulama yang masih ‘mewajibkan’
perempuannya untuk di sunat, itu hanya mengada-ngada, dan sampai
sekarang mereka juga tidak bisa menunjukkan dalih dan hukumnya.

Apakah saya di sunat??…. iiiiihh mas Raras genit deh, mau tahu aja….
xixixixixixi… kan saya udah menjelaskan bahwa saya tidak setuju
dengan praktek sunat pada perempuan ini, terlepas dari ketidak
mengertian saya di waktu masa kecil, karena tak ada faedanya dan
hanya suatu tindakan yang ceroboh dan dengan ke-ilmiahan yang tak
masuk di akal.

Dan saya sudah membahasnya baik dari sisi budaya, agama, kesehatan,
feminist, sosial, hak asasi dsb yang semuanya menuju pada peradaban
kecerdasan dan kearifan manusianya. Njenengan bisa membaca
posting2 saya di komment lama sebelum halaman ini, klik ‘komment
lebih lama’ tepat di atas kotak kommentar di bawah ini. sengaja tidak
saya tampilkan komment yang sama lagi, hal ini untuk memberi
kesempatan pada yang lainnya yang ingin memberi masukan, kritikan,
berbagi diskusi atau sekedar urun pendapat dsb, sehingga lebih
berwarna-warni point of view-nya di ruang yang fenomenal ini.

@ R Gentholet,

Maturnuwun pak, ibu Kartini memang telah tiada tapi spiritnya dalam
hal mempejuangkan pendidikan dan kesetaraan gender akan tetap di
kenang dan di teladani. Ibarat perempuan indonesia telah merdeka dari
belenggu penjajahan feodalisme, kini tibalah saatnya bagi para
perempuan indonesia untuk ‘mengisi’ kemerdekaan itu dengan
semangat yang bisa memberi pencerahan kepada sesamanya.
Salam sayang,

Dewi

@Dewi:
Kalau dari politik, saya kurang tau, itu bukan bidang saya. Yang saya maksud
‘menguasai’ pada tulisan saya sebelumnya, bukan menguasai wilayah seperti penjajah
dulu. Yang saya maksud, mereka memaksakan peraturannya dengan alasan mereka
adalah organisasi internasional, pendukung mereka banyak, jadi setiap negara didunia
harus ikut peraturan itu. Padahal di dunia ini pasti ada perbedaan kan? Tidak boleh
seseorang atau pihak memaksakan orang lain harus mengikuti pendapatnya kan,
Mbak? Apalagi, seperti yang sudah saya bilang, budaya dan pemikiran orang-orang
yang mengecam itu beda dengan orang Indonesia. Contohnya, yang mengecam
Permenkes tentang sunat perempuan, seperti Amnesti Internasional dll, mereka itu
didominasi bangsa dan ras lain, yang tentu saja memiliki perbedaan pemikiran dan
budaya dari bagsa Indonesia. Soal kita yang cerdas menyaring budaya asing, itu juga
perlu. Tapi coba kita lihat, budaya sunat memang berasal dari timur tengah atau
afrika, tapi sudah masuk ke Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan saat
masih dalam bentuk kerajaan yang terpisah-pisah. Orang2 dulu pun akan menyaring
budaya luar juga kan? Dan buktinya mereka mengikuti budaya sunat ini hingga
sekarang, berarti mereka juga telah membuktikannya kan? Kita memang harus
menyaring budaya luar, tapi itu kan sekarang, setelah merdeka, karena kita sekarang
punya budaya sendiri, yang berasal dari sebelum merdeka. Jadi, walaupun sunat itu
budaya luar, karena sudah dilakukan dan dibuktikan dalam waktu sangat lama,
hendaknya kita pun menganggap sunat ini sudah budaya atau paling tidak tradisi kita
yang tidak boleh dilarang siapapun di dunia ini.
Jika dilihat dari Kemenkes, awalnya melarang, tapi kemudian mengeluarkan
Permenkes yang membolehkan dengan syarat2 tertentu, dan berarti yang dilarang itu
jika pelaksanaannya tidak memenuhi syarat. Ini menunjukkan bahwa Kemenkes telah
menyadari sunat perempuan ini bermanfaat dan tidak berbahaya. Pastinya mereka
juga harus membuat prosedur standarnya. Kalau Mbak tanya, kalau begitu kenapa
peraturan yang melarang sunat perempuan tetap diberlakukan? Itu karena beginilah
sistem perundang-undangan Indonesia, tidak jelas. Seharusnya kalau memang ada
peraturan yang membolehkan, dan itu memang bagus, peraturan sebelumnya yang
melarang harus diperbaiki. Atau mungkin Kemenkes lupa memperbaiki peraturannya
yang lama.
Kalau dari sisi agama kan sudah pernah saya katakan, sunat perempuan itu tidak ada
dalam kitab suci umat Islam. Itu berasal dari sunnah Nabi. Awalnya bukan berasal
dari jaman jahiliyah tapi jauh sebelum itu, yang kami percayai berasal dari Nabi
Ibrahim, dan Nabi kami tetap menganjurkannya. Itu artinya sunat memang bermanfaat
walaupun berasal dari sebelum Islam. Apa Mbak tau apa jaman jahiliyah itu? Dalam
Islam, jaman itu dimulai setelah diangkatnya Nabi Isa hingga munculnya Islam,
sedangkan, seperti yang saya bilang tadi, sunat berasal dari jaman Nabi Ibrahim, jauh
lebih lama sebelum jaman jahiliyah. Jadi, sunat itu bukan budaya jahiliyah bukan
suatu kebodohan apabila melakukannya.
Untuk batas umur terkecil saat hoodectomy/sunat perempuan, kalau Mbak bilang
harus umur 18 tahun karena harus studi kasus terlebih dulu itu salah. Apa Mbak tau
apa studi kasus itu? Itu istilah lain dari penelitian. Sudah banyak yang meneliti
tentang sunat perempuan, dan ada juga yang sudah membuktikan manfaatnya. Kalau
sudah diteliti, kenapa harus menunggu hingga 18 tahun? Apa menurut Mbak seorang
perempuan harus diteliti dari lahir hingga 18 tahun untuk mengetahui apakah akan
disunat atau tidaknya dia? Kalau Mbak bilang harus begitu, itu bukan studi kasus
namanya. Kalau diteliti per individu untuk mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan, itu namanya diagnosis yang dibidang kesehatan artinya penelitian singkat
terhadap satu atau beberapa orang, dan waktunya sering kali jauh lebih cepat daripada
studi kasus, sedangkan studi kasus adalah penelitian yang mencakup banyak orang
dan seringkali dalam ruang lingkup besar dan memang waktunya biasanya lama.
Kalau ada orang yang mendiagnosis sunat perempuan sampai memakan waktu hingga
18 tahun, mungkin dia bukan/belum termasuk petugas medis memiliki kemampuan
diagnosis yang baik. Ada baiknya dia belajar mendiagnosis yang benar dulu.
Kalau boleh saya beritahu lagi, sunat perempuan(hoodectomy) itu memotong kulit
penutup klitoris, bukan klitorisnya, kalaupun sedikit berdarah, yang berdarah itu luka
dipangkal penutup kulit klitoris, bukan klitorisnya. Klitoris sama sekali tidak
terganggu. Walaupun letaknya berdekatan, bukan berarti kalau kulit penutup klitoris
dipotong, klitoris akan tergores dan berdarah. Saat operasi bedah mikro saja, jaringan
mikroskopis atau bahkan sel sekalipun, bisa dipisahkan. Apalagi kalau jaringan yang
cukup besar seperti kult penutup klitoris, ditambah lagi, pengalaman dari dokter
sunatnya.
Yang saya maksud bukan harus sama2 disunat agar tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan. Saya hanya menjawab pernyataan Mbak yang mengatakan
bahwa sunat perempuan itu diskriminasi terhadap perempuan. Kalau menurut saya,
apanya yang diskriminasi? Diskriminasi itu kan semacam perlakuan tidak adil.
Sedangkan sunat perempuan bebas dilakukan perempuan tanpa paksaan, lagi pula
laki-laki juga disunat, bukan hanya perempuan yang disunat. Jadi, tidak ada
diskriminasi disini. Saya juga tidak memaksakan setiap perempuan harus disunat
seperti yang mbak bilang. Saya hanya mengajurkan sunat perempuan.
Salam,

Dita

@ ibu Dita sayang,

Betul itu bu, kalau kita mau intropeksi diri ke jati iri budaya bangsa ini,
budaya indonesia tak mengenal sunat pada perempuannya, tetapi hanya untuk
anak remaja laki2 muslim saja yang melaksanakannya, walaupun dalam
perjalanannya tak menutup kemungkinan orang non muslim ada yang
melakukan sunat.

Menurut sejarah, budaya sunat juga di namakan ‘Tekes’, yaitu istilah jawa
muslim untuk mengupacarai anak laki2 untuk disunat, usia 14-16 th pada laki2
maka anak2 ini bisa disunat, sunat diyakini sebagai tanda anak telah memasuki
masa dewasa secara keagamaan (islam). sunat di jawa dinamakan pula tekes,
tetak atau supit, yang artinya dipotong.

Sedang Bagi perempuan, usia 9-14 th, memasuki usia dewasa ditandai dengan
menstruasi yang pertama. Segera setelah menstruasi pertama akan diadakan
upacara ‘gelwilada’, pada peristiwa ini kaki si gadis diberi gelang sebagai
tanda bahwa ia sudah perawan serta biasanya kuping si gadis akan ditindik
atau diberi lubang bagi anting2nya.

Jadi sudah jelas kiranya, budaya nusantara tidak mengenal tradisi sunat untuk
anak gadis mereka, namun hanya untuk anak laki2 saja, itupun bagi yang mau.

Laporan kesehatan mengungkapkan sunat tipe 1,2,3,4 serta hoodectomy


sama2 akan mengenai klitorisnya dan akan menyebabkan pendarahan, itulah
mengapa dokter hoodectomy harus memenuhi standart yang berlaku termasuk
studi kasus/ meneliti penyebab sakitnya pasien, jika tidak itu sama saja dengan
mal praktek.

Apa yang njenengan diskusikan sudah memasuki wilayah ‘gender’ dari


perspekstif yang sekali lagi tidak mengindahkan hak2 perempuan, di mana
untuk menghapus diskriminasi maka perempuan dan laki2 harus sama2 di
sunat?!… sungguh sangat menyesatkan dan menyedihkan.

Alih2 menganjurkan kulit klitoris di sunat, sudahkah kita renungkan,


Bagaimana cara si wanita2 ngelawan tradisi yang mungkin udah lengket di
lingkungannya? para wanita ini jelas sadar bahwa proses ini salah, tapi gimana
caranya supaya dia gak jadi korban? Atau kalaupun dia pernah jadi korban,
bagaimana supaya wanita-wanita lain gak jadi korban seperti mereka.

Inilah bu contoh nyata yang menjadi kendala perubahan UU sunat di negara


kita, di mana para wanita yang terpelajarpun masih mendukungnya, bahkan
para petinggi2 negara2 juga mengetauhi praktek2 yang buruk ini dilakukan,
tapi pada diem saja, para agamais2 pun begitu juga, mereka lebih memilih
untuk silent daripada bersuara, mereka takut di cap tak beriman karena mereka
tak bisa tak menghargai budaya dan tradisi orang lain sekalipun berlabel sunah
agama.

Salam rahayu,

Dewi

Salam semua.

Kok saya jadi bingung ya? setelah saya perdalam lagi, kok kelihatannya
kebanyakanan orang missed out pada definitions / descriptions of Female Genital
Mutilation, Hoodectomy, and Female Circumcision. Menurut saya those three terms
itu sebenarnya berbeda. tapi kalau minta dijabarkan, saya juga bingung gimana
jelasinnya. FGM itu kan yang sudah jelas di banned oleh WHO dan human rights
organisations lainnya, itu yg ada 4 jenis itu kan. Yg pasti, FGM yg WHO maksud
adalah praktek yg menggunakan culture, and religion reasons behind it. Hoodectomy
adalah surgical procedur (categorized as plastic surgery), dan itu jg ada beberapa jenis
lainnya (yg mirip2 dengan FGM, bedanya ini legal?), nah ada lg sunat wanita, yg
didalam Islam adalah sunah. Di Indonesia (mungkin di beberapa eastern countries
lainnya juga) mempunyai peraturan ttg sunat wanita yg di legalkan pemerintahnya
(mengutip text mbak Dita, tp saya jg pernah liat pdf.nya). disitu dijabarkan bagaimana
‘sunat’ yg boleh dilakukan, yaitu hanya menyayat sedikit saja kulit luar klitoris
menggunakan jarum (cmiiw). gimana ya menjelaskannya, menurut saya kalau kita
ingin memberhentikan praktek FGM, harus ada edukasi terhadap rakyat kita, apa itu
FGM, apa itu hooodectomy, dan ada itu sunat wanita dr sudut pandang agama.
because unfortunately, masih banyak orang yg salah tangkap ttg correct description of
those terms (bahkan mungkin saya sendiri pun masih sering bingung). especially in
english, hampir semua mengaggap bahwa Female Circumcision = FGM. padahal
kalau dlm bahasa kita, Female Circumcision itu sunat wanita, dan description dari
sunat wanita di indonesia (mengutip dr depkes) itu berbeda dengan FGM. dari sinilah
akhirnya muncul kesalah pahaman. maaf kalau ada salah2 kata, karena sebenarnya
saya juga bingung dan saya hanya mencoba meluruskan benang kusut (di otak saya)
maturnuwun.

International Day of Zero Tolerance to Female Genital Mutilation

6 February 2012

The International Day of Zero Tolerance to Female Genital Mutilation is observed


each year to raise awareness about this practice. Female genital mutilation of any type
has been recognized as a harmful practice and violation of the human rights of girls
and women. WHO is committed to the elimination of female genital mutilation within
a generation and is focusing on advocacy, research and guidance for health
professionals and health systems.

Female genital mutilation (FGM) refers to all procedures involving partial or total
removal of the external female genitalia or other injury to the female genital organs
for non-medical reasons. Female genital mutilation has no known health benefits. On
the contrary, it is associated with a series of short and long-term risks to both
physical, mental and sexual health and well-being. *)

FGM is affecting about 140 million girls and women, and more than 3 million girls
are at risk every year. A special focus for WHO this year, is the troubling trend of
health-care providers increasingly being the ones performing female genital
mutilation, and thereby contributing to legitimize and maintain the practice.

sumber : http://www.who.int
klik ‘female circumcision’
——————————————

*) FGM menunjuk pada semua prosedur yang berhubungan dengan pengambilan


sebagian atau semua bagian kelamin perempuan bagian luar, atau (proses) melukai
organ kelamin perempuan TANPA (adanya) alasan MEDIS . (huruf besar saya )
FGM tidak ada gunanya bagi kesehatan. Sebaliknya,FGM banyak berhubungan
dengan bermacam-macam resiko, panjang maupun pendek, pada kesehatan fisik,
kesehatan mental, kesehatan seksual , maupun kesehatan umumnya.
Salam kritis

Saya menyukai hal yg ILMIAH dan nyata….tidak membicarakan agama ( ga


nyambung2 nantinya)… yg penting tengoklah pd diri sendiri…sunat atau tidak &
nyaman atau tidak. sudah.

@Dewi:
Pada budaya asli Indonesia memang tidak terdapat sunat. Tapi, seperti yang sudah
pernah saya bilang, walaupun sunat itu budaya luar, itu sudah masuk ke Indonesia
sudah sangat lama. Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sudah tentu banyak
mengambil budaya orang2 timur tengah karena dulu merekalah yang membawa Islam
ke Indonesia.
Bahkan budaya sunat di Jawa yang Mbak Dewi sebutkan itu kalau dilihat asalnya juga
semuanya berasal dari budaya luar. Pada akhirnya, menjadi budaya Indonesia juga.
Sebenarnya, di sebagian wilayah Indonesia, praktik menyunat anak perempuan itu
ada, dan memang itu budaya luar yang diikuti penduduk Indonesia sejak dulu.
Awalnya sunat yang masuk ke Indonesia sebagai ajaran agama. Tidak heran kalau
menjelaskan tentang sunat, sering dari segi agama. Indonesia yang mayoritas muslim,
sudah seharusnya untuk melaksanakan ajaran agamanya. Walaupun menurut akal
manusia sebenarnya itu tidak ada gunanya, tapi orang Islam wajib melaksanakannya,
minimal memercayainya. Bagi yang merasa non-muslim mungkin akan tidak
sependapat, karena memang dasar keyakinannnya sudah beda. Jadi, kalau yang ingin
mengerti memang harus mengetahui dasar keyakinan orang muslim.
Kalau beberapa waktu lalu Mbak bilang kenapa ada bagian tubuh perempuan yang
harus dipotong? kenapa ada bagian tubuh itu sejak lahir kalau hanya untuk dipotong?
Dalam Islam, itu sudah fitrah manusia. Contoh lainnya, pada laki-laki ada kumis.
Dalam Islam dikatakan fitrah manusia salah satunya memotong kumis. Kenapa?
Padahal kumis itu tidak mengganggu. Saya rasa tidak ada yang bisa menjawab ini. Ini
juga berlaku pada kulit penutup klitoris. Tidak ada yang tahu pasti alasannya harus
dipotong. Walaupun begitu, tetap ada alasan medis bagi yang mau percaya. Banyak
lagi pertanyaan yang tidak bisa dijawab manusia, tapi kalau sudah fitrah, ya lakukan
saja. Tindakan ini juga tidak bisa dikatakan bodoh, karena alasan medisnya sudah ada,
hanya saja hanya sebagian yang percaya.
Biar saya luruskan, FGM(tipe 1-4) beda dengan hoodectomy. FGM dengan berbagai
tipenya, semuanya memotong klitoris. Ada yang beserta memotong/menjahit labia.
Kalau hoodectomy hanya memotong kulit penutup klitoris dan sama sekali tidak
melukai klitoris. Kulit yang dipotong itu hanya sedikit lho Mbak, jadi tidak memotong
yg lain2 atau menjahit. Darah yang keluar saat sunat juga sedikit. Saya heran kenapa
banyak yang ketakutan dan berusaha beramai-ramai menolak sunat perempuan.
Padahal jelas beda dengan FGM. Kalau dari definisi WHO, hoodectomy memang
termasuk FGM. Tapi, itu kan versi WHO. WHO ya WHO. Kita disini punya
Kementrian Kesehatan yang mereka jelas2 menganggap beda FGM dan hoodectomy.
Sudah saya katakan, tidak ada paksaan dan diskriminasi dalam sunat perempuan. Kita
tetap punya hak untuk memutuskan. Jadi perempuan disunat bukan karena harus sama
dengan laki-laki. Kan, awalnya sunat itu dibawa dari timur tengah, di timur tengah
perempuan juga disunat kok. Kenapa disini tidak? Kok meniru budaya setengah2?
Padahal tidak ada masalah. Sebagian besar perempuan muslim di Indonesia pasti
setuju dengan sunat perempuan, minimal percaya itu bukan perbuatan yang salah.
Kalau mereka belum disunat, mungkin masih takut, karena sunat perempuan belum
begitu terkenal. Sebagian besar orang2 yang menolak pastinya berbeda keyakinan
dasar, dan disitulah awal penolakannya. Saya dan teman2 saya sebagai perempuan,
dari dulu sampai sekarang tidak pernah merasa terpaksa untuk melakukan sunat.
Sebagian besar orang di Kementrian Kesehatan memiliki keyakinan bahwa sunat
perempuan itu baik. Tentu saja jika penyunatan dilakukan dengan benar. Itulah
sebabnya mereka tidak mengubah peraturan. Sebagian besar perempuan Indonesia
memiliki keyakinan dasar kalau sunat perempuan itu benar. Kalaupun ada yang
menolak, ya sudah, tapi jangan sekali2 mencoba mempengaruhi mereka yang
menerima sunat perempuan. Tidak menghargai budaya orang lain yang Mbak katakan
maksudnya apa? Kan tidak pernah gara2 sunat perempuan ada budaya tradisi yang
dilarang.
Kesimpulannya, “Perlukah perempuan disunat?”. Bagi saya, perempuan perlu disunat.
Berdasarkan alasan medis yang dipercayai, dan anjuran agama yang jelas, dan
semuanya telah dijelaskan pada tulisan-tulisan saya diatas. Saya ikut mengajak
perempuan Indonesia untuk mengenal tentang sunat untuk perempuan. Sekali lagi,
tidak ada paksaan. Saya hanya menganjurkan yang terbaik.
Salam

Dita

@Dilla:
Boleh minta alamat e-mailnya, Dilla. Nanti mungkin kita bisa barbagi pengalaman
tentang sunat perempuan. Biar saya aja yang nge-add.

Juli 29th, 2012 pada 15:04

@Dilla:
Kalau masih bingung, coba kita diskusi dari e-mail aja. ok.

@ Dita, Dilla, All,

Terima kasih bu Dita, Sebenarnya ini adalah kesempatan kita masyarakat indonesia
terutama kaum wanitanya untuk bisa berpikir lebih jernih, sehat, berakal dan
bernurani, supaya bisa membedakan antara ‘budaya’ dan ‘agama’. Kalau memang
sunat pada perempuan itu di anjurkan oleh agama njenengan, coba bawa salah satu
hadist yang mewajibkan/ menyatakan itu. Fitrah- fitri- bersih itu adalah objektivitas
sudut pandang budaya ‘patriarchy’ yang terselip ke dalam propaganda praktek
sunatnya. faktanya wanita yang tidak di sunat klitorisnya itu lebih sehat dan
sempurna. Budaya memang tak perlu di lestarikan kalau di nilai sangat merugikan dan
memang tak ada manfaatnya, perlunya evolusi dalam perubahan, dan peradaban itu
membutuhkan kesadaran dari dalam diri setiap individunya, lalu masyarakatnya, lalu
bangsanya lalu seluruh dunia. WHO itu organisasi kesehatan seluruh dunia lintas ras,
suku, bangsa, kasta dan agama. Kesehatan dan kebersihan yang berdasarkan fakta
empiris, bukan fakta keyakinan saja.

Salam rahayu,

Dewi

 Dita
September 9th, 2012 pada 21:22

@Dewi:
Ini hadistnya:
1. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada Ummu ‘Athiyah radiyallahu
‘anha (seorang wanita juru khitan) :
ِ ْ‫ضى لِ ْلزَ و‬
‫ج‬ َ ْ‫ض ُر لِ ْل َوجْ ِه أَح‬ ِ ُ‫أُ ْخف‬
َ ‫ضي َواَل تُ ْن ِه ِكي فَإِنَّهُ أَ ْن‬
“Khitanlah anak-anak perempuan, tetapi jangan dipotong habis! Karena
sesungguhnya khitan itu membuat wajah lebih berseri dan membuat suami lebih
menyukainya”. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud (5271), Imam Al
Hakim (3/525), Imam Ibnu ‘Adi di dalam AL Kamil (3/1083) dan Imam Al Khatib
didalam Tarikhnya (12/291).
2. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam :
ِ‫ب ْال ُغ ْس ُل‬
َ ‫إ َذا ْالتَقَى ْال ِختَانَا ِن فَقَ ْد َو َج‬
“Apabila dua khitan (khitan laki-laki dan khitan perempuan) sudah bertemu, maka
sudah wajib mandi”. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi (108-109),
Imam Syafi’I (1/36), Imam Ibnu Majah (608), Imam Ahmad (6/161), Imam
Abdurrazzaq (1/245-246) dan Imam Ibnu Hibban (1173-1174- Al Ihsan).
Didalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam menisbatkan khitan untuk para
wanita. Maka ini menjadi dalil tentang disyariatkan juga khitan bagi mereka.
3. Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radiyallahu ‘anha secara marfu’ :
‫ب ْال ُخ ْس ُل‬َ ‫س بَ ْينَ ُش َعبِهَا ْاألَرْ بَ ِع َو َمسَّ ْال ِختَانَ فَقَ ْد َو َج‬
َ َ‫اِ َذا َجل‬
“Apabila seorang lelaki telah berada di atas empat bagian tubuh istrinya, dan
khitannya telah menyentuh dengan khitan istrinya, maka sudah wajib mandi”.
Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (1/291 – Al Fath), Imam Muslim (349- Imam
Nawawi), Imam Abu ‘Awanah (1/289), Imam Abdurrazaq (939-940), Imam Ibnu Abi
Syaibah (1/85) dan Imam Baihaqi (1/164).
Di dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam juga mengisyaratkan adanya
dua tempat khitan, yaitu pada seorang lelaki dan pada seorang perempuan. Maka hal
ini menunjukkan bahwa seorang perempuan juga dikhitan.
Untuk perempuan yang beragama Islam, hendaknya melaksanakan sunat sebagai
sunnah yang tertulis jelas pada hadist diatas.
Dalam Islam, kekuatan akal manusia masih jauh dibawah akal dan kekuatan Tuhan.
Jadi, walaupun menurut akal manusia sebenarnya itu tidak ada gunanya, tapi orang
Islam wajib melaksanakannya, minimal memercayainya, karena itu perintah Tuhan
yang diturunkan melalui Nabi-Nya. Tuhan kan Maha Mengetahui, lebih tahu daripada
manusia yang berpikir dengan akal manusianya. Bagi yang merasa non-muslim
mungkin akan tidak sependapat, karena memang dasar keyakinannnya sudah beda.
Jadi, kalau yang ingin mengerti memang harus mengetahui dasar keyakinan orang
muslim.
Tentang WHO, inilah tidak cocoknya dengan sebagian besar orang Indonesia. WHO
didominasi orang2 dari barat yang non-muslim. Hanya melihat dari segi medis saja.
Ternyata dari segi medis ada penelitian yang terbukti manfaatnya, tapi malah ditutup
tutupi dengan mengatakan melanggar HAM, perbuatan tidak manusiawi, tidak ada
manfaatnya, dll. Padahal yang sebenarnya sama sekali tidak seperti itu, Mbak Dewi
bisa membaca ulang tulisan saya sebelumnya.
Sebagai seorang perempuan muslim, pastinya harus percaya pada Allah dengan
percaya manfaat sunat perempuan yang disunnahkan Nabi-Nya dan bukan percaya
pada pihak lain yang mengatakan itu tidak bermanfaat.
Kalau Mbak bilang saya hanya mengatakan keyakinan saja, coba Mbak lihat kembali
tulisan2 saya sebelumnya, Saya sudah menjelaskan panjang lebar tentang sunat
perempuan dari segi fakta medis. Akhir2nya saja yang mengarah ke keyakinan, tapi di
awal dan ditengah adalah penjelasan dari segi medis. Saya sudah menerangkan dari
segi keyakinan dan medis. Jadi, Saya tidak hanya percaya keyakinan saja, saya juga
percaya fakta.
Salam

Dita

@ Ibu Dita,

Terima kasih, ok to the point, Apa yang ibu ulaskan adalah serangkaian hadist
dan petuah para sahabat nabi, jadi mana bisa di katakan bahwa itu langsung
turun dari Tuhan?….

Inilah hukum dan sunnah yang melandasi sunat perempuan yang telah
berkembang sejak jaman nabi Musa atau warisan agama Yahudi pada waktu
itu:

Seperti diketahui bahwa CLITORIS dan Prepuce (yang merupakan Obstacle


clitoris) adalah bagian kewanitaan yang sangat sensitive dan mudah
terangsang, sehingga bila ada bagian Obstacle yang menonjol maka akan
sangat mudah bersentuhan dengan benda- benda luar yang akan berakibat
bangkitnya nafsu birahi seorang wanita. Maka Islam sebagai suatu agama
yang suci menjaga kesucian para wanita agar mereka hanya bangkit nafsu
seksualnya tatkala telah disentuh dan di rangsang oleh suaminya saja dan tidak
terangsang disetiap waktu dan keadaan, sehingga dengan demikian akan selalu
terjaga hubungan seksual yang suci yang diridhoi Allah SWT… (????)…

Jika ada ayat yang menurunkan seperti itu apa sama saja tidak mengingkari
Ciptaan Tuhan? bahwa wanita memang di ciptakan Olehnya sedemikian
adanya… maka sangatlah rendah jika wanita hanya di jadikan objek kesalahan
sebagai pemicu pembangkit birahi semata, tapi di saat yang sama mereka
mengebiri kebebasan wanita untuk menjadi dirinya yang sejatinya, lebih lucu
lagi mereka memposisikan wanita seperti makhluk yang tak bisa mengurusi
tubuhnya sendiri untuk menjadi suci, sehingga perlulah di atur sedemikian
rupa hingga harus mensunnahkan dan mewajibkan menyayat klitorisnya…
Saya percaya ibu adalah wanita yang sholehah, di awal pun saya sudah
mengatakan bahwa masalah sunat menyunat semua itu berpulang pada
individu pria/ wanitanya yang sudah DEWASA, bukan anak-anak/ remaja, ibu
di sunat pada usia 13 th, bagaimana ibu bisa menyatakan lebih sempurna di
sunat atau sebelum di sunat, jika belum matang secara sexual?…

Dalam hal ini agama atau kepercayaan saja tidak cukup, terlebih hadist jika di
telusuri juga mengandung budaya setempat yang pada saat itu masih
paternalistik plus di tambah daerahnya yang padang pasir dan miskin air…
dari sini saja kita seharusnya bisa mengambil hikmahnya bahwa kita
semuanya haruslah lebih berakal sehat serta saling mengasihi kepada siapa
saja, lintas ras dan agama…

Tak perlulah kita mengutuk WHO, karena mereka telah menemukan fakta
kebohongan terbesar sepanjang sejarah tentang praktek sunat ini untuk umat
manusia, itu tidak terbantakan lagi, bukan karena mereka non muslim, mereka
juga banyak yang penganut agama Abrahamik : muslim, yahudi, kristen. Ibu
bisa search tentang plus minus sunat, ternyata banyak minusnya, tetapi tentu
saja semua ini juga masalah selerah dan hak asasi manusia, jadi semua
kembali lagi kepada inividu yang tentu saja sudah cukup umur, jangan hanya
beraninya menyunat anak-anak, terlebih di jadikan budaya yang harus ada dan
harus terselenggara, apalagi anak-anak belum memperoleh bekal pendidikan
sex/ kesehatan reproduksi yang sebenar-benarnya.

Jadi sebelum terlambat dan berlarut-larut, marilah kita semua saling asah, asih
asuh… Berevolusi dalam akal memang tak harus meninggalkan keyakinan,
tetapi berkeyakinan juga harus bisa cerdas, bijaksana dan bernurani…

Salam sejahterah,

Dewi

September 10th, 2012 pada 05:00

Sunat : yang ada hanya sunat untuk laki-laki. Untuk perempuan, cuma diada-adakan.
Mayoritas orang di dunia – laki2 maupun perempuan – tidak sunat – (China- termasuk
Hongkong dan Taiwan,India , nyaris sparuh dari penduduk di bumi). Ayat2 dari atas
dan hadis2 nabi ? Lha itu orang Ahmadiyah dan Syiah harus MENGUNGSI dari
orang2 yang percaya pada ayat2 suci. Orang2 Sunni dan Syiah jarang akur,
gebuk2an ,padahal mereka mengacu pada … ayat2 dan hadis2 yang sama . Agama
untuk manusia,atau manusia untuk agama ?
Ada ayat yang mengatakan TIDAK ADA paksaan dalam beragama. Nyatanya, ? Weh
orang Islam di Iran atau Arab Saudi apa bisa ganti agama jadi Kristen ? Bisa, kalau
mau dipenjara atau dihukum mati. (Ada yg bilang, mengutip hadis, yg pindah agama
boleh di … habisi nyawanya.) Tidak ada paksaan dalam beragama ? Nyatanya ?
Banyak warung di Indonesia … DIPAKSA tutup sewaktu bulan puasa oleh oknum2
yang membawa gebuk !
Agama untuk dihayati sendiri, bukan untuk dipaksakan. Sains bukan agama.
Oh ya, di Jakarta ada yg bilang haram (?) hukumnya memilih pemimpin – gubernur –
yg bukan Muslim. Tapi, haramkah Muslim yg di Barat –
Perancis,Amerika,Belanda,dll. Haruskah kaum Muslim disana pindah ke Arab Saudi
atau Afghanistan , misalnya ?
Ini agama atau politik,politik atau agama. Agama itu pakai … akal sehat nggak sih ?

November 22nd, 2012 pada 22:10

Orang2 Sunni dan Syiah jarang akur, gebuk2an ,padahal mereka mengacu
pada … ayat2 dan hadis2 yang sama
—————————
Setahu ane, hadis acuan orang sunni BEDA ama orang syiah..
Mereka akur di Iraq zaman Saddam, tapi njur gebuk-gebukan setelah Iraq
‘dibebaskan’ dari sang Tiran. Yg ‘ngebebasin’?
The Hero From The west…

Or … Just Hero wannabe

– Aku ra mbela wong suni opo syiah… neng nonton wong do glethekan,
podho modar banjir darah neng ngomah negarane dhewe karena dibom,
dirudal po mung ditembaki karo wong – wong negara liyan koq ora sejalan
karo semangat kamanungsan.. mbuh opo alesane..

September 10th, 2012 pada 18:33

Sunat dan agama : Lha, kitab sucinya sama, hadisnya sama, tapi tafsirnya berbeda …,
tergantung siapa yang menafsirkannya. Tafsir Sunni lain dengan tafsir Syiah, lain lagi
dengan tafsir Ahmadiyah. Ada yang ,katanya, berdasarkan hadis bilang Nusantara
harus jadi NII – Negara Islam Indonesia. Tapi, menurut Abdurrahman Wahid dan
Nurcholis Madjid Indonesia tetaplah jadi Republik berdasarkan Pancasila.
Masalahnya, kitab suci dan hadis itu ditulis di kertas dan dicetak dengan mesin cetak
buatan … manusia. Btw, kenapa kok kitab suci tidak … dijatuhkan saja dari langit,
jadi jelas perintah Nya bagaimana ?

 September 11th, 2012 pada 13:13

coba tengok vagina yang sunat sama ngga sunat jelekan mana ?
yang ngga sunat jelek banget, jijikpun !

 September 11th, 2012 pada 19:14

@ Khusa,

Jangan suka menghinakan vagina, apa yang telah di ajarkan pada dirimu
hingga harus menjamah, menyayat dan menyunat wanita agar tampak suci
menurut pendapat suatu golongan atau sepihak saja?… intropeksi dirilah…
Indonesia negri yang kaya, subur dan makmur namun sayangnya sebagian
besar belumlah cerdas mengelolah sumber daya kesehatan manusianya.
sungguh sesuatu yang ironi, negri yang elok, cantik nan indah, negri yang
terkenal dengan kecantikan, keramah tamahan dan halus lembut wanitanya,
namun posisi wanitanya sungguh sangat lemah dan riskan menjadi objek baik
yang bersifat vertikal= ke-Tuhan-an dan horisontal= masyarakatnya yang
paternalistik. Di tambah tidak mudahnya akses mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan yang seharusnya menjadi haknya… semua itu karena
ketidak perdulian masyarakat dan bangsanya dalam melindungi wanitanya.

Salam rahayu,

Dewi

Trembelane
November 22nd, 2012 pada 21:59

coba tengok vagina yang sunat sama ngga sunat jelekan mana ?
yang ngga sunat jelek banget, jijikpun !

——————–

Sudah nengok berapa vagina,bang?


Boleh dibilang menebak-boleh dibilang menuduh ente:
- Suka ‘jajan’ ya?
- ato koleksi filem bokep?
Ato malah dua-duananana..huahuahuahasuu…

anggit mei kisworo


Oktober 7th, 2012 pada 22:18

Kulonuwun…supit/sunat untuk laki-laki/ perempuan nggak perlu menurut saya…tapi


bagi yang mewajibkan silakan saja…katanya temen-temen bu Dita…manusia
diciptakan katanya sudah sempurna…mengapa harus dikurangin ? maaf banyak
“katanya”…haha…nuwun

November 8th, 2012 pada 19:42

Mas/Mbak AMK,

Mungkin Tuhan …tidak begitu sempurna … Ingat dulu Beliau putus asa
melihat umat Nya murtad, terus dibasmi dengan banjir bandang – zaman Nuh
dkk. Rambut yg indah itu juga perlu dipotong, kalau tidak , hmm,
gondrong/panjang tapi berwarna putih dan sedikit ya … wagu. Kuku juga
perlu dipotong, nek tidak , weh …nggilani ta ?!

Oh ya, Tuhan bisa mencegah penjagalan manusia – oleh Hitler,Pol Pot,


Suharto, dll, tapi ternyata Beliau diam saja … Piye horo ? Sempurna ?
Ndak,lah …

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita …. *) (Nggak nyambung


ya ?)

*) G Ade Ebiet

Trembelane
November 22nd, 2012 pada 20:12

Memang ngga nyambung!!


Dengan komen mas ANggit ndak nyambung, opo meneh karo
topike..ra nyambung babar blas…heuheuheu
Lha wong Kang Anggit ndak ada bilang ttg Tuhan (maha) Sempurna…
apalagi ttg bencana. Lha koq malah bawa-bawa Tuhan buat menjudge
tingkah laku manungso. Jarene Ngundhuh Wohing Pakarti.sopo sing
nandur bakal ngundhuh! Genosida, banjir hanyalah sedikit dari
banyaknya lelakon donya yg dalam rentang waktu perjalanan
sejarahnya,memiliki azas kesetimbangannya sendiri. Ndak perlulah
pusing-pusing bawa Tuhan, apalagi ngarepin dia campur tangan. Dia
mo tidur, mo ngrokok, mo limo….urusan dialah,mbah..

Rahayu Jayalah NKRI

anggit mei kisworo


November 27th, 2012 pada 22:46

@Wong le Seng 367


hehehe…maaf Mas kalau saya salah/kurang pener berpendapat…lha
wong saya rumongso isih bodho…isih butuh sinau mrono-mrene…opo
maneh bangsane Hitler…Pol Pot…kuwi sopo ?…ra ngerti blas…nek
Pak Harto rodho ngerti…beliau presidenku biyen…masalah dadhi
tukang jagal manungso…aku yo ora ngerti sing saknyatane….wah jan
rambutku gondrong nggilani plus wagu je Mas…hehe…rung kepingin
nyukur….tapi kalau udah kepingin dan perlu…ya tak potong….biar
rapi gitu loh….mekaten Mas…menawi lepat nyuwun pangapunten…
NKRI Pasti Jaya…eh Mas penggemar Mas Ebiet ya…?

 

Dita
Oktober 27th, 2012 pada 12:36

@Dewi:
Dalam Islam, jika permasalahan tidak terdapat (secara rinci) dalam Al-Qur’an, maka
hadist Nabi lah yg harus diikuti. Nabi adalah utusan Allah, perkataannya tidak asal-
asalan. Semuanya diatur oleh Tuhan. Termasuk saat Nabi mengatakan hadistnya.
Kalau memang sunat itu tidak boleh, pasti Allah tidak akan membiarkan Nabi
mengatakannya ‘kan? Lalu, hadist yang saya yakini adalah hadist Nabi Muhammad
SAW.. Jadi kalau para Nabi sebelum itu tidak saya ikuti.
Benar bahwa klitoris dan kulupnya adalah organ yang sangat sensitif. Tapi, klitoris
akan lebih sensitif lagi bila penutupnya terbuka setelah disunat. Sensitifitas klitoris
yang terbuka setelah disunat jauh melebihi sensitifitas klitoris(yang masih tertutup
kulup)+ sensitifitas kulup klitoris itu sendiri.
Sebenarnya sudah saya ceritakan dengan pengalaman saya, memang, klitoris yang
baru disunat akan terasa sangat geli saat tersentuh sesuatu. Tapi itu saat klitoris masih
di perban sehingga labia sedikit merenggang dan klitoris tidak terlindungi. Saya pikir
ini adalah wajar karena baru disunat. Setelah perban dilepas, labia yang selama ini
renggang karena terganjal perban, akan merapat kembali, dan klitoris pun terlindungi.
Maka, klitoris tidak akan bersentuhan lagi dengan benda-benda luar, yang
menyebabkan bangkitnya nafsu seksual.
Saat berhubungan intim, klitoris yang sudah disunat akan mudah dirangsang hanya
dengan membuka bibir labia, lalu merangsang klitoris.
Dalam Islam, sunat perempuan itu sunnah. Tidak dipaksakan, tidak mengatakan
klitoris perempuan itu kotor sehingga harus disunat. Tapi pada kenyataannya, banyak
perempuan yang belum bisa merawat bagian klitorisnya. Kalau rajin membersihkan
klitorisnya dan tidak mau disunat, ya sudah. Banyak perempuan yang mempunyai
kitoris yang sulit dibersihkan, padahal mereka mau saja membersihkannya. Dan ada
pula yang tidak tahu cara membersihkannya. Daripada susah pasti banyak juga yang
berpikir bagusnya disunat saja.
Kalau soal umur yang cocok saat disunat, itu tidak masalah. Itu tergantung
individunya masing-masing. Kalau dia merasa dapat memilih saat dewasa/18 tahun,
boleh-boleh saja. Tapi kalau dia merasa dapat memilih saat remaja/ umur 14 tahun,
jangan dilarang dan jangan salahkan orangtua/yang mengajaknya sunat. Kalau disunat
saat bayi/anak-anak, saya tidak setuju. Selain tanpa persetujuan orangnya/anaknya
tidak tahu apa-apa, dari segi ukuran dan kematangan, klitoris bayi/anak-anak tidak
cocok disunat, berbahaya.Kalau untuk dewasa atau remaja, klitorisnya sudah cocok
disunat, dan aman.
Contohnya, saya, dulu, sebenarnya pacar saya mau saja nunggu keputusan saya saat
dewasa, tapi saya bilang sudah yakin, sekarang aja. Saya sudah bilang, saya yakin
karena udah mencoba sendiri rasanya rangsangan klitoris yang masih tertutup dan
yang kulupnya sudah saya tarik. Saya yakin waktu itu saya sudah matang secara
seksual. Dan hasilnya, sampai sekarang tidak ada masalah, malah saya merasa lebih
baik.
Sunat perempuan, sangat mengasihi semua suku, kelompok, bangsa, ras dan agama.
Karena jelas-jelas tidak dipaksakan. Akan tetapi jika Mbak Dewi tidak setuju, dan
mungkin mungkin berpikir jika sunat itu tidak manusiawi dan ingin melindungi
perempuan-perempuan lainnya, silahkan lakukan itu dilingkungan sendiri. Jangan
membingungkan banyak perempuan di internet. Sebagian besar perempuan indonesia
di internet sebenarnya setuju dengan sunat perempuan, tapi mereka kebingungan
memahami sunat perempuan yang sebenarnya.
Salam,

Dita

dewi
Oktober 30th, 2012 pada 00:16

@ Dita,

Nuwun sewu, Sebenarnya yang membingungkan itu jelas tulisan2 njenengan,


Saya hanya menyampaikan fakta bahwa klitoris itu sudah sempurna seperti
apa adanya.

Ketika obrolan sudah gayeng dan menuju ke tataran yang lebih berpikir dan
menunjukkan kecerdasan spiritual klitoris, lalu njenengan dengan tiba-tiba
sekonyong-sekonyong memberi harga mati bahwa sunat itu perintah agama,
Titik.

Perlu njenengan ketahui, mengapa mereka menyarankan/ menyunahkan/


mewajibkan menyunat klitoris? itu bermula karena ketidak mengertian kaum
terdahulu saja dalam memahami klitoris, sehingga, sekali lagi di kasih harga
mati bahwa klitoris harus di sayat, yang di sosialisasikan lewat kitab sucinya
pada waktu itu yang nyata-nyata produk dari suatu budaya setempat saja.

Baiklah akan saya jelaskan lagi :

Klitoris adalah organ sexual juga, letaknya di ujung sebelah atas antara kedua
labia minora (bibir vagina dalam). Ia banyak dialiri pembuluh darah dan urat
syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap
rangsangan seksual. Ia terdiri dari satu daerah bulat atau kepala, disebut
kelenjar, dan bagian yang lebih panjang, disebut batang, yang memiliki
bentuk-bentuk cekungan kecil. Jaringan dari bibir bagian dalam biasanya
menutupi batang klitoris, yang membentuk tudung atau kulit untuk
melindunginya. Satu-satunya bagian dari klitoris yang dapat dilihat langsung
adalah kelenjarnya, yang terlihat seperti kancing kecil berkilat. Ukuran dan
bentuknya berbeda-beda pada setiap wanita. Klitoris dapat dilihat dengan
mendorong kulit selubung klitoris ke belakang. Ada banyak sekali ujung saraf
dalam klitoris dan di daerah sekitarnya. Banyaknya ujung saraf dalam klitoris
menyebabkannya menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan atau tekanan
langsung atau tidak langsung. Rangsangan pada daerah klitoris dapat menjadi
nikmat, bahkan memberikan pemiliknya kenikmatan seksual merupakan satu-
satunya fungsi organ ini yang diketahui, dan klitoris adalah satu-satunya organ
manusia yang memiliki pemberi kenikmatan sebagai fungsi utama. Klitoris
tidak ada hubungannya dengan kehamilan, menstruasi atau kencing.

Jadi kalau kulitnya pelindungnya yang notebenenya juga ada saraf-saraf serta
pembuluh darah di sunat/ di sayat/ di potong, itu sama saja tidak manusiawi.
Juga tolong jangan mengada-ada dengan menjustis/ menghakimi bahwa
klitoris itu tempat sarang yang kotor, najis, tidak suci sehingga harus di
bersihkan/ di tiadakan baik kulit atau klitorisnya.

Menurut saya agama itu untuk mengurusi masalah jagad mikro dan Tuhannya
saja, jangan mengobok-obok hal pribadi apalagi yang bersifat privasi
keintiman, dunia kesehatan semakin berkembang dan wanita seharusnya lebih
cerdas dan bijaksana dalam menyikapi dan menerima pemberian anugrah
terindah ini.

Dan jika ada sosok Tuhan/ nabi/ agama/ kitab suci yang masih mempersoalkan
klitoris wanita, maka keberadaannya perlu di kritisi.

Salam rahayu,

Dita
November 8th, 2012 pada 19:10

@Dewi:
Saya beralih dari segi medis ke agama karena saya tau, kalau sudah beda dari dasar
keyakinannya saja, pasti menjelaskan tentang sunat perempuan ini akan sulit.
Sebelumnya saya juga menjelaskan sunat perempuan dari segi medis. Dan saya
menjelaskan dari segi agama agar Mbak mengerti kenapa saya mengatakan kalau
perempuan perlu disunat.
Apa yang Mbak Dewi jelaskan tentang klitoris pada sebuah paragraf diatas, memang
benar, saya setuju dan saya sudah menjelaskannya pada tulisan saya yang kemarin.
Tapi, saya tidak setuju pada paragraf dibawahnya. Saya kan sudah bilang, saya tidak
bilang klitoris itu pasti kotor, tapi bisa saja jadi kotor dan mengenai hal itu saya tidak
mengada-ada. Pendapat para ahli bahkan mengatakan kalau smegma yang menumpuk
dapat menyebabkan perlengketan klitoris, yang secara tidak langsung mendukung
sunat perempuan.Itu kata ahli loh, bukan kata saya. Kalau ada ahli yang sependapat
dengan Mbak, jumlahnya hanya sedikit.
Bagi saya, agama saya, Islam, adalah agama yang mengatur semua hal dalam
kehidupan manusia di dunia ini, tidak peduli walaupun itu masalah yang pribadi dan
intim sekalipun, karena semua perintah, larangan dan petunjuk dari Tuhan adalah
untuk kebahagiaan umat manusia, dan semua muslim yang beriman tahu itu.
Perlu Mbak ketahui, kalau ada ajaran, yang dasar keyakinannya saja sudah berbeda
dengan Mbak, kenapa Mbak larang? Kalau Mbak mengkritisi sunat perempuan dan
mengajak orang lain untuk sependapat dengan Mbak, itu sama saja Mbak mengkritisi
keyakinan orang yang beragama Islam, dan Mbak mengajak mereka untuk beralih ke
keyakinan yang lain. Semua muslim pastinya tidak suka jika ada saudara seagamanya
sedang diberi keyakinan yang lain, kan?
Saya tau, Mbak bisa saja bebas mengemukakan pendapat. Tapi yang paling tidak saya
setujui, adalah tulisan Mbak yang mengajak untuk sepandapat dengan Mbak. Apalagi
kebanyakan yang membaca tulisan Mbak adalah orang yang berbeda keyakinannya
dengan Mbak. Karena itu, pada tulisan saya kemarin, saya minta agar kalimat
postingan jangan terlalu persuasif/mengajak. Kalau hanya bersifat Argumentatif,
boleh-boleh saja.
Salam damai

Dita

November 20th, 2012 pada 22:31

@ Dita,

Ibu Dita ingkang kinasih, keluarga saya juga muslim tapi tidak
memperkenalkan sunat pada anak perempuannya, itu sejak dari nenek buyut
saya lho, selain itu ibu saya juga super sibuk bekerja/ beraktivitas dan
kebetulan anaknya banyak, karena pantang ikut KB/ nggak cocok saja.

Menurut saya, Ibu dan saudara2 perempuannya lolos dari percobaan/


kewajiban sunat karena lingkungan keluarganya yang tidak fanatik, mungkin
ada kasus langka yang konon menurut cerita bahwa smegma mengumpul bisa
menyebabkan seorang wanita itu kesakitan lalu menjadi kotor, najis dan tidak
suci lagi, tetapi apa itu bisa di gebyah uyah?… lalu mengakomodir sebagai
bagian dari budaya (yang di bungkus dogma agama) yang akhirnya menjadi
suatu kewajiban dalam kitabnya?…

Saya juga setuju bahwa sunat ini di kembalikan ke individu, sejak dari awal
saya juga menyatakan ini juga HAM bagi orang dewasa, bahkan seandainya
seseorang itu ingin operasi ganti kelamin saya juga tidak bisa mencegahnya
apalagi mengajaknya dengan bahasa persuasif sekalipun. Saya menulis di sini
hanya menyampaikan apa yang perlu di sampaikan saja, dan sunat pada
perempuan ini di lihat dari segi medis, hukum, budaya memang banyak
kontroversinya terutama mencakup ambiguitas agama.

Sunat memang berasal dari budaya arab, dan yang bikin kontroversi juga
mereka lalu sekarang mereka sibuk membuat Undang2nya anty sunat pada
perempuan untuk masyarakat/ rakyat dan umatnya. Lalu bagaimana bisa
negara2 seperti afrika, afganistan, indonesia dsb masih belum memiliki
kebulatan tekat untuk satu suara, say no to women cirsumcission?…
jawabnnya mungkin karena masih ada saja umat seperti ibunya yang belum
berpikiran secara positif dan terbuka, beragama tetapi secara dogmatis bukan
demokratis…

Saya pikir itu bukan masalah saya atau kami, tapi masalah individu njenengan
saja. tapi ibu juga jangan mencampakkan fakta bahwa sunat pada bayi/ remaja
perempuan di nusantara ini masih banyak berkeliaran dan prakteknya memang
sangat memprihatinkan. Lalu dengan apa kita bisa mencegahnya selain hanya
dengan himbauan, terutama lewat edukasi dan pendidikan yang sebenar-
benarnya. Dan memang inilah tingkat kesulitannya bu, karena mereka/
masyarakat kita cenderung menurut apa yang di yakininya saja atau apa yang
menjadi fatwa ulamanya, tanpa di telaah/ di kaji terlebih dahulu serta bertanya
pada nurani kewanitaannya.

Dan andai saja njenegan bisa sedikit terbuka hatinya, maka apa yang saya/
kami coba sampaikan adalah penyampaian moral untuk sexualitas wanita juga.

Salam rahayu,

Dewi

@ Dita,

Ngapunten, nopo niki ibu Dita yang sebenanya?… kok gambar gravatarnya
lain?… kok sangat berbeda 180 derajat dengan sosok seorang hamba yang
sangat menjunjung tinggi kitab dan agamanya ya?… ini bahkan melebihi
aurat, tapi udah mempertontonkan vagina. Maaf, Nuwun sewu bu, saya juga
pernah melihat lukisan telanjang seorang wanita yang berkelas seni tinggi,
namun itu memang seni keindahan dan tidak memperlihatkan vaginanya
secara vulgar, lain lagi jika gambar itu memang di tujukan untuk kepentingan
sex education/ pendidikan sex, mungkin masih bisa di maklumi, lha ini kan
forum santai diskusi bersama lintas, ras, suku dan agama.

Saya mungkin sangat berani melawan ketidakdilan dan kerancuan tentang


hak2 wanita dan manusia, namun saya juga sangat berhati-hati menyampaikan
pendapat, berdiskusi dengan asah asih asuh dan bisa
mempertanggungjawabkannya.

Ya sudahlah terserah ibu saja, saya hanya berpesan, dalam menyikapi


permasalahan feminitas ini selalulah berkonsultasi pada nurani kewanitaan,
asahlah nurani itu selalu, yang mungkin selama ini sudah tumpul karena satu
atau banyak hal, bisa dari ketidakpercayaan pada diri sendiri, didikan keluarga
atau pengaruh lingkungan, yang antara lain mungkin juga karena sangking
lamanya di cekoki dengan dogma dan atau terkungkung budaya patriarki dari
generasi ke generasi.

Salam rahayu,

Dewi
 

November 20th, 2012 pada 13:04

biyuh2 kalau begini trus sampai kiamat ndak akan ketemu,udahlah yang percaya akan
kemanfaatan sunat silahkan lakukan sedangkan yang ndak percaya ya ndak usah sunat
kan enak to kok kayak anak kecil aja.apa lagi pean berdua beda agama ya ndak
nyambunglah?jadi ndak usah diperdebatkan.agama diatas segalanya titik.karena
agama dari Tuhan.titik titk hahahahahaha.

November 21st, 2012 pada 22:38

@ Rodals Nuklir,

agama diatas segalanya titik.karena agama dari Tuhan.titik titk


========================================================

He he he… Tuhan yang mana mas?… Tuhannya laki-laki apa Tuhan


perempuan?…

Kalau masnya baca semua dalil ayat2 di atas semuanya baik nabi maupun
riwayat hadistnya di tulis oleh kaum laki2 semua. Seakan2 mereka
mempresentasikan bahwa Tuhan itu berwujud lelaki dan bersifat maskulin
saja…

http://dongengbudaya.wordpress.com/2012/05/01/kitab-suci-wanita/

Agama itu bisa di politisir, kitab itu bisa di buat, tapi kalau nurani itu nggak
bisa di bohongi atau di akali ya mas.

Salam senyum,

Dewi

Trembelane
November 22nd, 2012 pada 20:28

Tangi mas…. tangi…


yen kon milih ke(manusia)an opo agama, yo aku milih ke(manusia)an diatas
agama. Kalo agama ndak sesuai kemanusiaan, yo agamane sing taktinggal,
dudu kemanusiaane. Agama dari Tuhan? Lha wong Tuhan iku mung produk
ciptaan manusia koq..Kalo ndak ada manusia, yo ndak ada Tuhan.. Tapi kalo
ndak ada Tuhan, keknya masih ada manusia deh.. terutama manusia -manusia
Atheis..
Salim Atheis heuheuheu..

SSJ
November 21st, 2012 pada 23:58

@ Rodals Nuklir,

agama diatas segalanya titik.karena agama dari Tuhan.titik titk


========================================================

hanya orang2 yang beriman yang mengatakan agama diatas segalanya, apalagi agama
dari tuhan … ( pembohong besar, penipu, agama dari tuhan adalah PROVOKATOR

Wongsorejo
November 22nd, 2012 pada 07:56

kejahatan paling besar laki2 yang ditulis dalam kitab suci dijaman musa adalah
menyunat wanita, mereka memotong klitoris wanita, sehingga wanita sama sekali
tidak merasakan apa2 tidak merasakan rangsangan dan laki2 bisa merajalela
menikmatinya sampai keleh2 puas sendiri, dan kemudian menuliskannya sebagai ini
perintah dari tuhan, kita tahu musa tidak pernah menulis keseluruhan kitab suci
dengan tangannya sendiri, dan para penulis kitab di jaman musa memproduksi
perintah2 tuhan sebanyak-banyaknya spt mengharamkan semua binatang berkuku
belah tetapi tidak berhasil walaupun disebut sebagai perintah allah karena daging
hewan ternyata uenak tenan …. eh berhasil ding tapi cuma satu yang berhasil yaitu
sapi pendek

Bala(ne)dewa
November 27th, 2012 pada 20:34

Tolak sunat perempuan ( sumber : BBC)

Lihat berita ini”Pemerintah Indonesia menolak sunat perempuan” di sini:


http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/11/121126_sunat_perempuan.
shtml?s

dewi
November 28th, 2012 pada 18:00

@ Bala(ne)dewa,
Maturnuwun atas link yang telah di berikan, semoga menggugah kesadaran
kita semua.

@ All,

Sunat dalam bentuk apapun tidaklah di benarkan, tidak elok dan tidak beradap.
Walaupun hanya sekedar mengiris, menyayat, memarut, membakar
lapisannya, itu juga ‘menganiaya’ klitoris.

STOP SUNAT PADA PEREMPUAN APAPUN BENTUKNYA!

Salam rahayu,

Balas

Dita
Desember 16th, 2012 pada 20:58

@Dewi:
Kalau kasus langka yang Mbak maksud adalah perlengketan klitoris, menurut saya itu
tidak langka. Pendapat beberapa ahli yang melakukan penelitian pada banyak
perempuan, menemukan kalau perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris
panjang/lebar sehingga menutupi seluruh klitoris dan membuat kemungkinan
penumpukan smegma menjadi lebih besar terjadi pada 40-50% perempuan, bahkan
sebagian tidak mengetahui kalau ada smegma yang menumpuk. Hanya saja para
perempuan yang diteliti belum mengalami perlengketan klitoris. Biasanya jika tidak
dibersihkan dengan sebersih2nya itu tinggal menunggu waktu sebelum mengalami
perlengketan klitoris. Tapi ini hanya pendapat para ahli, boleh percaya boleh juga
tidak.
Terima kasih Mbak setuju bahwa sunat itu terserah pada individu masing2. Artinya
Mbak tidak memaksakan pendapat Mbak kepada saya atau siapapun, dan begitu juga
dengan saya. Disini saya juga setuju dengan pendapat Rodals Nuklir.
Tentang negara2 Arab seperti Pakistan, Irak, dan Iran yang belum satu suara,
sebenarnya mereka(mayoritas) malah sudah satu suara, dan mereka satu suara dalam
mendukung sunat perempuan. Kalau di Afrika, seperti di Uganda, Kenya, Somalia,
dll. , tidak mayoritas muslim, jadi, jangan heran kalau ada juga penentang sunat dari
negara2 itu.
Tentang agama, kalau boleh saya ulangi, seperti kata Mbak, antara dogmatis dan
demokratis. Islam adalah agama yang menerapkan keduanya, dogmatis jika sudah
jelas tertulis di dalam Al-Qur’an dan hadist, demokratis jika tidak jelas terdapat pada
Al-Qur’an dan hadist. Kami, muslim dan muslimah yang sudah bepikir dogmatis-
demokratis akan percaya manfaat sunat perempuan, bahkan dengan hati nurani kami,
hati nurani laki-laki ataupun perempuan, bukan ego.Tuhan kami tidak berjenis
kelamin, karena jika iya akan sama saja dengan ciptaan-Nya. Tapi yang pasti, Dia
tahu segalanya tentang laki-laki dan perempuan lebih dari manusia sendiri.
Sekali lagi saya setuju dengan pendapat Mbak Dewi tentang banyaknya praktik sunat
pada perempuan indonesia yang masih salah dan edukasi memang sangat diperlukan.
Kalau menurut saya sih, pendidikan yang benar adalah mengajarkan kalau yang benar
itu cara hoodectomy, bukan yang lain. Yang sunatnya salah itu ngakunya ajaran Islam
atau adat, padahal sunat secara Islami ya hanya hoodectomy, gara2 kesalahan mereka
Islam jadi terfitnah, entah mereka sengaja atau tidak. Kalai Mbak Dewi berbeda
pendapat, silahkan saja.
Tentang gambar itu, niat saya hanya untuk pendidikan sex, kebetulan sering ada yang
nanya bagaimana bentuk klitoris yang sudah disunat dengan metode hoodectomy, jadi
yang merasa nanya ya tinggal lihat saja, disitu terlihat jelas klitoris tidak
dipotong(masih ada/utuh) hanya saja klitoris terlihat jelas karena kulit penutup klitoris
telah dipotong. Jika saya masuk forum lain, pasti gambarnya tidak saya buat begitu.
Terima kasih.
Salam

Dita

Sugeng rahayu lan kinasih bu Dita, sejujurnya bu, dalam medis, sunat pada
perempuan apapun bentuknya, beresiko menimbulkan pendarahan, infeksi
hingga ketidaksuburan. Tak terkecuali praktek hoodectomy yang umumnya di
terapkan pada bayi dan remaja di bawah 15 th yang hanya mengiris, menyayat
dan mengikis permukaan klitoris yang di tenggarai supaya tak terjadi
perlengketan, sakit, kotor, najis, liar dsb ketika beranjak menjadi wanita
dewasa nanti.

Klitoris adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas
yang banyak dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris
merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. ada
banyak sekali ujung saraf dalam klitoris dan di daerah sekitar, Saat rangsangan
erotik berlanjut dan orgasme datang, klitoris menjadi kurang terlihat karena
tertutup oleh jaringan penutup klitoris yang membesar. Pembesaran ini
dirancang untuk melindungi klitoris dari kontak langsung, dan klitoris akan
keluar lagi saat rangsangan dihentikan.

Saya melihat, ada repetition/ persamaan bunyi yang berulang-ulang ibu


katakan bahwa sunat pada perempuan ini sah dan benar jika merunut hukum
kitab agama. Hingga hadistnyapun ramai2 menyatukan kebulatan suara
tentang kesahihan sunat pada perempuan ini yang di sampaikan oleh para
ulama dan aulianya.

Apakah benar bahwa klitoris wanita dewasa rawan mengalami perlengketan


klitoris seperti yang njenengan dan sebagaian orang risaukan yang juga seperti
yang tertuang dalam hadist? Bisakah njenengan membuktikan dengan
merasakan sendiri ketika nanti berumur lanjut dan lebih dewasa, betapa
sempurnanya organ alami yang ada pada saraf klitoris dapat berfungsi dengan
alaminya, sementara permukaan klitoris njenengan sudah di kikis habis pada
usia 14 th?…..

Dalam hal ini saya meragukan statement njenengan, para ahli peneliti itu
mungkin tidak mewancarai wanita2 di luar sana yang seperti keluarga nenek
dan ibu saya. bahwa mereka tak pernah mengenalkan sunat pada anak
putrinya, dan hingga kini mereka tak pernah mengalami kesakitan akibat
perlengketan dsb, walaupun mereka beranak banyak dan kebetulan sering
berpeluh keringat pekerjaan. mereka lugu, tidak neko2 dan mensyukuri
pemberian Tuhan apa adanya. namun bukan suatu kepolosan yang berarti
tidak mengerti atau tidak bersih dan tidak cerdas, tapi malah sebaliknya, kesan
saya bahwa wanita yang tidak di sunat itu ternyata memang lebih sehat dan
lebih bahagia serta lebih awet muda. Dan penelitian kesehatan journal wanita
dan badan kesehatan duniapun ternyata jauh hari telah membenarkan hal itu.

Setiap wanita memang tak bisa di samaratakan bu Dita, jika ada wanita yang
mengalami perlengketan pada klitorisnya, apakah tidak sebaiknya di
konsultasikan terlebih dahulu untuk di ketahaui apa penyebabnya, apakah
pembawaan sejak lahir atau karena ketidaktahuan pengetahuan klitoris
misalnya, ketimbang alih-alih langsung di eksekusi/ di sunat/ di hoodect/ di
kikis permukaan klitorisnya yang justru dari medis kesehatan sangat rawan
resiko, tidak adakah alternatif lainnya sehingga sunat ini bisa menjadi pilihan
akhir bagi wanita yang mengalami perlengketan/ memiliki ketidakfungsian
klitorisnya secara alami dengan semestinya?

Pada dasarnya, Ada banyak variasi sensitifitas pada klitoris, dan setiap wanita
akan menemukan mana yang dirasakan terbaik bagi kesehatan dan
kebahagiaan klitorisnya. maturnuwun.

Salam rahayu,

Dewi

Rate This

Balas

ONO
Desember 18th, 2012 pada 07:27

@ Dita ……. kinasih


sungguh anda masih belum sadar, bahwa APA yang anda perdebatkan ini ….
apakah ITU yang disebut ajaran agama yang paling benar dan sempurna????
apa tidak ada jalan lain untuk menuju kebahagiaan dunia akherat … apa harus
jalan itu yang harus dilalui ….
sungguh suatu ajaran yang mencerminkan tingkah laku mengedepankan SEX
ual …
seperti yang dicontohkan oleh NABI pencetus ajaran yang paling benar ini ….
yaitu kawin sampai 4 kali …. meskipun didampingi dalih2 yang menghalalkan
….
sungguh ironis …. tetep saja itu adalah dekat dg KEINGINAN SEX ual …

salam agama yang paling benar dan sempurna


maturnuwun

Rate This

Balas

Tyo
Januari 1st, 2013 pada 07:08

@Ono
Agama yg paling benar dan sempurna ISLAM…Dari ujung Rambut
sampi ujung kaki jg di bahas, ada di kitabnya,,,Agama lain mana ada.

Rate This

ONO
Januari 1st, 2013 pada 16:43

@ Tyo … kinasih …
Betul … menurut anda … bahwa :
Agama yg paling benar dan sempurna ISLAM…Dari ujung Rambut
sampi ujung kaki jg di bahas, ada di kitabnya,,,Agama lain mana ada.
( Tyo )
________
Tapi sayang …nama yang begitu besar, paling baik, paling benar,
paling sempurna …. REALITAnya lebih dominan memperlihatkan
kesan umatnya yang BERINGAS, PENUH KEBENCIAN,
AROGANSI MAIN HAKIM SENDIRI, SEDIKIT KEDAMAIAN …
hampir mirip dengan kelompok GENG MAFIA …penuh
KEKERASAN …

semoga @ Tyo … menyadari kenyataan itu …


maturnuwun

Rate This

Mbalelono
Januari 2nd, 2013 pada 09:33

Agama yang sempurna (Tyo)


——————————–
Agama yang sangat sempurna ini mengilhami FPI, Amrozi, Mukhlas,
Bin Laden, oknum2 yg merusak/membom tempat ibadah orang lain –
Ahmadiyah,gereja.

 
1

Rate This

pejalan kaki
Januari 2nd, 2013 pada 10:41

Anggapan AGAMA KU adalah PALING BENAR adalah hasil dari


EGO manusia pemaham agama tersebut , mereka takut dengan
DOGMA dan DOKTRIN . mereka tidak jujur dengan AKAL dan
NURANI nya…..

Mereka yang fanatik seperti menganggap bahwa Allah itu adalah ..bla
bla bla dan dianggap dan dibayangkan seperti mahluk aneh seperti
anggapan dan hasil dari daya pikir dan khayal mereka…..sehingga
Tuhan diberi nama ALLAH dan berujud , ber zat dan berdiam disana
dan seterusnya …..seperti sok tahu dan sok sangat dekat dengan Tuhan
YME..

Rate This

R Gentholet
Desember 18th, 2012 pada 21:02

, kesan saya bahwa wanita yang tidak di sunat itu ternyata memang lebih sehat dan
lebih bahagia serta lebih awet muda. Dan penelitian kesehatan journal wanita dan
badan kesehatan duniapun ternyata jauh hari telah membenarkan hal itu. (D)
——————————————
Saya sering kagum melihat cewek2 Korea dan Jepang – ciptaan alam. Saya tahu
mereka tidak …. disunat. Oh ya, belum lama ini dari ‘BBC’ juga saya membaca
mengenai cewek2 Swedia yang umumnya sehat, fit, lebih fit dari cewek2 Eropa
umumnya. Mereka ini, cewek2 Swedia, sehat dan fit karena rajin … olah raga, bukan
karena disunat. Olah raga : mungkin dulu Tuhan lupa soal ini ?! Olah raga lebih
penting daripada sunat. (Di Arab Saudi,misalnya, cewek2 di sana banyak yg gemuk !
Karena apa ? Disana olah raga tidak digalakkan karena … tidak ada dalam kitab suci
atau hadis !)

Warga majapahit
Januari 1st, 2013 pada 13:48

Tyo

semua agama itu benar mas..tak ad agama yg tidak sempurna/ salah. Ya salah itu
manusianya.

Walaupun ajaran islam tp kalao manusinya hanya belajar dan mengamalkan hanya
sampek tingkatan sekolah SD yo tetep masih aja bodoh…

Walaupun ajaran hindu,budha atau yg lain,


tapi kalau manusianya mau belajar dan mengamalkan sampai tingkat pendidikan S3.
ya tetep aja orang itu pintar…

Jadi Kesempurnaan agama itu bukan dari ajaran agamanya tapi dari manusianya
sendiri.jangan terlalu fanatik dg ajaran agama mas..
Sebab semua agama itu tidak ada yg mengajarkan kejelekan. yg jelek itu sebenernya
aqlak manusianya sendiri…

Salah asah asih

Pemerintah Indonesia menolak sunat perempuan

Terbaru 26 November 2012 – 21:03 WIB

Nafsiah Mboy mengatakan khitan perempuan di Indonesia sebagian besar simbolis.


Menteri Kesehatan Nafsiah Mboy menegaskan bahwa pemerintah Indonesia
keberatan dengan praktek sunat perempuan atau female genital mutilation (FGM).
“Secara prinsip, jelas kami keberatan dengan FGM. Itu tidak bisa diterima,” kata
Nafsiah dalam wawancara dengan BBC Indonesia…………..

 
Sunat klistoris wanita ternyata berbahaya dan mungkin tidak sangat sehat bagi
kesehatan dari fungsi organ tubuh dan juga berpengaruh psikology …

Agak aneh juga bila anjuran dan hal yang diwajibkan oleh orang top markotop
jaman dulu ( menobatkan dirinya sebagai wakil Allah dan berdiam di arab
sana ) telah dibantah oleh kaum cerdik jaman modern yang ujudnya juga
sebagai manusia ( ciptaan Tuhan YME ) yang berpangkat ilmuan pakar
anatomi kesehatan etc , kalaupun ada klira klirunya tentang sunat maka biarlah
yang berantem adalah Tuhan YME dan Allah sendiri….kita sebagai manusia
hanya melihat dan menunggu kabarnya , siapa yang menang….salam damai…

WONG PERKARA SUNAT KOQ DADI UDREG2AN AGAMA SING PALING


HEBAT ! GENDHENG PA PIYE ? KANGGONE WONG WADON, SUNAT IKU
ORA WAJIB. SING WAJIB MALAH WONG LANANG ! KAPAN TA ANA
DHAWUH SUNAT IKU ? jAMANE NABI SAPA ? iBRAHIM APA MUHAMAD ?
SAK NGERTIKU SUNAT IKU TANDHANE DADI UMATE ALLAH, NALIKA
JAMANE NABI IBRAHIM ! DENE SAKA DHAWUHE ALLAH ! SUNATE
WONG WADON IKU LAGI ANA JAMANE NABI MUHAMAD ! DADI IKU
WAE DUDU – DUDU – DUDU – DUDU – DUDU – DUDU – DHAWUH ALLAH
NANGING HADIS !!!!! GENAH MANAWA WIWIT KUNA MAKUNA SING
WAJIB SUNAT IKU WONG LANANG ! SABAB ANA DHAWUHE ALLAH !
LHA YEN ANA SING NGAKU ISLAM AGAMA PALING HEBAT, TERUS
AGAMA SADURUNGE ANA AGAMA ISLAM APA YA DIANGGEP AGAMA
ORA APIK ? LHA APA SWARGA IKU ANANE SAKWISE ANA AGAMA
ISLAM ? LHA NEK HEBAT MESTHINE YA UMATE APIK, NYATANE …. ?
YEN ORA ISLAM ORA PERLU DIGATEKNE / DISAPA ! ORA PERLU
NGUCAPAKAE SELAMAT MARANG SADULURE KANG BEDA AGAMA !
ANA TA MESJID MASANG SPANDUK : selamat natal & tahun baru UTAWA
selamat merayakan waisak UTAWA selamat tahun bari saka / imlek ? ALASANE ana
ayat kang ora marengake koq ! WONG JAWA SING KAWENTAR WONG
SUMANAK DADI MALIH : ORA NYANAK SEDULUR, TANGGA, KANCA,
MENTALA MARANG SADULURE DHEWE MARGA DADI WONG ISLAM !
AKEH PETILASAN BUDAYA DADI RUSAK MARGA ORA ANA SAMBUNG
RAPETE KARO ISLAM…. SYIRIK, MUSRIK, LSP. JRONING BATIN NANGIS !
MARGA SAMAR …. SAKWISE ANA REMBUG BAB SUNATE CAH WADON
IKI ….. MBESUKE ……. ANA UPAYA KAMPANYE PERLUNE NYUNATKE E
CAH / WONG WADON…… TERUS BISA-BISA ……..BAKAL ANA …..
PEKSAN ……. CAH WADON KUDU SUNAT MARGA ISLAM !! MUALAF
WADON …….. KUDU SUNAT NURUTI AJARAN HADIS !! ATI-ATI MARGA
JAMANE NABI PALSU SAYA CETHA YANG WIS TEKA LAN SAYA
NDADRA UPAYANE NGOWAHI KERUKUNANE UMAT LAN KERUKUNANE
SAPADHANING MANUNGSA !!

@Dewi:
Jika Mbak tanya apakah saya bisa merasakan klitoris yang alami, kalau maksud mbak
yang alami itu yang tidak disunat, ya saya enggak bisa, karena saya sudah disunat.
Tapi kalau menurut saya alami belum tentu sempurna, mungkin yang alami sudah
baik, tapi harus dilakukan sesuatu untuk membuatnya sempurna.
Kalau soal pendapat para ahli, saya juga tidak percaya dengan statement yang
mungkin mbak ambil dari peneliti-peneliti diluar sana. Kalau dari hasil yang 40-50%
perempuan mengalami kemungkinan lebih besar terkena perlengketan klitoris,
mungkin memang bukan keluarga nenek atau ibu Mbak yang diwawancarai. Lagipula,
cara wawancara itu susah, biasanya peneliti hanya akan mengambil data dari rumah
sakit-rumah sakit klinik-klinik atau tempat lain.
Saya tidak pernah bilang langsung disunat loh. Sebelum disunat ya harus konsultasi
dulu, ya enggak langsung disunat lah, menurut Permenkes beberapa hal yang harus
dijelaskan sebelum disunat yaitu: pendarahan, infeksi, dan rasa nyeri. Tapi kalau
sesuai prosedur yang benar, ketiga resiko itu bisa diminimalisir.
Sunat untuk perempuan bukan tindakan paling akhir Mbak, ada 3 tindakan yang bisa
dilakukan:
1. Bersihkan smegma dibalik kulit penutup klitoris setiap hari (pagi-siang-
malam/sehabis pipis), repot, malah masih banyak perempuan yang tidak mengetahui
kalau dia punya kulit penutup klitoris dengan smegma yang bertumpuk dibaliknya.
Kalau tahu saja tidak, apalagi membersihkannya.
2. Disunat(hoodectomy) mencegah terjadinya penumpukan smegma, sehingga akan
langsung bersih jika hanya dibersihkan secara sederhana sehabis pipis atau saat
mandi.
3.Pengangkatan klitoris/klitoridektomi/FGM(catatan: terpaksa), jika sudah terjadi
perlengketan klitoris dan biasanya sudah parah, hanya ini yang bisa dilakukan.

Saya menyarankan sunat(no.2), agar tidak terjadi yang no.3.


Saya setuju Mbak, pada dasarnya, ada banyak variasi sensitifitas pada klitoris, dan
setiap wanita akan menemukan mana yang dirasakan terbaik bagi kesehatan dan
kebahagiaan klitorisnya. Saya memilih untuk disunat, mungkin pilihan orang lain
beda, tapi saya hanya menyampaikan pendapat, dan apabila terjadi perdebatan itu
wajar.

Salam,

Dita

Rate This

Balas
o

dewi
Januari 19th, 2013 pada 22:38

@ Dita,

Makanya bu, semuanya kan sudah jelas, mengapa anda lebih menerapkan
kebijaksanaan yang bukan berasal dari nurani dan pengalaman njenengan
sendiri?…

Njenengan malah seperti membuat contoh orang lain, tapi di saat yang sama
tidak bisa menunjukkan eksistensi klitoris njenengan sendiri ketika dewasa
dan berumur itu selayaknya yang bagaimana, kecuali hanya statement2 copy
paste dsb, dengan mengatakan bahwa mereka adalah sarang penyakit/ biang
perlengketan dsb dan berulang-ulang dari generasi ke generasi.

Salam prihatin,

Dewi

Rate This

Balas

Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:20

@ONO:
Begitulah kata-kata orang yang beda keyakinan, kami sudah diperingatkan oleh Kitab
dan Nabi kami kok.
Saya pikir lucu ya, kok nikah maksimal 4 orang di hina, ada agama lain nikah
maksimalnya lebih banyak, bahkan ada yang gk terbatas jumlah istrinya, malah
dijadikan rekor.
Keinginan seksual? Ada negara yang bebas melakukan hubungan seksual tanpa ada
sanksi hukum dan moral, malah akibat globalisasi menular ke negara lain. Yang
seperti itu malah tidak ada yang berani menentang terang-terangan.

Kalau mau menentang, tentang yang lebih parah dulu. Kalau menentang nikah
maksimal 4 istri, yang nikah 40 istri dibiarkan, sama saja diskriminasi untuk
menyudutkan.

Oh, mirip geng mafia ya? memang negara asal mafia itu mayoritas agama apa? Islam?

Saya pikir ini forum ilmiah-argumentatif, kok jadi hina menghina kepercayaan?
Saya dan Mbak Dewi sudah mulai berusaha memahami maksud masing-masing, kok
malah muncul yang beginian?
Siapa yang mulai ya, moderator?

Rate This

Balas

Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:39

@Mbalelono:
Sama seperti di Rohingya ya?
Apa ajaran agama orang-orang disana mengajarkan pelanggaran HAM begitu?
Itu SALAH ORANGNYA dalam memahami agamanya, BUKAN SALAH
AGAMANYA.
Semua agama berusaha mengajarkan kebaikan, hanya saja hanya satu yang saya
percayai kesempurnaannya. Kalau ada ajaran agama yang mengajarkan keburukan, itu
ajaran sesat.

Baca lagi dari awal forum ini, FGM tidak sama dengan sunat perempuan.
Di Amerika namanya hoodectomy, tidak ada yang melarang.
Di Indonesia namanya Sunat Perempuan, setengan lebih negara di dunia melarang.
Coba pikir adil gak?
@R Gentholet:
Islam menganjurkan olahraga, yang dianjurkan yaitu berenang, memanah, dan
berkuda.
Dianjurkan, bukan dipaksa.

@Pejalan Kaki:
Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat. Tapi
Dia tidak melakukannya karena Tuhan menyukai perbedaan, dan karena alasan lain
yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan. Salam.

Rate This

Balas

manusia purba
Januari 18th, 2013 pada 23:18

Tuhan YME tidak akan dan tidak mungkin mengatur kembali alam semesta
dan isinya dengan hukum hukum baru ….
Semua sudah dicukupkan oleh Tuhan YME untuk alam semesta ini yang
sudah berusia milyar tahun …..semua hal sudah diturunkan kepada manusia
yaitu …..hidup …nurani…akal…ujud fisik / materi dan lain lain yang amat
ajaib dan tidak bisa dinalar.,

Tuhan YME juga tidak akan berkata kata langsung kepada manusia hanya
dalam soal urusan yang sepele dan tidak diketahui dan dimengerti makna dan
maksudnya…..semua urusan dan masalah di bumi dan cara mengatasi sudah
diserahkan kepada mahluk atau manusia karena manusia sudah diberi akal dan
hati nurani…..

 
0

Rate This

Balas

Wong ijen
Januari 18th, 2013 pada 23:29

Salam Nusantara……

Sebagai bacaan dan renungan untuk tidak menjustice salah kepada para
manusia lain yang juga mempunyai jiwa dan nurani….sama sama ingin hidup
damai dan bahagia serta ingin mendekat jiwa raganya kepada Tuhan yang
disembahnya…….

http://wikimamad.wordpress.com/muhammad/muhammad-tidak-buta-huruf/

Rate This

Balas

Wong ijen
Januari 18th, 2013 pada 23:39

Ini cerita kuno yang ditimbulkan oleh manusia yang dianggap sebagai
musuh musuh agama langit…..cerita dan naskah atau bukti ilmiah ini
seakan menimbulkan batu untuk mengambang kepermukaan
air….sesuatu yang mungkin tidak mungkin…melanggar aturan suci
…..keterangan cerita ini boleh dibantah , disanggah…dibenci atau
dibenarkan…dikaji..dipikir.. dirasa…dengan akal dan hati nurani…..

Ini mungkin cerita tahayul tentang istri istri Nabi yang termulia bagi
alam semesta dan mahluk manusia…

http://wikimamad.wordpress.com/wanita/isteri-nabi/

Rate This

Edi Tepak
Maret 2nd, 2013 pada 02:30

Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:39

Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat,
DAMAI, tidak ada perang, tak ada bencana, tak ada pembunuhan &
perkosaan, tak ada teroris ngebom Bali … dsb.
Tapi Dia tidak melakukannya karena Tuhan MENYUKAI perbedaan, Tuhan
MENYUKAI kekacauan, Tuhan MENYUKAI bencana, Tuhan MENYUKAI
pembunuhan & perkosaan, Tuhan MENYUKAI teroris yg ngebom Bali,
Tuhan MENYUKAI FPI yg main hakim sendiri …. dsb…dan karena alasan
lain yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan.
Salam. ( Dita )
????????????????????

TUHANnya @ Dita barangkali persis gambar gravatarnya …..!!!!


tidak punya mata dan telinga, hanya lobang masuk dan keluar saja
Dita…Dita … Tuhan spt itu kok kamu agung2 kan
katanya MAHA pengasih, penyayang. MAHA melihat, mendengar. MAHA
pengatur segalanya ……bla …bla …
tapi ada perang di timur tengah kok diam saja, ada bencana sunami di aceh yg
serambi mekah kok diam saja, ada pembunuhan, perampokan kok diam saja
….
KETERLALUAN TUHANmu Dita … Dita…

Rate This

Balas

dewi
Januari 19th, 2013 pada 22:42

@ Sederek Sedanten, All,

Nuwun sewu, bicara klitoris ini alangkah baiknya jika kita menanyakannya sendiri
kepada yang bersangkutan, andai ia bisa bicara ia akan menerangkan eksistensinya.
Kita seyogyanya tidak bertanya pada Nabi atau kaum laki-laki atau pada kitab
sekalipun, apalagi pada wanita yang sudah di sunat pada waktu bayi/ remaja yang bisa
di pastikan tidak akan pernah tahu bentuk dan rasa klitorisnya setelah dewasa.

Sebenarnya kita memiliki kewajiban moral untuk mendengarkan apa yang ia mau…

Berikut saya tuliskan ‘Monolog Klitoris’…

Gawat! Aku melompat dan berhambur mendekat ke depan TV. Ada orang yang malah
tersenyum-senyum habis menyunat bayi, dengan bangganya ia dan mereka
mengatakan bahwa ini adalah budaya dan tradisi, seakan mengabaikan kenyataan
malah tersenyum lebar, tangannya gesit menekan biji klitoris lalu menyayatnya
dengan silet. Dalam hati Aku berteriak-teriak menyuruh mereka berhenti. Suaraku
bersaing dengan suara keangkuhan doktrin. Tapi kebodohan seakan tak perduli…

Tak apa-apa Nak, katanya riang, dengan pakaian serba putih seperti mantri malaikat
putih Ia malah menyunat anak-anak dan remaja yang lainnya. aku tak tega, Maka
meraunglah-meraunglah klitoris itu seperti hewan kena siksa. Sungguh aku tak
sampai hati melihatnya…

Tenanglah Nak, tak ada masalah, mereka terus bergerilya, Situasi menjadi runyam
karena lapisan yang klitoris yang sekulit ari itu rusak, berantakan, berhamburan dan
berdarah-darah. Para malaikat putih itu malah semakin senang seperti anak kecil
menemukan mainan yang asyik dan celaka! Ia mulai memarut, menyayat kalau perlu
sedikit di bakar!… pol! Aku berteriak histeris dan ingin mencegahnya. mereka tetap
tak perduli. mereka malah terbahak-bahak melihat klitoris itu meronta-ronta. Lalu
mereka menghentikan aksinya dengan obat antibiotik sekali usap, beres, untuk
mematikan kadar rasa sensitivitasnya sepanjang hidupnya.

Merekapun berlalu dengan di sertai satu senyum yang mengerikan. klitoris yang
malang itu terkelepar, tak bernyawa, tanpa daya, tanpa makna…

Mereka berlalu meninggalkan yang gemetaran, yang sedari tadi tak bisa
menanggungkan miris atas tragedi yang menimpa klitoris. Sementara mereka duduk
santai di kursi goyang semu di atas kepalanya sambil tersenyum-senyum puas penuh
kemenangan. Aku benci melihatnya.

Jika kau sudi menghampiri, ia megap-megap dan tampak sangat menderita. Maka
yang dapat kau lakukan adalah menenangkannya. Tak tahukah Ia menatapmu seperti
mengadu. Peluklah ia, Janganlah kau berpaling melihatnya, jangan pernah melakukan
kesalahan dan kebodohan yang sama lagi pada yang lainnya…

Malam itu aku tak dapat tidur. Mereka, para malaikat putih telah menggagahi dan
mengebiri klitoris dengan brutal. Ia telah menjadi korban kekerasan seksual dini. Aku
sedih lalu marah. Malam itu, aku mulai memikirkan pembelaan untuknya, bahwa ia
bukanlah tempat sarang kotor, tempat sarang perlengketan, itu adalah fitnah yang keji.
Demi kehormatan klitoris, kan ku tulis sebuah monolog klitoris…

MONOLOG KLITORIS

Lambat laun, terjalinlah hubungan emosional antara aku dan klitoris. Aku terpesona
akan kecerdasan di balik sistem dan mekanikannya. Ia adalah instrumen representasi
cinta yang agung dan ia hadir di muka bumi bagi yang mampu mengapresiasi anugrah
ini. Ia mampu membuat urusan mengubah bentuk menjadi sangat mudah. Bukankah
luar biasa?

Kurasa, dari sekian banyak hal di dunia ini, hanya diriku dan klitoris yang bisa
memahamiku, adakalanya saat sedang beraktivitas dengannya, aku merasa telah
menyatu. Jika sedang sepi, aku menyelinap dan bercakap-cakap dengannya, kami
ngobrol tentang lagu-lagu indah, tentang dunia, harmoni, kemanusiaan, keindahan dan
kasih. aku tak pernah berpikir bahwa ia adalah hanya sebuah benda, sebaliknya ia
memiliki roh yang memiliki jagad nuraninya tersendiri, ia adalah sahabat wanita
terbaik dan yang paling setia.

Aku terpikat pada bentuknya yang kukuh, Ia tegak, jenjang sedikit berlekak-lekuk. Ia
padat tapi tak bersegi. Maka, ia seperti tubuh perempuan. Belum menghitung
suaranya…

Ketika kupencet tombol on, saat itulah kutiupkan nyawa kedalam dirinya dan ia
hidup, lalu ia tersenyum, lalu ia berbunyi seperti intro barisan string orkestra. Ketika
kusentuh dengan lembut, saraf-saraf lembutnya mulai bangkit dan berputar,
melayang. Suara barisan string tadi meningkat menjadi berdesing bak pesawat terbang
yang mau tinggal landas…

Hubunganku dengannya kian lama kian semakin harmonis, karena aku menerapkan
komunikasi yang baik dan manis, maka aku selalu membicarakan dengannya setiap
kali aku ingin menaikkan daya putarnya. Setidaknya Ia memiliki beberapa tingkat
skala kecepatan kenikmatan. Bagiku, sentuhan lapis demi lapis itu adalah skala-skala
anak tangga sensasi. Aku biasa memakai skala yang lembut dan santun. Ia
tampaknyapun nyaman. Sesekali aku minta izin padanya untuk naik ke skala lebih
tinggi. Ia mengerling tanda setuju, namun aku sering merasa malu dan tersipu sendiri,
walau ia tak pernah kehabisan napas jika terlalu kencang…

Kian lama akselerasi putarannya kian sempurna. Desingan berubah menjadi desahan,
silih berganti. Aku gemetar dalam sensasi yang sulit kulukiskan dengan kata-kata.
Jiwa ini seperti melayang terbang bebas, kamaraga ini perlahan berubah menjadi
selembut sutra… Oh, betapa engkau adalah Bunda dari segala nikmat duniawi
sekaligus surgawi…

Saat kusudahi sensasinya, suara itu kembali melalui beberapa tahap, dari mendesahan
menjadi mendering, lalu lambat laun mendesau, lembut sekali, bak angin pagi musim
selatan. Namun ia tak langsung berhenti. Ada satu momen dari desauan itu sampai
jantungnya benar-benar berhenti berdetak. Pada moment itu, seluruh keindahan yang
baru saja di pancarkannya menjadi diam, menggantung merengkuh. Itulah ‘moment of
silence’, ketika cinta memeluk dirinya sendiri, semua itu, semua perasaan itu
membuatku kasmaran!

http://bungalowbidadari.wordpress.com/2013/01/19/monolog-klitoris/#more-191

Salam rahayu monolog klitoris,

Dewi

R Gentholet
Januari 20th, 2013 pada 22:35

Islam menganjurkan olahraga, yang dianjurkan yaitu berenang, memanah, dan


berkuda.
Dianjurkan, bukan dipaksa.

@Pejalan Kaki:
Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat. Tapi
Dia tidak melakukannya karena Tuhan menyukai perbedaan, dan karena alasan lain
yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan. Salam.
————————————————–
Ck ck ck ,
Berenang,memanah,berkuda : Yang menganjurkan ini …. pinter ruarr biasa ! Kolam
renang ada dimana-mana, bikin sendiri juga bisa dengan beaya yang sangat murah !
Panah juga sangat murah harganya, seharga seratus/dua ratus rupiah, dibuat dari karet
dan lidi, kuda juga gampang didapat dan murah harganya – kuda kepang . Jan jenius
sekali yg menganjurkan semua itu ! Jalan kaki atau lari2 : ini untuk yg kopar kapir
kah ? … Atau yg cuma … kapiran ?…

Perbedaan yg disukai NYA : Berbahagialah para Muslim,berbahagialah para pengikut


Ahmadiyah, berbahagialah kaum Kristen, kaum Yahudi,pengikut kejawen, pengikut
setan,para atheis, para humanis,Buddha, dan yang tak ikut apa2. Tuhan itu punya
banyak nama, a.l : nalar, kata hati. Lebih baik ikut setan kober tapi tidak merugikan
orang lain, daripada ikut Tuhan tapi orang lain yg tidak se iman jadi … korban …

Januari 20th, 2013 pada 23:29

Sangat menyedihkan bila Tuhan YME seakan seperti senjata tajam saja ,
diberi nama ALLAH lalu ditenteng kesana kemari untuk menakut nakuti
banyak manusia….atau Allah diibaratkan sebagai pelukis lalu melukis gambar
pornografi yang dinamakna SURGA sehingga manusia terangsang hawa
nafsunya….lalu berbuat liar dan ngawur seperti kuda liar……maafkan tentang
komentar ini….karena kebenaran sejati adalah milik alam semesta dan
tentunya milik sang pencipta alam….banyak manusia yang beranggapan sak
karepe udele tentang Tuhan dan agama dan merasa Tuhan seperti barang mati
dan sebagai miliknya pribadi……

Maret 1st, 2013 pada 23:13

payday ^mm120^ payday loans uk no fees

Slamet Widodo
Mei 11th, 2013 pada 21:27

Pengetahuan, Tehnolgi dan Kedokteran modern berkembang berdasar cara berpikir


ilmiah. Ketika kemudian agama merasa atau mengklaim bahwa tradisi atau ritualnya
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah itu sah-sah saja. Tapi yang sering terjadi
ada unsur subyektif dan tendensi jika agama dikaitkan dengan ilmiah. Yang lebih
parah adalah ilmiah harus tunduk pada arogansi agama.
Arogansi agama terjadi karena semua kalimat dalam teks yang disucikan dianggap
berasal dari tuhan sementara penemuan ilmiah derajadnya lebih rendah. Kalau saya
lebih suka berpikir tuhan tidak hanya memberikan ilmu lewat orang saleh tetapi juga
lewat peneliti. Saya harus BERPIKIR ULANG UNTUK PERCAYA bahwa :
matahari mengitari bumi, bumi datar, gunung adalah pasak bumi, orang pertama
adalah adam dan hawa, bintang adalah pelontar setan, perahu nuh sanggup menmpung
sepasangan dari semua species dimuka bumi.
Saya mengkritik pandangan sempit dari rata-rata agamawan contoh jika khitan pada
wanita ada pada tradisi islam apakah tidak mungki tradisi tersebut ada sebelum
islam ? contoh : Sebelum islam memuat manfaat madu orang pra sejarah sampai pra
islam sudah mengenal manfaat madu.

Sukma Tahu Kapan Raganya Akan Mati


Secuil kisah yang terjadi pada tanggal 22 April 2010. Tujuan deskriptif di sini jauh dari
maksud untuk iklan, adigang adigung, untuk berlagak dan show off. Tidak sama sekali. Saya
hanya berusaha mengambil hikmah pelajaran di balik semua peristiwa, agar supaya dapat
dijadikan suatu pengetahuan, minimal untuk diri pribadi. Bukankah tuhan selalu membuat
pelajaran dalam setiap fenomena dan gejala besar maupun kecil sepanjang waktu. Seluruh
yang ada (being) maupun kejadian dalam jagad raya ini selalu tergelar “ayat-ayat” sang
Kausa Prima. Semua itu menjadi tugas setiap orang untuk mempelajari  agar dapat menjalani
hidup lebih sesuai dengan rumus-rumus yang tercantum dalam diktat tuhan. Menjadi manusia
bijak dan arif, sinergis, harmonis dengan hukum alam, supaya menjadi mudah meraih
kemuliaan.

Selebihnya saya ingin share kepada para pembaca yang budiman dan para sedulur NKRI
semua tanpa pandang bulu maupun pilih kasih, sebagai wujud persembahan saya, serta sikap
welas asih tanpa pamrih yang selalu saya coba sekuatnya untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Siapa tahu kisah atau pengalaman pribadi ini ada sedikit manfaat
untuk bahan perenungan kita bersama dalam memahami makna kehidupan yang sejatinya.

Roh Berpamitan

Pada 22 April 2012, waktu itu kurang lebih jam 15.00 wib saat saya bersama keluarga jalan-
jalan dari Sukabumi, dengan route Cianjur, seterusnya melewati Jl Cugeunang, Cipanas,
kemudian melewati Puncak Pas ke arah Ciawi Bogor, kemudian jalanan mulai menurun
terus. Hari itu sepanjang jalan terjadi hujan rintik, lalu berkabut tipis di Puncak dan terasa
lebih dingin dari biasanya, pelan-pelan melaju menikmati pemandangan hijau nan indah
kebun teh yang agak disamarkan oleh sapuan kabut tipis.   Dan sampailah pada suatu tempat,
tepatnya setelah melewati tugu botol kecap pas tikungan sebelah kanan jalan arah menuju
Jakarta. Pada saat kendaraan melaju pelan, tepatnya di tikungan kebun teh itu, tiba-tiba
samar-samar “hadirlah” sosok wanita cantik putih bersih usianya terkesan masih kurang dari
setengah abad (tampak lebih muda dari  usia sebenarnya). Waktu itu sambil nyetir saya
kurang konsen, sehingga lupa-lupa ingat siapa gerangan sosok (roh) wanita tersebut kok
rasanya pernah melihat sebelumnya. Rasa-rasanya saya pernah mengenalnya, wajahnya tak
asing bagi saya, tapi siapa namanya saya lupa. Lalu saya membangunkan istri yang sedang
tertidur di samping kemudi. “…lihatlah ada (sukma) yang datang menghampiri kita!
Kenalkah dengan dirinya? Isteri saya spontan menjawab,” oh..itu Ibu Ainun Habibie. Saat itu
istri saya mengucapkan salam kepadanya lalu bertanya,”ada apa gerangan Ibu datang
kemari? Adakah sesuatu yang urgent? Beliau menjawab,” …saya hanya ingin berpamitan
denganmu nak, karena saya sudah akan pergi !

Hanya itulah dialog singkat yang terjadi di antara kami. Kebetulan isteri saya dulu pernah
berdedikasi di Habibie Center Jakarta untuk program kemanusiaan. Pantas saja beliau kemari.
Karena peristiwa sukma yang berpamitan (akan meninggal) biasanya terjadi kepada
seseorang yang telah saling kenal sebelumnya. Diri saya tidak mengenal secara pribadi
dengan beliau, tetapi isteri saya pernah mengenal dekat beliau, sehingga tak aneh bila
kemudian Ibu Ainun Habibie berpamitan untuk berpindah ke dimensi kehidupan yang
selanjutnya, setelah dimensi bumi ini.

Sesampainya di Jakarta, petang hari setelah kami selesai menghadiri suatu acara, kami
sempat keingetan mas Kadaryono, sahabat kita yang sering singgah di gubuk ini juga. Saya
sempat SMS ke mas Daryono,” …Mas, Bu Habibie kok “datang” untuk “berpamitan” ya ?
Apa beliau sdg sakit parah ? Mas Daryono langsung mereply sms saya,” …Pamitan jam
pinten Mas ? Sakniki malem Jumat Legi. Lalu kurang lebih pada Jam 23.00 Mas Daryono
sms saya memberi kabar,”Ya…Ibu Ainun Habibi sudah dirawat di Jerman sjk 1 bulan yll,
mas sabda. Karena bronkhitis kronis dan komplikasi lain.

Saat itu jam 22.00 kami bersua Mas Roy Suryo di rumah beliau Jakarta yang kebetulan
barusan pindahan rumah. Saya sempat cerita ikhwal “pertemuan” dengan Ibu Ainun sewaktu
melewati jalan Raya Puncak tadi sore. Dan infonya sama, Ibu Ainun sedang perawatan
intensif di Jerman karena komplikasi akut. Kami semua lalu berdoa, maneges untuk jalan
terbaik, nyuwun kawelasan kepada Gusti Ingkang Murbeng Gesang untuk Ibu Ainun
diberikan jalan terbaik versi tuhan.

Dua Kemungkinan Belas Kasih

Pada saat menghadapi seseorang yang sedang sakit kritis, kami sungguh menyadari, tak tahu
mana pilihan yang terbaik buat yang sedang sakit. Maka rasanya tak pantas jika kami dalam
maneges mendikte tuhan untuk minta kesembuhan, apalagi mohon supaya lekas saja
dipanggil. Walaupun harapan saya pribadi tentu saja yang terbaik menurut versi saya sebagai
manusia awam, tentu mengharapkan kesembuhan beliau. Akhirnya kami kembali pada
prinsip, “jadi manusia mbok ya jangan suka mendikte tuhan…kalau berdoa yang netral saja.
Jika berurusan dengan kekuatan tuhan, maka posisikan kita sebagai manusia yang tak tahu
apa-apa. Tak tahu apa rencana terbaik menurut versi tuhan untuk suatu peristiwa yang akan
terjadi. Tuhan memang Mahabijaksana, tetapi manusia seringkali tak mampu nggayuh
kawicaksananing Gusti. Tak mampu memahami kebijaksanaan tuhan. Manusia seringkali
gagal dalam memahami apa “kehendak” dari tuhan, sebagai sumber kekuatan keseimbangan
alam, kekuatan hukum dan rumus-rumus alam semesta. Padahal binatang, tumbuhan dan
lingkungan alam pun mampu berada dalam koridor keseimbangan alam, harmonisasi dengan
kekuatan keseimbangan jagad raya. Boleh dikatakan mereka semua paham betapa rumus-
rumus yang ada di alam semesta ini, yang meliputi hukum sebab akibat, semuanya
merupakan hukum keseimbangan alam yang tak pernah menyisakan secuil ketidakkeadilan
pun.  Tapi manusia sok tahu, sok pinter, sok-sok-an lainnya yang justru membuat sikapnya
bertentangan hukum alam. Bagi siapapun, golongan apapun, dan agama apapun jika
perilaku dan sikapnya menentang hukum alam, tentunya ia berhadapan dengan kekuatan dan
kebijaksanaan tuhan alam semesta.

Maka dalam doa, hanya terucap,”duh Gusti …nyuwun kawelasan untuk beliau Ibu Ainun.
Terserah tuhan, bentuk kawelasan yang mana menurut versi prerogatif tuhan. Yang jelas
wujud kawelasan ada dua kemungkinan, sembuh/sehat kembali atau “pindah” ke dimensi
kehidupan yang langgeng tan owah gingsir.  Dan dua kemungkinan yang akan terjadi harus
kita terima dengan hati yang legowo.

Setiap Sukma Tahu Kapan Raganya Mau Mati


Dari sekian kalinya mengalami peristiwa tak sengaja “dipamiti” roh yang mau meninggalkan
dimensi dunia wadag, kiranya cukup bagi saya pribadi untuk mengambil benang merah,
bahwa ternyata roh kita tahu kapan waktunya raga akan mati jika timingnya sudah relatif
dekat. Lantas kenapa ada orang yang tak tahu manakala mau mati, dan sebagian yang lain
mengetahui kapan saatnya ia akan mati. Selain ada dalam ciri-ciri fisik sejak 5 tahun sebelum
seseorang mau mati, lebih dari itu, kesadaran sukma sejati dapat mengetahui lebih cepat dan
tepat kapan raganya akan mati. Walau tidak sampai mengetahui kapan menit dan detik.
Rasanya soal menit dan detik sudah menjadi rahasia hukum alam, rahasia kekuasaan tuhan.
Kecuali hanya beberapa menit sebelum seseorang mengalami proses kematian, bisa tahu jam
berapa lewat berapa menit dirinya akan mati.

Kesadaran Batin VS Dominasi Raga

Sebagian orang tidak mengetahui kapan dirinya akan mati, namun hal ini bukan berarti
sukmanya juga tidak tahu. Melainkan raganya saja yang ndableg, alias mata batinnya tumpul
akibat dominasi “mata ragawi” yang ada pada dirinya. Tak ada kesinambungan antara
kesadaran sukmanya daya respon raga untuk menerima informasi berupa sinyal-sinyal
kematian dari sang sukma. Dapat diperumpamakan setiap orang memiliki “kabel”
penyambung antara raga dengan sukmanya, yang berfungsi untuk mengirimkan data
informasi “rahasia gaib” dari sang sukma untuk diterima oleh raga melalui kesadaran otak
kanan, lalu dicerna oleh otak kiri. Kesadaran rasa-sejati, dikirim kepada sukma sejati, lalu
dikirim lagi kepada jiwa, dan diterima oleh raga. Banyak kendala  menghambat proses
pengiriman informasi tersebut. Di antara penyebab utama tumpulnya kesadaran ragawi atau
raga tak mampu membaca sinyal-sinyal dari sang rasa-sejati dan sukma-sejati adalah sbb;

1. Seseorang tidak suka mengolah batin, mempertajam nurani, melatih kawaskitan.


Akibatnya kesadarannya didominasi oleh kesadaran ragawi saja. Di satu sisi kekuatan
batinnya tidak diberikan kemerdekaan untuk berapresiasi, dan di sisi lain kesadaran
batinnya tak bisa berkembang karena telah dibelenggu oleh berbagai kekuatan koloni
di antaranya ; referensi “katanya”, jarene, ceunah ceuk ceunah, konon. Hal itu
membuat diri pribadi tak pernah sungguh-sungguh merasakan betapa tuhan sungguh
LEBIH DARI SEKEDAR Mahapengasih-penyayang, lebih dari sekedar Mahaadil.
2. Mengumbar nafsu ragawi, sehingga bukannya nuruti kareping rahsa (rahsa-sejati), 
tetapi lebih cenderung nuruti rahsaning karep. Pribadi yang nuruti rahsaning
karep/mengumbar nafsu, biasanya berkarakter temperampental, suka jalan kekerasan
fisik (okol), pendek akal, mudah emosi, gampang mencaci dan omong kasar, suka
merendahkan dan menghina orang lain yang beda pendapat (antitoleran), apalagi jika
berhubungan dengan keyakinan. Menyukai 3G, yakni golek menange dewe, golek
butuhe dewe, golek benere dewe. Atau 3,5 G, yakni ditambah seneng golek-golek
mungsuh.
3. Memiliki skor tinggi dalam menghafal suatu referensi, tetapi salah menafsirkan
makna tersirat/hakekat dari referensi itu. Seseorang tanpa sadar memahami suatu
ajaran hanya berhenti pada kemampuan hafalan dan harfiahnya saja. Tapi lupa bahwa
hafalannya harus dipraketkkan dalam kehidupan sehari-hari kepada seluruh mahluk
tanpa pilih-pilih kasih. Akhirnya tipikal pribadi demikian sangat terbiasa mengukur
kedalaman ilmu seseorang hanya berdasarkan banyaknya hafalan dan referensi buku
yang digunakan. Ini jelas tidak keren. Apalagi saya ini, semakin banyak baca semakin
banyak lupa… J
4. Nol  besar dalam praktek suatu nilai kebaikan. Atau kebaikan yang dilakukan penuh
pamrih (termasuk pamrih pahala dan takut dosa). Bukan atas dasar keikhlasan dan
rasa kasih sayang tanpa batas. Sikap kasing sayang kepada tuhan, konsekuensinya
harus diwujudkan dalam bentuk sikap penuh kasih sayang kepada seluruh mahlukNya
tanpa pilih kasih.  Soal keyakinan, beda pendapat sih wajar, tapi manusia tak perlu
membunuh dan mencederai orang lain, biarkan saja tuhan Mahahakim yang
menghakiminya. Jika hal ini kita terapkan bersama secara kompak dan konsisten
dalam praktek kehidupan sehari-hari, maka perang berdarah di muka bumi ini akan
segera berubah menjadi kedamaian dan ketentraman dunia.  Saya rasa tuhan lebih
menyukai ketentraman dan kedamaian daripada peperangan sekalipun si haus perang
mengklaim atas nama tuhan. Karena perang sudah menjadi kegemaran si pemilik
perusahaan alat-alat perang. Kalau gak ada perang produknya gak laku. Makanya,
siapapun pencipta alat perang dan yang menggunakannya atas dalih apapun tentu saja
termasuk sikap melawan hukum alam. Bukankah alam semesta ini terjadi oleh suatu
hukum keseimbangan alam yang sedemikian harmonis, berbeda-beda tetapi saling
membutuhkan dan saling melengkapi. Manusia “bermata dua” agar supaya bisa
melihat kebenaran secara lebih obyektif. Agar mau melihat kebenaran dari berbagai
sisi dan sudut pandang yang berbeda-beda. Tapi orang yang “bermata satu” alias
dajjal, bisa digunakan sebagai kiasan bagi pribadi yang maunya hanya melihat sesuatu
dari satu sisi dan satu sudut pandang saja. Orang lain yang berdiri di sisi dan sudut
pandang lainnya dianggap musuh. Padahal dimensi planet bumi yang bulat maupun
jagad raya ini terdapat milyaran bahkan trilyunan sisi dan sudut pandang yang
berbeda-beda. Begitulah kiranya sikap yang lebih menentramkan dalam memahami
Kemahaluasan Tuhan yang terasa tiada batasannya. Tapi otak kiri kita bisa saja
memungkiri noumena di atas dengan menciptakan konsep ketuhanan menjadi teramat
sempit yang terasa menyesakkan dada, pusing kepala, dan bertentangan dengan nurani
paling dalam.

Ada orang yang tahu kapan raganya akan mati. Bukan berarti ia harus seorang yang sakti
mandraguna. Tidak. Ia masih manusia yang biasa dan wajar-wajar saja, hanya menyadari jika
menjalani hidup ini perlu membawa-bawa  “kembang kanthil” kemanapun ia pergi. Kanthil
sebagai gambaran untuk seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu menerapkan
pepatah,”ngelmu iku kalakone Kanthi Laku (kanthil), lekase kalawan kas, kas iku tegese
nyantosani”. Senantiasa membuat sentausa (keselarasan, keseimbangan dan harmonisasi)
kepada seluruh mahluk dan lingkungan alam. Dengan begitu, “kabel” penghubung antara
sukma sejati dengan ragasejati akan turn on. Terjadi sinkronisasi antara tata-batin dengan
tata-lahir. Tak berhenti di sini, kita masih harus mengimplementasikan apa yang diketahui
sang rasa-sejati ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadikan pribadi yang mampu
nuruti kareping rahsa. Maka diri kita akan mudah merasakan, mengalami, suatu noumena
spiritual yang melampaui dimensi ruang dan waktu, serta mampu memanfaatkan kejernihan
mata batin dalam mengupas berbagai persoalan dan peristiwa di dalam wilayah mikrokosmos
dan makrokosmos.

Pada masa lampau banyak orang sakti karena mau memahami suatu ajaran kebaikan  melalui
sisi kesadaran hakekatnya. Sebaliknya generasi zaman sekarang cukup puas pada kesadaran
otentik, harfiah, kulit, walau berakibat dinamika kesadarannya menjadi mandeg pada
kesadaran ragawi. Yaah…cari amannya saja. Seperti prinsip yang diterapkan oleh pelaku
bisnis yang gagal. Daripada tersandung, lebih baik “berpenghasilan” minim sekali, dan
sesekali menjadi pengemis dari pada berani berspekulasi menjelajah ke dimensi spiritual,
walau buahnya bisa berupa “penghasilan” berlimpah.

Sukma Sejati Sebagai Dasar Kawaskitan


Waskita, atau cermat dan awas dalam penglihatan batin. Memiliki ketepatan dan akurasi
tinggi dalam membaca hahasa alam. Semua kemampuan itu tidaklah semata berdasarkan
kemampuan ragawi, kemampuan otak. Kita semua mungkin sepakat memahami agama,
keyakinan berikut kegaiban tak perlu adanya dominasi otak, nalar, logika, atau apalah
sebutannya. Tetapi kita lupa bahwa instrumen otak yang telah mampu mensinkronkan diri
dengan kesadaran sukma akan dapat menerima berbagai peristiwa gaib sebagai sesuatu yang
sangat masuk akal. Jika masih dianggap mengada-ada tak masuk akal, hal itu dikarenakan
otak belum mampu menerima kesadaran sukmawi.

Demikian sebaliknya, jika memahami suatu keyakinan hanya berdasarkan “katanye”, jarene,
tentu saja masih akan dicerna dan dikelola oleh otak kiri secara dominan. Akibatnya terjadi
stagnansi dalam kesadaran spiritualnya, bahkan yang paling parah adalah tidak sadar jika
diri kita sedang tidak sadar. Karenanya, dogma yang hanya dipahami secara mentah-
mentah, teksbook, harfiah tanpa adanya upaya pemahaman secara kontekstual, esensial, dan
hakekat, ia cenderung membelenggu kesadaran kita. Kesadaran kita bagaikan terperangkap
masuk ke dalam “kapsul” kesadaran semu. Alias kesadaran di dalam “goa”, kesadaran yang
masih di dalam “tempurung”.

Kesadaran Sukma vs Kesadaran Semu

Kita sadari atau tidak, setiap orang sukmanya tak jarang melakukan aktivitas di luar raganya,
bahkan dengan mudahnya mampu menembus suatu “dimensi” di mana hukum ruang dan
waktu tak berlaku lagi. Aktivitas sukma tersebut tidak disertai dengan aktivitas raganya,
sehingga sebagian orang hanya merasakannya bagaikan mimpi yang seolah nyata, sebagian
lainnya tidak menyadari sama sekali. Sukma secara mandiri bisa melakukan aktivitas di luar
fisiknya atau wadah/warangkanya, demikian pula raga dapat melakukan aktivitas di luar
kendali sang sukma. Raga yang demikian ini yang kita sebut sebagai pribadi yang “nuruti
rahsaning karep”, pribadi yang mengumbar nafsu. Beresiko  tinggi untuk salah langkah,
salah pilih, dan salah kaprah memahami dan menjalani kehidupan ini.

Seperti peristiwa roh yang “berpamitan”, sebagaimana kisah dalam peristiwa di atas
merupakan suatu aktivitas sukma tanpa raga. Seringkali saya bertanya langsung secara wadag
kepada seseorang yang kebetulan sukmanya barusaja melakukan aktivitas di luar raganya.
Perlu belajar ! Karena hanya sedikit saja orang yang benar-benar menyadari apa saja aktivitas
yang dilakukan oleh sukmanya sendiri. Dari yang sedikit itu, hanya sebagian orang saja yang
sungguh bisa membedakan apakah suatu “mimpi” benar-benar merupakan pengalaman
sukmawi, tanpa melibatkan raga. Atau hanya sekedar imajinasi, ilusi, dan kamuflase “alam
pikiran bawah sadar” saja.  Tak dapat dipungkiri banyak orang merasa dirinya pernah dan
tahu suatu dimensi gaib. Tetapi apa yang diketahuinya hanyalah sesuatu yang semu, yang
hanya sekedar ilusi, imajinasi, dan merupakan endapan-endapan dari dalam “alam pikiran
bawah sadar”.  Oleh sebab itu sangatlah bijaksana bila tidak menjadikan peristiwa mimpi
sebagai suatu tolok ukur menyimulkan benaran religius. Bukanlah sesuatu yang istimewa
sekaligus bukti kebenaran hakiki apabila masing-masing umat agama, pernah mengalami
mimpi yang di dalamnya terdapat gambaran-gambaran atau simbol-simbol agama yang
dianutnya. Hendaknya jangan lantas buru-buru menyimpulkan bahwa agama yang simbol-
simbolnya masuk di dalam “alam mimpi” tersebut merupakan bukti bahwa agama yang
dipeluknyalah satu-satunya yang bener.

Kadang antar sukma orang-orang yang masih hidup dapat berjumpa dalam dimensi gaib.
Hanya saja masing-masing tidak menyadarinya. Adapula yang salah satu pihak dapat
menyadari sementara pihak yang lain belum bisa menyadari aktivitas pertemuan antara dua
sukma. Namun begitu, getaran nurani biasanya memiliki kecermatan yang tinggi.  Melalui
getaran nurani anda bisa merasakan suatu kedekatan batin atau tali rasa yang bisa anda
rasakan begitu dekat dengan seseorang. Mungkin hal itu karena antara sukma anda dengan
seseorang dimaksud pernah berjumpa dan berinteraksi di dalam dimensi “halus”. Seperti
yang peristiwa batin yang terjadi pada Kang SG dengan Mas SHD beberapa minggu yang
lalu (lihat komentar dalam Membedah Alam Fikiran SSJ). Seolah-olah hanya sekedar  mimpi
yang terasa nyata, tapi jika dikroskan pun ternyata cocok dengan keadaan yang sebenarnya.
Itulah pertemuan antar sukma.

Bedakan Alam Pikiran Bawah Sadar

Sekalipun sukma melakukan banyak aktivitas namun belum tentu aktivitasnya diketahui oleh
kesadaran raganya. Seolah terdapat dinding yang sangat tebal yang memisahkan antara
kesadaran sukma (kesadaran rasajati) dengan kesadaran raga. Bagi yang mulai bisa
merasakan kesadaran sukma jangan puas dahulu. Karena seringkali alam bawah sadar lah
yang sebenarnya muncul. Misalnya, manakala anda mengalami mimpi,  di mana di dalam
mimpi muncul berbagai simbol-simbol dan atau mengatasnamakan agama. Misalnya anda
melihat sukma kakek anda  sedang melakukan sembahyang. Jelas..kehidupan sukma sudah
tak butuh suatu religi lagi. Kesadaran sukma pun tak perlu lagi identitas dan simbol-simbol
religi, karena sudah berada dalam alam kehidupan yang sejati, keadaan yang serba hakekat
dan dalam “bahasa” yang bersifat universal. Mimpi seperti merupakan “bunga tidur” karena
sudah terpolusi oleh data base yang tersimpan di “alam pikiran bawah sadar” anda sendiri.
Alam bawah sadar dapat terinstal suatu gambaran, pelajaran, dan ilmu pengetahuan melalui
proses proses belajar/pendidikan, pengalaman fisik inderawi/ragawi, maupun diperoleh
melalui indoktrinasi.

Prasangka dan Konsep Berfikir Yang Tak Logis

Seringkali kita dengar kalimat, “jangan mendahului kehendak tuhan, itu larangan & dosa
besar!” Sebagai contoh misalnya pada saat kesadaran sukma anda mampu weruh sadurunge
winarah, mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (kejadian
futuristik), seringkali orang lain lantas berprasangka buruk, “…wah..itu namanya dosa
besar karena mendahului kehendak tuhan!

Hmmm…tuhan yang mana yang kehendaknya bisa didahului oleh mahluk? Kalimat di atas
terasa sebagai kalimat sangat bodoh. Walau tidak pernah sekolah, rasanya tuhan tidaklah
bodoh, apalagi sesimple pola pikir manusia seperti dalam konsep di atas. Apakah pada saat
manusia sudah tahu apa yang akan terjadi, sementara tuhan malah belum tahu karena belum
menyusun suatu rencana? Tentu saja tidak. Jika anda weruh sadurunge winarah, hal itu
semata karena anda sebagai manusia mau mengolah dan memanfaatkan “perangkat lunak”
(software) anugrah tuhan yang ada dalam diri anda. Sehingga anda bisa mengetahui atau
menangkap sinyal-sinyal suatu rencana ketetapan tuhan. Jika anda tahu sesuatu akan terjadi
di masa mendatang, hal itu bukanlah mendahului kehendak tuhan namanya. Dalam konsep
pola pikir “mendahului kehendak tuhan” arti yang tersirat bahwa  tuhan belum punya rencana
tapi anda sudah menceritakan sesuatu yang akan terjadi kelak di suatu hari. Kesannya tuhan
menjadi lebih bodoh dari manusia, bahkan patuh pada manusia. Maknanya menjadi sangat
janggal.
Kiranya manusia tak akan bersalah bila memiliki kemampuan mengintip apa rencana tuhan (weruh
sadurunge winarah). Kalau memang tuhan tak menghendaki rencananya diintip/diketahui mahluk, pastilah
tuhan akan “mengunci dan menutup rapat” mata setiap manusia, agar supaya rencanaNya tetap menjadi X File
yang untouchable oleh kesadaran manusia setinggi apapun juga. Logikanya, jika suatu kejadian futuristik dapat
diketahui oleh manusia yang mau mengolah dan menajamkan batin, tentu bukanlah merupakan  suatu larangan
bagi tuhan. Dengan kata lain, tuhan membiarkan manusia mau peduli untuk mengetahui atau cuek-cuek saja
akan apa yang terjadi di masa mendatang. Apa untungnya ? Tentu saja bagi orang yang sempat mengetahui apa
yang akan terjadi di masa mendatang (kejadian futuristik) dapat mempersiapkan diri menentukan langkah
antisipatif, mengevaluasi dan mengoreksi diri pribadi beserta lingkungan sosialnya.

 Tulisan dari ‘SUATU HIKMAH (saat pertemuan dengan Gusdur)’ Kategori

SUATU HIKMAH (SAAT PERTEMUAN DENGAN GUS DUR)

Pagi ini, Jumat Pon 24 Februari 2012 pukul 08.30 wib, dalam pandangan metafisis tiba-tiba
datang lah di rumah seseorang mengenakan pecis warna hitam dan kain sarung motif kotak-
kotak. Terenyata beliau adalah mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid alias Gus
Dur (alm). Berbincang sejenak dalam bahasa Jawa ngoko alias kasar, beliau tetap dalam
cirikhasnya suka berseloroh dan bercanda. Beliau meminta supaya rumah dibersihkan dari
sampah dll, karena nanti malam akan hadir para leluhur di antaranya : Panembahan Senopati,
Kanjeng Sultan Agung, Gusti MN IV, YM Sultan Aji M Sulaeman, Ki Ageng Mangir
Wonoboyo, Sri Sultan HB VI dan IX, Bung Karno, Pak Harto,dan Gus Dur. Gusdur minta
nanti malam dibuatkan wedang sereh pake gula batu. Saya tanya,”ngagem jahe mboten Gus?
(Pake Jahe enggak Gus?) Beliau bilang dalam bahasa Jawa ngoko,”…iku lak senengane
Mbah Mangir…sambil termehek, persis sebagaimana kebiasaan beliau sewaktu masih hidup
dengan raganya. Para leluhur yang lain seperti biasa saja, air bening mateng, teh tubruk,
kopi tubruk, jangan lupa wedang jahenya Mbah Mangir ya Le..! Dalam hati saya, gaib
memang sangat jujur dan tak ada yang bohong, dan banyak hal rahasia dunia ini akan lebih
mudah terungkap oleh para supernatural being. Kalau pun ada yang bilang gaib suka menipu,
tentu saja hal itu disebabkan oleh terbatasnya kemampuan spirit kita dalam berinteraksi
dengan gaib atau karena kekeliruan kita dalam memahami eksistensi supernatural being.
Ya…memang benar, Ki Ageng Mangir Wonoboyo alias Mbah Mangir adalah leluhur
penyuka wedang jahe pake gula jawa yang warnanya kuning. Bahkan beliau sering request
jika malam Jumat Legi tiba.

Jika ada pertanyaan,”mengapa leluhur yang raganya sudah mati kok masih minum bahkan
makan? Ya..memang demikian rumusnya, jika para leluhur masuk ke dalam dimensi bumi,
maka akan terkena pemberlakuan rumus bumi atau jagad fisik, dimana semua yang hidup
akan mengalami haus dan lapar, juga sakit. Hanya saja leluhur sudah tidak bisa mati, karena
hukum kematian sebatas berlaku untuk “unsur bumi” yang ada dalam diri kita yakni jasad
atau raga.

Gusdur bilang,”…aku teka mrene mergo bojomu njaluk aku supaya melu ndukung Pak
Bupati…(IN) amargo deweke bisa njejegake soko guru bangsa. Yoh tak dukung Le… (panggil
saya dengan sebutan Le..singkatan dari thole, merupakan sapaan untuk seorang anak muda
atau anak kecil dalam konteks bahasa Jawa. Atau ujang dalam bahasa Sunda, Ucok dalam
bahasa Batak). Gus Dur berseloroh,”…kenopo kok mengundang aku ? Saya jawab,”…Gus
Dur kan salah satu guru bangsa, utawi sesepuh Nusantara yang memahami hakekat atau sejatine urip! Gus
Dur cuma ketawa, lantas sambil berkata, iya, bangsane wis podo edan kabeh…hahaha koyo aku biyen…
hahaha. Gus Dur berkelakar.
Sebelum pamit mau pulang, Gus Dur menyampaikan kalau pertemuan para leluhur besar nanti malam untuk
membahas keadaan negara ini yang semakin genting. Saya sempat tanya,”..Gus…saya dapat info dari seorang
sahabat, pimpinan redaksi media cetak di Jakarta katanya Pak SBY sakit tetapi masih selalu berusaha untuk
tampil di depan publik. Esok harinya, atau kemarin siang (Kamis 23 Februari 2012) saya lihat Pak SBY pidato
di TVRI. Jika penglihatan saya tidak salah, beliau memang tampak menderita gangguan jantung dan liver.
Kasihan juga mungkin stress tidak kuat menghadapi situasi problem negara dan keluarga. Gus Dur hanya
tampak mengangguk saja. Ya..sekali lagi pelajaran berharga dari semua peristiwa ini adalah, gaib dalam hal ini
supernatural being, tak pernah bohong. Selain itu, dari peristiwa di atas kita jadi lebih memahami bahwa Tuhan
ternyata memberikan ruang yang sangat luas bagi manusia dan roh (supernatural being) untuk berusaha.

Selanjutnya…semoga hasil dari pasewakan agung nanti malam, ada yang boleh dishare kepada dulur-dulur
semua di sini. Ruang kosong di bawah ini akan kami lanjutkan untuk share hasil pertemuan nanti malam. Tentu
saja jika beliau-beliau mengijinkan. Salam karaharjan

Tulisan dari ‘SUATU HIKMAH II (Saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan’ Kategori

SUATU HIKMAH II (saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan

Saya menyadari jika dalam waktu 3 tahun terakhir ini, para leluhur besar nusantara (yang
saya sebut sebagai kekuatan Supernatural Being) semakin intensif mengadakan pertemuan
untuk membuat suatu rencana besar sambil melakukan suatu tindakan yang nyata untuk
menyelamatkan Nusantara dari kehancuran. Tidak gampang asal mencampuri urusan manusia
yang masih hidup dengan raga. Para leluhur Nusantara ini sangat bijaksana, mengerti kapan
membiarkan generasi penerus bangsa ini sampai terjerembab karena ke-ndablek-an,
kebodohan, keserakahan dan keceroboannya. Para leluhur juga tahu betul bilamana harus
bertindak dan sampai di mana harus bertindak. Bisa saya katakan, leluhur baru akan campur
tangan dalam urusan duniawi bilamana seseorang sudah menyatakan menyerah atau sudah
kepentok (deadlock) tak menemukan jalan keluar lantas teriak-teriak minta tolong. Kecuali
bila memang seseorang selalu menjalin komunikasi, mewujudkan rasa hormat dan
terimakasih melalui berbagai cara dan tindakan yang nyata (tidak sekedar lips service). Hal
ini membuat diri kita lebih dipedulikan.

SEMUA ADA TIMING-NYA


Tindakan para Supernatural Power (leluhur) dalam rangka membuat suatu rencana besar pada
negeri ini semula hanya melibatkan lingkup paling kecil. Semua dimulai dari diri kita sendiri
dalam kapasitasnya sebagai generasi bangsa yang peduli pada permasalahan kemanusiaan,
bangsa, dan local wisdom. Dimulai dengan langkah-langkah sederhana, dengan menempuh
jalan memulai “laku” prihain yang pas dan pener. Langkah kita tentu tidak akan sia-sia bila
dilandasi rasa welas asih dan penuh ketulusan. Leluhur akan menilai layak atau tidak “laku”
yang kita tempuh untuk kemudian memutuskan apakah perlu disupport atau tidak. Bila
“laku” yang kita jalani dinilai layak Supernatural Power tidak akan tinggal diam. Langkah
kita yang konsisten seterusnya akan melibakan partisipasi tidak hanya sebatas leluhur-leluhur
kita sendiri. Dahulu diawali dengan leluhur – leluhur Mataram. Kemudian jalinan kian
meluas hingga bergabungnya Supernatural Power dari Kutai Kertanegara, Kutai Lama,di
antaranya adalah YM Sultan Aji Sulaeman, YM Sultan Aji Parikesit, hingga Datuk Muara
Sakti dari Kalimantan Selatan memberikan support sepenuhnya. Semenjak tahun 2010 akhir
partisipasi semakin meluas lagi hingga keterlibatan Sang Pamomong Nusantara sejak lebih
dari 2500 tahun lalu Ki Sabdopalon dan Ki Noyogenggong, dilanjutkan partisipasi langsung
leluhur Kerajaan Majapahit terutama Prabu Brawijaya V dan Putri Cempo yang sampai
sekarang ini terhitung telah 7 kali terjadi pertemuan dengan beliau semenjak awal 2011 lalu.
Seperti gayung yang bersambut partisipasi kian meluas hingga para karuhun di wilayah Jawa
Barat terutama Kerajaan Sumedang Larang dan akhir-akhir ini (awal 2012) sudah terlibat
pula kerajaan Galuh (Ciung Wanara) dari wilayah kekuasaan Kab Banjar Jawa Barat atas
peran Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan YM Sultan Aji Sulaeman. Semenjak pertengahan
hingga akhir 2011 pun kian meluas dan melibatkan para Supernatural Being yang sudah
pindah dimensi sejak lebih dari 600 tahun silam. Di antaranya Pangeran Kandang Jero dan
Bethara Sanghyang Samudra di Tanah Lot, serta Empu Baradah (keturunan dari Empu
Kuturan), yang berada di Ulu Watu (salah satu pancer “bahahan hawa sanga” nya pula
Dewata, atau satu di antara 9 penjuru mata angin di pulau Dewata yang menjadi sentral
“basecamp” Supernatural Being atau Pure Luhur. Mpu Baradah ini ternyata masih saudara
sepupu Mpu Gandring (pencipta Keris Nogososro Sabuk Inten) masa Kejayaan Tunggul
Ametung dan Ken Arok di Kerajaan Tumapel hingga Singosari. Sementara itu dari wilayah
lain seperti Sumatera dan Sulawesi hingga Nusa Tenggara sampai hari ini memang belum
terlibat. Bukan berarti tidak peduli apalagi tidak dilibatkan, melainkan semua ada timingnya
masing-masing dengan segenap tugas dan tanggungjawab yang saling mengisi dan
melengkapi. Sebab lainnya karena belum ada di antara masyarakat di wilayah-wilayah itu
yang mau “sambat-sebut” dan menjalin komunikasi secara intensif kepada para para leluhur
di wilayah tsb. Tentu saja saya tidak berani sama sekali untuk mengatur beliau-beliau terlebih
hal itu di luar kewenangan. Hanya mengalir saja, yang penting proses dilalui step by step,
nanti lama kelamaan juga akan sampailah ke sana. Saya percaya segala sesuatunya pasti ada
timingnya. Irama alam akan mengatur sedemikian rupa dalam aras yang paling bijaksana.
Masing-masing wilayah, daerah, cepat atau lambat pasti akan muncul generasi penerus yang
peduli “njejegake soko guru bangsa”. Hingga menjadi satu kekuatan besar yang mempunyai
komitmen untuk memulai “membuka pintu gerbang” bagi keselamatan, keutuhan dan
kejayaan Nusantara tercinta di masa yang akan datang.

ROMBONGAN PERTAMA
Minuman alakadarnya terdiri teh tubruk, kopi tubruk, wedang jahe, wedang sereh tersaji di
meja ruang tamu sejak pukul 19.00 malam. Hingga beranjak pukul 00.00 wib barulah tampak
hadir beliau YM Sultan Aji Sulaeman seorang diri tampak ada yang ditunggu. Tak lama
berselang, hadir Bung Karno, Gusti Mangkunegoro IV, kemudian menyusul Ki Ageng
Mangir Wonoboyo dan Ki Jurumartani. Beliau tampak mengenakan pakaian kebesaran dan
identitas masing-masing kecuali Ki Ageng Mangir yang memang kebiasaannya selalu
mengenakan pakaian “wong cilik” zaman dulu dengan tak ketinggalan mengenakan iket
hitam, mirip seperti cirikhas mertua beliau Panembahan Senopati. Namun kali ini Ki Ageng
Mangir tidak tampak membawa pusaka Tombak Baru Klinthing-nya yang terakhir kali
digunakan untuk meredam erupsi Merapi 2010 setelah dianggap cukup (dilanjutkan erupsi
lebih besar dengan tanpa korban 3 tahun yad). Sementara itu Bung Karno tampak
mengenakan jas warna putih dengan empat saku berkancing 5 di depan dan tidak ketinggalan
beliau membawa pusaka tongkat komando. Perbincangan berlangsung agak lama sekitar 30
menit, namun padat, sangat berbobot, dan ada beberapa pesan yang boleh dibagikan kepada
publik. Saat itu pula sepasang burung perkutut di ruang tamu berkicau sahut menyahut
memberi sambutan, menjadi pertanda ada “tamu” yang hadir.

Pukul 00.30 wib hadir beliau Kanjeng Sultan Agung, bersama para leluhur yang lainnya,
termasuk ayah saya (alm) yang telah hidup di alam kehidupan yang sejati sejak tahun 1992.
Tak lama kami terlibat dalam percakapan, kemudian beliau-beliau beranjak pamit, entah akan
berangkat kemana lagi saya tak berani menanyakan. Saya tahu diri jika tak diberi tahu saya
tidak akan lancang bertanya-tanya. Saya memahami beliau-beliau adalah para pembesar di
zamannya masing-masing. Namun YM Sultan Sulaeman & Ki Ageng Mangir Wonoboyo
ternyata memberitahukan kalau rombongan akan pergi “ngidul”. “Ngidul” berarti akan
bertamu kepada KRK di “Kraton Kidul”. Pasewakan agung di “kidul” dapat menjadi tengara
adanya sesuatu yang bersifat urgent untuk dibahas atau akan ada suatu peristiwa besar yang
akan terjadi. Pertemuan-pertemuan besar seperti ini oleh masyarakat lazim dikatakan “sedang
berlangsung pesta di Laut Kidul”. Berlangsungnya “pesta di kidul” kadang menandakan akan
terjadi suatu musibah atau bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Namun ada
yang harus diluruskan. Bukan berarti lazimnya “pesta” sebagai ajang bersenang-senang, atau
pesta karena bersiap akan mencari korban dalam jumlah besar. Ini anggapan yang salah
kaprah. Justru sebaliknya, apa yang sering orang sebut “pesta di Laut Selatan” sebenarnya
merupakan wujud upaya keprihatinan untuk membantu “membukakan jalan” bagi arwah para
calon korban jiwa dari suatu musibah dan bencana. Disebut “pesta” sekedar menggambarkan
berlangsungnya pertemuan besar-besaran di Kraton Kidul. “Pesta” dilakukan sebelum terjadi
musibah atau bencana alam yang akan merenggut banyak korban jiwa, karena para penghuni
dimensi non-fisik telah lebih dahulu mengetahui apa yang akan terjadi di alam dimensi fisik.
Tidak jarang para supernatural power yang ada di dimensi non-fisik membantu meringankan
suatu bencana, bahkan tidak mustahil mampu menunda suatu bencana yang akan terjadi.
Dengan suatu pertimbangan bahwa tidak setiap bencana boleh atau bisa ditunda atau
diringankan. Semua ada faktor pertimbangan prinsip keadilan hukum alam. Ironisnya, karena
keterbatasan pengetahuan bangsa manusia, sebagian orang justru sering menyangka para
supernatural power, atau para penghuni jagad halus tersebut melakukan kejahatan kepada
bangsa manusia.

ROMBONGAN KEDUA
Sepeninggal beliau-beliau, saya baru sadar kok Pak Harto dan Gusdur tidak kelihatan ya?
Apa mungkin saya tidak melihat mereka? Saya beranjak meninggalkan ruang tamu. Namun
tak lama berselang Pukul 01.30 wib di ruang tamu terdengar sayup-sayup ada perbincangan
seru. Saya kembali ke ruang tamu dan melihat ada Pak Harto dan ada pula Gusdur. Hanya
sebentar saja kemudian Gusdur meninggalkan area. Di ruang tamu tinggalah Pak Harto, ayah
mertua, dan beberapa leluhur yang dulu pernah menjadi tentara dan pejuang di era penjajahan
Belanda dan masa perang kemerdekaan, para “tamu” keseluruhannya berjumlah 8 orang.
Tampak mereka sedang asyik bernostalgia masa-masa perang kemerdekaan. Sesekali
terdengar di antaranya melantunkan tembang lawas dan penuh canda tawa. Begitulah
hamparan kehidupan yang letaknya tak berjarak ada di sekitar kita namun teramat luas
ragamnya. Tidak sulit untuk kita saksikan dan pahami jika kita mau lebih terbuka pola pikir
dan mau mengembangkan daya spiritual kita.

ALAM PANGRANTOSAN
Dalam perbincangan rombongan pertama tidak tampak keterlibatan Pak Harto dan Gusdur.
Terlebih lagi berpartisipasi secara nyata sebagaimana yang dilakukan para Supernatural
Power rombongan pertama. Itu disebabkan Pak Soeharto dan Gusdur belum lama wafat.
Terlebih lagi Gusdur belum genap 1000 harinya. Orang yang raganya mati, sukmanya akan
tinggal di rumah selama 40 hari, sebagai proses awal melanjutkan perjalanan menuju dimensi
keabadian. Perjalanan dalam rangka proses perpindahan dimensi ini dalam istilah Jawa
disebut sebagai “alam pangrantosan” atau alam penantian. Sebuah dimensi yang berada di
antara dimensi fisik dan dimensi keabadian. Alam pangrantosan memiliki rentang waktu
bertahap mulai dari 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Setelah 1000 hari sepertinya arwah
belum tentu memasuki dimensi keabadian. Namun yang jelas semakin lama rentang waktu
berjalan, si arwah akan semakin “jauh” perjalanannya menuju dimensi keabadian. Dengan
kata lain arwah semakin mendekati dimensi keabadian. Entah siapa semula yang berhasil
menemukan batasan waktu seperti itu dan kemudian diisi dengan kegiatan ritual selamatan
arwah. Yang jelas si pembuat tahu betul dan sangat cermat mata batinnya sehingga mampu
memahami fakta adanya proses perjalanan arwah yang terjadi pasca kematian raga.
Di alam pangrantosan arwah seseorang belum mampu berbuat banyak untuk membantu anak
turunnya (njangkung & njampangi) orang-oramg yang masih hidup di dimensi bumi atau
alam wadag. Mereka masih dalam rangka menyelesaikan “tanggungjawab”nya. Setelah 1000
hari entah ada berapa langkah lagi hingga si arwah berhasil masuk ke dimensi keabadian.
Sejauh yang dapat saya ketahui dari cerita yang dikisahkan adik kandung saya yang dulu
mengalami keguguran di usia kandungan baru 3 bulan, dan pernah saya saksikan sendiri ada
arwah yang butuh waktu 10 tahun (waktu bumi) untuk berhasil masuk ke alam keabadian.
Ada pula yang 20 tahun, bahkan 100 tahun lebih. Semua tergantung “prestasi” (amal
kebaikan) masing-masing orang sewaktu hidup di dimensi wadag. Saya pernah menyaksikan
sendiri di mana mertua putri saya pada saat wafat, begitu dikuburkan langsung dibawa para
leluhurnya sendiri untuk berkumpul bersama keluarga besar yang lebih dahulu wafat.
Sehingga mertua putri saya tidak melewati tahapan proses di alam “pangrantosan”.
Penjelasan ini dapat menjawab mengapa Pak Harto dan Gusdur belum terlibat langsung
sebagai Supernatural Power ikut menata dan membuat suatu rencana besa atas negeri ini,
sebagaimana yag dilakukan oleh rombongan pertama yang terdiri dari leluhur-leluhur yang
telah wafat selama puluhan hingga ratusan tahun silam. Ya…semua ada timingnya. Tuhan
menggelar hukum alam yang akan bekerja secara otomatis, yang secara mahacermat akan
menentukan seberapa lama arwah seseorang menempuh tanggungjawabnya di alam
pangrantosan. Sejak di alam pangrantosan inilah arwah mulai merasakan “buah” atas apa
yang selama hidupnya ia “tanam”. Setelah memasuki dimensi keabadian, artinya sampailah
pada alam kamulyan atau kemuliaan. Kamulyan banyak sekali derajat atau levelnya mulai
dari kamulyan hingga kamulyan sejati, dan di penghujungnya adalah kasampurnan jati.
Setingkat apa level atau prestasi sang sukma ditentukan oleh dua faktor ; yakni sebesar apa
prestasi kebaikan seseorang selama menjalani kehidupan di dimensi wadag dan faktor
seberapa lama seseorang telah pindah ke alam keabadian. Semakin tinggi level atau derajat
kemuliaan di alam keabadian, akan menentukan semakin besarnya kemampuan untuk
bertindak termasuk dalam rangka njangkung dan njampangi anak turunnya atau generasi
penerusnya yang terpilih dan pinilih. Seberapa lama seseorang wafat, hal itu akan
menentukan pula kemampuan untuk njangkung njampangi keturunannya. Semakin besar
prestasi kebaikan hidup seseorang di dimensi wadag akan mempercepat perpindahan ke alam
keabadian, dan memperbesar kemampuannya melakukan suat tindakan. Bahkan kamulyan
sejati membebaskan seseorang untuk memilih, apakah akan tinggal di dimensi wadag namun
berlaku sebagian rumus bumi, tinggal bersama orang-orang dan keluarga yang lolos seleksi,
ataukah akan tinggal di alam keabadian di mana tidak terkena rumus bumi. Hal ini
menjelaskan mengapa para sedulur dan pembaca yang budiman merasakan leluhur yang
mendampinginya adalah kakek, nenek, dan yang lebih lama lagi misalnya mbah buyut, mbah
canggah, mbah wareng, mbah udek-udek siwur.

PESAN-PESAN
Berikut ini merupakan topik pembicaraan selama para Supernatural Being (leluhur) yang
mempunyai kemampuan sebagai Supernaturan Power sedang berkumpul di ruang tamu pada
Sabtu dinihari. Tentu saja hanya yang diijinkan untuk dishare secara terbuka. Terutama
kepada dulur-dulur yang budiman di manapun berada. Dalam perbincangan malam itu topik
yang utama adalah membahas keadaan negara. Termasuk di dalamnya adalah berbagai
peristiwa alam dan politik yang akan terjadi di bulan Maret 2012. Dan perbincangan soal
pemimpin nusantara hingga 2014. Terutama peristiwa yang baik justru tidak diijinkan untuk
dipublikasi dengan alasan akan dapat mempengaruhi proses alamiah. Mengetahui sesuatu
sebelum terjadi dapat membuat orang berbuat neko-neko, lengah, sembrono, ngenak-enak
berpangku tangan malas berusaha karena sudah tahu sebelumnya toh kelak pada akhirnya
akan “happy ending”. Sikap demikian lah yang justru akan membuat “blueprint” menjadi
meleset terwujud. Sebaliknya jika orang mendapat bocoran akan terjadi suatu malapetaka
atau bencana di waktu yang akan datang, hal itu dapat meredam paling tidak mengurangi
eksesnya karena orang akan menjadi gentur tapane, bersikap lebih hati-hati, tidak sembrono,
eling dan waspada. Baiklah, adapun beberapa hasil perbincangan malam itu yang dijinkan
untuk publikasi adalah sebagai berikut ;

1)

Sejauh yang saya saksikan, hingga sore hari rombongan pertama Supernatural Being yang
pergi ke “kidul” belum pulang juga. Saya tahu dari informasi yang disampaikan oleh “adik”
kandung saya yang ikut rombongan pertama ke “kidul” pulang agak sore mengatakan kalau
rombongannya sampai saat ini masih berada di sana belum pada kundur (pulang). Ini artinya
beliau-beliau membicarakan sesuatu yang sangat penting dan mendesak berhubungan dengan
suatu peristiwa besar yang akan terjadi dan soal nasib bangsa ini yag berkaitan dengan situasi
politik, malapetaka, maupun bencana alam. Terlebih lagi sejak hari Sabtu 25 Februari 2012
hingga hari Minggu tampak fenomena tanda-tanda alam yang tidak baik.

2)

Soal bencana alam, beberapa waktu lalu kami mencoba berusaha semampunya agar ancaman
gelombang besar yang membahayakan penduduk pesisir selatan Jawa Barat dapat dianulir
pada Februari-Maret tahun ini setidaknya dapat berkurang kualitasnya, sukur-sukur dapat
dianulir atau batal terjadi. Tentunya harapan itu selalu ada dalam hati walaupun jika melihat
tanda-tandanya ada pula rasa pesimistis. Namun demikian setidaknya pernah muncul
secercah harapan manakala bulan Januari-Februari lalu kita menyaksikan laut pesisir selatan
dari Pameungpeuk hingga Sukabumi diterjang gelombang setinggi 7 meter hingga
penduduknya mengungsi untuk beberapa hari. Dalam hati, semoga gelombang itu sudah
cukup untuk menggantikan yang sesunggunnya. Maklum saja, pertimbangan manusia
terkadang berbeda dengan pertimbangan hukum kebijaksanaan alam semesta. Secara jujur
dalam hati, kita selalu berharap agar suatu bencana tidak terjadi. Akan tetapi bagi
pertimbangan alam sendiri, bencana alam bisa jadi merupakan suatu koreksi atau “setting
ulang” atas hukum keselarasan dan keseimbangan alam semesta untuk mengembalikan alam
kepada titik harmoni. Jika ada korban, tentu saja alam tak bisa disalahkan. Manusialah yang
seharusnya mengevaluasi diri, kenapa musti merusak tatanan alam, kenapa manusia sekarang
sudah kebangeten, keterlaluan ndableknya hingga tidak mau tahu dan enggan membaca
segenap bahasa alam. Padahal alam sudah bermain secara fairplay. Alam selalu membuat
peringatan dini melalui berbagai pertanda yang selalu muncul sebelum terjadi suatu bencana.
Bahasa alam itu bermanfaat menjadi bahasa simbol adanya peringatan dini, agar supaya
seluruh makhluk dapat mengambil tindakan penyelamatan diri. Saking kebangeten-nya orang
yang jelas-jelas ditunjukkan bukti dan fakta, bahkan dengan mudahnya membaca pertanda
bahasa alam, malah menolaknya dengan suatu alasan yang sangat primitif. Adalah kenyataan,
bahwa bangsa manusia akhirnya harus jujur mengakui telah kalah dengan bangsa binatang
(yang dianggap hina oleh sebagian bangsa manusia). Binatang tahu persis bilamana akan
terjadi banjir besar, gunung meletus, gempa bumi, badai dsb. Sebagai contoh, faktanya kita
sulit menemukan bangkai burung setelah terjadi badai besar melanda suatu kawasan. Burung
yang akrab dengan angkasa, pepohonan tinggi, angin, begitu paham bilamana akan terjadi
badai besar. Burung-burung mampu berlindung di suatu tempat paling aman manakala badai
besar menyapu daratan dan angkasa. Coba saja diamati apakah ada burung yang terjebak
dalam pusaran angin beliung atau badai topan? Jika hendak belajar maka cukup cermati tabiat
sang burung. Jadikan burung sebagai salah satu guru kita. Jangan pernah meragukan
kredibilitasnya, sebab burung pasti mampu lebih jujur dan polos ketimbang bangsa manusia
yang suka macem-macem. Kita semua masih harus lebih waspada akan bencana alam dan
musibah yang akan terus mengintai uat manusia kapan saja. Bahkan bencana alam yang
saling kontradiktif. Banjir bersamaan dengan kebakaran. Hujan badai seiring dengan
kekeringan. Kemarau bersanding dengan banjir besar. Jangan mengira jika musim hujan akan
lebih aman dari kebakaran, atau kemarau akan menutup kemungkinan terjadinya banjir. Siapa
lengah celakalah dia.

3)

Soal kepemimpinan nasional. Faktanya saat ink para leluhur tidak ada lagi yang memberikan
restu kepada penguasa nomer satu (dan dua) di Indonesia saat ini. Jika ada penguasa number
one biarlah mundur dengan alasan kesehatannya terganggu, bukan karena chaos politik yang
sangat berbahaya. Malam itu leluhur justru memberikan “tugas” yang cukup berat agar
menyangga RI-1 supaya bisa bertahan hingga tongkat kekuasaan diestafet kepada RNKPC
alias Condronegoro alias IN yang akan memulai peranannya sebagai SP Pambukaning
Gapura setelah duduk di dampar keprabon RI-2 yang akan ditinggalkan pemiliknya. Kami
tetap memohon kepada seluruh leluhur bumiputra bangsa khususnya yang hadir malam itu
agar supaya tetap berkenan memberikan restu kepada RNKPC alias “Rajanaga” alias
Condronegoro, supaya tetap kuat & mampu menjalani “laku” yang musti ditempuh sebagai
prasyarat untuk memainkan perannya sebagai SP-PG . Restu memang sudah diperolehnya,
manakala ia dipinjami wahyu keprabon sebagai pertanda diperolehnya legitimasi untuk
memimpin bangsa. Namun semua itu belumlah cukup karena masih harus menempuh “laku”,
jika gagal berarti batal pula untuk berperan sebagai pemimpin yang membawa berkah bagi
rakyat dan bumi pertiwi. Tentunya untuk kesuksesan ini juga sangat membutuhkan dukungan
moril dari para pembaca yang budiman. Ternyata tidaklah ringan menyangga sekaligus
menjaganya agar beliau tetap teguh dan disiplin dalam menjalani “laku”. Agar setyo tuhu
kepada para leluhur bangsa. Dan tetap terjagalah alur kepemimpinan dalam aras
NOTONAGORO. SukarNO, SoeharTO, kemudian SP Sumela Atur yang tidak dimasukkan
dalam akronim (Habibie, Gusdur, Megawati). Dilanjutkan oleh SBYudonoNO (Jawa:
YudayaNA). Di era dan di penghujung NA berlangsung GORO-GORO atau geger besar
karena hiruk-pikuknya kecamuk angkara para “Durna” (media massa, lawyer, politisi, calo
politik, legislatif, eksekutif, yudikatif) yang saling mengumbar angkara, mengumbar mulut
melakukan provokasi, menciptakan konflik antar para durjana dan pengkhianat bangsa. Goro
berarti pula jatuh pada CondroneGORO. Jadi ada dua kemungkinan, pertama; jika calon SP
PG gagal menjalani prasyarat, yang akan terjadi adalah goro-goro besar dilanjutkan dengan
hancur-leburnya nusantara yang sangat sulit untuk bangkit kembali, sehingga menyelamatkan
nusantara menjadi pekerjaan yang teramat berat bagi siapapun. Dalam kondisi seperti ini
Indonesia bisa saja menjadi bancakan kekuatan-kekuatan asing yang memang berharap akan
kehancuran Nusantara agar lebih mudah menguasai resources ekonominya. Kemungkinan
kedua ; jika RNKPC alias Rajanaga berhasil menjalani prasyarat “laku”, itu artinya beliau
menjadi NOGOPOSO (nagapasa) yo rojonogo (rajanaga). Naga yang berhasil menjalani
“laku” prihatin akan menjadi Raja Naga. Rajanaga alias CondroneGORO. Memang bukan
pekerjaan mudah, kian hari semakin terasa berat mengingat kondisi politik nasional yang
semakin runyam dan dipenuhi ulah para durjana. Serangan jahat saban hari terjadi secara
bertubi yang dilakukan oleh dukun-dukun ampuh pengabdi uang yang menjadi beking para
durjana berkuasa dan pengincar kekuasaan. Hal itu menjadi salah satu alasan kenapa seorang
calon pemimpin atau negarawan sejati harus berwatak nyatrio dan kuat menjalani “laku”
yang piningit agar supaya terhindar dari hiruk pikuknya angkara para Durna dan durjana.
Lebih baik tapa ngrame (giat bekerja tanpa pamrih kepentingan individu dan parpol),
ketimbang mulut yang rame dan penuh pamrih kepentingan pribadi. Jangan sampai calon SP
keluar dalam daftar jajak pendapat bursa Capres dan Cawapres RI. Kalau calon SPPG sampai
keluar dalam daftar apalagi urutan pertama, dijamin justru akan gagal menjadi SP, karena
tidak lagi piningit melainkan sudah go public. Menjadi badar ngelmune. Malam itu tak ada
pembicaraan khusus soal RI-1 untuk periode 2014. Bung Karno belum ada pilihan secara
pasti. Sementaa Kanjeng Sultan Agung pernah memberikan kesempatan kepada PS jika
beliau mampu menempuh syarat “laku” maka akan mendapat kesempatan mengisi kursi
keprabon RI-1. Namun sampai saat ini beliau belum juga memulainya. Pasca pemerintahan
SBY akan terjadi perubahan formasi kekuatan spirit di mana kursi RI-1 akan menjadi simbol
saja, sementara itu letak kesakralannya ada di RI-2. Paling tidak untuk 1,5 periode ke depan
setelah Nusantara mengalami “format ulang”.

4)

Soal politik. Begitu tabu untuk dibicarakan secara lugas. Banyak yang musti disensor
termasuk soal penyebutan nama tokoh atau aktor politik. Banyak skandal terungkap
bagaimana yang sesungguhnya dan sejujurnya. Dalam dimensi ini tak ada yang bisa
berbohong dan tak ada yang dapat ditutup-tutupi lagi. Siapa saja yang salah dan siapa yang
tak bersalah sangat jelas terlihat. Mayoritas kesaksian para saksi adalah bohong besar. Semua
demi menutupi aktor utama yang jika diungkap di sini tentu para pembaca yang
budiman….tidaklah kaget. Sudah disinyalir jikalau au, as, iwk, am terlibat dan memainkan
perannya masing-masing (berkolusi). Mereka selain menjadi pemain juga berperan sebagai
isolator aktor lain yang lebih penting untuk ditutupi. Sementara itu, KPK yang tampak
memberi sebersit harapan baru setelah terpilihnya ketua baru, namun di dalamnya sengaja
ditaruh dua orang “burisrawa” yang berperan untuk pengurung kebebasan si ketua dalam
tugasnya menindak para pelaku mega koruptor khususnya au. Dua orang itu sebut saja bm
dan bw. Hal itu bukan hal yang mengejutkan publik terlebih lagi jika para pembaca yang
budiman lebih mengoptimalkan daya batin untuk mengamati situasi politik saat ini.
Begitupula kisah seorang ketua yang fenomenal namun kontroversial, di satu sisi mendapat
dukungan untuk tetap bertahan, di sisi lain didesak untuk mundur. Ternyata dibeck-up dari
para sepuh di wilayah Jatim, dan dipandegani sesepuh k.h.n sebagai satu-satunya yang
mampu meraga sukma di antara para sesepuh di sana. Alot sekali mereka bertahan dengan
mengerahkan segala kemampuannya lahir dan batinnya. Tapi toh yang salah tetap harus
seleh. Tak boleh dilindungi. Kita semua tahu bahwa kebenaran akan selalu memenangi setiap
pertarungan. Proses kemenangan kebenaran tak bisa dicegah. Walau perlahan namun pasti
kebenaran selalu mereduksi yang tidak bener. Sehingga sehebat apapun kemampuan untuk
melindungi sang aktor, tetap lah mudah dipatahkan dan dibongkar. Tak perlu heran dan kaget
bila tidak lama lagi sang aktor kontroversial akan lengser dari kursinya. Apalagi di tahun ini
masih terjadi percepatan mekanisme hukum sebab akibat. Sing sopo salah bakal seleh. Tak
bisa lagi ditutup-tutupi dengan uang dan kekuasaan. Seleh atau menerima hukum sebab
akibat atas kesalahan yang dilakukannya tidak harus identik dengan penjara. Bisa berupa
nasib buruk, dipermalukan di muka publik, atau tertimpa musibah dan seterusnya. Jika
sampai meletus huru-hara besar, itu bukan murni konflik horisontal antar kekuatan massa.
Bukan karena harga bbm naik. Juga bukan people power seperti era reformasi. Tetapi lebih
sebagai akibat dari permainan para elit politik yang bertabiat durno dan durjana. Dan para
“pemain” yang memiliki dana besar untuk melakukan mobilisasi massa serta akrobat politik.
Goro-goro sebagai akibat dari pertarungan para durjana yang diprovokasi oleh si durno.
Goro-goro dimaksud sebagai bagian dari proses “format ulang” terhadap “perangkat keras
dan lunak” Nusantara yang telah terjangkit virus secara akut. Jika dilihat masih ada
kesempatan tentunya “format ulang” diupayakan berlangsung secara lunak dan damai. Apa
boleh buat jika hukum alam menghendaki terjadi dengan cara keras. Siapa menabur angin
akan menuai badai. Kekerasan dan kejahatan di negeri ini sudah bersifat sistemik dan
mendarah daging dalam sendi kehidupan masyarakat. Baik yang berkedok kepentingan
ideologi, politik, maupun religi. Moralitas bangsa yang notabene terkesan sok agamis ini
kenyataannya sudah carut-marut dan bangkrut. Seolah tak mungkin lagi untuk diperbaiki
kecuali dengan kehancuran itu sendiri. Jika manusia sudah tidak mampu lagi, biarlah hukum
alam menata dirinya sendiri, para Supernatural Power turut menata Nusantara secara lebih
bijaksana dan powerfull. Nusantara sedang menghadapi persoalan yang sangat kompleks dan
akut. Bagai bola liar meluncur ke dasar jurang dengan derasnya. Bola liar itu tidak akan
memantul kembali ke atas apabila belum menyentuh dasar jurang sebagai titik baliknya. Bila
hukum alam harus memberlakukan terjadi goro-goro tentunya akan menjadi mekanisme titik
balik itu. Bola akan kembali memantul ke atas. Nusantara kembali bangkit setelah terpuruk di
dasar jurang. Musibah yang menjadi anugrah. Yang diupayakan para Supernatural Power
tinggalah meminimkan korban jiwa terutama dari kalangan wong cilik atau civil society.
Yang penting kita semua sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai merasa pesimis,
apatis terlebih lagi frustasi, karena banyak kisah baik yang akan terjadi, banyak pula harapan
besar terhampar di depan sana. Kita songsong dengan semangat dan usaha yang nyata. Jika
kita sulit menemukan orang-orang baik di pusat kekuasaan sana, jika kita sulit berharap
kepada orang lain untuk menjadi baik, maka jadikan saja diri kita sendiri orang baik yang
masih bisa kita temukan saat ini. Menjadi orang baik adalah yang selalu mensukuri hidup
dengan menjadikan diri kita sebagai orang yang mau dan mampu memberikan kehidupan
untuk seluruh makhluk, menjadi orang yang selalu berterimakasih kepada alam yang telah
memberi kehidupan untuk kita, dengan cara menjaga kelestarian lingkungan alam. Prinsip
hidup seperti itu akan membawa kita pada kesadaan kosmologis, yakni menjadi individu
(mikrokosmos) yang selaras dan harmonis dengan irama alam (makrokosmos).
Mengimplementasikan kesadaran itu dalam kehidupan sehari-hari akan membuat hidup kita
selalu menemukan ketenteraman, keberuntungan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan menjadi
pribadi yang memiliki kekuatan dan kesaktian yang sangat dahsyat.

SANG PRABU

Malam sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, pagi buta pukul 05.00 wib rawuh beliau
Prabu Brawijaya V dan Ki Ageng Giring memberikan suatu perintah untuk segera
dilaksanakan pada hari Rabu Pon 29 Februari 2012. Berkaitan dengan konstelasi politik
nasional dan demi nasib yang lebih baik bangsa ini. Cukup berat, berat tenaga berat beaya,
belum lagi masih harus meluangkan waktu di antara kesibukan mencari nafkah dan urusan
publik serta domestik. Tetapi biasanya menjalankan titah supernatural power hanya berat di
awal, jika sudah tiba saatnya untuk dijalankan, segalanya menjadi mudah & ringan.
Barangkali para pembaca yang budiman muncul pertanyaan mengapa Supernatural Power
tidak langsung menjalankan sendiri segala daya upaya dan rencananya? Jawabannya adalah
agar manusia yang masih hidup dengan raga tidak malas bekerja dan keenakan berpangku
tangan menunggu hasil. Yang demikian ini namanya manusia melawan kodrat alias
bertentangan dengan hukum alam. Biarlah manusia berusaha secara nyata untuk merubah
nasibnya sendiri sampai batas maksimal kemampuannya. Leluhur akan menyimak dengan
cermat, jika keliru maka ditegurlah kita. Jika manusia berusaha maksimal namun belum juga
berhasil, maka Supernatural Power barulah turun tangan langsung. Namun pabila manusia
terlalu ndablek dan bebal, Supernatural Power akan membiarkan manusia jatuh terjerembab
ke dasar jurang agar ia sadar dengan sendirinya. Mungkin ada yang berfikir bagaimana agar
kita diperhatikan oleh para leluhur ? Caranya mudah. Jadilah orang yang peduli kepada
leluhur, para leluhur bumiputra perintis bangsa, para leluhur kita sendiri. Peduli kepada nasib
bangsa. Dan jadilah orang yang selalu topo ngrame, mensyukuri kehidupan sebagaimana
telah saya kemukakan di atas. Sebaliknya jika kita cuek atau malah menganggap leluhur
sebagai dedemit, hal itu akan membuat leluhur ogah untuk menghampiri atau mempedulikan
nasib kita. Semakin kita sukses menghayati nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari, selaras
dan harmonis sebagai manusia dengan kesadaran kosmologis. Hal itu menjadikan leluhur
semakin peduli dengan diri kita. Semakin bagus kualitas dan kuantitasnya akan semakin
memperluas tingkat kepedulian para Supernatural Power terhadap diri Anda. Anda akan
semakin mendapat kepercayaan oleh para leluhur untuk mengemban suatu tugas. Anda
menjadi generasi penerus yang pinilih (berkualitas tinggi) dan terpilih. Pada level ini jangan
khawatir soal rejeki, karena akan selalu ada jalan kemudahan yang selalu mengiringi
sepanjang perjalanan hidup Anda. Alam semesta akan selalu mencukupi rejeki bagi Anda
yang menjadi pribadi berkesadaran kosmologis. Bahkan akan mencapai pada level di mana
Anda bukan mencari uang lagi tetapi dicari oleh uang. Kuncinya sederhana berbuatlah secara
konkrit terlebih dahulu barulah kemudian mendapatkannya. Tanamlah pohon, kemudian
rawatlah sebaik-baiknya, esok hari akan mendapatkan buahnya, tak perlu menunggu setelah
pindah dimensi.
Peristiwa-peristiwa seperti di atas sangat saya sukuri karena banyak sekali pelajaran berharga
yang tidak diketemukan di rak buku perpustakaan. Semakin kita sukuri dan kita terima
sebagai hikmah kehidupan akan semakin sering kita alami berbagai peristiwa yang penuh
dengan makna. memang terkadang ada rasa ingin tahu atas berbagai dugaan kesalahan di
masa hidupnya, lantas kita ingin sekali mengorek keterangan dari para leluhur untuk
mengetahui kebenarannya. Namun dengan kerendahan hati, saya tak berani mengusik
ketentraman para Supernatural Being yang tampaknya sudah nyaman di alam yang abadi.
Saya tak ada keberanian untuk mengorek masalah pribadi atau suatu kesalahan yang
sekiranya dilakukannya di masa hidupnya. Walau sekedar untuk crosscheck. Apalah diri saya
di hadapan beliau-beliau. Saya masih berpegang pada asas manfaat dan kepantasan. Jika
beliau merasa berkenan dan penting untuk disampaikan biasanya tanpa diminta pun leluhur
sudah tahu apa isi hati dan pikiran kita. Jikalau memang ada kesalahan biarlah hukum alam
semesta sendiri yang memberikan sanksi atas segala kesalahan di masa lalunya. Toh beliau-
beliau telah melewati proses pengadilan selama di alam pangrantosan. Jika kita sudah
percaya bahwa seorang hakim adalah jujur dan adil, maka kita tak perlu menanyakan kepada
seorang narapidana apakah benar dia melakukan pelanggaran hukum. Jika kita percaya
hukum alam (tuhan) bersifat maha adil maka kita tak perlu menanyakan lagi apakah putusan
hakim alam semesta sudah berlaku adil kepada para leluhur. Ini sekedar share soal etika
manakala kita mendapat kesempatan untuk melanglang jagad ke dimensi lain. Etika ini juga
menjadi salah satu syarat agar supaya seseorang mampu meraga sukma. Pelurusan sejarah
memang sangat penting dilakukan, terutama fitnah yang sudah menjadi kekeliruan sejarah.
Sejarah yang diluruskan pun haruslah signifikan dengan asas manfaat terutama perubahan
nasib bangsa di masa yang akan datang. Karena kehancuran suatu bangsa akan dimulai
apabila generasi mudanya sudah salah kaprah memahami sejarah dan tidak mau tahu dengan
sejarah bangsanya sendiri. Sebagaimana seorang dokter melakukan kesalahan saat
mendiagnosa penyakit, obat yang diberikan tentu akan salah pula. Untuk hal ini leluhur jauh
lebih tahu mana saja fitnah dan sejarah yang harus duluruskan. Mana pula hal-hal tabu yang
tak perlu lagi dikuak. Leluhur juga lebih waskita memilah mana saja peristiwa futuristik yang
harus dikoreksi, mana pula yang harus dibiarkan berjalan sebagaimana mestinya. Semua tetap
pada asas kepantasan dan manfaatnya yang berprinsip pada keselarasan dan harmonika alam
semesta. Semoga bermanfaat, salam karaharjan

Tulisan dari ‘Tafsir Mimpi’ Kategori


TAFSIR MIMPI
TAFSIR MIMPI
“jangan berandai-andai menjadi orang besar,
bila bermimpi besar saja tak berani”
 
Namanya saja tafsir mimpi, didapat melalui ilmu titen, yakni mencermati kejadian
yang berulang-ulang, sambil melakukan konsentrasi tinggi agar dapat memfokuskan
diri pada rasa yang netral. Sehingga dapat dibedakan mana bentuk mimpi yang
hanya bunganya tidur, mana yang merupakan sasmita atau pralambang. Tafsir
mimpi yang bersifat alamat buruk, anggap saja sekedar menjadi iseng-iseng,
lelucon, atau sebagai intermezo. Dipercaya boleh-boleh saja, tidak pun juga tidak
ada masalah. Kendati demikian, banyak pula yang percaya karena memang sering
terjadi match antara mimpi dengan kenyataan yang terjadi di kemudian hari. Orang
boleh percaya atau tidak, tak ada pemaksaan. Kamus tafsir mimpi kita hargai
sebagai karya budaya sastra nenek moyang kita zaman dulu yang “berkreasi” untuk
meraih “ngelmu titen”. Semua itu dilakukan sebagai upaya menyibak makna di balik
mimpi. Terkadang mimpi tidak hanya sekedarnya menjadi bunga tidur, namun ada
pula yang disebut sebagai puspa tajem, sasmitoningroh, Daradasih. Yakni mimpi
yang menjadi pralambang, pertanda, sasmita agar supaya kita menjadi lebih hati-
hati, eling, waspada. Dan yang bersifat pertanda menggembirakan jangan sampai
membuat kewaspadaan kita justru menjadi lengah. Paling tidak tafsir di bawah ini
dapat menjadi bahan referensi secara garis besar, karena kepustakaan tafsir mimpi
jumlahnya sangat banyak, sebanyak mimpi-mimpi semua orang.
 
MIMPI BERHUBUNGAN DENGAN AIR
Mengambil air wudhu ; baik dan sempurna pekerjaannya. Mencuci muka ; mendapat
susah. Mandi  di sumur milik sendiri ; akan sakit karena gangguan makhluk halus.
Mandi di sungai yang airnya kering ; rejekinya susah. Menyelam di sungai yang
airnya dingin / tidak dapat kembali setelah melompati sungai ; akan sakit keras
bahkan dapat meninggal dunia. Menyelam di sungai yang airnya sangat dingin ;
akan mengerjakan pekerjaan milik raja/pembesar/penguasa/bos. Hanyut di sungai ;
akan menderita kerugian. Hanyut dan masuk ke laut ; memperoleh
kesenangan/pekerjaan atau penghidupannya bertambah baik. Berada di laut ; akan
memperoleh banyak uang. Menyelam di air keruh ; akan menderita/ akan bertapa.
Menyelam di air jernih ; memperoleh kenikmatan. Terjun ke telaga ; memperoleh
kesalahan yang besar. Terbenan ke dalam telaga ; diperlukan oleh negara. Berdiri di
atas air ; mendapat kesusahan. Berjalan di atas air dengan tidak menginjak air ;
akan memperoleh kemuliaan / pangkat. Jatuh ke dalam sumur/sungai ; memperoleh
kesusahan/kematian. Berenang di sungai atau laut ; tercapai segala maksudnya.
Terbenam di dalam air yang keruh ; pergi dan tak akan kembali. Terbenam ke dalam
air yang jernih ; memperoleh harta benda dan ilmu. Disiram dengan air sungai ;
memperoleh masalah/perkara. Halaman rumahnya kemasukan air ; kerusakan dan
kematian. Merasa berada di laut ; memperoleh uang.
 
Api, Cahaya, Matahari, Bulan, Bintang, Langit
Melihat bintang ; memperoleh ilmu. Melihat bintang dan turun masuk ke dalam
rumahnya ; memperoleh uang dan anugrah. Melihat matahari berjalan ke atas ;
tercapai cita-citanya. Melihat matahari dekat dengan rembulan ; memperoleh anak.
Melihat badannya sendiri terkena sinar matahari atau rembulan ; akan menjadi kaya.
Melihat langit terbelah/pecah ; orang tuanya meninggal dunia. Melihat cahaya ; akan
tercapai keinginannya. Melihat api dari jauh ; berusia panjang. Melihat api berwarna
hitam ; akan cepat bertemu dengan apa yang dicarinya.  Melihat api berada di dalam
rumah ; difitnah. Melihat lidah api tinggi menyala ; berusia panjang. Melihat kukus
api ; susah bekerja. Melihat api di kuburan ; berusia panjang. Menyimpan api di
sawah ; banyak memperoleh padi. Melihat gelap ; banyak salah/dosa. Melihat kilat
menyambar memperoleh pangkat yang mulia. Melihat api turun dari langit dan
membakar rumahnya ; memperoleh kekayaan. Melihat rumahnya terbakar habis ;
banyak memperoleh rejeki. Melihat kukusan keluar dari rumah ; menderita sakit.
Melihat dapurnya terang ; terkenal. Ada gerhana bulan/matahari ; menderita
kesusahan/ada raja atau pemimpinan yang  wilayahnya mengalami merusakan.
Bulan/matahri turun ke rumahnya ; memperoleh jodoh/anugrah yang besar.
Matahari/bulan pecah menjadi dua ; raja/penguasa melawan penguasa.
Matahari/bulan yang terpecah dua berwarna hitam ; difitnah orang. Rumahnya
kejatuhan bintang kemukus ; beruntung dan memperoleh anugrah. Bulan masuk ke
dalam perut ; akan memperoleh anak dan kemuliaan.
 
 
Berhubungan Dengan Awan
Merasakan badannya tertutup awan ; maksudnya tercapai. Badan merasakan  di
bawa ke atas oleh awan ; selamat. Melihat rumahnya tertutup awan ; tercapai
maksudnya. Melihat awan berwarna merah/hitam ; akan mendapat susah. Melihat
awan yang jatuh ke desanya ; murah makanan.
 
 
Mimpi Berpakaian Sesuatu
Berpakaian tentara ; susah/mendapat celaka. Berpakaian orang miskin ;
memperoleh rejeki dan senang. Berpakaian orang mati ; memperoleh pangkat/rejeki.
Berpakaian orang yang luhur ; memperoleh uang. Berpakaian mas intan ; akan
mendapat susah. Menanggalkan pakaian ; akan kehilangan sesuatu yang berharga.
Tertinggal pakaiannya ; kehilangan.
 
Berkaitan Dengan Gunung, Jurang
Mendaki gunung dengan mudah ; memperoleh rejeki/naik pangkat. Mendaki gunung
dengan susah ; memperoleh kesukaran. Merasa berada di puncak gunung ;
memperoleh anugrah. Mendaki gunung ; berjumpa dengan saudara/memperoleh
kebaikan. Mendaki gunung serta memetik buah ; memperoleh uang. Naik dari tebing
jurang ; akan naik pangkat/memperoleh kenikmatan. Melihat tanah/gunung longsor ;
kesusahan. Melihat gunung ; dicintai orang yang berpangkat/memperoleh uang.
 
Tentang Harimau
Melihat harimau yang menggigit ; memperoleh pekerjaan dan akan terpakai. Melihat
harimau yang menggoda ; akan mendapat masalah. Melihat harimau masuk ke
rumahnya lalu merusak ; desanya akan mengalami kesusahan.
 
Hubungan Dengan Perasaan
Merasa menang dengan siapa saja ; akan menurunkan putra yang besar
pangkatnya. Merasa sakit keras ; memperoleh selamat dan mulia. Merasa pincang ;
dihormati dan disenangi orang. Merasa panas ; memperoleh uang yang tetap.
merasakan dingin ; akan kehilangan. Tidak merasakan apa-apa/mati rasa ; selamat.
Merasakan senang ; akan mendapatkan kesusahan/sakit. Merasakan/terlihat badan
menjadi besar ; selamat dan terkabul segala cita-citanya. Merasakan mati ;
kehilangan rejeki. Merasa akan meninggal ; panjang usia dan memperoleh rejeki.
 
Berhubungan Dengan Hujan, Angin
Melihat hujan emas ; akan disenangi banyak orang. Melihat hujan embun ;
musuhnya akan membunuhnya. Melihat hujan buah ; menjadi kepala penjahat.
Melihat hujan yang lama ; sakit keras. Melihat hujan yang lebat ; akan
mendermakan/memberi. Melihat hujan angin ; akan kesusahan. Melihat hujan yang
lama lalu berhenti ; akan susah. Melihat taufan ; desanya/wilayahnya akan megalami
kerusakan. Melihat angin besar yang datang dari laut ; musuh datang.
 
Berkaitan Dengan Laut
Mendengar suara menggelegar / gelombang laut ; akan menderita sakit.
 
Berkaitan Dengan Makan
Makan apem ; memperoleh uang. Makan nasi sayur ; akan sakit. Makan nasi punar ;
memperoleh barang. Makan segala yang terasa manis dengan jeruk ; akan sakit.
Makan daging lidah ; akan susah. Makan sambil berdiri ; memperoleh banyak uang.
Makan daging sapi, kerbau, kambing, babi, ayam ; memperoleh kebaikan. Jika
daging yang dimakan masih mentah ; memperoleh banyak uang. Makan bersama
raja/pembesar ; memperoleh pangkat yang tinggi.
 
Berhubungan Dengan Binatang
Merasa menjadi gajah ; banyak memperoleh untung/ilmu. Merasa menjadi burung ;
banyak memperoleh untung/memperoleh kepandaian.  Melihat kerbau/sapi yang
dinaiki ; memperoleh kepandaian. Melihat sapi yang lepas dari ikatannya dan
berlari ; memperoleh rejeki. Melihat gajah ; dirinya akan terpakai oleh
raja/pembesar/pejabat. Naik gajah ; dicintai raja/pembesar/pejabat atau tercapai
keinginannya. Melihat bangkai gajah ; banyak memperoleh uang. Melihat gajah
berjalan di dalam rumahnya ; memperoleh pangkat. Melihat ular yang besar ;
tercapai keinginannya. Melihat banyak ular ; berusia panjang. Melihat ular berbisa ;
musuhnya mengalami kemenangan. Melihat ayam yang dipotong ; orang
tua/saudara akan meninggal. Menyembelih kerbau ; akan memperoleh uang. Digigit
binatang ; dicintai banyak orang. Naik kuda ; mendapat kesusahan. Memiliki ayam
jantan/jago ; akan memperoleh anak laki-laki. Memiliki ayam yang banyak ; dicintai
orang. Menangkap ikan (segala macam ikan) dengan mengunakan tangan ; akan
memperoleh uang yang banyak.
 
Berhubungan dengan Tuhan, Nabi, Bidadari, Sorga, Neraka, Kiamat
Melihat Tuhan ; tercapai maksudnya. Melihat nabi/rasul ; mendapatkan
anudrah/sorga. Melihat malaikat/bidadari/nabi Adam ; menjadi pemuka agama,
penghulu, spiritual. Melihat sorga ; tercapai maksud dan tujuannya. Melihat/masuk
neraka ; kesalahan/berdosa besar. Keluar dari sorga ; hilang dosanya. Melihat akan
kiamat ; memperoleh pangkat/tercapai harapannya. Melihat raja ; akan naik pangkat.
Melihat penghulu ; akan sakit. Melihat banyak orang ; banyak penyakit dan mahal
pangan. Melihat lohmapul/membaca Quran ; memperoleh ilmu. Melihat bunga ;
memperoleh kesenangan. Melihat jembatan ; memperoleh pekerjaan. Melihat
jembatan yang patah ; anak/cucunya akan meninggal. Melihat banyak kotoran ; akan
memperoleh rejeki. Melihat daging sesayatan ; memperoleh kebaikan. Melihat dodot
(kain untuk menghadap raja atau menari) kotor ; hatinya tidak enak. Melihat uang
dari emas (dirham) ; hatinya panas. Melihat dirham terbelah menjadi dua/sigar ;
berkelahi. Melihat pria yang buah dadanya besar dan lebar ; menjadi seorang
penghulu. Naik ke meja sendiri / naik ke langit ; memperoleh pangkat.   Naik ke
masjid ; memperoleh anugrah. Naik ke loteng ; mendapat pangkat/memperoleh
keuntungan.
 
Berhubungan Dengan Minum Air Sesuatu
Minum air bengawan; memperoleh marah dari tuannya. Minum air kuali/belanga ;
memperoleh uang. Minum air jernih ; memperoleh ilmu. Minum air keruh ;
memperoleh uang panas/tidak halal. Minum air yang kental ; memperoleh
emas/perak/perhiasan berharga. Minum air sungai yang terasa asin ; memperoleh
harta/uang yang tidak halal. Minum air susu ; memperoleh uang. Melihat sumur
berair jernih lalu diminum ; terhindar dari duka cita dan memperoleh ilmu.
 
Berkaitan Dengan Rumah, Pintu, Dinding
Melihat rumahnya roboh ; menderita kesusahan. Melihat rumahnya dimasuki oleh
sesuatu ; akan mendapatkan saudara yang berpangkat/bertapa dan memperoleh
rejeki. Melihat rumahnya ditinggalkan ; dibenci orang. Melihat rumahnya menjadi
tinggi ; saudaranya akan memperoleh orang yang berpangkat. Melihat rumahnya
meninggi lalu merendah ; akan turun pangkat. Melihat dinding rumahnya di buka ;
akan bercerai/berpisah dengan orang tua. Melihat pintu rumah menjadi tinggi dan
melebar ; akan memperoleh pangkat/keberuntungan. Melihat pintu rumah yang
ditutup ; susah bekerja. Membuat rumah ketiga dan sudah jadi ; akan beristri dan
maksudnya tercapai. Melihat pintu rumahnya terbuka ; akan mendapatkan suatu
perkara atau akan mengalami kekalahan jika akan berperang/bersaing. Melihat
suratan di daun pintu ; badannya sakit. Rumahnya kejatuhan bintang kemukus ;
beruntung dan memperoleh anugrah. Disuruh mendiami rumah milik orang lain ;
memperoleh pangkat / kedudukan.
 
Berkaitan Dengan Sumur
Melihat sumur yang berikan ; memperoleh untung. Melihat sumur berair jernih lalu
diminum ; terhindar dari duka cita dan memperoleh ilmu. Melihat sumur yang rusak
temboknya ; celaka besar.
 
Berkaitan Dengan Sungai, Telaga
Melihat sungai yang penuh berair ; pergi tetapi tidak kembali. Melihat sungai yang
tidak berair ; banyak orang desa yang pindah. Melihat sungai yang sedikit airnya dan
jernih ; memperoleh uang. Melihat air yang baru datang mengalir ; memperoleh
derajat/pangkat. Melihat telaga yang banyak airnya ; memperoleh pekerjaan. Melihat
sungai yang berair deras ; mendapat kabar dari luar negeri. Melihat sungai yang
kering pada mulanya lalu berair ; menjumpai masalah. Melihat sungai yang banjir ;
memperoleh rejeki.
 
Tentang Ular
Disembur ular ; mendapat jodoh. Digigit ular ; difitnah orang. Memperoleh puragan
ular berbisa ; kurang disenangi istrinya. Melihat dalam lobang ada ular mati / melihat
bekas bergantinya kulit ular ; panjang usianya.
 
Berhubungan Dengan Badan Kita
Memakai bunga ; dicintai orang. Memakai bunga yang harum /minyak wangi ; jika
sakit akan lekas sembuh. Kepalanya disiram dengan minyak wangi yang harum
baunya ; memperoleh rejeki. Badannya disakiti sendiri ; rahayu / selamat. Badannya
menderita sakit ; memperoleh rejeki/kemudahan. Mengadakan selamatan ; jika
berspekulasi (termasuk judi) akan menang/beruntung.
 
Bepergian atau Perjalanan, Berlari, Berjalan
Pergi naik haji ; dapat menjalankan  pekerjaan secara sempurna. Pergi jauh ;
mendrita sakit. Pergi jauh tetapi cepat kembali ; rejekinya mudah. Pergi ke pasar ;
memperoleh uang/harta. Mimpi berjalan jauh ; akan kehilangan pangkat. Berjalan
mengelilingi pagar ; maksudnya gagal tercapai. Berlari dan jatuh ; berhenti
bekerja/berhenti dari pekerjaannya.
 
Berhubungan Dengan Menggali, Tanah
Menggali tanah ; akan bertengkar. Menggali parit ; memperoleh rejeki. Menggali
kuburan orang yang telah meninggal ; memperoleh keuntungan karena spekulasi
atau berjudi. Meratakan jalan ; kehilangan uang/harta. Meratakan tanah ; mengalami
kesusahan.
 
Badan, Disakiti, Sakit, Menderita
Dirusak/dibuat sakit oleh orang ; menemukan kesulitan. Diikuti oleh wanita ; akan
memperoleh keris pusaka. Rambutnya disisir ; akan mengalami kesusahan. Dipukul
dengan tonggak kayu ; memperoleh rejeki. Diberi beras ; mendapat halangan besar.
Ditempeleng ; memperoleh kesusahan. Dikejar oleh pencuri ; memperoleh uang.
Dicaci maki ; memperoleh uang. Dipanggil orang ; memperoleh keuntungan. Jika
yang memanggil adalah pembesar yang memakai payung (bergaris) dan
mengenakan pakaian kebesaran lalu melambaikan tangan ; akan mendapatkan
pangkat yang strategis. Badannya terluka/ada bekas luka ; memperoleh rejeki. Jika
badannya dilukai orang ; memperoleh celaka/kecelakaan. Badannya sakit dan
bergetar ; bahaya sedang datang menghampiri. Badan banyak kutunya ; jika
berspekulasi akan selalu beruntung. Tangannya diletakkan pada orang lain ; dirinya
terpakai oleh seorang pembesar. Seseorang meletakkan tangan di kepalanya ;
maksudnya akan tercapai. Tangan orang lain di letakkan di badan ; mengalami sakit
keras. Badannya diikat ; sakit. Tertangkap oleh musuh ; dikembalikan dari daerah
perantauan. Badannya semakin kurus ; mendapat kesusahan. Badannya semakin
membesar ; mendapat kemudahan/maksudnya tercapai. Kakinya bergelang perak ;
memperoleh keuntungan/kebaikan. Jarinya mengeluarkan darah ; memperoleh
uang. Mulutnya berbulu ; memperoleh uang. Kepalanya bertanduk dua ; dihormati
orang serta mendapat kemuliaan. Jika bertanduk satu dan runcing ; akan celaka
besar. Rambutnya rontog ; mendapat celaka/kecelakaan. Bermimpi cukur rambut ;
akan kehilangan harta bendanya. Lepas giginya ; kesusahan/ada saudara dekat
akan meninggal dunia. Wajahnya terlihat putih ; mendapat seorang wanita.
Didatangi tamu yang sakit  ; memperoleh jalan keluar atau pertolongan dari orang
lain.
 
Berhubungan dengan Perahu/Kereta
Naik perahu ; akan marah/stress berat karena mengalami banyak  fikiran. Naik
perahu layar di tengah laut lalu tenggelam ; wilayah/daerahnya akan mengalami
musibah atau bencana. Naik perahu layar yang berjalan dengan cepat ; memperoleh
kemajuan dalam bidang ekonomi/ memperoleh rejeki. Naik kereta/kereta tersebut
masuk ke dalam rumah ; akan menderita kesusahan.
 
Menungu orang yang meninggal dengan tertawa ; sakitnya akan sembuh.
Membunuh orang dengan parang/golok ; jika bersaing/berspekulasi akan menang.
Berkelahi memakai senjata melawan wanita ; memperoleh untung. Membagi uang
dengan istrinya ; akan bercerai. Memukul istrinya ; akan ada persoalan di dalam
rumah tangga. Memukul orang/jelek perkataannya ; akan memperoleh susah. Mimpi
sakit keras ; akan selamat dari marabahaya. Tertimpa kayu/kejatuhan kayu ; akan
terjadi kerusakan. Menjadi pengantin dengan diiringi banyak orang ; akan meninggal
dunia. Jika melihat pengantin yang telah dipertemukan tetapi tidak dengan pengiring
dan memakai pakaian kebesaran ; memperoleh anugrah agung.
 
Berkaitan Dengan Hutan
Keluar dari hutan ; akan kehilangan. Membakar hutan ; meraih kemenangan dalam
berperang/berselisih/bersaing. Menebang pohon ; akan menderita sakit. Pohon-
pohon yang besar bertumbangan ; menjumpai perkara/wilayahnya mengalami
kerusakan.
 
Perang sabil ; bekerja dengan hasil yang sempurna dan menentramkan.  Shalat
sampai selesai ; maksudnya tercapai. Bermimpi menyanyi ; memperoleh kesusahan.
Menangis di dalam rumah ; akan memperoleh kesenangan. Menangis di jalan ; akan
memperoleh kesusahan. Mimpi bertelanjang ; akan dipermalukan atau menanggung
masalah yang membuat malu/aib. Mimpi menari ; akan terkena marabahaya. Meniup
seruling ; hidupnya akan tenteram. Makan sirih ; akan mengalami kerusakan. Duduk
dalam penjara ; akan hilang kesusahannya. Membuang kotoran/berak ; akan
kehilangan barang berharga. Tidur di tanah ; akan memperoleh kesenangan.
Merawat orang tua ; memperoleh rejeki. Meletakkan tali secara terentang ;
memperoleh rejeki. Memanjat pohon ; akan meninggal dunia. Memetik kelapa ; akan
menderita sakit. Barang yang bengkok diluruskan ; akan hilang susah/kesulitannya.
Mengambil batu lalu dimasukkan ke dalam rumah ; memperoleh rejeki. Mimpi
berjalan dengan wanita yang bukan istrinya ; akan kehilangan sesuatu.
 
Berkaitan Dengan Pembesar/Penguasa
Bertemu dengan nabi ; akan memperoleh kedudukan/naik pangkat/jabatan.  Jika
mimpinya lewat tengah malam ; akan memperoleh kesaktian/ilmu luhur. Berjumpa
orang yang belum dikenal ; cita-citanya akan tercapai. Bertemu dengan
ayah/anaknya ; memperoleh kebahagiaan. Memperoleh uang ; akan sakit  sambang
atau terkena sawan orang mati. 
================
sabdalangit

RAHASIA JANIN
Melanjutkan kisah Rahasia Di Balik 40 Hari pada thread terdahulu,
kali ini saya ingin berbagi pengalaman berhubungan dengan rahasia dan apa yang terjadi
dengan janin selama “bertapa” 9 bulan berada di dalam goa garba (rahim) ibu. Pengalaman
ini kiranya perlu saya sampaikan dengan harapan dapat diambil manfaatnya. Terutama bagi
saudara-saudara, para pembaca yang budiman yang selalu membuka pikiran dan hati untuk
menggali wawasan yang lebih luas lagi. Anggap saja tulisan saya ini sebagai tantangan bagi
para ahli medis untuk melakukan penelitian sebagai upaya pembuktian. Sejak terjadi
pembuahan oleh sel sperma terhadap sel telur, sejak itu calon janin segera membutuhkan 
makanan yang diperolehnya melalui penyerapan sari makanan dari ibunya. Selanjutnya janin
atau embrio yang berusia 40 hari sudah memiliki ruh atau sukma. Hal ini tentunya agar dapat
dijadikan paugeran para dokter kandungan atau anak, serta siapapun bila ingin melakukan
tindakan medis seyogyanya dapat menjadikannya bahan pertimbangan. Sebab bila sampai
terjadi resiko kematian –apalagi bila dilakukan secara sengaja– sejak janin menginjak usia 40
hari, konsekuensinya sama halnya anda melakukan pembunuhan terhadap orang dewasa.
Jika hal itu terjadi karena suatu halangan atau ketidaksengajaan, tentunya perlakuannya
seperti halnya memperlakukan kematian seseorang pada usia dewasa atau tua. Dilakukan
segenap upacara penyempurnaan arwah, memberikan nama, dan tidak lupa melaksanakan
selamatan hingga 1000 hari akan jauh lebih baik.

Lebih dari itu sejak usia 40 hari janin akan memerlukan suplai makanan pokok berupa
sperma dari suami. Dalam ilmu pengetahuan Jawa kuno terdapat nasehat, “..orok iku kudu
“disirami” supaya slamet kabeh sak jabang bayine. Dahulu sebelum saya pernah
“menyaksikan” sendiri, saya belum mampu memahami apa arti dari kalimat pepeling di atas.
Bahkan sebaliknya, dominasi rasio saya dengan serta merta menyangkal, dan
menganggapnya sebagai kalimat sekedar bermakna basa-basi dan hanya gugon tuhon, ela-
elu, dan tidak mempunyai dasar yang kuat. Nah, setelah pengalaman spiritual yanng saya
alami berlangsung, barulah mengerti apa maksud disirami. Ternyata tidak lain untuk
membahasakan kegiatan hubungan suami istri sebagai bentuk memberi makan kepada si
jabang bayi dalam kandungan ibu. Dalam kesadaran ini hubungan suami istri tidak saja
sebagai pemenuhan nafkah batin atau psikhis maupun biologis, lebih dari itu sebagai
tanggungjawab sang ayah memenuhi nafkah biologis (dan juga psikhis) bagi sang janin,
yakni suplai makanan berupa air mani dari sang ayah.  Mungkin bagi sebagian para pembaca
hal ini dianggap aneh dan mengada-ada. Namun apakah anda memiliki argumen untuk
menyanggahnya ? Jika mengabaikan pun resikonya hanyalah seperti yang akan saya
paparkan pada alinea di bawah.

Sumber Makanan

1. Ibu; sumber makanan dari ibu berfungsi menopang pertumbuhan dan kesehatan janin atau
embrio. Namun pertumbuhan embrio dan kualitas kesehatan masih tergantung pula pada
kualitas suplai makanan untuk embrio. Kualitas suplai makanan dari ibu  tentu saja sangat
tergantung oleh kualitas makanan yang dikonsumsi ibunya. Maka sebaliknya semakin buruk
kualitas makanan yang dikonsumsi ibu akan berpengaruh besar pada kesehatan dan
pertumbuhan embrio. Jika suplai makanan ke embrio sangat terganggu misalnya karena si ibu
sakit berat, resikonya dapat mengakibatkan kematian pada janin.
2. Bapa : sumber makanan embrio selain dari ibu juga diperoleh suplai makanan dari
ayahnya berupa sperma. Lantas apa akibatnya jika janin tidak mendapatkan suplai makanan
dari ayahnya yang berupa air sperma. Tentu tidak beresiko terjadi kematian pada janin.
Namun kita ketahui bahwa sperma memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, selain
bermanfaat untuk kesehatan janin lebih dari itu berfungsi membangun kecerdasan otak. Jika
kondisi bayi terdapat diagnosa kurang sehat, lemas, kecapaian, dsb embrio perlu protein
tinggi untuk mengembalikan stamina. Dalam kondisi embrio demikian hendaknya justru
suami-istri melakukan hubungan agar janin cepat pulih (recovery). Hal ini justru sering
dihindari oleh pasangan jika mendapati janin kurang sehat sehingga memperbesar resiko
keguguran atau kematian janin. Silahkan anda membuktikan sendiri. Dari keadaan di atas,
saya bisa mengambil kesimpulan sementara bahwa kasus-kasus hamil di luar nikah dan
ditelantarkan oleh pihak laki-laki/pasangannya biasanya janin yang akan lahir dengan
mengalami berbagai masalah seperti misalnya daya pikir rendah hingga cacat. Bisa jadi hal
itu menimpa pasangan resmi, misalnya bagi yang mempunyai kendala teknis untuk
berkumpul dan melakukan hubungan suami-istri selama masa kehamilannya. Bisa disebabkan
oleh perpisahan jarak yang cukup jauh, intensitas bertemu atau berhubungan suami istri yang
jarang terjadi, atau ketakutan melakukan hubungan disebabkan masalah kesehatan atau
kurangnya informasi tentang pendidikan dan informasi kesehatan janin. Resiko tersebut dapat
terjadi dari kasus yang paling ringan hingga paling berat seperti berikut :

1. Kebodohan / lemah daya pikir


2. Kenakal dan disorder
3. Sakit-sakitan
4. Cacat fisik
5. Cacat mental
6. Kematian setelah kelahiran janin

Hal itu masih berkaitan erat dengan kondisi mental kejiwaan dari sang ibu selama hamil. Jika
mengalami tekanan batin terus menerus secara mendalam selama masa kehamilan,  akan
membuka resiko timbulnya masalah dan cacat pada bayi. Bagi para pembaca yang memiliki
latar belakang ilmu medis terutama pendidikan dokter atau dokter spesialis anak, silahkan
memberikan input dengan segenap argumen yang ada. Saya pribadi sangat terbuka kritikan,
dan silahkan dibuktikan melalui penelitian ilmiah agar dapat terbukti kebenarannya. Bahwa
bayi selama masa di dalam kandungan ibu akan  mengkonsumsi sperma dari ayah/pasangan
hidup si ibu.

Wewaler dan Pepeling Jawa

Kehamilan merupakan peristiwa sakral yang dialami oleh ibu, janin dan ayahnya. Kehamilan
dianggap sebagai “laku” tapa brata, mengendalikan nafsu terutama yang bersumber dari
indera mata, telinga, hidung, dan mulut. Pada saat menjalani kehamilan harus ada
kekompakan antara suami dan istri. Pasangan harus menghindarkan diri dari percekcokan,
tengkar mulut, bergunjing, menyakiti hati orang lain.

Saat kehamilan merupakan “laku” prihatin yang berat terutama bagi istri dan juga suami.
Seluruh organ tubuh si ibu semua turut menjalani prihatin, gentur laku. Betapa tidak, karena
organ tubuh harus bekerja dua kali lipat untuk menopang kehidupan tubuhnya sendiri dan
tubuh si jabang bayi.  Jantung bekerja untuk memompa dua sirkulasi darah. Paru-paru
digunakan untuk memompa udara agar tersebar ke dalam dua tubuh. Protein, vitamin,
karbohidrat semuanya harus dibagi menjadi sumber hidup dua kehidupan. Kandungan
kalsium ibu akan berkurang banyak (terutama jika mengandung bayi laki-laki), bahkan harus
mengorbankan gigi-gigi dan tulang sang ibu untuk merelakannya menjadi keropos.
Rambutpun menjadi kurang suplai makanan. Ibu harus rela berbagi kalsium atau zat kapur,
pigmen, dan vitamin sehingga berakibat terjadinya kerontokan rambut yang parah. Enzim dan
hormon ikut diperas untuk konsumsi si embrio sehingga sering menimbulkan guncangan
emosi, stress dan depressi yang dialami ibu hamil maupun pasca melahirkan bayi. Di saat
melahirkan, ibu masih harus berjuang meregang nyawa untuk mempertahankan kehidupan
baru, yakni si jabang bayi sebagai generasi penerus kehidupan. Selama menempuh “laku
prihatin” itu semua, si ibu tak boleh menggerutu, ngedumel, grenengan, sebagai pertanda
ikhlas dan ketulusannya. Penderitaan dan keprihatinan yang mendalam yang dilalui dengan
tulus akan mendatangkan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa, merubah ucapannya menjadi idu
geni. Apa yang dimohon dalam doa mudah terwujud (makbul). Apa yang dikatakannya
mudah numusi (tijab).

Tugas suami adalah memberikan kasih sayang yang lebih, merawat, siap melayani 24 jam.
Suami harus menciptakan suasana yang nyaman, tenteram dan aman agar diperoleh
ketenangan lahir batin. Siang malam ibu bapa berdoa mohon keselamatan jiwa dan raga,
untuk si jabang bayi, si ibu, dan keluarganya. Itulah sebabnya, jika wewaler dan pepeling
tersebut apabila bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka sudah menjadi keadilan
Tuhan jika masa-masa kehamilan akan disertai berkah dan anugrah agung untuk keluarga.
Hanya saja, dibalik tijabnya perkataan (idu geni) ternyata berlaku untuk semua perkataan
yang keluar dari mulut. Baik istri maupun suami harus eling dan waspada selalu menjaga
tabiat, perbuatan dan ucapannya agar melakukan hal-hal yang sebaik-baiknya. Karena sifat
idu geni berlaku untuk kalimat dan kata-kata yang baik maupun yang buruk. Jika yang keluar
dari mulut selalu perkataan baik, jika terjadipun merupakan hal yang baik. Sebaliknya jika
yang terucap dari mulut merupakan perkataan kotor, jorok dan buruk akan sangat berbahaya
jika numusi untuk si jabang bayi dan diri sendiri. Maka terdapat larangan (ora ilok atau
pamali) jika bertingkah dan mengatakan hal-hal yang sifatnya buruk, misalnya bergunjing,
memaki, dan mencela orang lain, bahkan mencela serta menyakiti binatang pun tidak boleh
dilakukan. Sampai-sampai saat istri hamil, si suami tidak boleh melakukan sendiri
menyembelih ayam atau kambing sekalipun untuk suatu keperluan dan acara.

Contoh Kisah

Sewaktu saya masih duduk di bangku kelas 1 SD saya pernah diajak piknik ke kebun
binatang Gembiraloka, saat itu kami pergi bareng-bareng nyewa andong bersama para
tetangga. Satu di antara tetangga ada yang tengah hamil. Saya menyaksikan sendiri dia
orangnya kurang bisa menjaga mulut. Saat di kebon binatang melihat seekor anak gajah yang
matanya buta satu karena cacat bawaan lahir. Tetangga saya yang sedang hamil sambil teriak-
teriak dalam bahasa Jawa kasar,”…itu lihat matane gajah sisih tengen picek siji…gajah ko
picek !!. Lalu di lain tempat sedang nonton induk gorilla yang kebetulan kaki kirinya agak
kecil sebelah karena cacat. Induk gorilla itu berjalan tertatih pincang / dengklang. Tetangga
saya yang hamil berteriak-teriak lagi dalam bahasa Jawa kasar, “…iku delengen, munyuke
sing ireng kuwi pincang cokore kiwo. Mulane mlakune semper…lucu hihihi !!”. Selang 3
bulan kemudian, tetangga saya melahirkan bayi laki-laki. Namun ada hal yang sangat
mengejutkan, ternyata bayi laki-lakinya mengalami cacat fisik mata sebelah kanannya buta
permanen, sedangkan kaki sebelah kiri yang tadinya tampak normal, namun setelah usia 8
tahun barulah disadari kaki sebelah kirinya tidak berkembang, alias menjadi kecil sebelah dan
jika berjalan pincang hingga saat ini.

Kisah di atas hanya satu contoh saja, sebenarnya masih ada beberapa contoh lain, dan juga
contoh yang sahabat saya saksikan sendiri.  Namun bukan tujuan saya untuk melakukan
penelitian dan mengharuskan anda percaya sepenuhnya. Saya pribadi cukup bersikap yang
antisipatif, harus selalu eling waspada apalagi pada saat istri sedang hamil. Deskripsi di atas
kiranya dapat dijadikan pepeling bagi yang masih ngugemi paugeran. Maka orang-orang
apabila melakukan sesuatu yang kurang baik, walau secara tak sengaja atau terpaksa, sering
sambil berkata,”…amit-amit jabang bayi…!” hal itu dimaksudkan sebagai sikap hati-hati dan
selalu mewaspadai akan segala ucapan dan perbuatan kita yang kurang baik, jangan sampai
mengalami akibat buruk gara-gara keteledoran kita kurang mampu mengendalikan nafsu.

Untuk itu, dalam adat Sunda, Tana Toraja, Bali, Minang, Bugis, dst terdapat berbagai tradisi
selamatan. Khususnya di Jawa terdapat berbagai selamatan selama ibu pada masa-masa
hamil. Misalnya acara selamatan 4 bulan dengan membuat bancakan biasa dengan bumbu
urap tidak pedas, kemudian mitoni atau selamatan 7 bulan (untuk yang hamil pertama) dan
selamatan saat hamil anak yang ke tiga (medeking). Semua ditujukan sebagai upaya
memohon keselamatan lahir dan batin kepada Tuhan, baik untuk keselamatan ibu serta si
jabang bayi.

Tulisan ini saya persembahkan untuk saudara-saudara semua di sini, para pembaca yang
budiman, dengan harapan bisa memberikan sedikit manfaat bagi anda atau istri anda yang
sedang menjalani masa-masa kehamilan. Dengan harapan semoga diberikan kesehatan,
keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan lahir dan batin. Semoga buah hati kelak menjadi
orang pinunjul, linuwih, hambeg paramarta lakutama, saget mikul dhuwur mendhem jero
dumateng tiyang sepuh, lan migunani tumrap ing sesami. Salam kasugengan, rahayu,
karaharjan, sentosa, widodo nir ing rubeda, kalis ing sambekala. sabdalangit

Tulisan dari ‘Rahasia Air Mata Berlian’


Kategori
Air Mata Berlian ?
Kini memang sudah saatnya, penduduk bumi, khususnya bangsa Indonesia menyaksikan berbagai fenomena dan
peristiwa yang dianggap aneh karena faktor kelangkaannya, juga karena keterbatasan sistem penalarnya untuk
menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Jujur saja, masyarakat kita terbiasa dengan kepasarahan total
kepada tuhan. Segala sesuatu serta merta akan selesai dibahas dan dicari jawaban solusinya hanya dengan
kalimat sederhana,”…..semua itu sudah menjadi kehendak dan bukti atas kebesaran Tuhan”. Di satu sisi kalimat
itu memang ada efek positifnya manakala menghadapi situasi dan kondisi yang sangat berat. Namun di sini lain
menimbulkan implikasi negatif. Yakni nalar dan pola pikir kita dibiasakan untuk tidak kreatif dan kritis
menganalisa setiap peristiwa dan fenomena. Kita isadari atau tidak kalimat sederhana dan klise itu sangat
berpotensi untuk mengkonstruksi kebodohan umat manusia.

Sebut saja misalnya, peristiwa AIR MATA BERLIAN yang terjadi pada seorang gadis asal
Sumedang. Di mana matanya sudah mengeluarkan lebih dari seratus berlian antara 1/4 hingga
1/2 karat berwarna putih bening, kristal, bahkan beberapa di antaranya berwarna kebiruan,
kehijauan dan merah muda transparan. Gadis itu sempat berkisah kepada salah satu tv swasta
bahwa neneknya lah yang memberi berlian. Keterangan itu dia dapatkan melalui mimpi yang
terjadi sebelum peristiwa itu terjadi.

Tujuan saya menulis di sini, tidak lain untuk menanggapi keterangan tersebut. Karena
beberapa pihak masih penasaran dengan peristiwa yang terjadi pada gadis asal Sumedang itu.
Tak perlu kagetan dan gumunan. Bisa pula dari peristiwa itu menjadikan pelajaran buat kita
semua, jika memang benar dihadiri neneknya dalam mimpi, hal itu bisa menegaskan bahwa
leluhur masih dapat melakukan banyak hal untuk berinteraksi dengan anak turunnya yang
masih hidup dengan raganya di dimensi bumi. Dan peristiwa semacam ini sangatlah biasa dan
wajar dialami banyak orang. Tentu saja leluhur yang mampu melakukannya termasuk leluhur
yang sewaktu hidupnya mempunyai prestasi cukup bagus yakni hidupnya berguna untuk
banyak orang, bahkan untuk makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan lingkungan
alam. Dengan kata lain, orang-orang yang mampu memberikan kehidupan kepada seluruh
makhluk, welas asih dan sangat berhati-hati dalam berucap dan bertindak agar supaya tidak
menyakiti hati orang lain. Lantas dari mana berlian itu berasal. Seeprti yang saya
garisbawahi, berlian itu tidak lain adalah milik neneknya ata leluhurnya sendiri. Karena
leluhur dapat menyimpan benda-benda berharga seperti benda pusaka, emas dan berlian,
dengan tujuan kelak akan diwariskan atau diturunkan kepada anak cucu keturunannya yang
terpilih dan pinilih. Maka tidaklah mengherankan jika di antara para Pembaca yang budiman
pernah mengalami peristiwa yang hampir sama, dengan tulisan ini saya berharap dapat
menambah luas wawasan dan pemahaman. Dengan suatu harapan kita semua jangan pernah
mensia-siakan warisan benda-benda berharga (pusaka) dari para leluhur kita, termasuk bumi
pertiwi, lingkungan alam, dan nusantara tercinta tempat di mana kita menyandarkan hidup.

Leluhur memiliki beragam cara untuk mewariskan benda-benda pusaka dan harta benda
berharga yang diwariskan kepada anak cucu keturunannya. Ada yang melalui mimpi dituntun
menemukan suatu tempat di mana benda itu disimpan. Ada pula yang diberikan secara
langsung melalui media yang bersifat senyawa misalnya diberikan berlian melalui air mata,
keris melalui tanah, kedigjayaan melalui air dan angin, kewaskitaan batin melalui getaran
rasa, obat-obatan melalui tumbuhan, dan berbagai unsur bumi. Dari pemahaman yang tepat
akan segala macam peristiwa dan fenomena alam itulah kita dapat benar-benar memahami
keagungan Sang Jagadnata. Salam sih katresnan untuk seluruh pembaca yang budiman,
dimanapun berada, apapun suku dan keyakinannya.
sketsa : oil painting by sabdalangit

Berguru Kepada Alam Semesta


LAUNCHING BUKU EPISODE 1

Angkringan For The Soul


Tentang pengalaman spiritual, dan penjelajahan sukma sejati mengarungi luasnya samudra
ilmu yang meliputi jagad besar (makrokosmos) dan jagad kecil (mikrokosmos). Dikemas
dalam obrolan inspiratif a la kedai angkringan Jogjakarta

Prakata

Berguru Kepada Alam Semesta


Para pembaca yang
budiman, sedulur semua di manapun berada, apapun suku, bangsa, ras, golongan,
kepentingan politik, dan agamanya. Bukan maksud hendak menggurui karena saya tak pernah
bercita-cita menjadi guru. Justru karena saya merasa selalu ingin menjadi murid dan
kenyataannya sampai sekarang saya tetaplah murid yang selalu berguru kepada alam semesta
dan segala isinya. Saya merasa mendapat keuntungan luarbiasa ketika sedang menjadi murid,
namun bukannya saya pribadi mau golek butuhe dewe lantas enggan berbagi pengalaman.
Biarpun begitu kalau saya dipaksa oleh keadaan untuk menjadi guru ya enggak apalah.
Maksud penerbitan buku ini sekedar untuk berbagi pengalaman hidup dan saya gunakan
sebagai sarana mensukuri berkah dan anugrah alam semesta, Tuhan, God, Gusti, Sang Hyang
Widhi, Allah, Alloh, Brahman, Dei, Sang Jagadnata yang telah saya alami, saksikan, dan
dapatkan selama diberi kesempatan untuk singgah di planet bumi ini. Terutama kepada para
pembaca yang tidak dapat menjangkau internet. Saya sadari bersukur hanya menggunakan
lisan saja tak ubahnya lips service, sekedar ngomong doang sangat tidak cukup dan tidak
sebanding dengan berkah dan anugrah Tuhan yang telah saya dapatkan selama ini.

Jika Anda bertanya siapa gerangan guru saya ?

Nah, guru saya sesungguhnya bukanlah mahluk yang teristimewa, bukan pula mursyid, bukan
pula ahli dakwah, ahli politik, ahli hukum, ahli ekonomi, dan ahli-ahli yang lain. Saya tidak
membatasi kepada mereka semua, bahkan saya menyatakan diri sebagai murid dari ragam
bangsa binatang yang ada di planet bumi ini. Saya juga murid dari ragam tetumbuhan yang
ada di sekitar kita maupun di hutan belantara sana. Penulis menilai bangsa-bangsa itu sebagai
guru yang polos apa adanya, tak pernah berpamrih, dan mereka bangsa paling jujur di planet
bumi. Tak luput pula, saya banyak belajar dari kehidupan bangsa lelembut, ragam titah gaib
sama-sama mahluk hidup penghuni jagad raya. Namun saya juga tak akan sungkan untuk
berguru kepada para pembaca di sini, kepada kawan, sahabat, handai taulan, keluarga, orang-
orang terdekat, bahkan berguru kepada orang yang sekiranya membenci saya.

Saya menyadari, sikap “gengsi menjadi murid, dan bangga menjadi guru”, hanya membuat
perkembangan ilmu pengetahuan mengalami stagnasi, karena tanpa disadari sudah merasa
nyaman berada di dalam penjara kebodohan. Lebih baik sibuk menjadi murid di sana-sini
daripada sibuk menggurui siapa saja di mana-mana. Seorang murid wajar bila dianggap
bodoh, lain halnya jika seorang guru. Saya tetap enjoy berguru kepada seseorang sekalipun
oleh orang lain dinilai bodoh. Bukankah setiap diri kita memiliki pengalaman hidup yang
berbeda dan beragam..?! Perbedaan dan keragaman pengalaman hidup masing-masing orang
justru dapat menjadi guru yang baik bagi orang lain. Apakah sesungguhnya arti belajar ? Bagi
saya pribadi, belajar pada prinsipnya merupakan transformasi informasi mengenai fakta
kehidupan yang berbeda dari apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Jika mau belajar,
belajarlah kepada heterogentitas fakta kehidupan supaya kita menyadari segala sesuatu yang
ada di luar diri. Belajar pada homogentitas dan informasi yang telah kita peroleh sebelumnya
sama halnya sekedar kegiatan menghafal. Belajar hidup bukanlah sekedar menghapal lalu
mengucap secara repetitif hapalannya, melainkan setiap saat mencari informasi kehidupan
yang belum kita ketahui untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Itu
baru disebut manusia Jawa : jiwa kang kajawa atau Jawi : jiwa kang kajawi. Yakni
mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah dipahami.

Alam semesta ini menjadi indah manakala kita saksikan adanya kebersamaan di atas
keberagaman di antara mahluk penghuninya. Homogentitas hanyalah merupakan bagian yang
melengkapi heterogenitas jagad semesta. Dengan kata lain homogenitas adalah unsur dasar
yang membentuk keberagaman atau heterogenitas. Dan di atas keberagaman terdapatlah nilai
yang bersifat universal. Jadi siapapun yang mengingkari dan menolak keberagaman serta
perbedaan, sungguh ia telah melawan kodrat atau hukum alam. Kesadaran seperti ini haruslah
kita tanamkan jauh di dalam mindset kita. Dengan adanya kesadaran akan prinsip-prinsip
hidup di atas dapat membawa kita untuk menghindari sikap “3G” yakni sikap golek menange
dewe, golek butuhe dewe, dan golek benere dewe. Konotasi 3G sebagai gambaran nyata pola
pikir dan pola perilaku hidup yang jahiliah, menolak kebenaran faktual. Perlu digarisbawahi,
bahwa sikap tidak soleha lebih tepatnya adalah sikap yang tak selaras dan harmonis dengan
hukum keseimbangan alam.

Suradira Jayaningrat, lebur dening pangastuti


Rahayu Sagung Dumadi
Sabdalangit

Telah terbit buku “Angkingan for the soul” buku episode pertama Ki Sabdalangit dengan
judul Menjemput Keajaiban. Episode pertama ini merupakan kumpulan beberapa tulisan Ki
Sabdalangit yang diambil dari blog yang dikelolanya kemudian beberapa tulisan yang senada
dikelompokkan ke dalam satu tema. Jika dibandingkan dengan posting yang terdapat di blog
tentu saja isi buku banyak perbedaan karena terdapat banyak tambahan pada artikel dan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sedulur pembaca blog. Selain itu banyak pula
tambahan-tambahan berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum
sempat dijawab oleh penulis. Di dalam setiap karyanya, penulis berusaha membumikan
bahasa agar lebih mudah dipahami oleh berbagai lapisan sosial masyarakat. Pembaca dapat
menikmati tulisan yang terasa mengalir menuntun suatu kesadaran pada level yang lebih
tinggi lagi. Sayang sekali jika melewatkan buku Menjemput Keajaiban, karena di dalamnya
terdapat hal-hal baru yang mengungkap misteri hidup dan kehidupan, yang mungkin sangat
berbeda dengan mindset orang pada umumnya.

Buku dapat dipesan melalui agen-agen sebagai berikut :

Wilayah Yogyakarta :

1. R.Ay. Anjasmoro SM Pin. BB 23835627


2. R. Sigit Joko Pangarso Tlp. 0817-285-4000 & 0274-6633-909

Wilayah Jabodetabek :

1. Mirzan Insani Tlp. 081-808-694-311

Wilayah Semarang :

1. Tommy Arjunanto Tlp. 085-325-762-870

Wilayah Tasikmalaya, Ciamis, Banjar :

1. Raharjo Sosrobahu Tlp. 085-659-771-084

Tlp. 081-3232-4242-6

Wilayah Bandung-Cimahi :

1. MADA Tlp. 0877-1525-1783

Wilayah Bekasi :

1. Ida Susweniati Indah Tlp. 0821-222-98-228

Wilayah Banten :

Wilayah Cirebon :

Wilayah Surabaya :

1. Mas Didik Tlp. 081-8032-80429

Wilayah Lampung :

Wilayah Bali :

1. Ki Margowaskitho Tlp. 081-337-311-686

Wilayah Kalsel :

Wilayah Makasar & Ujungpandang :

1. Bias Wilson Tlp.087-803-32-8889

Untuk menjadi distributor dapat menghubungi Admin CV Lakutama


Sunarto, S.Bud. Tlp. 08156-808-695
Atau email ke admin http://sanggar-lakutama.net
Negeri Penuh Teka-teki
HASIL QUICK COUNT PILEG 2009

PERINGKAT 10 BESAR

9 April Jam 23.00 WIB

1.       DEMOKRAT 20,31%

2.       GOLKAR 14,86 %

3.       PDIP 14, 06 %

4.       PKS 7,80 %

5.       PAN 6,05 %

6.       PPP 5,26 %

7.       PKB 5,18 %

8.       GERINDRA 4,17 %

9.       HANURA 3,48 %

10.     PBB 1,65 %


(diambil dari berbagai sumber media elektronika, hasil akan masih berubah)
 

Inilah wajah paling wajar geopolitik nusantara 2009. Yang tadinya nampak
sangat lantang perkasa, terbukti bagaimana? Yang tadinya terkesan lemah,
dihina kini seperti apa ? Yang tadinya bagaikan PAHLAWAN KESUCIAN
nasibnya seperti apa ? Yang tadinya berkoar penegak MORAL, kini terpuruk
seperti apa ? Rakyat terlalu pandai untuk dibohongi, terlalu kuat untuk
dizolimi, terlalu arif untuk dikibuli. Sebuah keluguan bukan pada kenaifan dan
kejujuran, namun LUGU dalam KECULASAN. Dan itu bukan terjadi pada rakyat
kecil yang naif, namun justru dilakukan sebagian “pembela rakyat” yang
berlagak pintar. Semua partai berlomba memperbaiki bangsa. Berlomba
menjadi jawara, memimpin menjadi yang terdepan. Namun semua itu,
siapapun yang menang dan kalah bukanlah hal penting. Ada yang lebih utama
mengatasi semua kepentingan golongan, kepentigan partai, kepentingan kelas
sosial, kepentingan suku dan agama, bukan juga kepentingan mayoritas.
Bukan lain yakni kepentingan bangsa, kepentingan nasional terletak di atas
semua kepentingan tersebut di atas. Bangsa adalah seluruh rakyat meliputi
semua agama, kepercayaan, budaya, suku, golongan, kelompok. Namun
bangsa itu tetap satu, yakni Bangsa Indonesia.

JANGAN JADIKAN POLITIK sebagai PANGLIMA !!

JANGAN PULA PERALAT AGAMA sebagai SENJATA !!

Jika keduanya tetap dilakukan, niscaya kerja keras dan perjuangan semua
akan sia-sia menjadi malapetaka besar menimpa bangsa tercinta.

 NEGERI PENUH MISTERI

 IMPERIALISME TELAH MENJAJAH SELURUH LINI

IMPERIALISME EKONOMI, IMPERIALISME IDEOLOGI  

DAN IMPERIALISME RELIGI

TELAH MENANCAPKAN CAKARNYA KE TUBUH BUMI PERTIWI

LAHIRLAH IDEOLOGI YANG TERLALU “KANAN” DAN “KIRI”

“KANAN” DAN “KIRI” BUKANLAH IDEOLOGI ASLI BUMI PERTIWI

NAMUN IDEOLOGI IMPOR LUAR NEGERI

 
NAMUN
SANG PUSAKA MERAH PUTIH
NASIONALISME
PANCASILA
BHINEKA TUNGGAL IKKA
MENJADI PUSAKA “GAIB” YANG SAKTI
SEBAGAI ROH BAGI BUMI PERTIWI
NAFAS HIDUP DAN JIWA YANG ABADI
TIDAK HANYA MENDARAH DAGING
NAMUN SUDAH MERASUK
KE DALAM TULANG & SUNGSUM
 
SEBUAH PEMBELAJARAN
BERULANG-KALI TERJADI
SIAPA YANG TERLALU “KANAN”
ATAUPUN TERLALU “KIRI”
PASTI AKAN RUNTUH, HANCUR MELEBUR
 
MENJADI BUKTI YANG TAK BISA KITA PUNGKIRI
DAN TAK AKAN TERGOYAHKAN
DARI DULU, KINI, DAN MUNGKIN…SELAMANYA
 

BIARKAN ORANG TERIAK LANTANG BAGAIKAN PAHLAWAN KESIANGAN

INGIN MERUBAH INDONESIA MENJADI TERLALU “HIJAU” DAN “KANAN”

YANG LAIN INGIN MERUBAH INDONESIA MENJADI TERLALU “KIRI”

BELUM JUGA MEREKA MENYADARI,

JIKA AKAN TERJUNGKIR PASTI

OLEH KEKUATAN PUSAKA PENUH MISTERI

 
PELAN NAMUN PASTI
NUSANTARA KEMBALI KEPANGKUAN
IBU PERTIWI
POLUSI ASING AKAN TERREDUKSI
ANASIR BURUK AKAN TERPURUK
SEGELINTIR ORANG SOK SUCI AKAN MATI
“KUNTUL YANG BERKUCIR” AKAN NGACIR
 

SEBUAH LAKU PRIHATIN YANG TERAMAT PANJANG BUMI PERTIWI

HINGGA SUATU SAAT NANTI KEJAYAANNYA PASTI AKAN KEMBALI

DIPUNDAK PARA GENERASI


YANG PEDULI PADA BUMI YANG DICINTAI
SEMUA SUDAH MENJADI KODRAT ILAHI
TAK LAGI BISA DIHINDARI
 
SEMUA INI TERJADI
KARENA  RUMUS TUHAN TELAH TERGELAR
DI JAGAD NUSANTARA YANG GUMELAR
 
KESADARAN NALAR TAK CUKUP MENJADI DASAR
UNTUK MEMBANGUN BANGSA YANG BESAR
DIPERLUKAN MEMAHAMI HAKEKAT DAN ESENSI
MELALUI KESADARAN TINGGI
YANG ADA DALAM RAHSA SEJATI
 
***

Like this:
  70 komentar

Yth Kangmas Sabdalangit,


pemaparan mas membuat sy melompat lompat, tiba2 seperti terjadi lompatan quantum
kesadaran, sebelum pemilu sempat memprediksi partai yg “kanan baget” ato “bersih
banget” ini bakal menyodok …tapi ternyata benar,paham “kanan” ato “kiri” itu bukan
asli bumi pertiwi…

wasalam
=============
Ya Mas Henriks…agama apapun tidak akan laku “dijual” utk meraih suara.
Memang agama menjadi salah satu landasan moral, namun seyogyanya agama
jangan dijadikan alat dan senjata politik. Sudah terbukti sejak dari zaman orla dan
orba bahkan lebih terbukti di saat orde reformasi, siapa yg memperalat agama
akan ngunduh wohing pakarti.
Rahayu

MISTERI DI BALIK MERAPI

Pada hari Rabu


tanggal 13 Oktober 2010, YM Sultan Adji Sulaiman Raja Kutai Kertanegara ke 18 memerintah pada
pertengahan abad 18, mengingatkan supaya segera melaksanakan perintah untuk ritual labuh ke puncak Gunung
Merapi.  Tak boleh mundur lagi. Batas akhir yang ditentukan adalah hari Jumat Legi, tanggal 15 Oktober 2010.
Secara logika, pada tanggal 13 Oktober 2010 saat itu status Gunung Merapi sudah berada pada status siaga (satu
tingkat di atas status waspada, satu tingkat di bawah status tertinggi awas), tak ada orang yang bersedia naik ke
Merapi jika tak ingin mati konyol. Namun apa boleh buat, sudah merupakan dawuh (perintah) dari para leluhur
agung, saya percaya 100% leluhur, tak ada perintah leluhur yang membuat celaka diri kita. Gaib pun tak pernah
bohong. YM Sultan Sulaiman berkata,”laksanakan segera nak, tidak baik menunda perintah, karena akan
melawan kodrat, jika Merapi kelamaan menahan letusan akan sangat berbahaya!. Apa yang kamu lakukan
bukan untuk kepentingan dirimu sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak, bangsa ini di waktu yad.
Sendiko dawuh Yang Mulia, siap laksanakan segera pada hari Jumat Legi besok, demi lahirnya Satriyo
Pambukaning Gapura. Kasihan rakyat sudah banyak yang menjadi korban.

Tampilnya satriyo baru, tentu membawa konsekuensi turunnya “satriyo” lama “di tengah
jalan”. Musti bagaimana lagi, jika seorang “satriyo” sudah tidak disengkuyung oleh para
leluhur besar dan para gaib bangsa ini, karena tiada menghargai kearifan lokal, tidak
menghargai pusaka nusantara. Itu sama saja tidak berbakti kepada bangsa dan para leluhur
besarnya sendiri. Alias menjadi generasi yang durhaka. Tentu saja akan selalu membawa
musibah dan bencana berkepanjangan tiada berhenti. Ibarat seseorang yang sakit parah,
sembuhnya kalau sudah mati. Maka, musibah dan bencana baru akan reda jika sang satriyo
lama itu telah lengser keprabon. Dengan penuh maaf. Apa adanya terpaksa harus saya
sampaikan.

Jumat Legi sore, ditemani 2 orang abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kami naik
ke puncak Merapi dalam cuaca hujan sangat lebat dan berkabut.  Benar saja, gunung paling
aktif di dunia itu seolah memberikan jeda tidak bergolak. Walau masih terasa saat tanah
bergetar  akibat gerakan magma dari dalam perut bumi. Kabar dari posko Merapi saat itu
statusnya pun ternyata turun menjadi waspada. Gunung Merapi mirip dengan makhluk hidup,
kali ini bagaikan anak kecil sedang merengek lalu tiba-tiba diam karena mendapat makanan
kesukaannya. Selesai acara labuh, hingga Sabtu siang tanggal 16 Oktober tiba-tiba Merapi
seperti mendapat komando, mulai bergolak lagi dengan 246 kali gempa vulkanik. Hari
minggu statusnya naik kembali menjadi siaga, lalu seminggu kemudian statusnya naik
menjadi awas. Perubahan status Merapi yang sangat cepat dan belum pernah terjadi selama
ini.

MEMBANGUN SINERGI DENGAN KOSMOS

Sedikit set back membahas


soal makna esensial ritual labuh. Ritual labuh (labuhan) atau larung sesaji bukan sekedar
latah ikut-ikutan saja. Larung sesaji yang melibatkan ubo rampe dan tata cara adalah soal
teknis saja. Lebih dari itu orang harus memahami hakekatnya. Yakni sebagai upaya manusia
memahami dan menghormati alam semesta beserta seluruh makhluk penghuninya sebagai
sesama ciptaan tuhan, derivasi kebijaksanaan alam semesta. Acara labuh sebagai salah satu
wujud adanya kesadaran kosmos, yakni tanggungjawab manusia tanpa kecuali untuk selalu
hamemayu hayuning bawana. Menjaga dan melestarikan alam semesta serta mengambil
manfaat secara  proporsional tanpa meninggalkan kerusakan. Kesadaran itu menjadikan kita
sebagai sosok manusia kosmologis. Berkesadaran spiritual tinggi yang selalu selaras, sinergis
dan harmonis dengan kodrat (hukum) alam semesta. Satriyo yang berjiwa kosmologis akan
selalu mendatangkan berkah dan anugrah bagi lingkungan alam dan seluruh isinya. Berkah
dan anugrah agung bagi keluarga, orang lain, dan masyarakat yang dipimpinnya.

Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap wilayah, atau lingkungan alam, memiliki tata dan
cara masing-masing. Beda masyarakat, berbeda pula adat istiadat, tradisi, dan budayanya.
Itulah makna kearifan lokal, yakni nilai luhur hasil interaksi manusia dengan lingkungan
alamnya yang kemudian melahirkan kearifan dan kebijaksanaan. Sehingga di dalam nilai
kearifan lokal (local wisdom) terkandung kesadaran akan jati diri suatu bangsa. “Jati diri”
yang meliputi karakter geografi, geologi, dan karakter sosialnya. Bagi siapa yang lebih
memahami “jati diri” tersebut, seseorang dapat bersikap lebih arif dan bijaksana dalam
menjalani tata kosmos kehidupan ini. Alias menjadi manusia yang tunduk patuh, manembah
kepada tuhan.

TIGA TITIK SENTRA SPIRITUAL

Merapi-Kraton-Laut Selatan merupakan tiga titik sentral dalam spiritual Jawa khususnya
Jogjakarta yang merangkum makna AGNI-UDAKA-MARUTA (AUM). Merapi
melambangkan unsur api atau agni. Merapi memiliki hakekat vertikal manembah kepada
Yang Transenden. Sehingga Merapi  bermakna sebagai jagad alit. Spiritual adalah urusan
pribadi dalam jiwa masing-masing orang (mikrokosmos). Kraton adalah sentral atau pancer
(guru sejati) yang meliputi pancer di dalam jagad alit (mikrokosmos) maupun pancer di
dalam jagad ageng (makrokosmos). Laut Kidul adalah bermakna spiritual horisontal.
Sedangkan Kunci gunung Merapi ialah pemegang amanat yang harus memiliki lakutama
(budi pekerti luhur) sebagai penghubung antara jagad alit dengan jagad ageng. Dalam
dirinya ada naar atau agni harus teratasi dengan nur atau cahyo sejati. Juru kunci
bertanggungjawab menselarasakan antara perilaku alam dengan perilaku manusia. Oleh sebab
itu jika juru kunci tidak mengenal alam dengan seluruh makhluk isinya akan berakibat fatal.
Dapat terjadi disharmoni antara mikrokosmos dengan makrokosmos. Tentu saja kekuatan
alam yang akan bekerja sesuai koridor keadilannya.

GAIB TAK PERNAH BOHONG

Jika ada yang


bilang gaib dapat berubah-ubah, kamuflase, dengan target untuk mengecoh pemahaman
manusia, itu bukanlah kesalahan gaib, melainkan kebodohan unsur “ke-aku-an” dalam diri
manusia. Yang selalu dilimput oleh imajinasi dan ilusi belaka. Senin tanggal 25 Oktober
2010 kami siap berangkat ke Balikpapan. Sejak hari Sabtu maskapai mengirim sms
pemberitahuan pesawat akan didelay selama 1,5 jam. Pada hari Senin sore kami check in,
kemudian bayar airport tax, dan masuk ke boarding room. Menunggu pesawat yang akan
membawa kami ke Balikpapan. Jam keberangkatan tinggal 15 menit lagi, boro-boro petugas
bandara mengumumkan para penumpang segera naik pesawat. Info jam berapa pesawat
pengangkut kami akan tiba di bandara saja tak ada kabarnya. Hari menjelang petang, kami
mulai ragu untuk melanjutkan perjalanan.
Pada saat terasa bosen menunggu pesawat, datanglah YM Sultan Sulaiman,”..nak…batalkan
saja keberangkatan ke Balikpapan. Jangan sanyang uangnya yang hangus. Para leluhur
juga tidak memperbolehkan berangkat saat ini. Tunda lah sejenak nak ! YM Sultan
memerintahkan supaya hari Selasa Pahing besok tgl 26 Oktober 2010 marak sowan (ziarah)
ke pasarean agung Kotagede, sowan Panembahan Senopati karena akan diberikan “sesuatu”.
Berarti musti membatalkan tiket pesawat. Sendiko…terpaksa bagasi saya ambil kembali, tiket
pun ditukar untuk jadwal hari rabu besok.

Besoknya, hari Selasa Pahing tanggal 26 Oktober 2010, kami marak sowan ke Panembahan
Senopati, Nyi Ageng Enis, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Ageng Mangir Wonoboyo.  Kali
ini, perintah langsung dari Panembahan Senopati, dan juga perintah dari YM Sultan Sulaiman
supaya sore itu pula berangkat naik Merapi ke dusun Kinahrejo rumah Mbah Marijan untuk
berbagai sembako, makanan, minuman, kepada para pengungsi di sana. Ternyata sinkron
dengan  kejadian malam Selasa Pahing, di mana beberapa hari sebelumnya hati ini merasa tak
enak, risau, khawatir campur  takut jika mengingat sosok Mbah Marijan. Ada apa gerangan?
Hal ini dipertegas  pada malam Selasa, di mana “badan alus” mbah  Marijan datang
menemuiistri saya, Mbah minta supaya dimintakan uang Pak Isran (Bupati Kutim) sebanyak
Rp. 700,-  Kami akan turuti keinginanmu Mbah!. Uang pun segera saya dapatkan langsung
dari Pak Isran. Bukankah Rp. 700,- di depannya ada unsur angka 7 (Jawa; pitu) bermakna
nyuwun pitulungan (minta pertolongan) dumateng Gusti Mahawisesa. Pertolongan yang
berkelipatan ratusan kali. Entah..pertolongan dalam wujud dan makna yang bagaimana,
menjadi teka-teki besar.

PERINGATAN KI JURUTAMAN

Selasa Pahing sore tanggal 26 Oktober 2010 setelah selesai kami marak sowan Panembahan
Senopati di pasarean Agung Kotagede, jam 16.00 WIB kami berlima berangkat menuju
rumah Mbah Marijan dengan tujuan untuk berbagi sembako, oleh-oleh makanan ringan, dan
menyerahkan uang Rp.700,- sesuai permintaannya. Jogja masih cerah, tetapi begitu
memasuki Jl Kaliurang KM 14 cuaca di sekitar Merapi berubah diselimuti kegelapan seolah
menyembunyikan sesuatu. Pukul menunjukkan 16.30 WIB suasana terasa misterius dan
mencekam, tiba-tiba menjadi sangat gelap seperti sehabis magrib. Lalulintas menuju
Kaliurang macet, padat merayap. Sesampai di Umbulharjo Kec Hargobinangun, jalan menuju
Mbah Marijan sudah ditutup rapat oleh aparat. Tak ada lagi kendaraan boleh naik. Tapi kami
merasa ada beban batin yang sangat berat jika gagal naik bertemu Mbah Marijan. Lalu saya
bilang ke aparat mau mengantarkan pesanan Mbah Marijan dan menjemput Mas Asih putra
Mbah Marijan, dan lajulah kendaraan mendaki jalan aspal tanjakan terjal menuju Kinahrejo
rumah Mbah Marijan yang jauhnya masih 2 km, atau kurang dari 4 km dari kawah Merapi.
Asap sulfatara mulai tercium menyengat, campur aduk antara aroma belerang, mesiu, infus,
bau seperti asap ledakan petasan sudah sangat keras menyengat lubang hidung membuat
nafas terasa sesak. Di tengah jalan kami sempat diberi peringatan oleh Ki Jurutaman, penjaga
gaib Gunung Merapi dari sisi Jogja. Ki Jurutaman menjulurkan telapak tangannya. Lima jari
yang terjulur kami maknai dengan dua peringatan. Pertama, mencegah supaya jangan naik
karena sangat berbahaya. Kedua, jika nekad naik pun sampai rumah Mah Marijan hanya
diberi waktu 5 menit. Baiklah Ki… saya berterimakasih atas peringatan yang diberikan.

PERTEMUAN TERAKHIR
Sesampai di rumah Mbah Marijan, begitu pintu mobil terbuka terasa
hawa agak panas dengan bau belerang, infus, messiu dan sangit. Saat itu sempat terdengar
sekali dentuman menggema cukup menggetarkan tanah. Kami berlima berbegas segera
menurunkan barang-barang bantuan pengungsi. Masuk ke ruang tamu ada Mbah Marijan
menyambut, tetapi hanya sedikit canda tawa, tidak seperti biasanya walaupun dalam sikond
yang genting. Kali ini tampak wajah agak pucat dan sedikit menampakkan kegelisahan
mendalam. Kami menurunkan sembako, kue, biskuit dll agar bisa digunakan bilamana
diperlukan bersama penduduk setempat pada saat situasi darurat. Mbah Marijan berucap yang
mengandung firasat,”wah..kok kathah sanget mangke mboten wonten ingkang nedhi”. Duh
kok banyak sekali nanti tak ada yang makan. Saya jawab,”nanti Mbah bakal banyak
kedatangan tamu”.

Berikut ini translate dialog bahasa Jawa saat-saat terakhir bersama Mbah Marijan di
rumahnya Dsn Kinahrejo kurang dari 4 km dari kawah Merapi.

Mbah Marijan (MM)

Saya dan Istri (S)

S;   Mbah…… saya ke sini untuk menyerahkan uang yang Mbah Marijan minta tadi malam
sebanyak Rp. 700,- sesuai permintaan Mbah. Pitung-atus gelo Mbah, supaya mendapat pitu-
lungan (pertolongan).

MM;  O inggih matur sembah nuwun. Lha pitulungan saking sinten ?

S;  Pitulungan saking Gusti sing nggawe urip Mbah !

MM;  Inggih kula tampi matur nuwun. Uang receh Rp.700,- dalam amplop dipegang-pegang.
Mbah panggil anak menantunya, “Mur… iki (uang Rp.700,-) wenehno mbah putri wae !.

S; Lho Mbah…(uang) niku kangge Mbah, lak panjenengan wau dalu to sing nyuwun
piyambak. Duwite receh dilebokne sak mawon Mbah. (Lho Mbah, uang itu untuk Mbah,
bukankah mbah tadi malam yang meminta sendiri. Uang receh 700 rupiah (logam) itu
dimasukkan saja di saku, jangan diberikan kepada siapa-siapa). Mbah Marijan cuma
tersenyum sambil ke tiga jarinya menutupi mulut, dengan gayanya yang kocak. Namun uang
700 rupiah tetap di serahkan kepada mBak Mur (menantu perempuan Mbah Marijan) minta
supaya diserahkan kepada Mbah Marijan Putri.

Sejenak kami diam tak bereaksi apapun, hanya tercenung dalam batin penuh rasa khawatir
kepada Mbah Marijan. Pada saat hening pukul 17.45 WIB tiba-tiba terdengar lagi dentuman
keras berasal dari arah kawah Gunung Merapi yang hanya berjarak kurang dari 4 km (areal
berbahaya berjarak sampai radius 10 km dari kawah). Tak lama hawa terasa berubah begitu
sesak, bau udara tiba-tiba seperti bercampur asap mesiu terakar, belerang, dan infus lebih
kuat dari sebelumnya.

TAMU TERAKHIR YANG HIDUP

Di ruang tamu tinggal kami berlima, dengan Mbah Marijan dan (Mas Iwan) satu orang
wartawan Vivanews. Istri saya berkata kepada Mbah Marijan yang terakhir
kalinya;”Mbah..bener enggak mau turun bersama kami? Mbah Marijan menjawab,”..o
injih..mangke Jam 12 malam”, sergahnya. (Ya, nanti jam 12 malam!). Tiba-tiba Ki
Jurutaman datang lagi, dan hanya berucap singkat,’mandap sakniki ! Injih ! (turunlah
sekarang juga!). Rokok yang hampir saja saya nyalakan langsung saya matikan. Istri saya
bilang, sekarang juga kita turun, waktunya 5 menit !! Tanpa berlama-lama lagi, kami berlima
pamitan Mbah Marijan yang saat itu mengenakan kemeja batik kuning gading dengan motif
berwarna hijau dan hitam dan mengenakan sarung kotak-kotak hitam bitu putih.

PERCAKAPAN TERAKHIR

S; Kalau begitu saya harus turun sekarang Mbah !!

MM;  Waduh…lha kok Cuma seperti mimpi. Mbok nanti…temani saya dulu.

S: Maaf Mbah…tempat ini tidak akan selamat…Ki Jurutaman sudah menyuruh kami turun.
Ayolah Mbah.

MM; Mbah Marijan hanya tersenyum kecil dan merangkul saya…

S; Dalam hati saya seperti mau menangis…saya merasa kuat sekali ini akhir dari pertemuan
kami. Akhir dari sejarah “persahabatan lahir” kami dengan Mbah Marijan. Serasa ada yang
berhenti di kerongkongan. Saya tak tega melihat wajah Mbah Marijan. Saya hanya bisa
mengelus punggungnya sambil berkata,”…Mbah…awake dewe donga-dinonga andum
slamet nggih !!! Mengko bar Merapi rampung hajate, tak anter makanan sing enak kangge
Mbah Marijan. (Nanti setelah Merapi hajatnya selesai, akan saya kirim makanan yang enak
untuk Mbah Marijan).

S; Saya salami dan ajak seorang wartawan,”Mas…ayo ikut turun sekarang..tak akan selamat
di sini !!. Ia hanya tersenyum kecil dan menunduk. Saya tak ada waktu berlama-lama.

MM; Di luar masih banyak orang ada sekitar 9 mobil parkir di halaman rumah Mbah
Marijan. Mbak Mur..menantu Mbah Marijan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan
tamu…,”Mbah…ayo keluar sebentar saja ! Sebentar saja ! Mbah Marijan ikut keluar
bersama Mbak Mur. Keluarga Mbah Marijan yang lainnya sudah dibawa mengungsi semua.

S; Di halaman ada 8 mobil tersisa. Ternyata 7 mobil adalah tamu Mbah Marijan yang baru
datang. Mbah Marijan tak mau menemui tamu lagi. Ia ngeloyor ke masjid tak jauh dari
rumahnya. Istri saya terpaksa menyuruh para tamu yang baru datang untuk segera turun lagi
karena sudah sangat berbahaya.

EVAKUASI DIRI
Para tamu dengan 7 mobil akhirnya turun bersama-sama melalui jalur bawah. Sempat
mengantri untuk keluar dari halaman. Saya ambil jalur yang naik ke arah Merapi, karena tak
ada satupun kendaraan yang melewati sana. Di dusun paling tinggi dan paling dekat dengan
Merapi yakni Blimbingsari sudah tak ada lagi orang tersisa. Sepi sunyi kabut asap sulfatara
sangat tebal dan begitu mencekam. Nafas menjadi sesak. Kap mesin mobil sudah mulai
kejatuhan kerikil dan pasir vulkanik. Tapi kendaraan kami tak bisa laju karena terhalang asap
tebal. Pasrah. Tanah seperti bergetar bagaikan irama telapak kaki raksasa. Benar saja..di
belakang kami ada Ki Jurutaman mengiringi langkah evakuasi kami. Wajar saja, Ki
Jurutaman tingginya sekitar 10 meter dengan tubuh tegap dan wajah yang lumayan cakap.
Setelah tersendat karena pandangan jalan kadang tak tampak, sementara sebelah kanan dan
kiri ada jurang, kami terpaksa berjalan sangat lambat. Di bawah tampak orang
berlarian..sementara mobil-mobil dan truk evakuasi penuh penumpang melaju ke bawah
menjauhi Merapi dengan kecepatan tinggi.

Sesampai di bawah bertemu Posko Pertama hanya ada para petugas tim SAR, tentara  dan
aparat keamanan yang sudah siap evakuasi diri pula. Sampai di Posko pertama (8 km dari
Merapi) kira-kira hanya 15 menit sejak meninggalkan rumah Mbah Marijan, kami mendapat
bayangan gaib, dusun Kinahrejo tempat rumah Mbah Marijan berada telah di sapu awan
panas hingga porak poranda. Jika dicocokkan waktunya ternyata tepat dengan kejadiannya.

JANJI KI JURUTAMAN

Banyak orang yang mengaku bersahabat dengan Merapi. Tetapi ironisnya, ia tak kenal
dengan Ki Jurutaman. Padahal Gunung Merapi dengan penjaga gaibnya bernama Ki
Jurutaman adalah dua makhluk tuhan yang bisa dipisahkan. Ki Jurutaman dulunya adalah
abdi dalem (pembantu) setia Panembahan Senopati (1550-1630) yang secara tak sengaja
makan “telur jagad” dari Kanjeng Ratu Kidul sehingga tubuhnya berubah menjadi tinggi dan
besar. Entah sejak kapan tepatnya, kemudian Ki Jurutaman diutus menjadi menjaga Gunung
Merapi agar supaya letusan tidak mengenai wilayah (Kraton) Jogjakarta. Sejak tahun 1600
terbentuklah perbukitan di lereng Merapi sebelah selatan. Dinamakan glacap gunung atau
punggung gunung. Masyarakat kemudian memberi nama sebagai GEGER BOYO (punggung
buaya) karena memang bentuknya mirip dengan punggung buaya. Geger boyo ini nyambung
dengan bukit Turgo yang juga berfungsi sebagai penahan guguran lava pijar ke arah Jogja.

Namun seperti di tulis dalam serat Jongko Joyoboyo, bahwa kelak Ki Sabdopalon dan Ki
Noyogenggong berjanji akan datang kembali untuk memberi pelajaran bagi orang Jawa
(nusantara) yang hilang kejawaannya (tidak memahami jati diri bangsanya). Tanda
kedatangannya antara lain runtuhnya GEGER BOYO Merapi. Sebelum tahun 2006 abu
vulaknik Merapi tak pernah mencapai kota Jogja. Namun sejak tahun 2007 debu vulkanik
benar-benar mulai dapat menjangkau kota Jogja (Jalan Gejayan). Peristiwa itu benar-benar
terjadi hanya sepekan setelah gempa Jogja pada 27 Mei 2006 yang lalu.

PERTEMUAN PERTAMA DENGAN KI JURUTAMAN

Pada bulan November 2005 kami pertamakalinya bertemu dengan sosok Ki Jurutaman
sewaktu berlibur di Kaliurang. Ki Jurutaman sudah hidup di alam sejati, ia tahu mana yang
bener dan pener. Setiap apa yang dikatakannya begitu bijaksana dan penuh kandungan makna
kehidupan yang sangat dalam.
Hanya sebatas perkenalan dan sempat kami berbincang singkat dengan Ki Jurutaman. Saya
mendapat kesimpulan bahwa Ki Jurutaman sudah berusaha untuk bersabar selama ratusan
tahun, tapi kini ia telah sampai pada patas akhir dari kesabaran. Selaras dengan komando Ki
Sabdopalon dan Noyogenggong bahwa kini saatnya manusia Jawa sudah harus diberi
pelajaran. Maka Ki Jurutaman pun telah enggan menjaga Jogja dari letusan Gunung Merapi
karena kecerobohan ulah manusia sendiri. Masyarakat telah melanggar wewaler atau
pantangan. Melanggar wewaler sama halnya merusak keharmonisan kosmologis, alias
bertentangan dengan hukum alam yang seharusnya manusia saling menabur welas asih dan
saling menghargai kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Banyak orang mabok agomo lan
donga, tidak memahami hakekat sejatinya hidup. Sudah banyak yang kajawan, hilang
hakekat kejawaannya. Ki Jurutaman hanya bilang ,”…wis mongso bodo-a ngger !
Sudahlah…terserah kalian saja aku nggak bisa menjaga lagi. Bebendu pasti akan datang
tanpa bisa dicegah, kecuali yang selalu eling dan waspada. Orang-orang yang setyo budya,
selalu ngugemi paugeran. Itulah wong-wong kang kenceng anggone gocekan waton. Kapan
bebendu bagi masyarakat Jawa yang telah berkhianat (durhaka) kepada alam dan para
leluhurnya sendiri, yakni dimulai dengan lindu gede (gempa besar) dengan tumbal ribuan
nyawa.

Benar saja, tanggal 27 Mei 2006 gempa dahsyat menghancurkan wilayah Jogja, Klaten,
Sleman, Bantul, sebagian wilayah Kulonprogo, Gunung Kidul dan sekitarnya. Sebanyak
hampir 8000 nyawa melayang dalam waktu hanya 15 detik.

KI JURUTAMAN SANG PENYABAR

Telah sekian lamanya Ki Jurutaman memendam rasa kecewa. Baik terhadap Kraton yang
melanggar paugeran. Bukankah ada paugeran bahwa Ratu Gung tak boleh jadi walang kaji.
Tetapi kenyataannya telah terjadi pelanggaran itu. Apalagi syarat utama seorang JURU
KUNCI adalah harus kenal, bisa srawung, dengan penjaga gaibnya. Adalah salah kaprah
anggapan orang bahwa Juru Kunci Merapi adalah orang yang menjadi penjaga Merapi.
Bukan itu maksudnya. Juru Kunci adalah ibarat “penyambung lidah” antara masyarakat gaib
dengan masyarakat wadag. Bagaimana bisa terjadi komunikasi yang harmonis bila seorang
Juru Kunci tidak mengenal dengan pimpinan masyarakat gaib. Padahal masyarakat gaib
adalah tetangga kita di manapun berada yang harus kita hargai sebagai sesama mahluk hidup.
Manusia mendem agomo terbiasa nglakoni mentang-mentang merasa paling, sehingga tanpa
disadarinya ucapan, sikap dan perbuatannya terkadang sangat melecehkan masyarakat lain
dimensi. Inilah sumber malapetaka, berasal dari sikap adigang adigung adiguna manusia
sendiri. Banyak orang tak tahu apa-apa tetapi merasa dirinya tahu segala hal, sehingga mudah
sekali mendiskreditkan orang lain. Salah dianggap benar, benar dianggap salah. Terjadi
wolak-waliking jaman.

Sekian lama Ki Jurutaman menjadi obyek penderita dan selalu bersabar. Semakin luntur rasa
welas asih masyarat karena terkena dampak berbagai doktrin dan dongeng. Dan saat ini Ki
Jurutaman telah tak mampu lagi menahan kesabarannya. Ki Jurutaman marah besar. Hingga
mengerahkan ribuan Banaspati bersama serangan awan panas dan lava pijar, yang
meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya. Ia tidak lagi mau menjaga (Kraton) Jogja
dan masyarakat kereng Merapi dari letusan Gunung Merapi. Tanggal 29 Oktober 2010 hari
Sabtu dini hari (jam 00.45 wib) Merapi kembali meletus lebih dahsyat selama 30 menit lebih.
Abu vulkanik benar-benar membuat sejarah baru mencapai kraton Kraton dan wilayah kota
Jogja, bahkan hingga mencapai laut selatan. Ini kejadian yang sangat langka, jika tak bisa
dikatakan belum pernah terjadi. Sekaligus menjadi peringatan besar, sekaligus sebagai bahasa
alam yang mengisyaratkan teguran terhadap sikap dan kebijaksanaan manusia yang semakin
ceroboh dan kacau. Di mana sikapnya menjadi cerminan akan rendahnya kadar kesadaran
spiritual manusia.

PERTEMUAN DUA KEKUATAN BESAR

Makrokosmos adalah makhluk hidup pula. Atau setidaknya pernah hidup dan kini hidup
dalam fase-fase selanjutnya. Apapun wujud makhluk, jika manusia mensia-siakan, pastilah
akan menuai celaka. Hari Jumat tanggal 29 Oktober 2010 setelah saya mengantar pulang Pak
Bupati Bulungan ke Bandara Adisucipto, sewaktu pulang di tengah jalan melihat naga bumi
yang bagi masyarakat umum sekilas tampak seperti awan berbentuk naga. Naga bumi dengan
mulut menganga dan bertanduk, bergerak cepat dari selatan (laut kidul) ke arah utara bersatu
dengan awan raksasa yang berada di samping Merapi. Peristiwa ini hanya terjadi sekitar 5
menit dengan disaksikan semua orang yang berada di dalam kendaraan kami. Setelah itu
muncul awan pertanda akan terjadi bencana besar dengan korban yang cukup besar pula. Jika
disimpulkan, dua kekuatan besar yakni dari laut selatan (naga bumi) dan gunung berapi
(baru-klinting di bawah komando Ki Jurutaman) bergabung untuk membangun kekuatan
besar yang dapat menggegerkan jagad Jawa. Awan yang mengisyaratkan bencana dengan
korban banyak masih akan terjadi. Dengan kata lain 38  nyawa korban Merapi belumlah
cukup.

Saat itu Ki Jurutaman sempat memberikan sinyal yang dapat kami tangkap seperti di bawah
ini ;

1. “Hajatan” Gunung Merapi sebagai ekspresi kemurkaan Ki Jurutaman atas


penghianatan manusia Jawa, yang telah hilang kejawaannya. “Hajatan” akan
berlangsung selama 35 hari. Terhitung sejak hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010.
2. Kemurkaan Ki Jurutaman adalah hukum keseimbangan alam di mana telah terjadi
ketidakselarasan antara “langkah” manusia dengan “hukum alam semesta”.
3. Terjadi ketimpangan “karakter”, perilaku, behavior, antara makrokosmos dengan
mikrokosmos. Sehingga terjadi kondisi di mana terdapat kecenderungan antagonis
antara wujud alam yang berbeda namun unsurnya berasal dari materi yang sama.

Bergabungnya dua kekuatan besar tentu akan membawa karakter berbeda dari letusan-
letusan  Merapi sebelumnya. Merapi memang selalu menyimpan beribu misteri. Kraton Jogja
pun sebagai soko guru spiritual kosmologis keadaannya kian terpuruk. Walaupun seandainya
menyadari apa yang terjadi dan tahu harus bagaimana. Toh jika memberikan perintah kepada
masyarakat pun tak digubris. Dalam kondisi alam seperti ini, jikalau masyarakat diperintah
untuk selalu membuat teh dan kopi tubruk setiap hari dan disajikan di ruang tamu mungkin
dianggap sia-sia. Sebagian masyarakat malah menganggapnya sebagai tahyul dan mitos
belaka seperti ungkapan presiden SBY tempo hari. Anda percaya atau tidak, musibah dan
bencana baru akan reda jika SBY turun tahta. Silahkan ditunggu, dan dicermati, agar bisa
membuktikan ucapan ini. Toh paling lama, tahun 2012 SBY akan lengser keprabon.

SOSOK MISTERIUS

Selain unpredictable, kali ini Merapi merubah karakter tidak seperti biasanya. Setiap Gunung
Merapi mau meletus selalu menyelimuti dirinya dengan awan dan mendung. Awan pun selalu
menyebar ke segala penjuru. Sehingga puncak Merapi tak dapat diamati dengan mata wadag.
Arah guguran lava pijar dengan tebaran abu vulkanik sulit diprediksi dengan berbagai
teknologi canggih. Kadang terjadi kontradiksi di antaranya. Guguran lava mengarah ke
selatan, tetapi abunya ke utara dan timur. Sementara angin yang bertiup dari arah timur dan
selatan. Tahu-tahu awan panas menyapu beberapa wilayah dengan kecepatan tinggi. Satu jam
sebelum meletus, bahkan Merapi tampak sangat tenang. Bahkan seringkali tidak didahului
tanda meningkatnya gempa vulkanik terlebih dulu sebelum meletus.

Lain dari letusan-letusan sebelumnya, bagi masyarakat awam kali ini terdapat keanehan,
setiap yang dilewati tidak sekedar hangus, namun porak poranda, rumah-rumah hancur lebur,
pohon-pohon besar dan kecil tumbang. Namun selalu saja, pendapa tempat acara ritus sakral
yang hanya berjarak 1 km di bawah kawah Merapi tetap utuh dan selalu terjaga dari terjangan
awan panas. Sebenarnya bukanlah hal aneh, jika anda semua berusaha konsentrasi hening
batin akan menyaksikan sendiri, terjangan awan panas (wedhus gembel) bukanlah sekedar
debu vulkanik berwarna coklat kemerahan dengan suhu 700-800 derajat. Namun tampak
puluhan bahkan ribuan makhluk semacam banas pati (raksasa kecil dengan wujud api) yang
seolah mencari mangsa dengan ganasnya.

Banaspati dari unsur api, tidak berbenturan dengan segala sesuatu unsur tanah. Bahkan unsur
api hanya bisa diredam oleh unsur tanah. Makan rumus keselamatan dimaknai apabila
manusia selalu eling dan waspada, dengan cara mulat laku jantraning bumi. Manusia yang
membangun sifat seperti bumi. Lembah manah (rendah hati), andap asor (santun), selalu
menebar berkah kepada siapapun yang ada di sekelilingnya, baik makhluk hidup, tak hidup,
manusia, binatang, dan tumbuhan. Sekalipun diinjak-injak tetap saja memberikan berkah
kepada seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa pernah pilih kasih. Sementara itu Banaspati
adalah gambaran sifat angkara murka. Sifat panasten, iri hati, buruk sangka, suka marah-
marah (bahkan sampai mengklaim sebagai mewakili kemarahan tuhan). Sifat Banaspati ini
akan sirna jika manusia telah menyerap sifat-sifat bumi (tanah). Itulah pelajaran dari alam
semesta sebagai “ayat-ayat” yang tersirat, disebut sebagai sastrajendra. Papan tanpo tulis.
Ilmu sejati yang tidak ditulis dalam buku. “Kitab universal” yang sesungguhnya dapat
menjadi pegangan manusia sejagad tanpa pengecualian suku, budaya, dan agama.

Nagabumi adalah makhluk tuhan retasan alam semesta juga. Mereka mewakili unsur bumi,
karena memang hidupnya menyatu di dalam kedalaman tanah. Nagabumi dapat mewakili
ketidakterimaan alam semesta atas ulah manusia yang begitu cerobohnya, sehingga jebol lah
lumpur Lapindo di Sidoarjo akibat amukan Nagaraja (jantan) karena tidak terima Nagagini
(betina) tertancap mata bor pada saat pengeboran gas oleh PT Lapindo Brantas. Nagabumi
adalah bagian dari “masyarakat” Kraton Pantai Laut Selatan, yang dipimpin oleh entitas
widodari yang turut menjaga keseimbangan makrokosmos. Di Gunung Lawu sana ada entitas
bidadari pula yang selalu ngrekso hargo bernama Dewi Untari atau Dewi Nawang Sari anak
putrinya Dewi Nawang Sih. Tentu saja, hal-hal sepeti ini bagi yang tidak pernah
menyaksikan kebesaran gaib seolah hanya sekedar dongeng kibulan.

Kini nagabumi dan banaspati telah bergabung melakukan show off force. Paling tidak
berbagai peristiwa ini dapat menyadarkan diri kita bahwa kita bertetangga dengan ragam
kehidupan yang sangat kompleks. Jadi jangan lah mentang-mentang selalu RUMONGSO
BISO. Tetapi jadilah manusia yang BISO RUMONGSO.

TAHYUL ITU APAKAH SEPERTI INI

Selama kurang dari seminggu Merapi tiap hari meletus. Tiga kali pula dalam seminggu, kami
harus relakan tiket hangus karena membatalkan keberangkatan menuju Kaltim untuk
laksanakan tugas dan pekerjaan berat. Akhirnya, pada hari sabtu malam minggu, salah satu
leluhur Ki Ageng Mangir Wonoboyo sehabis menggembleng cucu canggahnya di puncak
Merapi yang masih sangat panas itu, beliau sekalian bertemu Ki Jurutaman. Mbah Mangir
minta supaya Ki Jurutaman meredam Merapi sejenak, karena anak turunku mau pergi ke
Kaltim, jangan sampai ada abu dan awan panas yang menganggun perjalanan (pesawat)
menuju Kaltim. Kata Mbah Mangir, tadi Ki Jurutaman sudah bilang sendiko dawuh. Kata Ki
Jurutaman, meletus yang lebih besar lagi nanti setelah kembali di Jogja lagi. Kenapa begitu,
karena biar konsentrasi kami pada acara besar di Kaltim tidak terganggu. Karena kalau
Merapi meletus besar kami selalu memikirkan nasib dan keselamatan sanak sodara, handai
taulan, teman yang berada di Jogja. Mudah-mudahan perjalanan besok pagi (Senin 1
November 2010) benar-benar terlaksana tidak terancam batal lagi.

Wah, kirain dongeng atau khayalan tahyul saja. Ternyata gaib memang tak pernah bohong.
Begitu mendarat di Sepinggan Balikpapan jam 11 Wita (jam 10 Wib), sebentar kemudian
dengar kabar Merapi meletus cukup besar jam pada jam 10.05 Wib. Hari Rabu 3 Nov kami
harus segera kembali ke Jogja. Turun dari pesawat jam 10.30 Wib. Tak lama kemudian jam
mulai 11 status Merapi kembali mengalami krisis hingga terjadi letusan dengan skala 3 kali
lebih besar dari pada hari selasa 26 Oktober kemarin. Masih beruntung, hujan lebat
mengguyur seputar Merapi hingga di daratan menimbulkan banjir lahar dingin yang
mengerikan. Sementara di atas sana beterbangan awan panas yang tengah mencari mangsa.
Matur sembah nuwun Ki Juru.

Apa kata Ki Jurutaman? Ia bilang letusan Merapi masih lama baru akan berhenti. Setidaknya
akan memakan waktu selapan dino (35 hari). Meletus dahsyat tanpa bisa disaksikan dengan
mata wadag. Merapi tidak lagi seperti dulu suka pamer lava pijarnya yang sangat indah
sekaligus mengerikan. Kini Merapi selalu membuat “serangan” secara tersembunyi di balik
mendung dan kabut tebal. Melalap ke segala penjuru. Sepertinya, erupsi kali ini benar-benar
merepresentasikan batas kesabaran alam yang telah sekian lamanya dipertahankan.
Bagaimanapun juga Ki Jurutaman adalah entitas manusia, yang kesabarannya masih ada
batasnya. Siapakah yang keterlaluan? Tentu saja bukan Ki Jurutaman, melainkan ulah
manusia yang memang sudah benar-benar di luar batas peri kemanusiaan. Baik pejabat, tokoh
masyarakat, tokoh religi, maupun rakyat jelatanya. Ini baru permulaan. Oleh sebab itu, tak
lama lagi si komandan gunung api akan melakukan letusan jauh lebih dahsyat lagi. Jangan
kaget jika sudah tiba waktunya, radius 30 km pun bukan merupakan daerah aman dari
terjangan awan panas. Saat kami menulis kisah ini, tercium bau bangkai dan darah yang gosong terbakar.
Bau-bau misterius mirip seperti saat 1 jam menjelang dusun Kepuh Harjo, Kinah Rejo, Blimbing Sari sebelum
luluh lantak diterjang awan panas. Semoga bau ini bukan lah pertanda Merapi masih akan makan korban lebih
banyak lagi.

FENOMENA AWAN PETRUK

Petruk adalah salah satu Punakawan. Di antara para


punakawan yang lain misalnya Ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Setelah sesepuh
Punakawan Ki Lurah Semar (Ki Sabdopalon) moksa karena enggan mengikuti perpindahan
kepercayaan rajanya Brawijaya V.  Lantas sebelum moksa Ki Lurah Semar berjanji kelak
setelah 500 tahun lebih sedikit (terhitung sejak abad 15) akan “menagih janji” untuk
mengembalikan kejayaan nusantara seperti pada masa kejayaan Majapahit. Diyakini Petruk
Kanthong Bolong adalah sang punakawan yang akan datang “menagih janji” kepada para
pemimpin dan nusantara.

SUMATERA BELUM USAI BERDUKA !

Teruntuk para sedulur berada di wilayah Sumatra Barat sana. Gempa dan stunami
Mentawai barulah sekedar warning atau peringatan dini. Seperti sudah ada dating saja
sebelumnya. Selasa Pahing tanggal 26 Oktober 2010 adalah waktu yang hampir bersamaan
meletus lah Merapi di Jogja-Jateng dan gempa-tsunami di Mentawai. Kami tetap selalu
memohon dan melakukan ritual sebisa kami lakukan untuk keselamatan kita semua di negeri
ini. Semoga gempa dan tsunami sudah tidak akan menyapu wilayah Sumatra Barat. Dan
Merapi tidak meletus lebih besar lagi. Walau harus ku akui, sangat terasa permohonan
kami begitu  hambar. Karena sulit sekali menutup gejolak perasaan hati ini. Puncak
bencana belumlah berakhir. Nuwun sewu saya harus sejujurnya mengatakan,“apalagi selama
pak presiden masih duduk di tahta nusantara. Para leluhur dan masyarakat gaib pun telah
enggan. Maaf kata, bahkan restu leluhur pun hanyalah dianggap tahyul. Nah..inilah kekalahan
manusia dari insting binatang yang lebih tahu tentang kearifan lokal. Kesadaran manusia
masih dibawah kesadaran kosmos para sedulur binatang. Binatang tahu kapan Merapi akan
meletus. Kapan akan terjadi gempa dan tsunami. Binatang lebih tahu kapan mereka harus
turun menjauhi kawah Merapi, atau harus lari ke bukit menjauhi hempasan gelombang
tsunami. Mari kita berguru saja kepada binatang.
Memahami Tradisi Bulan Arwah
Tradisi Ruwahan

Tradisi Ruwahan berisi kegiatan melaksanakan ritual yang dilakukan pada saat datangnya
bulan Ruwah atau bulan Arwah. Bulan Arwah kali ini jatuh pada hari Kemis Legi tanggal 21
Juni 2012. Umumnya tradisi Ruwahan dilakukan pada tanggal 1 bulan Arwah atau Ruwah.
Tahun ini dilakukan pada (kalender Jawa) surya kaping 01 wulan Arwah 1945 warsa Wawu
bertepatan tanggal 21 Juni 2012 bertepatan dengan atau tanggal 01 Syaban 1433 H. Bagi
masyarakat Jawa khususnya bulan Arwah mempunyai makna penting sebagai momentum
bagi semua yang masih hidup untuk mengingat jasa dan budi baik para leluhur, tidak hanya
terbatas pada orang-orang yang telah menurunkan kita, namun juga termasuk orang-orang
terdekat, para pahlawan, para perintis bangsa yang telah mendahului kita pindah ke dalam
dimensi kehidupan yang sesungguhnya. Bulan Arwah juga merupakan saat di mana kita
harus “sesirih” atau bersih-bersih diri meliputi bersih lahir dan bersih batin. Membersihkan
hati dan pikiran sebagai bentuk pembersihan dimensi jagad kecil (mikrokosmos) yakni diri
pribadi kita meliputi unsur wadag dan alus, raga dan jiwa.

Tidak  hanya sebatas pembersihan level mikrokosmos, selebihnya adalah bersih-bersih


lingkungan alam di sekitar tempat tinggal kita, membersihkan desa, kampung, kuburan, 
sungai, halaman dan pekarangan di sekeliling rumah, tak lupa membersihkan semua yang
membuat kotor dan jorok dalam rumah tinggal kita. Bagi petani tak luput pula bersih-bersih
sawah dan ladang. Semua itu sebagai bentuk pembersihan dimensi jagad besar
(makrokosmos).

Selain makna tersebut, ritual ruwahan merupakan wujud bakti dan rasa penghormatan kita
sebagai generasi penerus kepada para pendahulu yang kini telah disebut sebagai Leluhur
(Jawa) atau Karuhun (Sunda). Pelaksanaan ritual ruwahan bukan tanpa konsep dan prinsip
yang jelas. Ruwahan didasari oleh kesadaran spiritual masyarakat kita secara turun-temurun,
di mana kita hidup saat ini telah berhutang jasa, berhutang budi baik kepada alam dan para
leluhur pendahulu yang telah mendahului kita. Tak ada cara yang lebih tepat selain harus
berbakti, setia dan berbakti kepada para leluhurnya yang telah mewariskan ilmu dan harta
benda, termasuk bumi pertiwi, yang dapat dimanfaatkan oleh anak turunnya hingga saat ini.
Ritual tradisi Ruwahan sebagai bukti kesetiaan dan sikap berbakti kepada lingkungan alam
yang telah memberikan berkah berupa rejeki, tempat berlindung, hasil bumi, oksigen dan
sebagainya. Karenanya hanya dengan kesetiaan serta berbakti, kita menjadi generasi penerus
yang tidak mengkhianati leluhur, bangsa dan bumi pertiwinya. Berkhianat kepada para
leluhurnya sendiri, maupun kepada bumi pertiwi di mana tempat kita menyandarkan hidup
sudah pasti akan menyebabkan suatu akibat buruk. Pengkhianatan (ketidaksetiaan) dan
kedurhakaan (tidak berbakti)  yang dilakukan generasi penerus, akan menimbulkan
kesengsaraan pada diri pribadinya (mikrokosmos) dan sangat memungkinkan tertransformasi
ke dimensi makrokosmos lingkungan alamnya. Sebaliknya, kesetiaan pada bumi pertiwi 
yakni bumi di mana nyawa kita berpijak, kita hirup udara, kita mencari makan, dan berbakti
kepada para leluhur yang menurunkan kita, merupakan satu rangkaian berupa kunci meraih
kesuksesan hidup secara hakiki. Ketenangan, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan lahir
dan batin akan berlimpah menghampiri kita setiap saat.

APA YANG TERJADI ?

Namun yang paling penting dari tradisi Ruwahan yang sudah turun temurun sejak ratusan
atau bahkan mungkin ribuan tahun silam itu adalah terjadinya interaksi dan bahkan
komunikasi dua pihak. Yakni pihak orang-orang yang masih hidup dengan pihak leluhur.
Bahkan saat bulan Arwah tiba, para leluhur menghentikan “aktivitasnya” untuk suatu
“aktivitas” khusus yakni menyambut anak cucu keturunannya, maupun semua orang yang
melakukan kegiatan bakti kepadanya, yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan seperti
membersihkan makam, sedekah dan sesaji, komat-kamit mengucapkan doa, dikir,
mengucapkan mantera dan berbagai kalimat yang keluar dari hati nuraninya yang intinya
berusaha sambung rasa dengan para leluhurnya. Artinya sejauh apa yang dapat kami
saksikan, Tradisi Ruwahan ternyata bukanlah kegiatan yang sia-sia saja. Selain manfaat yang
nyata dari kegiatan kebersihan, sungguh ada makna tersirat yang mendalam dan manfaat
inheren yang sangat besar di dalamnya. Manfaat itu akan dialami bagi siapapun yang tulus
dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Sebab apa yang saya dan teman-teman
pernah saksikan, pada bulan arwah ini komunikasi dan interaksi dengan para leluhur terjadi
lebih intens. Bisa diartikan bahwa para leluhur juga menganggap bulan arwah ini sebagai
momentum rutin yang dulakukan setahun sekali untuk lebih intens berkomunikasi dengan
anak cucu keturunan dan semua orang yang menghaturkan sembah bekti kepadanya. Itu
artinya, leluhur mencurahkan perhatian kepada siapapun yang mewujudkan sembah baktinya
kepada leluhur. Perhatian leluhur tidak sekedar “sowang-sowang nyawang saka kadohan”
atau mengikuti sepak terjang kehidupan anak cucu keturunannya, lebih dari itu, mereka
bahkan membimbing dan mengarahkan apabila anak cucu keturunannya akan menempuh
jalan yang salah. Leluhur yang semakin tinggi derajat kemuliaannya tentu akan lebih mampu
melakukan segala sesuatu kepada anak cucu keturunannya dan semua orang yang berbakti
kepadanya. Anda jangan pernah pesimis tidak yakin apakah leluhurnya ada yang berprestasi
meraih kemuliaan yang sejati. Di antara sekian ribu leluhur kita tentu tidak hanya satu dua
saja yang mencapai kamulyan sejati. Persoalannya kemudian ada pada diri kita masing-
masing, apakah masih mau menganggap penting sikap berbakti pada leluhur ataukah
sebaliknya menganggap mereka sudah tak bisa apa-apa lagi, nun jauh di negeri antah
berantah, tak bisa lagi berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak cucu keturunannya. Atau
sikap lebih ekstrim yang menganggap interaksi dan kehadiran leluhur sebagai perwujudan
godaan iblis setan jin peri prayangan. Jika demikian yang terjadi sangat mungkin leluhur
sudah enggan membimbing dan mengarahkan kita sehingga sikap ekstrim kita semakin
menjadi-jadi. Namun juga tak jarang terjadi sebaliknya, pada saat ada salah satu anak
keturunannya bersikap terlampau ekstrim, ada satu dua leluhurnya yang kemudian
menyadarkannya.

TATA CARA TRADISI RUWAHAN


Tradisi Ruwahan mempunyai tatacara yang sederhana saja. Yakni diawali dengan membuat
sesaji, yakni sesuatu yang bermakna. Berupa kolak pisang, kolak ubi jalar, ketan kukus, serta
makanan tardisional bernama kue apem. Kolak pisang dan ubi jalar berupa kolak kering
(hanya direbus dengan air gula dan santan kelapa, jangan lupa ditambah sedikit garam agar
lebih nikmat). Dapat juga ditambahkan dan ditambahkan sedikit garam, kayu manis, dan
cengkeh. Sementara itu kue apem dibuat dengan bahan dasar terdiri dari tepung beras, gula
jawa atau gula merah, bisa juga ditambah santan kelapa dan parutan kelapa sesuai selera.
Adapula yang menambahkannya dengan buah nangka ke dalam adonan kue apem.
Selanjutnya adonan dicetak bundar-bundar di atas tungku api. Untuk ketan, cukup dikukus
atau diliwet sebagaimana umumnya memasak ketan. Lihat gambar. Setelah ubo rampe sesaji
ruwahan selesai dibuat dan siap saji, selanjutnya siap untuk dibagi-bagikan kepada para
tetangga. Upayakan kita berbagi minimal kepada 7 kk, sukur bisa lebih hingga 17 kk. Seluruh
sesaji itu seluruhnya berupa makanan tradisional. Mengapa demikian, tentu saja leluhur yang
hidup di masa lalu kemungkinan besar makanan favoritnya sebatas sebagimana sesaji yang
ada di dalam tradisi ruwahan itu. Barangkali kelak jika kita semua telah menjadi leluhur akan
mempunyai selera makanan yang berbeda. Hal itu menentukan pula ragam sesajinya. Karena
leluhur dapat menyampaikan pesan-pesan kepada anak cucu keturunannya atau orang-orang
yang mampu berkomunikasi. Ada yang melalui mimpi, bisikan atau wisik, melalui suatu
pertanda alam, melalui rasa sejati, dan bahkan melalui penglihatan visual. Selain alasan di
atas, makanan tradisional yang dipilih dalam sesaji tentunya masing-masing mempunyai arti.
Sehingga dapat dikatakan, makanan atau ragam sesaji merupakan bahasa simbul yang dapat
mewakili sejuta kata dan ribuan kalimat. Dengan sesaji, maksud dan tujuan yang sangat luas
jika dijabarkan satu-persatu, dikemas menjadi ringkas padat dan berisi. Sebagaimana pepatah
dalam spiritual Jawa yang mengatakan,”ngelmu iku yen ginelar bakal ngebaki jagad, yen
ginulung sak mrico jinumput”. Ilmu jika digelar akan memenuhi jagad raya, jika dilipat
(diringkas) dapat menjadi sekecil biji merica.

Ragam & Makna Sesaji Tradisi Ruwahan

1. Ketan; “ke-mut-an” artinya terkenang, teringat. Maksudnya


teringat akan apa yang dilakukan di masa lalu. Jangan melupakan sejarah (jasmerah),
yakni jasa kepahlawanan, pusaka warisan, dan peninggalan para leluhur yang hidup di
masa lalu. Yang dapat dinikmati oleh generasi penerus, anak turunnya yang hidup di
masa kini. Ketan bersifat lengket bermakna pula harapan adanya tali rasa yang akan
menjadi perekat hubungan antara leluhur dengan anak cucu keturunannya dan semua
orang yang menghaturkan sembah bakti kepadanya. Bahasa prokemnya “keep
contact”.

2. Kolak pisang ; mewakili pala gumantung, hasil bumi yang


buahnya menggantung. Dibuat untuk mengingatkan kita selalu teringat akan
kesalahan (Jawa; keluputan) yang pernah kita lakukan kepada orang tua dan para
leluhur serta kepada Sang Jagadnata. Sehingga kita menjadi orang yang selalu
mengevaluasi diri dan setiap saat mau berbenah diri. Selain itu, pala gumantung
mengingatkan kita supaya batin dan rasa sejati masih tetap tersambung dengan Gusti
Sang Jagadnata, termasuk kepada para leluhurnya yang telah hidup di alam sejati.
Pisang sebagai pala gumantung mengingatkan kita, hendaknya selalu memiliki sifat
tabiat langit atau angkasa. Sebagaimana telah saya posting di dalam Pusaka Hasta
Brata, dikiaskan sebagai mulat laku jantraning akasa. (lihat dalam Pusaka Hasta
Brata).

3. Kolak ubi jalar ; mewakili pala kependem, hasil bumi yang


buahnya berada di dalam tanah. Dibuat untuk melambangkan adanya kesalahan para
leluhur kepada sesama manusia. Selain itu, pala kependem, memiliki pesan bahwa
manusia hendaknya tetap berpijak di bumi. Memiliki sifat-sifat humanis, serta mulat
laku jantraning bumi, yakni perilaku manusia yang andap asor tidak sombong,
congkak, takabur, sikap mentang-mentang, golek benere dewe, golek butuhe dewe,
golek menange dewe.  Sebaliknya harus mencontoh sifat-sifat bumi yang selalu
memberikan berkah sekalipun bumi diinjak-injak oleh manusia dan seluruh makhluk
penghuninya. Pala kependem yang diolah menjadi makanan kolak ubi jalar,
mengingatkan kita hendaknya menjadi orang selalu melakukan “tapa mendhem”
(bertapa mengubur diri) yakni mengubur segala amal kebaikan yang pernah kita
lakukan pada orang lain dari ingatan kita. Agar supaya tidak mencemari ketulusan
kita dan di suatu saat tidak membangkit-bangkit kebaikan kita pada orang lain. (lihat
dalam Pusaka Hasta Brata).

4. Apem ; dibuat untuk melambangkan adanya harapan suatu


ampunan akan kesalahan di masa lalu. Kue apem berbentuk bundar atau bulat
melingkar. Sebagai perlambang adanya kebulatan tekad dalam melaksanakan ritual,
yakni kemantaban hati untuk mewujudkan rasa berbakti   kepada leluhur bukan hanya
sebatas lips-service, sebatas ucapan dan kata-kata dalam doa. Lebih dari itu
diwujudkanlah dalam sikap, tindakan, dan perbuatan nyata dalam kehidupaan sehari-
hari, dalam hal ini kegiatan bersih-bersih meliputi jagad kecil dan jagad besar. Di
dalam kue apem terdapat bahan-bahan berupa beras ketan, kelapa/santan, gula dan
sedikit garam, serta bahan pengharum makanan. semua bahan dibuat adonan,
kemudian dibakar dalam cetakan bundar-bundar. Semua itu memuat pesan yakni
adanya proses dalam kehidupan dan pentingnya penyelarasan dan harmonisasi antara
jagad kecil dengan jagad besar dalam kehidupan semesta ini.

5. Berbagi Sedekah. Selanjutnya semua ubo rampe dapat dikemas


dalam dus, atau cukup disajikan di atas piring untuk selanjutnya dibagi-bagikan
kepada para tetangga. Maknanya adalah manusia hidup di bumi ini hendaknya mau
saling berbagi, bersedekah, dan berwatak saling mengasihi, welas asih, asah asih
asuh kepada sesama dan seluruh makhluk.

Setelah berbagi makanan ubo rampe sesaji tersebut kepada para tetangga, barulah selanjutnya
diisi dengan kegiatan ziarah atau menabur bunga ke makam para leluhurnya sendiri satu
persatu. Ziarah bisa dilakukan pada hari berikutnya, karena waktunya tersedia cukup leluasa
hingga sebulan penuh selama bulan Arwah belum habis.

Makna Ritual

Selama bulan arwah atau Ruwah, masyarakat melakukan ritual bersih-bersih desa, kampung,
makam, dan rumah.

1. Bersih-Bersih Makam; merupakan wujud kesetiaan dan rasa berbakti generasi


penerus atau anak turun kepada para leluhurnya. Kesetiaan dan bakti akan tumbuh
seiring kesadaran spiritual seseorang yang dapat memahami betapa kita hidup
sekarang ini telah berhutang budi, berhutang nyawa, berhutang kemerdekaan bangsa,
berhutang hutan yang hijau dan tidak rusak, sungai yang jernih, lautan masih
menyimpan kekayaaan besar, berhutang budi baik dan pengorbanan, maupun
berhutang harta benda warisan dari orang-orang yang menurunkan kita semua.
Bersih-bersih makam merupakan salah satu cara berbakti yakni untuk membalas
kebaikan para leluhur atau pendahulunya.
2. Bersih-bersih sungai, desa, ladang dan rumah; merupakan wujud penghargaan dan
rasa terimakasih kita kepada alam, kepada bumi yang telah melimpahkan rejeki bagi
manusia. Tanah yang subur, hutan yang menghijau, sungai-sungai mengalir jernih.
Semua itu merupakan berkah agung dari Sang Hyang Jagadnata, berkah yang masih
mengalir karena perilaku dan sikap bijaksana para leluhur pendahulu bangsa yang
hidup di masa lalu. Mereka  tidak merusak dan mengeksploitasi hutan, gunung,
sungai, lautan karena kesadaran super-egonya bahwa anak cucu keturunannya, dan
generasi penerus bangsa kelak masih sangat membutuhkan semua itu. Al hasil, anak
turunnya, generasi penerus bangsa di masa kini masih bisa merasakan limpahan
anugrah agung tersebut di masa kini.  Lantas pertanyaannya, apakah yang telah
dilakukan oleh generasi sekarang serupa dengan apa yang dilakukan leluhur para
pendahulu kita di masa lalu ?
3. Ziarah/Nyekar, atau menabur bunga di pusara leluhur. Kegiatan itu bermakna
sebagai “atur sembah bekti” atau sikap menghaturkan rasa berterimakasih, sikap
berbakti, sekaligus wujud nyata rasa welas asih, dan penghormatan setingginya atas
seluruh jasa dan budi baik leluhur di masa lalu. Meskipun menabur bunga belumlah
sebanding dengan jasa-jasa leluhur kepada kita semua, kepada bangsa ini namun hal
itu masih lebih berharga daripada hanya sekedar di rumah duduk manis sambil komat-
kamit mengirim doa. Itu namanya perilaku golek penake dewe, lebih suka mencari-
cari alasan pembenar atas sikapnya yang selalu mencari enaknya sendiri, daripada
berkorban beaya, waktu dan berusaha yang nyata. Ironisnya “penyakit kejiwaan”
golek benere dewe seperti itu biasanya menjadi lahan subur untuk bersemainya sikap
pamrih dibarengi harapan-harapan tidak realistis & melambung tinggi. Lantas
bagaimana seseorang bisa belajar tentang arti sebuah ketulusan ? Saya yakin para
pembaca yang budiman di sini sudah menjadi pribadi yang merdeka dari hegemoni
“penyakit jiwa” semacam itu. Hingga menyelesaikan membaca tulisan sampai pada
baris kalimat ini.
Uborampe Ruwahan

Semoga tulisan ini memberi manfaat walau hanya ala kadarnya kepada siapapun seluruh
pembaca yang budiman di manapun berada. Walau sangat mungkin ada pendapat yang
berbeda, saya sangat berharap perbedaan itu menjadi bahan untuk menambah keutuhan dalam
memahami makna tradisi Ruwahan. Apapun pendapat dan asumsi dari para pembaca yang
budiman, semoga keselamatan, keberuntungan, dan kesuksesan selalu bersama Anda dan
keluarga. Salam karaharjan.

sabdalangit

MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI


MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI
Prediksi bukan untuk menakut-nakuti
Tetapi supaya kita lebih hati-hati

Anugerah Vulkanik

Terimakasih tak terhingga kepada Merapi. Ia telah menaburkan


ratusan juta meter kubik pupuk organik super istimewa kualitas tinggi. Walau ulahmu
membuat jutaan mata terpana ngeri. Namun ia sedang mengembalikan tanah Jawa supaya
kembali menjadi gemah ripah loh jinawi. Setelah sekian lamanya cuaca, iklim, dan musim
menjadi kacau balau, adalah harapan suatu hari nanti kembali menjadi negeri yang subur
makmur indah tiada terperi. Merapi adalah anugerah vulkanik. Suatu bencana alam tidak
akan menjadi musibah bilamana seluruh manusia selamat dari musibah. Bahkan di balik
setiap musibah bencana, selalu disertai oleh berkah. Tergantung manusianya apakah mau
merubah musibah menjadi berkah dan anugrah, ataukah tetap membiarkannya menjadi
musibah yang berbuah derita ? Semua itu adalah pilihan manusia. Lihatlah gempa besar yang
menghancurkan Bantul, Jogja, Klaten dan sekitarnya, kini telah berubah menjadi ANUGRAH
TEKTONIK. Bantul menjadi daerah yang subur makmur, pembangunan begitu pesat,
prasarana fisik fasilitas masyarakat seperti pasar, jalan raya, bagunan pemerintah semua
tampak baru dan kokoh. Mayoritas rumah penduduk dalam kondisi baru dengan struktur
bangunan yang memenuhi standar kelayakan. Tampak aktivitas ekonomi begitu bersemangat
dan dinamis.

Bukan Salah Merapi

Merapi bukanlah pejabat negri ini, ia tak pernah bermain culas. Merapi adalah kehidupan.
Kehidupan yang identik dengan karakter bijaksana, adil dan harmonis. Setiap Merapi mau
mengganas, ia lebih dulu mengirim sinyal peringatan dengan bahasa alam yang sungguh jelas
dan lugas untuk sekedar dimaknai. Sayang sekali, sebagian orang tiada peduli dengan gejolak
hati sang Merapi. Gara-gara pikiran orang sudah teracuni, dengan angkuhnya lalu menyangka
bahwa mengetahui bahasa alam sebagai tindakan melawan kodrati. Badan vulkanologi,
mitigasi dan geologi enggan dituruti. Bahasa alam, gerak-gerik binatang, tumbuhan, sudah
tak lagi dicermati. Bahkan hati nurani sendiri pun dikhianati. Duh Gusti…sudah begitu
ndablek-nya kesadaran manusia, entah karena demi sebuah materi, menutup hati, ego di
dalam diri, atau karena mimpi-mimpi surgawi. Yang jelas bau daging terbakar dan darah
gosong itu bukanlah salah Merapi. Ia tetap berada dalam rumus-rumus keseimbangan alam.
Manusia cuma mau dibikin enak saja kok susah, malah manusia seringkali enggak dong apa
sih yang dikehendaki alam.

Proses Penyeimbangan Alam

Biarpun Gunung Merapi berulah. Namun Merapi teguh tunduk dan patuh terhadap hukum
alam. Gejolak Merapi merupakan suatu ayat yang terkemas dalam bahasa dan hukum alam
yang sungguh jelas untuk dibaca siapapun orangnya, dan melalui “kacamata” budaya dan
religi apa saja. Gejolak Merapi  bukanlah sesuatu yang ganas dan buas. Gerak-geriknya
bukanlah nafsu angkara yang membahana, melainkan gejala yang alamiah dan biasa-biasa
saja. Keganasannya bukanlah AKSI, melainkan bentuk REAKSI. Reaksi yang menumbuhkan
kekuatan dahsyat dalam rangka untuk mengembalikan keseimbangan alam. Dengan teori
aksi-reaksi, maka kian dahsyat letusan Merapi, dapat menjadi tolok ukur kian parahnya
ketidakseimbangan alam yang selama ini terjadi. Celakanya, ketidakseimbangan alam lahir
bukan akibat ulah dedemit, setan, jurik pongek, genderuwo, siluman, jim pri-prayangan,
maupun binatang dan tumbuhan. Melainkan sebagai konsekuensi adanya hukum timbal-balik
atas kecerobohan ulah manusia sendiri yang berdampak pada rusaknya keseimbangan alam.
Ulah manusia yang begitu ceroboh, bermula dari rendahnya  kesadaran diri dalam memaknai
apa sejatinya hidup dan kehidupan ini. Rendahnya kesadaran disebabkan oleh karena
manusia enggan mengenali jati diri, baik jati diri bangsanya maupun jati diri-nya sendiri.
Akibatnya lahirlah manusia yang tak tahu diri. Dengan karakter yang angkuh penuh
kesombongan manusia telah salah sangka seolah dirinyalah yang paling tahu akan kebenaran.
Terus-teruslah disemai di dalam “sarang” yang bernama nafsu angkara, maka cepat atau
lambat akan meretaslah anak manusia sing seneng golek benere dewe, golek menange dewe,
golek butuhe dewe.

MERAPI MASIH MENYIMPAN BERJUTA MISTERI


Pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu secara berturut-turut kami
menerima lagi sinyalemen tentang Merapi. Hari Selasa 9 Nov 2010 jam 14.30 wib,
disampaikan oleh Ratu Gung Binatara dari tlatah kidul,”harus lebih hati-hati dan waspada,
karena alamnya akan mengerikan, agar selamat semuanya sebaiknya nderek kersane Kang
Murbeng Dumadi. Hari Kamis siang 11 Nov 2010, kami bersama para sedulur
KampusWongalus yang semalaman sudah standby di rumah mempersiapkan barang-barang
untuk membantu korban letusan Merapi, siang itu kami semua sedang berbelanja di mega-
grosir Lotte Mart Maguwoharjo, untuk melengkapi barang-barang bantuan yang dibutuhkan
terutama para balita dan anak-anak di lokasi pengungsian. Dalam perjalanan antara mega-
grosir menuju posko JEC yang berjarak sekitar 5 km, sepanjang jalan saya bersama istri
mencium bau udang goreng yang sangat gurih baunya. Sementara AC dinyalakan dan pintu
serta kaca kendaraan tertutup rapat. Di dalam kendaraan pun tak ada makanan matang yang
berbau mirip udang goreng. Kami coba telpon ke rombongan sedulur-sedulur KWA di
belakang kendaraan kami, ada Ki Bengawan Candhu, Ki Pandu, Mas Wawansleman, Mas
Prabowo, Mas Filman, Mas Agus, Mas Setyo, Bang Jali, Mas AndraJogja, Mas Azizi,
ternyata ada 3 atau 4 orang lainnya yang mencium bau yang sama sepanjang perjalanan.

Tampaknya gunung Merapi benar-benar baru akan menyudahi hajatannya setelah


berlangsung selama 35 hari sejak 26 Oktober lalu. Bau itu sesungguhnya bukanlah bau yang
bisa dianggap sepele, atau sekedar dianggap ada orang sedang menggoreng udang. Bau itu
suatu pertanda gaib dari arah Merapi bahwa Merapi sedang mempersiapkan suatu “hajatan”
yang lebih besar sekali lagi. Berarti kesimpulannya letusan sangat besar gunung Merapi pada
Jumat tengah malam hingga dinihari tanggal 5 Nov 2010 itu belumlah akan berakhir. Toh
Pak Surono pun belum mencabut status awas untuk Merapi. Jika demikian halnya,
masyarakat seyogyanya lebih memilih antisipasi kemungkinan terburuk. Tak ada salahnya
berjaga-jaga, sedia payung sebelum hujan, setidaknya sampai tanggal 2 Desember 2010 atau
saat Merapi benar-benar aman. Maka teman-teman, sahabat, handai taulan yang berada dalam
radius 30-35 km dari Merapi hendaknya mengemas dokumen penting, surat dan benda-benda
berharga, alat-alat elektronika, serta pakaian sehari-hari secukupnya untuk ditata di dalam tas
atau koper. Jadi apabila sewaktu-waktu Badan Mitigasi Vulkanologi Geofisika, Pak Surono
mengumumkan  wilayah radius 30 km dari Merapi supaya dikosongkan, setidaknya orang-
orang sudah tidak bingung dan panik serta buang-buang waktu dalam situasi darurat. Jika
keadaan genting tinggal angkat koper saja. Sekalipun mendapat SMS peringatan bahaya
yang sumbernya tak jelas, hendaknya kita tetap bijaksana tak perlu kagetan dan
gumunan. Tetaplah tenang, jangan menganggap remeh, namun juga jangan mudah
panik.

Sampai hari ini, pertanda akan adanya bahaya lebih besar dapat terbaca melalui bahasa alam
yang tersirat. Kuantitas tanda-tanda bukan semakin surut dan lenyap, justru sebaliknya
semakin variatif dan mudah dibaca. Bahkan pada hari Sabtu 13 Nov 2010 jam 09.00 wib,
adalah leluhur besar awal berdirinya Mataram abad 15-16, rawuh untuk mewanti-wanti
supaya lebih waspada karena Merapi masih menyimpan bahaya laten sangat besar yang
sewaktu-waktu dapat bermanifes dalam bentuk letusan sangat dahsyat. Masyarakat sekitar
Merapi masih harus lebih waspada setidaknya sampai tanggal 1 Desember 2010. Bagi para
pembaca yang tidak sepakat dengan tulisan ini anggap saja angin lalu. Toh kurang dari 17
hari lagi Merapi akan tenang kembali sambil kita lihat bukti-bukti. Jangan buang waktu untuk
mencaci, lebih baik persiapkan diri lebih waspada dan hati-hati. Jangan mengolok orang dan
pendapat yang berbeda. Lebih baik kita bersihkan hati, sambil bahu-membahu membantu
orang-orang yang sedang tertimpa musibah bencana Mentawai dan Merapi.

Untuk laporan kegiatan sosial berbagi bantuan bersama sedulur-sedulur KampusWongAlus


sedang dalam proses.

Ruwatan Murwakala
RUWATAN MURWAKALA

Deso mowo coro, negoro mowo toto. Kita hargai dan hormati nilai kearifan masing-masing
suku bangsa dan budaya. Karena setiap suku, budaya dan bangsa memiliki nilai kearifan
(local wisdom) masing-masing yang berbeda dengan masyarakat dan wilayah lainnya.
Sebagai hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya yang spesifik selama
berabad dan ribuan tahun lamanya. Pemaksaan suatu nilai kearifan lokal terhadap
masyarakat dan budaya lain, adalah bentuk tindakan aniaya dan merupakan perilaku
melawan hukum alam. Sebuah penghianatan akan jati diri, jika penganiayaan dilakukan
oleh masyarakat dan suku bangsa itu sendiri. Manusia seringkali kesulitan   melepaskan diri
dari nafsu golek benere dewe, golek menange dewe, golek butuhe dewe. Bahkan seringkali
nafsu itu diklaim atas nama Tuhan. Sungguh keterlaluan. Siapapun pelakunya cepat atau
lambat akan digulung dan diadili oleh hukum alam itu sendiri. Sebab hukum alam tidak
pernah menyisakan secuil pun  ketidakadilan.

Makna Ruwatan

               Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional  dengan tujuan utama mendapatkan
keselamatan  supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan
selanjutnya agar dapat mencapai kehidupan yang ayom ayem tentrem (aman, bahagia, damai
di hati).  Lebih konkritnya ruwatan sebagai suatu upaya membersihkan diri dari sengkala dan
sukerta (dosa dan sial) ang diakibatkan dari perbuatannya sendiri, hasil perbuatan jahat orang
lain maupun force-majeur misalnya faktor kelahiran dan ketidaksengajaan di luar kendali
dirinya. Ruwatan yang paling terkenal sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek moyang
adalah ruwatan murwakala. Dalam ruwatan ini dipergelarkan wayang kulit dengan cerita
Murwakala di mana orang-orang yang termasuk kategori sengkolo-sukerto diruwat atau
disucikan supaya terbebas dari hukuman Betara Kala, gambaran raksasa menakutkan yang
suka memangsa para sukerto.

Siapakah sesungguhnya Bethara Kala ?

Semula saya pribadi pernah tidak percaya samasekali


jika Bethara Kala itu ternyata ada secara faktual. Saya sempat mengira ia hanyalah sebatas
dalam cerita mitologi (dongeng) pewayangan. Namun semenjak 10 tahun lalu, pada suatu
ketika kami mendapatkan anugrah mantra trah secara langsung dari Eyang Gusti
Mangkunegoro IV yang lebih pas disebut sebagai mantra pambuka.  Dalam 3 hari kami
lakukan suatu ritual khusus untuk menyatukan mantra itu agar manjing ajur ajer dalam roso
pangroso dan menembangkannya dengan getaran rahsa sejati agar dapat menemukan
frekuensi nada yang selaras dengan harmoni tata keseimbangan kosmos.  Pada hari ketiga,
berlangsunglah suatu peristiwa luarbiasa hingga kami dapat menyaksikan langsung ternyata
Bethara Kala itu sungguh-sungguh ada. Peristiwa itu sebagai sambutan dari alam semesta
setelah mencapai frekuensi yang sinergis ke dalam frekuensi roh jagad agung, atau ke dalam
tata keseimbangan kosmos. Manunggal kalayan gustinira berkat laku neng, ning, nung,
nang.  Bethara Kala memberikan sambutan welas asih dari kekuatan jagad semesta dengan
menoreh rajah kalacakra  (asli) di punggung sebagai tanda mata atau sebagai penanda (bagi
siapapun juga) yang mau menyelaraskan diri dengan roh jagad agung, yang tidak lain adalah
Sang Jagadnata itu sendiri.

Lantas apa alasan Bethara Kala ada sebagai bagian dari kompleksitas kehidupan semesta ini ?
Sesuai dalam cerita pewayangan, Bethara Kala masuk dalam level kadewatan. Apalagi ia
memang anak dari Bethara Guru dengan kata lain ia adalah cucu bangsa kadewatan. Ia hidup
di dimensi bumi tidak lain untuk mengkonstribusi dalam tata keseimbangan kosmos.
Walaupun Bethara Kala adalah Ratu yang hangratoni jagad lelembut jin setan priprayangan
tetapi ia sangat bijaksana. Ia disiplin, patuh dan loyal terhadap wewaler dan paugeran yang
termaktub di dalam hukum tata kesimbangan kosmos. Hukum alam khususnya di wilayah
Nusantara. Ia tidak akan sembarangan “memangsa” (nasib) bangsa manusia yang bukan
termasuk dalam kategori sengkolo-sukerto. Bagi yang belum memahaminya, Bethara Kala
seolah makhluk jahat pemangsa (nasib) bangsa manusia. Namun jika kita berfikir lebih kritis
dan bijaksana, Bethara Kala sebenarnya hanya menjalankan tugas sesuai dengan hukum alam
dengan rumus-rumus yang berlaku di dalamnya. Ia bukanlah pelanggar hukum alam (nerak
wewaler) atau pembangkang hukum Tuhan. Sebaliknya ia adalah makhluk yang taat dan
patuh menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai salah satu penjaga tata keseimbangan
kosmos. Demikian juga kita semua, bangsa manusia dituntut agar patuh dan taat (takwa)
terhadap hukum alam (ayat-ayat tersirat/azim). Jadi sesungguhnya bangsa manusia ada dan
hidup sebagai bagian dari kehidupan semesta berfungsi dan bertugas untuk menjalankan
hukum tata keseimbangan kosmos. Jika kita melanggarnya, maka alam semesta melalui
unsur-unsurnya dan kehidupan lainnya akan menghakimi kita. Itu pula disebut sebagai
hukum  sebab akibat atau karma.

Tradisi Ruwat

Ritual pangruwatan dalam masyarakat Jawa  yang paling sering dan mudah  dilakukan
biasanya adalah pemagaran gaib yang dilakukan dengan menyediakan berbagai jenis sesaji
dan melakukan ritual khusus. Cara di atas bisa dilakukan apabila sengkolo-sukerto yang ada
masih termasuk jenis yang ringan dan mudah dibersihkan. Sementara itu untuk sengkolo-
sukerto kelas berat pelaksanaan yang umum dilakukan dalam masyarakat Jawa adalah dengan
menggelar pentas wayang kulit yang melakonkan tentang ruwatan itu sendiri. Sang dalang
dalam menampilkan pagelarannya menyajikan salah satu dari beberapa jenis lakon. Misalnya
lakon murwakala. Ruwatan dengan pagelaran wayang dilakukan sebagai suatu bentuk
mendapatkan dispensasi atau keringanan hukuman. Dalam tradisi hukum positif (formal)
sepadan dengan membayar denda kepada negara atau memohon grasi kepada Presiden.
Dalam hal ruwatan, Bethara Kala posisinya sebagai Presiden dari bangsa lelembut. Negosiasi
tertuju pada Bethara Kala sebagai salah satu eksekutor hukum alam.

Dalam masyarakat Jawa tradisi ritual ruwatan dibedakan dalam tiga macam menurut fungsi
dan tujuannya yaitu :

1. Ritual ruwat untuk orang per orang (person).


2. Ritual ruwat untuk lingkungan dan bangunan.
3. Ritual ruwat untuk suatu wilayah yang luas.

Ruwatan Diri Sendiri

Pada saat ini ruwatan yang dilakukan oleh sebagaian masyarakat Jawa jauh berbeda dengan
kebudayaan peninggalan pada zaman Hindu-Budha. Hal ini merupakan suatu kewajaran
karena mengikuti hukum dinamika zaman. Ruwatan untuk diri sendiri lazimnya bukan
disebut ruwatan, walau memiliki tujuannya sama sebagai upaya membersihkan diri dari
sengkala dan sukerta (dosa dan sial).  Lelaku sebagai wujud atau bentuk dari ruwatan bagi
diri sendiri ini juga sering dilakukan oleh sebagian mansyarakat Jawa agar mendapatkan
kebersihan jiwa. Ritual ruwatan ini memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Ruwatan
Anggara Kencana.

Ruwatan diri sendiri dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti melakukan puasa (ajaran
sinkretisme), melakukan berbagai macam selamatan, melakukan laku tarak brata atau tapa
brata. Dalam tradisi spiritual masyarakat Jawa, bertapa merupakan bentuk laku atau cara
berprihatin. Laku tapa termasuk lelaku. Lelaku adalah tindakan untuk membersihkan diri dari
hal-hal yang bersifat gaib negatif. Dengan memasukan unsur kekuatan (fisik dan non fisik)
yang bersifat positif ke dalam diri, gunanya untuk menciptakan keseimbangan energi dalam
tubuh. Orang yang terkena sengkolo dan sukerto, artinya energi dalam dirinya lebih
didominasi oleh kekuatan negatif (buruk) yang disebabkan oleh banyak faktor yang berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.

Khususnya ruwatan untuk diri sendiri dapat dilaksanakan dengan pakem sederhana maupun
dengan pakem standar yakni dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon dan uborampe
khusus ruwatan. Semua itu merupakan pilihan bagi siapa yang akan melaksanakan. Jika
ruwatan dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai,
biasanya ruwat murwakala dilakukan dengan mengadakan pagelaran wayang kulit. Pagelaran
wayang kulit ini berbeda dengan pagelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran
wayang kulit dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan oleh dalang yang benar-benar
mampu (bukan sekedar bisa) meruwat.

Ruwatan Untuk Lingkungan

Ruwatan yang dilakukan untuk lingkungan hidup lazimnya disebut pemagaran yakni teknik
memasang pagar gaib pada suatu lokasi atau bangunan. Tujuannya antara lain :

1. Memberikan daya magis yang bersifat menahan, menolak, atau mengalihkan energi
negatif yang berada dalam rumah atau yang hendak masuk ke dalam rumah. Metode
semacam ini biasanya dilakukan dengan menanam rajah, membaca doa-doa dan
mantera. Lebih dari itu bisa dilakukan dengan cara menanam tumbal yang diperlukan,
misalnya dlingo-bengle di setiap sudut bangunan dan gerbang. Bisa juga menanamkan
kepala kambing, hingga yang paling mahal misalnya menanamkan kepala kerbau.
Masing-masing tergantung kebutuhan dan menyesuaikan berat ringannya suatu
gangguan.
2. Menciptakan pagar gaib agar tidak dapat dimasuki orang yang hendak berniat jahat.
Memberikan kekuatan gaib yang bersifat mengusir atau mengurung seorang pelaku
kejahatan, misalnya pencuri yang masuk ke dalam rumah ia takan menjadi bingung
sehingga tidak mampu menemukan pintu keluar rumah yg dicuri. Atau mengurungkan
niat si pencuri yang akan memasuki sebuah rumah calon sasarannya, karena dalam
pandangan si pencuri rumah itu berubah menjadi hutan, kuburan atau laut. 
Pemagaran semacam ini termasuk untuk mengurung makhluk halus pengganggu yang
berbeda dalam lingkup pagar gaib. Mahluk halus dimaksud adalah mahluk halus
kiriman atau suruhan seseorang yang ingin mencelakai.
3. Pemagaran dengan tenaga dalam atau energi. Lazimnya dilakukan oleh praktisi tenaga
dalam. Pemagaran tenaga dalam ini bisa pula digabung dengan media garam (garam
kasar) dan air sebagai unsur alam yang alamiah penetralisir energi negatif.

Tujuan utama dilakukannya pemagaran gaib pada manusia dan lingkungannya ini bila
berhasil akan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, tenteram, sejahtera,  jauh dari
gangguan bangsa manusia dan makhluk halus suruhan manusia.

Ruwatan Untuk Desa atau Wilayah Yang Luas

Ruwatan Murwakala ini disebut pula sebagai ruwat bumi.  Pagelaran wayang biasanya
dilakukan pada malam hari. Karena pagelaran wayang untuk ruwat bumi merupakan acara
yang sangat sakral dan memerlukan biaya yang cukup banyak, maka pelaksanaan ruwatan
dilakukan dan dibeayai oleh institusi. Seperti halnya dilakukan oleh Kraton Jogja dan Solo,
begitu pula beberapa daerah setingkat Kelurahan hingga Provinsi acapkali mempunyai jadwal
rutin untuk melakukan pangruwatan bumi. Ruwat bumi bertujuan memperoleh keselamatan
dengan cakupan yang sangat luas. Bukan  hanya bangsa manusia, tetapi mencakup bangsa
hewan dari hewan terkecil seperti gurem (kutu ayam), tengu, hingga binatang paling besar
seperti gajah. Begitupula ditujukan untuk meruwat bangsa tetumbuhan dan bangsa mahluk
halus.  Dilakukan dengan pagelaran pewayangan  yang membawakan lakon Murwa Kala dan
dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Ruwat bumi
adalah ruwatan paling besar dan berat. Tidak setiap dalang kuat melakukan pangruwatan
bumi. Ragam sesaji dan uborampe sangat beragam dan tidak boleh ada yang terlewatkan satu
pun. Walaupun sesaji dan uborampenya lengkap, dalangnya pun harus benar-benar dalang
pinilih, dalang yang kuat secara batin, dan ilmu spiritualnya mencapai kesadaran
kosmologis.  Sebab jika tidak kuat resikonya adalah muntah darah atau bahkan mati karena
tidak kuat saat Bethara Kala hadir dan merasuk ke dalam diri ki dalang.  Sepadan dengan
banyaknya beaya serta beratnya resiko, hasil dari pangruwatan bumi akan sangat
menakjubkan. Kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, adil, makmur dan sejahtera.
Buminya yang penuh berkah, gemah ripah loh jinawi ayom ayem tentrem kertaraharja.  Itu
karena kehidupan tata kosmos keseimbangan alam berlangsung secara kompak dan harmonis
dengan pola hubungan yang penuh welas-asih.

Cukup Doa Pada Tuhan Saja ?

Kata-kata di atas kadang terdengar dari sebagian orang dengan alasan tertentu. Misalnya
karena faktor keterbatasan budget. Bisa juga karena faktor pola pikir. Namun itu sekedar
pendapat atau asumsi. Tidak bisa dinilai benar-salahnya. Tapi lazimnya yang dilihat adalah
efektif-tidaknya soal hasil. Apapun kata orang, toh fakta telah menunjukkan bukti-bukti
hasilnya. Rumus-rumus alam yang termaktub di dalam hukum alam mudah sekali kita
saksikan. Bahwa beragam usaha mewujudkan suatu tujuan seringkali tidak cukup hanya
dengan bermodalkan hasrat dari dalam lubuk hati maupun ucapan yang keluar dari bibir saja.
Misalnya kita akan membangun sebuah pagar fisik yang mengelilingi rumah tidak cukup
hanya dengan berdoa lantas tiba-tiba muncul pagar yang terbuat dari besi atau tembok. Pasti
harus ditempuh dengan tenaga, pikiran, waktu beaya dan menggunakan material yang
diperlukan. Demikian pula dalam menciptakan pagar gaib. Seringkali tidak cukup hanya
dengan berdoa saja. Tetapi harus ditempuh pula dengan menggunakan tenaga, pikiran, waktu,
beaya. Perbedaan signifikan terletak pada materi untuk membuat pagar.  Prinsip membuat
pagar gaib berlaku pula ketika seperti pada saat orang membuat pagar rumah yang
memerlukan tenaga pikiran waktu dan beaya.

Kita tidak perlu membiasakan pola pikir bahwa segala sesuatu yang gaib cukup diupayakan
dengan modal mulut komat-kamit sembari “menyuruh” Tuhan yang mengerjakan semua itu.
Sementara pekerjaan itu masih dalam lingkup tugas dan kemampuan manusia. Pola pikir
demikian begitu manja tak perlu dipelihara. Itu sama halnya kita ingin selalu cari enaknya
sendiri. Membuat pagar tembok hanya bermodalkan ucapan doa dan menyerahkan pekerjaan
tukang batu kepada Tuhan.  Keselamatan tidak selalu cukup hanya dengan doa, tetapi perlu
ada upaya nyata misalnya mengungsi dari bahaya letusan gunung atau banjir. Berlindung di
dalam rumah dari hawa dingin atau panasnya matahari. Berlindung di dalam goa dari
gempuran badai dan angin besar. Naik ke atas bukit untuk menghidar dari bahaya banjir dan
tsunami. Tidak melewati jalanan sepi dan rawan untuk menghindari aksi perampokan.
Mengenakan jaket anti peluru untuk menahan senapan.  Menabur beras dan garam agar
rumah kita tidak roboh diterjang hujan dan angin besar. Mengoles parutan dlingo-bengle ke
punggung dan telapak kaki bayi agar dijauhi segala makhluk halus yang energinya bisa
membuat bayi rewel tidak nyaman setiap menjelang malam. Semua itu ilmiah dan sangat
rasional asal kita mau berfikir dengan akal sehat. Asal kita mau menuhankan akal ketimbang
menuhankan emosi. Asal kita mau membuka pola pikir untuk merangkak pada kesadaran
spiritual yang lebih tinggi.

Jika tidak mau repot ruwatan, mudah kok. Kecuali faktor forcemajeur, untuk  mengantisipasi
sukerto-sengkolo bisa dengan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya kepada banyak
orang. Asal dilakukan dengan tulus dan tidak pilih kasih  hanya mau baik kepada yang
sealiran, sesuku, sebudaya, seagama, segolongan saja.  Buatlah hidup  agar lebih banyak
bermanfaat untuk kehidupan lainnya. Gunakan waktu hidup kita  untuk memberikan
kehidupan pada seluruh mahluk. Itu akan menciptakan pagar gaib buat diri Anda sendiri.
Pagar gaib yang berasal dari sistem keseimbangan energi, bahkan dalam diri Anda akan lebih
dominan energi positifnya, semakin tebal pula “tembok” gaib Anda sendiri. Kebaikan yang
kita lakukan pada orang lain, akan kembali untuk diri kita sendiri.

Ruwatan Dalam Perspektif Budaya

Kegiatan gelar budaya ruwatan tidak sekedar


latah, namun di dalamnya terkandung nilai sosial, edukatif, rasa kebersamaan dalam banyak
ragam perbedaan. Dan pemberdayaan terhadap nilai-nilai potensi sumberdaya, kreatifitas
manusia serta ikut melestarikan budaya bangsa khususnya budaya Ruwatan. Ruwatan
mengandung makna mengevaluasi diri atas segala kesalahan yang disadari maupun tidak
disadari di masa yang telah lalu. Sehingga dalam acara ruwatan memiliki makna untuk
membersihkan diri, tidak hanya sekedar pembersihan lahir, lebih utama adalah membersihkan
batin, membersihkan sengkala (penghalang diri) dan sukerta (kotoran dalam diri). Yang
berakibat sering mengalami sebel-sial karena sengkolo dan sukerto. Maksud diadakannya
ruwatan massal ini untuk meringankan beban peserta sukerto yang mampu maupun tidak
mampu,  yang tidak dapat melaksanakan sendiri. Artinya, ruwatan massal dilakukan untuk
meringankan beban masyarakat Kabupaten Lumajang. Tujuan pokok ruwatan, adalah untuk
membuang kesialan hidup orang-orang yang sedang dalam sukerta (susah). Orang-orang
sukerta ini, menurut cerita  adalah orang-orang yang akan dimangsa oleh Bathara
Kala sebagai kekuatan penyeimbang hukum alam, karena orang-orang sukerta tidak selaras
atau harmonis dengan hukum alam yang sangat adil (prinsip Tuhan yang Mahaadil). Dengan
kata lain, para sukerta mengalami suatu peristiwa tidak sengaja, dan perbuatan yang disengaja
yang tidak sesuai dengan kodrat alam yang semestinya.  Prosesi spiritual ruwatan, juga
sebagai upaya melestarikan tradisi dan budaya nenek moyang masyarakat Jawa yang sudah
turun temurun ribuan tahun silam. Sebagai khasanah pelestarian kekayaan ragam budaya di
tanah air. Ruwatan masih merupakan bagian dari prosesi adat Jawa. Ruwatan itu adalah
prosesi penyucian diri seorang manusia agar kelak dirinya terbebas dari malapetaka. Tapi
hanya orang-orang tertentu yang menyandang predikat Sukerta saja yang diwajibkan untuk
diruwat. Asal-muasul prosesi ruwatan diceritakan dalam kisah pewayangan
lakon Murwakala, yaitu lahirnya Bathara Kala.

Kategori Sukerto

Kategori sukerto adalah orang-orang yang termasuk dalam daftar perlu diruwat.  Mengenai
berapa macam sukerto, ada beberapa versi. Menurut Pakem Pangruwatan Murwakala ada 60
macam sukerto, Pustaka Raja Purwa ada 136 sukerto, Sarasilah Wayang Purwa ada 22
sukerto, sedangkan menurut Buku Murwokolo  ada 147 macam sukerto.

Pada garis besarnya ada 3 (tiga) macam kelompok sukerto, yaitu :

 3. Faktor Kelahiran

Sukerto karena kelahiran seperti anak tunggal, kembar; berdasarkan waktu kelahiran,
misalnya anak yang dilahirkan tengah hari atau saat matahari terbenam dll.Sukerto kelompok
ini adalah anak-anak yang sangat dicintai oleh orang tua mereka, keselamatan dan
kebahagiaan mereka selalu dipikirkan oleh orang tua mereka.Terlebih para orang tua tersebut
mengetahui bahwa anak-anak tersebut termasuk dalam daftar sukerto.

Menurut Pakem Ruwatan Murwa Kala Javanologi

Dalam kepustakaan Pakem Ruwatan Murwa Kala Javanologi yang berdasarkan beberapa


referensi di antaranya dari Serat Centhini (Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku
Buwana V) orang-orang yang harus diruwat disebut anak atau orang sukerta. Sukerta terdiri
60 kriteria penyebab malapetaka, akan tetapi di sini saya kemukakan 33 kriteria yang paling
urgen untuk diruwat. Ke 33 kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ontang-Anting;  anak tunggal laki-laki atau perempuan.


2. Uger-Uger Lawang; dua orang anak yang kedua-duanya laki-laki.
3. Sendhang Kapit Pancuran;  3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu laki-laki
sedang anak yang ke 2 (tengah) perempuan.
4. Pancuran Kapit Sendhang; 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu perempuan
sedang anak yang ke 2 (tengah) laki-laki.
5. Anak Bungkus; anak yang pada saat kelahirannya masih terbungkus oleh selaput
plasenta.
6. Anak Kembar; dua orang kembar putra atau kembar putri atau kembar dampit yaitu
seorang laki-laki dan seorang perempuan (yang lahir pada saat bersamaan).
7. Kembang Sepasang; dua orang anak yang kedua-duanya perempuan.
8. Kendhana-Kendhini; dua orang anak sekandung terdiri dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan.
9. Saramba; terdiri 4 orang anak yang semuanya laki-laki.
10. Srimpi; terdiri 4 orang anak yang semuanya perempuan.
11. Mancalaputra atau Pandawa; terdiri 5 orang anak yang semuanya laki-laki.
12. Mancalaputri; terdiri 5 orang anak yang semuanya perempuan.
13. Pipilan; 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-
laki.
14. Padangan; 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang anak
perempuan.
15. Julung Pujud/caplok ; anak yang lahir saat matahari terbenam.
16. Julung Wangi/kembang ; anak yang lahir bersamaan dengan terbitnya matahari.
17. Julung Sungsang ; anak yang lahir tepat jam 12 siang.
18. Tiba Ungker ; anak yang lahir, kemudian meninggal.
19. Jempina; anak yang baru berumur 7 bulan dalam kandungan sudah lahir.
20. Tiba Sampir/kalung usus; anak yang lahir berkalung usus.
21. Margana; anak yang lahir dalam perjalanan.
22. Wahana; anak yang lahir di halaman atau pekarangan rumah.
23. Siwah atau Salewah; anak yang dilahirkan dengan memiliki kulit dua macam warna,
misalnya hitam dan putih.
24. Bule; anak yang dilahirkan berkulit dan berambut putih (bule).
25. Kresna; anak yang dilahirkan memiliki kulit hitam (cemani).
26. Walika; anak yang dilahirkan berwujud bajang atau kerdil.
27. Wungkuk; anak yang dilahirkan dengan punggung bengkok.
28. Dengkak; yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung menonjol seperti punggung
onta.
29. Wujil; anak yang lahir dengan badan cebol atau pendek.
30. Lawang Menga; anak yang dilahirkan bersamaan keluarnya Candikala yaitu ketika
warna langit merah kekuning-kuningan.
31. Made; anak yang dilahirkan oleh ibunya tanpa alas (tikar).
32. Orang yang ketika menanak nasi, merobohkan Dandhang (tempat menanak nasi).
33. Memecahkan Pipisan dan mematahkan Gandik (alat landasan dan batu penggiling
untuk menghaluskan ramu-ramuan obat tradisional).
34. Anak-anak yang hari weton lahirnya sama dengan saudara sekandungnya.
35. Anak yang hari wetonnya sama dengan orangtuanya.
36. Orang yang suka mengaku/menyerobot hak orang lain. Sering mencelakai, menyakiti
hati orang lain.

Catatan ;

Komposisi anak yang termasuk dalam kriteria di atas, dengan catatan bukan karena ada yang
meninggal. Misalnya jumlah anak ada 6 semuanya laki-laki, tetapi meninggal satu menjadi 5
laki-laki semua. Komposisi ini tidak termasuk pendawa lima, atau mencala putra, tidak perlu
diruwat.

 1. Sukerto karena berbuat kesalahan

Meski tidak sengaja seperti : memecahkan gandhik, alat pembuat jamu; menjatuhkan
dandang (tempat untuk menanak nasi) waktu sedang masak nasi. Namun ada yang lebih
urgent, yakni orang-orang yang terkena sebel-sial akibat sukerto-sengkolo karena ia sering
menyakiti hati atau mencelakai orang lain. Walaupun dilakukannya tanpa sadar dan tanpa
kesengajaan.  Orang yang bersiul saat tengah hari, itu tidak patut/ora ilok.

2. Sukerto Sebel-Sial

Seseorang yang dalam hidupnya merasa sering mengalami banyak musibah, kesialan,
penyakit, dan sering diancam mara bahaya. Ada orang yang dalam menjalani hidup ini selalu
tertimpa sial misalnya sering terkena musibah, bencana dan sering sekali terancam bahaya.
Dalam melakukan pekerjaan  banyak salah, sering merasa apes, dalam usaha mengalami
kegagalan. Terlibat banyak urusan yang tidak enak, sering mengalami kesulitan yang tidak
ada jalan keluar, terkena bermacam-macam penyakit, hidupnya terasa tidak menyenangkan.
Ada yang bilang bahwa waktu dan kondisi selalu tidak berpihak kepadanya. Ada sesuatu
yang salah, sehingga orang tersebut perlu diruwat.

Dalam pemahaman kuno, orang-orang yang termasuk tiga kelompok sukerto itu perlu diruwat
secara tradisional. Mereka diruwat supaya tidak menjadi mangsa Bethara  Kala, terbebas dari
gangguan dan bencana yang merupakan ancaman Kala.
Kala artinya waktu. Yakni waktu yang menjadi ancaman dan menimbulkan resiko musibah
dan bencana adalah waktu yang tidak baik, tidak tepat (tali wangke dan sampar wangke).
Secara umum setiap orang tentu mengharapkan perjalanan waktu  selalu berpihak kepadanya.
Sehingga hidup kita selalu berada dalam naungan keselamatan, sehat jasmani dan ruhani,
berkecukupan dalam bidang materi, tentram hatinya, berkembang dan maju karier, pekerjaan
dan usahanya, sukses selalu dalam genggaman, dan berkah agung selalu terlimpah dari Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Gusti Sang Jagadnata.

Acara Ruwatan Murwakala

Para pembaca yang


budiman, saudara-saudara di seluruh penjuru tanah air dan di manapun berada. Menimbangi
posting saya terdahulu tentang ruwatan murwakala, perlu saya infokan bahwa semenjak 3
tahun yang lalu banyak saudara-saudara & para pembaca blog menanyakan melalui email,
lewat telpon, maupun disampaikan secara langsung kapan sekiranya akan diadakan acara
ruwatan murwakala mohon supaya bisa diberikan informasi. Maksud hati ingin sekali saya
dapat membantu memudahkan terlaksananya harapan saudara-saudara semua. Namun karena
berbagai kendala barulah kali ini dapat kami tetapkan rencana untuk pelaksanaannya.
Berbagai pertimbangan terutama persoalan dana yang cukup besar untuk ruwatan murwakala
menjadikannya niat dan keinginan selama ini selalu tertunda-tunda.  Terlebih lagi jika acara
ruwatan murwakala dilaksanakan sendiri. Butuh dana yang cukup besar antara 20-50 juta
belum beaya-beaya tak terduga. Itu pun tergantung siapa dalang yang akan meruwat, semakin
tenar dan mumpuni dalangnya maka akan semakin besar pula beayanya.
Puji sukur kepa da Gusti Sang Jagadnata, roh
jagad agung, spirits of the universe telah merespon keinginan dan harapan kami, harapan kita
semua yang sedang berniat melaksanakan acara ruwatan murwakala. Kami semua,
paseduluran Sabdalangit bekerjasama dengan Cv Lakutama selaku EO akhirnya
mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan ruwatan murwakala yang terbuka untuk
diikuti siapa saja yang merasa perlu melakukan ruwatan, tanpa membedakan agama, suku,
bangsa dan bahasanya. Pada awalnya kami sekedar menanggapi permintaan beberapa sedulur
yang ingin diruwat yang mengajukan permintaan melalui email dan secara lisan. Sedianya
ruwatan hanya akan kami lakukan sesederhana mungkin dan semampu kami lakukan.
Terutama akan dilakukan oleh istri saya yang wetonnya senin pon. Misalnya cukup dengan
bancakan weton, cukur kuncung gelung, dan beberapa ritual khusus. Barangkali alam semesta
dapat merasakan apa yang menjadi getaran rahsa sejati kami hingga akhirnya niat dan
harapan itu mendapat kesempatan karena kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak
baik beaya, pikiran maupun tenaga.

Atas terlaksananya rencana ruwatan murwakala ini kami menghaturkan terimakasih dan
presisasi yang setinggi-tingginya kepada :

1. Para abdi dalem Pasarean Agung Kotagede khususnya dan Pasarean Agung
Pajimatan  Imogiri yang telah memberikan dukungan pemikiran, iguh pretikel, tenaga
dan waktu demi terlaksananya ruwatan murwakala. Matur sembah nuwun, atas
kesetiaannya kepada para leluhur bumi putera bangsa, menjadikan doa-doanya sangat
tijab.
2. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang telah memberikan dukungan moril dan
sarana. Sehingga acara ruwatan murwakala diberikan tempat yang istimewa dan
sakral, secara leluasa di halaman depan Pasarean Agung (makam raja-raja Mataram)
di Kotagede, Yogyakarta.
3. Kepada Bapak IR. H. Isran Noor M.Si selaku Bupati Kutai Timur sekaligus Ketua
APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) atau lebih familier
menjabat sebagai ketua Bupati dan Walikota seluruh Indonesia, dan juga saat ini
beliau menjabat sebagai  ketua BTN (Badan Tim Nasional) yang baru dilantik untuk
mengemban amanat mendamaikan kisruh di PSSI. Berkat dukungan financial dan
dukungan moral beliau, menjadi pemompa semangat kami. Dukungan yang sangat
berarti bagi kami dan seluruh peserta ruwatan (para sukerta) sehingga dapat
meringankan beban beaya yang harus ditanggung oleh seluruh peserta ruwatan
murwakala kali ini.
4. Kepada teman-teman, sahabat, sanak saudara, dan semua pihak yang telah
mendukung terlaksananya acara ruwatan murwakala. Tenaga, pikiran, dan
kepeduliannya sangat berarti demi sukses dan lancarnya mata acara demi acara. Dan
yang lebih utama meringankan tugas-tugas dan tanggungjawab serta menyiapkan
ubo-rampe dan  kebutuhan para peserta ruwatan murwakala beserta keluarga yang
akan mendampinginya.
5. Kepada Ki Dalang Hadi Sudarsono, di usianya yang ke 81 masih kerso memberikan
pengorbanan kepada kami semua, kepada seluruh peserta ruwatan. Kami sadar bahwa
yang diperlukan tidak sekedar kemampuan meruwat, lebih dari itu dalang ruwat sudah
mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk menghadapi segala resiko terberat
demi mengupayakan nasib orang lain supaya lebih baik di waktu yang akan datang.

Kami sangat menyadari tanpa adanya kekompakan dan dukungan dari berbagai pihak, apalah
artinya tenaga dan pemikiran kami untuk memberikan wahana bagi seluruh saudara-saudara
yang akan melaksanakan ruwatan.

Ttd

Ruwatan Murwakala by Sabdalangit

Sabdalangit

***************************************************************************
*************

JADWAL ACARA PROSESI RUWATAN


DI KOMPLEKS PASAREAN AGUNG KOTAGEDHE YOGYAKARTA

 
(Semua Kegiatan akan didokumentasikan : Foto & Video)
Dirangkum Oleh Ketua Panitia :
R. Joko Sigit Pangarso
Acara Ruwatan Murwakala ini dijadwalkan sekaligus
sebagai penutup rangkaian acara rutin tiap tahun Nawu Jagang dan Sendang Seliran di
sekitar kompleks Pasarean Agung Raja-Raja  Mataram di Kotagede yang dimulai sejak
tanggal 18 hingga 21 April 2013. Pada hari Minggu pagi 21 April 2013 hingga siang
dilangsungkan acara Kirab Budaya dan pengarakan dua gunungan berisi hasil bumi dan
beraneka ragam kuliner tradisional khas Kotagede dan sekitarnya. Di belakang Gunungan
akan diiringi kirab budaya diikuti sekitar 80 bregodo  (kelompok barisan) prajurit Kraton
hingga kesenian rakyat dari berbagai kalangan masyarakat DIY, Bantul, Sleman, Gunung
Kidul, Kulonprogo dan Kota Madya Yogyakarta. Pada acara tersebut akan dihadiri pula oleh
Bapak Ketua Apkasi dan dari beberapa Kerajaan  yang ada di Nusantara.

MINGGU, 21 APRIL 2013

WAKTU TALENT ACARA KETERANGAN


Busana Tradisional Jawa
Rias  dan BusanaBeskap (Seragam)Fasilitas :Welcome
09.30 – 12.30 Peserta Ruwatan
(Kakung)Kebaya (Putri) Snack, Sewa Busana,  Jasa
Perias.
Peserta Ruwatan, Makan Siang dan Makan Siang
12.30 – 13.30 Panitia, Tamu Briefing Persiapan  PrasmananFasilitas :Makan
Undangan Acara Ruwatan Siang Peserta, Co-Card.
Sebelum acara Wayang Kulit
Acara Inti : Pagelaran selesai, secara bergiliran, peserta
Wayang Kulit Ruwatan akan ganti busana Kapanditan
Peserta Ruwatan,
(MURWAKALA)  oleh : (kakung) dan Kawidodaren
13.30 – 16.30 Panitia, Tamu
Ki Dhalang Ruwat (Ki (Putri)Fasilitas : Busana Ruwat
Undangan
Hadi Soedarsono) dari (Lawon), Busana Pethuk untuk
Sanden, Bantul. Ki Dhalang Ruwat,Snack  +
Unjukan
Kepada setiap peserta akan
dilakukan : Pemotongan Rambut
Siraman dengan Toya / Tigas Rekmo,  Siraman dengan
Sekar Setaman  yang Toya Sekar  Setaman  (diruwat
16.30 – 17.45 Peserta Ruwatan diambilkan dari tujuh sukertonya) oleh Ki Dhalang
sumber mata air di Ruwat, selanjutnya setiap
Gunung Lawu. peserta otomatis menjadi “Anak
Angkat” dari Ki Hadi
Soedarsono.
17.45 – 20.45 Peserta Ruwatan, Ganti Busana Biasa / Semua Pakaian yang dikenakan
Panitia, Tamu Bebas, Makan Malam, peserta + Kain Lawon/Mori +
Potongan rambut peserta
Istirahat secukupnya dan
ruwatan akan di labuh di Laut
Pisowanan Ke Pasarean
Selatan oleh Panitia bersama
Para Nata Raja-Raja
Undangan Abdi Dalem Pantai
mataram(ada briefing dr
Parangkusumo.Fasilitas :Makan
panitia/ Lurah Pasarean
Malam, Sekar Setaman untuk
sebelum pisowanan)
Pisowanan. 
Peserta Pengenalan dan
RuwatanDan Bimbingan Meditasi oleh
20.45 – 22.00 BONUS
Keluarganya : Ki Sabdalangit Ae
yang berminat Banyusegoro, SIP, MM
Pagelaran Ringgit Purwa
Peserta Ruwatan,
Semalam Suntuk.
Panitia, Tamu
Lakon : SEMAR
20.00 – … Undangan  dan BEBAS
MANEGES dengan
Masyarakat
Dhalang : Ki Seno
Umum.
Nugroho.

CATATAN PENTING :

1. Kunci dari “Berhasil atau Tidaknya” Ruwatan ini adalah SECARA NYATA bisa
menghadirkan ‘BETHARA KALA’ sewaktu Pagelaran Wayang Ruwatan
(Murwakala).  Untuk keberhasilan acara ini kita pasrahkan sepenuhnya kepada Ki
Sabdalangit, Bu Ageng R.Ay. Untari dan Ki Dhalang Ruwat yang akan saling bekerja
sama.
2. Acara Ruwatan adalah acara yang sangat SAKRAL dan RELIGIUS, maka sangat
diperlukan persiapan-persiapan yang sangat SERIUS dan OPTIMAL. Selain Ki
Dhalang harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya (Puasa seminggu sebelum acara
ruwatan, mempersiapkan sesaji yang lengkap/komplit, dll.). Pihak
Panitia/Penyelenggara pun juga mempersiapkan yang terbaik untuk segala sesuatunya
(Mengupayakan Sponsor/Donatur sehingga memperingan  unit/cost setiap peserta
ruwatan, Pengadaan Toya siraman di ambil dari Pringgodani, Gunung Lawu, kerja
sama dengan Para Abdi dalem Kraton yang bertanggung jawab di Pasarean Agung
Kotagedhe maupun Pantai Selatan Parangkusumo, dll).
3. Untuk Peserta Ruwatan yang mengajak keluarga, diharapkan keluarganya dapat
menyesuaiakan diri dengan agenda tersebut di atas. Khusus untuk konsumsi, jika
peserta menghendaki penambahan untuk keluarga yang diajak, konsekuensinya akan
berkaitan dengan budget/pembiayaan.  Mengenai besaran tambahan biaya konsumsi
per orang, bisa dikomunikasikan dengan Panitia Penyelenggara di : 081-22-4545-727.
4. Untuk Acara Pisowanan Nyekar Para Natagung Raja-raja Mataram di Astana
Kotagedhe karena harus memakai “Pakaian Pisowanan Khusus” (pranakan), bagi
yang tidak memiliki bisa menyewa kepada Para Abdi Dalem yang bertugas. Jasa
busana satu perangkat pakaian pisowanan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah).  Dan
sebagai ucapan rasa terima kasih kita kepada Para Abdi Dalem yang telah
menghantarkan pisowanan serta yang telah merawat, memelihara (ngrekso) pasarean,
juga sebagai sedekah ‘tanda tresna’ kita akan memberikan ulu bekti dengan
melakukan ‘bantingan manasuka’ dan kita serahkan semuanya kepada Para Abdi
Dalem.
PENDAFTARAN PESERTA

Acara Ruwatan Murwakala dibuka untuk siapapun yang merasa perlu diruwat, dan tidak ada
batasan usia, suku, maupun agama. Bagi yang berminat dapat langsung menghubungi Panpel
Ruwat Murwakala  ke Nomor 081-22-4545-727. Pendaftaran akan ditutup pada tanggal 18
April 2013.

SYARAT-SYARAT PESERTA

1. Peserta harus datang sendiri (tidak boleh diwakilkan)


2. Boleh mengajak keluarga untuk mendampingi
3. Menyebutkan nama lengkap diri dan kedua orang tua
4. Menyebutkan tanggal lahir (weton) dan jenis sukerta
5. Sebelum acara ruwatan, seluruh peserta mengisi formulir yang telah disediakan oleh
Panpel
6. Menyebutkan ukuran pakaian dan selop

BEAYA

            Pada ruwatan murwakala kali ini, akan dilakukan secara besar-besaran oleh dua
dalang sekaligus. Ruwatan dilakukan oleh dalang sepuh Ki Dhalang Hadi Soedarsono (usia
81 tahun) dengan lakon Murwakala dan dilanjutkan pagelaran wayang kulit dengan lakon
Semar Maneges oleh Ki Dhalang Seno Nugroho. Untuk beaya kedua dalang sudah
ditanggung oleh Bapak Bupati Kutai Timur Ir H Isran Noor M.Si (KPH
Hamengkunagoro/KPH Condronagoro) sekaligus selaku Ketua APKASI (Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) dan Ketua Badan Tim Nasional PSSI atau Ketua
Bupati dan Walikota seluruh Indonesia. Sedianya kami Panitia Pelaksana berusaha akan
menggratiskan semua beaya yang harus ditanggung peserta ruwat. Akan tetapi ternyata
peserta ruwat justru harus mengeluarkan beaya sendiri terutama untuk perlengkapan utama
misalnya sesaji, kain mori, dan larungan. Artinya sukerta tidak boleh berhutang jasa dan budi
baik pada saat membersihkan sukertanya. Kami paham, karena memang amal kebaikan,
sedekah, membantu sesama merupakan salah satu cara “meruwat” diri sendiri.  Yang
ditanggung oleh peserta tinggal beberapa keperluan  sebagai berikut :

1. Semua jenis sesaji dan ubo rampe yang diperlukan


2. Sewa busana tradisional dan bea perias
3. Kain lawon/mori
4. Konsumsi 2 kali makan prasmanan dan snack
5. Prosesi labuhan/larungan di laut selatan Parangkusumo
6. Sedekah abdi dalem dan perawatan makam
7. Sekar setaman untuk ziarah Pasarean Agung Panembahan Senopati
8. Dokumentasi dalam bentuk CD akan dikirim ke alamat peserta

Setiap peserta memberikan konstribusi beaya sebesar RP. 1.117.000,-

Dapat ditransfer ke rekening BCA 169-184-0072 a/n R.Ay Untari SL sampai tanggal 18 April
2013. Bukti transfer dapat di mms/sms/forward ke No Telp. 081-22-4545-727 atau Email ke
suketz@gmail.com

Alamat :
Panpel Ruwat Murwakala
Jalan Kenekan No 2A Panembahan, Kraton Yogyakarta
Telp. 081-22-4545-727

Panpel Ruwat Murwakala :

Penyantun                                 : Ketua APKASI dan Bupati Kutai Timur


Penasehat & Pembimbing     : Ki Sabdalangit Ae Banyusegoro SIP, MM & R.Ay. Untari SL
Ketua                                             : R. Joko Sigit Pangarso
Sekretariat & Dokumentasi : Ki Soenarto SS
Bendahara                                  : RM Herdjuna Satrijaningrat SSi
Humas                                           : Ki Purwanto Hadi , Jontex Kurnia Permana
Umum                                           : Mulyono, Susilo, Tono
Transportasi                               : Bayu Purnama
Keamanan                                   : Para Abdi Dalem Pasarean Agung
Kotagede,  Mulyono, Susilo, Tono

Di dukung oleh  :

 Dinas Pariwisata dan Budaya Propinsi DIY


 Bupati Juru Kunci Kartasura Pajimatan Imogiri
 Lurah Abdi Dalem Pasarean Agung Kotagede RT Pujodipuro
 dll

Rahayu Sagung Dumadi, Suradira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti

Kembalinya Sistem Keseimbangan Era “Wolak-


Waliking Zaman”
Panggang, (sorotgunungkidul.com)–Setelah melalui beberapa proses ritual, tepat jam 00.45
WIB, Selasa Kliwon (08/10/2013) Cupu Kyai Panjala yang berselimut mori di buka.
Pembukaan cupu dipimpin langsung oleh mbah Dwijo Sumarto (75) selaku juru kunci
sekaligus keturunan Kyai Panjala yang ke-7. Dari lembar pertama hingga sepertiga tidak
dibaca hasilnya, baru setelah lembar sepertiga ketahuan ada yang terbaca. Hasil dari bukaan
lembar per lembar mori pembungkus cupu adalah sebagai berikut :
1. Kemule garing kemrisik (Kain kering kerontang)
2. Sepertiga kemul kotor.
3. Sisih lor kulon ada gambar telapak tangan seko ugel2 tekan driji (barat laut ada gambar
telapak tangan)
4. Lor kulon ada gambar wayang Gatotkaca (barat laut ada gambar tokoh wayang Gatotkaca)
5. Kemule selembar nglemek (Kain selembar agak basah)
6. Kulon ono gambar gajah sikile mburi ndodok sikil ngarep nongkrong (Barat ada Gajah
jongkok hendak bangun)
7. Sisih kulon ono gambar bocah cilik malang kerik nganggar pistol (barat ada anak kecil
yang bersikap menantang sambil mengacungkan pistol)
8. Kidul kulon gambar iwak banyu (barat daya ada ikan air)
9. Sisih wetan ono gambar sirah naga madep ngalor (timur ada kepala naga menghadap ke
utara)
10. Lor kulon ono gambar kelinci, sakcerake ono gambar wong lanang wadon sirah thok.
Kidul kulon ono gambar wong wadon leyeh-leyeh madep ngetan.(Barat laut ada gambar
kelinci di dekatnya ada lelaki dan wanita hanya kepalanya saja. Lantas disisi barat daya ada
wanita bersandar menghadap ke barat)
11. Kemule kotor mubeng (Sekeliling kain kafan kotor)
12. Sisih kulon ono gambar bal tending (sebelah barat ada gambar bola sepak)
13. Kidul wetan gambar bercak-bercak getih garing (tenggara ada bercak-bercak darah
kering)
14. Sisih wetan ono gambar ndas sapi (timur ada gambar kepala sapi)
15. Sisih kulon ono gambar wayang Durna (sebelah barat gambar wayang tokoh Durna)
16. Sisih lor ono wujud rambut cendak (utara ada wujud rambut pendek)
17. Sisih wetan ono wujud kembang bayem (timur ada wujud bunga bayam)
18. Kemule garing terus ono nglemek maneh. (setelah sekian halaman kering, kain agak
basah lagi)
19. Lor kulon ono gambar bintang cacahe 5, sing 2 gede sing 3 cilik (Barat laut ada gambar
bintang jumlahnya lima, yang nomor dua dan tiga paling besar membentuk huruf letter L)

20. Sisih kidul kulon ono gambar pulau Jawa, Lombok, dan Sumbawa (Sebelah barat daya
ada gambar Pulau Jawa, Lombok dan Sumbawa)
21. Kidul kulon ono gambar wong nembak (Barat daya lagi ada gambar orang menembak)
22. Sisih kulon ono gambar ongko 8 (sebelah barat ada angka 8)
23. Sisih lor ono gambar ongko 42 (sebelah utara ada angka 42)
24. Kemule garing kotor kabeh mubeng (Kain kering, kotor menyeluruh)
25. Sisih kidul ono gambar huruf K (selatan ada huruf K)
26. Sisih lor ono gambar wayang Werkudara, Kumbakarna, Kresna, mung Werkudara lan
Kumbakarna kaling-kalingan Kresna. (sebelah utara ada tokoh wayang Werkudara,
Kumbakarna dan Kresna. Hanya saja Werkudara dan Kumbakarna agak tertutup Kresna)
27. Sisih kidul gambar wong wadon akeh jingkrak-jingkrak, sisih wetan yo podo. (Sebelah
selatan ada banyak wanita melompat-lompat kegirangan, demikian juga sebelah timur)
28. Lor kulon ono gambar kelir, sisih wetan ongko 3 (sebelah barat laut ada gambar kelir,
sebelah timur angka 3)
29. Sisih kidul kulon ono gambar singo madep ngetan sebelah barat daya ada singa
menghadap ke timur)
30. Lor wetan ono wujud kleci kacang (timur laut ada kulit ari kacang tanah)
31. Kemule mangkat resik garing (kain kembali kering bersih)
32. Kemule bentuk U trotol kuning (kain berbentuk U dengan bercak-bercak kuning)
33. Sisih kulon ono gambar wong seko dada munggah nganggo kucir madep ngalor (barat
ada gambar separuh badan, dada keatas, rambut dikuncir menghadap utara)
34. Sisih wetan ono wujud kapur garing putih. (Timur ada ujud kapur putih dan kering)
35. Kidul kulon ono gambar ongko 7 jaman mbiyen (barat daya ada gambar angka 7 kuno,
atau 7 yang ada setrip tengahnya)
36. Lor wetan ono wujud jentik-jentik mati (barat laut banyak jentik-jentik yang mati)
37. Sisih lor karo kulon kemule ngeres (sebelah utara dan barat selimutnya kasar)
38. Sisih wetan ono gambar pitik babon madep ngidul (sebelah timur ada ayam betina
menghadap ke selatan)
39. Kemule teles (Kain basah kembali)
40. Kemule garing maneh (Kain kembali kering)
41. Kidul wetan antarane 6 lembar kemule suwek (Tenggara ada 6 lembar kain kafan yang
sobek-sobek)
42. Kemule resik garing (selimut kering kembali)
43. Kemule teles maneh (selimut kembali basah)
44. Lor wetan ono gambar ongko romawi VI (timur laut ada angka romawi VI)
45. Pojok kidul kulon gambar sirah wong, wetane gambar wayang Semar (pinggir barat daya
ada gambar kepala orang, sebelahnya tokoh wayang Semar)
46. Kidul kulon bercak darah garing (barat daya ada bercak darah kering)
47. Sisih lor kulon ono angka 18-11-AA, OBN (timur laut ada angka 18-11-AA, OBN)
48. Sisih kidul wetan ono ongko 5 (selatan ada angka 5)
49. Sisih wetan karo kidul kulon ono gambar trotol nanah (Timur dan barat daya ada bercak-
bercak nanah)
50. Sisih lor ono wujud benik klambi bolongane 4 warnane pinggir coklat tengah ireng putih
(utara ada kancing baju lobangnya 4 warna tepi coklat, tengah hitam putih)
51. Kemule garing terus tekan njero (Kain kembali kering hingga ke dalam)
52.Kidul kulon ono wong botak kaca moto, wetan nganggo iket.(Barat daya ada orang botak
berkaca mata, sebelah timur memakai ikat kepala mirip penyanyi Campursari)
Selanjutnya posisi ketiga guci setelah dibuka adalah untuk Semar Tinandu (gambaran orang
besar/pejabat tinggi Negara) doyong ngalor (condong ke utara), Palang Kinantang
(pejabat/pengusaha kelas menengah) ngalor wetan (timur laut) dengan keadaan tutup Palang
Kinantang ambrol sedangkan posisi Kenthiwiri (rakyat kecil) jejeg (lurus).

Itulah gambaran yang terdapat di kain mori yang membungkus Cupu Kyai Panjala. Terdapat
52 lapis kain mori masing-masing menyiratkan berbagai lambang sebagai pertanda alam apa
yang akan terjadi di Nusantara ini.

KEMBALINYA SISTEM KESEIMBANGAN ERA WOLAK-WALIKING ZAMAN

Nusantara sebentar lagi memasuki fase baru, yakni bulan Suro Moncer. Artinya, apa yang
tidak mungkin terjadi menjadi mungkin terjadi (sileme prahu gabus, kumambange watu
item). Serta apa yang dianggap tidak tampak atau tidak ada akan menjadi tampak dan
mewujud (kang datan ono dadi gotro). Termasuk dalam dunia ekonomi dan politik. Sesuatu
yang populer, ramai dan hangat ditunggu dan dibicarakan banyak orang, serta yang dianggap
akan muncul seperti yang diharapkan, ternyata sebaliknya justru tenggelam. Banyak orang
bersikap berlebihan, terlalu besar harapan, atau terlalu PeDe akan menguasai keadaan dan
akan memenangkan menguasai dunia bisnis atau arena politik, tetapi akhirnya hanya gigit
jari, kecewa, stress, depresi lalu mengidap gangguan jiwa. Sebaliknya, sesuatu yang tak
pernah disangka diduga, luput dari pengamatan publik justru yang akan muncul seperti kuda
hitam, bagaikan gadis yang baru saja keluar dari pingitan. Sesuatu yang terkesan kuat,
perkasa, seolah tak mungkin tumbang, ternyata terjerembab juga. Termasuk pula kesadaran
spiritual. Sesuatu yang tadinya dianggap najis dan layak diludahi, tetapi pada akhirnya akan
banyak orang yang memahami bahwa sesuatu yang dianggap najis itu ternyata sesuatu yang
sangat berharga dan sangat tinggi nilainya. Kencana katon wingko (emas yang dikira pecahan
genteng). Sebaliknya, sesuatu yang dianggap kencana atau emas, ternyata tak lebih hanya
sebatas kereweng atau wingko (pecahan genteng). Setelah berlangsung wolak waliking jaman,
maka selanjutnya zaman akan memutar balik lagi, kembali pada keseimbangan menuju titik
kebenaran.

Di sisi lain, apa yang tak nampak akan menjadi nampak. Apa yang tidak ada menjadi ada.
Sesuatu yang kosong menjadi isi. Yang dianggap isi ternyata kosong. Maka pada fase ini
akan terjadi banyak sekali kejutan bahkan yang tak pernah diduga dan disangka sebelumnya.
Luput dari pengamatan para waskita pada umumnya. Orang yang semula dicemooh, maka
giliran yang mencemooh akan malu sebab ternyata cemoohnya salah. Dikemudian hari
barulah disadari ternyata yang benar justru yang dicemooh. Demikian seterusnya. Lantas
bagaimana cara mengantisipasi agar kita menjadi bagian dari generasi yang selamat ? Mudah
saja asalkan kita selalu eling dan waspada, niscaya kita akan menjadi generasi yang selalu
dinaungi energi positif wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan begja kang teka saking
kersaning Gusti.

SECERCAH HARAPAN

Semoga gambaran Semar Tinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri memang akan seperti
apa adanya dan apa yang akan terjadi. Semar Tinandu yang posisinya miring ke utara
melambangkan Pemimpin Indonesia yang akan datang berasal dari wilayah utara Nusantara.
Kemungkinan besar adalah wilayah Kalimantan Timur atau Kutai Timur. Sedangkan Palang
Kinantang sebagai gambaran kelas menengah, condong ke arah Timur Laut, di mana
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki daya tarik sendiri sebagai wilayah yang
makmur dan relatif aman tenteram untuk berinvestasi. Bahkan kemakmuran Indonesia akan
banyak ditopang oleh wilayah Kaltim, termasuk oleh Propinsi Kaltara sebagai salah satu
Propinsi baru di Indonesia. Propinsi Kaltara yang berdiri pada 28 Oktober 2012 lalu
sepertinya akan memunculkan tokoh baru dalam pola kepemimpinan yang ideal. Propinsi
Kaltara akan menjadi salah satu daerah baru yang menjadi favorit bagi dunia investasi dan
bisnis. Sementara itu, cupu paling kecil Kenthiwiri sebagai simbol rakyat Indonesia terutama
rakyat kecil posisinya tampak jejeg atau berdiri tegak. Semoga hal itu menggambarkan
dimulainya kesadaran baru bangsa Indonesia untuk jejeging soko guru bangsa yang dibangun
dan dimulai oleh rakyat kecil yang mengerti sejatinya hidup (spiritual sejati). Harapan saya
semoga gambaran terakhir ini merupakan starting point bagi Tinarbukaning Gerbang menuju
era Kejayaan Nusantara di masa yang akan datang.

Rahayu sagung titah dumadi

Kekuatan Upacara Adat
Review Trowulan Sabtu Pon 21 September 2013

Upacara adat kali ini merupakan sarana mengonsultasikan persoalan perusakan warisan budaya kepada kekuatan
jagad raya. Dan tak akan ada yang luput dari mekanisme pengadilan alam. Mari kita lihat dan saksikan bersama.
Seperti diketahui, rencana pembangunan pabrik pengecoran baja di Desa Jati Pasar dan Desa Wates Umpak,
Trowulan diprotes berbagai elemen masyarakat. Aktivitas pabrik seluas 36.728 meter persegi dan dampak sosial
ekonomi setelahnya dikhawatirkan merusak kelestarian situs Majapahit yang tersebar di kawasan Trowulan.

Acara diawali sambutan oleh panpel Ki Wongalus mengenai segenap persoalan industrialisasi di atas situs
Majapahit Trowulan dan segenap upaya yang telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Sambutan
dilanjutkan dari KKS dan Ki Camat (Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kab Sidoarjo) diteruskan
untaian kalimat sambutan dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam paguyuban Safe Trowulan,
Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi,
sesepuh adat Majapahit di Trowulan, hadir pula sedulur-sedulur dari paguyuban Sanggar Pakeliran Bojanegara,
dan beberapa paguyuban dari Blitar dan Kediri. Sumpah Palapa sang Mahapatih Gajah Mada pun
dikumandangkan dengan lantang oleh sedulur yang tergabung di dalam paguyuban Trah Majapahit, Majapahit
Wilwatikta. Acara demi acara berlangsung dengan khidmatnya serta berisi ungkapan yang sungguh membuat
haru dan menyadarkan kita ini sebagai generasi bangsa yang musti mencintai NKRI, dan bangsa yang berbakti
kepada para leluhur perintis Nusantara, di antaranya sikap dan tindakan menghormati situs sejarah sebagai
pusaka warisan nenek moyang yang mengandung nilai-nilai adiluhung. Kita semua sepakat, jika kita benar-
benar memahami sejatining urip dan tentang sangkan paraning dumadi, maka tak ada satupun alasan  untuk
merusak situs sejarah peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. Kecuali otak sudah dicuci dengan doktrin
kapitalisme maupun doktrin agama yang sama-sama berbahaya membuat kehancuran di muka bumi.

Udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang, angin semakin kencang, namun rasa
persaudaraan di antara semua yang hadir malam itu sungguh telah menciptakan kehangatan
dan ketentraman. Kami berhayal seandainya Nusantara ini memiliki suasana yang hangat dan
tenteram seperti ini, alangkah indahnya, dan alangkah makmurnya menjadi negeri yang
diberkahi oleh alam semesta, sang Jagadnata, Tuhan Yang Mahakuasa. Kami tiada pesimis
sedikitpun, suatu saat nanti pasti kan tiba waktunya Nusantara menjadi negeri yang adil
makmur, gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja. Karena kami melihat tanda-
tanda kebenaran prediksi itu tiap hari semakin jelas kejadiannya. Itu semua pelan-pelan
terbukti, bukan sekedar hayalan belaka.

Rembulan purnama kian terang benderang memancar di langit sebelah


timur, semakin malam rembulan itu semakin ke atas. Dan tampaklah awan putih di angkasa
membuat konfigurasi garis lurus semakin lama melebar di samping centrum cahaya
rembulan. Pada saat kami semua dari berbagai elemen masyarakat menaiki Candi Brahu
untuk menghaturkan uborampe sebagai “oleh-oleh” kepada para sedulur wadag maupun gaib
yang menjaga Candi Brahu, saat mata menengadah ke langit, persis di atas candi di
ketinggian sana mata kami menatap awan putih lurus dan lebar (tidak sempat memotret
dengan kamera) hingga tampak memenuhi sepertiga puncak Candi. Ternyata fenomena itu
menandakan kehadiran KRK yang turut hadir pada malam itu.

Kami semua berkumul, sedulur-sedulur dari KKS, AAK, KWA, Ki Camat. Dan dari
berbagai elemen masyarakat seperti paguyuban Save Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit
Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, abdi dalem dan
juru kunci Candi Brahu serta sesepuh adat Majapahit di Trowulan. Bahkan sedulur titah alus
lebih banyak hadir dibanding jumlah kami. Kami semua, titah wadag maupun halus
berkumpul di areal Candi Brahu dengan satu tujuan yang sama. Yakni : selamatkan situs
Trowulan, Selamatkan Majapahit, Selamatkan Nusantara ! Kami yakin setelah mengkalkulasi
secara generalisir melalui berbagai media, masyarakat yang masih peduli dengan nasib situs
Majapahit jumlahnya jutaan orang. Biarlah kami berkumpul tidak sampai puluhan ribu pada
malam itu, tapi kami haturkan untuk mewakili generasi bangsa yang masih peduli dan tidak
rela jika situs Trowulan dirusak dan diinjak-injak untuk sekedar alasan sepele, yakni
industrialisasi yang tak jelas untuk memakmurkan siapa.

Malam semakin larut, bau harum dan beraneka aroma tercium di lubang hidung. Saat upacara
adat dimulai, bau harum semakin menyengat, udara dingin semakin menusuk tulang, angin
semakin kencang bertiup. Hingga tiba-tiba datang kabut putih dan tebal sekali, suasana
berubah menjadi lengang, angin berhenti dan berubah menjadi keheingan yang sunyi senyap,
pada saat acara ritual telah selesai. Tampak berbagai wujud, mungkin jumlahnya ribuan hadir
bersama dalam acara itu. Mereka adalah saudara kita sesama titah Gusti Sang Jagadnata.
Sudah selayaknya kita saling menghormati dan menghargai, saling berbagi rasa welas asih.
Buang rasa permusuhan dan kebencian, sirnakan prasangka dan stigma buruk  bahwa mereka
adalah mahluk jahat. Yang jahat bukanlah mereka, melainkan apa yang ada dalam prasangka
buruk bangsa manusia sendiri.

Pada malam itu, secara spontan panpel menerima telepon langsung dari Ketua Bupati Seluruh
Indonesia (APKASI) Ir. H. Isran Noor M.Si yang berkenan menyatakan sikapnya sbb :
Kepada seluruh elemen masyarakat yang hadir, kami sangat apresiet atas segala daya upaya
untuk melindungi situs sejarah Majapahit yang mengandung nilai adiluhung itu. Kami akan
membantu perjuangan saudara-saudara sekalian melalui upaya konstitusional kepada Menteri
terkait dan Bapak Presiden agar mengambil kebijaksanaan untuk melindungi situs Majapahit
dan semua situs sejarah, bahkan  tidak hanya di Trowulan tetapi juga situs-situs baru yang
baru diketemukan yang tersebar diseluruh Indonesia baru-baru ini. Jika ingin menjadi bangsa
besar, mulai sekarang kita harus menghargai hasil karya para pendahulu kita, salah satu
wujud sikap menghargai itu adalah melindungi situs sejarah bangsa. Seperti kalimat Bung
Karno, jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Demikia Isran Noor menyampaikan
supportnya kepada perjuangan ini.

Apapun alasannya industrialisasi yang dibangun tepat di atas situs Majapahit sebagai cara
pandang yang terbalik dalam menempatkan prioritas kepentingan. Apakah industrialisasi itu
layak disebut sebagai upaya membangun ekonomi rakyat, menciptakan lapangan kerja,
memajukan kesejahteraan masyarakat. Terkesan alasan itu hanya sekedar bulshit yang dicari-
cari saja. Atau mungkin para industrialis dan pejabat setempat  malah sudah kerasukan pola
pikir sempit dan picik berdasarkan anggapan bahwa semua yang berbau situs sejarah dinilai
sumber kemusyrikan, lantas menjadi sah dan halal jika digilas dengan penghancuran maupun
industrialisasi kapitalisme yang kenyataannya lebih berhala ketimbang menyembah batu
hitam.  Saya pun sah-sah saja menuduh para industrialis dan pejabat setempat sebagai
tindakan haram karena telah menginjak-injak martabat dan nilai sejarah yang adiluhung para
perintis bangsa, para leluhur yang mewariskan tanah perdikan yang sampai hari ini mereka
tinggali sebagai tempat mencari makan. Tidur, berak, makan, cari uang pun kenyataannya
masih di wilayah pusaka warisan leluhur bangsa, tapi mereka menghina dan menginjak-injak
simbol harga diri dan warisan nolai luhur sang pewaris. Itu yang dinamakan generasi
durhaka. Lihat saja, tak ada orang yang selamat jika mendurhakai orang tua dan para
leluhurnya sendiri. Apalagi bagi mereka yang hanya menumpang hidup di Nusantara, jelas-
jelas sebagai tamu, tapi bertingkah mbagekake (mempersilahkan) yang punya rumah. Nasib
apa yang akan mereka alami ?

Berbagai elemen masyarakat telah berusaha mengentikan rencana industrialisasi di atas situs
Majapahit, tapi mereka tetap tak bergeming, teguh dalam membutakan hati, mata, dan
telinga, bahkan tampak tiang pancang bangunan pabrik baja mulai didirikan. Oke…kalau
begitu, kami lakukan ritual upacara adat sebagai bentuk local wisdom untuk memberikan
jawaban terakhir jika segala daya upaya untuk menyadarkan suatu kenekadan dan tindakan
yang salah,  ternyata tidak juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Kami hanya
mewakili generasi penerus bangsa yang masih merasakan manfaat situs Majapahit, generasi
bangsa yang masih menghormati para leluhurnya. Kami mewakili generasi bangsa untuk
mengadu dan memohon, agar para leluhur dan kekuatan alam semesta ini yang akan
menyelesaikan konflik dan persoalan industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan.
Boleh saja mereka ketawa dan kacak pinggang melihat apa yang kami lakukan. Tapi kita
semua akan menjadi saksi, lihat apa yang akan terjadi !!

Rasakan dan terimalah rasa welas asih kami, sebagai sesama bangsa Indonesia kami
masih menyayangi kalian para pejabat dan industrialis di situs Majapahit. Kami mohon
dengan sangat, dengarkan semua aspirasi berbagai elemen masyarakat. Perhatikan Perda, dan
UU tentang perlindungan situs sejarah. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1984, tentang
Industri; Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya; Peraturan
Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012, tentang Rencana Ruang Pulau Jawa-Bali; Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Kebudayaan RI Nomor PM.105/UM.001/MKP/2010, tentang
Perubahan pertama atas Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun
2010-2014; Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI Tahun 2010-2014; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031;
RAPERDA Kabupaten Mojokerto Nomor xxx Tahun xxx, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2031. Silahkan mau mengembangkan
industrialisasi, kami dukung jika memang bisa meningkatkan kemakmuran bangsa,
dan masyarakat setempat. Tetapi pertanyaan kami apakah sudah tidak ada lagi lahan
lainnya selain lahan situs penting Majapahit ? Jika tetap ngotot bisa saja orang mulai
berfikir, jangan-jangan tidak sekedar mendirikan pabrik baja, tetapi di dalamnya areal tanah
terdapat harta warisan Majapahit ? Semua tidak menutup kemungkinan apalagi daerah situs
Trowulan memang selalu diselimuti halimun.

Dengarkan kata-kata bijak kami dan aspirasi semua elemen masyarakat. Jika tidak…..ya
sudah. Nas..tali pati ! Mumpung masih ada waktu 7 sampai 35 hari. Sekali lagi wahai para
industrialis dan pejabat semua yang terkait industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan,
gunakan sisa waktu itu untuk berfikir ulang dan memperhatikan aspirasi masyarakat. Jika
tidak, penyesalan di kemudian hari sudah tak berguna lagi. Bukan kekuatan kami yang akan
memberikan keadilan, melainkan kekuatan hukum alam, hukum tata keseimbangan kosmos
yang akan mengadili semua secara proporsional dan seadil-adilnya. Hukum alam tak pernah
menyisakan secuilpun ketidak adilan. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.

Kami ucapkan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada sedulur-sedulur yang sudah
datang ke lokasi jauh-jauh dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Jateng, Surabaya, Sidoarjo,
Kediri, Blitar, Bojanegara, Gresik, Lumajang dan berbagai tempat lainnya. Alam semesta,
para leluhur dan titah alus, mencatat semua amal kebaikan panjenengan semua. Amal
kebaikan panjenengan semua itu akan menjadi pagar gaib yang membenti Anda dari segala
macam kekuatan jahat. Dan alam semesta akan selalu berpihak pada rencana dan usaha Anda
yang positif dan berguna untuk orang banyak. Mari lakukan sesuatu yang bermanfaat utuk
generasi yang akan datang., anak cucu kita, darah daging kita sendiri. Asah Asih Asuh.
Jayalah Nusantara.
DUKUNGAN DARI BERBAGAI PIHAK

Sebagian Kiriman dari Sedulur :

Haris Muzzaki Mojopahit

Ass. Wr. Wb.

Acara Ritual Agung tanggal 21 September 2013 Jam 10 Malam begitu Sakral Banget
Sampai hari ini, aroma wangi semerbak masih terlintas di hidung saya dan istri saya (apakah
hanya sugesti ataukah memang begitu?)

Tapi sayang, saya dan istri sempat kecewa karena tidak bisa menyaksikan dan mengikuti
meditasi sampai selesai, hanya sampai jam 1 karena saya bawa anak kecil2 takut kemaleman
dan juga sungkan sama mas ipar, karena dia yg punya mobil.

Tapi Alhamdlh, saya dan istri sudah ikut dan sempat “menyumbangkan” rambut atas
instruksi Ki Sabdalangit beberapa helai pada saat acara tersebut.

Saya Orang Mojopahit, Terima Kasih Matur Sembah Nuwun saya ucapkan kepada KKS,
Wongalus (Ki Wildan), Mas Kumitir, Ki Camat dan rekan2. Karena telah berkorban dan ber-
dedikasi membantu mengagalkan berdirinya pabrik baja di situs Majapahit, Trowulan.

Salam Rahayu

Ketua Adat Majapahit Trowulan :

Sungguh tidak saya sangka dan duga jika masih ada sedulur-sedulur yang peduli terhadap
nasib kami, nasib Majapahit dan Trowulan. Maka saya dan teman-teman tadi segera hadir di
sini ingin berjumpa dengan semua rekan-rekan di sini, karena saya mendapatkan kabar secara
mendadak. Saya ucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada seudulur sedulur yang hadir
dari berbagai kota, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jatim.

Rahayu Rahayu Rahayu

Antari Yulianto (Jakarta)

Rasa paseduluran yang memang patut didukung..dengan ketulusan..kami datang, bersatu


padu berjuang dengan panggilan darah sang pendiri NUSANTARA..untuk membentuk
kekuatan yang lebih SOLID mengusir segala kezaliman para penghianat bangsa. Semoga
poro sedulur juga turut dalam mengisi perjuangan ini..Salam kebangkitan NKRI tercinta.
Rahayu

Dimas Arjunamencari Cinta

Hasil iseng..foto candi brahu di atas saya masukin ke aplikasi ft aura..dan hasilnya seperti
dibawah ini..tentang keakuratannya.. dalem mboten ngertos. Sumonggo !
Tulisan dari ‘Pendawa Lima’ Kategori
PENDAWA LIMA
 

PENDAWA LIMA

 1. PRABU YUDHISTIRA

PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani,
sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara
yang sangat angker. Prabu Yudhistira mempunyai dua saudara kandung masing-masing
bernama ;Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang
menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga mempunyai dua saudara kembar lain
ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di
kesatrian Baweratalun.Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala,
raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi istri Arjuna.Ketika
hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat daya kesaktian minyak
Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari
pertapaan Pringcendani. Prabu Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta
istrinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Prabu
Yudhistira kemudian menjelma atau menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa
bergelar Prabu Yudhistira. Prabu Yudhistira darahnya berwarna putih melambangkan
kesuciannya.

 2. BIMA atau WERKUDARA

Dikenal pula dengan nama; Balawa, Bratasena, Birawa, Dandunwacana, Nagata,


Kusumayuda, Kowara, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena, atau Wijasena. Bima
putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti
dengan Dewi Dayita dari negara Mandura. Bima mempunyai dua orang saudara kandung
bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.
Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur. Bima
memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku
Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta,
sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji
Blabakpangantol-antol. Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu;
Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat
pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata
yang diterimanya antara lain; Kampuh atau kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana,
Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem. Bima tinggal di
kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta. Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang
anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,

2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan

3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.

Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya
setelah akhir perang Bharatayuda.

3. ARJUNA
Adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita 
putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima
bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah
Puntadewa dan Bima/Werkudara.

Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan
Sadewa. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu.
Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi
Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga,
bergelar Bagawan Ciptaning. Arjuna dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu
Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan
sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-
pusaka sakti dari para dewa, antara lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali
( dari Bathara Kuwera ), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki
pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali ( dari Resi
Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai Sarotama, Keris Kiai Baruna, Keris
Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak
Jayengkaton ( pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani ) dan Kuda
Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain:
Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama.  Arjuna
mempunyai 15 orang istri dan 14 orang anak. Adapun istri dan anak-anaknya adalah :

  1. Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.

  2. Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.

  3. Dewi Srikandi

  4. Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan

  5. Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti

  6. Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka

  7. Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni


  8. Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga

  9. Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati

10. Dewi Supraba , berputra Raden Prabakusuma

11. Dewi Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa

12. Dewi Maeswara

13. Dewi Retno Kasimpar

14. Dewi Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada

15. Dewi Dyah Sarimaya.

Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu ; Kampuh/Kain


Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan
Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).

Arjuna juga banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta (pahlawan perang),
Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning
Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi (gesit
trengginas), Palguna, Danasmara ( perayu ulung ) dan Margana ( suka menolong ).

Arjuna memiliki sifat perwatakan ; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan
suka melindungi yang lemah.

Arjunaa memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang
Bhatarayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.

Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa ( mati sempurna ) bersama ke-empat saudaranya
yang lain. 

4. NAKULA
Nang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan
yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati
dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Nakula lahir kembar bersama adiknya,
Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah,
putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna. Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib. Nakula
mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula
tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati
pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Nakula juga mempunyai cupu berisi,
“Banyu Panguripan atau Air kehidupan” (tirtamaya) pemberian Bhatara Indra. Nakula
mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan
rahasia. Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai
dua orang isteri yaitu:

1. Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan

    memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang

    Pramusinta dan Dewi Pramuwati.

2. Dewi Srengganawati, putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa

    yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita,

    Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala)

    dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung.

Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama
Tirtamanik. Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara
Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya
diceritakan, Nakula mati moksa bersama keempat saudaranya.

5. SADEWA atau Sahadewa


Dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan
yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima atau bungsu
Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu
Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya,
Nakula. Sadewa juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan
Dewi Kunti, dari negara Mandura, bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna.
Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa Tabib. Sadewa sangat mahir dalam ilmu kasidan
(Jawa)/seorang mistikus. Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah
dan lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya
Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan
jelas pada semua peristiwa. Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih,
tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Sadewa tinggal di kesatrian
Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta. Sadewa menikah dengan Dewi
Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-
kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala
dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa). Setelah selesai perang
Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu
Yudhistrira. Akhir riwayatnya di ceritakan, Sahadewa mati moksa bersama ke empat
saudaranya.

Tulisan dari ‘PERANG


BHARATAYUDHA; Nafsu Paling
Menghancurkan’ Kategori
PERANG BHARATAYUDHA; Nafsu
Paling Menghancurkan
NAFSU PALING MENGHANCURKAN
 
PRABU DRUPADA

PRABU DRUPADA yang waktu mudanya bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara
dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra
bersaudara sepupu dengan Bambang Kumbayana/Resi Durna dan menjadi saudara
seperguruan sama-sama berguru pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup,
Arya Sucitra pergi meninggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina
kehadapan Prabu Pandudewanata. Arya Sucitra menekuni seluk beluk tata kenegaraan dan
tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh Prabu Pandu ia
di jodohkan/dikawinkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu dengan
Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang
putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna.
Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi
raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada. Dalam masa
kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Durna, dan separo dari wilayah negara
Pancala direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak-anak
Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai
senapati perang Pandawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena panah Cundamanik.
 
 
RESI DURNA
 

RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi
Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara
seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi
hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian
dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan
kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak
Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama
Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan
Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra
bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah
berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah
gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat
menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang
Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian
Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu
dalam tubuh Drestajumena.
 
Pelajaran Berharga ;

1. “Sapa sing nggawe mesthi nganggo”, siapa menanam mengetam “ngundhuh


wohing pakarti”. Perbuatan jahat pada orang lain akan menjadi bumerang, kembali
membuat malapetaka pada diri sendiri. Tampaknya nukilan dari falsafah hidup
Kejawen ini merupakan rumus alam (baca; kodrat alam/kodrat Tuhan).
Bagaimanapun Durna sudah pernah merebut separoh wilayah kekuasaan dan
membunuh Prabu Drupada. Maka kematian Resi Durna berada di tangan sang
Drestajumena yakni putra Prabu Drupada sendiri.   Sebenarnya Drestajumena secara
kalkulasi tidak akan mungkin mengalahkan Resi Durna, karena kesaktiannya belum
ada apa-apanya jika dibanding Resi Durna. Namun Hyang Widhi telah memenuhi
rumus “sapa nggawe nganggo dan ngunduh wohing pakarti” apapun jalannya Resi
Durna mati di tangan Drestajumena setelah tubuhnya dirasuki roh Prabu Ekalaya.
Sudah menjadi kodrat alam, malapetaka (wohing pakarti) datang menimpa diri
sendiri, tidak mesti dari pihak korban atau orang yang dijahati, namun bisa datang
dari pihak lainnya lagi. 
2. Resi Durna sebagai figur yang memiliki watak dualisme, atau berkepribadian ganda.
Di satu sisi ia membuat huru-hara, di sisi lain mendidik para kesatria Pandawa dari
tlatah kebenaran. Namun ia akhirnya mati “ngunduh wohing pakarti” alias karena
ulahnya sendiri.
3. Ilmu ibarat pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk kebaikan maupun kejahatan
tergantung manusianya.
4. Resi Durna dengan Prabu Drupada adalah saudara sepupu yang dahulu bernaung
dalam satu perguruan, namun Prabu Drupada memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan
(amr ma’ruf nahi mungkar) sementara Resi Durna lebih banyak memanfaatkannya
untuk keburukan dan membela kekuatan jahat.
5. Dalam peperangan fisik semisal Perang Bharata Yudha, dalam konteks riil ambil
contoh antara Yahudi dan Palestina, merupakan perang saudara yang memperebutkan
wilayah atau daerah kekuasaan sebagaimana dalam cerita perang Baratayudha antara
senopati perang Drupada melawan senopati perang Durna.
6. Sebagai peringatan kepada umat manusia untuk berhati-hati terhadap 3 macam nafsu
negatif paling berbahaya yang dapat menghancurkan hubungan tali persaudaraan baik
dalam hubungan internal keluarga, pertemanan atau pergaulan,  berbangsa dan
bernegara yakni ;  nafsu cari benarnya sendiri, nafsu keinginan berkuasa, dan
nafsu penguasaan harta (warisan). Terutama terhadap orang-orang terdekat masih
saudara sendiri. Jika terjadi perang (saudara) akan menjadi perang yang sangat keji
dan kejam. Terlebih lagi perang tersebut diwarnai dalih membela kebenaran, antara
kekuatan “putih” dan “hitam. Akibatnya adalah kehancuran dahsyat. Semoga contoh
di atas dapat meningkatkan kesadaran kita semua, untuk tetap bersatu dalam tali rasa
yang satu, satu kebangsaan, satu bumi pertiwi, satu bahasa. Sehingga bangsa ini
terhindar dari kehancuran, sebaliknya meraih kejayaannya kembali. Kita dapat
mengambil contoh peristiwa holocaus, etnis cleansing, pembantaian massal di
Kamboja, peristiwa G 30 S, Yahudi-Palestina. By: sabdalangit

7. Gunung & Kekuatan Supra


8.

9. Sing sapa wae menawa tansah memetri paugeran, bakal terwaca, permana lan
waskitha, temah suket godhong dadi rewang, ati sumeleh, seger bregas kuwarasan,
ati bungah sumringah, cukup bondo dunya, sugih ngelmu lan wicaksana, wilujeng
karahayon, ayem tentrem kerta raharja, idu geni yen paring dunga pengestu mesthi
manjur lan temomo.

10. Kaitan Antara Karakter Alam dan Karakter Masyarakat

11. Nusantara tempat kita hidup ini merupakan teritorial yang memiliki keistimewaan luar
biasa. Kekayaan alamnya, yang terkandung dalam bumi mulai dari kesuburan tanah,
keragaman flora dan fauna, kontur tanah, struktur geologi, kualitas geodesi, dan
kekayaan maritimnya. Terlebih lagi bila kita sejenak menoleh ke belakang,
memahami dan melihat secara obyektif kondisi bumi pertiwi pada masa lalu. Bukan
sekedar konon, namun jejak-jekan  kehebatan bumi pertiwi yang masih tersisa bisa
kita lihat hingga sekarang ini.

12. Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet
dari wilayah Sabang sampai Merauke. Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat
ratusan gunung berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir
menunjukkan regenerasi dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan
gunung api purba yang sampai sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di
sebelah utara wilayah Jogjakarta. Ratusan gunung berapi itu masing-masing
mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-beda, serta masing-masing
memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik alamiah itu
menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara. Sedangkan perbedaan masing-
masing wilayah Nusantara melahirkan beragam karakter sosial budaya berupa sub-
kultur pada masyarakat yang ada di sekitar gunung maupun yang ada di wilayah
daratan rendah.

13. Karakteristik setiap masyarakat sekitar gunung dibentuk oleh adanya pola-pola
interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya. Dari adanya
interaksi  yang intensif antara masyarakat dengan lingkungan alam dalam jangka
waktu ribuan bahkan jutaan tahun, telah menghasilkan sistem budaya, adat istiadat,
tradisi, dan kebiasan masyarakat yang di dalamnya terangkum nilai-nilai kearifan
lokal (local wisdom) yang begitu luhur. Keunikan budaya sungguh berbeda dari
budaya masyarakat yang tinggal di wilayah 4 musim, sub tropis maupun wilayah
gurun. Karakter alam yang berbeda akan menentukan karakter penduduk dan corak
budayanya serta sistem kepercayaan masing-masing masyarakat. Itulah sebabnya
mengapa karakter agama sangat diwarnai oleh karakter masyarakat dan budaya di
mana agama itu berasal. Dipandang dari perspektif perspektif sosiologis agama atau
sistem keyakinan merupakan bagian dari sistem budaya, karena dihasilkan oleh
budaya selama beberapa waktu lamanya.

14. Paugeran & Daya Magis Nusantara

15. Meskipun gunung-gunung yang terhampar di permukaan bumi Nusantara mempunyai


keberagaman karakteristik, namun hampir semua gunung yang ada di Nusantara ini
memiliki kesamaan nilai spiritualnya. Setiap gunung memiliki aura magis atau
kesakralan dengan kadar yang berbeda-beda yang telah diakui setidaknya oleh
masyarakat sekitar yang sehari-harinya terjadi interaksi dengan kehidupan di sekitar
pegunungan di mana masyarakat menggantungkan hidupnya dari berkah yang
dikeluarkan oleh gunung dan lingkungan alamnya. Oleh sebab itu nilai-nilai magis
atau kesakralan yang sudah tertanam dalam kesadaran kosmos masyarakat sekitar
gunung tidak dapat dihapus oleh peubahan zaman maupun upaya-upaya desakralisasi
melalui propaganda dan hasutan macam manapun. Sekuat apapun propaganda dan
hasutan maupun pemahaman spiritual dan budaya yang keliru akan berbenturan
dengan hukum tata keseimbangan alam di wilayah itu. Cepat atau lambat pemahaman
keliru, propaganda, hasutan akan semakin keras berbenturan dengan fakta dan bukti-
bukti yang setiap saat dialami dan disaksikan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari. Maka tak heran meskipun nilai-nilai modernitas, westernisasi dan
indoktrinasi begitu gencar menggempur nilai  kearifan lokal, namun masih
masyarakat dengan sikap yang begitu kuatnya mematuhi setiap paugeran, karena
paugeran bukanlah omong kosong melainkan berisi nilai-nilai kearifan lokal yang
tidak lain merupakan pelajaran berharga atas berbagai bukti dan fakta, baik yang
bersifat nyata maupun gaib.

16. Apa yang kita yakini biasanya kita jadikan sebagai “obor penunjuk jalan”. Yang harus
kita waspadai adalah, apa yang sekedar kita yakini belum tentu merupakan fakta dan
realitas. Mudah membuktikan apakah sesuatu yang kita yakini merupakan fakta atau
mitos.  Apabila hal-hal yang kita yakini TIDAK sesuai dengan kebenaran fakta dan
realitas maka kita merasakan hidup seperti bermain judi atau spekluan. Segala sesuatu
terasa tanpa ada kepastian. Mata batin terasa buta, tidak tahu bagaimana nasibnya di
hari ini, apalagi esok hari. Oleh sebab itu untuk menanggulangi kecemasan atas
ketidakpastian itu, biasanya Tuhan Mahatahu sekedar menjadi pelarian untuk
menyandarkan segala kegundahan hati. Dalam keadaan seperti ini disadari atau tidak
dalam telah membangun pola pikir dan sikap apatis. Manusia seolah menjalani hidup
dengan tanpa bisa menentukan pilihan. Karena kekuasaan Tuhan menentukan
segalanya, bahkan jam berapa mau kentut dan be-ol saja diserahkan Tuhan yang
mengatur. Ini menjadi blunder saat menganalisa perilaku menyimpang atau tindak
kejahatan. Lantas pola pikir itu pula yang dijadikan alasan pembenar yang dicari-cari
untuk melegitimasi tindakan konyolnya. Dapat digarisbawahi, bilamana apa yang kita
yakini sesungguhnya hanyalah mitos (dongeng imajiner) akan menjauhkan diri dari
berkah alam semesta, karena  sikap dan tindak-tanduk kita semakin menjauh dari
karakter alam dan hukum tata keseimbangan alam. Ia cepat atau lambat dalam
hidupnya akan mengalami berbagai benturan dan himpitan lahir maupun batin.

17. Sebaliknya jika apa yang diyakini merupakan sesuatu yang sesuai dengan fakta dan
realitas, hal itu ditandai hidup kita tidak lagi seperti bermain judi (spekulasi). Kita
menjalani hidup ini dengan penuh kepastian. Hari ini akan selamat atau akan ada
bahaya mengancam, kita akan bisa menangkap tanda-tanda dan peringatan
sebelumnya. Kita merasakan hidup dengan penuh berkah sebagai konsekuensi logis
atas tindakan kita yang selalu selaras dan harmonis dengan lingkungan alam.

18. Benarkah Gunung Memiliki Kekuatan Supra ?

19. Saya pribadi termasuk orang yang tidak mudah percaya, tidak suka ela-elu, anut
grubyuk, atau taklid dst. Tidak puas hanya dengan cara sekedar mengimani saja atas
semua yang dikatakan atau ujare, jarene, ceunah ceuk ceunah. Saya ragu, tetapi
keraguan yang metodis, yakni keraguan untuk tahu apa yang sesungguhnya terjadi.
Saya akan mengakui dan percaya bila saya benar-benar menjadi saksi dengan mata
wadag maupun batin. Lama saya berfikir apa benar gunung selalu menjadi tempat
yang sakral, penuh kekuatan magis, natural dan supernatural powernya besar ?
Bagaimanapun juga memanfaatkan daya nalar atau akal budi akan lebih baik
ketimbang membiarkan emosi untuk memahami suatu kebenaran fakta. Jika saya
menggunakan keyakinan saja, saya akan terjebak pada sikap “menuhankan” emosi.
Dan saya tidak mentabukan seseorang yang cenderung mengandalkan nalar, karena di
samping kesadaran rahsa sejati, kesadaran nalar atau akal budi merupakan salah satu
instrumen yang handal untuk melihat dan menilai suatu  kebenaran sejati dan memilih
mana yang baik (selaras dengan hukum alam) dan buruk (melawan hukum alam).
Sebaliknya, emosi tidaklah bisa diandalkan untuk menganalisa karena emosi tidak
berdasarkan nalar melainkan dengan unsur emosi : rasa suka atau tidak suka, senang
atau tidak senang, puas atau tidak puas. Emosi lebih menekankan pada sentimen
sementara nalar lebih menekankan pada sikap toleransi.

20. Puluhan tahun lamanya saya melakukan survey, penelitian langsung ke banyak
gunung-gunung yang bercokol di muka bumi Nusantara ini. Hingga membawa pada
kesimpulan bahwa benar adanya, jika gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan
besar dan penuh kesakralan.  Dengan begitu, saya semakin menyadari akan sikap para
leluhur bumi putera Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton
yang masih eksis menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana
pemujaan (penghormatan) kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk
penghuninya. Bahkan alasan mengapa tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa
muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering dilakukan di puncak-puncak gunung dan
bukit, kini terjawab sudah.

21. Kenapa Gunung Disakralkan ?

22. Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos
atau mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja. Kecuali bagi yang
masih kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum
sungguh-sungguh memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit
memahaminya. Untuk itu saya coba membantu pemahaman melalui pendekatan
rasional dan faktual sejauh yang dapat saya alami dan rasakan sendiri selama ini. Saya
juga mengharapkan supaya seluruh pembaca yang budiman yang memiliki
pengalaman soal pergunungan khususnya di Nusantara ini untuk berbagi
pengalamannya dengan harapan dapat menambah lengkap ulasan kita kali ini dalam
upaya mengenali karakter gunung khususnya, dan karakter Nusantara pada umumnya.
Tak kenal maka tak paham, tak paham maka tak sayang, orang yang tak sayang
maka akan cenderung membuat kerusakan alam. Di sinilah harapan saya agar
generasi penerus bangsa ini sadar untuk menghentikan segala macam perusakan alam.

23. Saya berani menyimpulkan, rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang
masih aktif maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat.
Penduduk pribumi Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis
yang menyelimuti gunung. Dahulu saya pribadi masih meragukan hal itu. Hingga
pada akhirnya setiap pengalaman demi pengalaman yang telah saya dapatkan
membuat saya lebih mengenali karakter gunung dan memahami apa yang sebenarnya
terjadi. Lebih mengenal dan lebih memahami gunung tenyata dapat membawa kita
pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat bermanfaat untuk
membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam mengambil
sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan yang
saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.

24. Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ? Saya memberanikan diri untuk
membuat suatu kesimpulan bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum
keselarasan dan keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan
sebagai tempat yang menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari
permukaan bumi. Di mana di dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan
panas bumi yang lebih kuat dari dataran rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga
ke puncak gunung, badan dan kaki gunung dengan tingkat energi yang berbeda-beda.
Gunung dengan selimut hutan belantara menjadikannya sebagai rumah tinggal
seluruh  makhluk. Ragam mahluk hidup mulai dari bangsa manusia, bangsa “halus”,
ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu diselimuti hutan belantara
yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga fungsi gunung
sebagai tempat konservasi alam  sebagai lumbung air dan oksigen yang dibutuhkan
oleh seluruh mahluk hidup.

25. Kekuatan alam semesta yang lebih besar menyelimuti seluruh badan gunung. Bagian
gunung yang lebih tinggi ternyata memiliki daya kekuatan yang lebih besar pula.
Semakin mendekati puncak gunung semakin besar pula kekuatannya. Dan sepertinya
pada bagian kawah gunung menjadi kumparan energi yang paling besar. Saya pribadi
kemudian menyadari, mengapa rata-rata gunung semakin ke puncak auranya semakin
wingit ? Termasuk pula para penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka
mahluk hidup pilihan baik titah wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural
powernya, karena memang tidak setiap mahluk hidup mampu bertahan dan bisa
bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya mahluk hidup tertentu dan
pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar kawah atau puncak
gunung. Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di pegunungan
selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative
tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus
setingkat kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak
mahluk halus yang lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan
besarnya daya kekuatan dan kemampuan mereka. Apa jawabannya akan saya
jabarkan dalam alenia di bawah ini.

26. Memahami Gunung Melalui Simbol


27. Dilihat dari keadaan fisiknya, bentuk gunung yang kerucut dapat diartikan sebagai
lambangkan kesadaran akan ketuhanan. Di bagian bawah atau kaki gunung lebih lebar
melambangkan keberagaman “jalan” menggapai kesadaran spiritual. Hal ini tersirat
dalam bentuk nasi tumpeng yang sering kita dapati dalam tradisi Jawa. Di bawah
lebar dan di bagian atas mengerucut melambangkan suatu makna bahwa sekalipun
terdapat keberagaman “jalan” spiritual namun pada dasarnya menuju pada tujuan
yang tunggal yakni menggapai kemuliaan yang Mahatunggal (Tuhan). Tunggal
adalah makna bahwa tuhan sebagai sesuatu yang tak terbatas dan tak dapat dihitung.
Jika disebutkan tuhan adalah satu, sama halnya tuhan dapat dihitung dan terbatas
karena bilangan satu merupakan bilangan terbatas dan dapat dihitung. Jika tuhan
didefinisikan sebagai yang tak terbatas maka lebih tepat menggunakan istilah tunggal,
bukan satu.

28. Di puncak gunung terdapat kawah sebagai tempat keluarnya unsur api dari dalam
bumi. Api atau agni di puncak kawah gunung menjadi simbol spiritualitas yakni pusat
unsur kehidupan yang berasal dari api atau diistilahkan sebagai Bethara Bhrama yang
mengendalikan unsur hidup di dalam api itu sendiri. “Partikel” hidup yang terdapat di
dalam api oleh masyarakat disebut sebagai banaspati. Akan tetapi agni atau api
berasal dari dalam bumi, artinya unsur api yang menghidupi kehidupan itu ada dalam
diri kita sendiri. Sebab alam semesta merupakan jagad besar sementara diri kita
adalah jagad kecil. Puncak gunung dapat diartikan pula sebagai cakra mahkota, di
mana letak kendali kesadaran kosmos berada. Dalam tradisi spiritual masyarakat
Jogja atau Kraton Jogja dikenal spiritus AUM, atau Agni~Udaka~Maruta atau api,
tanah, angin dan air. Dilambangkan dalam rangkaian unsur alam yang mengelilingi
Jogjakarta yakni Merapi (Agni), Kraton Jogja (Udaka) sebagai kehidupan, dan Maruta
yakni unsur angin dan air yang berasal dari laut selatan. Gunung Merapi sebagai
entitas simbol spiritualitas Kahyangan (spirits) dan Kraton sebagai wujud lahir (body
dalam hal ini akal budi), laut selatan merupakan jiwa (soul) sebagai penyeimbang.
Selanjutnya kita akan mengulas tentang ragam kehidupan gunung sebagai wujud
nyata sistem atau tata keseimbangan alam.

29. Kehidupan Gunung

30. Gunung menjadi tempat ideal untuk hidup bagi keanekaragaman hayati yang bersifat
wadag maupun alus. Dari yang paling kecil hingga yang besar. Secara metafisik,
gunung menjadi tempat tinggal para mahluk halus dengan tingkat kemampuan serta
daya kekuatan dan kesaktian yang tinggi. Semakin ke arah bawah (kaki gunung)
penghuninya mahluk halus berdaya kekuatan lebih rendah. Hingga yang berdaya
kekuatan lebih rendah yang menghuni daratan rendah, dan yang paling rendah (setan
bekasakan) menghuni tempat-tempat lembab dan kotor di dataran rendah. Bagi para
sedulur-sedulur pecinta alam, akan mudah membuktikan fakta di atas. Misalnya di
puncak-puncak gunung tidak terjadi penampakan mahluk halus semacam kuntilanak,
pocongan, siluman biasa (kekuatan rendah) dan sejenisnya. Jenis mahluk halus
semacam itu banyak terdapat di daratan terutama daerah-daerah yang lembab, banyak
air, becek, kotor dan bau. Karena di situ lah habitat mereka. Bangsa siluman dengan
daya kekuatan rendah banyak terdapat di daratan rendah, tetapi memilih tinggal di
daerah tertentu misalnya muara sungai, jembatan besar, gumuk, gerumbul, lembah
dan semak belukar. Sepertinya setingkat juga dengan bangsa genderuwo dan wewe
lebih banyak menghuni di daratan tetapi di tempat-tempat seperti pohon-pohon besar,
hutan daratan, batu-batu besar, rumah yang telah lama kosong. Namun bagi
genderuwo berkekuatan tinggi bisa juga tinggal di areal perbukitan. Genderuwo
merupakan mahluk halus yang sungguh unik. Jika dikategorikan kedalam bangsa jin
dan siluman tidaklah tepat, dikatakan mahluk halus memang ada benarnya, tetapi ia
lebih nyata dibanding mahluk halus pada umumnya. Sebagai tolok ukurnya,
genderuwo bisa menyentuh benda fisik, bisa memegangnya, bahkan
melemparkannya. Sehingga terkadang bisa melemparkan benda-benda padat pada
orang yang sedang melintasi tempat tinggalnya. Genderuwo  tampaknya memiliki
kromosom yang dekat dengan jenis kromosom manusia sehingga bangsa genderuwo
bisa menghamili wanita bangsa manusia. Genderuwo juga bukan berasal dari roh
manusia  yang nyasar. Soal raut wajah, genderuwo terkesan  kombinasi antara wajah
singa dan serigala dengan bertubuh layaknya binatang gorilla. Genderuwo  kurang
cakap berbicara dalam bahasa manusia atau tata jalma. Tetapi genderuwo memiliki
kebiasaan seperti dilakukan oleh manusia bisa merokok dan makan. Genderuwo  juga
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia dalam kapasitas yang
terbatas. Walau kurang cakap tata jalma tetapi genderuwo bisa memahami apa yang
diucapkan dan dikehendaki seseorang. Itulah kelebihannya.

31. Kembali ke soal gunung, saya sering melihat di bagian kaki gunung banyak dihuni
oleh mahluk halus dengan rata-rata kemampuan dan daya kekuatan menengah hingga
tinggi sekelas bangsa siluman dengan daya kekuatan menengah. Bangsa siluman juga
beragam wujudnya. Bisa berujud binatang atau mahluk hidup yang wujudnya  sangat
asing menurut penglihatan manusia. Bangsa siluman ini masih bangsa lelembut atau
mahluk halus namun biasanya berbentuk setengah manusia, atau setengah binatang
tetapi daya kekuatannya tidak main-main. Walau bentuknya binatang tetapi seolah
memiliki nalar seperti halnya manusia. Namun bangsa siluman sejauh yang pernah
saya temui tidak dapat berbicara dalam bahasa layaknya manusia (toto jalmo).

32. Sudah merupakan hukum seleksi alam, pada wilayah yang semakin tinggi ternyata
ditinggali pula oleh mahluk halus yang semakin tinggi kekuatan dan kemampuannya.
Bahkan di wilayah sekitar puncak gunung seringkali kita temukan mahluk halus
dengan kekuatan tinggi sekali. Di sekitar areal puncak gunung kita bisa menemukan
keanekaragaman hayati yang tidak terdapat di daratan rendah. Dan biasanya ragam
tumbuhan di wilayah puncak gunung merupakan tumbuhan langka, serta tumbuhan
yang mengandung kegunaan dan berkhasiat tinggi. Jurang yang dalam, tebing yang
terjal ditumbuhi oleh pepohonan besar serta semak belukar yang rapat. Karena kondisi
medan yang sulit dijangkau bangsa manusia, maka berbagai binatang pun menjadikan
wilayah sekitar puncak gunung sebagai istana yang nyaman dan aman dari gangguan
bangsa manusia. Semua itu terjadi sebagai bagian dari sistem keseimbangan alam.

33. Hukum Alam Yang Tersurat

34. Biarkan wilayah pegunungan terlebih lagi areal mendekati puncak gunung menjadi
wilayah tertutup dari bangsa manusia. Karena di sana diperlukan tumbuhan dan hutan
yang lebat sebagai pabrik oksigen dan sebagai penampungan air kehidupan yang
diperlukan seluruh mahluk terutama bangsa manusia. Itulah kebijaksanaan tata
keseimbangan alam menempatkan bangsa binatang hidup di hutan belantara di sekitar
puncak gunung sebagai tempat tinggal yang nyaman, karena letusan gunung tidak
akan membahayakan mereka semua. Bangsa binatang dan mahluk halus yang
perilakunya alamiah serta tidak pernah melawan hukum alam sampai kini tetap
memiliki kepekaan instink untuk mendeteksi secara dini kapan akan terjadi
marabahaya letusan gunung yang akan terjadi. Bangsa binatang dan lelembut pun
akan mudah sekali melakukan eksodus mengevakuasi diri dalam waktu singkat ke
tempat yang aman manakala terjadi letusan gunung.

35. Kita harus menghormati hukum alam menata keseimbangannya sendiri. Bangsa
binatang dan mahluk halus yang tinggal di gunung-gung memiliki tugas untuk
menjaga dan melestarikan sumber kehidupan seluruh mahluk. Biarlah keangkeran dan
kekuatan magis wilayah pegunungan tetap berlangsung, agar supaya hutan tetap utuh
dan ragam kehidupan tetap berlangsung. Biarlah wilayah puncak pegunungan tetap
keramat agar bangsa manusia yang paling potensial membuat kerusakan alam tidak
dengan sekehendak hati merusak kawasan vital sebagai penyangga sistem
keseimbangan alam.

36. Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan
alam tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi
jika areal puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemukiman oleh bangsa manusia
? Apa yang terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ?
Apakah bangsa mahluk halus, bangsa binatang dan tumbuhan sebagai bagian dari
alam semesta dan sebagai sesama mahluk hidup tidak akan marah kepada bangsa
manusia yang telah melawan hukum keseimbangan alam ?

37. Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara
paksa areal pemukiman penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi
telah mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang
menata dan mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind,
akan mampu memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat. Untuk
selanjutnya kita adopsi sifat-sifat bijaksana dari gerak-gerik yang terjadi pada
lingkungan alam di sekitar kita.

38. Terimakasih Saudara-Saudaraku Bangsa Hewan, Tumbuhan & Lelembut

39. Ucapan terimakasihku yang sedalam-dalamnya kepada seluruh sedulur-sedulurku


titah agal dan alus di gunung-gunung yang terhampar di seluruh wilayah Nusantara.
Kalian tak pernah banyak bicara, tapi kalian benar-benar melakukan tindakan save
our earth, save our nation. Tapi bangsa manusia banyak yang memusuhi dirimu,
karena menganggapmu sebagai mahluk jahat. Padahal kalian lah mahluk paling takwa
pada hukum Tuhan (hukum alam). Tanpamu, mungkin bangsa manusia sedang
menggali kubur untuk dirinya sendiri, bangsa manusia lah yang paling gemar merusak
tata keseimbangan alam itu, jika tak ada peranmu maka bangsa manusia akan segera
mengalami kehancurannya sendiri. Tetapi peranmu sangat besar dalam melindungi
jagad jalma manungsa. Sesaji apa adanya yang saya berikan manakala berkunjung ke
gunung, bukan untuk menyembahmu, tetapi wujud dari sikapku untuk menghargai
dan terimakasihku pada kalian. Melindungi, menjaga, melestarikan lingkungan alam
sebagai implementasi rasa hormatku kepada kalian semua wahai seluruh mahluk
hidup. Semua ini kami lakukan agar hidup kami menjadi lebih bermakna, mau dan
mampu memberikan kehidupan kepada seluruh mahluk. Saling asah asih dan asuh.
Bukan menjadi sampah yang mengotori kehidupan di permukaan planet bumi ini.

40. Suradira Jayaningrat lebur dening pangastuti


Sabdalangit
INDIKATOR INTERAKSI dengan
SUPERNATURAL BEING
 Supernatural, magical, occult, magic, invisible, hidden, mysterious, mystical, uncanny,
mystic, fairy, inscrutable, faerie, fey, preternatural, orphic, cryptic, superlunary, fairytale,
astral.

Supernatural being, dapat saya artikan secara lazim sebagai ke-ada-an yang bersifat non-
alami, tidak bersifat fisik. Sementara yang lain menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak dapat
dijelaskan secara ilmiah, misteri, penuh teka-teki, tidak dapat diselidiki, atau tidak dapat
dipahami. Benarkah supernatural being tidak dapat dijelaskan secara ilmiah ? Dalam konteks
ini apakah gaib itu nyata ?

Barangkali jawaban yang saya berikan terkesan unik, aneh dan berbeda dari kebiasaan umum.
Nyata atau tidak nyata tergantung siapa yang menjawabnya. Jika jawaban keluar dari
seseorang yang mempunyai kemampuan indigo, atau orang-orang yang sering mengalami
interaksi dengan mahluk halus dan berbagai hal gaib, atau orang yang indera penglihatannya
sering menangkap obyek metafisik (supernatural being), tentu gaib tidak lagi bersifat
invisible, maupun inscrutable.  Sebaliknya menjadi tampak nyata, maka boleh-boleh saja
disebut sebagai kasunyatan atau kenyataan. Lain halnya bagi seseorang yang samasekali
tidak pernah melihat gaib, apalagi menyangkal terhadap sesuatu yang gaib, tentu saja gaib
menjadi sesuatu yang sama sekali tidak nyata (preternatural).

Dapat dimaklumi, harapan untuk dapat MELIHAT atau menyaksikan “kasunyatan” gaib
bukanlah hal mudah. Meskipun demikian bukan berarti bahwa seseorang lantas samasekali
tidak pernah berinteraksi dengan supernatural being. Untuk itu setidaknya perlu dipahami
beberapa faktor berikut :

1. Ada anggapan keliru yang kadang tidak disadari. Beberapa orang menganggap
kemampuan berinteraksi dengan supernatural being selalu ditandai oleh kemampuan
mata wadagnya (eyes/mata fisik) untuk melihat secara visual “obyek” gaib.
Pemahaman ini tentu saja keliru kaprah. Karena berinteraksi dengan gaib tidak melulu
dengan melibatkan mata wadag Anda. Perlu kita sadari bahwa interaksi dengan 
supernatural being dapat melibatkan salah satu, beberapa bagian, atau seluruh panca
indera yang kita miliki.  Namun pada kenyataannya masing-masing panca indera tiap
orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda  dalam berinteraksi dengan
supernatural being. Ada orang yang indera penciumannya lebih tajam, sementara
yang lainnya ada pada penglihatan matanya, pendengarannya, perasa (kulit), atau
getaran nuraninya atau mata batin (third eyes atau six sense) yang lebih tajam. Oleh
sebab itu bagi yang belum bisa menyaksikan dengan mata wadag, seyogyanya
janganlah berkecil hati, sebab setiap orang apapun jenis kelamin, agama, kepercayaan,
budaya, suku-bangsanya, tetap dapat berinteraksi dengan kasunyatan gaib
(supernatural being ) atau noumena metafisik menurut filsuf Aristoteles. Yang lebih
penting seyogyanya kita dapat mengenali kemampuan dan kelebihan yang ada pada
diri kita sendiri, mengetahui panca indera mana yang lebih peka saat terjadi interaksi
dengan supernatural being. Dengan adanya tulisan ini, paling tidak dapat menjadi
sarana komparasi, dan sedikit membantu kepada para pembaca yang budiman untuk
dapat lebih mengenali mana panca indera Anda yang paling peka.
2. Kebanyakan orang awam tidak menyadari bilamana dirinya sudah mengalami suatu
interaksi dengan supernatural being. Karena kurangnya komparasi dan  pengetahuan
mengenai seluk-beluk dimensi metafisik dan kurangnya referensi yang ada baik dari
pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, maupun bahan bacaan yang ada.
3. Bagi yang sudah mengalami interaksi dengan gaib pun, terkadang ia sendiri
menyanggahnya dengan berbagai macam alasan ekstrim misalnya gaib itu tidak ada.
Sementara beberapa yang lain malah sangat membatasi diri supaya jangan sampai
bersentuhan dengan gaib dengan alasan takut tersesat, musrik, sirik dan lain
sebagainya. Meskipun supernatural being atau kasunyatan gaib pernah disaksikannya
melalui indera penglihatan, perasa, atau penciuman, tetapi karena suatu alasan
supernatural being  tersebut tidak terdapat dalam “kamus” yang diyakininya. Serta
merta suatu kasunyatan gaib tsb justru dianggapnya sebagai halusinasi, bahkan
dianggap sebagai godaan iman belaka. Hal itu disebabkan sistem pengetahuan yang
didapatkan tidaklah tepat. Apalagi pemahaman tentang dimensi gaib yang salah
kaprah namun telah tertanam sejak usia dini kemudian berlangsung sedemikian
lamanya, akan terbenam ke dalam alam pikiran bawah sadarnya. Keadaan itu sangat
berpengaruh terhadap pola pikirnya sendiri dalam mensikapi supernatural being  atau
noumena gaib.

MELURUSKAN PEMAHAMAN
Dengan alasan sederhana, karena penulis terlahir dari moyang yang berdarah Jawa, serta
bernaung, hidup, makan, menghirup udara dari tanah Jawa pula, kiranya tidaklah berlebihan
jika saya menggunakan ngèlmu Jåwå untuk mengurai tema di atas. Para pembaca yang
budiman pun bebas memilih mau menggunakan perspektif dan ilmu  dari manapun asalnya.
Apa yang kita ketahui, bukanlah dijadikan senjata untuk mencari menangnya sendiri, atau
mau menjadi sang juara, melainkan kita share untuk memperoleh kelengkapan suatu
pengetahuan spiritual tentang sesuatu yang nyata ada (supernatural being ) dan terjadi di
sekitar kehidupan kita.

Di dalam tradisi spiritual Jawa terdapat “disiplin” yang disebut sebagai ngèlmu kasunyatan.
Bukan sekedar ilmu yang dirumuskan melalui sistem logika pikir dan rasionalitas saja.
Ngèlmu kasunyatan merupakan ilmu yang menanamkan prinsip tabiat alam yang selalu jujur
apa adanya dan berbicara tentang sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Ngèlmu kasunyatan
merupakan ilmu unik, dapat dianggap ilmu kebatinan (spirits) yang melihat sesuatu dari sisi
metafisika. Namun ngèlmu kasunyatan juga mencakup sisi fisik, empiris, atau ilmu wadag
yang dapat dikelompokkan ke dalam tradisi ilmiah. Karena dasar dari ngèlmu kasunyatan
adalah data yang dikumpulkan dari pengalaman atau fakta empiris, maupun jalan spiritual
(pengalaman batin). Peristiwa alam yang terjadi berulang-ulang, kemudian diamati, dicermati
dan dianalisa. Selanjutnya kejadian empiris berikutnya diurai apakah ada alur kronologi
peristiwa dengan peristiwa sebelumnya. Jika terdapat pola yang runtut dan konsisten, dapat
disimpulkan terdapat hubungan sebab akibat dengan peristiwa sebelumnya. Data-data dan
fakta empiris selalu di-cross check dengan “pengalaman” batin agar dapat diambil
makna dan benang merahnya. Cara ini oleh sebagian orang disebut sebagai ngèlmu titèn.
Ngèlmu titèn  diperoleh melalui metode mengamati, menandai dan mencermati (observasi)
terhadap rangkaian peristiwa alam dihubungkan dengan pengalaman batin seseorang.
Manfaatnya, tidak hanya seseorang mampu memahami bahasa alam, tetapi juga mampu
membaca fenomena alam yang menjadi pertanda akan terjadinya suatu peristiwa.  Ngèlmu
kasunyatan meliputi dimensi kasunyatan wadag (fisik) disebut natural being, maupun
dimensi kasunyatan gaib atau metafisika yang disebut pula sebagai supernatural being.
Dalam perspektif  ngèlmu kasunyatan, adalah beberapa faktor yang menjadi sumber
kelemahan dalam memahami supernatural being yakni sulitnya mengumpulkan fakta dan
data pendukung.  Kekurangan data dan kesimpulan dini dapat menimbulkan distorsi
pemahaman. Atau kesalahan dalam menilai sesuatu akibat kurangnya informasi dan data-data
benar-benar faktual. Agar supaya lebih mudah memahami tulisan ini, bagaimana distorsi
pemahaman tersebut dapat penulis kemukakan beberapa contoh  kasus berikut ini :

1. DISTORSI PEMAHAMAN. Sesuatu yang bersifat tak kasat mata, lazimnya disebut
“lêlêmbut” atau segala macam makhluk astral, bersifat selalu menipu dan berubah-ubah
wujudnya. Hal itu membuat sebagian orang menganggap supernatural being bersifat
subyektif, artinya setiap orang akan melihatnya sebagai wujud yang berbeda-beda bentuknya
sekalipun terhadap “obyek” yang sama.

KOREKSI. “Obyek” gaib tetaplah berwujud paten dan tetap. Tidak berubah-ubah seperti
yang disangkakan orang selama ini. Memang ada satu dua mahluk halus yang mampu
merubah wujudnya (untuk sementara waktu  dan hanya kepada manusia yang kurang awas).
Namun perubahan wujud itu hanyalah sebatas kamuflase atau tipuan pada indera mata orang
yang melihatnya. Artinya makhluk halus tidak dapat sungguh-sungguh merubah-ubah
wujudnya. Dan hanya sedikit saja jenis makhluk halus yang dapat berkamuflase,  atau
memalsukan wujudnya yang asli. Di antaranya sejenis genderuwo dan siluman. Sedangkan
di antara jenis berikut ; binatang “halus”, jim, kuntilanak, pêri, sundêl bolong, banaspati,
bajang kêrik, kêblak, rohalus, léak, wéwé, butô, pôcôngan, di mata manusia tidak dapat
berkamuflase. Wujudnya selalu tetap begitu-begitu saja. Makhluk halus yang memiliki
kemampuan berkamuflase,  tergolong dalam jenis mahluk halus dengan tingkat kesaktian
tinggi.

Lantas pertanyaaanya; mengapa ada pula orang-orang yang melihat satu obyek gaib
dalam wujud yang berbeda-beda? Jawabnya, ada dua kemungkinan. Pertama, disebabkan
oleh rendahnya kemampuan indera dalam melihat “obyek” gaib. Sehingga yang tampak
hanyalah sebagian dari wujud keseluruhan. Dapat dianalogikan sebagai orang buta yang
mendefinisikan wujud gajah sesuai bagian tubuh yang dapat disentuhnya. Masing-masing
orang buta akan mendefinisikan gajah sesuai dengan bagian tubuh gajah mana yang dapat
mereka sentuh. Kasusnya sama persis dengan orang-orang saat melihat “obyek” gaib. Mereka
hanya mendefinisikan sebagian dari keseluruhan obyek yang bisa dilihatnya. Misalnya
seseorang melihat penampakan tubuh manusia tanpa kepala, bukan berarti obyek gaibnya
benar-benar tanpa kepala. Melainkan mereka hanya melihat wujud pada bagian-bagian
tertentu saja. Artinya mereka belum dapat menembus tabir gaib yang menyelimuti kepala si
“obyek” gaib. Lain halnya bagi seseorang yang memiliki kemampuan tinggi dalam melihat
gaib. Obyek gaib akan dilihat secara utuh. Hal ini bisa dilakukan penelitian dengan metode
mengumpulkan beberapa orang yang memiliki kemampuan melihat gaib dengan tingkat
kemampuan yang kurang lebih  setara. Mereka melihat obyek gaib berupa makhluk astral
yang sama persis wujud, bau, suara dan rupa tubuhnya.

Kedua, penampakan wujud yang berasal dari endapan alam pikiran bawah sadar. Lebih
tepatnya disebut sebagai ilusi, halusinasi atau khayalan (imajiner). Sejak kecil biasanya
seseorang sudah mendapat cerita-cerita, dongeng, bahkan “pendidikan” yang menceritakan
tentang wujud makhluk halus. Apalagi disertai dengan deskripsi dan visualisasi dalam
gambar dan lukisan. Visualisasi imajiner tersebut lambat laun meresap ke dalam bawah
sadarnya. Pada saat seseorang berada di suatu tempat dan baru merasakan aura gaib, otomatis
rekaman bawah sadar tersebut tervisualisasi  secara imajiner. Bahkan pada saat seseorang
tidur pulas bisa saja wujud astral yang telah terrekam di alam pikiran bawah sadar tersebut
muncul tervisualisasi di alam mimpi. Semua menjadi seolah nyata dan benar. Walaupun
terkadang mimpi dapat menjadi sinyal akan sesuatu yang benar-benar akan terjadi, bukan
berarti wujud astralnya merupakan kebenaran. Bisa jadi wujud astral dalam mimpi hanya
menjadi perlambang atau bahasa simbol saja. Misalnya Anda bermimpi diculik “setan”
berwarna merah bertanduk dan membawa tongkat, itu bisa berarti tim kesayangan Anda akan
dikalahkan oleh FC Manchester United. Kebetulan sebelumnya Anda pernah melihat
lambang tim bola dari Inggris itu yang berbentuk “setan merah” (red devil) bertanduk dengan
membawa tombak. Contoh lainnya misalnya Anda melewati daerah yang sangat angker.
Karena tidak percaya diri alias bernyali ciut belum-belum sudah ketakutan sendiri dan tanpa
sadar berandai-andai muncul penampakan. Dalam kondisi seperti ini alam pikiran bawah
sadar akan mengendalikan Anda. Sebab itu lah si penakut biasanya justru melihat
penampakan menakutkan. Tetapi penampakan itu sekedar halusinasi yang berasal dari alam
pikiran bawah sadar yang seolah menjadi tampak nyata. Dalam istilah Jawa penampakan
palsu ini lazim disebut mêmêdi, atau mêmêt ing budi. Yakni “hantu” palsu yang berasal dari
alam pikiran bawah sadarnya sendiri. Lucunya, orang lantas berdoa untuk mengusir hantu,
padahal hantunya ada dalam pikirannya sendiri.

2. DISTORSI PEMAHAMAN. Ada pendapat yang mengatakan bahwa makhluk halus


adalah musuh manusia. Sehingga pada saat terjadi suatu penampakkan atau terjadi interaksi
dengan supernatural being serta-merta dianggap sebagai gangguan atau tipu daya mahkluk
halus yang akan menggoda keimanan dan menyesatkan bangsa manusia. Karena itu saat
terjadi peristiwa penampakan makhluk astral yang sesungguhnya, dengan segera disanggah
dan diingkari bahkan selalu berusaha untuk melawannya. Pendapat demikian kiranya kurang
bijaksana, dapat dibilang terlalu GeEr (kêgêdèn rumångså).

KOREKSI. Dalam tataran kesadaran kosmologis, makhluk halus apapun jenisnya, hidup
menghuni jagad halus dalam fungsinya untuk mengisi peranan-peranan dalam prinsip
mekanisme keseimbangan alam (tata kosmos). Sesuai prinsip plus-minus, yin-yang, siang-
malam, hitam-putih, dst, semua bermuara pada prinsip keseimbangan alam. Hitam bukan
berarti jahat, karena adanya “hitam” sebagai faktor penyeimbang terhadap “putih”. Sebagai
contoh, Bethårå Kålå (yang ternyata benar-benar ada), oleh sebagian orang dianggap raja
dunia kegelapan atau “dunia hitam”. Faktanya, Bethårå Kålå bukanlah makhluk halus yang
jahat. Sebaliknya, ia memiliki kesadaran kosmologis yang menghasilkan perilaku bijaksana
dalam menjalankan fungsi-sungsi kehidupannya sebagai bagian dari elemen penyeimbang di
dalam mekanisme dan hukum tata kosmos.  Bethårå Kålå memimpin “rakyat” nya dari ragam
jenis mahluk halus yang ada (khususnya di Nusantara). Di dalam prinsip universe, setiap
makhluk memiliki FUNGSI-nya masing-masing sebagai unsur penyeimbang kehidupan yang
ada di dalam makro kosmos. Istilah fungsi terasa lebih egaliter dan tepat jika dibandingkan
dengan istilah TUGAS. Demikian pula dengan Bethårå Kålå, bukan bertugas, melainkan
sekedar menjalankan fungsinya kenapa ia ada dan hidup di dalam jagad ini. Fungsinya
dalam batas menjadikan manusia-manusia yang tidak éling dan waspådå  atau orang-orang
yang melanggar wêwalêr (hukum alam) di dalam pola harmoni dan kesalarasan tata kosmos,
sebagai tumbal. Atau dalam bahasa lebih halusnya, menjadi orang-orang yang tidak lolos
dalam mekanisme seleksi alam.  Makhluk halus tidak akan menganggu manusia, kecuali
manusia sadar atau tidak telah mengganggu ketentraman mereka. Mengganggu kehidupan
makhluk termasuk bentuk perilaku bertentangan dengan hukum alam di mana sifat alam
selalu memberi kehidupan kepada seluruh makhluk. Sebaliknya, bagi manusia yang telah
mempunyai kesadaran kosmologis perilaku dan perbuatannya selalu selaras dan harmonis
dengan hukum alam. Selalu memberi kehidupan (dalam arti luas) kepada makhluk hidup
yang lain termasuk jagad lêlêmbut. Sebagai konsekuensinya para mahkluk halus jenis apapun
akan selalu bersahabat (tidak menganggu) manusia yang telah meraih kesadaran kosmologis
di manapun manusia berada. Bahkan tanpa disadari oleh bangsa manusia, makhluk halus
seringkali membantu dan menolong orang-orang yang sedang mengalami kesulitan atau
orang-orang yang akan dan sedang tertimpa celaka. Dalam tradisi spiritual Jawa, kesadaran
kosmologis, atau keselarasan tata kosmologi diungkapkan dalam bentuk “laku” menghormati
dan menghargai SEDULUR PAPAT KEBLAT, yakni seluruh mahkluk yang berada di empat
penjuru mata angin sebagai sama-sama makhluk hidup ciptaan Tuhan. Manusia tidak boleh
bersikap arogan memusuhi seluruh sêdulur papat kéblat tsb, karena mereka adalah sama-
sama sebagai titahing Gusti (ciptaan tuhan) yang berfungsi menjalankan perannya masing-
masing serta bertanggungjawab untuk saling memberikan wêlas asih kepada seluruh
makhluk, tanpa kecuali dan tanpa pilih kasih. Itulah inti sari dari prinsip keselarasan dan
keseimbangan alam. Memiliki alur berupa; Sing gawé urip, urip, nguripi.

Jika semua orang memiliki kesadaran tata kosmos (kesadaran kosmologis), tentu saja dunia
ini akan aman tenteram dan penuh berkah berlimpah ruah. Sekali lagi, makhluk halus dari
“dunia hitam” mereka ADA bukan untuk memusuhi dan membinasakan manusia. Sebagian
orang berprasangka mahluk halus dari “dunia hitam” sebagai musuh bebuyutan manusia.
Sebagai konsekuensinya sikap manusiapun terbawa-bawa untuk selalu memusuhi segala
macam makhluk halus yang telah dicap sebagai kalangan “dunia hitam”. Rasanya aneh jika
Tuhan bikin musuh untuk ciptaanNya yang lain. Tuhan jadi terkesan suka “mengadu domba”,
suka menciptakan permusuhan di antara makhluk-makhlukNya. Kok terasa sangat
kontradiktif wông katanya “sabung ayam” saja tidak disukai sang tuhan, kok malah Ia sendiri
suka memecahbelah bikinanNya sendiri. Tuhan bikin musuh untuk diriNya dan sekaligus
musuh bagi manusia. Namun manusia disuruh untuk membinasakan semua musuh yang
Tuhan ciptakan sendiri. Prasangka seperti ini masih banyak menghinggapi benak orang.
Karena pemahamannya yang rancu dan kaprah yang telah mengendap di dalam alam pikiran
bawah sadar yang tertanam sejak usia dini. Rasanya aneh saja jika tuhan kok mau-maunya
membuat musuh untuk dirinya sendiri, sementara jenis makhluk lainnya yang disebut
manusia disuruh membela-Nya. Lagi-lagi ini gambaran tuhan dengan politik “devide et
impera”. Lantas dimana letak kebijaksanaanNya? Mudah-mudahan ia sekedar tuhan di dalam
angan-angannya manusia, alias tuhan aspal. Soalé saya jadi takut sekali, jika demikian
faktanya sewaktu-waktu tuhan dengan semauNya sendiri akan membuat musuh-musuh baru,
dan lagi-lagi manusia disuruh membasmi musuh-musuh produk baru tsb. Kalau begitu
adanya, tak lama lagi bumi akan segera hancur oleh peperangan antar manusia,  peperangan
yang sengaja diciptakan tuhan. Ironis sekali.

Kembali pada tema. Para pembaca yang budiman silahkan mencoba bersahabat, wêlas asih
kepada seluruh makhluk. Tak usah berlama-lama lakukan selama 35 hari saja, maka Anda
akan merasakan khasiat dan manfaatnya. Anda akan menemukan kemudahan dan
keselamatan di manapun berada. Banyak hal  yang menggembirakan, pas, sesuai yang
diharapkan seolah-olah serba kebetulan tetapi hal itu sesungguhnya bukanlah kebetulan,
melainkan Anda telah berada dalam lajur keselarasan dan harmonisasi dengan hukum
alam. Sebagai konsekuensinya anugrah dan berkah akan selalu berlimpah kepada Anda,
keluarga, dan orang-orang tercinta. Pada kenyataannya, makhluk halus justru makhluk yang
sangat jujur dan patuh kepada kodrat alam. Tidak mengenal basa-basi-busuk seperti halnya
bangsa manusia. Sebaliknya makhluk halus memiliki ketegasan sikap, jika berkata ya
(sanggup/setuju) mereka tidak akan menjadi pecundang dan pengkhianat di kemudian hari,
jika berkata tidak (menolak/tak sanggup/tidak setuju) mereka juga tidak akan melakukan
sebaliknya. Kelebihannya dibanding dengan manusia, makhluk halus sebagaimana halnya
binatang dan tanaman, dalam menjalani hidup mereka tidak mau melanggar hukum alam.
Jika kita mau jujur mengakui, yang sering melanggar hukum alam justru makhluk yang
mengklaim diri paling sempurna dan memiliki akal, yakni bangsa manusia. Tabiat makhluk
halus tidak seperti yang disangkakan orang selama ini.

3.  DISTORSI PEMAHAMAN. Banyak orang mempunyai anggapan salah kaprah dengan


menganggap lêlêmbut sebagai musuh yang akan selalu mengganggu keberadaan seseorang.
Itu sebabnya mengapa orang suka melakukan pengusiran makhluk halus dari tempat tinggal,
rumah atau tempat tertentu yang dianggap angker. Mereka sangat percaya diri, menyangka
mampu mengusir lêlêmbut, sementara melihat saja belum pernah.

KOREKSI. Rumångså biså, nanging ora biså rumångså.  Oleh karena perilaku tidak
bersahabat ini, orang kapan saja bisa mendapat celaka akibat ulahnya sendiri. Disamping itu,
sikap demikian justru banyak menebar musuh dan semakin menutup ketajaman mata
batinnya sendiri. Manusia kadang suka berlebihan, mereka sebagai pendatang baru tetapi
suka mengusir penghuni lama yang sudah tinggal lebih dulu ratusan tahun lamanya. Manusia
yang demikian ini terang-terangan melakukan penjajahan dan penindasan terhadap para
lêlêmbut. Boleh jadi lêlêmbut kalah dan terusir dari di tempat itu (untuk sementara waktu).
Boleh jadi lêlêmbut kesulitan menembus “pagar  gaib” yang dipancangkan mengelilingi
rumah yang  angker hingga para lêlêmbut terusir dari rumahnya sendiri. Akan tetapi ditempat
lain, di luar “pagar” itu, si pengusir sudah tidak lagi “terpagari” dari serangan balik atau
pembalasan dari para lêlêmbut terusir. Cepat atau lambat si pengusir/penjajah/penindas pasti
akan menerima akibat dari ulahnya sendiri yang berlebihan itu. Kata pepatah,”Siapa menabur
angin, ia akan menuai badai”. Kita tak boleh semena-mena dan tega hati sekalipun terhadap
makhluk halus. Mereka semua adalah sama-sama titah Gusti yang mustinya saling menebar
rasa wêlas asih dan saling menghargai satu sama lainnya.

Bagi para siswa, dan para pembaca yang budiman yang telah memiliki kemampuan dalam
“pemagaran gaib”, termasuk mengusir dan menangkap makhluk halus, seyogyanya jangan
sampai bersikap sewenang-wenang. Akan lebih bermanfaat bermanfaat dengan menjaga
sikap lebih lembut, sopan, beradab, penuh rasa hormat dan welas asih kepada seluruh
makhluk. Menurut pengalaman saya pribadi, makhluk halus penghuni tempat atau rumah
angker, sekuat dan seganas apapun lêlêmbut, jika mereka telah lebih dahulu tinggal di tempat
tsb, mereka tak perlu diusir. Hanya perlu disrabani saja. Yakni dihargai dan diajak rebugan,
diminta pengertiannya untuk tidak menampakkan diri dan jangan sampai terjadi gangguan
kepada orang yang menghuninya. Misalnya Anda sekedar mengucap,”Kita semua sama-
sama makhluk ciptaan Tuhan, bersama-sama tinggal di tempat yang sama. Hendaknya
saling menghargai, menghormati, menjaga, melindungi, dan saling mendoakan. Aku tidak
akan mengganggumu, kamu juga jangan mengganggu ku”. Ucapkan kalimat yang makna dan
intinya seperti di atas, dengan melibatkan lisan dan getaran nurani. Getaran khusus itu dalam
istilah Jawa disebut kêmbang têlêng ing ati. Getaran  kêmbang têlêng ing ati  itulah yang
akan menjadi bahasa universal dan dapat dipahami oleh seluruh makhluk hidup apapun jenis
dan bangsanya.

Cara demikian merupakan wujud nyata sikap dan pengertian manusia terhadap mahluk halus.
Pasti aktivitas makhluk halus tak akan mengganggu aktivitas manusia lagi. Akan lebih efektif
jika pada saat melakukan negosiasi dan penyelarasan  disajikan ubo rampe sekedarnya
misalnya teh tubruk, kopi tubruk, kembang setaman sekedar sebagai lambang persahabatan
dan penghargaan. Seperti halnya Anda memberikan sajian kepada kenalan baru atau para
tetangga di sekitar tempat tinggal Anda. Cara yang mudah, murah,  sederhana, tidak beresiko
dan efektif. Namun semua itu merupakan pilihan masing-masing orang, dan tentunya mau
dijalani atau tidak kembali pada prinsip kesadaran tata kosmos masing-masing individu. Doa
kepada sang Jagadnata bukan sekedar ucapan di bibir saja.  Tanpa ada upaya konkrit pada
akhirnya doa hanya sekedar lips service saja. Misalnya Anda berdoa pada tuhan supaya para
tetangga tidak mengganggu dan memusuhi Anda sekeluarga. Harapan itu tak akan terwujud
jika hanya mengandalkan doa saja, tanpa diikuti adanya interaksi yang baik kepada para
tetangga.

Setelah kita mampu mengoreksi pola pikir (mind set) mengenai pemahaman terhadap
supernatural being, selanjutnya para pembaca yang budiman akan lebih mudah memahami
tulisan berikut. Di sini tak perlu bicara soal benar-salah. Rasakan saja dalam nurani dengan
penuh kejujuran. Cross-kan dengan apa yang pernah Anda rasakan dan alami sendiri.
Walaupun nalar yang terdogma oleh berbagai dongeng terkadang mengajak hendak
mengingkarinya, namun jangan khawatir Anda akan mendapat jawaban paling jujur dari
lubuk hati yang paling dalam. Itupun jika mau mengakui dengan penuh kejujuran dan
kepolosan.

Berikut ini tanda-tanda terjadinya interaksi dengan supernatural being ;

1. Aroma Sedap dan Harum ; semacam dupa, ratus, kemenyan, harum bunga-bungaan;
mawar, kanthil, kenanga, melati, kembang setaman, sedap malam, kayu cendana, bau
daun sirih, dsb. Ragam aroma tersebut merupakan pertanda akan keberadaan
supernatural being tidak jauh dari tempat kita berada. Aroma wewangian seperti
penulis sebut di atas, merupakan cirikhas astral dari kalangan manusia (leluhur), atau
kelas yang lebih tinggi (dèwi/widhôdari), ratu gung binatara, atau orang-orang yang
memiliki derajat keluhuran tinggi. Sementara ada pula leluhur yang memiliki cirikhas
misalnya aroma tembakau, rokok klobot, klembak, nasi liwet, madu, dst. Masing-
masing leluhur memiliki cirikhas aroma, bahkan ada yang berbau seperti malam (lilin)
rebusan sarang lebah madu. Aroma juga mencirikan apa yang disukai atau sering
digunakan seseorang semasa hidupnya dulu. Misalnya Mbah Ageng atau Ki Metaram
Juru Nujum Sri Sultan HB IX kehadirannya ditandai dengan aroma rokok klobot
bercampur klembak menyan. Karena Mbah Ageng ini sangat suka dengan rokok jenis
itu. Sementara itu, Gusti Mangkunegoro mempunyai aroma khas bunga mawar-melati
dan kayu cendana. Cirikhas KRK adalah aroma bunga setaman yang meninggalkan
bekas aroma sangat wangi selama 4-5 jam semenjak kehadirannya. Yang Mulia
Sultan Aji Sulaeman dan YM Sultan Aji Parikesit raja Kutai Kertanegara generasi 17-
18 memiliki aroma khas dupa ratus. Sebagian orang zaman sekarang banyak pula
yang berbau kapur barus atau kamper yang begitu menusuk hidung. Terutama bagi
orang yang saat matinya ditaburkan bubuk kamper. Akan tetapi banyak juga leluhur
yang aromanya biasa-biasa saja, tidak kuat, tidak harum tidak juga menebar aroma tak
sedap. Meskipun aroma wewangian dapat dijadikan acuan sebagai pertanda
keberadaan leluhur atau supernatural being bangsa manusia, namun ada pengecualian
yakni bau wangi bunga kemuning yang begitu semerbak dan menusuk hidung. Itu
pertanda makhluk astral sebangsa pêri (makhluk astral berujud perempuan cantik nan
mempesona yang sering bersuamikan bangsa manusia). Apaka Anda berminat ? J 
Barangkali itulah sebabnya kenapa sebangsa pêri suka dengan tanaman pohon
kemuning.
2. Aroma Tak Sedap. Segala macam aroma yang tidak sedap. Misalnya bau bangkai,
bau singkong bakar, bau pete/jengkol, bau kotoran atau semacam tinja, bau amis,
anyir seperti darah, bau comberan, bau-bau busuk. Ini pertanda kehadiran berbagai
macam jenis lelembut. Masing-masing lêlêmbut memiliki cirikhas aroma masing-
masing. Singkong bakar adalah cirikhas bau gendruwo yakni makhluk halus dengan
ciri-ciri tingginya mencapai 3 meter bahkan ada yang lebih, tubuhnya mirip primata,
wajah dan rambut menyerupai perpaduan antara wajah singa dengan anjing,
kemungkinan makhluk ini memiliki gen atau kromosom yang dekat dengan bangsa
manusia. Terbukti gendruwo bisa menghamili seorang wanita. Ada lagi misalnya bau
pesing (bau urine kering) menandakan keberadaan wéwé (istri gêndruwo). Bau pesing
adalah aroma yang berasal dari pôpôk bayi wéwé. Sedangkan bau jengkol, pete,
merupakan cirikhas keberadaan siluman di sekitar tempat kita berada. Bau jengkol
dan pete merupakan salah satu pertanda paling akurat untuk mengukur tingginya
kesaktian yang dimiliki makhluk halus yang mempunyai aroma tersebut. Aroma pete
dan jengkol menandakan lêlêmbut yang ada di sekitar kita memiliki kesaktian yang
cukup tinggi. Bau jengkol atau pete mudah ditemukan di mana-mana. Jika Anda ingin
membuktikan sendiri, terdapat lokasi yang ideal untuk membuktikannya. Sebut  saja
misalnya di sepanjang tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), tepatnya
sepanjang jalur Gunung Héjo (ada pada km 97-67). Bau jengkol dan pete itu berasal
dari wilayah kraton siluman yang memiliki kemampuan tinggi yang berada di seputar
Gunung Héjo. Tepatnya berada di samping kiri lajur tol Bandung arah Jakarta km 97
s/d km 70. Atau di sebelah utara tempat peristirahatan km 97. Sekalipun Anda
menghidupkan AC dan menutup kaca mobil rapat-rapat, bau jengkol dan pete sangat
menyengat itu tetap dapat menembus ke dalam ruangan kendaraan Anda. Bagi para
pembaca budiman yang mempunyai sipat kandêl sekelas sastrå bêdati, ajian sêkar
jagad, dan ajian kålåcåkrå yang asli (kw-1), akan mudah sekali melenyapkan bau
jengkol tersebut hanya dalam waktu kurang 1 menit. Lain lagi dengan jenis
kuntilanak memiliki bau yang menjijikkan, anyir seperti darah busuk bercampur bau
comberan. Yang jelas, lêlêmbut yang tergolong “kelas bawah” atau kotor yakni sétan
bêkasakan, jim priprayangan, dêdêmit, hantu, baunya sangat tidak sedap membuat
perut terasa mual.
3. Fenomena Alam Spesifik. Fenomena alam biasanya menjadi pertanda akan
kehadiran leluhur besar. Sebagai contoh di antaranya adalah datangnya hembusan
angin yang cukup kuat, mendadak, kemudian senyap begitu saja dan suasana kembali
dalam keheningan. Biasanya menjadi suatu  pertanda kehadiran leluhur (besar).
Peristiwa ini sering terjadi pada saat melaksanakan dawuh/perintah leluhur. Atau pada
saat Anda melaksanakan suatu upacara besar. Tak jarang menjadi pertanda saat terjadi
interaksi dengan para leluhur besar bumiputra. Misalnya kehadiran Prabu BW 5,
KRK, dll. Pertanda itu terjadi pula pada saat bôlôséwu mengiringi dalam suatu
perjalanan. Sementara itu Panembahan Bodho (kerabat Majapahit) tandanya dapat
berupa angin kencang yang memandu sepanjang perjalanan spiritual. Di saat keadaan
tertentu, pertanda dapat berupa hujan amat-sangat lebat disertai gelegar halilintar yang
begitu dahsyat mengelilingi kita, sebagai pertanda Panembahan Bodo turut njangkung
dan njampangi dalam suatu acara atau pekerjaan besar. Sementara Ki Ageng Mangir
Wonoboyo dan Gusti MN kehadirannya disertai pertanda terjadi hentakan sangat kuat
hingga terasa menggetarkan tanah seperti gempa bumi. Sementara itu Panembahan
Senopati dan Kjg Sultan Agung ada pertanda khusus berupa pancaran energi ke segala
penjuru yang terasa sangat kuat disertai harum bunga telasih. Adapula yang berupa
fenomena awan yang selalu menaungi di atas jalan yang kita lalui, sehingga
suasananya menjadi mendung yang memayungi sepanjang perjalanan spiritual kita.
Pertanda unik ada pada Yang Mulia Sultan Sulaeman, yakni berupa pelangi.
Munculnya pelangi sangat tidak lazin karena kemunculannya tanpa disertai hujan dan
terpaan sinar matahari. Peristiwa itu menjadi cirikhas pada saat beliau sedang
njangkung dan njampangi. Terkadang berupa cincin pelangi dengan lingkaran
berdiameter kurang lebih 2 meter. Misalnya terjadi pada saat perjalanan udara dari
Kutai menuju Jakarta, cincin pelangi tersebut tampak selalu mengiringi di samping
pesawat. Semua peristiwa itu mudah saja dialami oleh siapapun apabila sudah terbiasa
dalam lajur “laku” spiritual yang tepat atau pas & pênêr. Selain beberapa tanda di
atas, misalnya pada permukaan air tiba-tiba muncul gelombang yang cukup kuat
walaupun tidak ada terpaan angin. Gejala ini sebagai salah satu pertanda akan
kehadiran leluhur dengan daya kekuatan supra tergolong besar. Misalnya pada saat
Anda melakukan hening, mêsu budhi, atau meditasi di suatu tempat dengan maksud
manêgês kepada para pendahulu. Peristiwa lainnya misalnya terjadi kabut yang turun
secara cepat, kadang membentuk konfigurasi yang mempunya maksud sebagai
perlambang adanya tabir gaib yang menjadi sekat antara dimensi wadag dengan
dimensi yang abadi.
4. Suara Misterius. Terdengar sayup suara-suara yang terasa membawa getaran mistis,
sakral. Adapula terdengar suara-suara sangat asing di telinga Anda. Walau terjadinya
singkat namun begitu bermakna. Suara menjadi terasa asing, karena sebelumnya tidak
pernah terdengar di dimensi wadag. Atau indera raga Anda belum pernah mendengar
suara itu sebelumnya. Suara-suara aneh atau sangat langka dan terasa asing terdengar
di telinga kita lazim dialami oleh pelaku meditasi. Peristiwa itu terjadi karena proses
meditasi telah mencapai pada kesadaran batin. Batin dan sukma pelaku meditasi lah
yang mendengar suara-suara itu dan kemudian berhasil ditransfer ke telinga fisiknya.
Dalam keadaan sadar ragawi, tidak sedang tidur, tidak meditasi, secara tak sengaja
kita mendengar sayup-sayup suara gending di tengah malam hingga dini hari.
Mungkin di antara para pembaca yang budiman pada saat tiba tengah malam
mendengar suara gamelan pengiring reyog terdengar sayup-sayup hilang dan muncul
berasal dari arah wilayah Pandan Simo hingga Pantai Trisik wilayah Bantul dan
Kulonprogo. Alunan suara itu berasal dari aktivitas astral dari dimensi lain.
Tujuannya bukan untuk mengganggu bangsa manusia, melainkan mereka sedang
menjalani aktivitas kehidupannya sendiri. Mungkin saja aktivitas mereka itu sebagai
salah satu bentuk mensyukuri atas segala nikmat dan berkah alam semesta. Bagi yang
pernah atau sedang tinggal di Jogja, barangkali pernah mendengar sayup-sayup suara
marching band pada jam-jam tertentu misalnya jam 04.00 – 05.30 pagi berasal dari
wilayah timur Kota Jogjakarta. Sudah puluhan tahun lamanya penulis mulai
mendengar suara misterius itu. Jika di datangi sumber suara itu di wilayah sekitar
Bandara Internasional Adisucipto justru terdengar semakin menjauh dan hilang.
Saking penasarannya, sampai suatu ketika ingin sekali tahu apa yang sesungguhnya
terjadi. Alhasil ternyata suara itu berasal dari aktivitas astral. Di saat perang
kemerdekaan pernah terjadi pemboman yang dilakukan oleh tentara Belanda terhadap
Angkatan Udara yang sedang melakukan aktivitas marching band. Akibatnya satu
pleton TNI AU masa kemerdekaan yang sedang melakukan aktivitas marching band
itu seluruhnya tewas. Suara itu bukan rekaman alam atas peristiwa masa lalu (saya
masih belum paham dengan “teori” ini), namun sungguh-sungguh merupakan
aktivitas yang dilakukan pada saat ini oleh para pahlawan yang gugur di masa perang
kemerdekaan. Agar supaya menjadi pêpéling bagi generasi bangsa saat ini.
5. Mata Batin. Dalam hal ini berupa perasaan berupa feeling atau naluri Anda. Tentu
setiap orang pernah merasakan muncul suatu perasaan tidak enak hati, khawatir, takut,
gelisah (perasaan negatif) atau sebaliknya merasakan ketenangan, keberanian,
ketenteraman yang luar biasa (perasaan positif) tanpa tahu apa yang menjadi
penyebabnya. Gejala psikhis seperti ini dapat muncul ketika terjadi interaksi dengan
makhluk astral. Hanya saja kesadaran ragawi yang meliputi pikiran, nalar, maupun
panca indera yang melekat di dalam diri kita, tidak dapat merasakan suatu interaksi
dengan supernatural being. Sebaliknya mata batin kita yang tidak terikat oleh raga,
bahkan bersifat tembus dimensi ruang dan waktu justru lebih mampu merasakannya.
Terkadang indera visual seseorang tidak dapat melihat supernatural being, tetapi mata
batinnya justru sangat tajam. Bahkan seringkali mata batin sudah mampu
mengidentifikasi sinyal gaib, sementara indera yang lain belum bisa merasakannya.
Untuk menguji tingkat akurasi mata batin seseorang, dapat dilakukan komparasi
dengan seseorang yang mampu melihat supernatural being dengan indera mata
visualnya atau dengan anak-anak indigo. Apabila keduanya berpendapat sama dan
selaras, setidaknya dapat menjadi sarana untuk mengukur tingkat akurasinya. Dalam
tulisan ini penulis ingin menarik benang merah, di mana perasaan positif dapat
menjadi parameter di mana makhluk astral yang ada di sekitar kita bersifat positif
pula, atau leluhur bangsa manusia, dapat pula dikatakan energi yang cocok dengan
diri kita. Sebaliknya perasaan negatif menandakan makhluk astral yang ada disekitar
kita bukan berasal dari sukma atau leluhur bangsa manusia. Atau energi yang tidak
cocok dengan diri kita.
6. Mencium Aroma Singgûl. Gejala ini saya kelompokkan tersendiri karena aroma
singgul merupakan sinyalemen yang sangat khusus. Terutama berlaku di Jawa atau
masyarakat Jawa. Singgûl sendiri merupakan racikan dari dua macam tanaman herbal,
yakni dlingo dan bênglé. Keduanya diparut dan dicampur dengan sedikit air.
Dijadikan borèh yang biasa digunakan pada acara lelayu atau orang meninggal dunia.
Cara pemakaian singgûl, para pelayat cukup mengoleskannya sendiri di bagian kening
kiri dan kanan. Biasanya disediakan pada acara takziah atau layatan orang meninggal
dunia. Singgûl berfungsi untuk menolak sawan yang keluar dari jasad orang baru
meninggal, supaya sawan tidak mengenai para pelayat. Terkena sawan menyebabkan
seseorang menjadi sakit demam, ngilu, lemas bahkan lebih berat dari itu, dan dapat
berlangsung lebih dari sebulan. Sementara itu munculnya aroma singgûl  menjadi
salah satu pertanda atau sinyalemen jika ada seseorang yang akan meninggal dunia.
Jika bau itu tercium pada saat Anda sedang sendirian saja di rumah atau di suatu
tempat biasanya seseorang yang sudah kita kenal akan meninggal dunia dalam waktu
yang tidak lama. Jika aroma itu muncul pada saat Anda sedang berada di antara
kerumunan orang-orang, atau sedang berkumpul bersama di suatu acara, maka di
antara orang-orang itu ada seseorang yang akan meninggal dunia dalam waktu dekat.
Memang terasa serem kawan. Karena aroma singgûl identik dengan kabar kematian.
Tapi hal itu jangan membuat Anda lantas takut untuk kumpul bersama-sama.J
7. Getaran Energi. Getaran energi terasa bersentuhan atau menerpa tubuh Anda. Energi
bisa terasa lembut dan halus, bisa pula terasa kuat terasa menusuk. Namun semua itu
tidak dapat dijadikan patokan apakah suatu energi bersifat positif atau negatif. Namun
ada kunci sederhana, jika energi datangnya dari samping tubuh, dari belakang, dari
atas atau dari bawah justru energi itu bersifat positif artinya baik untuk diri kita.
Tetapi jika energi itu menerpa dari arah depan Anda, biasanya energi negatif, atau
buruk untuk diri kita. Seperti halnya karakter santet, tenung, guna-guna, meskipun
saat mendekat bisa saja datang dari belakang rumah, samping, atau pun dari atas
rumah. Tetapi pada saat serangan merasuk ke dalam tubuh selalu melalui arah depan
tubuh korban. Bagi yang memiliki tingkat kepekaan yang cukup sensitif, getaran
energi mudah dirasakan dan dibedakan dari mana sumbernya dan berasal dari
sebangsa apa. Apakah tergolong energi alam (natural energy), energi leluhur
(supernatural energy), atau berasal dari energi lêlêmbut, jim priprayangan (khodam
atau préwangan). Atau malah berasal dari inner power (tenaga dalam) seseorang yang
berada tidak jauh dari mana Anda berdiri. Semakin intens berlatih Anda akan semakin
mudah membedakan dari mana suatu energi berasal. Tulisan ini bermaksud
mempermudah Anda untuk belajar mengembangkan kepekaan dan kemampuan
mendeteksi suatu energi metafisis.
8. Indera Perasa Kulit. Dalam hal ini maksudnya adalah kulit dan bulu halus pada pori-
pori kulit kita. Kulit sebagai salah satu dari panca indera kita, mempunyai tingkat
kepekaan relatif lebih sensitif dibanding indera-indera yang lainnya. Anda tentu
pernah mengalami kejadian di mana bulu halus atau bulu roma tiba-tiba terasa
merinding. Hal ini disebakan adanya perubahan suhu secara tiba-tiba menjadi dingin,
atau ada hembusan hawa dingin. Bulu kuduk pada bagian tengkuk kita termasuk
memiliki kepekaan yang lebih sensitif. Selain hawa dingin, Anda juga bisa merasakan
hawa hangat. Gejala tersebut datang dari luar diri kita. Ini pertanda adanya interaksi
lebih intens dengan makhluk astral. Namun tidak seperti aroma wangi, tanda-tanda ini
tidak dapat dijadikan acuan, dari bangsa mana astral yang berada di sekitar Anda.
Bisa jadi leluhur bisa pula dari sebangsa lêlêmbut, jim priprayangan, sêtan
bêkasakan.

Gejala itu merupakan peristiwa sangat biasa dan wajar terjadi kapan dan di mana saja berada
karena merupakan fakta mahluk astral selalu terdapat di mana-mana. Sekalipun mempunyai
sifat wujud yang berbeda, antara manusia dengan supernatural being tak dapat dipisahkan.
Banyak sekali ragam supernatural being yang berada dalam dimensi yang sama dengan
bangsa manusia, yakni dimensi wadag atau fisik. Namun begitu banyak pula supernatural
being yang hidupnya berada dalam dimensi astral, dimensi gaib, atau dimensi non-fisik.
Penghuni dimensi-dimensi tersebut bisa saling berinteraksi dalam kadar intensitas dan
kualitas yang berbeda-beda. Yang paling penting kita jangan mengambil kesimpulan dini,
menganggap rasa merinding tersebut merupakan kehadiran makhluk halus yang akan
mengganggu kita. Sekali lagi, kita jangan ke-GeEr-an. Yang jelas gejala itu menjadi pertanda
tak jauh dari tempat kita berada ada makhluk lain selain diri kita. Sapalah mereka dengan
penuh råså wêlas asih dengan bahasa dan kalimat sebisa Anda ucapkan. Merupakan inti dari
kalimat yang Anda ucapkan adalah bahasa kasih yang universal, yang berasal dari kêmbang
têlêng ing ati, getaran yang tumbuh dari dalam sanubari Anda.

Masih banyak lagi peristiwa yang menjadi pertanda atau gejala adanya interaksi dengan
sesuatu yang bersifat non-fisik. Tulisan singkat ini sekedar untuk komparasi dengan berbagai
pengalaman para pembaca semua. Dengan harapan nantinya para sedulur yang merasa belum
pernah berinteraksi dengan gaib tidak berkecil hati hanya karena tidak pernah supernatural
being atau penampakan obyek astral. Tidak harus bisa melihat secara visual, paling tidak
akan merasakan berbagai pertanda dan fenomena di atas, untuk  selanjutnya memahami
noumena, ngèlmu kasunyatan, yang nyata bukan sekedar angan, imajinasi, hayalan, ilusi,
halusinasi pikiran saja. Apalagi masing-masing orang berbeda talenta, ada yang lebih tajam
indera pendengarannya, atau penciumannya, ketimbang indera matanya.

Semoga bermanfaat

Mukjizat Pohon Kaladewa

TUJUH BELAS TAHUN yang lalu. Suatu ketika saya sedang


membesuk saudara (sebut saja namanya pak R usia 70 tahun) di RS pantirapih Jogjakarta,
yang menderita sakit diabetes kronis. Tetapi semangat hidupnya patut dijadikan teladan.
Walau sekujur tubuhnya dipenuhi luka, bahkan beberapa bagian mulai membusuk, ia tak
mudah menyerah. Segala upaya pengobatan tetap dilakukan karena ia tidak NGLOKRO atau
patah semangat. Semangat untuk hidup masih cukup kuat. Dan ia begitu optimis, kalau kita
tulus minta sembuh pasti sembuh ! Tentu saja rasa optimismenya berdasarkan keyakinannya
bahwa mukjizat tuhan hanya bagi orang yang percaya 100% saja. Betul sekali, sebab saya
pribadi pun berkali-kali mendapatkan dan merasakan anugrah tuhan setelah percaya 100%
akan datangnya mukjizat. Maka saya pun hanya menyarankan untuk BERDOA SECARA
NETRAL, tidak mendikte tuhan. Bahkan saya tuntun kalimat apa yang layak diucap saat
maneges kepada Gusti Hyang Widhi. Doanya cukup mohon kawelasan atau belas kasih
tuhan. Belas kasih tuhan yang bagaimana, kita tidak perlu memilih dan berharap-harap.
Kalaupun perlu memilih, kalimatnya harus bijaksana dan arif,” Duh Gusti…kalau hidup
saya masih bermanfaat untuk orang banyak, untuk seluruh makhluk, untuk alam semesta
maka panjangkanlah usia saya, kalau tidak, kapanpun saya rela. Artinya dalam
menentukan bentuk belas kasih kita pasrahkan sepenuhnya dengan keadilan tuhan untuk yang
terbaik. Keadilan tuhan telah terlimpahkan dalam hukum sebab akibat, atau hukum alam.
Semua itu sangat erat kaitannya dengan “lakune urip” yang kita tempuh selama ini. Kalau
kita selalu welas asih kepada seluruh makhluk, selalu membantu, menolong, memberi
kemudahan kepada sesama tanpa pilih kasih kepada siapa saja yang sedang menderita atau
menghadapi kesulitan, pastilah pada gilirannya saat kita sedang menderita dan mendapat
kesulitan akan ada saja orang yang menolong, membantu, memberi kemudahan. Semua itu
datang pada saat yang tepat dan indah pada waktunya. Saat kita sedang kehabisan akal dan
mendapati jalan buntu kita lihat kiri dan kanan terdapat celah sebagai jalan keluar. Biarpun
“celah” itu seolah tampak sempit, tetapi jika kita berusaha melaluinya dengan sabar, tulus dan
tabah, pastilah akan ketemu “jalan” lebar dan “ruang” yang teramat luas sangat melegakan.
Itulah mukjizat anugrah tuhan. Mukjizat tidak akan dapat kita raih selama kita hanya
berpangku tangan, atau hanya menunggu bola mukjizat menghampiri kita. Mukjizat bisa jadi
batal kita dapatkan jika sama sekali tidak berani melakukan “spekulasi” saat berikhtiar.
Mukjizat harus kita jemput, kita usahakan secara maksimal dengan penuh percaya diri dan
pikiran yang positif.   Sebagaimana yang dialami Pak R, beliau tak pernah putus asa dengan
penyakit berat dan ragam komplikasi yang dideritanya. Dalam kondisi seperti itu, beliau
masih sering mendoakan teman-teman dan tetangganya yang sedang sakit pula.lanjutkan
baca :

MUKJIZAT AKHIRNYA BERHASIL DIRAIH


Suat
u peristiwa menakjubkan terjadi. Saya anggap sebagai mukjizat. Saat itu saya sedang
membantu nebus resep obat dan harus menunggu antrian panjang. Tiba-tiba datang seseorang
dari arah belakang saya berdiri. Seorang bapak-bapak sepuh, dengan pakaian perlente, bersih
dan wangi. Tiba-tiba menyodorkan satu batang tanaman entah apa namanya. Orang tersebut
memberikan dengan tangan kanannya, sambil berucap dalam bahasa Jawa campuran bahasa
Jawa Kuno,”ini aku berikan obat untuk sedulurmu yang sakit berat, rebuslah dengan air
sebanyak 11 gelas, setiap rebusan terdiri 7 tanaman utuh (berikut akar, batang, dan daunnya),
tambahkan sedikit adas dan pulasari. Airnya untuk diminum sebanyaknya setiap hari selama
35 hari dan seterunya minum sehari 2 gelas”. Jelas dan lengkap kalimat itu diucapkan. Dan
buru-buru saya catat. Saat saya ambil pulpen dan kertas di dalam tas, tiba-tiba orang itu sudah
lenyap tak tampak batang hidungnya. Bahkan saya sempat tanya ke orang-orang di sekitar
saya tak satupun yang melihat orang dimaksud.  Bahkan kata orang-orang yang berada di
sekeliling saya, kata mereka saya tidak berbicara dengan siapapun, dan tak ada seseorang
dengan ciri-ciri sebagaimana bapak-bapak misterius tersebut. Tetapi bukankah “tanaman
misterius” yang diberikan seorang Bapak-bapak tadi, tanaman tersebut benar-benar nyata dan
bisa dilihat dipegang semua orang yang berada di situ. Akhirnya saya pilih diam dan saya
yakin beliau adalah leluhur yang mau membantu Pak R. Entah leluhur dari mana dan siapa
waktu itu saya tak jelas memahaminya.

Setelah peristiwa itu, saya coba tanyakan nama pohon aneh itu kepada
orang-orang, namun tak satupun tau pohon apa namanya. Saya sampai bertanya kepada
teman yang kuliah di fak Biologi dan Kedokteran juga tidak mengenal tanaman itu. Mereka
hanya tahu dari klasifikasi atau ordo apa. Katanya tanaman itu sejenis GULMA, rumput liar,
alias tanaman penganggu. Saya kebingungan kemana harus daya dapatkan pohon itu. Coba
mencari-cari di desa, di pinggir sawah, di kebun, bahkan sampai di kuburan. Akhirnya
ketemu juga tanaman sejenis itu, saya temukan di pinggiran jalan di desa, dan di pematang
sawah, bahkan banyak pula terdapat di kuburan. Kebingungan menyebut nama tanaman itu,
akhirnya mertua saya memberi nama KOLODEWO atau kaladewa. Sejak itu saya
praktekkan untuk mengobati Pak R, ternyata sungguh tijab, setelah 35 hari Pak R sembuh.
Dilanjutkan secara rutin minum rebusan kolodewo sehari cukup 1 sampai 2 gelas. Pak R
sembuh total berikut komplikasinya, bahkan Pak R setelah 15 tahun kemudian barulah
meninggal dunia dalam kondisi sehat dan segar bugar, dan usianya  pun sudah mencapai 85
tahun.

Pada tahun 2006 s/d 2008 kebetulan saya ada pekerjaan di Sumatra Barat, dan bertemu
orang-orang penderita diabetes hingga menderita kompliaksi. Setelah saya bawakan secara
cuma-cuma tanaman kolodewo untuk mengobati penyakitnya. Mayoritas mereka segera
sembuh. Namun sayang sekali saya sudah mencari pohon kaladewa di penjuru hingga
pelosok Sumatra Barat, dari Pariaman, Bukit Tinggi, Solok, Pesisir Selatan, hingga pelosok
Kec Kambang, tidak satu pun saya temukan. Sehingga saya harus bawa dari Jawa. Karena di
Jawa relatif mudah didapat, saya tinggal kasih uang ke anak-anak SD untuk mencari tanaman
liar tersebut. Baru kemudian di cuci bersih, lalu dikeringkan. Jadilah tanaman kolodewo
kering yang siap diminta siapapun yang membutuhkan, tentunya selama saya mempunya
stok.  Yah, itung-itung bisa ikut ngasih bekal uang sekolah ke anak-anak SD dan SMP di
desa. Sekarang ini ada sekitar 15-20 anak yang biasa mencari tanaman tersebut sesuai
pesanan saya. Bagi siapapun para pembaca yang budiman bila ada yang membutuhkan
tanaman KOLODEWO tersebut, bisa juga mencari  sendiri di lingkungan anda. Kolodewo
selama ini terbukti cocok untuk diabetes dan penyakit liver juga. Namun, hasil akhir,
seberapa kadar kesembuhan, dan seberapa cocok obat tersebut, bagi saya pribadi semua itu
berhubungan erat dengan “lakune urip” si penderita. Bagi saya pribadi, melakukan kebaikan
sebanyak-banyaknya, kepada seluruh makhluk, tulus, tidak pilih kasih, tetap memainkan
peran utama, apakah penyakit mudah sembuh atau tidak. Karena, setiap kebaikan yang kita
lakukan pada seluruh makhluk, akan menjadi “pagar gaib” buat diri kita sendiri.
Gunung & Kekuatan Supra

Sing sapa wae menawa tansah memetri paugeran, bakal terwaca, permana lan waskitha,
temah suket godhong dadi rewang, ati sumeleh, seger bregas kuwarasan, ati bungah
sumringah, cukup bondo dunya, sugih ngelmu lan wicaksana, wilujeng karahayon, ayem
tentrem kerta raharja, idu geni yen paring dunga pengestu mesthi manjur lan temomo.

Kaitan Antara Karakter Alam dan Karakter Masyarakat

Nusantara tempat kita hidup ini merupakan teritorial yang memiliki keistimewaan luar biasa.
Kekayaan alamnya, yang terkandung dalam bumi mulai dari kesuburan tanah, keragaman
flora dan fauna, kontur tanah, struktur geologi, kualitas geodesi, dan kekayaan maritimnya.
Terlebih lagi bila kita sejenak menoleh ke belakang, memahami dan melihat secara obyektif
kondisi bumi pertiwi pada masa lalu. Bukan sekedar konon, namun jejak-jekan  kehebatan
bumi pertiwi yang masih tersisa bisa kita lihat hingga sekarang ini.

Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet dari
wilayah Sabang sampai Merauke. Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat ratusan gunung
berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir menunjukkan regenerasi
dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan gunung api purba yang sampai
sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di sebelah utara wilayah Jogjakarta. Ratusan
gunung berapi itu masing-masing mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-
beda, serta masing-masing memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik
alamiah itu menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara. Sedangkan perbedaan
masing-masing wilayah Nusantara melahirkan beragam karakter sosial budaya berupa sub-
kultur pada masyarakat yang ada di sekitar gunung maupun yang ada di wilayah daratan
rendah.

Karakteristik setiap masyarakat sekitar gunung dibentuk oleh adanya pola-pola interaksi
antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya. Dari adanya interaksi  yang intensif
antara masyarakat dengan lingkungan alam dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun,
telah menghasilkan sistem budaya, adat istiadat, tradisi, dan kebiasan masyarakat yang di
dalamnya terangkum nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang begitu luhur. Keunikan
budaya sungguh berbeda dari budaya masyarakat yang tinggal di wilayah 4 musim, sub tropis
maupun wilayah gurun. Karakter alam yang berbeda akan menentukan karakter penduduk
dan corak budayanya serta sistem kepercayaan masing-masing masyarakat. Itulah sebabnya
mengapa karakter agama sangat diwarnai oleh karakter masyarakat dan budaya di mana
agama itu berasal. Dipandang dari perspektif perspektif sosiologis agama atau sistem
keyakinan merupakan bagian dari sistem budaya, karena dihasilkan oleh budaya selama
beberapa waktu lamanya.

Paugeran & Daya Magis Nusantara

Meskipun gunung-gunung yang terhampar di permukaan bumi Nusantara mempunyai


keberagaman karakteristik, namun hampir semua gunung yang ada di Nusantara ini memiliki
kesamaan nilai spiritualnya. Setiap gunung memiliki aura magis atau kesakralan dengan
kadar yang berbeda-beda yang telah diakui setidaknya oleh masyarakat sekitar yang sehari-
harinya terjadi interaksi dengan kehidupan di sekitar pegunungan di mana masyarakat
menggantungkan hidupnya dari berkah yang dikeluarkan oleh gunung dan lingkungan
alamnya. Oleh sebab itu nilai-nilai magis atau kesakralan yang sudah tertanam dalam
kesadaran kosmos masyarakat sekitar gunung tidak dapat dihapus oleh peubahan zaman
maupun upaya-upaya desakralisasi melalui propaganda dan hasutan macam manapun. Sekuat
apapun propaganda dan hasutan maupun pemahaman spiritual dan budaya yang keliru akan
berbenturan dengan hukum tata keseimbangan alam di wilayah itu. Cepat atau lambat
pemahaman keliru, propaganda, hasutan akan semakin keras berbenturan dengan fakta dan
bukti-bukti yang setiap saat dialami dan disaksikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari. Maka tak heran meskipun nilai-nilai modernitas, westernisasi dan indoktrinasi begitu
gencar menggempur nilai  kearifan lokal, namun masih masyarakat dengan sikap yang begitu
kuatnya mematuhi setiap paugeran, karena paugeran bukanlah omong kosong melainkan
berisi nilai-nilai kearifan lokal yang tidak lain merupakan pelajaran berharga atas berbagai
bukti dan fakta, baik yang bersifat nyata maupun gaib.

Apa yang kita yakini biasanya kita jadikan sebagai “obor penunjuk jalan”. Yang harus kita
waspadai adalah, apa yang sekedar kita yakini belum tentu merupakan fakta dan realitas.
Mudah membuktikan apakah sesuatu yang kita yakini merupakan fakta atau mitos.  Apabila
hal-hal yang kita yakini TIDAK sesuai dengan kebenaran fakta dan realitas maka kita
merasakan hidup seperti bermain judi atau spekluan. Segala sesuatu terasa tanpa ada
kepastian. Mata batin terasa buta, tidak tahu bagaimana nasibnya di hari ini, apalagi esok
hari. Oleh sebab itu untuk menanggulangi kecemasan atas ketidakpastian itu, biasanya Tuhan
Mahatahu sekedar menjadi pelarian untuk menyandarkan segala kegundahan hati. Dalam
keadaan seperti ini disadari atau tidak dalam telah membangun pola pikir dan sikap apatis.
Manusia seolah menjalani hidup dengan tanpa bisa menentukan pilihan. Karena kekuasaan
Tuhan menentukan segalanya, bahkan jam berapa mau kentut dan be-ol saja diserahkan
Tuhan yang mengatur. Ini menjadi blunder saat menganalisa perilaku menyimpang atau
tindak kejahatan. Lantas pola pikir itu pula yang dijadikan alasan pembenar yang dicari-cari
untuk melegitimasi tindakan konyolnya. Dapat digarisbawahi, bilamana apa yang kita yakini
sesungguhnya hanyalah mitos (dongeng imajiner) akan menjauhkan diri dari berkah alam
semesta, karena  sikap dan tindak-tanduk kita semakin menjauh dari karakter alam dan
hukum tata keseimbangan alam. Ia cepat atau lambat dalam hidupnya akan mengalami
berbagai benturan dan himpitan lahir maupun batin.

Sebaliknya jika apa yang diyakini merupakan sesuatu yang sesuai dengan fakta dan realitas,
hal itu ditandai hidup kita tidak lagi seperti bermain judi (spekulasi). Kita  menjalani hidup
ini dengan penuh kepastian. Hari ini akan selamat atau akan ada bahaya mengancam, kita
akan bisa menangkap tanda-tanda dan peringatan sebelumnya. Kita merasakan hidup dengan
penuh berkah sebagai konsekuensi logis atas tindakan kita yang selalu selaras dan harmonis
dengan lingkungan alam.
Benarkah Gunung Memiliki Kekuatan Supra ?

Saya pribadi termasuk orang yang tidak mudah percaya, tidak suka ela-elu, anut grubyuk,
atau taklid dst. Tidak puas hanya dengan cara sekedar mengimani saja atas semua yang
dikatakan atau ujare, jarene, ceunah ceuk ceunah. Saya ragu, tetapi keraguan yang metodis,
yakni keraguan untuk tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Saya akan mengakui dan percaya
bila saya benar-benar menjadi saksi dengan mata wadag maupun batin. Lama saya berfikir
apa benar gunung selalu menjadi tempat yang sakral, penuh kekuatan magis, natural dan
supernatural powernya besar ? Bagaimanapun juga memanfaatkan daya nalar atau akal budi
akan lebih baik ketimbang membiarkan emosi untuk memahami suatu kebenaran fakta. Jika
saya menggunakan keyakinan saja, saya akan terjebak pada sikap “menuhankan” emosi. Dan
saya tidak mentabukan seseorang yang cenderung mengandalkan nalar, karena di samping
kesadaran rahsa sejati, kesadaran nalar atau akal budi merupakan salah satu instrumen yang
handal untuk melihat dan menilai suatu  kebenaran sejati dan memilih mana yang baik
(selaras dengan hukum alam) dan buruk (melawan hukum alam). Sebaliknya, emosi tidaklah
bisa diandalkan untuk menganalisa karena emosi tidak berdasarkan nalar melainkan dengan
unsur emosi : rasa suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, puas atau tidak puas.
Emosi lebih menekankan pada sentimen sementara nalar lebih menekankan pada sikap
toleransi.

Puluhan tahun lamanya saya melakukan survey, penelitian langsung ke banyak gunung-
gunung yang bercokol di muka bumi Nusantara ini. Hingga membawa pada kesimpulan
bahwa benar adanya, jika gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan besar dan penuh
kesakralan.  Dengan begitu, saya semakin menyadari akan sikap para leluhur bumi putera
Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton yang masih eksis
menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana pemujaan (penghormatan)
kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk penghuninya. Bahkan alasan mengapa
tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering
dilakukan di puncak-puncak gunung dan bukit, kini terjawab sudah.

Kenapa Gunung Disakralkan ?

Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos atau
mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja. Kecuali bagi yang masih
kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum sungguh-sungguh
memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit memahaminya. Untuk itu saya coba
membantu pemahaman melalui pendekatan rasional dan faktual sejauh yang dapat saya alami
dan rasakan sendiri selama ini. Saya juga mengharapkan supaya seluruh pembaca yang
budiman yang memiliki pengalaman soal pergunungan khususnya di Nusantara ini untuk
berbagi pengalamannya dengan harapan dapat menambah lengkap ulasan kita kali ini dalam
upaya mengenali karakter gunung khususnya, dan karakter Nusantara pada umumnya. Tak
kenal maka tak paham, tak paham maka tak sayang, orang yang tak sayang maka akan
cenderung membuat kerusakan alam. Di sinilah harapan saya agar generasi penerus
bangsa ini sadar untuk menghentikan segala macam perusakan alam.

Saya berani menyimpulkan, rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang masih aktif
maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat. Penduduk pribumi
Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis yang menyelimuti gunung.
Dahulu saya pribadi masih meragukan hal itu. Hingga pada akhirnya setiap pengalaman demi
pengalaman yang telah saya dapatkan membuat saya lebih mengenali karakter gunung dan
memahami apa yang sebenarnya terjadi. Lebih mengenal dan lebih memahami gunung
tenyata dapat membawa kita pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat
bermanfaat untuk membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam
mengambil sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan
yang saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.

Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ? Saya memberanikan diri untuk membuat
suatu kesimpulan bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum keselarasan dan
keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan sebagai tempat yang
menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari permukaan bumi. Di mana di
dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan panas bumi yang lebih kuat dari dataran
rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga ke puncak gunung, badan dan kaki gunung
dengan tingkat energi yang berbeda-beda. Gunung dengan selimut hutan belantara
menjadikannya sebagai rumah tinggal seluruh  makhluk. Ragam mahluk hidup mulai dari
bangsa manusia, bangsa “halus”, ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu
diselimuti hutan belantara yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga
fungsi gunung sebagai tempat konservasi alam  sebagai lumbung air dan oksigen yang
dibutuhkan oleh seluruh mahluk hidup.

Kekuatan alam semesta yang lebih besar menyelimuti seluruh badan gunung. Bagian gunung
yang lebih tinggi ternyata memiliki daya kekuatan yang lebih besar pula. Semakin mendekati
puncak gunung semakin besar pula kekuatannya. Dan sepertinya pada bagian kawah gunung
menjadi kumparan energi yang paling besar. Saya pribadi kemudian menyadari, mengapa
rata-rata gunung semakin ke puncak auranya semakin wingit ? Termasuk pula para
penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka mahluk hidup pilihan baik titah
wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural powernya, karena memang tidak setiap
mahluk hidup mampu bertahan dan bisa bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya
mahluk hidup tertentu dan pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar
kawah atau puncak gunung. Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di
pegunungan selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative
tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus setingkat
kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak mahluk halus yang
lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan besarnya daya kekuatan dan
kemampuan mereka. Apa jawabannya akan saya jabarkan dalam alenia di bawah ini.

Memahami Gunung Melalui Simbol

Dilihat dari keadaan fisiknya, bentuk gunung yang kerucut dapat diartikan sebagai
lambangkan kesadaran akan ketuhanan. Di bagian bawah atau kaki gunung lebih lebar
melambangkan keberagaman “jalan” menggapai kesadaran spiritual. Hal ini tersirat dalam
bentuk nasi tumpeng yang sering kita dapati dalam tradisi Jawa. Di bawah lebar dan di
bagian atas mengerucut melambangkan suatu makna bahwa sekalipun terdapat keberagaman
“jalan” spiritual namun pada dasarnya menuju pada tujuan yang tunggal yakni menggapai
kemuliaan yang Mahatunggal (Tuhan). Tunggal adalah makna bahwa tuhan sebagai sesuatu
yang tak terbatas dan tak dapat dihitung. Jika disebutkan tuhan adalah satu, sama halnya
tuhan dapat dihitung dan terbatas karena bilangan satu merupakan bilangan terbatas dan dapat
dihitung. Jika tuhan didefinisikan sebagai yang tak terbatas maka lebih tepat menggunakan
istilah tunggal, bukan satu.
Di puncak gunung terdapat kawah sebagai tempat keluarnya unsur api dari dalam bumi. Api
atau agni di puncak kawah gunung menjadi simbol spiritualitas yakni pusat unsur kehidupan
yang berasal dari api atau diistilahkan sebagai Bethara Bhrama yang mengendalikan unsur
hidup di dalam api itu sendiri. “Partikel” hidup yang terdapat di dalam api oleh masyarakat
disebut sebagai banaspati. Akan tetapi agni atau api berasal dari dalam bumi, artinya unsur
api yang menghidupi kehidupan itu ada dalam diri kita sendiri. Sebab alam semesta
merupakan jagad besar sementara diri kita adalah jagad kecil. Puncak gunung dapat diartikan
pula sebagai cakra mahkota, di mana letak kendali kesadaran kosmos berada. Dalam tradisi
spiritual masyarakat Jogja atau Kraton Jogja dikenal spiritus AUM, atau
Agni~Udaka~Maruta atau api, tanah, angin dan air. Dilambangkan dalam rangkaian unsur
alam yang mengelilingi Jogjakarta yakni Merapi (Agni), Kraton Jogja (Udaka) sebagai
kehidupan, dan Maruta yakni unsur angin dan air yang berasal dari laut selatan. Gunung
Merapi sebagai entitas simbol spiritualitas Kahyangan (spirits) dan Kraton sebagai wujud
lahir (body dalam hal ini akal budi), laut selatan merupakan jiwa (soul) sebagai penyeimbang.
Selanjutnya kita akan mengulas tentang ragam kehidupan gunung sebagai wujud nyata sistem
atau tata keseimbangan alam.

Kehidupan Gunung

Gunung menjadi tempat ideal untuk hidup bagi keanekaragaman hayati yang bersifat wadag
maupun alus. Dari yang paling kecil hingga yang besar. Secara metafisik, gunung menjadi
tempat tinggal para mahluk halus dengan tingkat kemampuan serta daya kekuatan dan
kesaktian yang tinggi. Semakin ke arah bawah (kaki gunung) penghuninya mahluk halus
berdaya kekuatan lebih rendah. Hingga yang berdaya kekuatan lebih rendah yang menghuni
daratan rendah, dan yang paling rendah (setan bekasakan) menghuni tempat-tempat lembab
dan kotor di dataran rendah. Bagi para sedulur-sedulur pecinta alam, akan mudah
membuktikan fakta di atas. Misalnya di puncak-puncak gunung tidak terjadi penampakan
mahluk halus semacam kuntilanak, pocongan, siluman biasa (kekuatan rendah) dan
sejenisnya. Jenis mahluk halus semacam itu banyak terdapat di daratan terutama daerah-
daerah yang lembab, banyak air, becek, kotor dan bau. Karena di situ lah habitat mereka.
Bangsa siluman dengan daya kekuatan rendah banyak terdapat di daratan rendah, tetapi
memilih tinggal di daerah tertentu misalnya muara sungai, jembatan besar, gumuk, gerumbul,
lembah dan semak belukar. Sepertinya setingkat juga dengan bangsa genderuwo dan wewe
lebih banyak menghuni di daratan tetapi di tempat-tempat seperti pohon-pohon besar, hutan
daratan, batu-batu besar, rumah yang telah lama kosong. Namun bagi genderuwo berkekuatan
tinggi bisa juga tinggal di areal perbukitan. Genderuwo merupakan mahluk halus yang
sungguh unik. Jika dikategorikan kedalam bangsa jin dan siluman tidaklah tepat, dikatakan
mahluk halus memang ada benarnya, tetapi ia lebih nyata dibanding mahluk halus pada
umumnya. Sebagai tolok ukurnya, genderuwo bisa menyentuh benda fisik, bisa
memegangnya, bahkan melemparkannya. Sehingga terkadang bisa melemparkan benda-
benda padat pada orang yang sedang melintasi tempat tinggalnya. Genderuwo  tampaknya
memiliki kromosom yang dekat dengan jenis kromosom manusia sehingga bangsa
genderuwo bisa menghamili wanita bangsa manusia. Genderuwo juga bukan berasal dari roh
manusia  yang nyasar. Soal raut wajah, genderuwo terkesan  kombinasi antara wajah singa
dan serigala dengan bertubuh layaknya binatang gorilla. Genderuwo  kurang cakap berbicara
dalam bahasa manusia atau tata jalma. Tetapi genderuwo memiliki kebiasaan seperti
dilakukan oleh manusia bisa merokok dan makan. Genderuwo  juga mampu berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia dalam kapasitas yang terbatas. Walau kurang cakap tata
jalma tetapi genderuwo bisa memahami apa yang diucapkan dan dikehendaki seseorang.
Itulah kelebihannya.
Kembali ke soal gunung, saya sering melihat di bagian kaki gunung banyak dihuni oleh
mahluk halus dengan rata-rata kemampuan dan daya kekuatan menengah hingga tinggi
sekelas bangsa siluman dengan daya kekuatan menengah. Bangsa siluman juga beragam
wujudnya. Bisa berujud binatang atau mahluk hidup yang wujudnya  sangat asing menurut
penglihatan manusia. Bangsa siluman ini masih bangsa lelembut atau mahluk halus namun
biasanya berbentuk setengah manusia, atau setengah binatang tetapi daya kekuatannya tidak
main-main. Walau bentuknya binatang tetapi seolah memiliki nalar seperti halnya manusia.
Namun bangsa siluman sejauh yang pernah saya temui tidak dapat berbicara dalam bahasa
layaknya manusia (toto jalmo).

Sudah merupakan hukum seleksi alam, pada wilayah yang semakin tinggi ternyata ditinggali
pula oleh mahluk halus yang semakin tinggi kekuatan dan kemampuannya. Bahkan di
wilayah sekitar puncak gunung seringkali kita temukan mahluk halus dengan kekuatan tinggi
sekali. Di sekitar areal puncak gunung kita bisa menemukan keanekaragaman hayati yang
tidak terdapat di daratan rendah. Dan biasanya ragam tumbuhan di wilayah puncak gunung
merupakan tumbuhan langka, serta tumbuhan yang mengandung kegunaan dan berkhasiat
tinggi. Jurang yang dalam, tebing yang terjal ditumbuhi oleh pepohonan besar serta semak
belukar yang rapat. Karena kondisi medan yang sulit dijangkau bangsa manusia, maka
berbagai binatang pun menjadikan wilayah sekitar puncak gunung sebagai istana yang
nyaman dan aman dari gangguan bangsa manusia. Semua itu terjadi sebagai bagian dari
sistem keseimbangan alam.

Hukum Alam Yang Tersurat

Biarkan wilayah pegunungan terlebih lagi areal mendekati puncak gunung menjadi wilayah
tertutup dari bangsa manusia. Karena di sana diperlukan tumbuhan dan hutan yang lebat
sebagai pabrik oksigen dan sebagai penampungan air kehidupan yang diperlukan seluruh
mahluk terutama bangsa manusia. Itulah kebijaksanaan tata keseimbangan alam
menempatkan bangsa binatang hidup di hutan belantara di sekitar puncak gunung sebagai
tempat tinggal yang nyaman, karena letusan gunung tidak akan membahayakan mereka
semua. Bangsa binatang dan mahluk halus yang perilakunya alamiah serta tidak pernah
melawan hukum alam sampai kini tetap memiliki kepekaan instink untuk mendeteksi secara
dini kapan akan terjadi marabahaya letusan gunung yang akan terjadi. Bangsa binatang dan
lelembut pun akan mudah sekali melakukan eksodus mengevakuasi diri dalam waktu singkat
ke tempat yang aman manakala terjadi letusan gunung.

Kita harus menghormati hukum alam menata keseimbangannya sendiri. Bangsa binatang dan
mahluk halus yang tinggal di gunung-gung memiliki tugas untuk menjaga dan melestarikan
sumber kehidupan seluruh mahluk. Biarlah keangkeran dan kekuatan magis wilayah
pegunungan tetap berlangsung, agar supaya hutan tetap utuh dan ragam kehidupan tetap
berlangsung. Biarlah wilayah puncak pegunungan tetap keramat agar bangsa manusia yang
paling potensial membuat kerusakan alam tidak dengan sekehendak hati merusak kawasan
vital sebagai penyangga sistem keseimbangan alam.

Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan alam
tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi jika areal
puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemukiman oleh bangsa manusia ? Apa yang
terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ? Apakah bangsa
mahluk halus, bangsa binatang dan tumbuhan sebagai bagian dari alam semesta dan sebagai
sesama mahluk hidup tidak akan marah kepada bangsa manusia yang telah melawan hukum
keseimbangan alam ?

Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara paksa
areal pemukiman penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi telah
mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang menata dan
mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind, akan mampu
memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat. Untuk selanjutnya kita adopsi sifat-
sifat bijaksana dari gerak-gerik yang terjadi pada lingkungan alam di sekitar kita.

Terimakasih Saudara-Saudaraku Bangsa Hewan, Tumbuhan & Lelembut

Ucapan terimakasihku yang sedalam-dalamnya kepada seluruh sedulur-sedulurku titah agal


dan alus di gunung-gunung yang terhampar di seluruh wilayah Nusantara. Kalian tak pernah
banyak bicara, tapi kalian benar-benar melakukan tindakan save our earth, save our nation.
Tapi bangsa manusia banyak yang memusuhi dirimu, karena menganggapmu sebagai mahluk
jahat. Padahal kalian lah mahluk paling takwa pada hukum Tuhan (hukum alam). Tanpamu,
mungkin bangsa manusia sedang menggali kubur untuk dirinya sendiri, bangsa manusia lah
yang paling gemar merusak tata keseimbangan alam itu, jika tak ada peranmu maka bangsa
manusia akan segera mengalami kehancurannya sendiri. Tetapi peranmu sangat besar dalam
melindungi jagad jalma manungsa. Sesaji apa adanya yang saya berikan manakala
berkunjung ke gunung, bukan untuk menyembahmu, tetapi wujud dari sikapku untuk
menghargai dan terimakasihku pada kalian. Melindungi, menjaga, melestarikan lingkungan
alam sebagai implementasi rasa hormatku kepada kalian semua wahai seluruh mahluk hidup.
Semua ini kami lakukan agar hidup kami menjadi lebih bermakna, mau dan mampu
memberikan kehidupan kepada seluruh mahluk. Saling asah asih dan asuh. Bukan menjadi
sampah yang mengotori kehidupan di permukaan planet bumi ini.

Suradira Jayaningrat lebur dening pangastuti


Sabdalangit

Tulisan dari ‘Mitoni (Selamatan 7 bulan


kehamilan)’ Kategori
Tata Cara Mitoni / Tingkeban
UBO RAMPE MITONI/TINGKEBAN
(Selamatan Tujuh Bulanan)
 
Mitoni atau selamatan tujuh bulanan, dilakukan setelah kehamilan seorang ibu genap usia 7
bulan atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7 bulan, sekalipun kurang sehari.
Belum ada neptu atau weton (hari masehi + hari Jawa) yang dijadikan patokan
pelaksnaan, yang penting ambil hari selasa atau sabtu.  Tujuan mitoni atau tingkeban agar
supaya ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan (wilujeng, santosa,
jatmika, rahayu).
 
 
 
PERSYARATAN :
 
 
1. Bubur 7 macam :
Kombinasi 7 macam; (1) bubur merah (2) bubur putih (3) merah ditumpangi putih, (4)  putih
ditumpangi merah, (5) putih disilang merah, (6) merah disilang putih, (7) baro-baro (bubur
putih diatasnya dikasih parutan kelapa dan sisiran gula jawa).
Bubur putih dimakan oleh sang Ayah. Bubur merah dimakan sang Ibu. Bubur yang lain
dimakan sekeluarga.
 
Bahan;
Bubur putih gurih (dimasak pake santen) dan bubur merah (dimasak pake gula jawa);
Bubur ditaruh di piring kecil-kecil;
2. Gudangan Mateng  (sayurnya direbus) :
Bahan ; Sayur 7 macam; harus ada kangkung dan kacang. Kangkung dan kacang  panjang
jangan dipotong-potong, dibiarkan panjang saja. Semua sayuran direbus.
Bumbu gudangannya pedas.
3. Nasi Megono ; Nasi dicampur bumbu gudangan pedes lalu dikukus.
4. Jajan Pasar ; biasanya berisi 7 macam makanan jajanan pasar tradisional.
5. Rujak ; bumbunya pedas dengan 7 macam buah-buahan.
6. Ampyang ; ampyang kacang, ampyang wijen dll (7 macam ampyang). Apabila kesulitan
mendapatkan 7 macam ampyang, boleh sedapatnya saja.
7. Aneka Ragam Kolo ;
Kolo kependem (kacang tanah, singkong, talas), kolo gumantung (pepaya), kolo merambat
(ubi/ketela rambat); kacang tanah, singkong, talas, ketela, pepaya. direbus kecuali pepaya.
Pepaya yang sudah masak. Masing-masing jenis kolo tidak harus semua, tetapi bisa dipilih
salah satu saja. Misalnya kolo kependhem; ambil saja salah satu misalnya kacang tanah. Jika
kesulitn mencari kolo yang lain; yang penting ada dua macam kolo ; yakni cangelo; kacang
tanah  +  ketela (ubi jalar).
8. Ketan ; dikukus lalu dibikin bulatan sebesar bola bekel (diameter 3-4 cm); warna putih,
merah, hijau, coklat, kuning.
9. Tumpeng nasi putih; kira-kira cukup untuk makan 7 atau 11, atau 17 orang.
10. Telur ; telur ayam 7 butir.
11. Pisang ; pisang raja dan pisang raja pulut masing-masing satu lirang/sisir.
12. Tumpeng tujuh macam warna; tumpeng dibuat kecil-kecil dengan warna yang berbeda-
beda. Bahan nasi biasa yang diwarnai.
 
TATA CARA
Tumpeng ditaruh di atas kalo (saringan santan yang baru). Bawahnya tumpeng dialasi daun
pisang. Di bawah kalo dialasi cobek agar kalo tidak ngglimpang. Sisa potongan  daun pisang
diletakkan di antara cobek dan pantat kalo.
 
Sayur 7 macam direbus diletakkan mengelilingi tumpeng, letakkan bumbu gudangannya
melingkari tumpeng juga. Telur ayam (boleh ayam kampung  atau ayam petelur) jumlahnya 7
butir, direbus lalu dikupas, diletakkan mengelilingi tumpeng. Masing-masing telur boleh di
belah jadi dua. Pucuk tumpeng dikasih sate yang berisi ; cabe merah, bawang merah, telur
utuh dikupas kulitnya, cabe merah besar, tancapkan vertikal. (urutan ini dari bawah ke atas;
lihat gambar).
 
Tusuk satenya dari bambu, posisi berdiri di atas pucuk tumpeng; urutan dari bawah; cabe
merah besar posisi horisontal, bawang merah dikupas, telur kupas utuh, bawang merah lagi,
paling atas cabe merah besar posisi vertikal.
 
Pisang, jajan pasar, 7 macam kolo, dan 7 macam ampyang ditata dalam satu wadah tersendiri,
namanya tambir atau tampah tanpa bingkai yg lebar.
Tambirnya juga yg baru, jangan bekas. Tampah “pantatnya” rata datar, sedangkan tambir
pantatnya sedikit agak cembung.
Tumpeng tujuh macam warna ukuran mini, ditaruh mengelilingi tumpeng besar. Boleh
diletakkan di atas sayuran yang mengelilingi tumpeng besar.
 
Setelah ubo rampe semua selesai disiapkan, maka dimulailah berdoa. Doa boleh dengan tata
cara atau agama masing-masing. Inilah fleksibilitas dan toleransi dalam ajaran Jawa.
Berikut ini contoh doa menurut tradisi Jawa;
 
Diucapkan oleh orang tua jabang bayi (ayah dan ibu);
“Niat ingsun nylameti jabang bayi, supaya kalis ing rubeda, nir ing sambikala, saka kersaning
Gusti Allah. Dadiyo bocah kang bisa mikul dhuwur mendhem jero wong tuwa, migunani
marang sesama, ambeg utama, yen lanang kadya Raden Komajaya, yen wadon kadya Dewi
Komaratih..kabeh saka kersaning Gusti Allah.
 
Apabila orang tua beragama Islam, setelah doa secara tradisi, lalu bacakan surat Maryam atau
surat Yusuf. Pilih di antara keduanya sesuai keinginan hati nurani. Jika feeling anda ingin
membaca surat Maryam, biasanya jabang bayi lahir perempuan. Bila yang dibaca  surat
Yusuf, biasanya jabang bayi lahir laki-laki.
 
Dalam tradisi Jawa, yang membuat bumbu rujak dilakukan oleh ibu jabang bayi. Jika
bumbunya rasanya asin, biasanya jabang bayi lahir perempuan. Bila tidak kasinen
(kebanyakan garam), biasanya lahir laki-laki.
 
Akan tetapi karna teknologi medis sudah sedemikian canggih, sampai ditemukan USG empat
dimensi, jenis kelamin bayi sudah dapat diketahui lebih dini.
 
Acara mitoni atau tingkeban yang kami paparkan di atas adalah tatacara sederhana. Akan
tetapi bukan berarti tidak absah, hanya tidak lengkap saja. Sedangkan tatacara yang lengkap
yang biasanya masih dilakukan di kraton-kraton dan masyarakat Jawa yang masih kuat
memegang tradisi. Rangkaian acara untuk upacara mitoni secara lengkap urut-urutannya
yaitu;
 
Siraman, memasukkan telor ayam kampung di dalam kain calon ibu dilakukan oleh calon
bapak, ganti baju tujuh kali,  brojolan (memasukkan kelapa gading muda), memutus benang
lawe atau lilitan benang (atau janur), memecah wajan dan gayung, mencuri telor dan terakhir
kendhuri.
 
Catatan;
Acara siraman hanya diselenggarakan untuk mitoni anak pertama.
 
Selamat melaksanakan mitoni atau tingkeban semoga menjadi anak yang linuwih, mikul
dhuwur mendhem jero pada orang tua, berguna untuk sesama, masyarakat, agama, dan
negara.
 
Rahayu
Sabdalangit

Sumilaking Pedhut Widorokandhang
SUMILAKING PEDHUT WIDOROKANDHANG
Kamis Legi, 15 Agustus 2013, seluruh persiapan telah usai.
Masing-masing divisi menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab dan selesai tepat
pada waktunya. Dalam kepanitiaan, kegiatan Kadangadeyan Sabdalangit (KKS) kali ini
berkolaborasi dengan sub divisi panpel oleh masyarakat desa di mana acara kita gelar.
Masyarakat desa saking semangatnya hingga jumlah sub panpel di bawah koord tim KKS
mencapai 50 orang lebih. Walau sebenarnya tidak perlu sebanyak itu, namun hal itu
merupakan wujud semangat untuk menggugah kesadaran nasionalisme. Kami sangat apresiet.
Dan tidak menjadi kendala, mereka tetap bekerja efektif karena didasari semangat dan
ketulusan untuk berbagi. Sementara tim inti KKS untuk acara ini tidak lebih dari 10 orang.
Tidak banyak rapat atau meeting, tidak pula banyak ubyang-ubyung ngalor-ngidul. Efektif,
taktis, efisien. Itulah yang menjadi moto tim KKS dalam bekerja. Seluruh rencana disusun
secara matang dan teliti dengan alternative strategi A, B, C.

Manfaat Energi Positif Welas-Asih

Pada 15 Agustus sebagian besar sedulur sudah sampai di Jogja.


Kesempatan berkumpul digunakan untuk saling asah asih asuh, bertukar pengalaman  dan
wawasan, sembari menunggu sedulur-sedulur KKS lainnya yang masih dalam perjalanan
menuju Jogja dari kota dan daerahnya masing-masing. Tercatat dari Jakarta, Cikarang,
Tangerang, Depok, Bandung, Tasikmalaya, Bekasi, Cilacap, Semarang, Magelang, DIY,
Solo, Blitar, Sidoarjo, Surabaya, Malang, Kalsel dll. Karena di dalam dada para sedulur
semua memancarkan rasa welas asih  dan ketulusan, hal itu membuat semakin terasa sekali
energy positif pada dasarnya memang bersifat saling menopang, saling menguatkan dan
saling menghidupkan satu sama lain. Maka wajar pada saat selama kita semua berkumpul,
rasa lelah dan capai setelah melakukan perjalanan jauh bagi sedulur-sedulur yang datang dari
luar kota, atau karena saking sibuknya panpel di Jogja, sama sekali tidak kita rasakan. Walau
beberapa malam selalu tidur jam 04.00 pagi.

Efek Buruk Energi Negative Dendam & Kebencian

Sebaliknya apabila perasaan hati hanya selalu dipenuhi dan dibiakkan benih kebencian,
dengki, dan iri, pastilah cepat atau lambat akan membuat dirinya kelelahan secara fisik
maupun secara batin jika tidak kuat mengalami stress tentulah berakibat depresi. Hidup
menjadi tidak produktif, karena sibuk “metani kejelekan” orang.  Karena energy negative
bukannya memancarkan kekuatan dan kehidupan, sebaliknya ia saling menguras tenaga satu
sama lainnya dan saling “membunuh”. Maka hendaknya mensikapi kebencian dari luar, kita
pake saja “kacamata jaran”. Tak perlu tolah-toleh, mereson dan menanggapi, tetap saja fokus
pada tujuan dan tugas-tugas yang lebih mulia untuk kepentingan bangsa ini. Dari pada
memuji-muji diri dan mengkultuskan diri sendiri, mending kita balik saja pepatahnya,“…
biarkan kafilah menggonggong, anjing tetap berlalu ! Sebab disadari atau tidak perasaan
negative itu akan menyerap energy negative ke dalam diri sebanyak-banyaknya. Dalam
terminologi Jawa, energy negative yang merasuk ke dalam badan itu dinamakan sengkolo dan
sukerto yang akan membuat seseorang mengalami sebel-sial atau dirundung kesialan.
Sengkolo dan sukerto bisa diakibatkan oleh kelakuannya sendiri.

Nilai Sakral & Esoteris Pagelaran Wayang Kulit Kali Ini

Acara malam tirakatan 17 Agustus 2013 sebagai acara yang sudah


umum dan lazim dilakukan setahun sekali. Bahkan di setiap kampung-kampung, RT, RW,
Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan di manapun diadakan malam tirakatan
mengenang jasa para leluhur bangsa khususnya para pejuang dan pahlawan kemerdekaan 
NKRI. Namun disertai pagelaran wayang kulit memang sangat jarang atau mungkin baru kali
ini ada.

1. Donodriyah

Wayang kulit yang sedulur-sedulur KKS gelar adalah wujud


donodriyah atau sedekah yang nyata. Wayang kita persembahkan untuk  masyarakat di Kab
Kulonprogo, serta masyarakat DI Yogyakarta dan sekitarnya melalui siaran langsung Radio
Paworo FM di chanel 107.6 mhz. Sedekah dengan tujuan membuat masyarakat gembira,
tenteram dan bahagia. Bahkan untuk menghargai jerih payah para leluhur kita di masa lalu
dalam berkarya nyata dalam bidang seni dan budaya yang sungguh-sungguh adiluhung
nilainya.  Terlebih lagi pagelaran wayang kulit dilakonkan oleh sedulur KKS sendiri Ki Geter
Pramuji Widodo yang barusan pulang membawa misi budaya Nusantara dengan pentas
wayang kulit di Buenos Aires pada Juli 20-30 Juli 2013, dan akan ditanggap lagi oleh
pemerintahan Urugay pada bulan Februari 2014. Tujuannya sama, mengusung misi budaya
bangsa yang penuh nilai adiluhung ke pentas dunia. Kita sebagai generasi bangsa sudah
sepatutnya turut bangga karena nenek moyang kita memiliki mahakarya atau masterpiece
berupa Gamelan yang telah di sahkan oleh PBB sebagai warisan budaya level dunia. Segenap
sedulur KKS dan masyarakat setempat tidak sedikit dalam berpartisipasi untuk pembeayaan
berlangsungnya acara Malam Tirakatan dan Pagelaran Wayang Kulit. Baik yang ada di
Palembang, Jakarta, Blitar, Jogja, Jateng, dan Jabar. Barangkali dilihat sisi esoterisnya dan
nilai sakralnya hingga pagelaran wayang kulit malam tirakatan kali ini sekaligus dihadiri 3
dhalang kondang yakni Ki Seno Nugroho, dalang senior Ki Hadi Sudarsono, dan Ki Geter
sendiri bersama para wiyogo (penabuh gamelan) yang kebanyakan juga para dalang.

2. Memantaskan Diri
Sedekah adalah memberi. Sedekah berguna kanggo sangu-ne wong urip,
sebagai bekal kita menjalani hidup. Sedekah adalah salah satu kunci utama dalam meraih
sukses.  Untuk meraih sukses yang kita harapkan, kita harus bisa mengevaluasi diri, apakah
diri kita sudah pantas untuk menerima kesuksesan seperti yang kita harapkan. Kudu biso
rumongso, ojo rumongso biso. Harus bisa mawas diri, jangan menjadi orang yang tak tahu
diri. Terwujud atau tidaknya doa kita sangat berkaitan dengan asas kepantasan tersebut.
Misalnya, seseorang yang pelit, biasanya jika berdoa isinya penuh permintaan ini-itu yang
macem-macem. Makin ia merasakan doanya tidak manjur atau jauh dari yang ia harapkan, ia
makin kenceng saja doa yang isinya kalimat mengemis. Ia  melupakan bahwa orang
menerima sesuatu pun musti sesuai asas kepantasan.  Dan bahwa manusia layak dan pantas
disebut wong urip jika seseorang mau memberikan kehidupan kepada sesama dan seluruh
mahluk. Permintaannya akan terpenuhi jika ia pantas menerima. Bahkan seseorang
yang selalu sedekah dan memberikan kehidupan pada sesama tanpa berdoa pun
kekuatan alam  semesta akan mencukupi apa yang dibutuhkannya. Uang akan selalu
menyesuaikan kebutuhan, dan hidupnya bukan lagi pada level mencari uang, tetapi dicari
oleh uang. Ini  bukan teori, ini sekedar berbagi pengalaman saja. Jika merasa ragu, monggo
silahkan buktikan sendiri. Namun berhati-hatilah dalam menakar level dermawan untuk
diri kita sendiri. Karena akan menjadi relative dan subyektif bahkan, kita bisa menyaksikan
seseorang  yang sangat pelitpun cenderung merasa dirinya sudah menjadi orang yang
dermawan. Iya apa iya?!!

Saya melihat perjuangan para sedulur KKS dari dalam dan luar kota
menuju lokasi sebagai sebuah pengorbanan yang besar. Bahkan yang tak bisa hadir cukup
dengan mengirim restu. Belum lagi yang ikut berpartisipasi menopang berbagai pembiayaan.
Semua pengorbanan dan sedekah itu butuh beaya, waktu, tenaga dan pikiran. Terlebih lagi
untuk sedulur yang bisa menghadiri acara “sedekah borongan” yang secara langsung bisa
dirasakan oleh banyak orang. Kehadiran sedulur-sedulur pun merupakan suatu kebaikan. Dan
kebaikan yang dilakukan dengan setulus hati itu, sama halnya kita sedang melakukan
kebaikan kepada diri kita sendiri. Anda sebagai orang yang telah tulus memberi/sedekah
secara tepat sasaran dan kepada ribuan orang, jika suatu ketika Sedulur-sedulur giliran
menerima kebahagiaan yang datangnya tak terduga kira, semua itu terjadi karena Anda telah
menjadi pribadi yang pantas untuk menerimanya.

3. Belajar Menanamkan Sifat Kaya Hati

Sifat pelit ibarat lingkaran setan. Untuk melepaskan diri dari belenggu sifat
pelit tidaklah mudah. Karena orang yang merasa hidupnya sulit biasanya akan cenderung
menjadi pelit karena pertimbangan uang harus diirit-irit agar tidak semakin terjepit pailit.
Itulah lingkaran saiton ! Yang tidak lain saiton itu adalah mindset atau pola pikirnya sendiri.
Semakin kuat memegang prinsip demikian, justru membuat hidup semakin pailit. Jika kita
hendak segera keluar dari kesulitan hidup, pertama yang harus diubah adalah mindset atau
pola pikir kita.  Kita harus berani mengawali menanamkan sifat kaya hati semenjak diri kita
masih dalam keadaan hidup sulit. Memang seolah tampak paradoksal, lebih baik buktikan
saja, jalani dan lihat saja hasilnya.

Dalam hal memberi atau bersedekah, ada dua hal yang paling
penting diperhatikan yakni : ketulusan dan tepat sasaran. Tulus saat member, dan sedekah
kepada orang yang tepat. Yang terakhir ini lebih sulit karena kita butuh kecermatan dalam
memilih sasaran. Dalam hal ketulusan, kuncinya yang penting kita menyadari bahwa berbuat
baik pada sesama dan seluruh mahluk bukanlah suatu perbuatan yang istimewa, tapi tetap
merupakan standar kelaziman dan kewajaran orang hidup di dunia.  Bagi setiap orang yang
hidup di dunia ya memang normal dan sewajarnya musti begitu. Tapi sebagian masyarakat
kita masih suka kagetan dan gumunan, begitu ada seseorang berbuat baik lantas di sanjung-
sanjung sedemikian hebohnya. Lebay amat..! Biasa aja kale…! Pancen kudu mangkono wong
urip. Siapa yang kaya hati pastilah hidupnya selalu kecukupan. Bahkan orang yang punya
sifat kaya hati, orang yang dermawan, akan memiliki “pagar hidup” yang kuat sehingga tak
bisa dicelakai orang, dan terhindar dari segala macam marabahaya.

Lakon : “Sumilaking Pedhut Widorokandhang”

Lakon atau judul cerita pagelaran wayang kulit tidak bisa dikarang-
karang sekehendak hati. Kita mengalir saja bahkan sebelumnya sempat ada 3 alternatif lakon
yang kita sodorkan kepada Ki Dhalang Geter Pramuji Widodo. Setelah melalui proses
manages dan manekung beberapa hari antara tim KKS dan Ki Dhalang, ketemulah salah satu
lakon yang paling tepat dan pas yakni “Sumilaking Pedhut Widorokandhang”. Artinya :
tersibaknya kabut hitam yang menyelimuti wilayah Widorokandhang. Kemerdekaan wilayah
Widorokandhang bisa diartikan sebagai kemerdekaan NKRI. Bukan kemerdekaan dari
kolonialisme, melainkan kemerdekaan dari segala macam penjajahan ekonomi, spiritual, dan
budaya oleh bangsa-bangsa asing. Dalam perspektif makro, tlatah  Widorokandhang bisa
diartikan  sebagai Nusantara atau NKRI. Dalam perspektif mikro Widorokandhang diartikan
sebagai diri pribadi kita sendiri. Judul tersebut selain sebagai gambaran akan realitas juga
merupakan doa atau harapan kita semua terhadap momentum perubahan yang positif yang
terjadi baik dalam diri kita masing-masing maupun Nusantara ini. Jika kita kaitkan dengan
bulan Sura Pambuka di akhir 2012 lalu dan bulan Sura Moncer tahun 2013 pada 3 bulan
yang akan datang, rasanya lakon tersebut erat sekali kaitannya. Kita sedang menanti sebuah
momentum besar yakni “Tinarbukaning gerbang untuk kejayaan Nusantara. Nusantara
yang akan dipimpin oleh Satria Pambukaning Gapura pada 2014 nanti. Pada level pribadi
kita, tersibaknya “kabut” yang mengenghalangi untuk kemajuan dan menyingkirnya
rintangan yang mengganggu dalam upaya meraih kesuksesan hidup. Kenapa sedari awal
makna tersebut tidak kami ekspose dalam publikasi, maksud kami agar supaya semua sedulur
yang bisa hadir bukan termotivasi oleh iming-iming dan kata-kata manis.  Sedulur datang
dengan suatu kesadaran, krenteging ati, tekad bulat, disertai ketulusan dan kasih sayang
untuk berbagi kebahagiaan dengan ribuan wong-wong ndeso milangkori. Kita selalu belajar
menjadi orang yang memiliki sifat kaya hati sebagai modal utama meraih kesuksesan hidup
lahir dan batin. Semoga semua sedulur yang bisa hadir maupun yang tidak bisa hadir segera
merasakan sumilaking pedhut yang menyelimuti diri masing-masing. Selanjutnya dapat
merasakan ketenangan dan ketentraman lahir dan batin mulai malam itu. Menapakkan kaki
ke depan dengan penuh kepastian, dan memandang masa depan lebih optimis. Sukses lahir
dan sukses batin,  tentunya segala kesuksesan yang selaras dan harmonis dengan hukum
alam.

Fenomena & Noumena

Selama kegiatan berlangsung begitu banyaknya pertanda yang


mudah dibaca. Di lokasi pagelaran wayang, sudah sekira 3 minggu tidak turun hujan. Suhu
siang hari panas, tapi suhu malam hari mencapai 16 derajat dengan disertai angin 20 km/jam.
Sehari sebelum acara sewaktu memasang tenda dan panggung tercatat suhu pada jam 19.00
mencapai 18 derajat  dan disertai angin 20-30km/jam. Kami membayangkan betapa berat
cuaca besok malam pada saat pagelaran. Bisa mengakibatkan badan sakit apalagi untuk anak-
anak. Maka sedari awal kami menghimbau agar supaya sedulur-sedulur yang akan
menghadiri acara mengenakan pakaian hangat dan obat-obatan serta minyak angin. Duh
Gusti Sang Jagadnata, mohon kiranya berkenan agar cuaca besok malam lebih mendukung
berlangsungnya acara.

Cuaca : Jumat Pahing 16 Agustus 2013, pada jam 12 siang terjadi gempa 4.3 sr di laut
selatan. Arahnya persis di selatan lokasi tetapi di tengah laut. Hal itu membuat suhu udara
meningkat bahkan menimbulkan efek mendung. Cuaca dilokasi semenjak sore tampak
diselimuti mendung hitam menggumpal dan berkelompok-kelompok (tidak rata). Hingga
semalaman mendung itu tidak kunjung pergi. Angin pun tampak tenang. Fenomena alam itu
membuat suhu malam itu tidak dingin tapi juga tidak terasa gerah. Pas di badan terasa sejuk
dan nyaman sekali. Namun di langit hanya tampak warna hitam gelap gulita, tak ada bintang,
rembulanpun temaram dan kadang lenyap ditelan gumpalan mendung  tebal. Mendung-
mendung itu menjadi selimut dan melindungi dari hawa dingin. Bisa jadi mendung itu hanya
kiasan untuk menggambarkan pedhut atau kabut hitam sebagaimana lakon wayang yang
sebentar lagi akan tersibak.

Angin Besar : pada saat acara pagelaran wayang diawali dengan prosesi
penyerahan gunungan oleh KKS kepada Ki Dhalang. Pada saat penyerahan itu angin yang
semua sangat tenang tiba-tiba berhembus begitu kencangnya, namun hanya sebentar saja
setelah itu angin kembali tenang. Fenomena itu biasa terjadi sebagai wujud bahwa alam
semesta turut mendukung. Dalam hal ini kekuatan supernatural being memberikan daya
kekuatan berupa restu bumi dan restu angkasa atas pagelaran wayang yang penuh daya sakral
dan mistis itu.

Gerimis : pada saat menjelang fase “limbukan” yakni fase cerita di mana limbuk dan
punakawan muncul di pagelaran untuk menghibur penonton dengan cara guyon parikena,
atau sebuah dagelan yang berisi pitutur atau nasehat dengan menggali nilai-nilai luhur
kearifan lokal. Pada saat itu rintik gerimis dengan butiran lembut seperti kabut putih dan
embun terasa menerpa kulit. Sedulur-sedulur KKS semuanya duduk di kursi samping kanan
panggung tidak ada yang beranjak pergi, membiarkan tubuh tertimpa embun gerimis sebagai

pertanda berkah alam semesta. Tercatat ada tida kali terjadi gerimis
lembut seperti itu. Hingga pagelaran wayang menjelang usai, terjadi lagi gerimis agak deras
hingga terdengar gending penutup pertanda pagelaran wayang telah selesai, gerimis pun
berubah menjadi hujan deras yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Hujan menjadi
reda pas pada saat gending penutup selesai ditabuh. Mata memandang ke atas, tampak langit
telah kembali terang benderang, bintang tampak bertaburan, rembulan di ufuk barat bersinar
dengan terangnya. Semoga fenomena itu menandakan bahwa pedhut benar-benar telah
sumilak. Baik pedhut yang menyelimuti Nusantara maupun pedhut yang menghalangi
kemajuan setiap diri pribadi kita semua.

Penyerahan Mobil Bantuan


               Pada acara malam tirakatan sedulur-sedulur KKS berkenan
menyerahkan mobil Suzuki Futura tahun 2008 untuk bantuan kepada para Abdi Dalem
Pasarean Agung Imogiri. Terimakasih kepada R.Ay Yanti Basuki selaku sedulur KKS Jakarta
telah berkenan menyumbangkan kendaraan untuk aktivitas para abdi dalem Imogiri dan
untuk keperluan sebagai kendaraan darurat saat terjadi bencana alam di wilayah Imogiri.
Terimakasih pula kepada sedulur-sedulur KKS Jakarta khususnya kampus UI dan dari
Maumere yang telah berkenan turut andil dalam sumbang sih untuk perbaikan dan
membangun kendaraan agar lebih layak dipergunakan. Semoga bermanfaat untuk orang
banyak. Kepada sederek-sederek Abdi Dalem mohon agar mobil dirawat dan dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Dan bagi seluruh sedulur yang telah beramal untuk berlangsungnya
acara semoga amal baik itu dapat menjadi pagar gaib, dan menempatkan panjenengan semua
tansah pinaringan wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan begja kang teka saking kersaning
Gusti.

Inaugurasi

             Malam tirakatan untuk memperingati jasa para pahlawan


kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Diawali dengan lantunan tembang Tulak Bala (pangkur
gedhong kuning) oleh para sedulur KKS. Tak lupa kami persembahkan secarik inaugurasi
dengan puisi-puisi penggugah kesadaran berbangsa dan bernegara, puisi untuk menggungah
semangat Nasionalisme, serta tembang-tembang Serat Wedhatama pupuh pangkur dan sinom,
kita lantunkan sebagai pengingat bahwa Nusantara ini punya sesuatu yang berharga.
Diteruskan dengan lagu Indonesia Raya, kemudian ditutup dengan lagu Bagimu Negeri dan
17 Agustus 45 serta pembacaan janji pemuda-pemudi generasi penerus bangsa :

SERAT WEDHATAMA Pupuh PANGKUR (Sembah Raga)

Mingkar mingkuring angkara,


Akarana karenan mardi siwi,
Sinawung resmining kidung,
Sinuba sinukarta,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
Kang tumrap neng tanah Jawa,
Agama ageming aji.  
Meredam nafsu angkara dalam diri,
Hendak berkenan mendidik putra-putri
Tersirat dalam indahnya tembang,
dihias penuh variasi,
agar menjiwai hakekat  ilmu luhur,
yang tergelar di tanah Jawa (nusantara)
agama sebagai “pakaian” kehidupan.

Jinejer neng Wedatama


Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa,
yekti sepi asepa lir sepah, samun,
Samangsane pasamuan
Gonyak ganyuk nglilingsemi.  

Disajikan dalam serat Wedhatama,


agar jangan miskin pengetahuan
walaupun sudah tua pikun
jika tidak memahami rasa sejati (batin)
niscaya kosong tiada berguna
bagai ampas, percuma sia-sia,
dalam setiap pertemuan
sering berulah, ceroboh dan memalukan.

Pupuh SINOM (Sembah Cipta/Kalbu)

Nulada laku utama


Tumrape wong Tanah jawi,
Wong agung ing Ngeksiganda,
Panembahan Senopati,
Kepati amarsudi,
Sudane hawa lan nepsu,
Pinepsu tapa brata,
Tanapi ing siyang ratri,
Amamangun karyenak tyasing sesama.
Contohlah perilaku utama,
bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),
orang besar dari Ngeksiganda (Mataram),
Panembahan Senopati,
yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan prihatin (bertapa),
serta siang malam
selalu berkarya membuat hati tenteram bagi sesama (kasih sayang)

Samangsane pasamuan,
mamangun marta martani,
Sinambi ing saben mangsa,
Kala kalaning asepi,
Lelana teki-teki,
Nggayuh geyonganing kayun,
Kayungyun eninging tyas,
Sanityasa pinrihatin,
Puguh panggah cegah dhahar lawan nendra.

Dalam setiap pergaulan,


membangun sikap tahu diri.
Setiap ada kesempatan,
Di saat waktu longgar,
mengembara untuk bertapa,
menggapai cita-cita hati,
hanyut dalam keheningan kalbu.
Senantiasa menjaga hati untuk prihatin (menahan hawa nafsu),
dengan tekad kuat, membatasi  makan dan tidur.

GEMA JANJI PEMUDA PEMUDI NUSANTARA


KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA BERJANJI
BERBANGSA SATU BANGSA YANG GANDRUNG KEADILAN
BERBAHASA SATU BAHASA KEJUJURAN
BERTANAH AIR SATU TANAH AIR TANPA PENINDASAN

Matur sembah nuwun duh Sang Jagadnata. Kami telah


laksanakan dawuh, semoga apa yang kami persembahkan bermanfaat positif untuk orang
banyak. Matur sembah nuwun atas doa restu semuanya, doa restu dari para leluhur, Eyang
Landoh, Ki Ageng Mangir, Eyang Gusti MN IV, Panembahan Bodo, sagung para titah alus,
sagung titah dumadi : bangsa binatang dan bangsa  tumbuhan, para sedulur KKS, Ki Geter
PW, dan Ki Dhalang Seno Nugroho bersama Ki Hadi Sudarsono yang berkenan hadir dan
ikut memeriahkan suasana, serta jajaran Polri, Bupati KP, Pak Camat Galur, Pak Lurah
Banaran, Pak Dukuh 7, dan seluruh komponen masyarakat, serta kedua orang tua kami, dan
keluarga kami semua.

Puisi Kebangsaan untuk Kebangkitan Menuju Nusantara Jaya Oleh KKS 

Video Inaugurasi utk Bangkitnya Kesadaran Jatidiri Bangsa

  Merdeka !!

Benarkah Manusia Bisa Mendahului Kehendak Tuhan ??


Sebuah Refleksi Menjelang Hari Kemerdekaan
Benarkah Manusia Bisa Mendahului Kehendak Tuhan ??
HATI-HATI MEMASUKI KWARTAL BENCANA!!

Kyai Slamet Nyai Slamet, Kyai Among Nyai Among…Mugya kita sedaya tansah pinaringan
wilujeng, rahayu, slamet, slamet…saka karseng Gusti.

Kini telah memasuki bulan Agustus, tahun 2010. Hati terasa resah-gelisah, gundah-gulana,
tak kuasa hati untuk tetap berdiam diri. Diam bukan lagi emas, melainkan sikap tega hati
karena enggan bersaksi. Bila memberanikan diri untuk bertutur kata, resikonya bisa-bisa
dihujat dan dilaknat orang yang menganggap diri aparat tuhan. Jika diri menjadi takut lalu
memilih bersikap pengecut, hal itu hanya menjadikan diri tak ada guna hidup di bumi ini.
Membiarkan banyak orang menghadapi resiko mati. Tutup mulut hanya karena alasan takut
dihujat orang yang tak mengerti hidup sejati, apalah arti. Maka tak ada pilihan lagi kecuali
menoreh untaian kalimat, siapa tahu bermanfaat untuk bisa dimengerti, apa gerangan yang
akan terjadi di kemudian hari. Walau dicap sebagai tindakan mendahului kehendak tuhan,
apalah arti, sebab anggapan itu lahir dari logika pikir bagi yang malas berfikir.

Masih ingat dalam beberapa artikel yang pernah saya upload setahun yang lalu, secara tersirat
dan tersurat pernah saya singgung, ketika terbersit gambaran bahwa nusantara akan melewati
puncak bencana di tahun 2009, yang terjadi pada bulan September. Dan menimpa wilayah
Jawa Barat dan Sumatra Barat. Sempat saya dicemooh sodara yang ada di Sumbar, dituduh
mendahului kehendak tuhan, dibilang pula bualan omong kosong. Namun ketika bencana
“pembuka”  benar-benar terjadi pada hari Rabu tanggal 1 September peristiwa gempa besar
di seputar Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan bencana “penutup” terjadi pada hari
Rabu (pula) tanggal 30 September 2009 di wilayah Sumatra Barat, lantas apa mau dikata ?
Salahkah saya, ketika mata tak sengaja melihat tanda-tanda akan terjadi bencana ? Salahkan
bila diri mengerti apa yang akan terjadi? Padahal saya tak pernah berharap bisa menangkap
bahasa isyarat, tak pernah berharap-harap bisa mengerti apa yang akan terjadi. Semua
hanyalah faktor kebetulan saja. Mata ini kebetulan menatap bahasa isyarat yang berlangsung
tak lebih dari 5 menit saja. Masihkah saya bersalah mendahului kehendak tuhan ? Tuhan
mana yang kehendaknya bisa didahului manusia ? Ataukah tuhan sengaja menampakkan
tanda-tanda itu agar banyak manusia berbuat “dosa” karena mendahului kehendakNya? Jika
demikian halnya, adalah Tuhan yang bertabiat aneh !

MENDAHULUI KEHENDAK TUHAN, Cara Berfikir Lucu!?

Apapun umatnya, apapun sukunya, siapapun orangnya tetap memiliki kesempatan yang sama
untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Cobalah untuk sering-
sering hening cipta barang sejenak di antara kesibukan anda. Namun biasanya orang enggan
untuk hening cipta, bahkan lebih memilih tak mau tahu apa yang sedang dan akan terjadi di
waktu mendatang (weruh sadurunge winarah) di sekitar kita. Kebanyakan orang takut jika
dirinya dianggap mendahului kehendak tuhan. Namun benarkah demikian ? Tuhan bisa
didahului kehendakNya ? Tentu saja tidak ! Paul si gurita dan Mani si parkit sudah tahu
negara mana yang akan menjadi juara dunia sepak bola. Tapi statementnya segera divonis
haram karena dianggap “mendahului kehendak tuhan”. Barangkali, suatu saat
prediksi/ramalan tentang perkembangan masa depan perekonomian nasonal dan dunia juga
diharamkan. Bahkan mungkin saja kelak ramalan cuaca yang biasa dilakukan BMKG juga
akan diharamkan. Jika demikian seterusnya, barangkali lebih baik dan aman menjadi manusia
super bodoh saja, yang nggak tahu apa-apa seperti binatang yang bebas dari “neraka dan
surga”.

Jika ditelaah lebih dalam, tentang mind-set “mendahului kehendak tuhan” terasa menjadi
sebuah pemahaman yang banyak sekali kejanggalannya. Pada saat anda menangkap sinyal
akan terjadi banjir besar, apakah tuhan saat itu belum berkehendak ? Pada saat Paul si gurita
dan Mani si parkit sudah menebak-nebak negara mana yang akan keluar sebagai jawara dunia
sepak bola, betulkah tuhan belum menghendaki dan merencanakan siapa pemenang piala
dunia tahun 2010..? Saya kira tuhan pun tak ikut-ikutan ngurusin piala dunia. Tuhan (alam
semesta) hanya mencipta rumus, bahwa siapa yang disiplin dan giat berlatih, siapa yang
menjunjung sikap dan tradisi fairplay, dengan didukung adanya kesejahteraan bagi para
pemainnya, maka merekalah yang akan keluar sebagai juara.
Pertanyaan di atas wajar muncul dari dalam benak kita semua, karena terasa ada yang error
dalam memahami konsep “mendahului kehendak tuhan”.  Ah yang bener..katanya tuhan
maha berkehendak, kok bisa didahului kehendakNya oleh manusia ? Jika kita renungkan
dalam-dalam, cara berfikir demikian ini sama halnya terlalu menyederhanakan saat
berimajinasi tentang tuhan. Secara tidak sadar tuhan dibayangkan seperti halnya manusia
yang kehendaknya dapat didahului oleh orang lain. Sehingga membuat tuhan kehilangan sifat
kemahaanNya.  Kenyataannya kehendak tuhan tak ada yang mendahului. Kalaupun sampai
ada yang dapat mendahului, tuhan perlu belajar lagi agar menjadi lebih sakti, supaya tidak
kalah, tidak dapat ditebak dan didahului kehendaknya oleh mahluk ciptaanNya. Tuhan
macam mana pula yang kepandaiannya begitu dangkal ? Begitulah, buah pikir lugas yang
keluar dari lubuk hati paling dalam. Setelah membaca goresan hati ini, jangan keburu murka!
Cobalah, renungkan dengan hati yang bersih, pikiran netral, dan batin yang bening.
Barangkali goresan hati ini akan membawa kepada kesadaran spirit yang lebih tinggi.
Barangkali !

BEBENDU IS CAMEBACK !!!

Sikap lebih hati-hati dan waspada, hendaknya dimulai sejak pertengahan bulan Agustus ini.
Segala sesuatu mungkin terjadi, di mana pun tempatnya. Hawa terasa semakin tidak nyaman,
cuaca semakin hari semakin tidak karuan. Perubahan suhu dan cuaca dapat terjadi dalam
hitungan jam, bahkan menit. Sehari bisa terjadi 10 kali perubahan suhu dan cuaca. Gejala
alam itu sekaligus menjadi bahasa alam yang penuh dengan makna isyarat baik yang tersirat
maupun tersurat. Asalkan kita mau membaca dan mempelajari, menandai dan menciri (niteni)
setiap tanda-tanda, pasti kita akan menjadi terbiasa, lalu mudah mengerti apa yang menjadi
kehendak alam. Begitulah kira-kira pesan-pesan tuhan dalam bahasa yang asli yang
bermanfaat sebagai alat komunikasi resmi dan universal antara manusia dengan alam
semesta, antara manusia dengan tuhan. Bukan melalui bahasa manusia yang tidak universal.

Tanda-tanda dalam bahasa alam, kemunculannya bukan tanpa maksud dan manfaat. Di dalam
bahasa alam telah terangkum pesan-pesan yang dapat menjadi pedoman bagi manusia supaya
lebih eling dan waspada. Jika kita memakai konsep keadilan dan kasih sayang tuhan, maka
sudah selayaknya, sebelum suatu bencana terjadi, terlebih dahulu tuhan memberikan
sinyalemen suatu bahaya yang akan terjadi. Hal ini menjadi mekanisme seleksi alam, siapa
yang selalu eling dan waspada akan selamat.

Akhir-akhir ini beberapa daerah tengah dilanda hujan salah mongso yang mengakibatkan
banjir besar dan merendam ribuan rumah penduduk. Di belahan wilayah lain, terjadi panas
kering yang menimbulkan berbagai bencana kebakaran, menebarkan virus penyakit, demam,
diare, flu, batuk, pilek, cikungunya, DB, dan penyakit-penyakit misterius lainnya. Terasa
hawa panas bebendu menebarkan udara panas, pengap, lembab, gerah, membuat sesak nafas,
menimbulkan perasaan limbung, bingung, bosan dan jengah. Banyak orang menjadi mudah
terbakar api emosi, pikiran dilanda kepanikan, dan kebingungan hati mendera jutaan umat.
Musibah kebakaran yang ditimbulkan oleh arus pendek, ledakan gas, kompor rumah tangga
terjadi ribuan kasus. Seolah segala musibah dan bencana terjadi secara bertubi-tubi, kompak
dan sudah kangsen/janjian sebelumnya. Semua itu bukanlah faktor kebetulan saja, melainkan
derivasi dari perilaku umat manusia yang kian timpang dengan keharmonisan alam semesta.
Tak ada hubungan timbal balik saling menguntungkan antara manusia dengan mahluk lain,
antara manusia dengan tumbuhan, manusia dengan lingkungan alamnya. Kelakuan manusia
sudah membuat kerusakan lingkungan alam, membuat gerah mahluk penghuni bumi lainnya.
Ulah dan perbuatan manusia sudah tidak melahirkan keselarasan dan keharmonisan alam
semesta. Bahkan hanya menimbulkan ekses-ekses “kemurkaan” pada para mahluk
“tetangganya” di dimensi “halus”. Akibatnya, nasib manusia sudah tak ada yang
mempedulikan lagi, kecuali oleh kepentingan pribadi, kerakusan dan ketamakannya sendiri.
Pelan tapi pasti, manusia menuju pada penghancuran dirinya sendiri.

Musibah dan bencana tahun ini (besar kemungkinan) akan berpuncak antara bulan September
s/d Nopember 2010. Berarti kita berada pada kumparan berbahaya yang semakin hari
semakin dekat dan sulit untuk ditolak. Mulai awal tahun ini sudah muncul tanda-tanda yang
dapat dibaca melalui bahasa alam yang sering tampak bahwa gempa lebih besar (dan
mungkin disertai tsunami) dapat melanda wilayah sepanjang pantai Sumatra Barat ke utara.
Dan bulan-bulan rawan yang harus diwaspadai berkisar antara September hingga Nopember
2010. Walaupun tanda-tanda dapat terbaca melalui bahasa alam secara jelas, namun naluri
dan nurani kemanusiaan saya tetap berharap mudah-mudahan bencana segera usai melanda
negeri ini. Justru harapan sebaliknya, mudah-mudahan kami lah yang keliru membaca tanda-
tanda alam tersebut.

Pada bulan Juni lalu, saat perjalanan udara dengan twin otter dari Tanjung Bara, Kutai Timur
menuju Sepinggan Balikpapan, saat pesawat kecil berzig-zag menghindari mendung yang
tebal, kami sempat maneges dengan harapan diberi tahu apakah masih bisa
diwiradat/mendapat dispensasi sekiranya memang bencana akan benar-benar terjadi? Jika
memang masih bisa didispensasi apakah gerangan yang bisa dilakukan agar bencana tersebut
menjadi ringan dan tidak menimbulkan banyak korban ? Pada saat hening cipta, tiba-tiba
terjadi hentakan keras pada pesawat. Seluruh penumpang yang berjumlah 16 orang sempat
terkejut. Tiba-tiba tampak oleh mata kami muncul sosok sepuh mengenakan pakaian
kebesaran seorang raja. Tenyata wajah yang tak asing lagi, beliau adalah Yang Mulia Sultan
Adjie M Sulaeman. Raja Kutai Kertanegara generasi ke 17 masa kepemimpinan sekitar tahun
1850. Rupanya beliau mendengar dan merasakan apa yang ada dalam benak saya. Beliau
menjawab singkat dengan suara yang berat, dengan logat melayu kuno bagaikan sedang
berpantun,”…..andaikan saja masyarakat di wilayah Sumatra Barat bersedia untuk kembali
menghargai dan menghayati kearifan lokal…bencana akan dapat diwiradat! Lebih hati-hati
dan waspada lah anakku….jadilah orang yang bermanfaat untuk alam semesta dan seisinya !

Kenapa Musti Kembali Ke Kearifan Lokal ??

Hmm, kenapa musti kembali ke kearifan lokal..? Mungkin pertanyaan itu muncul di benak
para pembaca yang budiman. Terdengar sepele memang, namun kembali kepada local
wisdom bukanlah sekedar latah, ela-elu, ikut sana-ikut sini, taklid buta tanpa makna. Bukan !
Kembali kepada kearifan lokal, artinya kembali mengenali jati diri. Bukan hanya jati diri
mikro kosmos, jagad kecil, tetapi lebih dari itu, kembali memahami jati diri bangsa besar ini.
Bangsa besar nusantara yang terdiri dari berbagai wilayah yang memiliki karakter alam
berbeda-beda, telah melahirkan rangkaian nilai kearifan lokal yang sangat beragam. Berbeda
wilayah, berbeda suku, berbeda bahasa dan budaya, berbeda pula nilai kearifan lokalnya.
Kiranya ada kesinambungan antara cita-cita dan harapan Indonesia adil makmur gemah ripah
loh jinawi, akan benar-benar terwujud manakala masing-masing suku, daerah, wilayah
kembali nguri-uri, menghayati dan melestarikan nilai kearifan lokalnya. Orang Batak kembali
kebatakannya, orang Sunda kembali kesundaannya, orang Jawa kembali kekejawaannya,
orang Minang kembali keminangkabauannya, orang Aceh kembai keacehannya, orang
Madura kembali kemaduraannya, orang Ambon kembali keambonannya, orang Melayu
kembali kemelayuannya. Dengan demikian lebih menjamin kelestarian lingkungan alam dan
keseimbangan akan tetap terpelihara. Beda karakter alam beda pula sifat-sifat alamnya. Beda
sifat alam, maka akan berbeda pula cara manusia mensikapinya. Perbedaan cara mensikapi
lingkungan alam akan melahirkan ragam tradisi dan budaya. Oleh sebab itu tradisi dan
budaya tak dapat dianggap sepele, karena di dalamnya penuh dengan nilai kearifan lokal, dan
hikmat kebijaksanaan yang benar-benar adiluhung, sebagai hasil dari interaksi ratusan bahkan
ribuan tahun antara manusia dengan lingkungan alamnya. Timbal baliknya, lingkungan alam
ini akan lestari dan terjaga manakala masyarakatnya sunguh-sungguh mengerti dan
memahami apa yang menjadi kehendak alam. Sehingga sikap dan perilakunya selaras dengan
kodrat alam. Perilaku masyarakat akan selaras dengan kodrat alam sekitarnya, hanya jika
masyarakat mau memahami dan menghayati nilai-nilai kearifan lokal.

BANGUNLAH JIWANYA, BANGUNLAH BADANNYA..! Dengan berandai-andai dapat


terbangun kesadaran jiwa pada bangsa besar ini, semoga dapat menyudahi berbagai bencana
yang menimpa negeri ini..! Sehingga bumi pertiwi benar-benar akan terbangun.

Semoga kami keliru membaca tanda-tanda dalam bahasa alam yang tampak secara spontan.
Kami tak tega lagi menyaksikan derita demi derita sanak sodara di bumi nusantara tercinta
ini.

salam asah asih asuh Muara Wahau Agustus, 2010

BINATANG REINKARNASI

Jujur saja saya pribadi kesulitan membahas kenyataan yang ada dalam reinkarnasi. Beragai
referensi tak cukup menjelaskan dengan gambalng. Karena saya saksikan sendiri betapa rumit
dan tidak sesederhana yang dibayangkan apa yang terjadi di alam gaib. Paling tidak secara
garis besar saya hanya mengetahui adanya dua jenis reinkarnasi yang saya sebut sebagai
reinkarnasi positif dan negatif. Reinkarnasi positif sama halnya kejadian roh menitis atau
titisan. Sedangkan reinkarnasi negatif merupakan kejadian di mana roh tak bisa masuk ke
alam keabadian tetapi nyasar ke dalam tubuh binatang, pohon, dan benda-benda tak hidup.
Tetapi masih nyangkut di alam fisik dimensi bumi yakni masuk ke dalam tubuh binatang,
tumbuhan bahkan menjadi penghuni benda-benda tak hidup seperti batu, jembatan, waduk,
dan rumah kosong dst menjadi ujud demit, hantu, jurik dan setan bekasakan. Namun jenis
reinkarnasi ini  berbeda dengan jenis mahluk gaib semacam siluman, jin, dan masih banyak
lagi. Karena jin, siluman dan lainnya lagi,  merupakan entitas asli (bukan berasal dari
reinkarnasi roh manusia). Seperti halnya widodari merupakan entitas tersendiri sebagaimana
kanjeng Ratu Kidul sebagai entitas dari bidadari, bukan berasal dari roh manusia. Namun
demikian roh wanita yang mencapai tataran kamulyan sejati bisa saja “manjalmo” menjadi
sejajar dengan widodari. Sungguh sangat kompleks gaib itu, tak perlu kita merasa sok tahu,
sebab yang kita tahu pun tak seberapanya dari realitas gaib (noumena) yang ada. Pengetahuan
dimensi kesejatian itupun musti dijelajah dengan ketajaman indera rahsa sejati, tak mungkin
hanya mengandalkan kemampuan visual, rasio saja, apalagi referensi statis yakni yang
bersifat dogma-dogma anti kritik.

Terlepas dari berbagai referensi yang ada, percaya atau tidak, setuju atau tidak setuju
reinkarnasi saya anggap benar-benar ada. Karena sudah puluhan kali saya menyaksikan suatu
kenyataan metafisik (noumena) di balik realitas fisik (fenomena). Berikut ini contoh salah
satu binatang yang merupakan wujud reinkarnasi alias  dulunya adalah manusia.  Binatang ini
hanya mengenal siapa nama orang tuanya dulu dan apa saja kejahatan yang pernah ia lakukan
semasa hidupnya, tetapi hewan reinkarnasi ini blank alias tak ingat siapa namanya, dan di
mana ia dulu tinggal. Komunikasi terjadi saat sukma binatang ini manjalmo atau mewujud
dalam bentuk aslinya yakni sukma laki-laki dengan wujud tegap dan cukup ganteng. Lucu bin
aneh memang, tapi inilah kenyataan hidup. Adapun bagi yang percaya reinkarnasi, anda bisa
saja membedakan mana binatang biasa mana yang merupakan kejadian reinkarnasi negatif.
Silahkan  melanjutkan membaca beberapa gejala atau cirikhas seperti yang terjadi pada
seekor kucing yang saya pelihara seperti dalam gambar di atas.

Tatapan matanya bersentuhan secara mendalam dengan tatapan mata kita. Jika dilihat secara
sepintas lalu seolah seperti tatapan penuh bahasa isyarat, mengandung pesan-pesan yang
terasa mendalam.

Memiliki beberapa perilaku yang berbeda, nyleneh, keluar dari pakem dengan binatang
lainnya yang sejenis. Misalnya kucing di atas melakukan puasa setiap hari Selasa Kliwon dan
Jumat Kliwon selama 24 jam penuh tidak mau makan apapun. Biasanya hanya ngumpet saja
di dalam kamar yang agak gelap, tidak pula tidur seperti kucing-kucing pada umumnya yang
sebagian besar waktunya untuk tidur. Makan terakhir jam 24.00 sampai dengan jam 24
malam berikutnya. Jika tak ada makanan saat berbuka, kucing tersebut ribut minta makan
pada jam 24 lebih.

Tidak mau mencuri lauk seperti ikan dan daging, kecuali yang sudah kita berikan secara
resmi.

Gemar sekali makan jagung rebus, kedelai rebus dan bahkan makanan yang manis seperti
wajik.

Tidak mau makan bangkai yang sudah mengeluarkan bau busuk apalagi sudah keluar
belatung. Pernah suatu saat kucing tersebut makan ikan yang sudah busuk lantas terjadi
muntah-muntah dan diary. Saya berikan norit obat perut bahan dari sejenis arang bisa sembuh
lagi.
Menghadapi gejala seperti di atas, apa yang bisa
saya lakukan hanyalah membantu ia menebus dalam karma. Cara tersebut sebagai upaya “penyempurnaan” agar
supaya mendapatkan “pengampunan” sehingga eksistensi hidupnya bermanfaat untuk manusia. Inilah yang
dimaksud surgane kewan iku ono ing wetenge menungso. Weteng bisa jadi bukan hanya makna harfiah atau
lugas saja, tetapi juga bermakna kias. Weteng adalah perut bukan berarti lantas binatang reinkarnasi apapun
jenisnya harus dimakan manusia baru mendapat pengurangan hukuman. Tetapi weteng di sini memiliki makna
lebih luas yakni dimanfaatkan hidupnya untuk kebaikan manusia. Bukankah kita percaya bahwa benda apapun
yang ada di dunia ini pasti memiliki manfaat.  Jika kucing tersebut hidupnya bermanfaat untuk manusia,
kenyataannya ia bisa lebih banyak menebus kesalahannya, jika tidak bermanfaat bagi manusia sepertinya hanya
sedikit ia berhasil menebus kesalahannya. Setelah hukum reinkarnasi berlangsung, ternyata tidak lantas selesai.
Terutama reinkarnasi yang terjadi dengan wujud binatang kotor, menjijikkan, seperti tikus, anjing buduk, babi,
celeng, kucing gering dsb jika mereka mati masih melanjutkan proses reinkarnasi, hanya saja dalam wujud
binatang yang tidak menjijikkan dan lebih aman disantap misalnya ayam, kambing, rusa. Biasanya reinkarnasi
berproses dari binatang yang paling kecil atau rendah kemudian berproses menjadi binatang yang semakin besar
dan tidak menjijikan seperti kambing, kuda, kerbau, sapi. Setelah reinkarnasi selesai, barulah bisa melanjutkan
ke alam keabadian. Urusannya masih panjang, karena masih melalui alam pangrantosan. Masih jauh dari
kamulyan, apalagi kamulyan sejati adalah KEMAMPUAN yang bukan untuk roh yang pernah mengalami
reinkarnasi negatif.  KAMULYAN dan KAMULYAN SEJATI, lebih tepat saya sebut sebagai kebisaan,
kemampuan, atau ruang gerak yang sangat leluasa, serba bisa melakukan banyak hal bahkan untuk urip
sajroning pati. Sebaliknya, ruh yang tidak menggapai kamulyan apalagi kamulyan sejati, mereka memiliki
kemampuan sangat rendah, serba cupet dan sempit ruang geraknya, ada dalam suasana yang sangat menyiksa
atau dalam terminologi Jawa diistilahkan tidak lepas parane, tidak jembar kubure. Suatu saat  ketika saya masih
hidup di dunia dan sebelum mati saya sangat berharap dapat menyaksikan sendiri apa yang sesungguhnya
terjadi, dan bisa mengungkap misteri reinkarnasi yang negatif dan positif secara lebih jelas dan gamblang.
Walau hal ini mudah dilakukan oleh orang-orang di zaman dulu para leluhur kita di nusantara, namun saya
sebagai generasi sekarang tak boleh pesimis. Biarpun segala sesuatu memiliki probabilitas sangat kecil, namun
saya menyaksikan sendiri betapa mukjizat tuhan tak ada yang mustahil, dan hanya bagi yang percaya 100% saja.

Apa Yang Musti Dilakukan

Jika mengahadpi binatang demikian, saya pribadi menyadari supaya hidup ini bermanfaat sukur-sukur bisa jadi
pepadang bagi siapa saja tanpa pilih kasih, baik kepada sesama manusia, kepada mahluk halus, binatang,
tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Saya hanya mencoba membantu… siapa tahu roh berbalut jasad
binatang tersebut bisa menebus karmanya dalam bentuk “laku” karmayoga sedikit demi sedikit.  Misalnya
dengan memanfaatkan kucing tersebut untuk menjaga bahan makanan dari serangan para tikus. Bahan makanan
yang setiap saat dimakan sekeluarga besar dan dibagi untuk orang-orang yang  butuh makan dan minum. Benar
saja, kucing itu sangat setia menjaga, bahkan jika mendapatkan tikus, tidak lantas ia bunuh dan makan tapi
hanya digigit dan dijadikan barang mainan sampai tikusnya lemah, baru diberikan pada tuan rumah dalam
keadaan masih hidup. Saya hanya berharap, kiranya jalmamenungso perlu menghormati dan menghargai sejelek
apapun binatang, sebab ia adalah sama-sama mahluk  ciptaan tuhan. Dadi jalma menungsa aja dumeh, aja
mentang-mentang, kudu bisa-a rumangsa. Aja kaya wong jaman saiki, pintere mung rumangsa bisa. Aja
mangkono wong urip..!

salam karaharjan
sabda langit

SELUK BELUK HUKUM KARMA


             Para pembaca yang budiman, tulisan ini merupakan rangkuman dari rangkaian
pengalaman lahir maupun batin. Serta hasil asah asih asuh dalam setiap kesempatan diskusi
di berbagai acara, misalnya kumpul-kumpul bersama di manapun berada. Perdebatan tentang
hukum karma sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Antara yang mempercayainya
ada, yang meragukannya, yang belum paham samasekali, maupun yang tidak mempercayai.
Sebelum melanjutkan tulisan berikut, seyogyanya kita berusaha memahami terlebih dahulu
apa itu hukum karma. Dari berbagai keterangan yang ada, setidaknya dapat disimpulkan
bahwa hukum karma atau karma sepadan dengan apa yang di maksud hukum timbal balik.
Dalam falsafah Jawa senada pula dengan apa yang dimaksud hukum sebab akibat. Dalam
literatur Barat, dikenal dengan istilah hukum kausalitas. Apakah hukum karma yang
sedemikian menghebohkan dunia spiritual, filsafat, ilmu pengetahuan, sains dan teknologi ini
kemudian layak dianggap tidak ada sama sekali ? Saya tidak ingin tergesa dalam menjawab
pertanyaan tersebut, sebelum saya pribadi dapat membuktikannya sendiri, baik secara
langsung, tak langsung, secara logika maupun pengalaman lahir dan batin.

Secara sederhana hukum karma atau sebab akibat dapat dipahami dengan logika sederhana
pula. Sebagaimana dalam rumus yang mempunyai dalil “ada asap, berarti ada api”. Dalam
bahasa yang sederhana dapat dikatakan “ada akibat, tentu ada penyebabnya pula”.  Yang jelas
di dalam hukum karma terdapat pola hubungan erat antara penyebab dan akibatnya. Rumus
ini dapat diterapkan untuk memahami setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari kita. Dengan demikian, hukum karma dapat didefinisikan sebagai hubungan sebab-
akibat atas perbuatan yang pernah kita lakukan (sebagai sebab) dan apa yang akan kita
alami kemudian (sebagai akibatnya). Dengan demikian di dalam hukum karma terdapat pola
hubungan yang bersifat positif atau baik, maupun negatif atau buruk. Hukum karma yang
memiliki pola sederhana akan mudah dibaca, misalnya setelah kita berbuat jahat atau
membuat masalah, selanjutnya kita akan tertimpa masalah atau balik dijahati orang lainnya.
Misalnya, kita melakukan penganiayaan terhadap seseorang, maka akibatnya kita akan
dimusuhi keluarganya, teman-teman dari seorang yang dianiaya tadi. Bahkan kelak anak
turun seseorang yang dianiaya akan memusuhi anak turun kita sendiri.  Sebaliknya, setelah
kita berbuat kebaikan, selanjutnya kita akan menerima kebaikan pula.  Kita menolong
seseorang, maka ia atau keluarga yang kita tolong suatu waktu ingin gantian menolong kita di
saat kita mendapat kesulitan. Bahkan anak turun yang kita tolong akan mengenang kebaikan
yang pernah kita lakukan, dan ingin sekali mereka membalas budi-kebaik kita di waktu
selanjutnya. Pola hubungan dalam hukum  karma atau hukum sebab-akibat dapat kita uji coba
pula keberadaannya. Misalnya, para pembaca yang budiman gemar sekali membantu dan
menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Maka, Anda akan selalu mendapat
kemudahan dalam setiap urusan. Sekalipun pernah terpentok saat-saat di mana Anda merasa
tidak ada lagi jalan keluar, di saat Anda betul-betul sedang dalam keadaan yang sangat
genting dan darurat  pada akhirnya datang lah “the last minute man” atau “dewa penolong”.
Jika anda mereview perjalanan hidup anda ke belakang, disadari atau tidak Anda pernah 
berperan menjadi “the last minute man” atau berperan sebagai “dewa penolong” disaat
seseorang sedang dalam keputus-asaan.

“MISSING LINK” dalam KARMA


Dibutuhkan kecermatan dalam membaca “benang” yang menghubungkan antara suatu
kejadian (sebagai akibat) dari kejadian sebelumnya (penyebab). Terkadang dalam hukum
karma terdapat pola hubungan sebab-akibat yang sangat sulit dilacak bagaimana pola
hubungan itu terjalin. Seolah tak ada hubungannya sama sekali. Sebagai contoh, seseorang
tewas akibat bencana alam, misalnya diterjang gelombang tsunami. Jika tewasnya seseorang
itu dikaitkan dengan hukum karma, tentu akan sulit sekali dilacak. Benarkah seseorang yang
diterjang tsunami hingga tewas sedang menjalani karma? Jika tanpa pemahaman yang
mendalam pada saat kita menelusuri pola-pola hubungan dalam hukum karma, kesimpulan
yang mengkaitkan di antara dua kejadian tersebut (bencana alam dengan korban bencana)
menjadi terasa janggal, seolah terlalu memaksakan diri menghubung-hubungkan dua hal yang
tak ada hubungannya sama sekali. Seolah terdapat missing link, atau mata rantai hubungan
sebab akibat yang terputus alias tak nyambung.

Hal itu disebabkan adanya pola hubungan yang sangat rumit. Yang membuat kemampuan
untuk memahami menjadi terbatas. Dalam terminologi Jawa disebut,”datan bisa hanggayuh
kawicaksananing gusti”. Tak mampu memahami kebijaksanaan alam semesta. Dua hal itu tak
cukup dijabarkan melalui pola hubungan yang bersifat sederhana dan matematis. Misalnya ia
tewas gara-gara terlelap dalam tidur, sehingga tidak dapat menyelamatkan diri saat terjadi
tsunami. Jawaban seperti itu bersifat klise, hanya mengena pada “kulit” luarnya saja alias
tidak menyentuh hal-hal yang esensial dan prinsipiil. Benar tetapi tidak tepat. Walau sulit,
kiranya akan lebih bermanfaat bila kita berusaha menjawab pola hubungan yang jauh lebih
mendalam, misalnya dengan menjawab pertanyaan, “kenapa ia tewas? Jawabnya tentu bukan
jawaban sederhana, misalnya jawaban yang mengatakan,”oh, semua itu sudah kehendak
tuhan”. Ini masih merupakan jawaban klise juga, konsepnya masih sangat lemah. Bagaimana
kita tahu persis jika tuhan berkehendak atas tewasnya seseorang itu dengan cara dibuat
tsunami? Tentu saja hal itu hanyalah kira-kira atau tindakan berusaha mengambil kesimpulan
secara generalisir, gebyah uyah.  Selanjutnya tak ada lagi pelajaran hidup yang sangat
berharga yang dapat digali. Orang menjadi hilang semangat berusaha (ikhtiar), yang terjadi
adalah bukan kepasrahan melainkan sikap fatalistis, sikap tanpa mau berfikir, berusaha,
melainkan  sikap apatis menghadapi segala sesuatu.  Yang rugi kita sendiri.

MENGUJI “MISSING LINK”

Dalam hukum karma, banyak pula terdapat pola hubungan yang sangat kompleks dan
memiliki mata rantai sangat panjang serta memiliki rentang waktu sangat panjang pula.
Marilah kita rentangkan logika dan pola pikir kita seluas samudra tanpa tepian. Perlu kita
catat, bahwa suatu sebab tidak selalu memiliki konsekuensi akibat yang terjadi dalam
jeda waktu yang dapat dihitung secara pasti. Antara sebab dengan akibat tidak selalu
terjadi dalam siklus yang  dapat dibilang secara matematis. Jika dijabarkan akan terurai pola
hubungan begitu kompleks, disebabkan oleh multifactor.  Pernahkah Anda berfikir, jika
seseorang yang tewas akibat bencana alam karena ia sedang menjalani akibat dari segala
perbuatan dan tindakan di masa lalunya ? Dalam falsafah Jawa disebut sebagai tidakan
“Ngunduh wohing pakarti”. Dalam tradisi spiritual Budhis disebut sebagai karmayoga, dalam
tradisi spiritual Islam disebutkan adanya khisab (hari hisab). Walau ternyata terjadinya khisab
tidak musti menunggu setelah ajal atau setelah datang “hari akhir”. Kita semua bisa
menyaksikan, pada kenyataannya “hari khisab” dapat terjadi setiap hari. Apa yang Anda
alami hari ini, merupakan “buah” atas apa yang anda lakukan beberapa saat lalu, kemarin,
pekan lalu, bulan lalu, tahun yang lalu, atau windu yang lalu. Karma jika didefinisikan
sebagai hukum sebab akibat , berarti pula dalam hukum karma tercakup dua makna, yakni
sebagai “buah”, atau hasil yang baik, bisa juga berupa akibat buruk (yang diartikan sebagai
hukuman). Dalam tradisi samawiah, atau agama rumpun Abrahamisme, disebut sebagai
pahala (kebaikan sebagai sebab) dan surga (prestasi sebagai akibat), atau dosa (keburukan
sebagai sebab) dan neraka (keburukan sebagai akibat/hukuman).  Lantas dari mana datangnya
ganjaran baik dan ganjaran buruk (hukuman) tersebut ? Hukuman maupun hasil baik,
bukan datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri. Maksudnya, timbulnya
akibat yang kita alami saat ini karena atas perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya.
Untuk mempermudah pemahaman, saya kemukakan contoh, seorang korupor divonis penjara
7 tahun lamanya. Pertanyaannya, vonis tersebut datang dari mana? Apakah datang dari tuhan,
atau dari lembaga legislatif yang membuat perundang-undangan ? Atau berasal dari
lembaga yudikatif  atau hakim suatu perkara? Ataukah vonis itu diberikan oleh pihak-pihak
lainnya di luar ketiganya? Jawabanya TIDAK SEMUANYA! Jika kita cermati, hukuman atau
vonis itu datang tidak lain dari diri kita sendiri, yakni atas perbuatan yang kita lakukan
sendiri.  Hakim hanya sebatas melaksanakan rumus-rumus yang berlaku di dalam hukum
alam. Hal itu sepadan dengan bekerjanya mekanisme hukum di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana. Sekiranya boleh dikatakan, karma atau hukuman bukan lagi datang
dari “tuhan” yang berperan sebagai pembuat rumus dan hukum alam secara langsung pada
saat kejadian, karena tuhan (hukum alam) sekedar membentuk rumus-rumusnya secara baku.
Selanjutnya rumus-rumus itulah yang akan bekerja dengan sendirinya melalui mekanisme
alam yang begitu jujur. Sehingga ia akan bekerja secara tepat dan akurat, serta tak bisa
“disuap”. Dapat dibahasakan bahwa hukum alam akan bekerja dengan kadar maha jujur,
maha adil, tak pernah menyisakan ketidakadilan dan ketidakjujuran walau hanya sebutir biji
sawi. Sebagal akibat tentu ada penyebabnya secara esensial. Bencana alam merupakan salah
satu mekanisme hukum alam yang melakukan seleksi sangat ketat. Kita mudah menemukan
orang-orang selamat dari bencana alam bagaikan keluar dari lobang jarum. Begitu pula para
korban bencana alam yang luka berat, cacat, maupun tewas. Semua itu bukan lah peristiwa
KEBETULAN saja. Bisa jadi para korban sedang menjalani karma-yoga, menebus
kesalahan, sementara yang selamat sedang “menuai buah” atas apa yang pernah ia tanam
jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan menuai buah kebaikan yang telah ditanam oleh para
leluhurnya di masa lalu.

RUMUS BERCOCOK TANAM

Pada galibnya, uraian di atas membawa pada kesimpulan, kebaikan akan berbuah kebaikan,
keburukan akan berbuah keburukan. Apapun kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada
diri kita sendiri, bahkan jika kebaikan itu berlimpah ruah kualitas dan kuantitasnya kelak
akan meluber kepada anak turun kita juga. Bekerjanya rumus hukum sebab akibat tersebut,
ibarat menuangkan air ke dalam gelas, apabila air yang Anda tuangkan banyak sekali, air
akan tumpah meluber di seputar gelas. Pun demikian pula, jika kita menaman pohon, kita
sendiri yang akan menuai buahnya, bahkan jika pohon yang kita tanam berkualitas super,
buahnya akan berlimpah ruah, phon akan awet berbuah dan berumur panjang sehingga kelak
anak cucu kita masih akan merasakan buahnya. Apa yang membuat tanaman kita menjadi
tanaman super? Tentu perlu kita berikan pupuk dan teknik merawat yang tepat. Pupuklah
setiap kebaikan dengan ketulusan tanpa batas, sirami dengan “air kasih sayang”, maka ia
akan menjadi kebaikan yang berkualitas super, bahkan buahnya akan berlimpah ruah dapat
dirasakan oleh anak turun kita.

WASPADA TERHADAP KARMA TURUNAN

Karma Turunan Bersifat Fisik


Sebaliknya, keburukan yang kita lakukan bukan saja akan berbalik pda diri kita sendiri,
bahkan anak turun, anak cucu, akan ikut merasakan akibatnya. Hal ini yang dimaksud dengan
karma turunan. Katanya, dosa akan ditanggung sendiri oleh si pendosa? Benarkah demikian?
Mari kita uji. Kita kadang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, adalah anak seorang
pencoleng, perampok, pembunuh, yang dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Wajar saja,
barangkali orang akan takut dicelakai, kalau-kalau si anak akan menuruni sifat-sifat orang
tuanya yang menjadi penjahat kelas kakap. Bahkan bilamana anak seorang penjahat yang
benar-benar berbisnis dengan jujur pun, orang yang mengetahui riwayat keluarganya akan
menjadi ragu dan takut. Manakala anak seorang penjahat kakap melamar pekerjaan,
kemudian perusahaan melakukan screening melalui CurriculumVitae-nya untuk melacak
asal-usul calon karyawannya apakah keturunan dari orang baik-baik, ataukah keturunan
penjahat residivis. Jika kedapatan bukti, perusahaan biasanya akan menolak  secara halus.
Semua itu merupakan bentuk karma atau “dosa” turunan.

Sisa-Sisa Karma

Saya pribadi termasuk orang yang MERAGUKAN bahwa suatu musibah yang dialami
seseorang dapat terjadi secara independen, mandiri, tanpa rangkaian suatu sebab. Dengan
kata lain musibah tidak akan menimpa seseorang yang tidak pernah bersalah di masa
lalu, dan orang yang terbebas dari karma turunan. Namun apakah ada orang semacam
itu? Menurut apa yang saya alami dan sejauh bisa saya saksikan sendiri bahwa, setiap
musibah, merupakan akibat dari suatu sebab. Yakni merupakan konsekuansi logis dari
kesalahan yang pernah dilakukan kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu atau kesalahan
yang pernah dilakukan (secara sadar maupun tidak) di masa lalu. Dan kenyataannya setiap
orang pernah mengalami suatu musibah, karena bukankah semua orang tanpa kecuali
pernah melakukan kesalahan ?!! Besar kecil, ringan beratnya suatu musibah, tentu saja
sepadan dengan suatu kesalahan di masa lalu. Lebih berbahaya lagi karena kesalahan yang
kita lakukan saat ini, apabila sampai mati kita baru sedikit menebus karmanya, maka
hukuman itu tidak saja menimpa kita di alam sejati, namun bisa pula jatuh ke anak cucu
kelak. Anak cucu bisa saja menanggung karma orang tuanya. Kita bisa pula dalam posisi
sebagai anak turun yang masih menerima sisa-sisa karma para pendahulu kita. Sebaliknya,
karma baik, bisa jadi kesuksesan dan kebahagian yang kita rasakan saat ini merupakan sisa-
sisa karma baik para leluhur di masa lalu. Hal ini dapat untuk menjelaskan mengapa ada
seseorang yang sering mencelakai orang lain, tetapi hidupnya kok bahagia dan sukses. Tentu
saja kesuksesan dan kebahagiaan itu tidak akan berlangsung langgeng sampai akhir hayat.
Karena hanya bersifat temporer, setelah sisa-sisa karma baik para leluhurnya habis, akan
habis juga kebagahagiaan dan kesuksesan orang itu.

Karma Turunan bersifat Gaib

Wanita Baulawean. Uraian di atas merupakan contoh karma turunan yang mudah kita
cermati pola hubungannya. Ada pula karma turunan yang sulit dibuka tabirnya. Terutama
yang bersifat gaib. Misalnya wanita bahulawean. Tanda-tanda yang mudah disaksikan, jika
wanita tersebut menikah, suaminya selalu meninggal dunia dalam usia perkawinan yang
masih dini, antara 1 bulan hingga kurang dari 3 tahun. Mati bukan karena kecelakaan,
biasanya karena sakit mendadak, atau menderita sakit ringan saja, tahu-tahu suaminya
meninggal. Jika para pembaca telah memiliki kawaskitan yang memadai, akan dapat melihat,
di dalam rahim wanita baulawean terdapat sebangsa ular dengan ukuran kecil, kira-kira
sebesar pensil. Namun bukan sembarang ular, karena lebih bersifat metafisik atau bangsa
alus. Tanpa disadari oleh istri maupun suami, ular metafisik itulah yang menjadi penyebab
tewasnya si suami. Wanita bahulawean atau baulawean, memang biasanya ia tak tahu apa
yang sedang dideritanya. Jika kita cari penyebab atau asal-usul keberadaan “ular” misterius
tersebut, ternyata berasal dari karma. Celakanya, bukan karma akibat perbuatannya sendiri,
melainkan karma turunan dari orang tuanya, bahkan dari kakek neneknya di masa lalu. Jika
kita telusuri lebih dalam lagi kira-kira kesalahan atau dosa macam apa yang menjadi
penyebab baulawean, saya pribadi menemukan benang merah, penyebab utamanya adalah
mulut. Di mana mulut sering sekali lepas kontrol, tak disadari maupun disadari seringkali
ucapannya menyakiti hati orang lain dalam kadar yang sudah sangat keterlaluan. Memutus
karma seperti ini cukup sulit, karena yang dapat kita buang hanyalah “ular” misterius
tersebut. Sementara karma bisa saja berubah dalam bentuk lain. Namun setidaknya, kita bisa
menyarankan seroang baulawean untuk melakukan koreksi diri, dan berusaha untuk
memperbaiki masa lalu para leluhurnya. Caranya antara lain, cari dan mintakan maaf kepada
orang-orang atau keluarga yang dirasa memusuhi keluarganya, terutama para leluhurnya, atas
segala kesalahan yang dulu pernah dilakukan oleh para leluhurnya. Walau hal itu tidak
signifikan merubah “nasib” mereka yang telah pindah alam keabadian, namun setidaknya
dapat mengurangi karma turunan yang menimpanya.

Nafas bau bangkai. Selain wanita baulawean, saya pernah secara tak sengaja menemukan
seorang yang menderita nafas bau bangkai. Sudah puluhan dokter ia kunjungi. Sudah sekian
macam obat dan jamu ia minum. Tapi penyakit itu tak kunjung sembuh, bau bangkai tetap
keluar dari rongga mulutnya. Sampai sampai tak ada perempuan yang mau menikah
dengannya, hingga usia tua. Alhasil, penyebabnya sama seperti wanita baulawean, berupa
karma turunan. Orang itu akhirnya sembuh setelah memalui metode yang sama diterapkan
untuk menangani perempuan baulawean. Bedanya hanya pada saat menyingkirkan “ular”
misterius saja. Karena penderita nafas bau bangkai tidak ditemukan makhluk macam
manapun di dalam tubuhnya.

Karma tak langsung. Masih dalam pola hubungan karma turunan. Yakni korban bencana
alam, atau orang yang nasibnya terpuruk, sementara ia sudah menjalani hidup dalam batas
kewajaran sebagai manusia yang gemar membantu dan menolong sesama, dengan ketulusan
pula.

Masih banyak untuk dijabarkan di sini, adanya beragam penyakit sebagai akibat dari
berlangsungnya karma atas perbuatan sendiri, maupun karena karma turunan. Tentu akan
saya jabarkan pada kesempatan dan tulisan berikutnya. Misalnya suatu karma tentang
berpindahnya penyakit dari orang yang sering dianiaya, kepada orang yang sering
menganiaya lahir batinnya. Semua itu bukan lagi teori, tetapi pengalaman demi
pengalaman yang terjadi disekitar kita.

Karma Turunan dan Ketidakadilan Hukum

Kita jangan tergesa menuduh dan menyimpulkan, jika hukuman atau karma turunan bersifat
buruk dan selalu berarti azab atau musibah dan celaka bagi seorang yang ditimpanya. Telah
saya singgung dalam tulisan terdahulu, kami kemukakan dalam tema,”merubah musibah
menjadi anugrah”. Memang sekilas terasa merupakan sesuatu ketidakadilan. Namun
anggapan demikian ini salah kaprah, karena disebabkan kurangnya pemahaman yang
mendalam terhadap seluk-beluk karma turunan. Karma turunan bisa berubah menjadi ladang
amal kebaikan, atau tanaman yang berkualitas baik yang dapat menghasilkan buah berlimpah
ruah yang dapat kita tuai sendiri hingga anak cucu kelak. Namun semua itu tergantung si
penerima karma turunan. Kita sendiri bisa memutus karma turunan itu dengan suatu kiat-kiat
hidup. Tentu pemutusan karma turunan itu bisa dilakukan, dengan bekal kita harus mampu
mengerti dan memahami apa sejatinya hidup dan kehidupan ini. Untuk itu dibutuhkan
kesadaran spiritual yang memadai. Untuk mengurai karma turunan, saya mencoba
menggunakan ngelmu Jawa, (maklum saya miskin pengetahuan lainnya). Kiatnya sederhana,
tebuslah kesalahan ortu, atau para leluhur yang menjadi sumber karma. Cara penebusan juga
cukup sederhana, lakukan kebaikan, ketulusan, welas asih kepada lingkungan alam dan
seluruh isinya.  Kunci keberhasilannya, tentu saja masih harus disertai ketulusan tanpa
batas. Tahap awal, kita harus menyadari bahwa apa yangs sedang  kita alami merupakan
karma turunan, akibat kesalahan ortu dan para leluhur di masa lalu. Memang bukanlah
kesalahan atas perbuatan yang kita lakukan sendiri. Tentu kesadaran ini dapat menyulitkan
kita untuk menggapai keadaan tulus tanpa batas. Kita perlu menyadari suatu rumus
berikutnya, yakni jika semakin tulus, semakin cepat selesai pula karma turunan.
Menjalani karma, bagaikan menjalani vonis dalam lembaga pemasyarakatan (LP). Berlakulah
baik selama di dalam lembaga pemasyarakatan, supaya mendapat remisi, atau potongan dan
dispensasi masa hukumannya. Jangan suka grenengan, menggerutu, apalagi timbul sikap
tidak terima. Justru akan membuat masa hukuman menjadi sia-sia. Seperti halnya gol yang
dianulir wasit. Penderitaan yang anda alami akan menjadi sia-sia, ibarat anda sudah
menginjak anak tangga paling atas, lantas terpuruk lagi jatuh, dan harus memulai memanjat
anak tangga dari bawah. Hal itu menjadi penyebab, mengapa seseorang mengalami derita
sepanjang masa, selama hidupnya selalu sial.

Di balik berlangsungnya karma turunan, sebagai bentuk keadilan hukum alam, maka
mekanisme alam semesta telah menyiapkan derivasi rumus lainnya.  Karma turunan akan
berubah menjadi segudang berkah anugrah yang berlimpah ruah. Anda sendiri tak akan bisa
menghabiskan, sehingga akan meluber, sumrambah, mengalir kepada anak turunnya kelak.
Apa yang dianggap musibah, akan berubah menjadi anugrah agung. Asal kita semua mau
memahami, menghayati, dan mengimplementasikan kuni-kuncinya.

KEMANA JATUHNYA KARMA TURUNAN

Singkat saja, karma turnan akan jatuh kepada orang-orang atau anak turun yang paling dicinta
atau paling disayang. Barangkali hal ini sebagai bentuk keadilan alam pula. Coba, lebih adil
mana jika karma turunan jatuh ke anak yang paling tidak disayang. Sudah jatuh tertimpa
tangga pula. Nah, tidak sayang atau pun kebencian belum tentu tepat pada duduk
permasalahannya. Kadang hanya karena faktor emosi orang tua dan parameter yang begitu
kompleks. Artinya, kebencian ortu pada anak belum tentu karena si anak bukan anak baik-
baik. Bisa juga disebab faktor ortunya sendiri. Karena ortu tidak selalu pada pihak yang
benar.  Sekalipun ortu di mana-mana sama saja, selalu bilang bahwa semua anak
mendapatkan kasih sayang sama-rata. Tapi kenyataannya tidak demikian, kita bisa
mencermati dari sikap tindaknya kepada masing-masing anak. Anggap saja hal itu sebagai
sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja.  Coba cermatilah diri Anda, apakah sebagai anak
yang paling disayang ortu? Jika di antara Para Pembaca yang budiman merasakan hal yang
sama, bersyukurlah saja, karena di hadapan Anda sedang disajikan “ladang amal”.
Manfaatkan agar betul-betul menjadi  ladang amal, toh Anda sendiri dan anak turun kelak
yang akan mengunduh hasil panen atas apa yang anda tanam di ladang amal pada hari
ini.

Nilai Utama ; Memenuhi Tanggungjawab Orang Lain


Nilai paling utama pada saat kita menebus karma turunan, karena kita menyelesaikan
tanggungjawab orang lain, bukan tanggung jawab kita sendiri. Rumus ini berlaku pula
manakala Anda mengangkat seorang bocah terlantar menjadi anak angkat anda. Kenapa anak
angkat seringkali jauh lebih ngrejekeni (membawa rejeki) dibanding anak sendiri ? Itulah
jawabnya, karena anda memenuhi tanggungjawab orang lain. Sepadan pada saat Anda
membantu atau menolong orang yang sedang dalam kesulitan besar. Esnsi dari menolong dan
membantu sesama, adalah Anda menghandle beban hidup orang lain menjadi tanggungjawab
anda. Itulah nilai kebaikan paling utama. Silahkan dibuktikan sendiri. Karma baik dengan
segera akan Anda rasakan. Ngunduh uwohing pakarti akan segera anda alami. Kebaikan yang
anda lakukan akan berbalik pada diri anda sendiri, bahkan dengan rumus gema suara,
kebaikan akan menjadi berlipat ganda. Asalkan dengan ketulusan tanpa batas.

Sampai di sini, saya menyimpulkan, bahwa “pagar gaib” yang paling kuat mampu
membentengi diri kita sendiri dari segala macam marabahaya, musibah dan bencana, tidak
lain adalah kebaikan yang kita lakukan. Semakin banyak kebaikan kita lakukan, semakin
tebal dan kuat pula “pagar gaib” menyelimuti diri kita. So, tak perlu kita minta-minta dipagari
dengan berbagai ilmu kebal. Karena yang mampu melakukan pemagaran paling kuat, adalah
diri kita sendiri. Pemagaran yang dilakukan oleh orang lain, hanya bersifat temporer atau
dapat bekerja untuk sementara waktu saja. Setelah itu akan pudar lagi, lantas menjadi mudah
diguna-guna, disantet, tenung, dan dicelakai oleh orang lain.
About these ads

Tulisan dari ‘Contoh Undangan 7 Bulanan’


Kategori
CONTOH UNDANGAN 7 BULANAN
Berikut ini contoh undangan untuk acara selamatan bayi tujuh bulan (mitoni) atau tingkeban.
Silahkan jika ingin mengcopas untuk keperluan anda. 
 Mei 8, 2009  SABDå   28 Komentar

Tulisan dari ‘Kunci Sukses Dalam


Kehidupan’ Kategori
KUNCI SUKSES PERGAULAN
“MUTIARA KATA”
KIAT SUKSES DALAM PERGAULAN DAN BERMASYARAKAT
 
 
Kaidah 1
Ora ånå wóng kang ingaranan uríp, kêjabanê kang mikír sartå trêsnå marang wóng kang
ringkíh lan nandhang påpå cintråkå.
Biså mèlu ngrasakakê kasusahanê sartå lårå lapanê wóng liyå.
Kanthi pangråså kang mangkono mau atêgês biså nggadhúh kêkuwatan kang tanpå watês,
pêrlu kanggo mitulungi sapådhå-pådhå kang kahananê luwíh nrênyúhakê katimbang dhiri
pribadinê. “Pakarti mono darbèk kita dhêwê, nanging wóhê pakarti mau dadi kagunganê
Kang Gawê Urip”, mangkono sabdanê sawijinê Pujånggå kalokå.
 
SABDA PUJANGGA
(Tiada orang disebut hidup, kecuali yang peduli serta belas kasih kepada sesama yang tak
berdaya dan menderita. Dapat merasakan penderitaan serta kesengsaraan orang lain. Dengan
dimilikinya rasa seperti itu, berarti mampu memelihara kekuatan yang tiada batasnya,
diperlukan untuk menolong sesama yang keadaannya lebih mengenaskan ketimbang diri
pribadinya. Perbuatan adalah milik kita sendiri, namun buah dari perbuatan kita menjadi
milik Tuhan. Begitulah sabdanya salah satu Pujangga terkenal.)
 
Kaidah 2
Wóng kang baút mawas dhiri iku wóng kang biså manjíng ajúr ajèr, ngêrti êmpan papan laras
karo rèh swasånå sakupêngê tanpå ninggalakê subåsitå.
Paribasanê wóng kang baút ngadisarirå, åjå múng kalimpút êdiníng busånå baê, nangíng
bisowå tansah mêrsudi marang padhangíng sêmu lan manisíng wicårå tanpå nglírwakakê
marang alús lan luwêsíng solah båwå. 
 
ESENSI MAWAS DIRI
(Orang yang pandai membawa diri itu orang yang bisa menyatu, melebur, dan meleleh,
memahami situasi dan kondisi, selaras dengan suasana disekelilingnya tanpa meninggalkan
sopan santun. Peribahasanya orang yang pandai mempercantik diri, jangan hanya terfokus
dengan keindahan pakaian saja. Namun dapatlah selalu berusaha bermuka ramah dan tutur
kata manis tanpa meninggalkan perilaku yang lembut dan pantas)
 
Kaidah 3
Kêcandhakíng sawijiníng idham-idhaman iku ora cukúp múng dibandang móncèr lan
pêpakíng ilmu lan kawrúh baê.
Nangíng ånå syarat siji kang ora kênå kalirwakakê, yaiku kapintêran ing bab sêsrawungan.
Såpå kang bisa tumindak ajúr-ajèr lan biså nuwúhakê råså rêsèp marang liyan, prasasat wis
êntúk pawitan kanggo nandangi sakèhíng pagawêyan åpådênê nggayúh idham-idhamanê.
 
TIDAK HARUS HARTA
(Tercapainya suatu cita-cita tidak cukup hanya bermodalkan kemewahan dan lengkapnya
ilmu dan pengetahuan saja. Namun  ada satu syarat yang tak boleh ditinggalkan yakni
kepandaian dalam bergaul. Siapa yang bisa beradaptasi dan dapat menumbuhkan rasa
tenteram kepada orang lain, sebenarnya sudah mendapat modal untuk melaksanakan banyak
pekerjaan dan menggapai cita-citanya)
 
Kaidah 4
Nindakakê kabêcikan mono ora mêsthi kudu cucúl wragad, nanging biså ditindakakê sarånå
pakarti-pakarti liyanê sing sêjatinê akèh bangêt caranê.
Saugêr biså gawê sênênging liyan, upamanê baê måwå ulat sumèh tangkêp srawúng kang
sumanak, bisa manjíng ajúr-ajèr ing madyaníng bêbrayan, lan biså dadi patuladhan laku
utåmå.
Kabèh mau klêbu êwóníng tindak kabêcikan kang ajinê nglêluwihi wragad dêdånå kang
diwènèhakê utåwå dipotangakê, apamanèh lamún anggónê mènèhi utåwå ngutangi iku
sinamudånå kêbak pamríh. 
 
LEBIH BERHARGA DARIPADA EMAS PERHIASAN
(Melakukan kebaikan tidak harus mengeluarkan beaya, namun dapat dilakukan dengan
perbuatan-perbuatan lain yang sebenarnya banyak sekali caranya. Asal bisa membuat senang
dan tenteram orang lain, umpama saja dengan bermuka ramah serta bergaul dengan hangat,
bisa beradaptasi di tengah pergaulan, dan dapat menjadi percontohan  perilaku yang utama.
Semua itu termasuk berbuat kebaikan yang nilainya melebihi sedekah harta yang diberikan
ataupun yang dipinjamkan, apalagi disertai dengan pamrih)
 
Kaidah 5
Yèn kowê arêp rêmbugan, pikirên luwih dhisík têtêmbungan síng arêp kók wêtókakê. Åpå
wís ngênggoni têlúng prêkårå : bênêr, manís, migunani.
Êwå sêmono síng bênêr iku isih pêrlu dithinthingi manèh yèn gawê gêndranê liyan prayogå
wurúngnå.
Dênê têmbúng manís mono ora duwê pamríh, pamrihê biså gawê sênêngê liyan kang
tundhónê migunani tumrapê jagadíng bêbrayan.
 
BICARALAH YANG BENAR, MANIS, BERMANFAAT
(Bila kamu akan berembug, pikirkan terlebih dulu kata-kata dan kalimat yang akan kamu
ucapkan. Apakah sudah memperhatikan 3 kaidah penting; benar, manis, bermanfaat. Walau
begitu, yang benar itu masih perlu ditimbang lagi, jika mengakibatkan masalah untuk orang
lain lebih baik urungkan. Lain halnya dengan tutur kata manis, tidak punya pamrih,
pamrihnya hanya dapat membuat bahagia orang lain, akhirnya bermanfaat untuk kehidupan
bersama)
 
Kaidah 6
Sugíh ómóng kanggo nggayêngakê pasamuwan pancèn apík.
Nangíng ngómóng múng golèk suwurê awakê dhêwê sók kêtrucút miyak wêwadinê dhêwê.
Pirå baê cacahê wóng kang kêplèsèt uripê múng margå sukå anggónê sugíh ómóng.
Mulå sabêcik-bêcikê wóng iku ora kåyå wóng kang mênêng.
Nangíng mênêngê wóng kang darbê bóbót kang antêb síng biså dadi panjujuganê pårå
pawóngan kang mbutúhakê rêmbúg lan pitudúh. 
 
TIDAK SETIAP DIAM ITU EMAS
(Banyak bicara untuk menghidupkan suasana pertemuan memang baik, namun bicara hanya
untuk mencari perhatian dan simpati pada diri sendiri, akan sering lepas kontrol dan
membuka aib diri sendiri. Sudah seberapapun orang terpeleset hidupnya hanya gara-gara
gemar membual. Maka sebaik-baiknya orang itu bukan seperti orang yang diam, namun
diamnya orang yang memiliki bobot yang dapat menjadi tempat yang tepat bagi orang yang
membutuhkan nasehat dan petunjuk)
 
Kaidah 7
Ing jagadíng sêsrawungan mono nyirík marang sêsipatan kang gumêdhê lan wêwatakan kang
tansah ngêgúngakê dhiri.
Sipat lan wêwatakan mau adhakanê banjúr nuwúhakê råså ora lilå yèn nyipati ånå liyan síng
luwíh katimbang dhèwèkê.
Mulå saibå bêcikê samångså såpå kang rumangsa pintêr dhêwê, sugíh dhêwê, lan kuwåså
dhêwê iku gêlêma nglaras dhiri lan nglêrêmakê cíptanê kang wêning, yèn sêjatinê isíh ånå
manèh kang Måhå Pintêr, Måhå Sugih, lan Måhå Luhúr.
Klawan mangkono råså pangråså dumèh lan takabúr kang dadi sandhungan pasrawungan biså
sumingkír.  
 
MERASA DIRI PALING ADALAH PINTU KEHANCURAN
(Dalam dunia pergaulan seyogyanya menghindari sifat sombong dan watak yang selalu
membesar-besarkan diri sendiri. Sifat dan watak tersebut biasanya menimbulkan perasaan
tidak rela jika menemukan orang lain yang lebih dari dirinya. Maka alangkah baiknya
bilamana siapapun yang merasa paling pinter, paling kaya, dan paling berkuasa hendaklah
mengendapkan hati, mengheningkan cipta, bahwa sebenarnya masih ada lagi yang Maha
Pandai, Yang Maha Kaya, Yang Maha Tinggi. Dengan begitu sikap  mentang-mentang  dan
takabur yang menjadi batu sandungan dalam pergaulan akan menyingkir).
 
Kaidah 8
Luwih bêcík makarti tanpå sabåwå kang anjóg marang karahayóníng bêbrayan, katimbang
tumindakê wóng kang rêkanê nindakakê panggawê luhúr nangíng disambi udúr.
Yêktinê tåtå têntrêm iku ora bakal biså kagayúh yèn tå ora adhêdhasar kêrukunan, dênê
kêrukunan iku múng biså kêcandhak yèn siji lan sijinê pådhå biså aji-ingajènan lan móng-
kinêmóng.
 
KASIH SAYANG ADALAH KUNCI KESUKSESAN
(Lebih baik bekerja tanpa perilaku yang dapat merusak keharmonisan pergaulan, daripada
tindakan orang yang maksudnya melaksanakan perbuatan mulia tetapi sambil bertengkar.
Sebenarnya ketentraman itu tidak akan terwujud bila tanpa didasari kerukunan, sedangkan
kerukunan itu hanya bisa diciptakan jika satu sama lain saling hormat menghormati dan asih-
mengasihi).
 
Kaidah 9 
Yèn atimu wis gilíg arêp gawé kabêcikan kanggo karaharjaníng bêbrayan, bêratên råså uwas
marang pandakwå ålå kang ora nyåtå. Srananånå kanthi jêmbaríng dhådhå lan sabaríng nålå,
amríh bisa nuwúhaké gêdhéníng prabåwå lan cabaríng sakèhíng piålå.
 
MENGATASI TUDUHAN BURUK
(Bila hatimu sudah bertekat bulat akan berbuat kebaikan untuk kesejahteraan dalam
kehidupan bermasyarakat, jangan hiraukan kekhawatiran akan tuduhan buruk yang tidak
benar. Landasilah dirimu dengan dada yang lapang, hati yang sabar, supaya dapat
menumbuhkan besarnya wibawa dan sirnanya semua keburukan)
 
Kaidah 10
Wicårå kang wêtuné kanthi tinåtå runtút kang awujúd sêsulúh kang amót piwulang bêcík,
ajiné pancèn ngungkuli mas picís råjåbrånå, biså nggugah budi lan nguripaké pikír. Nangíng
kawuningånå yèn grêngsênging pikír lan uripíng jiwå iku ora biså yèn múng kagugah sarånå
wicårå baé.
Kang wigati yaiku wicårå kang måwå tandang minångkå tulådhå.
Jêr tulådhå mono síng biså nuwúhaké kapitayan.
Luwíh-luwíh mungguhíng pårå manggalaníng pråjå kang wís pinracåyå ngêmbani nuså lan
bångså. 
 
NASEHAT TERBAIK ADALAH PERBUATAN
(Tutur kata yang keluar secara tertata runtut yang berupa nasehat tentang ajaran yang baik,
nilainya memang melebihi emas perhiasan, dapat menggugah budipekerti dan menghidupkan
fikiran. Tapi perhatikanlah, bahwa semangat berfikir dan hidupnya jiwa itu tidak dapat hanya
sekedar dibangun melalui tutur kata saja. Yang lebih penting yakni tutur kata yang dibarengi
perbuatan sebagai suri tauladan)
 
Kaidah 11
Luwíh bêcík ngasóraké rågå tinimbangané ngóngasaké kapintêran kang sêjatiné isíh
nguciwani bangêt.
Ngóngasaké kapintêran iku satêmêné múng kanggo nutupi kabodhowané, jêr kabèh mau
mêrga råså samar lan was sumêlang yèn ta kungkulan déníng sapêpadhané.
Tindak mangkono mau malah dadi sawijiníng godhå kang múng bakal ngrêrêndhêti lakuníng
kêmajuwané dhéwé ing jagadíng bêbrayan.
 
CIRIKHAS ORANG LEMAH GEMAR UNJUK DIRI
(Lebih baik bersikap merendah daripada unjuk kepandaian yang kenyataannya masih
mengecewakan sekali. Unjuk kepandaian itu sesungguhnya hanya untuk menutupi
kebodohannya, semua itu karena perasaan khawatir dan was-was pabila ada orang lain yang
mengunggulinya. Tabiat seperti itu menjadi salah satu godaan yang hanya akan menghambat
kemajuannya sendiri dalam pergaulan).
 
Kaidah 12
Såpå wóngé síng ora sênêng yèn éntúk pangalêmbånå. Nangíng thukulíng pangalêmbånå iku
ora gampang.
Kudu disranani kanthi pakarti kang bêcik lan murakabi marang wóng akèh.
Yèn múng disranani båndhå, pangalêmbanané múng kandhêg ing lambé baé ora tumús ing
ati.
Déné yèn disranani pênggawé kang lêlamisan, ing pamburiné malah bakal kasingkang-
singkang kasingkíraké såkå jagadíng pasrawungan.
 
MANAJEMEN PUJIAN
(Siapa yang tidak suka jika mendapat pujian. Tetapi tumbuhnya pujian itu tidak mudah.
Harus ditempuh melalui perbuatan yang baik dan bermanfaat buat orang banyak. Jika hanya
ditempuh dengan harta, pujian hanya sampai di bibir saja tidak menyentuh di hati. Jika
ditempuh dengan perbuatan demi pamrih, di belakangnya hari akan tersingkir dan
disingkirkan dalam pergaulan).
 
Kaidah 13
Généyå akèh wóng kang dhêmên nyatur alaníng liyan lan ngalêmbånå awaké dhéwé? Sêbabé
ora liya margå wóng-wóng síng kåyå ngono mau ora ngêrti yèn pênggawé mau klêbu pakarti
kang ora prayogå, mula prêlu dingêrtèkaké.
Awít yèn ora énggal-énggal nyingkiri pakarti kang ora bêcík mau, wusanané dhèwèké kang
bakal diêmóhi déníng pasrawungan.
 
TABIAT BURUK PALING POPULER
(Kenyataannya banyak orang yang suka mencela orang lain dan memuji diri sendiri ?
Sebabnya tidak lain karena orang-orang seperti itu tidak peduli bila perbuatan itu termasuk
watak yang tidak terpuji, makanya perlu diperingatkan. Sebab bila tidak segera menghindari
watak yang tidak baik itu, berakibat dia sendiri akan dijauhi dalam pergaulan).
 
Kaidah 14
Nggayúh kaluhuran liré ngupåyå tataraníng uríp kang luwih dhuwúr.
Dhuwúr laír lan batiné, ya tumrap dhiri pribadiné ugå sumrambah kanggo karaharjaníng
bêbrayan.
Nangíng yèn kandhêg salah siji, têgêsé gothang.
Yèn múng nêngênaké kaluhuraníng laír gênah múng ngoyak drajat lan sêmat, isíh miyar-
miyur gampang kênå pangaribåwå såkå njåbå.
Yèn ngêmúngaké kaluhuraníng batín, cêtha ora nuhóni jêjêríng manungsa, awít ora
tumandang ing gawé kanggo kêpêrluwaníng bêbrayan.
Atêgês tanpå gunå diparingi uríp ing alam donya.
 
PRINSIP KESEIMBANGAN LAHIR-BATIN
(Menggapai keluhuran artinya berupaya meraih tataran hidup yang lebih tinggi. Luhur lahir
dan batinnya, bermanfaat untuk diri sendiri juga berguna untuk keharmonisan dalam
pergaulan. Namun bila mandeg salah satunya, artinya pincang. Bila hanya mengutamakan
keluhuran lahir sama halnya mengejar derajat dan pangkat, mudah goyah (plin-plan) mudah
terpengaruh oleh kemewahan dari luar. Bila menyepelekan keluhuran batin saja, jelas tidak
mematuhi  hakekatnya sebagai manusia, karena tidak mengindahkan kaidah pergaulan.
Berarti tiada guna hidup di dunia).
 
Kaidah 15
Sing såpå rumangsa nduwèni kaluputan, åjå isín ngowahi kaluputan sing wís kadhúng
katindakaké mau.
Jêr ngakóni kaluputan mono wís cêthå dudu tindak kang asór, nangíng malah nuduhaké
marang pakarti kang utåmå kang ora gampang linakónan déníng sadhêngah wóng.
Iyå wóng kang wis biså nduwèni watak gêlêm ngakóni kaluputané mangkéné iki pantês
sinêbút wóng kang jujúr sartå kasinungan ing budi luhúr.
 
KEJUJURAN ADALAH ANUGRAH
(Barangsiapa merasa memiliki kesalahan, jangan malu merubah kesalahan yang sudah
kadung terjadi. Sedangkan mengakui kesalahan sudah jelas bukan perbuatan hina, namun
malah menunjukkan watak yang utama yang tidak mudah dilakukan sementara orang. Orang
yang sudah memiliki watak bersedia mengakui kesalahannya adalah pantas disebut orang
yang jujur serta mendapat anugrah menjadi orang yang luhur budi pekertinya.
 
Kaidah 16
Manungså uríp iku dibiså nguwasani kamardikaníng laír lan batín.
Kang dikarêpakê kamardikaníng laír iku wujudê biså nyukupi kabutuhaning uríp ing sabên
dinanê såkå wêtuning kringêt lan wóhíng kangèlan dhêwê ora gumantúng ing wóng liyå lan
ora dadi sangganíng liyan.
Dênê kamardikaníng batín iku dicakakê sarånå nyingkiri håwå napsu, adóh såkå asór lan
nisthaníng pambudi, sêpi ing råså mêlík lan drêngki srèi, sartå tuhu marang paugêran uríp
bêbrayan.
 
SUBSTANSI KEMERDEKAAN
(Manusia itu hidup sebisanya menguasai kemerdekaan lahir dan batin. Kemerdekaan lahir
artinya dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari hasil dari keringat sendiri, dan hasil
dari jerih payah sendiri tidak tergantung pada orang lain, serta tidak menjadi beban bagi
pihak lain. Sedangkan kemerdekaan batin adalah dengan cara menyingkirkan hawa nafsu,
jauh dari kehinaan dan kenistaan budi pekerti, tiada berpamrih dan iri dengki, serta setia dan
patuh kepada kaidah kerukunan hidup).
 
Kaidah 17
Yèn kêpéngín diajèni liyan, mulå åjå sók dhêmên martak-martakaké, åpå manèh nganti
mamèraké kabisan lan kaluwihanmu.
Pangaji-ajiníng liyan iku sêjatiné ora pêrlu mbók buru, bakal têkå dhéwé. Nudúhaké
kêwasisan pancèn kudu bisa milíh papan lan êmpan.
Mulå kang prayoga kêpårå purihên åjå kóngsi wóng liyå biså njajagi.
Nangíng mångså kalané ngadhêpi gawé parigawé kêconggah mrantasi.
 
RAHASIAKAN KEBISAAN
(Apabila ingin dihormati sesama, jangan suka berkoar-koar,  apalagi sampai pamer kebisaan
dan kelebihanmu. Penilaian orang lain (padamu) sesungguhnya tidak perlu kamu kejar,
karena akan datang dengan sendirinya. Menunjukkan kepandaian memang harus bisa melihat
situasi dan kondisi. Maka seyogyanya rahasiakan jangan sampai orang lain dapat menjajagi.
Namun pada saatnya menghadapi pekerjaan berhasil menuntaskan).
 
Kaidah 18
Åjå sók ngluputaké, gêdhéné ngundhat-undhat wóng liyå, samångså kitå ora katêkan åpå
kang dadi kêkarêpan kitå.
Bêciké kitå tliti lan kitå golèki sêbab-sêbab ing badan kita dhéwé, amrih kitå biså uwal såkå
dayaníng pangirå-irå kang ora prayogå.
Kawruhana, yèn usadané watak apês síng njalari nganti ora katêkan sêdyå kitå iku, ora ånå
liya, yå dumunúng ånå ing awak kita dhéwé.
 
KAMBING HITAM ITU TAK PERNAH ADA
(Jangan suka menyalahkan, bahkan mengungkit-ungkit orang lain, pada saat tidak
kesampaian apa yang menjadi kehendak kita. lebih baik kita teliti dan carilah apa yang salah
dengan diri kita, supaya kita bisa lepas dari pengaruh prasangka buruk. Ketahuilah, bahwa
kelemahan dan kekurangan yang menyebabkan kegagalan harapan kita itu tidak lain berada
pada diri kita sendiri)
 
Kaidah 19
Arang wóng síng bisa mapanaké råså narima marang åpå baé kang wís klakón digayúh. Yèn
rumangsa kurang isíh golèk wuwúh, yèn wís olèh banjúr golèk luwíh, yèn wís luwíh tumuli
mbudidåyå åjå ånå wóng síng biså madhani.
Wóng kang duwé råså mangkono mau satêmêné mêmêlas.
Uripé tansah ngångså-ångså, ora naté sumèlèh atiné.
Kanggo nuruti råså kang klèru kasêbút sók-sók banjúr tumindak ora samêsthiné lan nalisír
såkå pakarti kang bênêr. 
 
PENDERITAAN SEPANJANG MASA
(Jarang ada orang yang merasa puas pada apa yang sudah dapat berhasil dicapai. Bila merasa
kurang masih akan menambah, jika telah mendapatkan lantas mencari lebihnya, bila sudah
berlebih lantas berupaya agar jangan ada orang lain yang bisa menyamai. Orang yang
bertabiat demikian sesungguhnya sangat kasihan. Hidup selalu memaksakan diri, hatinya
tidak pernah tenteram. Untuk menuruti watak yang buruk itu kadangkala bertindak tidak
semestinya dan meleset dari watak yang benar)
 
Kaidah 20
Watak narimå mono yêkti dadi sihíng Pangéran, nangíng yèntå nganti klèru ing panyuråså
biså nuwúhaké klèruníng tumindak.
Narimå, liré ora ngångså-ångså nangíng ora kurang wêwékå lan tansah mbudidåyå amríh
katêkaning sêdyå, dudu atêgês kêbacút lumúh ing gawé, suthík ihtiyar.
Awít yèn mangkono ora jênêng narimå, nagíng kêsèt. Jêr watakíng wóng kêsèt iku múng
gêlêm énaké êmóh rêkasané, gêlêm ngêmplók suthík tómbók, satêmah dadi wóng ora wêrúh
ing wirang, siningkiraké såkå jagadíng bêbrayan. 
 
SIKAP MENERIMA BUKANLAH MALAS
(Watak menerima tentu menjadi kekasih Tuhan, namun apabila sampai keliru memahaminya
bisa menimbulkan kesalahan dalam bertindak. Menerima, artinya tidak melebihi batas
kemampuan tetapi tidak kurang akal dan selalu memberdayakan diri  supaya tercapailah cita-
cita. Menerima bukan dimaksudkan sebagai tidak mau kerja dan enggan berusaha. Karena
yang seperti ini bukanlah arti menerima, melainkan malas. Wataknya pemalas itu hanya mau
enaknya saja, tidak mau jerih payahnya, bersedia makan tidak mau modal, sepantasnya lah
menjadi orang yang tidak tahu malu, disingkirakn dalam pergaulan).
 
Kaidah 21
Wóng uríp ing alam bêbrayan iku yêkti angèl, kudu biså ngêrèh pakóné “si aku”, åjå nggugu
karêpé dhéwé lan nuruti håwå napsu.
Luwíh-luwíh ing dinå samêngko, alam bêbrayan donyå tansah kêbak pradhóndhi, silíh
ungkíh, rêbutan bênêré dhéwé-dhéwé.
Mulå síng baku, wóng uríp kudu biså miyak alíng-alíng kang nutupi pikiran kang wêníng.
Liré, sênajanå sajroníng pasulayan, kudu bisa nyandhêt kêmrungsung “si aku” istingarah
sakèhíng bédané panêmu biså disawijèkaké. 
 
KE-AKU-AN MENJADI SUMBER KONFLIK
(Hidup dalam kerukunan masyarakat itu memang sulit, harus bisa meredam ke-aku-an,
jangan semaunya sendiri dan menuruti hawa nafsu. Terlebih lagi di kelak kemudian hari,
dunia pergaulan internasional penuh persoalan, perselisihan silih berganti, berebut benarnya
sendiri. Yang paling penting dalam menjalani hidup harus bisa membuka penghalang yang
menutup kesadaran fikir. Maksudnya, walaupun dalam perselisihan, harus bisa menahan
gejolak ke-aku-an, berikhtiyar agar perbedaan pendapat bisa disatukan).
 
Kaidah 22
Wóng kang nduwèni watak tansah njalúk bênêré dhéwé iku adaté banjúr kathukulan bêndånå
sênêng nênacad lan ngluputaké marang panêmu sartå tindak tanduké wóng liyå. Méndah
bêciké yèn wóng síng kåyå mangkono mau kålå-kålå gêlêm nggraitå ing njêro batiné : “mbók
mênåwå aku síng klèru, mulå cobå dak tlitiné klawan adíl såpå kang sêjatiné nyåtå-nyåtå
bênêr”.
 
CIRIKHAS INGIN MENANGNYA SENDIRI
(Orang yang mempunyai watak selalu ingin mencari menangnya sendiri itu, tumbuh
kebiasaannya buruk senang mencela dan menyalahkan pendapat serta tindak tanduk orang
lain. Sangatlah bagus bilamana orang seperti itu kadangkala bersedia mencermati dalam
batinnya; jangan-jangan aku yang keliru, maka coba aku teliti secara adil siapa yang
sesungguhnya jelas-jelas benar)
 
Kaidah 23
Rêsêpíng omah iku ora dumunúng ing barang-barang méwah kang larang rêgané, nangíng
gumantúng marang panataníng prabót kang prasåjå, sartå pêmasangé rêrênggan kang adóh
såkå watak pamèr.
Sêmono ugå rêsêpíng salirå iku ora margå såkå pacakan kang èdi-pèni, nangíng gumantúng
ing sandhang pênganggo kang prasåjå, trapsilå solah båwå, lan padhanging polatan. 
 
KUNCI DARI KEINDAHAN
(Keindahan rumah itu bukan terletak pada barang-barang mewah yang mahal harganya,
namun tergantung pada penataan perabot yang tidak norak, serta pemasangan hiasan yang
jauh terkesan pamer. Begitu pula keindahan diri pribadi itu bukan karena berasal dari tata rias
yang indah dan cantik, tapi tergantung pada pakaian yang tidak berlebihan, perilaku yang
sopan berwibawa, dan raut wajah yang bersinar)
 
Kaidah 24
Yèn kowé kêpênêr lagi srêngên lan nêsu, prayogané wóng síng kók nêsóni lan kók srêngêni
mau kóngkónên énggal sumingkír.
Utåwå kowé dhéwé sumingkirå sauntårå, aja têtêmónan karo wóng liya.
Sabanjuré mênêngå lan étúng-étúngå kanthi sarèh wiwít siji têkan sêpulúh.
Klawan mêngkono atimu bakal bisa nimbang-nimbang åpå nêsu lan srêngênmu marang wóng
mau bênêr, åpå malah dudu kowé dhéwé síng lupút.
 
KIAT MEREDAM AMARAH
(Bila kamu kebetulan sedang emosi dan marah, seyogyanya orang yang kamu marahi tadi
suruhlah segera menyingkir. Atau kamu sendiri menyingkirlah sementara, (sementara) jangan
bertemu dengan orang lain. Setelah itu diamlah dan hitunglah dengan tenang mulai dari satu
sampai sepuluh. Dengan cara begitu hatimu bakal bisa menimbang apakah kemarahanmu
pada orang tadi benar, apa bukan kamu sendiri lah yang salah ?)
 
Kaidah 25
Jênêng tanpå gunå uripíng manungså kang nganti ora biså nyumurupi marang kang
kêdadéyan ing sakiwå têngêné.
Ora biså asúng lêlimbangan lan pamrayogå sakadharé kanggo karahayóníng bêbrayan.
Rupak pandêlêngé ora ånå liyå kang disumurupi kajåbå uripé dhéwé.
Mati pangrasané, jalaran ora kulina kanggo ngrasak-ngrasakaké kang katón ing sabên dinané,
wusana dadi cêthèk budiné, jalaran såkå kalêpyan marang têpå palupi kang maédahi ing
uripé.
 
TRAGEDI KEMATIAN PERASAAN
(Adalah hidup tiada guna bagi orang yang tidak mengetahui  apa yang terjadi di sekitarnya.
Tidak bisa memberikan imbal balik dan manfaat ala kadarnya untuk keharmonisan pergaulan.
Mati perasaannya, disebabkan tidak terbiasa merasakan apa yang terjadi dalam sehari-
harinya, sehingga membuat dangkal budi pekertinya, karena lalai akan rasa kepedulian yang
berguna dalam hidupnya).
 
Kaidah 26
Åjå sók nyênyamah luputíng liyan, luwíh bêcík tudúhnå kaluputané kang malah biså
ngrumakêtaké råså pasêduluran.
Éwå sêmono åjå nganti kowé kêsusu mbêcíkaké kêlakuwané liyan, yèn awakmu dhéwé
rumångså durúng biså ngênggóni råså sabar lan têpa sêlirå.
Såpå kang wís ngêrti lan ngrumangsani marang sakèhíng dosané, iku sawijiníng wóng kang
wís ngêrti marang jêjêríng kamanungsané, manungsa kang utåmå.  
 
BAGAIMANA MENYIKAPI ORANG YANG DIANGGAP SALAH
(Jangan sering memojokan orang lain yang salah, lebih baik tunjukkan kesalahannya
sehingga justru bisa mengakrabkan rasa persaudaraan. Walau begitu jangan sampai kamu
terburu-buru membenarkan perbuatan orang lain, bilamana kamu sendiri merasa belum
mampu mersikap sabar dan peduli sesama. Siapa yang sudah memahami dan menyadari
semua dosanya, itulah orang yang sudah mengerti akan hakekat   manusia, manusia yang
utama).
 
Kaidah 27
Ajiníng manungså iku kapúrbå ing pakartiné dhéwé, ora kagåwå såkå katurunan, kapintêran,
lan kasugihané.
Nangíng gumantúng såkå ênggóné nanjakaké kapintêran lan kasugihané, sartå matrapaké
wêwatêkané kanggo kêpêrluan bêbrayan.
Kabèh mau yèn múng katanjakaké kanggo kapêrluwané dhéwé, tanpå paédah.
Nangíng yèn pakarti mau kadayan déníng råså pêpinginan golèk suwúr, golèk pangkat lan
donya brånå, malah bisa dadi mêmalaníng bêbrayan, jalaran nyinamudana sarånå nylamúr
migunakaké jênêngé wóng akèh.
 
OBYEKTIFITAS HARGA DIRI
(Harga diri manusia itu terbentuk oleh karena wataknya sendiri, bukan dibawa dari
keturunan, kepandaian, dan kekayaannya. Namun tergantung dari cara menggunakan
kepandaian dan kekayaannya, serta penerapan perwatakannya untuk pergaulan (tali
persaudaraan. Semua itu bila hanya digunakan untuk keperluan pribadi saja, tiada
bermanfaat. Tetapi bila watak tadi terdorong oleh keinginan mencari ketenaran, mencari
pangkat dan kemewahan duniawi, justru dapat menjadi malapetaka dalam tali persaudaraan,
karena mencari-cari kesempatan dengan cara menyamar mencatut nama orang banyak).
 
Kaidah 28
Ora ånå budi kang luwíh luhur saliyané nduwèni råså asíh marang nuså lan bangsané.
Kadunungan råså rumangsa nduwèni sêsanggêman lan kuwajiban mranåtå têntrêmíng pråjå
kanthi pawitan kapintêran kang dilandhêsi kawicaksananing pambudi.
Tåndhå yêktiné yèn asíh, yaiku tansah samaptå tumandang sawayah-wayah yèn ånå parigawé
kang wigati kanggo wargå sapådhå-pådhå, munggahé tansah samaptå lêladi kanggo
kêslamêtaníng bêbrayan lan karaharjaníng nagårå.
 
KEMULIAAN PALING TINGGI
(Tiada budipekerti yang lebih mulia selain mencintai nusa dan bangsanya sendiri. Karena
tumbuhnya kesadaran akan kewajiban menata ketentraman negara dengan modal kepandaian
yang didasari kebijaksanaan budipekerti. Pertanda kesungguhan cintanya yakni selalu siap
siaga sewaktu-waktu bilamana ada tugas yang sangat penting untuk sesama warga, hingga
selalu siap siaga menjaga keselamatan persaudaraan dan kesejahteraan negara)
 
Kaidah 29
Wóng kang kêrêp tansah dipituturi wóng liya iku adaté bisa dadi wóng dhêmên ngati-ati,
nangíng mênåwå kapêngkók ing pêrlu sók ora bisa tumindak lan ngrampungi dhéwé.
Kêpêkså isíh kudu nolèh wóng liya síng diwawas bisa awèh pitudúh.
Mulå kuwi prayogå ngawulåå marang ati lan kêkuwatanmu dhéwé, jalaran wóng liyå iku
sêjatiné yèn ånå apa-apané múng sadêrmå nyawang, ora mèlu ngrasakaké. 
 
TEMPAT MENGABDI PALING IDEAL
(Orang yang sering mendapat nasehat dari orang lain biasanya dapat menjadi orang yang
suka berhati-hati, namun apabila terbentur suatu tanggungjawab justru tidak bisa bertindak
dan menuntaskannya sendiri. Terpaksa masih harus menoleh-noleh orang lain yang dianggap
dapat memberi petunjuk. Maka dari itu seyogyanya mengabdilah pada nurani dan
kekuatanmu sendiri, sebab orang lain itu sesungguhnya bila terjadi apa-apa hanya bisa
melihat saja)
 
Kaidah 30
Wóng kang rumångså dhiriné linuwíh, ing sawijiníng wêktu mêsthi bakal kasurúng atiné arêp
mamèraké kaluwihané, liré amríh dimangêrtènånå déníng wóng akèh yèn dhèwèké mono
wóng kang pinunjúl lan supåyå diajènånå.
Sumurupå, sakabèhíng kaluwihan mau yèn ora dicakaké måwå lêlabuhan kang murakabi
marang bêbrayan, tanpå gunå kêpårå malah ora kajèn lan gawé pitunå.
Mula kang prayogå biså tulús dadi wóng kang linuwih mênåwå gêbyaríng kaluwihan iku
múng dikatónaké marang batiné dhéwé, iku wís cukup.
 
KEPADA SIAPA BERPAMER KELEBIHAN
(Orang yang merasa dirinya lebih dari yang lain, pada suatu waktu hatinya akan terdorong
memamerkan kelebihannya, supaya diketahui orang banyak bahwa dirinya mempunyai
kelebihan dan supaya dihormati. Ketahuilah, semua kelebihan tadi bila tidak digunakan
dengan pengorbanan yang bermanfaat untuk rasa persaudaraan, maka kelebihannya tiada
berguna, bisa jadi justru membuat tidak dihormati dan mengakibatkan kesengsaraan. Maka
idealnya jadikan buah ketulusan, walau betapapun hebat kelebihan itu hanya diperlihatkan
kepada batinnya sendiri, itu sudah cukup)
 
Kaidah 31
Dêdånå utåwå sêdhêkah marang wóng kang lagi nyandhang påpå cintråkå iku sawijiníng
pênggawé bêcík kang patút tinulådhå, saugêr pawèwèh mau ora kinanthènan panggrundêl
kang nêlakaké ora éklasíng atiné.
Têtêmbungan kang lêmbah ing manah lan mêrak ati iku luwih gêdhé ajiné katimbang dêdånå
kang ora éklas.
Suprandéné nulúng lan mènèhi pêpadhang marang jiwané wóng kang kacingkrangan iku
kang sêjatiné luwih pêrlu lan wigati, katimbang múng têtulúng marang awaké kang awujúd
kêlairan baé. 
MENOLONG BELUM TENTU TERPUJI
(sedekah pada orang yang sedang berduka nestapa itu perbuatan terpuji, yang patut dijadikan
tauladan, asalkan pemberian tersebut tidak dibarengi sikap ngedumel yang membuat pudar
keikhlasan di hati. Kalimat dan tutur kata yang sopan santun, rendah hati dan melegakan hati
itu lebih besar nilainya dari pada sedekah yang tidak ikhlas. Lebih dari itu menolong dan
memberi pencerahan jiwa orang yang sedang mengalami musibah sesungguhnya lebih perlu
dan penting daripada hanya menolong secara lahiriahnya saja)
 
Kaidah 32
Ulat sumèh, tindak-tandúk sarèh kinanthènan têmbúng arís iku biså ngruntúhaké ati sartå
ngêdóhaké panggódhaning sétan.
Kósókbaliné watak wicårå kang kêras, kêjåbå kêduga gawé tanginíng kanêpsón, ugå
gampang nuwúhaké salah panåmpå.
Sabarang prakårå kang sêjatiné bisa putús sarånå arís lan sarèh, kêpêksa dadi adu wulêding
kulít lan atósíng balúng, kari si sétan ngguyu ngakak bungah-bungah.
 
JAGA INTONASI
(Muka ramah, tingkah laku tenang dibarengi ungkapan yang sopan dapat meruntuhkan hati
serta menjauhkan godaan setan (hawa nafsu). Sebaliknya watak bicara keras, selain dapat
membangkitkan amarah, juga mudah menimbulkan salah pengertian. Setiap perkara yang
sesungguhnya bisa selesai dengan sarana kearifan dan ketenangan, terpaksa menjadi “beradu
kuatnya kulit dan kerasnya tulang”, tinggal si “setan” katawa terbahak).
 
Kaidah 33
Wóng kang kulinå uríp mubra-mubru iku samangsané ngalami sandhungan uríp sêthithík baé
adaté gampang kêthukulan gagasan lan gawé kang cêngkah karo bêbênêr, luwíh bêgjå wóng
kang uripé pokal samadyå nangíng rêsík atiné.
Déné bêgja-bêgjané wóng iku ora kåyå wóng síng tansah uríp ing kahanan kang kêbak godhå
rêncånå, prasasat tåpå ånå satêngahíng cobå, nangíng tansah tawêkal lan kandêl kêimanané
marang adilíng Pangéran Kang Måhå Kuwåså.  
 
BERSIH HATI MEMBAWA KEBERUNTUNGAN
(orang yang terbiasa hidup tak kenal aturan itu, sewaktu mengalami sedikit saja kesulitan
hidup cenderung tumbuh gagasan dan kerjaan yang melawan peraturan, lebih beruntung
orang yang hidupnya biasa-biasa saja namun bersih hatinya. Sedangkan seberuntung-
beruntungnya orang seperti itu tidak seperti orang yang selalu hidup dalam keadaan yang
penuh kebatilan dan angkara, sama halnya bertapa di tengah-tengah cobaan, namun selalu
tawakal dan tebal keimanannya kepada keadilan Tuhan Yang Mahakuasa)
 
Kaidah 34
Sipaté wóng uríp, iku mêsthi kêsinungan kêkuwatan.
Kang ngêrti biså ngêcakaké, déné kang ora biså ngêrti kurang digladhi, têmahan ora tumanja.
Éwåsémono ngêmpakaké kêkuwatan mula ora gampang.
Buktiné ora sêthithík kêkuwatan kang êmpané ora mapan.
Kawruhana, yèn rusaké bêbrayan ing antarané margå såkå pakartiné pårå-pårå kang ngêrti
marang dayaníng kêkuwatané nangíng ora kanggo nggayúh gêgayuhan kang mulyå, múng
kanggo nuruti dêrênging ati angkårå. 
 
KELOLA KEKUATAN
(Sifatnya orang hidup itu pasti mendapat anugrah kekuatan. Yang sudah paham bisa
mempergunakannya, sebaliknya yang belum bisa mengerti kurang diajari,  maka tidak akan
berguna. Namun begitu menggunakan kekuatan tidaklah mudah. Buktinya tidak sedikit
kekuatan yang digunakan tidak tepat. Ketahuilah, bila rusaknya kerukunan di antaranya
karena watak para-para yang memahami daya kekuatannya, namun tidak dimanfaatkan untuk
menggapai cita-cita yang mulia, hanya untuk menuruti dorongan hati angkara)
 
Kaidah 35
Katrêsnan kang tanpå pangrêksa iku dudu sêjatiníng katrêsnan.
Kênå diarani sêjatiníng katrêsnan kang múng kadêrêng lan kêna ing pangaribawaníng håwå
napsu.
Dadi yèn ånå unèn-unèn ” trêsnå iku wutå” yaiku síng kaprabawan håwå napsu.
Síng prayogå iku mêsthiné kudu ngugêmi unèn-unèn “trêsnå iku rumêkså” biså salaras
tumindaké.
Rasaníng katrêsnan kang cêdhak dhéwé tumrap sadhêngah manungså iku dumunúng ing
awaké dhéwé.
Mulå såpå kang trêsnå marang sapådhå-pådhå iku aran trêsnå marang awaké dhéwé,
tundhóné såpå kang tansah ngrêkså marang karahayóníng liyan, ora bédå karo pangrêkså
marang kêslamêtané dhéwé.
 
HAKEKAT CINTA
(Cinta kasih tidak disertai sikap merawat dan menjaga bukanlah sesungguhnya cinta kasih.
Dapat disebut cinta kasih yang hanya menuruti hawa nafsu. Terdapat kalimat “cinta itu buta”
yakni cinta yang tercemar hawa nafsu. Idealnya harus  memegang pepatah “cinta itu
memelihara” dapat sejalan dengan tindakan nyata. Rasa cinta yang paling dekat bagi manusia
itu terletak dalam dirinya sendiri. Maka, barang siapa yang cinta kepada sesama itu sama
halnya cinta pada diri sendiri, artinya siapa yang selalu menjaga dan memelihara keselamatan
sesama, sesungguhnya menjaga keselamatan diri sendiri).
 
Kaidah 36
Srawúng ing madyaning bêbrayan iku kêjåbå kudu wasís milíh papan lan êmpan, ugå kudu
bisa angón mångså lan mulat ing sêmu.
Åjå nggêgampang ngrójóngi rêmbúg kang kowé dhéwé durúng ngrêti prakarané.
Rêmbúg sêthithík nanging mranani iku nudúhaké bóbótíng pribadi.
Rêmbúg akèh nangíng ampang malah gawé sånggå rungginé síng pådhå ngrugókaké kêpårå
njuwarèhi. 
 
BAGAIMANA CARA MENCAMPURI URUSAN ORANG LAIN
(Bergaul dalam bermasyarakat selain harus pandai memilih tempat dan suasana, juga pandai
menempatkan waktu dan mawas diri. Jangan menggampangkan mencampuri urusan orang
lain sementara kamu sendiri belum mengerti permasalahannya. Lebih baik, bicara sedikit
namun mengenai sasaran, itu menunjukkan kualitas pribadi. Pendapat yang panjang lebar
tetapi tidak berbobot justru membuat bingung yang mendengar bahkan dapat menjemukan)
 
Kaidah 37
Wóng kang wís têkan pêsthiné utåwå wis katimbalan bali mênyang jaman kêlanggêngan iku
sêjatiné lagi kênå diwènèhi biji tumrap ajiné kamanungsané lan pakartiné nalikå uríp. Déné
wóng kang isíh pådhå uríp iku pêrlu disêmak baé dhisík, durúng kênå dipatrapi biji, jêr
kahanané isih bisa owah gingsír.
Sarèhné manungså iki sawijiníng titah kang luhúr dhéwé, mulå wís samêsthiné yèn kitå åjå
nganti kayadéné sato kang patiné múng ninggal têngêr lulang lan balúng baé.
Nangíng bisowå kita nanjakaké uríp kitå marang pakarti-pakarti utåmå, sumrambahé marang
karahayóning uríp bêbrayan.
 
BAGAIMANA HARUS MENILAI ORANG
(Bila ajal telah tiba, atau sudah “dipanggil” Tuhan kembali ke zaman keabadian,
sesungguhnya baru dapat diberikan nilai kemanusiaan dan perbuatannya sewaktu hidup di
dunia. Sedangkan orang-orang yang masih hidup sebaiknya disimak dulu saja, karena belum
dapat dinilai, sebab keadaannya masih dapat berubah-ubah. Walaupun kodrat manusia
merupakan makhluk yang paling mulia, maka sudah seharusnya kita menjaga jangan sampai
seperti binatang, kematiannya hanya meninggalkan bekas kulit dan tulang saja. Namun kita
harus berupaya memanfaatkan hidup untuk kelangsungan hidup bermasyarakat).
 
Kaidah 38
Mustikané wóng tuwå marang anak múng ånå ing laku kang gumati, gunêm kang rurúh, lan
ujar kang manís.
Gumatiné dumunúng ing têpå tuladhaníng tingkah laku.
Gunêm lan ujar kawêngku ånå ing ucap kang istingarah numusi kajiwan, lan luhuríng budi
pêkêrti.
Mula yèn ånå åpå-åpå, åjå sêlak marang sêbutíng paribasan : “Ora ånå kacang ninggal
lanjaran”.
 
APA YANG PALING BERNILAI PADA DIRI ORANG TUA
(Mustika orang tua kepada anak berupa perilaku sayang kepada anak, kalimat yang
menentramkan, tutur kata yang manis. Kasih sayang yang terletak pada perilaku yang utama,
menjadi suritauladan. Kalimat dan tutur kata terletak pada ucapan yang menentramkan hati,
merasuk mencerahkan ke dalam jiwa, serta dengan keluhuran budi pekerti. Oleh sebab itu,
bila terjadi apa-apa yang tidak diharapkan, jangan keburu menyatakan “ora ono kacang
ninggal lanjaran” atau tidak ada anak yang tidak meniru orang tuanya).
 
Kaidah 39
Nanggapi kahanan urip ing satêngahíng bêbrayan iku gampang angèl.
Aran angèl kêpårå malah bisa gawé kêtliwênging pikír samångså anggón kita mawas
kêdhisikan kagubêl ing håwå.
Aran gampang yèn kita biså mikír klawan wêníng lan mênêb.
Iyå pamikír kang mênêb iku kang aran akal budi sêjati.
Kang bisa mbabaraké wóhíng wawasan kang mulús rêsík, ora kacampúran blêntóngé “si
aku”.
Apamanèh yèn tå kitå biså têtêp nguwasani wêningíng pikír, nadyan kahanané uríp ing
satêngahing bêbrayan kisruhå dikåyångåpå, istingarah ora angèl anggón kita nanggapi. 
 
KEHENINGAN FIKIR
(Menaggapi kehidupan di tengah pergaulan masyarakat itu gampang-gampang susah.
Susahnya karena dapat mebuat fikiran keblinger apabila dalam membangun sikap mawas diri
sudah terbalut hawa nafsu. Mudahnya, apabila kita mampu berfikir dengan jernih dan
menahan diri (mengendapkan emosi). Menahan diri merupakan akal budi sejati. Yang dapat
menjabarkan buah dari wawasan yang bersih tanpa cacat, maksudnya tidak tercemar oleh
noda ke-aku-an. Apalagi bila kita teguh menguasai kebeningan fikir, walaupun kehidupan
bermasyarakat terjadi kekacauan, maka tidaklah sulit kita mensikapinya).
 
Kaidah 40
Srêngên marang wóng mono åjå nganti kênêmênên lan kêliwat-liwat múng margå wis ngêrti
yèn wóng mau ora bakal wani nglawan utåwå wís ora biså nglawan, síng èstiné múng arêp
ngêdír-êdíraké drajad pangkat utåwå kadibyané baé.
Pakarti kaya ngono mau kêjåbå klêbu ambêg siyå, ugå wóng síng disrêngêni durúng karuwan
bakal dadi bêcík, kêpårå bisa nuwúhaké råså sêngít.
Kang prayogå iku srêngên samadyå kang mêngku pitutúr murih bêciké.  
 
KEMARAHAN YANG BENAR DAN TEPAT
(Marah kepada seseorang jangan sampai keterlaluan dan kelewatan, hanya karena seseorang
itu tidak bakal berani atau sudah tidak mampu melawan, padahal hanya karena mentang-
mentang mendapat derajat pangkat yang tinggi saja. Tabiat seperti itu selain watak aniaya,
begitupun orang yang dimarahi belum tentu menjadi baik, justru memungkinkan  tumbuhnya
rasa benci. Seyogyanya jika marah yang sewajarnya saja yang berisi nasehat supaya menjadi
baik).
 
Kaidah 41
Wóng pintêr kang ora kinanthènan ing kautaman iku ora bédå karo wóng wutå kang nggåwå
óbór ing wayah bêngi.
Madhangi wóng liyå nangíng dhèwèké dhéwé lakuné kêsasar-sasar.
Kapintêran mangkéné iki yèn tå dicakaké ing madyaning bêbrayan bakal nuwúhaké
kapitunan, pikolèhé malah múng wujúd kasangsaran lan karusakan.
 
KEUTAMAAN BUDIPEKERTI ADALAH TIANG ILMU
(Orang yang pandai tetapi tidak disertai keutamaan perilaku dan budi pekerti, tidaklah
berbeda dengan orang buta yang membawa obor di malam hari. Menjadi penerang orang lain,
tetapi perilaku dirinya sendiri malah tersesat-sesat. Kepandaian semacam ini bila diterapkan
di tengah kehidupan bermasyarakat akan menimbulkan kerugian, yang didapat hanyalah
kesengsaraan dan kerusakan).
 
Kaidah 42
Síng såpå ngidham kaluhuran kudu wani kúrban lan ora wêgah ing kangèlan.
Mêrgå yèn tansah tidhå-tidhå, mokal åpå sing kagayúh bisa digånthå lan tangèh lamún åpå
síng diluru bisa kêtêmu.
Makarti wani rêkåså kanthi masrahaké urip lan jiwå rågå marang Kang Múrbèng Kuwåså.
Yèn kêpingín mênang pancèn larang patukóné, yaiku kudu bisa nuhóni sêsanti: “Surå dirå
jayaníngrat lêbúr déníng pangastuti”.
 
KEMENANGAN ITU MAHAL HARGANYA
(Barang siapa gemar keluhuran budi harus berani berkorban dan tidak enggan melewati
kesulitan. Karena bila ragu-ragu, tidaklah mungkin apa yang diharapkan dapat terwujud, dan
mustahil apa yang dicari bisa ketemu. Berani bekerja keras dengan dengan berserah diri jiwa
dan raga kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Bila ingin menang memang mahal harganya, yakni
harus dapat mematuhi peribahasa; “sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti”)
 
Kaidah 43
Isíh bêjå yèn kowé diunèkaké “Ora Lumrah Uwóng”, jalaran isíh dianggêp manungså.
Yå múng solah tingkahmu kang kudu kók owahi amríh ora gawé sêrikíng liyan.
Cilakané yèn diunèkaké “Ora Lumrah Manungså”, jalaran kowé dianggêp sétan gêntayangan
síng múng dadi lêlêthêging jagad margå pakartimu kang ninggal sifat kamanungsan.
Mula énggal-énggala sumujudå marang Gusti Kang Múrbèng Dumadi.
Sifaté Gústi Allah mono sarwå wêlas asíh marang umaté kang wís sadhar marang doså-
dosané sartå têmên-têmên bali tuhu marang dhawúh-dhawuhé. 
 
MANUSIA TAK LAZIM
(Masih beruntung bila kamu dibilang “tidak lazimnya orang” sebab berarti masih danggap
manusia. Hanya saja polah tingkah mu yang harus dirubah, agar tidak menimbulkan iri hati
orang lain. Celakanya bila kamu dibilang “tidak lazimnya manusia” sebab kamu dianggap
setan gentayangan yang mengotori jagad karena watakmu yang meninggalkan sifat
kemanusiaan. Maka dari itu, segeralah bersujud kepada Tuhan Maha Pencipta.
 
Kaidah 44
Ora ånå pênggawé luwíh déníng múlya kêjåbå dêdånå síng ugå atêgês mbiyantu nyampêti
kêkuranganing kabutuhané liyan.
Dêdånå marang sapêpådhå iku atêgês ugå mitulungi awaké dhéwé nglêlantih marang råså lilå
lêgåwå kang ugå atêgês angabêkti marang Pangéran Kang Måhå Wikan.
Pancèn pangabêkti mono wís aran pasrah, dadi kitå ora ngajab marang baliné sumbangsih
kang kitå asúngaké.
Kabèh iku síng kagungan múng Pangéran Kang Måhå Kuwåså, kitå ora wênang ngajab
wóhíng pangabêkti kanggo kitå dhéwé.
Nindakaké kabêcikan kanthi dêdånå kita pancèn wajíb, nanging ngundhúh wóhíng kautaman
kitå ora wênang.
 
HAKEKAT SEDEKAH
(Tiada perbuatan lebih mulia selain sedekah yang berarti membantu memenuhi kebutuhan
orang lain. Sedekah kepada sesama berarti juga menolong diri sendiri, melatih diri
merasa ikhlas dan lapang dada, yang berarti mengabdi kepada Tuhan Yang Maha
Mengetahui. Mengabdi sama halnya dengan pasrah, kita tidak mengharap imbal-balik atas
apa yang kita berikan. Semua itu yang punya hanyalah Tuhan Yang Mahakuasa. Kita tidak
berhak berharap buah dari pengabdian untuk diri kita sendiri. Melakukan kebaikan dengan
cara berderma (sedekah) adalah wajib, tetapi mengharap menuai  buah dari kebaikan, kita
tidaklah berwenang).
 
Kaidah 45
Mêmitran pasêduluran nganti jêjodhowan kuwi yèn siji lan sijiné biså êmóng-kinêmóng,
istingarah biså sêmpulúr bêcík. Yèn ånå padudón sêpisan pindho iku wis aran lumrah, bisa
nambahi rakêtíng sêsambungan. Nangíng suwaliké yèn pådhå angèl ngênggóni sifat êmóng-
kinêmóng mau gênah långkå langgêngé, malah bédaníng panêmu sithík baé biså marakaké
dhahuru. 
 
KIAT KELANGSUNGAN RUMAH TANGGA
(Hubungan persaudaraan hingga berjodoh itu bila satu sama lainnya dapat saling
membimbing, ikhtiyar dapat membangun kebaikan. Bila sekali dua kali terjadi pertengkaran
itu masih lumrah, dapat menambah eratnya hubungan. Namun sebaliknya bila tak mampu
membangun sikap saling membimbing maka jarang akan berlangsung selamanya. Malah,
perbedaan sedikit saja akan menjadi sumber malapetaka).
 
Kaidah 46
Wóng kang ora naté nandhang prihatin ora bakal kasinungan råså pangråså kang njalari
têkané råså trênyúh lan wêlas lahír batiné.
Wóng kang wís naté kêtaman ing prihatin luwíh biså ngrasakaké pênandhangé wóng liya.
Mulå adhakané luwíh gêlêm awèh pitulungan marang kang kasusahan. 
 
PRIHATIN MEMBANGUN SENSE OF HUMAN
(Orang yang tak pernah prihatin tidak akan terpilih menerima anugrah ketajaman perasaan
yang menumbuhkan perasaan haru dan belas kasih lahir batin. Orang yang pernah menjalani
prihatin lebih mampu merasakan penderitaan orang lain (empati). Biasanya mereka lebih
peduli untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang kesusahan).
 
Kaidah 47
Sarupaníng wêwadi sing ålå lan sing bêcík, yèn isíh kók gémból lan mbók kêkêt kanthi rêmít
ing ati salawasé isih bakal têtêp dadi batúr.
Nangíng yèn wís mbók kétókaké sathithík baé bakal dadi bêndaramu.
Isíh lagi nyimpên wêwadiné dhéwé baé wís abót.
Åpå manèh yèn nganti pinracåyå nggêgêm wêwadiné liyan.
Mulå såkå iku åjå sók dhêmên kêpingín mêruhi wêwadiné liyan.
Síng wís cêthå múng bakal nambahi sanggan síng sêjatiné dudu wajíbmu mèlu opèn-opèn.
 
BANYAK CARA MENUAI MASALAH
(Berbagai macam rahasia baik maupun buruk, bila masih kamu simpan rapat di dalam hati,
selamanya masih akan tetap menjadi budak. Bila sudah kamu perlihatkan sedikit saja akan
menjadi tuanmu. Menyimpan rahasia sendiri saja sudah berat. Apalagi bila sampai dipercaya
menggenggam rahasia orang lain. Maka dari itu janganlah suka ingin mengetahui  rahasia
orang lain. Sudah jelas, hanya akan menambah beban yang sesungguhnya bukan
kewajibanmu ikut-ikutan).
 
Kaidah 48
Sók såpåå bakal nduwèni råså kúrmat marang wóng kang tansah katón bingar lan padhang
polatané, nadyan tå wóng mau nêmbé baé nandhang susah utåwå nêmóni pêpalang ing
panguripané.
Kósókbaliné, wóng kang tansah katón suntrút kêrêp nggrundêl lan grênêngan mêrgå ora
katêkan sêdyané iku cêthå bakal kóncatan kêkuwataníng batín lan tênagané, tangèh lamún
éntukå pitulungan, kêpårå malah dadi sêsirikaníng mitra karuhé.
 
BERWAJAH RIANG SEKALIPUN SEDANG MENDERITA
(Siapapun akan merasa hormat, kepada orang yang selalu tampak riang gembira, meskipun
orang itu baru mengalami kesusahan dan kesulitan dalam hidupnya. Sebaliknya orang yang
selalu tampak kusut suka ngedumel dan sering ngomel karena keinginannya tak terwujud, itu
jelas kekuatan batinnya dan tenaganya bakal sirna. Mustahil dapat pertolongan, terkadang
malah jadi orang yang dibenci sekalipun oleh kerabatnya).
 
Kaidah 49
Kitå iki diparingi cangkêm siji lan kupíng loro déníng Kang Måhå Kuwåså, liré mêngku
karêp amríh kitå iki kudu luwíh akèh ngrungókaké katimbang micårå.
Yêktiné wóng kang dhêmên ngumbar cangkêmé tinimbang kupingé iku adaté wicarané
gabúg.
Suwaliké síng akèh ngrungókaké, wicarané sêthithík nangíng patitís lan mêntês.
Pantês dadi jujugané sadhêngah wóng kang mbutúhaké rêmbúg kang prayogå.  
 
SILAHKAN; MAU BANYAK MENDENGAR ATAU BANYAK BICARA
(Kita diberi satu mulut, dua telinga, oleh Tuhan Mahakuasa. Maknanya, kita harus lebih
banyak mendengarkan ketimbang bicara. Sesungguhnya orang yang gemar mengumbar
mulutnya ketimbang telinganya, seperti itulah watak orang yang bicaranya tak berisi.
Sebaliknya, yang banyak mendengarkan, biasanya bicara sedikit namun tepat dan berbobot.
Pantas menjadi tempat tujuan orang-orang yang membutuhkan nasehat (petunjuk) yang
baik). 
 
Kaidah 50
Wóng kang tansah dhêmên ngupíng kêpingín wêrúh, åpådéné nyampuri pêrkarané liyan,
gêdhéné nganti nrambul urún ucap, iku pådhå karo golèk-golèk mómótan kang sêjatiné ora
prêlu, adhakané kêpårå malah ngrêridhu awaké dhéwé.  
 
PENYEBAB KEKALUTAN DIRI
(Orang yang selalu gemar menyadap ingin tahu, begitupula mencampuri perkara orang lain,
hingga sampai ikut-ikutan berujar, hal itu seumpama mencari-cari muatan yang
sesungguhnya tidak perlu, biasanya justru membuat kalut dirinya sendiri)
 
Kaidah 51
Ucap sakêcap kang kêlaír tanpå pinikír kêrêp baé nuwúhaké drêdah lan bilahi.
Mula wêtuné têmbúng satêmbúng såkå lésan iku prayogå tan udinên aja nganti nggêpók
prêkarané wóng liyå, gêdhéné nganti gawé sérikíng liyan. Biså nyandhêt uculé pangucap
kåyå mangkono mau wís klêbu éwóníng pakarti kang utåmå.
Nangíng généyå kók ora sabên wóng biså nglakóni ?
 
MULUTMU, HARIMAUMU
(Sepatah kata yang terucap tanpa dipikir lebih dulu, sering menimbulkan perpecahan dan
celaka. Maka, keluarnya kalimat dalam sepatah dua patah kata dari mulut seyogyanya
diupayakan jangan sampai menyinggung perkara orang lain, terlebih lagi membuat sakit hati
orang lain. Sikap mampu mengendapkan kalimat dan tutur kata yang tidak baik, termasuk
budi-pekerti yang mulia. Namun begitu, mengapa tidak setiap orang mau melakukannya?)
 
Kaidah 52
Wóng iku yèn wís kasókan kabêcikan lan rumangsa kapotangan budi, ing sakèhíng pakartiné
lumrahé banjúr ora kêncêng lan rêsík.
Mulané tangèh lamún yèn biså njågå jêjêgíng adíl, awít lésané kasumpêtan, mripaté bêrêng,
kupingé budhêg. Atiné dadi mati, angèl wêrúh ing bêbênêr.
Mulå såkå iku åjå gumampang nåmpå kabêcikané liyan, samångså tujuwané ngarah marang
pênggawé kang nalisír såkå bêbênêr. 
 
HATI-HATI MENERIMA KEBAIKAN ORANG
(Orang itu bila sudah berhasil menerima kebaikan dan merasa berhutang budi, wataknya di
kemudian hari bisa berubah, menjadi tidak teguh dan bersih. Sehingga tak mampu menjaga
tegaknya keadilan, sebab mulutnya tersumbat, matanya rabun, telinganya tuli. Hatinya
menjadi mati, sulit melihat kebenaran. Maka dari itu jangan mudah menerima kebaikan
orang, bila tujuannya mengarah pada perbuatan yang keluar dari kaidah kebenaran).
 
Kaidah 53
Åjå kasêlak kêsusu nyêpèlèkaké liyan, margå kók anggêp wóng mau bodho.
Awít ånå kalamangsané kowé mbutúhaké rémbúg lan pituturé wóng iku, síng kanyatané biså
mbéngkas lan nguwalaké såkå karuwêtanmu.
Pancèn ing sawijiné bab wóng biså kaaran bodho, nangíng ing babagan liya tangèh lamún
yèn kowé biså nandhingi. 
 
HATI-HATI, TAK ADA KEBODOHAN UNIVERSAL
(jangan keburu meremehkan orang lain, (hanya) karena orang itu kamu anggap bodoh. Sebab
ada kalanya kamu membutuhkan jasa dan nasehat orang itu, yang kenyataannya dapat
menyelesaikan dan mengatasi masalahmu. Memang dalam suatu hal seseorang dapat
dianggap bodoh, tetapi di lain hal tak  mungkin anda dapat menandinginya).
 
Kaidah 54
Yèn micårå åjå gumampang nêlakaké pênacad utawa pangalêm, luwíh-luwíh nganti
mêmaóni.
Awít wicaramu durúng karuwan bênêr.
Síng mêsthi panacad mau gawé sêrík, pangalêmé nuwúhaké wiså, déné waónané ora digugu,
kabèh swårå ålå.
Mulå kang prayogå iku múng mênêng, jalaran mênêng iku yêktiné pancèn mustikaníng
ngauríp.
 
SILAHKAN PILIH; BANYAK OMONG ATAU DIAM
(Jika bicara jangan mudah mencela dan menyanjung orang, apalagi sampai nasehat
menggurui. Karena ucapanmu belum tentu benar adanya. Yang pasti, pencelaan berakibat
sakit hati, dan sanjungan dapat menimbulkan bisa (racun), bila  nasehat tidak dihiraukan,
semua suara menjadi buruk. Maka idealnya lebih baik diam, karena diam itu sesungguhnya 
mustika kehidupan)
 
Kaidah 55
Udinên ing alam donya iki åjå ånå wóng kang kók sêngiti, supaya ora ånå wóng sêngít
marang kowé, balík sabiså-biså pådhå trêsnanånå.
Amargå lêlakón ing alam donya iki anané múng walês-winalês baé.
Déné yèn kêpêkså kowé sêngít marang sawijiníng wóng, mångkå kowé ora biså mbuwang
sêngítmu, gawénên wadi åjå ånå wóng kang ngêrti.
Yèn kowé ngandhakaké sêngítmu marang liyan, prasasat kowé mamèraké alané atimu.
 
“ADAB” MEMBENCI ORANG LAIN
(Berupayalah selalu, agar jangan ada orang yang kamu benci, supaya tidak ada orang yang
membencimu, sebaliknya sedapat mungkin sayangilah sesama. Karena kejadian buruk di
dunia ini adanya dari saling balas membalas. Bila terpaksa kamu membenci seseorang, dan
kamu tidak bisa menghilangkan rasa bencimu, rahasiakan agar tidak ada orang lain yang
tahu. Bila kamu menceritakan kebencianmu pada orang lain, justru kamu membeberkan
kejahatan hatimu)
 
Kaidah 56
Ajiníng dhiri ånå ing lati.
Ajiníng rågå ånå ing busånå.
Mula dèn ngati-ati ing pangucapmu, sêmono ugå anggónmu ngadi busånå kang bisa
mapanaké dhiri.
 
DI MANAKAH LETAK HARGA DIRI
(Harga diri letaknya ada di mulut. Berharganya raga tergantung oleh busananya. Maka,
berhati-hatilah dalam bertutur kata, begitu pula dalam hal cara berpakaian, dapatlah
menghargai diri sendiri)
 
 
Kaidah 57
Wóng pintêr kang isih gêlêm njalúk rêmbugíng liyan iku dianggêp manungsa utúh.
Såpå síng rumangsa pintêr banjúr suthík njaluk rêmbuging liyan kuwi manungsa sêtêngah
wutúh.
Lan síng såpå ora gêlêm njalúk rêmbugíng liyan, iku bisa kinaranan babar pisan durúng
manungså.
 
SYARAT MENJADI MANUSIA
(Orang pandai yang masih bersedia meminta pendapat orang lain itu dianggap manusia utuh.
Siapa yang merasa sudah pandai kemudian enggan minta pendapat orang lain, itu manusia
setengah utuh. Dan siapa yang tidak bersedia minta pendapat orang lain, dapat disebut sama
sekali belum (jadi) manusia).

Teka-Teki Raden Jaya Sentika


Makam Aki Suria Kencana di Jalan Paledang Kota Bogor

Pertama kali kami bertemu dengan Raden Jaya Sentika sekitar pertengahan bulan September
2012. Beliau memperkenalkan diri sebagai Raden Jaya Sentika. Pasaeran beliau ada di
wilayah Pulau Jawa bagian barat. Semula kami tidak sempat menanyakan siapakah gerangan
beliau. Namun sedikit rasa penasaran terkuak ketika Kanjeng Ratu Batang, permaisuri
Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrawati yang pasareannya di Puralaya Agung Imogiri,
Bantul, Jogjakarta hadir untuk memberikan informasi bahwa Raden Jaya Sentika adalah
panglima perang saat Kerajaan Mataram menaklukkan Batavia dari otoritas Pemerintah
Kolonial Belanda pada abad 16 masehi. Saya diperintahkan langsung oleh Kanjeng Ratu
Batang agar marak sowan kepada beliau untuk Pacak Baris (merapatkan barisan) guna
persiapan masa Pemerintahan Satria Pambukaning Gapura yang tak lama lagi akan segera
dimulai, tepatnya mulai 2013 dan 2014 yang akan datang. Itu artinya, kami harus melacak di
mana beliau raganya dimakamkan. Jika moksa, melacak di mana tempat yang menjadi
petilasan dan pamoksan beliau. Untuk sekedar menghaturkan sembah bekti sebagai generasi
bangsa yang berkewajiban untuk selalu berbakti kepada bumi pertiwi, di dalamnya termasuk
berbakti kepada kedua ortu dan para leluhur yang telah menurunkan kita. Termasuk leluhur
bumi pura bangsa yang mewariskan pusaka berupa tanah perdikan bumi pertiwi dengan
segenap warisan ilmu nan adiluhung. Karena bakti itu sebagai salah satu kunci utama bagi
setiap orang jika ingin meraih kesuksesan hidup lahir dan batin.

Kami menyadari, untuk menemukan jejak dan lokasi di mana leluhur (besar) di makamkan
atau tempat petilasannya bukan lah hal yang mudah. Tidak juga kita bisa sekehendak hati
mengatur agar leluhur langsung menunjukkan lokasinya. Kenapa menjadi sebuah teka-teki,
tentu saja kami dapat memahaminya bahwa kami masih butuh suatu spiritual odyssey guna
menggenapi laku. Perjalanan mencari jejak yang memuat nilai sakral kami mulai pada
tanggal 25 September 2012. Kami sadar, setiap jejak langkah dalam sebuah spiritual odyssey,
pasti tidak ada yang sia-sia. Selama perjalanan asal kita cermat, kita akan melihat banyak
tanda-tanda alam yang merupakan jawaban demi jawaban atas serangkaian misteri. Jika
jawaban itu dirangkum kita akan menemukan jawaban yang utuh, gamblang, terang
benderang. Tentu saja semua itu butuh pengorbanan moril dan materiil. Butuh kesabaran
untuk menata emosi, butuh ketenangan batin agar kita selalu cermat dan awas terhadap setiap
bahasa alam yang muncul.

Cengkareng

Semula kami dibantu dulur-dulur di Jakarta. Ada mas RZ, Mas UD staf pengajar Universitas
Al-Azar dan Mas SS staf pengarar FH UI dan sekaligus kandidat Doktoral. Serta dibantu oleh
Kang Tarmuji, sopir Bluebird yang setia mengantarkan hingga kurilingan di wilayah Teluk
Naga hingga Cengkareng dan terakhir marak sowan ke makam sesepuh Betawi di bilangan
Kota, Jakpus. Walau belum ada hasil, dan leluhur yang kami cari juga tidak kunjung tampak,
kami tetap percaya ada manfaat di balik semua itu. Paling tidak kami tambah sedulur Kang
Tarmuji dan bisa marak sowan di pasarean sepuh Betawi. Itu juga sangat berguna karena
kami bisa menitipkan seseorang yang akan bertugas membuka gerbang atau gapura kejayaan
Nusantara.

Dua Sosok Raden Jaya Sentika

Benar saja dugaan positif kami. Setelah acara SO-1 pada tanggal 27-28 Oktober usai.
Tepatnya tanggal 30 Oktober, hadirlah Raden Jaya Sentika untuk yang keduakalinya. Namun
kali ini saat berkomunikasi menggunakan bahasa Sansekerta yang cukup sulit kami pahami.
Tetapi kami dapat menangkap maksudnya, kami diperintah untuk hadir di Candi Brahu
Trowulan Mojokerto pada saat bulan purnama mencapai puncaknya yakni tanggal 5
Nopember 2012. Saya jadi ingat kejadian tiga bulan lalu, istri saya ajak ke Brahu untuk
menghaturkan sembah bakti kepada siapapun leluhur yang memegang otoritas di sana.
Sepulang dari Brahu, istri sering terbatuk dan bersin selama kurangblebih 10 hari. Setiap
batuk dan bersin selalu mengeluarkan berlian berukuran antara 2 hingga 4 mili. Ada yang
berwarna bening putih, kuning, kecoklatan, dan ada dua butir yang berwarna hitam (black
diamond) yang berbentuk oval (kecikan) karena bentuknya hampir serupa dengan kecik atau
biji sawo. Kini jumlahnya sudah ratusan dan semuanya sempat kami bawa ke pegadaian
untuk dilakukan tes, dan hasilnya emmang seluruhnya berlian, kategori berlian kuno. Semula
kami tidak bisa menembus hanya untuk sekedar mengetahui siapa gerangan yang telah
memberikan segitu banyak berlian itu. Bahkan beberapa leluhur yang usianya sudah 400
tahun lebih sempat mengkhawatirkan keadaan istri saya. Bagaimanapun, jika satu butir
berlian saja ada yang tertelan sudah cukup untuk membuat nyawa melayang. Kami paham
kenapa leluhur sepuh pun tidak bisa mengetahui asal berlian itu dari siapa. Itu artinya, yang
memberikan berlian itu adalah leluhur yang sangat sepuh usianya. Benar saja, pada akhirnya
terjawab bahwa Raden Jaya Sentika dari Brahu lah yang memberikan. Jika merunut
keterangan Raden Bantala, penjaga Candi Brahu yang juga banyak menggunakan bahasa
Sansekerta, Candi Brahu dibangun sekitar akhir abad 10 sampai pertengahan abad 11.
Taruhlah Radem Jaya Sentika Candi Brahu hidup pada masa 1100 tahun yang lalu. Setiap
kami sowan ke Brahu beliau selalu memberikan berlian kepada istri.

Sampai di sini kami menyimpulkan bahwa Raden Jaya Sentika ada dua sosok, yakni Raden
Jaya Sentika di Brahu yang menggunakan bahasa sansekerta hidup pada masa abad 11, dan
yang satu lagi Raden Jaya Sentika menggunakan bahasa Jawa abad pertengahan (16-18)
adalah panglima perang pasukan Kerajaan Mataram Pimpinan Kanjeng Sultan Agung saat
merebut kota Batavia dari tangan Pemerintah Kolonial pada abad 16. Bisa jadi keduanya ada
hubungan darah atau keturunan, namun praduga itu belumlah terkuak kebenarannya.

Kang Tarmuji
Sebagian Rombongan : Mas Sigit, Mas Amir Pohan, me, Mas Arianto, Mas Tomy

Tanggal 29 Oktober sehari setelah kegiatan SO-1 berlangsung, kami mendapatkan sms dari
Kang Tarmuji, dia mendapatkan info yang mensinyalir pasarean Raden Jaya Sentika berada
di Bogor di seputar Kebun Raya. Sehari kemudian Raden Jaya Sentika hadir untuk yang
kedua kalinya. Beliau memerintah kami supaya marak sowan kepada beliau di Bogor untuk
pacak baris, karena menurut beliau memang benar sumare di sekitar Kebun Raya, tak jauh
dari pasarean Kanjeng Ratu Kencono Wungu dan Nyai Kentring Manik. Kami bersama
dulur-dulur Jakarta dan Depok siap meluncur ke “tkp” pada tanggal 9 Nopember 2012 yll.
Kali ini rombongan berjumlah 15 orang dengan 4 mobil kumpul di Kebayoran Baru, siap
meluncur ke lokasi. Sore jam 14 Jakarta diguyur hujan sangat lebat tidak menyurutkan niat
dan kemantaban kami. Kami tetap berangkat, dan seperti biasa, hujan mulai reda saat kami
mulai beranjak dari home base. Itu pertanda sangat baik saat akan memulai suatu perjalanan
sakral. Kami percaya nanti saat di lokasi pasti pas tidak ada hujan. Setelah melaui perjuangan
tak mudah saat dalam perjalanan hingga menemukan lokasi pertama yang disinyalir sebagai
pasarean Raden Jaya Sentika yang tepatnya ada di wilayah Jalan Paledang tepatnya sebelah
barat Kebun Raya. Memang saat itu kami sempat melihat sekelebat Raden Jaya Sentika hadir.
Walau hati kami masih ragu apakah pasarean itu benar Raden Jaya Sentika atau bukan, kami
tidak terlalu menghiraukan. Yang penting kami marak sowan, nyekar, dan menghaturkan
sembah bakti kepada siapapun juga leluhur yang ada di pasarean yang tampak sudah begitu
tua itu. Keraguan apakah di situ makam Raden Jaya Sentika memang wajar, karena Raden
Jaya Sentika sendiri pun belum memberi keterangan lebih jelas, apalagi menurut keterangan
juru kunci makam itu adalah pasarean Eyang Suria Kencana. Saya paham maksud Raden
Jaya Sentika yang sebenarnya hanya ingin menuntun rombongan kami dalam melakukan
perjalanan spiritual untuk pacak baris. Namun begitu rombongan kami tetap patungan
titipkan beaya untuk merawat makam tersebut, dan tak lupa menghaturkan terimakasih
kepada Pak Mumuh, juru kunci yang sudah setia menjaga dan merawat makam tua sepanjang
3 meteran tersebut. Menurut keterangan salah seorang penduduk setempat, sehari sebelum
rombongan kami sowan, di lokasi tersebut terjadi angin puting beliung tetapi tidak sampai
merusak bangunan rumah penduduk. Kami serombongan bergegas beranjak pamit undur diri
karena masih ada tugas yakni melaksanakan perintah Raden Jaya Sentika, agar semua yang
ikut marak sowan ke Bogor disuruh makan kelapa muda dan meminum habis airnya, karena
beliau menyampaikan pesan akan memberikan sesuatu kepada siapapun yang ikut marak
sowan. Maka kami semua tak mau mennyia-nyiakan berkah itu.

Mbah Jepra dan Putri Galuh


Setelah kami semua makan kelapa muda di pasar, lalu rombongan kami menuju Kebun Raya
di mana menurut keterangan Raden Jaya Sentika di sanalah Kanjeng Ratu Kencono Wungu
dimakamkan. Sesampai di Kebun Raya, karena sudah di luar jam kerja, setelah negosiasi
agak alot dengan petugas sekuriti akhirnya rombongan kami diperkenankan masuk ke dalam
areal Kebun Raya untuk marak sowan atau ziarah menghaturkan sembah bakti. Suasana
memang sangat gelap dan basah. Kami dipandu mobil petugas sekuriti menuju ke suatu
tempat di mana di sana terdapat makam yang menurut keterangan Raden Jaya Sentika di
situlah makam Kanjeng Ratu Kencono Wungu, salah satu istri Prabu Brawijaya 5 yang pada
masa lampau dalam pelarian, karena menghindarkan diri dari amukan angkara anak tiri yang
“durhaka” karena melawan orang tuanya sendiri. Namun menurut penduduk dan petugas
setempat di situ, adalah makam Putri Galuh Kencana yang di kenal oleh masyarakat setempat
sebagai permaisuri Prabu Siliwangi. Sedikit di atas makam Putri Galuh Kencana terdapat
makam Mbah Jepra, yang diyakini masyarakat sebagai sesepuh kota Bogor yang paling tua
dan sangat disegani. Kami serombongan bergantian menghaturkan sembah bakti kami, dan
tak lupa berharap agar kami selalu dijangkung dan dijampangi dalam setiap langkah,
terutama saat di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Rasa terimakasih kami haturkan dengan
penuh sikap tunduk dan hormat, karena sebagai generasi penerus bangsa yang berusaha
menyadari atas segala yang telah diwariskan oleh kedua leluhur besar tersebut. Berupa bumi
pertiwi, tanah perdikan, dan berbagai macam nilai kearifan lokal yang kini telah dicampakkan
generasi sekarang yang lebih suka mengagungkan kearifan lokal bangsa asing sembari
menghina kearifan lokal leluhurnya sendiri. Di manakah semangat Kabuyutan, sikap peduli
terhadap para Karuhun Tatar Pasundan wahai anak-anak muda generasi penerus bangsa ?
Apakah tidak sedikitpun terketuk hati, oleh kesadaran hati bahwa bukanlah bakti yang
dipersembahkan melainkan perilaku durhaka serta khianat kepada bangsa dan leluhurnya
sendiri. Itulah salah satu sebab utama atau sumber malapetaka bagi bangsa besar ini. Yang
saat ini sudah kita semua rasakan.

Sabtu pagi, bertepatan hari pahlawan 10 Nopember 2012, pukul 06.00 saat mata kami masih
merem dan enggan beranjak dari tempat tidur. Kami terhenyak oleh sapaan lembut dari
seorang laki-laki setengah sepuh dengan dialek bahasa Indonesia dengan logat kental
Sundanese. Beliau menyebut namaku. Semula kami sangka leluhur biasa, karena memang
mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Namun, sontak kami menghaturkan sembah
sungkem, dengan sikap menunduk, tak berani menatap wajahnya, dan kedua telapak tangan
kami menyatu di depan dahi sebagai sikap hormat. Saat beliau menyebutkan nama aslinya,
yakni Prabu Siliwangi. Sangat terharu hati ini, karena beliau sebagai salah satu leluhur agung
bumi putra bangsa berkenan menemui saya yang hanya sekedar rakyat jelata ini. Kami ini
rakyat biasa, kami manusia biasa, tapi kami hanya memiliki kesadaran. Kesadaran untuk
berbakti kepada bumi pertiwi, kepada leluhur bumi putra bangsa yang selama ini selalu di
nomor-duakan bahkan ditaruh di nomor paling belakang setelah leluhur-leluhur asing dipuja-
puji dengan sangat berlebihan hingga tega menganiaya saudara sebangsa setanah air sendiri
demi dalih “kebenaran”. Sampai kapan harus menunggu hingga sebagian warga bangsa ini
terketuk pintu hatinya. Apakah harus menunggu hingga benar-benar alam menghancurkan
Nusantara sebagai bentuk mekanisme hukum keadilan terhadap generasi durhaka bangsa ini ?
Kita semua sudah semestinya memulai dari dalam diri kita sendiri. Berkah alam semesta pasti
akan berpihak kepada siapapun yang mewujudkan diri sebagai generasi   berbakti kepada Ibu
Bumi Pertiwi dan kepada Bapa Angkasa Nusantara.

Sinergisme Supernatural Power


Sang Prabu Siliwangi berucap terimakasih karena kami dan rombongan sudah berkenan hadir
mengucapkan sembah bakti dan rasa terimakasih, sesuatu yang sangat jarang terjadi pada
generasi sekarang. Beliau memberikan restu kepada seluruh rombongan kami yang marak
sowan ke Bogor malam itu. Beliau juga berjanji akan membantu usaha kami dalam
pemekaran wilayah Propinsi Kaltara demi keamanan dan stabilitas sosial politik di perbatasan
NKRI. Beliau berkenan memberikan doa restu kepada istri saya, agar berumur panjang, dan
anak-anak yang masih di dalam kandungan dapat segera lahir dengan selamat. Beliau juga
menyampaikan pesan, tidak akan merasa terganggu oleh sejarah masa lalu antara kerajaan
Pajajaran dengan Majapahit karena memang semua itu tak lepas dari intrik pendatang dengan
motivasi menguasai politik dan perekonomian Nusantara, walau dengan dalih sebagai
penebar “kesalehan” model baru. Suatu berkah agung karena kami mendengar secara
langsung bahwa Prabu Siliwangi berkenan menerima kami sepenuh hati, walau kami masih
garis keturunan Majapahit dan Mataram. Beliau menambahkan suatu pesan, “aku juga akan
mengabulkan harapan istrimu, “karena semua itu berkat kebaikan hati istrimu nak !

Sekian kali, kami harus menggarisbawahi bahwa sikap welas asih dengan setulusnya kepada
seluruh mahluk dengan tanpa pilih kasih adalah sumber datangnya berkah agung. Hukum
alam ini berlaku untuk siapa saja tidak pandang bulu agama, suku, ras, usia dan jenis
kelaminnya. Asal sikap itu dapat kita tanamkan dalam hati sanubari sembari kita
implementasikan secara nyata dalam kehidupan sehar-hari. Dengan sikap welas asih yang
tulus sedemikian itu pula akan mampu mengetuk hati para leluhur besar bumi putra
Nusantara ini. Sampai di sini saya harus mengingat kembali makna sesunggunya perintah
Raden Jaya Sentika supaya pergi ke wilayah barat untuk pacak baris. Merapatkan barisan,
atau mensinergikan kekuatan yang berasal dari para supernatural power atau leluhur agung
bumi putra bangsa yang berperan saling bahu-membahu mendukung orang-orang yang
bertugas memimpin bangsa guna bersama-sama membuka gerbang bagi kejayaan Nusantara.
Leluhur tetap akan membiarkan bangsa ini terpuruk selama generasi bangsa tidak ada yang
sadar untuk membangun kesadaran jati diri bangsa. NKRI akan mengarah pada kehancuran
fatal selama bangsa besar ini masih berbangga hati menolehkan kiblatnya kepada bangsa
asing yang mempunya kearifan lokal yang berbeda dengan kearifan lokal Nusantara. Tapi
kita dapat menyaksikan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka menghardik bangsanya
sendiri. Benar kata Bung Karno, bahwa bangsa ini akan mengalami penjajahan yang jauh
lebih berat, karena penjajahan dilakukan oleh bangsanya sendiri.

Sebuah Teka-Teki (Baru)

Sejenak setelah kehadiran Prabu Siliwangi, pikiranku mulai timbul banyak pertanyaan.
Pertama, tadi malam saya marak sowan kepada Kanjeng Ratu Kencana Wungu, dan sudah
benar sesuai petunjuk Raden Jaya Sentika, tapi di sana penduduk mengatakan itu makam
Ratu Galuh Kencana. Saya pribadi lebih berpihak pada keterangan Raden Jaya Sentika, sebab
keterangan dari leluhur saya nilai lebih valid. Selama ini saya selalu membuktikan bahwa
leluhur tidak ada yang bohong alias hoax. Apalagi leluhur sudah hidup melampaui batas
dimensi ruang  dan waktu. Tentu saja mereka lebih waskita dan permana ketimbang kita-kita
yang masih dibalut dengan raga. Karena raga kita seringkali membatasi kemampuan
penglihatan mata batin kita. Yang kedua, bukankah tadi malam saya marak sowan dan
haturkan sembah bekti adalah Mbah Jepra, tetapi mengapa di pagi harinya yang hadir adalah
Prabu Siliwangi ? Yang pasti saya tidak berani menanyakan langsung kepada beliau, apakah
beliau dulu menyamar sebagai rakya jelata dengan nama Mbah Jepra ? Saya pribadi memiliki
kesimpulan yang lebih mengarah ke sana. Tapi saya lebih tidak berani lagi jika harus bawel
menanyakan apakah Kanjeng Ratu Kencono Wungu dalam pengasingan beliau di kemudian
hari menjadi permaisuri Prabu Siliwangi ? Jika memang ternyata demikian adanya justru hal
itu dapat menjembatani gap-gap yang selama ini kadang masih dirasakan antara Sunda dan
Jawa. Apalagi pada mulanya Nusantara ini adalah satu keluarga besar yang sama-sama
memiliki leluhur besar yakni Raja Kudungga, Raja Kutai Lama yang pertama tercatat dalam
kitab sejarah bangsa Nusantara. Dengan adanya restu secara langsung dari sang Prabu
Siliwangi, itu artinya triangle superpower yang bisa dibayangkan sebagai ujung senjata
trisula (trisula wedha), kini telah menemukan tangkainya. Untuk memahami maksud saya
tentang triangle superpower, para pembaca yang budiman dapat membuka posting saya
setahun lalu yang berjududul “Pesan dari gerbang tinatar Trowulan”. Semoga gerbang
kejayaan bagi Nusantara segera tinarbuka, dengan bekal senjata trisula wedha. Semua itu
tergantung dari kesadaran hati kita masing-masing sebagai generasi penerus untuk
menemukan jati diri bangsa yang telah sekian lama terkubur oleh ulah bangsanya sendiri.

Makam misterius dengan panjang 3 meter

Terimakasih setingginya saya haturkan kepada Eyang Raden Jaya Sentika atas segala yang
telah diberikan kepada kami semua, semoga bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri,
tetapi untuk orang-orang terdekat, dan untuk semua orang. Terimakasih telah berkenan
membimbing dan mengarahkan langkah kami semua. Hingga satu persatu teka-teki baru
justru mulai terungkap. Dan benar saja, pacak baris sudah semakin lebar jangkauannya. Kami
masih memiliki segudang teka-teki yang belum terungkap. Di manakah gerangan pasarean
Raden Jaya Sentika yang sesungguhnya. Kami akan mengalir mengikuti aliran air. Pasti lama
kelamaan akan ketemu juga. Teka-teki ini bukan untuk membuat kami bingung, sebaliknya
agar kami dapat melewati jalan yang harus kami lalui. Demi nasib yang lebih baik dulur-
dulur NKRI tanpa kecuali. Mari kita sama-sama menanam padi (kebaikan) dan jangan
khawatir kita akan kekurangan rumput (materi). Karena rumput yang tumbuh subur justru
akan selalu tumbuh jika kita sudah benar-benar menanam padi.

Salam Karaharjan

Teka-Teki Raden Jaya Sentika (seri~2)


Malam itu, kembali Eyang Raden Jayasentika hadir menyampaikan suatu kalimat pendek dalam bahasa Jawa
namun sangat dalam maknanya. ,”Ngger…kamu sudah bosen dan menyerah apa belum mencari aku ? Spontan
saya jawab,”Sendika dawuh saya tidak akan bosan…! Saya akan terus mencari di manakah gerangan
keberadaan pusara Eyang Raden Jayasentika. Sudah beberapa kali kami mengajak tim untuk mencari, dan
selama itu pula gagal. Meskipun gagal belum menemukan pusara beliau di mana persisnya, dalam setiap
pencarian selalu saja ada hikmah besar. Di antaranya secara tidak sengaja mempertemukan kami dengan Sang
Prabu Siliwangi. Yang lebih membuat terharu karena beliau berkenan menerima pisowanan kami, berkenan
membimbing dan mengarahkan, dan yang paling menyentuh perasaan adalah statement beliau bahwa sudah
tidak akan mempermasalahkan antara Pajajaran dengan Majapahit. Saya utarakan dalam posting yang pertama,
bahwa tanggal 10 Nopember 2012 hari Sabtu pagi jam 05.30 wib Sang Prabu Siliwangi hadir  membangunkan
kami yang masih setengah tertidur. Kemudian beliau menyampaikan bahwa tidak ada konflik lagi antara
Pajajaran dengan Majapahit apalagi semua itu berawal dari adanya sebuah hasutan untuk mengadu domba agar
kekuatan antar kerajaan besar yang masih bersaudara itu terpecah belah.

Momentum Sangat Istimewa : Rekonsiliasi Pajajaran & Majapahit

Hari minggu tanggal 11 Nopember 2012 saya pulang ke Jogja. Kemudian pada hari Rabu dan
Kamis tanggal 14-15 Nopember 2012 secara kebetulan saya menonton berita di televisi yang
sedang menyiarkan proses rekonsiliasi budaya bertempat di Siti Hinggil Trowulan antara
generasi kerajaan Majapahit yang diwakili oleh masyarakat Pulau Bali dengan generasi
kerajaan Pakuan Pajajaran yang diwakili oleh Putri Pakuan Pajajaran dan para pengikutnya.
Rekonsiliasi diisi dengan upacara-upacara yang sakral dan hikmat dari kedua generasi
penerus kerajaan dan dilangsungkan selama sebulan. Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa
kejadiannya bisa persis selaras dengan statemen yang disampaikan Sang Prabu Siliwangi
pada 3 hari sebelumnya sehabis kami pisowanan ke Mbah Jepra dan Kanjeng Ratu Kencono
Wungu? Saya paham, peristiwa ini bukanlah kebetulan semata.  Semua itu terjadi memang
sudah ada alur cerita dan timing-nya masing-masing.

Embah Dalem

            Rabu pagi 24 April 2013 kami berdua bersama istri siap berangkat ke Jakarta, di
bandara Sukarno-Hatta telah ditunggu sedulur-sedulur KKS Jakarta, ada Mas Gatot, Mas
Irwan, Mas Antari tapi karena mas Aries tidak bisa ikut jadinya bukan kwartet tiger tapi
trio~macan. Sedulur-sedulur  yang lain telah menunggu kami di Bogor. Kami ada sekitar ber
17 orang dengan kendaraan masing-masing berusaha menyeruak kemacetan  jalur kota
Bogor. Arahnya satu tujuan yakni pasarean  Mbah Dalem sesuai dengan petunjuk Eyang
Raden Jayasentika. Walaupun kami semua sudah tahu di mana persisnya pasarean Embah
Dalem, tapi tetap saja musti dua kali putar-putar baru ketemu dan bisa merapat. Setelah
seluruh rombongan mengalami kesasar padahal ada juga sedulur yang sudah lama tinggal di
Bogor, barulah bener-bener sampai di Pasarean Embah Dalem yang lokasinya sebelah kiri
jalan sebelum Istana Batu Tulis kota Bogor. Rasanya belum absah jika belum muter-muter. 
Ini salah satu ciri khas saat kami semua menempuh laku seperti yang didawuhkan oleh Eyang
Raden Jayasentika.

            Seorang juru kunci masih tampak berjaga di luar ruangan makam. Pintu makam
terkunci rapat. Ternyata sudah lama terjadi konflik di antara keluarga yang menjadi juru
kunci pasarean  Embah Dalem. Kunci hanya ada satu dan yang membawa hanya salah
seorang  jurukunci saja. Kalau pulang yang kunci ikut dibawa pulang juga. Sementara di situ
ada 3 orang juru kunci. Maka Juru kunci yang lain tidak bisa membukakan makam Embah
Dalem jika ada peziarah datang. Kami akhirnya cukup menabur bunga di luar tembok kamar.
Menurut keterangan Ibu Juru Kunci, nama Embah Dalem memang misterius. Kalau mau
tahu siapa Embah Dalem, pergilah ke Batu Tulis, “begitu kata Ibu Juru Kunci sambil
menceritakan saat ia mendapat petunjuk itu melalui mimpi.  Tak ada tanda-tanda akan
kehadiran Embah Dalem di pasareannya, setelah kami tinggalkan sedekah ala kadarnya
kepada juru kunci yang sedang piket, kami bergegas ke arah Batu Tulis dengan berjalan kaki.

Kilas Balik Peristiwa 3 Tahun Yll


Saat kami berjalan kaki menembus kemacetan
lalulintas menuju Istana Batu Tulis, saya teringat peristiwa tiga tahun yang lalu. Ketika itu
adalah Andy seorang kawan lama dari Bandung bersama istrinya datang ke rumah di Jogja
dengan moda kereta api. Dua kali kawan Andy hendak ke Jogja, dua kali pula gagal, balik
lagi ke Bandung saat kereta hendak berjalan. Yang ketiga kalinya barulah berhasil. Ya,
persisnya tiga tahun yang lalu.  Saat itu kawan Andy secara tidak ia sadari dan tak bisa ia
lawan tiba-tiba mengalami trance berat. Saat itulah hadir seorang leluhur tanah Pajajaran
mengaku masih keturunan Jawa, bernama Eyang Surawisesa. Beliau mengaku masih putra
Prabu Siliwangi, saudara Nyai Kentring. Bahasanya campuran Sunda halus dan kasar, untung
saja saya masih bisa memahami apa artinya. Saya tak sempat bertanya secara detil mengenai
dari keturunan siapa Eyang Surawisesa ada keturunan Jawa juga ? Tanda-tanya itu saya
pupus karena saya merasakan ada sesuatu rahasia dan beliau tidak mau membeberkan secara
gamblang.  Eyang Surawisesa hanya menceritakan dua hal saja, bahwa beliau adalah saudara
Nyai Kentring putri Prabu Siliwangi, dan yang kedua beliau cerita masih ada keturunan Jawa
juga. Selepas Eyang Surawisesa pergi meninggalkan tanda tanya yang besar di benak saya.
Keturunan dari siapa beliau, apakah Prabu Siliwangi pernah memiliki permaisuri berdarah
Jawa ? Sejauh yang saya tahu selama ini dalam sejarah tidak pernah tercatat soal itu.

Saya terhenyak oleh lubang parit yang menganga di atas trotoar, persis di depan kaki saya.
Mengembalikan pikiran saya dari past-moment, dari pikiran yang sempat meluncur pada
kejadian 3 tahun lalu itu. Pikiran kembali konsentrasi melihat jalanan dan trotoar. Namun hati
kami tergerak untuk menuju ke Prasasti Batu Tulis berada. Dengan dibantu tukang parkir,
kami menemukan Ibu Jurukunci bersama cucu laki-lakinya. Sebelum masuk ke ruang prasasti
kami terhenyak lagi membaca tulisan “Peninggalan Purbakala Nasional” Prasasti Batu
Tulis, dibuat tahun 1533 oleh Surawisesa Putra Prabu Siliwangi.  Nah, ini dia !

Lika-liku Harta Karun

            Sebelum melanjutkan soal Eyang Surawisesa, saya ulas sedikit tentang situasi dan
kondisi di sekitar prasasti Batu Tulis. Di dalam ruangan terdapat satu batu prasasti besar
setinggi orang. Lebar sekitar 70 cm. Persis di depannya terdapat “bekas telapak kaki” yang
membentuk di permukaan batu andesit berdiameter sekitar 40 cm. Di samping kiri depan
terdapat lingga, lambang kemakmuran. Pengunjung boleh mencoba melingkarkan kedua
tangan ke batang lingga dengan cara membelakanginya. Usahakan agar kedua ujung jari
tersambung. Konon jika berhasil maka apa yang menjadi cita-cita dan harapannya mudah
terwujud. Satu lagi lingga segitiga agak kecil di sebelah kiri belakang. Di luar ruangan
terdapat tumpukan batu-batu yang tertata rapi di atas rumput. Di situlah dulu Menteri Agama
RI pernah menggali harta karun sambil dilakukan ritual wiridan. Walaupun banyak dicemooh
orang namun ia tetap saja nekad. Alhasil tidak satupun harta diketemukan.

Bukannya tidak ada. Harta itu benar ada dan banyak terdapat di sana. Namun karena cara wiridan bukanlah
password untuk membuka dan mengangkat harta karun milik leluhur besar Nusantara. Apalagi di areal itu
digali dengan tanpa ijin leluhur yang memilikinya. Akhirnya
hanyalah kegagalan  dan nasib malang yang ia dapatkan. Sebuah pelajaran berharga untuk kita semua. Untuk
mengangkat harta karun, pertama-tama seseorang harus mendapat ijin terlebih dahulu dari leluhur yang
memilikinya. Jika diperbolehkan pun kita tidak bisa mendikte mau seberapa banyak kita perlukan, sebaliknya  
leluhur akan memberikan sekehendaknya sendiri. Selain itu leluhur punya password khusus, jika Anda diijinkan
untuk memiliki hartanya maka leluhur akan membimbing Anda untuk ritual dengan syarat dan cara sesuai
petunjuknya. Itupun tidak bisa sekali jadi. Biasanya dengan waktu yang tidak pasti kapan harta bisa diangkat.
Bisa jadi 3 bulan, 6 bulan, 7 bulan atau bahkan beberapa tahun baru bisa diangkat. Semua ada pertimbangan
waktu dan asas kepantasan. Leluhur pasti sangat bijaksana mengatur semua itu. Maka Anda janganlah mudah
tergiur oleh bujukan dari konon para pemburu harta karun yang target sesungguhnya hanyalah dana
operasionalnya saja. Ujung-ujungnya tentu kegagalan. Dan faktor kegagalan itu selalu diskenario oleh pelaku
seolah-olah Anda lah yang bersalah dan Anda sendirilah penyebab kegagalan itu.  Jadi Anda dibuat tak berkutik,
tak bisa melawan dan tak kuasa menggugat para pelaku penipuan. Semua terjadi demikian cepat hanya
menyisakan rasa malu dan gemas yang mendalam. ukan. Penggalian akhirnya dihentikan setelah ada
korban jiwa. Malang bertubi, tak berselang lama kemudian, Menteri Agama itu pun terjerat
kasus korupsi dan mendekam di “hotel-prodeo” hingga sekarang.

Siapakah Embah Dalem ?

Malam jam 20.00 wib rombongan kami sampai di


Jakarta, stay in di hotel seputar Jalan Saharjo Tebet. Saat kami bertujuh  masih berbincang-
bincang, tiba-tiba Embah Dalem hadir dengan cara khusus karena mungkin saking urgent-nya
atau agar semua sedulur bisa mendengar dan melihat langsung Mbah Dalem. Ya, ternyata
beliau tidak lain Eyang Surawisesa. Jika dikaitkan dengan mimpi Bu Jurukunci pun sudah
tepat dan terdapat korelasinya. Embah Dalem memberikan nasehat satu persatu kepada kami
semua. Kepada Mas Antari dan Mbak Wied diberikan nasehat harus lebih giat belajar
mengobati orang. Sementara itu, kami semakin paham siapa sesungguhnya pasarean Embah
Dalem yang selama ini masih terkesan misterius, sama misteriusnya dengan makam Mbah
Jepra di Istana Bogor, tidak ada orang yang tahu siapa beliau sesungguhnya. Tentang rahasia
pasarean Embah Dalem, beliau ingin agar membiarkan saja apa adanya seperti sekarang tetap
misterius bagi warga lainnya. Kami paham kenapa Eyang Surawisesa tidak berkehendak jika
dilakukan pelurusan sejarah dan silsilah Embah Dalem? Tentu saja hal itu bisa menimbulkan
persoalan baru, belum tentu orang mau percaya, apalagi datanya bukan otentik dan konkrit
walau sangat bisa dinalar dan dikroskan. Kami hanya berani berkontemplasi dengan mencoba
menghubung-hubungkankan. Termasuk tanda tanya besar kami,”adakah hubungan darah
antara Eyang Surawisesa dengan Kanjeng Ratu Kencono Wungu ?” Walau saya pribadi
begitu yakin, tapi saya tidak ingin membuat suatu kesimpulan.
Sedikit mengulas tulisan terdahulu. Embah Jepra makamnya bersebelahan dengan makam
kanjeng Ratu Kencono Wungu di Istana Kebun Raya Bogor. Menurut Eyang Raden Jaya
Sentika, Kanjeng Ratu Kencana Wungu dulunya adalah permaisuri Prabu Brawijaya 5.
Setelah sang Prabu Brawijaya 5 muksa di Hargo Dalem puncak Gunung Lawu, selanjutnya
Kanjaneg Ratu Kencana Wungu melarikan (mengasingkan diri) dari kejaran prajurit Demak.
Dan ada kejadian setelah kami ziarah ke makam Embah Jepra, paginya Sang Prabu Siliwangi
hadir, berucap terimakasih sudah mau datang, dan beliau menerima kedatangan kami dan
rombongan. Saya hanya menyampaikan saja kronologinya, soal kesimpulan saya serahkan
sepenuhnya kepada para Pembaca yang budiman.

Raden Jaya Sentika

            Jika dilihat dari namannya, berarti suatu kemenangan atau kejayaan atas peperangan
agung. Raden Jaya Sentika, sejauh yang saya ketahui beliau adalah panglima perang Kerajaan
Mataram pada masa Kanjeng Sultan Agung. Raden Jaya Sentika ditugaskan sebagai panglima
perang untuk membawa pasukan Mataram menaklukkan pemerintahan  Batavia yang
dikuasai VOC pada abad 16. Walau berhasil menaklukkan Batavia, namun Raden Jaya
Sentika enggan pulang ke Mataram. Beliau ingin mengabdikan sisa hidupnya untuk kebaikan
masyarakat di seputar Batavia (Jakarta) sampai beliau wafat. Di manakah beliau wafat dan
dimakamkan? Atau paling tidak di manakah petilasannya ? Banyak info dari saudara-saudara
dan sahabat di Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Namun sampai hari ini Eyang Raden Jaya
Sentika tetaplah misterius. Mungkin bagi Eyang Raden Jaya Sentika sendiri bukanlah hal
penting kami menemukan di mana makam beliau, mungkin saja lebih penting saat proses
mencari makam beliau. Kami pun merasakan ada suatu hikmah besar di setiap pencarian itu.
Biarlah kami tetap mengayunkan langkah kaki, dengan mengalir mengikuti aliran air.
Dikantheni rasa tulus, sak tibo-tibone rak nemu begja.

Dengan demikian, semenjak akhir tahun 2012 telah tersambung pilar-pilar utama kekuatan
spiritual Nusantara. Jika di awal hanya tersambung tiga kekuatan supernatural power
bagaikan senjata “trisula” yakni Kutai-Majapahit-Mataram. Kini telah tersambung Pajajaran
menyempurnakan sebagai tangkai senjata trisula. Kelak jika Sriwijaya telah tersambung, akan
lebih menyempurnakan sebagai perisainya. Semoga, semua itu menjadi pertanda positif akan
tinarbukaning gerbang kejayaan Nusantara. “The spiritual awakening for the glory of
Nusantara”. Terimakasih Eyang Raden Jaya Sentika yang selalu membimbing dan
mengarahkan langkah kami semua.

By sabdalangit

Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti


Tulisan dari ‘SERAT WEDHATAMA (i)’
Kategori
SERAT WEDHATAMA; Pintu Pembuka Rahasia
Spiritual Raja-Raja Mataram

Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa  Jawa; Wredhatama) merupakan


salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai
macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang,  wayang madya, pencipta
jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat
Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan
rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula
Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan
masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng.
Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota
Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya,
perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat
penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama,
dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen); “nglurug
tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara
kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan
darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria
sejati.

Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal


karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan
bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa
Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri
Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku”
spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat dengan meraih kesempurnaan
hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka
manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama
raganya lenyap tanpa bekas.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan
olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi
siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu
dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat
universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam
Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan
ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak”
bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang
tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step
by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat
Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri
sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk
melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia
langit).
Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam
bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik
apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di
dalam “menara gadhing” yang megah.
Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya
kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung
lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga
dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional.
Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi
makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan
berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari
sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang
maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang
tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca
yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa
saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi
siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya.
Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran
kepada saya.

SERAT WEDHATAMA
PANGKUR (Sembah Raga/Syariat)

1 Mingkar mingkuring angkara, Meredam nafsu angkara dalam diri,

Akarana karanan mardi siwi, Hendak berkenan mendidik putra-putri

Sinawung resmining kidung, Tersirat dalam indahnya tembang,

Sinuba sinukarta, dihias penuh variasi,

Mrih kretarta pakartining ngelmu agar menjiwai hakekat  ilmu luhur,


luhung
yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara)
Kang tumrap neng tanah Jawa,
agama sebagai “pakaian” kehidupan.
Agama ageming aji.
2 Jinejer neng Wedatama Disajikan dalam serat Wedhatama,

Mrih tan kemba kembenganing agar jangan miskin pengetahuan


pambudi
walaupun sudah tua pikun
Mangka nadyan tuwa pikun
jika tidak memahami rasa sejati (batin)
Yen tan mikani rasa,
niscaya kosong tiada berguna
yekti sepi asepa lir sepah, samun,
bagai ampas, percuma sia-sia,
Samangsane pasamuan
di dalam setiap pertemuan
Gonyak ganyuk nglilingsemi.
sering bertindak ceroboh memalukan.
3 Nggugu karsaning priyangga, Mengikuti kemauan sendiri,

Nora nganggo peparah lamun Bila berkata tanpa dipertimbangkan  (asal bunyi),
angling,
Namun tak mau dianggap bodoh,
Lumuh ing ngaran balilu,
Selalu berharap  dipuji-puji.
Uger guru aleman,
(sebaliknya) Ciri orang yang sudah memahami
Nanging janma ingkang wus (ilmu sejati) tak bisa ditebak
waspadeng semu
berwatak rendah hati,
Sinamun ing samudana,
selalu berprasangka baik.
Sesadon ingadu manis
4 Si pengung nora nglegawa, (sementara) Si dungu tidak menyadari,
Sangsayarda deniro cacariwis, Bualannya semakin menjadi jadi,

Ngandhar-andhar angendhukur, ngelantur bicara yang tidak-tidak,


Kandhane nora kaprah,
Bicaranya tidak masuk akal,
saya elok alangka longkanganipun,
makin aneh tak ada jedanya.
Si wasis waskitha ngalah,
Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah,
Ngalingi marang si pingging.
Menutupi aib si bodoh.
5 Mangkono ngelmu kang nyata, Demikianlah ilmu yang nyata,

Sanyatane mung weh reseping ati, Senyatanya memberikan ketentraman hati,

Bungah ingaran cubluk, Tidak merana dibilang bodoh,

Sukeng tyas yen denina, Tetap gembira jika dihina

Nora  kaya si punggung anggung Tidak seperti si dungu yang selalu sombong,
gumrunggung
Ingin dipuji setiap hari.
Ugungan sadina dina
Janganlah begitu caranya orang hidup.
Aja mangkono wong urip.
6 Urip sepisan rusak, Hidup sekali saja berantakan,

Nora mulur nalare ting saluwir, Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut.

Kadi ta guwa kang sirung, Umpama goa gelap menyeramkan,

Sinerang ing maruta, Dihembus angin,

Gumarenggeng anggereng Suaranya gemuruh menggeram,

Anggung gumrunggung, berdengung

Pindha padhane si mudha, Seperti halnya watak anak muda

Prandene paksa kumaki. masih pula berlagak congkak


7 Kikisane mung sapala, Tujuan hidupnya begitu rendah,

Palayune ngendelken yayah wibi, Maunya mengandalkan orang tuanya,

Bangkit tur bangsaning luhur, Yang terpandang serta bangsawan

Lha iya ingkang rama, Itu kan ayahmu !


Balik sira sarawungan bae durung Sedangkan kamu kenal saja belum,

Mring atining tata krama, akan hakikatnya tata krama

Nggon anggon agama suci. dalam ajaran yang suci


8 Socaning jiwangganira, Cerminan dari dalam jiwa raga mu,

Jer katara lamun pocapan pasthi, Nampak jelas walau tutur kata halus,

Lumuh asor kudu unggul, Sifat pantang kalah maunya  menang sendiri

Semengah sesongaran, Sombong besar mulut

Yen mangkono keno ingaran Bila demikian itu, disebut orang yang terlena
katungkul,
Puas diri berlagak tinggi
Karem ing reh kaprawiran,
Tidak baik itu nak !
Nora enak iku kaki.
9 Kekerane ngelmu karang, Di dalam ilmu yang dikarang-karang
(sihir/rekayasa)
Kekarangan saking bangsaning gaib,
Rekayasa dari hal-hal gaib
Iku boreh paminipun,
Itu umpama bedak.
Tan rumasuk ing jasad,
Tidak meresap ke dalam jasad,
Amung aneng sajabaning daging
kulup, Hanya ada di kulitnya saja nak

Yen kapengok pancabaya, Bila terbentur marabahaya,

Ubayane mbalenjani. bisanya menghindari.


10 Marma ing sabisa-bisa, Karena itu sebisa-bisanya,

Bebasane muriha tyas basuki, Upayakan selalu berhati baik

Puruita-a kang patut, Bergurulah secara tepat

Lan traping angganira, Yang sesuai dengan dirimu

Ana uga angger ugering kaprabun, Ada juga peraturan dan pedoman bernegara,

Abon aboning panembah, Menjadi syarat bagi yang berbakti,

Kang kambah ing siyang ratri. yang berlaku siang malam.


11 Iku kaki takok-eno, Itulah nak, tanyakan
marang para sarjana kang martapi Kepada para sarjana yang menimba ilmu

Mring tapaking tepa tulus, Kepada jejak hidup para suri tauladan yang benar,

Kawawa nahen hawa, dapat menahan hawa nafsu

Wruhanira mungguh sanyataning Pengetahuanmu adalah senyatanya ilmu,


ngelmu
Yang tidak harus dikuasai orang tua,
Tan mesthi neng janma wredha
Bisa juga bagi yang muda atau miskin, nak !
Tuwin mudha sudra kaki.
12 Sapantuk wahyuning Gusti Allah, Siapapun yang menerima wahyu Tuhan,

Gya dumilah mangulah ngelmu Dengan cermat mencerna ilmu tinggi,


bangkit,
Mampu menguasai ilmu kasampurnan,
Bangkit mikat reh mangukut,
Kesempurnaan jiwa raga,
Kukutaning jiwangga,
Bila demikian pantas disebut “orang tua”.
Yen mengkono kena sinebut wong
sepuh, Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa
nafsu
Lire sepuh sepi hawa,
Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma
Awas roroning atunggil dengan Tuhan)
13 Tan samar pamoring sukma, Tidak lah samar sukma menyatu
Sinuksmaya winahya ing ngasepi,
meresap terpatri dalam keheningan  semadi,
Sinimpen telenging kalbu,
Diendapkan dalam lubuk hati
Pambukaning warana,
menjadi pembuka tabir,
Tarlen saking liyep layaping aluyup,
berawal dari keadaan antara sadar dan tiada
Pindha pesating sumpena,
Seperti terlepasnya mimpi
Sumusuping rasa jati.
Merasuknya rasa yang sejati.
14 Sejatine kang mangkana, Sebenarnya ke-ada-an itu merupakan anugrah
Tuhan,
Wus kakenan nugrahaning Hyang
Widhi, Kembali ke alam yang mengosongkan,

Bali alaming ngasuwung, tidak mengumbar nafsu duniawi,

yang bersifat kuasa menguasai. Kembali ke asal


Tan karem arameyan, muasalmu

Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Oleh karena itu,


Mulih mula ulanira. Mulane wong
anom sami. wahai anak muda sekalian…

(lanjut ke SINOM)
SINOM (Sembah Cipta/Kalbu/Tarekat)
15 Nulada laku utama Contohlah perilaku utama,

Tumrape wong Tanah jawi, bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),

Wong agung ing Ngeksiganda, orang besar dari Ngeksiganda (Mataram),

Panembahan Senopati, Panembahan Senopati,

Kepati amarsudi, yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan


prihatin (bertapa),
Sudane hawa lan nepsu,
serta siang malam
Pinepsu tapa brata,
selalu berkarya membuat hati tenteram bagi
Tanapi ing siyang ratri, sesama (kasih sayang)

Amamangun karyenak tyasing


sesama.
16 Samangsane pasamuan, mamangun Dalam setiap pergaulan,
marta martani,
membangun sikap tahu diri.
Sinambi ing saben mangsa,
Setiap ada kesempatan,
Kala kalaning asepi,
Di saat waktu longgar,
Lelana teki-teki,
mengembara untuk bertapa,
Nggayuh geyonganing kayun,
menggapai cita-cita hati,
Kayungyun eninging tyas,
hanyut dalam keheningan kalbu.
Sanityasa pinrihatin,
Senantiasa menjaga hati untuk prihatin (menahan
Puguh panggah cegah dhahar lawan hawa nafsu),
nendra.
dengan tekad kuat, membatasi  makan dan tidur.
17 Saben mendra saking wisma, Setiap mengembara meninggalkan rumah (istana),

Lelana lalading sepi, berkelana ke tempat yang sunyi (dari hawa nafsu),
Ngingsep sepuhing supana, menghirup  tingginya ilmu,

Mrih pana pranaweng kapti, agar jelas apa yang menjadi tujuan (hidup) sejati.

Tis tising tyas marsudi, Hati bertekad selalu berusaha dengan tekun,

Mardawaning budya tulus, memperdayakan akal budi

Mesu reh kasudarman, menghayati cinta kasih,

Neng tepining jalanidhi, ditepinya samudra.

Sruning brata kataman wahyu Kuatnya bertapa diterimalah wahyu dyatmika


dyatmika. (hidup yang sejati).
18 Wikan wengkoning samodra, Memahami kekuasaan di dalam samodra
seluruhnya sudah dijelajahi,
Kederan wus den ideri,
“kesaktian” melimputi indera
Kinemat kamot hing driya,
Ibaratnya cukup satu genggaman saja sudah jadi,
Rinegan segegem dadi, berhasil berkuasa,

Dumadya angratoni, Kangjeng Ratu Kidul,

Nenggih Kangjeng Ratu Kidul, Naik menggapai awang-awang,

Ndedel nggayuh nggegana, (kemudian) datang menghadap dengan penuh


hormat,
Umara marak maripih,
kepada Wong Agung Ngeksigondo.
Sor prabawa lan wong agung
Ngeksiganda
19 Dahat denira aminta, Memohon dengan sangat lah beliau,

Sinupeket pangkat kanthi, agar diakui sebagai sahabat setia, di dalam alam
gaib,
Jroning alam palimunan, ing
pasaban saben sepi, tempatnya berkelana setiap sepi.

Sumanggem anyanggemi, Bersedialah menyanggupi,

Ing karsa kang wus tinamtu, kehendak yang sudah digariskan.

Pamrihe mung aminta, Harapannya hanyalah meminta

Supangate teki-teki, restu dalam bertapa,

Nora ketang teken janggut suku Meski dengan susah payah.


jaja.
20 Prajanjine abipraya, Perjanjian sangat mulia,

Saturun-turuning wuri, untuk seluruh keturunannya di kelak kemudian


hari.
Mangkono trahing ngawirya,
Begitulah seluruh keturunan orang luhur,
Yen amasah mesu budi,
bila mau mengasah akal budi
Dumadya glis dumugi,
akan cepat berhasil,
Iya ing sakarsanipun,
apa yang diharapkan orang besar Mataram,
Wong agung Ngeksiganda, anugerahnya hingga kelak dapat mengalir di
seluruh darah keturunannya, dapat memiliki
Nugrahane prapteng mangkin, wibawa.

Trah tumerah dharahe padha


wibawa.
21 Ambawani tanah Jawa, Menguasai tanah Jawa (Nusantara),

Kang padha jumeneng aji, yang menjadi raja (pemimpin),

Satriya dibya sumbaga, satria sakti tertermasyhur,

Tan lyan trahing Senopati, tak lain keturunan Senopati,

Pan iku pantes ugi, hal ini pantas pula

Tinelad labetipun, sebagai tauladan budi  pekertinya,

Ing sakuwasanira, Sebisamu, terapkan di zaman nanti,

Enake lan jaman mangkin, Walaupun tidak bisa

Sayektine tan bisa ngepleki kuna. persis sama seperti di masa silam.
22 Lowung kalamun tinimbang, Mending bila dibanding orang hidup tanpa
prihatin,
Ngaurip tanpa prihatin,
namun di masa yang akan datang (masa kini),
Nanging ta ing jaman mangkya,
yang digemari anak muda,
Pra mudha kang den karemi,
meniru-niru nabi, rasul utusan Tuhan,
Manulad nelad nabi,
yang hanya dipakai untuk menyombongkan diri,
Nayakengrat gusti rasul,
Anggung ginawe umbag, setiap akan bekerja singgah dulu di masjid,

Saben seba mampir masjid, Mengharap mukjizat agar mendapat derajat (naik
pangkat).
Ngajab-ajab tibaning mukjijat
drajat.
23 Anggung anggubel sarengat, Hanya memahami sariat (kulitnya) saja, sedangkan
hakekatnya tidak dikuasai,
Saringane tan den wruhi,
Pengetahuan untuk memahami makna dan suri
Dalil dalaning ijemak, tauladan tidaklah mumpuni

Kiyase nora mikani, Mereka lupa diri, (tidak sadar)

Ketungkul mungkul sami, bersikap berlebih-lebihan di masjid besar,

Bengkrakan mring masjid agung, Bila membaca khotbah

Kalamun maca kutbah, berirama gaya dandanggula (menghanyutkan hati),

Lelagone Dandanggendis, suara merdu bergema gaya palaran (lantang


bertubi-tubi).
Swara arum ngumandhang cengkok
palaran
24 Lamun sira paksa nulad, Jika kamu memaksa meniru,

Tuladhaning Kangjeng Nabi, tingkah laku `Kanjeng Nabi,

O, ngger kadohan panjangkah, Oh, nak terlalu naif,

Wateke tan betah kaki, Biasanya tak akan betah nak,

Rehne ta sira Jawi, Karena kamu itu orang Jawa,

Sathithik bae wus cukup, sedikit saja sudah cukup.

Aywa guru aleman, Janganlah sekedar mencari sanjungan,

Nelad kas ngepleki pekih, Mencontoh-contoh mengikuti fiqih,

Lamun pangkuh pangangkah yekti apabila mampu,


karahmat.
memang ada harapan mendapat rahmat.
25 Naging enak ngupa boga, Tetapi seyogyanya mencari nafkah,

Reh ne ta tinitah langip, Karena diciptakan sebagai makhluk lemah,


Apata suweting Nata, Apakah mau mengabdi kepada raja,

Tani tanapi agrami, Bercocok tanam atau berdagang,

Mangkono mungguh mami, Begitulah menurut pemahamanku,

Padune wong dahat cubluk, Sebagai orang yang sangat bodoh,

Durung wruh cara arab, Belum paham cara Arab,

Jawaku wae tan ngenting, Tata cara Jawa saja tidak mengerti,

Parandene paripaksa mulang putra. Namun memaksa diri mendidik anak.


26 Saking duk maksih taruna, Dikarenakan waktu masih muda,

Sadhela wus anglakoni, Keburu menempuh belajar pada agama,

Aberag marang agama, Berguru menimba ilmu pada yang haji, maka yang
terpendam dalam hatiku, menjadi
Maguru anggering kaji,
sangat takut akan hari kemudian,
Sawadine tyas mami,
Keadaan di akhir zaman,
Banget wedine ing mbesuk,
Tidak tuntas keburu “mengabdi”
Pranatan ngakir jaman,
Tidak sempat sembahyang terlanjur dipanggil.
Tan tutug kaselak ngabdi,

Nora kober sembahyang gya


tinimbalan.
27 Marang ingkang asung pangan, Kepada yang memberi makan,

Yen kesuwen den dukani, Jika kelamaan dimarahi,

Abubrah kawur tyas ingwang, Menjadi kacau balau perasaanku,

Lir kiyamat saben ari, Seperti kiyamat saban hari,

Bot Allah apa Gusti, Berat “Allah” atau “Gusti”,

Tambuh tambuh solahingsun, Bimbanglah sikapku,

Lawas lawas nggraita, Lama-lama berfikir,

Rehne ta suta priyayi, Karena anak turun priyayi,

Yen mamriha dadi kaum temah Bila ingin jadi juru doa (kaum) dapatlah nista,
nistha.
28 Tuwin ketip suragama, begitu pula jika aku menjadi pengurus dan juru
dakwah agama.
Pan ingsun nora winaris,
Karena aku bukanlah keturunannya,
Angur baya ngantepana,
Lebih baik memegang teguh
Pranatan wajibing urip,
aturan dan kewajiban hidup,
Lampahan angluluri,
Menjalankan pedoman hidup
Kuna kumunanira,
warisan leluhur dari zaman dahulu kala hingga
Kongsi tumekeng samangkin, kelak kemudian hari.

Kikisane tan lyan amung ngupa Ujungnya tidak lain hanyalah mencari nafkah.
boga.
29 Bonggan kan tan merlok-na, Salahnya sendiri yang tidak mengerti,

Mungguh ugering ngaurip, Paugeran orang hidup itu demikian seyogyanya,

Uripe lan tri prakara, hidup dengan tiga perkara;

Wirya arta tri winasis, Keluhuran (kekuasaan), harta (kemakmuran),


ketiga ilmu pengetahuan.
Kalamun kongsi sepi,
Bila tak satu pun dapat diraih dari ketiga perkara
Saka wilangan tetelu, itu,

Telas tilasing janma, habis lah harga diri manusia.

Aji godhong jati aking, Lebih berharga daun jati kering, akhirnya
mendapatlah derita, jadi pengemis dan terlunta.
Temah papa papariman ngulandara.
30 Kang wus waspadha ing patrap, Yang sudah paham tata caranya,

Manganyut ayat winasis, Menghayati ajaran utama,

Wasana wosing jiwangga, Jika berhasil merasuk ke dalam jiwa,

Melok tanpa aling-aling, akan melihat tanpa penghalang,

Kang ngalingi kalingling, Yang menghalangi tersingkir,

Wenganing rasa tumlawung, Terbukalah rasa sayup menggema.

Keksi saliring jaman, Tampaklah seluruh cakrawala,


Angelangut tanpa tepi, Sepi tiada bertepi,

Yeku ingaran tapa tapaking Hyang Yakni disebut  “tapa tapaking Hyang Sukma”.
Suksma.
31 Mangkono janma utama, Demikianlah manusia utama,

Tuman tumanem ing sepi, Gemar terbenam dalam sepi (meredam nafsu),

Ing saben rikala mangsa, Di saat-saat tertentu,

Masah amemasuh budi, Mempertajam dan membersihkan budi,

Laire anetepi, Bermaksud memenuhi tugasnya sebagai satria,

Ing reh kasatriyanipun, berbuat susila rendah hati,

Susilo anor raga, pandai menyejukkan hati pada sesama,

Wignya met tyasing sesami, itulah sebenarnya yang disebut menghayati agama.

Yeku aran wong barek berag


agama.
32 Ing jaman mengko pan ora, Di zaman kelak tiada demikian,

Arahe para taruni, sikap anak muda bila mendapat petunjuk nyata,

Yen antuk tuduh kang nyata, tidak pernah dijalani,

Nora pisan den lakoni, Lalu hanya menuruti kehendaknya,

Banjur njujurken kapti, Kakeknya akan diajari,

Kakekne arsa winuruk, dengan mengandalkan gurunya,

Ngandelken gurunira, yang dianggap pandita negara yang pandai,

Panditane praja sidik, serta sudah menguasai makrifat.

Tur wus manggon pamucunge

Mring makripat
PUCUNG (Sembah Jiwa/Hakekat)
33 Ngelmu iku Ilmu (hakekat) itu

Kalakone kanthi laku diraih dengan cara menghayati dalam setiap


perbuatan,
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani dimulai dengan kemauan.

Setya budaya pangekese dur Artinya, kemauan membangun kesejahteraan


angkara terhadap sesama,

Teguh membudi daya

Menaklukkan semua angkara


34 Angkara gung Nafsu angkara yang besar

Neng angga anggung gumulung ada di dalam diri, kuat menggumpal, menjangkau
hingga tiga zaman, jika dibiarkan berkembang
Gegolonganira akan

Triloka lekeri kongsi berubah menjadi gangguan.

Yen den umbar ambabar dadi


rubeda.
35 Beda lamun kang wus sengsem Berbeda dengan yang sudah menyukai dan
menjiwai,
Reh ngasamun
Watak dan perilaku memaafkan
Semune ngaksama
pada sesama
Sasamane bangsa sisip
selalu sabar berusaha
Sarwa sareh saking mardi
martatama menyejukkan suasana,
36 Taman limut Dalam kegelapan.

Durgameng tyas kang weh limput Angkara dalam hati yang menghalangi,

Karem ing karamat Larut dalam kesakralan hidup,

Karana karoban ing sih Karena temggelam dalam samodra kasih sayang,
kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang
Sihing sukma ngrebda saardi sebesar gunung
pengira
37 Yeku patut tinulat tulat tinurut Itulah yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti

Sapituduhira, seperti semua nasehatku.

Aja kaya jaman mangkin Jangan seperti zaman nanti

Keh pra mudha mundhi diri Banyak anak muda yang menyombongkan diri
dengan hafalan ayat
Rapal makna
38 Durung becus kesusu selak besus Belum mumpuni sudah berlagak pintar.
Amaknani rapal
Menerangkan ayat
Kaya sayid weton mesir
seperti sayid dari Mesir
Pendhak pendhak angendhak
Setiap saat meremehkan kemampuan orang lain.
Gunaning jalma
39 Kang kadyeku Yang seperti itu

Kalebu wong ngaku aku termasuk orang mengaku-aku

akale alangka Kemampuan akalnya dangkal

Elok Jawane denmohi Keindahan ilmu Jawa malah ditolak.

Paksa langkah ngangkah met Sebaliknya, memaksa diri mengejar ilmu di


Mekah,
Kawruh ing Mekah
40 Nora weruh tidak memahami

rosing rasa kang rinuruh hakekat ilmu yang dicari,

lumeketing angga sebenarnya ada di dalam diri.

anggere padha marsudi Asal mau berusaha

kana kene kaanane nora beda sana sini (ilmunya) tidak berbeda,
41 Uger lugu Asal tidak banyak tingkah,

Den ta mrih pralebdeng kalbu agar supaya merasuk ke dalam sanubari.

Yen kabul kabuka Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup


yang sebenarnya.
Ing drajat kajating urip
Seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom
Kaya kang wus winahya sekar (di atas).
srinata
42 Basa ngelmu Yang namanya ilmu, dapat berjalan bila sesuai
dengan cara pandang kita.
Mupakate lan panemune
Dapat dicapai dengan usaha yang gigih.
Pasahe lan tapa
Bagi satria tanah Jawa,
Yen satriya tanah Jawi
dahulu yang menjadi pegangan adalah tiga perkara
Kuna kuna kang ginilut tripakara yakni;
43 Lila lamun kelangan nora gegetun Ikhlas bila kehilangan tanpa menyesal,
Trima yen ketaman Sabar jika hati disakiti sesama,

Sakserik sameng dumadi Ketiga ; lapang dada sambil

Tri legawa nalangsa srah ing berserah diri pada Tuhan.


Bathara
44 Bathara gung Tuhan Maha Agung

Inguger graning jajantung diletakkan dalam setiap hela nafas

Jenek Hyang wisesa Menyatu dengan Yang Mahakuasa

Sana pasenedan suci Teguh mensucikan diri

Nora kaya si mudha mudhar Tidak seperti yang muda,


angkara
mengumbar nafsu angkara.
45 Nora uwus Tidak henti hentinya

Kareme anguwus uwus gemar mencaci maki.

Uwose tan ana Tanpa ada isinya

Mung janjine muring muring kerjaannya marah-marah

Kaya buta buteng betah anganiaya seperti raksasa; bodoh, mudah marah dan
menganiaya sesama.
46 Sakeh luput Semua kesalahan

Ing angga tansah linimput dalam diri selalu ditutupi,

Linimpet ing sabda ditutup dengan kata-kata

Narka tan ana udani mengira tak ada yang mengetahui,

Lumuh ala ardane ginawa gada bilangnya enggan berbuat jahat

padahal tabiat buruknya membawa kehancuran.


47 Durung punjul Belum cakap ilmu

Ing kawruh kaselak jujul Buru-buru ingin dianggap pandai.

Kaseselan hawa Tercemar nafsu selalu merasa kurang,

Cupet kapepetan pamrih dan tertutup oleh pamrih,

tangeh nedya anggambuh sulit untuk manunggal pada Yang Mahakuasa.


mring Hyang Wisesa
GAMBUH (Langkah Catur Sembah)
48 Samengko ingsun tutur Kelak saya bertutur,

Sembah catur supaya lumuntur Empat macam sembah supaya dilestarikan;

Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta,
ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa,
Ing kono lamun tinemu anakku !

Tandha nugrahaning Manon Di situlah akan bertemu dengan

pertanda anugrah Tuhan.


49 Sembah raga punika Sembah raga adalah

Pakartine wong amagang laku Perbuatan orang yang lagi magang “olah batin”

Susucine asarana saking warih Menyucikan diri dengan sarana air,

Kang wus lumrah limang wektu Yang sudah lumrah misalnya lima waktu

Wantu wataking weweton Sebagai rasa menghormat waktu


50 Inguni uni durung Zaman dahulu belum

Sinarawung wulang kang sinerung pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,

Lagi iki bangsa kas ngetokken Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,
anggit
memamerkan ke-bisa-an nya
Mintokken kawignyanipun
amalannya aneh aneh
Sarengate elok elok
51 Thithik kaya santri Dul Kadang seperti santri “Dul”  (gundul)

Gajeg kaya santri brai kidul Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan

Saurute Pacitan pinggir pasisir Sepanjang Pacitan tepi pantai

Ewon wong kang padha nggugu Ribuan orang yang percaya.

Anggere padha nyalemong Asal-asalan dalam berucap


52 Kasusu arsa weruh Keburu ingin tahu,

Cahyaning Hyang kinira yen karuh cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,

Ngarep arep urub arsa den kurebi Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan
anugrah) namun gelap mata
Tan wruh kang mangkono iku Orang tidak paham yang demikian itu

Akale kaliru enggon Nalarnya sudah salah kaprah


53 Yen ta jaman rumuhun Bila zaman dahulu,

Tata titi tumrah tumaruntun Tertib teratur runtut harmonis

Bangsa srengat tan winor lan laku sariat tidak dicampur aduk dengan olah batin,
batin
jadi tidak membuat bingung
Dadi nora gawe bingung
bagi yang menyembah Tuhan
Kang padha nembah Hyang Manon
54 Lire sarengat iku Sesungguhnya sariat itu

Kena uga ingaran laku dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan tekun.

Dhingin ajeg kapindone ataberi Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan
badan
Pakolehe putraningsun
agar lebih baik,
Nyenyeger badan mrih kaot
55 Wong seger badanipun badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya
menjadi segar,
Otot daging kulit balung sungsum
Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
Tumrah ing rah memarah
Ketenangan hati membantu
Antenging ati
Membersihkan kekusutan batin
Antenging ati nunungku

Angruwat ruweding batos


56 Mangkono mungguh ingsun Begitulah menurut ku !

Ananging ta sarehne asnafun Tetapi karena orang itu berbeda-beda,

Beda beda panduk pandhuming Beda pula garis nasib dari Tuhan.
dumadi
Sebenarnya tidak cocok
Sayektine nora jumbuh
tekad yang pada dijalankan itu
Tekad kang padha linakon
57 Nanging ta paksa tutur Namun terpaksa memberi nasehat

Rehne tuwa tuwase mung catur Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi
petuah.
Bok lumuntur lantaraning reh utami Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah
laku utama.
Sing sapa temen tinemu
Barang siapa bersungguh-sungguh akan
Nugraha geming kaprabon
mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.
58 Samengko sembah kalbu Nantinya, sembah kalbu itu

Yen lumintu uga dadi laku jika berkesinambungan juga menjadi olah
spiritual.
Laku agung kang kagungan
Narapati Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja.

Patitis tetesing kawruh Tujuan ajaran ilmu ini;

Meruhi marang kang momong untuk memahami yang mengasuh diri (guru
sejati/pancer)
59 Sucine tanpa banyu Bersucinya tidak menggunakan air

Mung nyunyuda mring hardaning Hanya menahan nafsu di hati


kalbu
Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-
Pambukane tata titi ngati ati hati (eling dan waspada)

Atetep telaten atul Teguh, sabar dan tekun,

Tuladan marang waspaos semua menjadi watak dasar,

Teladan bagi sikap waspada.


60 Mring jatining pandulu Dalam penglihatan yang sejati,

Panduk ing ndon dedalan satuhu Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.

Lamun lugu legutaning reh maligi Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan


konsentrasi
Lageane tumalawung
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup
Wenganing alam kinaot dalam keheningan

Itulah, terbukanya “alam lain”


61 Yen wus kambah kadyeku Bila telah mencapai seperti itu,

Sarat sareh saniskareng laku Saratnya sabar segala tingkah laku.

Kalakone saka eneng ening eling Berhasilnya dengan cara;

Ilanging rasa tumlawung Membangun kesadaran, mengheningkan cipta,


Kono adiling Hyang Manon pusatkan fikiran kepada energi Tuhan.

Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah


keadilan Tuhan terjadi. (jiwa  memasuki alam gaib
rahasia Tuhan)
62 Gagare ngunggar kayun Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)

Tan kayungyun mring ayuning Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati,
kayun
Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi gagal.

Marma den awas den emut Maka awas dan ingat lah

Mring pamurunging kalakon dengan yang membuat gagal tujuan


63 Samengko kang tinutur Nanti yang diajarkan

Sembah katri kang sayekti katur Sembah ketiga yang sebenarnya  diperuntukkan
kepada Hyang sukma (jiwa).
Mring Hyang Sukma sukmanen
saari ari Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari

Arahen dipun kacakup Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku !

Sembaling jiwa sutengong


64 Sayekti luwih perlu Sungguh lebih penting, yang

Ingaranan pepuntoning laku disebut sebagai ujung jalan spiritual,

Kalakuwan tumrap kang bangsaning Tingkah laku olah batin, yakni


batin
menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat
Sucine lan awas emut akan alam nan abadi kelak.

Mring alaming lama maot


65 Ruktine ngangkah ngukut Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil,
mengikat, merangkul erat tiga jagad yang
Ngiket ngruket triloka kakukut dikuasai.

Jagad agung ginulung lan jagad alit Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,

Den kandel kumadel kulup Pertebal keyakinanmu anakku !

Mring kelaping alam kono Akan kilaunya alam tersebut.


66 Kaleme mawi limut Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang
berkabut”,
Kalamatan jroning alam kanyut
Mendapat firasat dalam alam yang
Sanyatane iku kanyatan kaki menghanyutkan,

Sejatine yen tan emut Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !

Sayekti tan bisa awor Sejatinya jika tidak ingat

Sungguh tak bisa “larut”


67 Pamete saka luyut Jalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan
batin)
Sarwa sareh saliring panganyut
Tetap sabar mengikuti “alam  yang
Lamun yitna kayitnan kang mitayani menghanyutkan”

Tarlen mung pribadinipun Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan


tidak lain hanyalah diri pribadinya
Kang katon tinonton kono
yang tampak terlihat di situ
68 Nging away salah surup Tetapi jangan salah mengerti

Kono ana sajatining urub Di situ ada cahaya sejati

Yeku urub pangareb uriping budi Ialah cahaya pembimbing,

Sumirat sirat narawung energi penghidup akal budi.

Kadya kartika katonton Bersinar lebih terang dan cemerlang,

tampak bagaikan bintang


69 Yeku wenganing kalbu Yaitu membukanya pintu hati

Kabukane kang wengku winengku Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara


cahaya/nur dengan jiwa/roh).
Wewengkone wis kawengku neng
sireki Cahaya itu sudah kau (roh)  kuasai

Nging sira uga kawengku Tapi kau (roh) juga dikuasai

Mring kang pindha kartika byor oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.
70 Samengko ingsun tutur Nanti ingsun ajarkan,

Gantya sembah ingkang kaping Beralih sembah yang ke empat.


catur
Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan.
Sembah rasa karasa wosing dumadi
Terjadinya sudah tanpa petunjuk,
Dadine wis tanpa tuduh
hanya dengan kesentosaan batin
Mung kalawan kasing batos
71 Kalamun durung lugu Apabila belum bisa membawa diri,

Aja pisan wani ngaku aku Jangan sekali-kali berani mengaku-aku,

Antuk siku kang mangkono iku kaki mendapat laknat yang demikian itu anakku !

Kena uga wenang muluk Artinya, seseorang berhak berkata apabila sudah
mengetahui dengan nyata.
Kalamun wus padha melok
72 Meloke ujar iku Menghayati pelajaran ini

Yen wus ilang sumelanging kalbu Bila sudah hilang keragu-raguan hati.

Amung kandel kumandel Hanya percaya dengan sungguh-sungguh kepada


takdir
Amarang ing takdir
itu harap diwaspadai, diingat,
Iku den awas den emut
dicermati bila ingin menguasai seluruhnya.
Den memet yen arsa momot
73 Pamoting ujar iku Melaksanakan petuah itu

Kudu santosa ing budi teguh sarta Harus kokoh budipekertinya


sabar tawekal legaweng ati
Teguh serta sabar
Trima lila ambeg sadu
tawakal lapang dada
Weruh wekasing dumados
Menerima dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat
dipercaya

Mengerti “sangkan paraning dumadi”.


74 Sabarang tindak tanduk Segala tindak tanduk

Tumindake lan sakadaripun, dilakukan ala kadarnya,

Den ngaksama kasisipaning sesami, memberi maaf atas kesalahan sesama,

Sumimpanga ing laku dur, menghindari perbuatan tercela,

Hardaning budi kang ngrodon. (dan) watak angkara yang besar.


75 Dadya weruh iya dudu, Sehingga tahu baik dan buruk,

Yeku minangka pandaming kalbu, Demikian itu sebagai ketetapan hati,

Ingkang buka ing kijab bullah agaib, Yang membuka penghalang/tabir  antara insan dan
Tuhan,
Sesengkeran kang sinerung,
Dumunung telenging batos. Tersimpan dalam rahasia,

Terletak di dalam batin.


76 Rasaning urip iku, Rasa hidup itu

Krana momor pamoring sawujud, dengan cara manunggal dalam satu wujud,

Wujudollah sumrambah ngalam Wujud Tuhan meliputi alam semesta,


sakalir,
bagaikan rasa manis dengan madu. Begitulah
Lir manis kalawan madu, ungkapannya.

Endi arane ing kono.


77 Endi manis endi madu, Mana manis mana madu,

Yen wis bisa nuksmeng pasang apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,
semu,
Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Pasamoaning hebing kang
Mahasuci, Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas
dipahami secara lahir dan batin.
Kasikep ing tyas kacakup,

Kasat mata lair batos.


78 Ing batin tan kaliru Dalam batin tak keliru,

Kedhap kilap liniling ing kalbu, Segala cahaya indah dicermati dalam hati,

Kang minangka colok celaking Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat
Hyang Widhi, Tuhan,

Widadaning budi sadu, Selamatnya karena budi (bebuden)  yang jujur


(hilang nafsu),
Pandak panduking liru nggon.
Agar dapat merasuk beralih “tempat”.
79 Nggonira mrih tulus, Agar usahamu berhasil,

Kalaksitaning reh kang rinuruh, Dapat menemukan apa yang dicari,

Nggyanira mrih wiwal warananing upayamu agar dapat melepas penghalang


gaib, kegaiban,

Paranta lamun tan weruh, Apabila kamu tidak paham ; lihatlah tentang
bagaimana terjadinya telur.
Sasmita jatining endhog.
80 Putih lan kuningipun, Putih dan kuningnya,
Lamun arsa titah, bila akan mewujud (menetas),

titah teka mangsul, wujud datang berganti,

Dene nora mantra-mantra yen ing tak disangka-sangka,


lair,
bila kelahirannya
Bisa aliru wujud,
dapat berganti wujud,
Kadadeyane ing kono.
Kejadiannya di situ !
81 Istingarah tan metu, Dipastikan tidak keluar,

Lawan istingarah tan lumebu, juga tidak masuk,

Dene ing njro wekasane dadi njawi, Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di
luar,
Rasakna kang tuwajuh,
Rasakan sunguh-sungguh,
Aja kongsi kabasturon.
Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
82 Karana yen kebanjur, Sebab apabila sudah terlanjur,

Kajantaka tumekeng saumur, akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada
gunanya bila kelak mati,
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi,
Menjadi orang hina yang bodoh,
Dadi wong ina tan weruh,
dirinya sendiri malah dianggap tamu.
Dheweke den anggep dayoh.
http://sabdalangit.wordpress.com
Kinanti podho 83-100 Silahkan dibaca di postingan Wedhatama Kinanti
(lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai