com/category/falsafah-jawa/puncak-ilmu-kejawen/
1. Dosomuko
2. Kumbokarno
3. Sarpokenoko
4. Gunawan Wibisono
Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia.
Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak
sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki
ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama
Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi
Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar
Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah
menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan
kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil
hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti
mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau
kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga
menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki
tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud
Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu
terwujudnya kejahatan.
Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa
yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat
manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini
kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan
diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan
paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia
berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali
menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri
memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat
dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari
unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu
menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).
Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa
seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan
sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat
Sastrajendrahayuningrat Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik
perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan
manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan,
kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran
berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah
lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu
Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan
dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh
kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja
dicintai sesama namun juga para dewata.
Sifat Manusia Terpilih
Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima
anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “
Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau
boleh kami mengetahuinya. “Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah
anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka
tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia
yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian
yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada
kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.
Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee
para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir
Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada
manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat
mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah
padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata
menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”.
Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada
memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.
“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata
memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk
diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara
agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu
menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2
(dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki
sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat
baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak
buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai
menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu
berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi
beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut
mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk
mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan
kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang
orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima
kenyataan bahwa hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu
menerima ajarannya.
Demikian lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang
adiluhung, tidak bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi
seluruh umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan
Gusti Kang Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal.
Janganlah terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam
tulisan ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis
dan universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.
Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih
dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.
Salam
Sabdalangit
Gempa bumi dengan kategori kekuatan besar dan menghancurkan tetap bekerja sebagai seleksi alam,
serta gerakan harmonisasi alam semesta. Di mana alam semesta beserta penghuninya mengalami
perubahan-perubahan dan gerak tarik-ulur, dan saling tarik menarik. Antara gerakan negatif-destruktif
dengan gerakan positif konstruktif. Untuk kasus gempa bumi, sisi misteriusnya adalah, gempa bumi
merupakan gejolak amuk alam tetapi bukan berarti terjadi disorder dan disharmoni alam semesta.
Sebaliknya biasanya tetap berlaku rumus keadilan. Alam bergolak TIDAK DENGAN CARA
PENGECUT. Gejolak alam TIDAK akan berlangsung secara diam-diam atau mencuri-curi kesempatan
bak seorang pecundang. Sebaliknya, alam semesta menjalankan “permainan” secara fairplay,
sebelumnya selalu bersuara lantang menyampaikan pesan-pesan kepada seluruh penghuninya,
meliputi hutan, gunung, sungai, dimensi gaib dengan makhluk halus penghuninya, serta binatang dan
manusia. Seluruh isi dan makhluk penghuni bumi ini, pada kenyataannya MANUSIALAH YANG
PALING NDABLEK, MATA & TELINGANYA sengaja dibuat TULI hanya karena alasan berlebihan takut
tergoda bujukan setan yang gemar menyesatkan iman. Padahal setan itu melekat sejak akil baliq (usia
dewasa) pasti bersemayam di dalam tubuh setiap insan, sebab setan itu tiada lain kiasan untuk nafsu
negatif manusia, “setan” sebagai gambaran nilai-nilai negatif yang paradoksal kebalikan dari nilai-nilai
“ketuhanan” yang serba positif. Ketakutan berlebihan itu, pada kenyataannya hanya menghasilkan
kesadaran jahiliah, kesadaran yang terkungkung oleh unsur jasadiah meliputi rasio dan emosi nafsu
negatif, namun sudah merasa diri orang paling benar di dunia.
Ilmu-ilmu dan alat-alat untuk membaca pesan-pesan alam telah lama ditinggalkan manusia. Ngelmu
titen, ngelmu kawaskitan, dll yang dijadikan sarana membaca warning dalam bahasa alam dianggap
sumber musrik dan tahyul oleh manusia-manusia picik dan dangkal kesadarannya hanya karena tidak
memakai bahasa tanah suci. Padahal ilmu-ilmu tersebut sangat ilmiah bila dijelaskan secara
komprehensif dan esensial. Ilmu yang mampu untuk mencermati apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Bila kita mampu membaca pesan-pesan dalam bahasa alam, maka kita akan weruh sadurunge
winarah. Menjadikan kita lebih hati-hati dan waspada, mengerti dengan betul-betul apa yang harus
dilakukan dengan arif dan bijaksana. Lantas apa manfaatnya jika kita menafikkan ilmu-ilmu untuk
membaca bahasa Tuhan ? Bukanlah menjadi tidak sesat dan iman tergoda, namun hasilnya tidak lain
adalah kegagalan untuk bisa “nggayuh kawicaksananing Gusti”. Jadi orang yang kagetan dan
gumunan, dan tidak tahu akan dirinya yang sejati.
Manusia-manusia yang berwatak gumunan dan kagetan mudah bersikap gegabah bilamana bencana
dahsyat (mega disaster) benar-benar melanda seantero negeri ini. Menjadi orang yang tak pernah
menyadari apa yangs esungguhnya sedang terjadi. Kini zaman serba terbalik (wolak-waliking zaman),
di mana orang suci dianggap kotor, orang kotor dianggap suci. Bandit menjelma bagaikan syeh,
sebaliknya “syeh” yang sebenarnya justru diruduh sebagai seorang bandit yang kafir. Ulama spiritual
sejati diangap sebagai orang sesat, sementara itu orang yang benar-benar keblinger dianggap orang
pinter (alim). Tampilan kulit luar nan mempesona, yang indah manakjubkan dianggapnya sebagai isi
dan tujuan yang dicari selama ini. Sedangkan isi yang sesungguhnya berujud belatung, namun
dibayang-bayangkan sebagai “madu murni asli sumbawa”. Wolak-waliking zaman !! Banyak orang
merasa diri bersih, suci, bener, pener, pas, soleh-solikah, padahal dirinyalah yang termasuk orang-
orang keblinger itu. Dikiaskan dalam jongko sebagai setan yang berlagak manusia soleh: Ana setan
riwa-riwa minda manungsa anggawa agama. Akeh kang padha katambuhan. Ada “setan berbulu” yang
berlagak menjadi manusia yang ahli agama (alim ulama). Banyak orang yang tertipu tetapi tidak
merasa tertipu. Itulah tanda-tanda zaman di saat ini. Alam pun menyambutnya dengan gebrakan
dahsyat, gempa bumi, banjir besar, tsunami, distorsi cuaca yang sangat gawat, wabah penyakit aneh
(pagebluk). Di mana-mana banyak perang karena emosi angkara manusia berebut CARI BENERNYA
SENDIRI, cari butuhnya sendiri, cari menangnya sendiri. Dalam bertuturpun tanpa ampun, hati tega
nian gemar menghakimi orang lain secara sadis dan hina, dengan hanya berdasarkan keyakinan asal-
asalan, bukan menghakimi dengan data otentik dan kesaksian pasti nan sejati. Seolah dirinya tahu
segalanya akan hakekat kehidupan sejati, seolah-olah pernah mati dan pernah menjelajah di alam
kehidupan sejati. Padahal dasar pengetahuan dan keyakinannya sangat lemah, hanya omonge, ujare,
ceunah ceuk ceunah, kabar kabur, kabur-kanginan. Sebaik apapun keyakinan tetap saja sekedar
KONSEP BERFIKIR dan konsep beryakin (menata hati untuk percaya saja). Tak peduli walau dirinya
tak pernah mengalami dan menyaksikan sendiri akan nilai-nilai ketuhanan. Just never say that :
“keyakinan itu hanya perlu diyakini saja, karena manusia MUSTAHIL bisa tahu apa yang terjadi di alam
kehidupan sejati, jika belum pernah mati. Kalimat itu, hanya berlaku bagi :
1. Siapapun yang enggan mengolah rahsa sejati. Yang hanya mengandalkan kesadaran
jasadiah, meliputi kesadaran rasio yang teramat terbatas kemampan nalarnya.
2. Siapapun yang kesadaranya didominasi oleh kekuatan emosi / nafsu-nafsu negatif.
3. Berlaku bagi siapapun yang tidak mengenal konsep “setan” dengan sungguh-sungguh.
4. Bagi siapapun yang terjebak oleh belenggu ketakutan berlebihan akan sesat dan godaan
iman.
5. Siapapun yang kesadarannya terbelenggu oleh dogma-dogma yang penuh intimidasi dosa-
nerakawi dan iming-iming pahala-surgawi.
Sementara itu, sebuah tradisi lama leluhur bangsa ini telah membutikan bahwa tanpa harus mati
terlebih dulu, sebenarnya manusia diberikan kesempatan “melongok” apa yang sesungguhnya terjadi
di dalam panggung “alam kelanggengan” di mana terdapat kehidupan sejati, yang langgeng tan owah
gingsir. Para pembaca yang budiman, mari kita kembali ke tema semula, mengungkap sedikit demi
sedikit tabir misteri di balik bencana alam, khususnya gempa bumi. Berikut ini saya paparkan gejala
umum akan terjadinya gempa.
Gejala Umum
1. Gempa bumi sangat mematikan biasanya terjadi pada saat banyak orang sudah terbangun
dari tidur pulas, misalnya siang hari atau di saat pergantian waktu antara malam ke siang hari atau
sebaliknya, siang hari ke malam hari. Tepatnya waktu antara jam 05.00 s/d 08.00 pagi atau sore.
Jadi, bisa dikatakan gempa bumi mematikan tidak terjadi pada saat mayoritas orang sedang
terlelap tidur. Sehingga pantas dikatakan bahwa “ sing sopo leno keno“, siapapun yang terlena (tidak
eling waspada) akan menjadi korban.
2. Gempa bumi dahsyat tidak terjadi pada saat orang sedang terlelap dalam tidur misalnya saat-
saat antara jam 24.00 s/d 03.00 malam. Mungkin hal ini merupakan rumus/prinsip keadilan Tuhan,
atau kearifan hukum alam/kodrat alam. Read more…
1. Gempa bumi tidak terjadi pada saat daratan terjadi bencana alam mislanya banjir. Karena
musibah bencana alam biasanya tidak terjadi bersamaan, namun bergantian antara bencana yang
datang dari daratan, udara, dan lautan.
2. Gempa bumi tektonik terjadi di saat musim kering, atau musim kemarau. Sebaliknya musim
penghujan sangat jarang terjadi gempa bumi. Kecuali gempa vulkanik dari gunung berapi.
3. Gempa bumi tektonik konon tidak terjadi pada hari selasa. Gempa bumi juga tidak terjadi pada
saat terjadi hujan lebat dan badai sedang menimpa daratan.
4. Setelah terjadi gempa besar, biasanya akan segera turun hujan sangat lebat pada malam
harinya. Kejadian ini bisanya berlangsung hingga 3 kali/hari berturut-turut setiap malam hari.
Setelah gempa besar, apabila tidak terjadi hujan di malam harinya, hendaknya ekstra hati-hati
karena akan terjadi gempa susulan yang lebih besar. Apabia pasca gempa tektonik yang besar
tidak terjadi hujan, hendaknya ekstra hati-hati terhadap gempa susulan yang kemungkinan besar
akan terjadi.
Tanda-tanda Alamiah
1. Beberapa minggu dan hari sebelum terjadi gempa besar, biasanya akan muncul awan hitam
mulai siang hingga sore hari. Kemunculannya hanya sekali dua kali/hari, setelah itu lenyap dengan
sendirinya. Ciri-ciri awan hitam tersebut seolah bagaikan mendung tetapi tidak menghasilkan hujan,
warnanya hitam keabu-abuan bergumpal, tetapi rata menutupi seluruh ruang pandang di langit.
Awan hitam itu seolah jaraknya dengan bumi terasa sangat rendah/dekat. Tidak ada angin,
suasana mencekam, hening namun terkesan sangat mistis (beraura energi kuat).
2. Cermati bila keadaan di atas mulai tampak. Coba anda konsentrasi di dalam rumah dan coba
juga di luar rumah, apakah badan anda merasa panas/gerah atau malah cenderung dingin ? Jika
anda tidak merasakan gerah, seyogyanya anda lebih hati-hati.
3. Langit cerah dan bersih, kadang terdapat gumpalan awan putih dengan membentuk sebuah
konfigurasi yang aneh dan unik. Kadang muncul knfigurasi seperti pusaka misalnya keris, kujang,
rencong, ekor kuda, tongkat vertikal. Kadang berbentuk menyerupai wayang kulit, wajah raksasa,
wajah bola mata manusia dst. Berbagai konfigurasi awan yang aneh-aneh tersebut merupakan
gejala yang dipengaruhi oleh radiasi energi bumi, kondisi tekanan udara yang mengalami distorsi
oleh adanya desakan energi bumi yang melebihi kewajaran. Masing-masing konfigurasi awan
memiliki arti dan makna sendiri-sendiri. Untuk menerjemahkannya pun perlu keahlian khusus
setelah kita terbiasa mengolah rahsa pangrasa.
4. Di samping itu, saat sebelum gempa suhu terasa sangat panas menyengat melebihi kewajaran
biasanya. Bahkan pada saat anda di dalam ruangan atau rumah sekalipun. Rasakan dan cermati
hawa panas semacam ini, biasanya secara spontan membuat perasaan menjadi panik, gundah,
gelisah. Itulah panasnya hawa bebendu, sampai terasa panas di daun telinga kita, panas seperti
dipanggang api. Bila kita merasakan hawa dan gejala alam seperti ini hendaklah meningkatkan
kewaspadaan, biasanya hawa panas tersebut merupakan radiasi dari tegangan energi dari dalam
lempeng bumi yang siap terlepas menjadi energi gempa bumi tektonik yang besar. Hawa panas
semacam ini dapat kita rasakan dalam jarak hingga ribuan kilometer. Misalnya posisi kita sedang di
Jakarta, lalu merasakan hawa panas tersebut, yang menjadi gejala akan terjadi gempa di wilayah
Papua, Maluku, Ambon, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung. Hawa panas tersebut bisa di
rasakan dari mana arah datangnya. Nah, arah itulah menunjukkan lokasi tempat di mana akan
terjadi gempa bumi.
5. Rasakan aura panas “bebendu” tersebut, yang terasa mengalir dari dalam tanah, melewati
permukaan tanah lalu naik ke atas menjadi radiasi yang kuat.
6. Bila anda tidur di bawah tidak di atas ranjang, berarti anda langsung bersentuhan dengan
bumi. Saat itu anda bisa berkonsentrasi dan memasang indera batin dan kalbu anda untuk
mencermati suara yang berasal dari bawah permukaan tanah, atau yang berasal dari dalam bumi.
Apabila terdengar suara gemuruh, terkadang disertai letupan dan dentuman kecil, hendaknya
kewaspadaan ditingkatkan. Karena suara gemurh dan dentuman-dentuman itu merupakan proses
pergerakan lempeng bumi yang akan berubah menjadi kekuatan gelombang tektonik.
Tanda-tanda Khusus
Bagi yang telah terbiasa olah batin dan menajamkan rasa pangrasa, atau rahsa sejati akan lebih
mudah membaca peringatan dini dari sinyal-sinyal yang dipancarkan dalam gerak-gerik makhluk
penghuni alam semesta ini.
1. Beberapa minggu misalnya antara 4 s/d 12 minggu sebelumnya, kita dapat menyaksikan
peristiwa spektakuler, di mana terjadi eksodus besar-besaran oleh masyarakat “halus” dari arah
mata angin tertentu menuju ke satu arah yang lain. Misalnya dari arah selatan ke arah utara.
Disebut masyarakat karena mereka hidup berkelompok, juga membuat suatu koloni yang saling
berinteraksi di antaranya. Masyarakat “halus” itu rupanya sudah merasakan suhu panas yang
terpancar dari pusat gempa (episentrum). Walaupun gempa belum terjadi, namun energi tektonik
yang tertahan dan terakumulasi di dalam lapisan kulit bumi dalam sekian lama waktunya akan
menimbulkan spleteran energi yang terasa panas dan membuat badan terasa gerah sekali. Panas
itulah yang membuat mereka tidak betah/kuat lalu “mengungsi” menjauhi pusat-pusat panas calon
episentrum tersebut. Hal ini pernah terjadi 3 bulan sebelum gempa Jogja. Dan 2 bulan sebelum
gempa Bengkulu akhir tahun 2007 lalu.
2. Perilaku binatang yang tidak wajar alias keluar dari pakem kebiasaannya. Misalnya kucing,
anjing, mencari tempat-tempat yang dingin untuk berteduh/tidur. Biasanya kucing dan anjing betah
di tempat-tempat yang hangat dan panas. Kicau burung emprit gantil yang semakin intensif
terdengar di malam hari, padahal biasanya emprit gantil berkicau di pagi, siang, dan sore hari.
3. Hewan dan binatang melata, binatang yang hidup di dalam rongga tanah keluar berkeliaran
pada waktu-waktu diluar kebiasaannya, berkeliaran ke tempat-tempat yang tidak biasa disambangi
atau menjadi habitat hidupnya.
Demikian pengetahuan sederhana yang bisa saya share untuk para pembaca yang budiman, semoga
bermanfaat bagi kebaikan bersama. Tulisan ini antara lain sebagai upaya bersyukur secara konkrit,
karena Gusti Ingkang Murbeng Gesang telah memberikan anugrah hingga nyawa kami selamat dari
keganasan gempa tektonik yang melanda wilayah Bantul, Yogya, Sleman, Kulonprogo, Klaten dan
sekitarnya pada 27 Mei tahun 2006 lalu yang merenggut nyawa kurang lebih 8000 orang meninggal
dunia, 350 ribu rumah hancur lebur, 38.000 orang luka berat dan ringan. Dengan ngelmu-ngelmu
warisan leluhur tersebut, Gusti Hyang Manon mengijinkan kami “weruh sadurunge winarah” sehingga
dapat melakukan antisipasi menjaga keselamatan keluarga dan seluruh orang-orang terdekat.
Meskipun gagal meyakinkan pejabat dan pemegang tampuk pemerintahan tertinggi negeri ini untuk
melakukan langkah antisipasi.
Walau tatapan batin ini masih suram sekali memandang ke depan, namun tetap saja harapan kami tak
bergeming, semoga bencana alam dan bencana kemanusiaan segera usai, saya percaya suatu saat
nanti akan tiba waktunya, “habis gelap terbitlah terang”. Dan di saat itulah kelak banyak orang sadar
diri bahwa selama ini “kebenaran” yang erat-erat digenggamnya, ternyata imitasi, ”jauh panggang dari
api”.
ISI HALAMAN
o ATUR SABDO PAMBAGYO
KEJAWEN ; Ajaran Luhur Yang Dicurigai & Dikambinghitamkan
Rahasia Kekuatan Doa
Membangun Kesadaran Rasa Sejati
o PENGALAMAN GAIB
Misteri Kehidupan
Arwah Beramanat
Misteri Jenglot (Bathara Karang)
Reinkarnasi Atau Hukuman Tuhan ?
Naga Raksasa Di Langit Bengkulu
Rahasia Di Balik 40 Hari
Kunci Merubah “Kodrat”
o INFORMASI PENTING
“Bencana Spiritual Nusantara”
Misteri Di balik Bulan Sura
NPWP !!! Mudah & Gratis
Hubungan Leluhur & Kembalinya Kejayaan Nusantara
Negeri Penuh Teka-teki
Harta, Tahta, Wanita
o per-EMPU-an
Deklarasi Kaum Perempuan Nusantara
Perlukah Perempuan Disunat (circumsition)?
o ACARA
CV Lakutama
Spiritual Odyssey Vol 1
o Tembang~tembang Ki Sabdalangit
TULISAN TERBARU
o Pesan Merapi & “Satria Pambukaning Gapura”
o Teka-Teki Raden Jaya Sentika (seri~2)
o Dari Kita Oleh Kita untuk Nusantara !
o Review SO~3
o Kisah Pohon Beringin Roboh, Kembali Berdiri !
o Spiritual Odyssey Trip 3
o Sepenggal Kisah & Ucapan Terimakasih
o Acara Ruwatan Murwakala
o Ruwatan Murwakala
o Berguru Kepada Alam Semesta
o Mentalitas Kagetan & Gumunan
o Semoga Keselamatan Menaungi Seluruh Mahluk
o Review Spiritual Odyssey Trip 2
o Teka-Teki Raden Jaya Sentika
o Nilai Esensi Spiritual Odyssey
Komentar Terakhir
ATUR KAUNINGAN
Para pembaca yang budiman, dengan senang hati, saya persilahkan memberikan komentar, saran,
penegasan, termasuk bila anda ingin menyampaikan pendapat yang berbeda. Namun harapan saya,
marilah kita bersama-sama menyingkirkan segala macam adat istiadat buruk dalam berdiskusi dan
pergaulan luas. Kita hilangkan kebiasaan mudah terpancing emosi, kagetan dan gumunan, mudah
menyalahkan orang lain dan menganggap diri paling benar. Marilah kita bersama-sama membuka diri,
berbekal hati yang bersih, batin yang bening, kita belajar bersama di sini. Pada saat tertentu anda
menjadi guru bagi kami, namun di saat lain anda dapat belajar di sini dengan sajian seadanya. Kita
luruhkan sifat-sifat negatif, golek menange dewe, golek butuhe dewe, dan golek
Kunci Merubah “Kodrat”
“KASIH SAYANG DAN KETULUSAN”
KUNCI MENDAPATKAN WIRADAT
Sekelumit kisah yang ingin saya share kepada semua rekan-rekan ku di
sini. Tujuannya ujub, sombong, dan takabur ? TIDAK samasekali !
Semata-mata pengalaman ini saya tulis sebagai wujud rasa syukur saya
kepada Tuhan YME, di mana kami bersama istri diberi kesempatan emas
untuk menyaksikan dan mengalami langsung betapa Tuhan itu benar-
benar Maha Welas Asih, Maha Penyayang dan Mahakuasa. Saya juga
berharap, mudah-mudahan kisah ini bisa menggugah semangat bagi
siapapun yang sedang mengalami penderitaan, dan “nompo ganjaran”
sakit berat dari Gusti Allah. Semangat hidup dan semangat untuk sembuh
harus tetap ditumbuhkan dari dalam diri, karena dengan bekal semangat
itulah menjadi obat paling mujarab, sedangkan obat-obat medis dan
alternatif sebatas mensupport kesembuhan. Dengan semangat itu pula,
mukjizat Tuhan dapat kita raih. Mukjizat Tuhan hanya untuk orang-orang
yang percaya saja. Selain dari itu, saya mendapatkan pelajaran berharga
sekaligus membuktikan apa yang pernah diucapkan oleh leluhur saya
sewaktu masih hidup, beliau mengatakan bahwa “kodrat kuwi isih bisa
disuwunake wiradat ngger…carane krana welas asih lan
sakbener-benere tulusing ati !” artinya “kodrat itu masih bisa
dimohonkan untuk wiradat, caranya dengan sarana kasih sayang dan
ketulusan hati !” Dalam konteks ini leluhur saya yang culun dan ndeso,
memahami kodrat dengan maksud menunjuk ketentuan Tuhan yang
telah berlangsung, dan wiradat diartikan sebagai dispensasi atau bahkan
Tuhan berkenan mengubah apa yang telah menjadi kodrat tadi.
Bertahun-tahun lamanya saya berusaha mencerna nasehat itu, namun
terasa bebal otak saya untuk menelaahnya, karena bagi saya sangat sulit
untuk memahami kalimat yang terlalu sederhana di atas. Memang
kalimatnya terpampang seculun itu namun menyisakan pertanyaan
mendasar di benak ini, “lantas kasih sayang yang seperti apa yang
mampu menjadi sarat agar mendapatkan wiradat dari Tuhan Yang
Mahakuasa ?” Nah, kalau kodrat itu bisa dirubah jangan-jangan kodrat
tersebut hanyalah kehendak yang belum tuntas jalan ceritanya ?
Entahlah, terus terang saya makin mumet dibuatnya. Dan saya tidak
akan membahas sistem bekerjanya kodrat Tuhan karena hal itu sama
halnya memahami “jalan pikir” Tuhan. Jika membayangkan “jalan fikir”
Tuhan terus terang ciut nyaliku, karena sama halnya memberhalakan
Tuhan, menganggap Tuhan bagaikan manusia saja yang musti
menggunakan jalan fikir. Makin jauh dan mbulet lah !
Diagnosa Yang Mengejutkan
Peristiwa ini terjadi belum lama kira-kira sejak 1 tahun yll. Saat kami
dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang sedang melakukan USG pada
kandungan istri saya. Waktu itu saya antar isteri ke dokter RS Pantirapih
Jogja untuk melakukan cek up routin setahun sekali. Cek up jantung,
paru-paru, hati, pankreas, liver. Semua hasilnya baik, matur sembah
nuwun duh Gusti…! Lantas saya minta dokter memeriksa bagian organ
ginjal, dokter mulai mengarahkan ujung sensor USG ke bagian ginjal.
Lalu dokter bilang,” ginjal kiri dan kanan semuanya baik …tak ada
masalah ! Loh..?? Saya seketika meminta pak dokter mengulangi
diagnosa ginjal,” coba dokter, saya minta diulangi lagi, saya ingin melihat
mana dan seperti apa ginjal sebelah kiri, dan yang sebelah kanan !?
Dokter menuruti kembali mengarahkan alatnya untuk mengecek ginjal
kanan, ya terlihat jelas dan bagus ! Sebentar kemudian istri saya
meminta dokter segera mengecek ginjal kirinya sembari layar USG
diarahkan lebih jelas ke hadapan istri saya yang saking penasarannya.
Istri saya terperanjat, “dokter…itu benar ginjal kiri saya ? Dokter
menyahut, “ya benar, memang kenapa bu…? Saya dan istri hanya diam
namun saling bertatapan mata beribu makna karena terkesima. Saya
menyahut, “nggak apa-apa kok dok…makasih dok !
Satu Ginjal, Menjadi Utuh Kembali
Sepulang dari USG, saya dan istri masih tercengang atas apa yang
tampak oleh hasil diagnosa USG tadi. Ginjal kiri kanan utuh ??!! Mungkin
bagi orang yang tak pernah menghibahkan satu ginjalnya ke orang lain,
bukanlah hal yang mengejutkan. Namun karena istri saya 20 tahun yll
pernah menghibahkan ginjal sebelah kirinya kepada Ibu angkatnya. Awal
dari kisah ini, pada waktu istri saya duduk di bangku SLTA, diangkat anak
oleh keluarga petinggi AD di Jakarta. Beberapa tahun setelah diangkat
anak, Ibu angkat istri saya mengalami gagal ginjal kedua-duanya (kiri-
kanan). Waktu itu satu persatu anak-anak kandung diperiksa ginjalnya
apakah cocok dan memenuhi syarat medikal untuk ditransplantasi ke Ibu
kandungnya. Aneh, tak satupun yang cocok dan memenuhi sarat medis.
Sebaliknya hanya ginjal milik anak angkatnya saja yang cocok dan
memenuhi sarat medis, alias ginjal milik (calon) istri saya. Transplantasi
dilaksanakan di RSAD Gatot Subroto Jakarta, sejak itu sekian puluh tahun
istri saya hidup dengan satu ginjal saja. Efeknya hanyalah agak cepat
merasa lelah.
Waktu itu Ibu angkatnya (calon) isteri saya sudah berumur sekitar 60
tahun sewaktu ginjalnya ditransplantasi. Pada usia sekitar 75 tahun Ibu
angkat meninggal dunia dengan tenang dan sakit karena tua. Berarti
ginjal istri saya dipakai selama kira-kira 15 tahun lamanya. Lalu, pada
suatu siang hari (calon) istri saya yang waktu itu sudah tinggal lagi di
Jogja, tiba-tiba dipanggil Ibu angkat yang sedang opname di RSAD
Jakarta. Sesampainya di Jakarta langsung menuju RS membesuk Ibu
angkat. Lantas beliau berkata pada (calon) istri saya,” Hyas…aku matur
nuwun banget yo wis mbok silihi ginjelmu seprana-seprene, saiki aku wis
ora butuh meneh….nyoh tampanen ginjelmu saiki tak balekke nyang
nggonmu yo. (Hyas, aku berterimakasih sekali ya, sudah kamu pinjemi
ginjalmu selama ini, sekarang aku sudah tidak perlu lagi, nih..terimalah
ginjalmu sekarang aku kembalikan padamu ! Ibu angkat berucap
demikian dengan penuh ketulusan berterimakasih, sembari tangannya
seolah-olah memungut ginjalnya di perutnya sendiri lalu ditempelkan ke
perut (calon) istriku. Malamnya Ibu angkat meninggal dunia dengan
tenang, pulang ke haribaan Tuhan YME.
Pada Tahun 2005 akhir, saya pernah bermimpi namun sulit membedakan
apakah tadi itu mimpi atau memang dalam keadaan setengah sadar saya
melihat ada seorang berpakaian layaknya Raja, diiringi beberapa orang
berpakaian Jawa kuno membawa semacam bokor kencana (cupu besar
terbuat dari emas). Setelah dibuka, bokor kencana tersebut berisi ginjal
dan dengan sekejap kurang dari 5 detik, rombongan tadi seperti
“memasang” ginjal yang dibawanya ke dalam perut istri saya. Sewaktu
saya sadar betul, dalam posisi sedang terduduk di atas amben, samping
istri saya yang sedang tertidur seperti orang dibius. Saya bangunkan istri
dan saya tanya apa yang dirasakan, katanya tidak merasakan apa-apa.
Saya menceritakan apa yang barusaja terjadi di alam mimpi entah
noumena gaib kali ini saya tak bisa membedakannya. Setelah kejadian
itu, kami tak pernah membahas lagi, namun istri saya merasakan
badannya tidak seperti dulu karena terasa lebih fit dan tak mudah lelah.
Barulah pada awal 2008 ketika kami pergi ke dokter melakukan cek up
routin, semua misteri itu terkuak. Sampai-sampai kami berdua ragu atas
hasil diagnosa dokter, hingga akhirnya kami berkunjung ke tempat
saudara yang buka RS di Majenang, untuk bersilaturahmi dan sekalian
melakukan USG lagi. Hasilnya sama, ginjal istri saya benar-benar telah
pulih, kembali menjadi dua lagi setelah sekian puluh tahun dihibahkan
kepada Ibu angkatnya.
Mukjizat Menakjubkan
Dari kisah di atas ada suatu pelajaran berharga untuk hidup kami berdua
khususnya, bahwa segala sesuatu yang mustahil hanyalah karena
keterbatasan kekuasaan manusia semata, sementara itu tak ada yang
mustahil bagi Hyang Mahawisesa, Tuhan Yang Mahakuasa. Apapun bisa
terjadi. Selain itu, segenap pertanyaan yang ada dalam benak selama ini
terjawab sudah. Benar apa yang dinasehatkan oleh leluhur waktu itu,
bahwa kodrat dapat diwiradat melalui kasih sayang dan ketulusan
yang luar biasa. Tanpa ada contoh atau pengalaman hidup yang dapat
dijadikan sebagai indikator mengukur ketulusan dan kasih sayang yang
seperti apa sehingga dapat menjadi syarat terjadinya wiradat, tampaknya
saya tak akan mampu memahami kalimat tersebut. Di satu sisi Ibu
angkat istri saya telah mencurahkan kasih sayang yang tulus pada istri
saya selayaknya anak kandung sendiri. Sementara itu istri saya
memberikan ginjalnya kepada ibu angkatnya dengan penuh ketulusan
dan keikhlasan pula tanpa berharap imbalan apapun. Masing-masing
melakukannya secara tulus dan penuh kasih. Bahkan saat dibagikan
warisan berupa sebidang tanah dan bangunan di Cipayung Bogor, istri
saya tetap menolak, alasannya justru karena pernah memberikan sesuatu
yang sangat berharga pada Ibu angkatnya. Takut bila akan mencemari
atau menggugurkan ketulusan yang pernah ia berikan pada sang Ibu
(angkat). Dan selama puluhan tahun hanya dengan satu ginjal harus
bekerja berat agar dapat menanggung banyak kehidupan. Selama itu tak
pernah ia mengeluh dan merasa menyesal, bahkan pada suatu waktu
saat kena marah ibu angkat, tak pernah pula istri saya mengungkit-
ungkit jasa baiknya. Yah, saya banyak belajar tentang budi pekerti yang
luhur (akhlakul karim), ketulusan, keikhlasan, dan ketabahan yang ada
pada istri saya tercinta. Dan saya menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, betapa kekuasaan Tuhan sungguh sangat dekat dengan diri
manusia. Tuhan…Gusti Allah, Gusti kang Akaryo Jagad, jauh tidak ada
jarak, dekat tak bersentuhan. Matur sembah nuwun duh Gusti Ingkang
Murbeng Dumadi, sebagai wujud terimakasihku, aku harus selalu belajar
tulus, ikhlas, sabar, dan tabah. Jangan enggan membantu sesama,
berbuat baiklah pada orang lain tanpa pamrih, tak perlu berharap-harap
pahala, tak suka membangun permusuhan, hanya kinarya karyenak ing
tyas sesama. Kembali pada kodrating manungsa, duwe rasa, ora duwe
rasa duwe. Sebagai wujud netepi kodrat Ilahi Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Berbuat baik pada orang lain itu sesungguhnya
berbuat baik untuk diri kita sendiri. Dan satu lagi ; mukjizat Tuhan
hanya bagi orang yang percaya saja. sabdalangit
1. Pada waktu kandungan berusia usia 40 hari, si jabang bayi telah memiliki ruh.
2. Ruh mengalami pertumbuhan. Bila di usia kanak-kanak atau belum sempat
lahir seseorang telah meninggal dunia, maka ruhnya tetap mengalami
pertumbuhan menjadi dewasa.
3. Terkadang perjalanan ruh manusia ke dimensi alam ruh terganggu oleh
urusan dunia yang tidak terselesaikan. Sehingga ruh masih berada di dalam
dimensi bumi. Ruh inilah yang sering merasuk ke dalam tubuh orang lain, karena
kebingungan untuk menyampaikan pesan kepada orang yang masih hidup. Sadar
akan jasadnya yang telah rusak, maka ruh meminjam jasad orang lain. Terjadilah
apa yang dinamakan sebagai peristiwa kesurupan. Oleh sebab itu seyogyanya
kita lebih arif dan bijak, jangan buru-buru bertindak ikut-ikutan (ela-elu)
menganggap kesurupan itu hanyalah ulah setan penggoda iman. Penyimpulan
tergesa-gesa ini sungguh dangkal, jauh dari kearifan. Bisa dibayangkan
bagaimana perasaan kita bila mengetahui anggapan setan itu menimpa para
almarhum saudara atau keluarga kita sendiri.
40 Hari Setelah Kematian
Apa yang terjadi 40 hari setelah kematian seseorang ? Tak ada sumber otentik
dalam kitab suci yang menjelaskan secara tegas. Mungkin rahasia itu dibiarkan tetap
menjadi rahasia. Dan menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun yang selalu haus
akan dahaga spiritual. Namun bagi ajaran Kejawen, telah dijelaskan dengan
gamblang bila roh manusia akan melanjutkan “perjalanannya” ke alam baka bila
telah melewati hari ke 40 terhitung sejak hari kematiannya. Selama 40 hari itu roh
akan tetap tinggal di rumah-tinggalnya sendiri. Hanya bagi orang-orang tertentu saja
yang “pinilih” dan terpilih tidak perlu melewati masa “tenggang” 40 hari.
Kisah Gaib Sebagai Pembuktian
Saat itu saya menghadiri undangan acara selamatan “patangpuluh dina” (40 hari)
setelah wafatnya almarhum kerabat sebut saja namanya almarhum Pak W. Saat itu
acara doa tahlilan diikuti sekitar 80 orang selesai jam 8 malam, kemudian acara
dilanjutkan makan bersama dan membagi kenduri selamatan. Pada saat acara
makan bersama, munculah sosok badan halus perempuan tua kira-kira usia 75
tahun. Ternyata “bayangan” embah itu ibunya almarhum pak W yang sedang
diselamati 40 harinya. Saat saya melihat foto almarhum ibunya pak W yang
terpampang di dinding ternyata wajahnya mirip dengan sosok bayangan itu. Pastilah
ini almarhum ibunya pak W yang telah meninggal dunia tahun 1986 lalu. Seketika
saya mencoba mohon izin mengambil gambarnya agar saya mendapatkan bukti,
sebab seringkali apa yang saya lihat dianggap mengada-ada saja. Al hasil, karena
menggunakan kamera HP maka hasilnya langsung terlihat. Saya terkejut sendiri
ternyata gambarnya bisa tertangkap kamera. Entah kebetulan atau karena memang
atas ijin almarhum embah itu. Yang paling penting saya sudah berhasil
mendapatkan gambar “beliau”.
Setalah acara usai, hasil tangkapan kamera HP saya tunjukkan ke keluarganya dan
mereka terkejut serta membenarkan bahwa itu memang gambar ibunya, termasuk
pakaiannya itu juga yang dulu paling sering dikenakan almarhum. Bahkan saya
ditunjukkan sarung kesukaannya warna kotak-kotak yang mirip dengan yang ada di
dalam kamera. Selang tidak berapa lama, saya melihat lagi sosok bayangan
almarhum ibu itu tapi tidak sejelas tadi. Roh ibu itu tampak menggandeng anaknya
almarhum Pak W sambil tersenyum melambaikan tangannya, samar-samar
terdengar suara pak W, ”saya melanjutkan perjalanan ya nak” sambil melambaikan
tangannya. Saya berfikir pastilah ibu itu hadir di sini karena ingin menjemput
anaknya, tepat di hari ke 40 setelah wafatnya almarhum pak W.
Perhatikan Gambar berikut,
sosok perempuan tua posisi berdiri
mengenakan sarung motif kotak
Beliaulah almarhum ibunya almarhum Pak W
Adanya tulisan ini jauh dari niat eksploitasi kisah horor, namun dengan harapan
semoga ada hikmah yang dapat diambil para pembaca yang budiman, walau hanya
sebesar biji sawi.
Pohon Nogosari
RAGAM KAYU BERTUAH
Tidaklah bijak apabila benda bertuah dengan serta merta diartikan sebagai benda yang dihuni
makhluk halus. Sebagian masyarakat kita memang memiliki pemahaman demikian. Hal yang perlu
dliuruskan dengan menjawab pertanyaan,”dari manakah asal muasal kekuatan yang ada di balik
benda bertuah ? Secara awam kita bisa saja menjawab sumber kekuatan itu dari tuhan. Namun
jawaban demikian tentunya sangat klise apalagi bagi siapapun yang selalu menjunjung tinggi tradisi
ilmiah. Wajar lah kiranya, karena kita memilikii otak dengan kapasitas lebih besar agar dapat berguna
untuk berfikir ilmiah dan bijaksana.
ASAL KEKUATAN BENDA BERTUAH
Benda bertuah khususnya ragam kayu bertuah, biasanya kuantitasnya sangat terbatas. Sesuai
dengan hukum keseimbangan alam, semakin tinggi kualitas makhluk, sebaliknha kuantitasnya
semakin kecil. Seperti halnya binatang buas semakin buas jenis binatang, semakin kecil pula
kuantitasnya. Walau tampak kontradiktif, hal itu sebenarnya merupakan mekanisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup kayu atau binatang itu sendiri maupun kayu dan binatang
lainnya. Misalnya jika jumlah harimau melebihi jumlah hewan yang menjadi pakannya, maka lama-
kelamaan akan banyak harimau yang mati kelaparan dan bisa mengakibatkan kepunahan. Demikian
pula misalnya pohon beringin, semakin banyak pohon beringin tumbuh di suatu tempat justru akan
membuat kepunahan pepohonan lainnya karena pakan dan energinya mendominasi tumbuhan
lainnya. Kepunahannya bisa diakibatkan oleh evolusi alam maupun ulah manusia. Namun lebih
sering ulah manusia lah yang menyebabkan jenis-jenis tumbuhan dan binatang menjadi punah. Oleh
sebab itu pemanfaatan kayu yang sulit dibudidaya atau rentan tejadi kepunahan harus patuh kepada
hukum keseimbangan alam. Pada bagian akhir akan saya jelaskan mengenai hal ini.
Setiap jenis kayu memiliki karakter serat dan sel kayu yang berbeda-beda. Membuat sifat masing-
masing jenis kayu juga berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi pula oleh karakter iklim dan geologi di
mana jenis kayu tersebut dapat tumbuh dengan kualitas paling baik. Sehingga setiap jenis kayu
memiliki kegunaan, khasiat, kelebihan, maupun terdapat kekurangan yang berbeda-beda pula. Sedikit
telah saya singgung di atas soal faktor yang mempengaruhi dayaguna, sifat, karakter dan kekurangan
setiap jenis kayu. Namun semua itu masih dalam dimensi fisik. Selanjutnya dalam dimensi metafisik
atau sesuatu yang ada di balik benda fisik, yakni dari mana asal-muasal adanya tuah atau daya
kekuatan dari berbagai jenis kayu ? Berikut faktor-faktor yang dapat saya identifikasikan, paling tidak
berguna untuk memberikan penjelasan dari sudut pandang ilmiah.
Faktor Usia : Berpulang pada rumus bumi bahwa energi bersifat abadi (selama bumi masih eksis),
kehilangan energi hanyalah karena adanya perpindahan materi energi ke obyek dan mungkin dimensi
lainnya saja. Sebaliknya segala macam benda fisik tidak bersifat abadi, melainkan mengalami
kerusakan dan kehancuran. Ada jenis benda yang cepat rusak dan ada pula yang berusia sangat
lama hingga memakan waktu jutaan bahkan milyaran tahun. Benda-benda seperti kaca butuh waktu
antara 100 hingga 1000 tahun lebih untuk membusuk hingga dikatakan tidak bisa membusuk.
Demikian pula makhluk hidup ada yang berumur sangat pendek hingga berumur ribuan tahun,
termasuk di dalamnya ragam jenis tetumbuhan. Apapun benda dan tumbuhan yang ada di planet
bumi ini, bersifat menyerap dan memancarkan energi. Penyerapan energi sebagai in-put dan
pemancaran energi sebagai out-put. Antara in-put dan out-put menjadi mekanisme yang selaras dan
seimbang. Terkurasnya energi hingga terasa lemah dan lemas merupakan peristiwa
ketidakseimbangan antara in-put dengan out-put energi ke dalam tubuh atau tumbuhan. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor di antaranya penyakit yang menimbulkan gangguan metabolisme dan
gangguan asupan makanan sebagai sumber energi. Secara umum suatu benda hidup selalu surplus
dalam mekanisme in-put dan out-put energi. Pada tumbuhan, kelebihan energi akan disimpan dan
menyatu dengan batang terutama pada inti batang (Jawa: galih) pohon yang biasanya berwarna lebih
tua dan terletak di lingkaran paling dalam batang pohon. Bagian luar kayu terlebih bagian kulit terdiri
dari sel-sel muda, sementara itu bagian dalam merupakan pemadatan dari sel-sel yang lebih tua.
Semakin tua umur pohon, semakin besar lingkaran galih pohon. Semakin besar pula mengakumulasi
energi alam. Akumulasi energi inilah yang mempengaruhi besar-kecilnya tuah suatu pohon.
Faktor Karakter Sel. Selain faktor usia, kayu bertuah disebabkan oleh unsur yang terkandung dalam
zat serta sifat-sifat sel pohon. Spesifikasi unsur zat dan sifat suatu pohon akan menentukan dari
mana asal unsur energi yang diserapnya. Misalnya pohon yang banyak menyerap energi tanah, akan
menjadikan pohon tersebut dapat berfungsi sebagai ground atau bermanfaat sebagai penetralisir
daya listrik positif. Peristiwa ini terjadi misalnya pada pohon Nagasari. Hal yang sama terjadi pada
ragam jenis bebatuan alam. Sehingga kita dapat memahami bagaimana batu akik dapat memiliki
energi yang spesifik dan mempunyai khasiat yang khusus pula.
Faktor Lokasi. Pada jenis pohon yang sama, tetapi tumbuh di lokasi yang berbeda akan dapat
menentukan pula perbedaan serapan energi. Hal itu menentukan besar kecilnya khasiat atau daya
kekuatan kayu walaupun ia masih dalam satu jenis. Bereda lokasi alam tentu berbeda pula pusaran
energinya. Lokasi alam yang lebih besar memancarkan energi memungkinkan untuk menambah
besarnya energi yang terserap pohon yang tumbuh di tempat itu.
Faktor Spesifik. Faktor ini lebih sulit diidentifikasi karena untuk pembuktian juga jauh lebih sulit. Yakni
karakter pohon yang banyak menyerap energi alam dan mampu mengikat energi itu dalam waktu
yang tidak diketahui batas waktunya atau relatif permanen. Bahkan pohon yang sudah ditebang pun
kayunya masih mampu menyerap energi alam. Karakternya hampir menyerupai batu alam hanya
bedanya benda ini pernah tumbuh dan hidup dalam waktu yang panjang.
Dapat disimpulkan bahwa kayu yang memenuhi keempat faktor di atas, yakni berasal dari pohon
yang banyak menyerap energi alam, yang tumbuh di lokasi alam berenergi besar dan berusia sangat
tua, tetapi mampu mengikat energi relatif permanen. Akan menjadikannya kayu yang berkhasiat
super istimewa atau kayu sangat bertuah, powerfull. Bagi seseorang yang kurang memahami hakekat
alam, bisa saja dengan gegabah menyimpulkan kayu tersebut dihuni oleh jin atau makhluk halus. Ini
pendapat yang konyil sekali. Biasanya pendapat demikian dari orang yang justru tidak ada
kemampuan melihat dan mendeteksi secara metafisis sebuah kayu. Yang lebih parah pendapat
gegabah tersebut diikuti oleh seseroang yang kemudian dijadikannya sebagai sarana propaganda
agama untuk mendiskreditkan orang lain. Dari berbagai uraian di atas adalah berbagai ragam jenis
kayu bertuah yang berasal dari tanah Nusantara ini. Di antaranya berikut ini ;
Ragam Kayu Bertuah
Pohon Nogosari
Tidaklah bijak apabila benda bertuah dengan serta merta diartikan sebagai benda yang dihuni
makhluk halus. Sebagian masyarakat kita memang memiliki pemahaman demikian. Hal yang perlu
dliuruskan dengan menjawab pertanyaan,”dari manakah asal muasal kekuatan yang ada di balik
benda bertuah ? Secara awam kita bisa saja menjawab sumber kekuatan itu dari tuhan. Namun
jawaban demikian tentunya sangat klise apalagi bagi siapapun yang selalu menjunjung tinggi tradisi
ilmiah. Wajar lah kiranya, karena kita memilikii otak dengan kapasitas lebih besar agar dapat berguna
untuk berfikir ilmiah dan bijaksana.
Benda bertuah khususnya ragam kayu bertuah, biasanya kuantitasnya sangat terbatas. Sesuai
dengan hukum keseimbangan alam, semakin tinggi kualitas makhluk, sebaliknha kuantitasnya
semakin kecil. Seperti halnya binatang buas semakin buas jenis binatang, semakin kecil pula
kuantitasnya. Walau tampak kontradiktif, hal itu sebenarnya merupakan mekanisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup kayu atau binatang itu sendiri maupun kayu dan binatang
lainnya. Misalnya jika jumlah harimau melebihi jumlah hewan yang menjadi pakannya, maka lama-
kelamaan akan banyak harimau yang mati kelaparan dan bisa mengakibatkan kepunahan. Demikian
pula misalnya pohon beringin, semakin banyak pohon beringin tumbuh di suatu tempat justru akan
membuat kepunahan pepohonan lainnya karena pakan dan energinya mendominasi tumbuhan
lainnya. Kepunahannya bisa diakibatkan oleh evolusi alam maupun ulah manusia. Namun lebih
sering ulah manusia lah yang menyebabkan jenis-jenis tumbuhan dan binatang menjadi punah. Oleh
sebab itu pemanfaatan kayu yang sulit dibudidaya atau rentan tejadi kepunahan harus patuh kepada
hukum keseimbangan alam. Pada bagian akhir akan saya jelaskan mengenai hal ini.
Setiap jenis kayu memiliki karakter serat dan sel kayu yang berbeda-beda. Membuat sifat masing-
masing jenis kayu juga berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi pula oleh karakter iklim dan geologi di
mana jenis kayu tersebut dapat tumbuh dengan kualitas paling baik. Sehingga setiap jenis kayu
memiliki kegunaan, khasiat, kelebihan, maupun terdapat kekurangan yang berbeda-beda pula. Sedikit
telah saya singgung di atas soal faktor yang mempengaruhi dayaguna, sifat, karakter dan kekurangan
setiap jenis kayu. Namun semua itu masih dalam dimensi fisik. Selanjutnya dalam dimensi metafisik
atau sesuatu yang ada di balik benda fisik, yakni dari mana asal-muasal adanya tuah atau daya
kekuatan dari berbagai jenis kayu ? Berikut faktor-faktor yang dapat saya identifikasikan, paling tidak
berguna untuk memberikan penjelasan dari sudut pandang ilmiah.
Faktor Usia : Berpulang pada rumus bumi bahwa energi bersifat abadi (selama bumi masih eksis),
kehilangan energi hanyalah karena adanya perpindahan materi energi ke obyek dan mungkin dimensi
lainnya saja. Sebaliknya segala macam benda fisik tidak bersifat abadi, melainkan mengalami
kerusakan dan kehancuran. Ada jenis benda yang cepat rusak dan ada pula yang berusia sangat
lama hingga memakan waktu jutaan bahkan milyaran tahun. Benda-benda seperti kaca butuh waktu
antara 100 hingga 1000 tahun lebih untuk membusuk hingga dikatakan tidak bisa membusuk.
Demikian pula makhluk hidup ada yang berumur sangat pendek hingga berumur ribuan tahun,
termasuk di dalamnya ragam jenis tetumbuhan. Apapun benda dan tumbuhan yang ada di planet
bumi ini, bersifat menyerap dan memancarkan energi. Penyerapan energi sebagai in-put dan
pemancaran energi sebagai out-put. Antara in-put dan out-put menjadi mekanisme yang selaras dan
seimbang. Terkurasnya energi hingga terasa lemah dan lemas merupakan peristiwa
ketidakseimbangan antara in-put dengan out-put energi ke dalam tubuh atau tumbuhan. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor di antaranya penyakit yang menimbulkan gangguan metabolisme dan
gangguan asupan makanan sebagai sumber energi. Secara umum suatu benda hidup selalu surplus
dalam mekanisme in-put dan out-put energi. Pada tumbuhan, kelebihan energi akan disimpan dan
menyatu dengan batang terutama pada inti batang (Jawa: galih) pohon yang biasanya berwarna lebih
tua dan terletak di lingkaran paling dalam batang pohon. Bagian luar kayu terlebih bagian kulit terdiri
dari sel-sel muda, sementara itu bagian dalam merupakan pemadatan dari sel-sel yang lebih tua.
Semakin tua umur pohon, semakin besar lingkaran galih pohon. Semakin besar pula mengakumulasi
energi alam. Akumulasi energi inilah yang mempengaruhi besar-kecilnya tuah suatu pohon.
Faktor Karakter Sel. Selain faktor usia, kayu bertuah disebabkan oleh unsur yang terkandung dalam
zat serta sifat-sifat sel pohon. Spesifikasi unsur zat dan sifat suatu pohon akan menentukan dari mana asal
unsur energi yang diserapnya. Misalnya pohon yang banyak menyerap energi tanah, akan menjadikan pohon
tersebut dapat berfungsi sebagai ground atau bermanfaat sebagai penetralisir daya listrik positif. Peristiwa ini
terjadi misalnya pada pohon Nagasari. Hal yang sama terjadi pada ragam jenis bebatuan alam. Sehingga kita
dapat memahami bagaimana batu akik dapat memiliki energi yang spesifik dan mempunyai khasiat yang khusus
pula.
Faktor Lokasi. Pada jenis pohon yang sama, tetapi tumbuh di lokasi yang berbeda akan dapat menentukan pula
perbedaan serapan energi. Hal itu menentukan besar kecilnya khasiat atau daya kekuatan kayu walaupun ia
masih dalam satu jenis. Bereda lokasi alam tentu berbeda pula pusaran energinya. Lokasi alam yang lebih besar
memancarkan energi memungkinkan untuk menambah besarnya energi yang terserap pohon yang tumbuh di
tempat itu.
Faktor Spesifik. Faktor ini lebih sulit diidentifikasi karena untuk pembuktian juga jauh lebih sulit. Yakni karakter
pohon yang banyak menyerap energi alam dan mampu mengikat energi itu dalam waktu yang tidak diketahui
batas waktunya atau relatif permanen. Bahkan pohon yang sudah ditebang pun kayunya masih mampu
menyerap energi alam. Karakternya hampir menyerupai batu alam hanya bedanya benda ini pernah tumbuh dan
hidup dalam waktu yang panjang.
Dapat disimpulkan bahwa kayu yang memenuhi keempat faktor di atas, yakni berasal dari pohon yang banyak
menyerap energi alam, yang tumbuh di lokasi alam berenergi besar dan berusia sangat tua, tetapi mampu
mengikat energi relatif permanen. Akan menjadikannya kayu yang berkhasiat super istimewa atau kayu sangat
bertuah, powerfull. Bagi seseorang yang kurang memahami hakekat alam, bisa saja dengan gegabah
menyimpulkan kayu tersebut dihuni oleh jin atau makhluk halus. Ini pendapat yang konyil sekali. Biasanya
pendapat demikian dari orang yang justru tidak ada kemampuan melihat dan mendeteksi secara metafisis
sebuah kayu. Yang lebih parah pendapat gegabah tersebut diikuti oleh seseroang yang kemudian dijadikannya
sebagai sarana propaganda agama untuk mendiskreditkan orang lain. Dari berbagai uraian di atas adalah
berbagai ragam jenis kayu bertuah yang berasal dari tanah Nusantara ini. Di antaranya berikut ini ;
~Efek kerejekian
~Keselamatan
~Ketenteraman
~Kewibawaan
~Kekuatan
3. Kayu Mentawa/tawa
4. Kayu Lotrok
~Menyembuhkan penyakit akibat daya negatif seperti ; santet, tenung, jengges, guna-guna, pelet,
dsb.
Kayu Lotrok
5. Kayu Tengsek
Kayu Tengsek
6. Kayu Telasih
7. Kayu Kebek/Kebak
8. Kayu Pronokuning
~Menjaga kesehatan
~Ketentraman
Kayu Pronokuning
9. Kayu Boga
Kayu Kalimosodo
~Anti petir
~Efek kewibawaan
Kayu Nagasari
~Mengasapi pusaka
~Kemuliaan
Kayu Liwung
~Efek kewibawaan
~Anti hama
~Pengasihan
~Kehangatan
~Kesetiaan
~Kebahagiaan
CATATAN PENTING
Kiranya perlu untuk saya sampaikan cara pemanfaat berbagai ragam kayu bertuah seperti di atas
bukan dengan cara menebang pohonnya, kecuali roboh oleh peristiwa alam dan alamiah misalnya
usianya sudah terlalu tua atau mengambil dahan yang patah terkena angin, hujan atau akibat force
major. Hindari pemanfaatan kayu yang diambil dengan cara sengaja menebangnya. Pemanfaatan
kayu dengan cara menebang pohonnya atau sekedar memotong dahannya biasanya akan sangat
mengurangi atau bahkan menghilangkan samasekali keampuhan khasiat kayu-kayu tersebut. Bahkan
untuk beberapa di antaranya kayu seperti kayu Nagasari daya kekuatan dan khasiatnya akan pudar
kemudian hilang dengan sendirinya. Hal itu dapat dijelaskan dengan metode keselarasan dan
harmonika antara manusia dengan alam. Manusia tidak bolek merusak alam dengan alasan apapun.
Apalagi terhadap kayu-kayu bertuah yang biasanya sangat terbatas jumlahnya. Demikian apa yang
dapat saya share kepada sedulur dan seluruh pembaca yang budiman. Dengan harapan ada sedikit
manfaat, menambah khasanah ilmu dan spiritual khususnya yang ada di Nusantara.
Salam karaharjan
Sabdalangit
At Boarding Room
Tulisan dari ‘MENGUNGKAP MISTERI 2012’ Kategori
2012 (4)
Persaingan antara kepentingan politik kian memanas, ketat dan carut marut. Masing-masing
kekuatan jahat mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangi pertarungan. Energi jahat
melawan energi jahat. Mulut-mulut lebar saling berkoar mencari menangnya sendiri. Sandiwara
politik kian menggemparkan. Akrobat politik semakin menakjubkan. Semua berebut benarnya sendiri,
berebut butuhnya sendiri, berebut menangnya sendiri. Skandal ditutup dengan kasus baru. Kasus-
kasus lama diam-diam disimpan untuk amunisi bila kelak diperlukan. Manusia lupa kemanusiaannya.
Mana sesungguhnya binatang mana sesungguhnya manusia sulit diidentifikasi. Banyak orang lupa
siapa jati dirinya. Skandal ditimbun kasus baru. Gali kasus tutup kasus, gali skandal tutup skandal.
Nasib bangsa ini berada ditangan generasi penerusnya. Kaum intelek dan akademisi, dan semua
yang telah sadar akan jati diri. Yang telah merdeka lahir dan batinnya. Para putra-putri Nusantara
yang telah kenyang akan segala macam ancaman dan intimidasi yang digemari oleh jiwa-jiwa fasis
(termasuk “theo-facism“). Semua itu tak akan pernah ciutkan nyali jiwa-jiwa merdeka generasi
penerus bangsa.
RUNTUH 2012
Menggah ingkang tansah eling lan waspada. Wus akeh pratanda jaman. Suro-culiko, mowo pratondo
jugruging wewangunan. Runtuhnya beberapa jembatan, runtuhnya tembok pembatas, runtuhnya
tiang pancang, runtuhnya bangunan sekolah, runtuh tebing-tebing bukit menimpa rumah-rumah
warga, runtuhnya pesawat ke belukar hutan, runtuhnya gerbong kereta, runtuhnya kapal besar ke
dasar laut. Gunung-gunung meruntuhkan debu dan laharnya ke daratan. Sungai-sungai meruntuhkan
tebing dan bantaran membawa reruntuhan pasir dan bebatuan.
Kita akan memasuki tahun di mana terjadi fase keruntuhan. Rutuhnya perekonomian nasional dalam
kondisi paling parah sepanjang sejarah, akibat ulah para rampok dan gerombolan kecu kekayaan
negara. Ditambah lagi efek domino runtuhnya perekonomian dunia. Runtuhnya wibawa politik para
penguasa dan wakil rakyat akibat tindakan lacur dan lancung. Runtuhnya kredibilitas penegakan
hukum akibat keberpihakannya pada uang dan jabatan. Runtuhnya kejujuran para pendakwah agama
akibat kepentingan periuk dan bermodalkan buaian kata-kata. Runtuhnya jiwa-jiwa manusiawi
menjadi angkara murka. Runtuhnya humanisme menjadi sadisme. Runtuhnya adab menjadi biadab.
Runtuhnya moralitas menjadi amoralitas. Read more…
1. Jika memandang tanpa berkedip kepada si majikan, yang memelihara akan memperoleh
rejeki.
2. Jika duduk tidak bergerak di hadapan majikan, maka yang memelihara akan memperoleh
anugrah.
3. Jika tidak pergi dari sudut rumah atau bertempat di situ, pertanda si majikan akan
memperoleh keuntungan. Jika bertempat tinggal secara bergantian dari empat sudut rumah,
pertanda si majikan akan memperoleh anugrah besar.
4. Jika tidur di atas ikat kepala, sorban, iket, baju majikan, maka yang memelihara akan
memperoleh uang halal.
5. Jika kucing bergulung akan mendapat fitnah dari orang.
6. Jika menunjukkan kukunya kepada si majikan, menjadi pertanda akan ada penjahat yang
menginginkan harta benda si majikan.
7. Berbulu putih dan pada bagian dada sampai punggung ada warna hitam (tembong)
namanya kucing sanggabuwana. Tidak baik dipelihara, yang memelihara selalu menderita
sakit.
8. Berbulu hitam mulus dan panjang ekornya, namanya kucing putrakajantaka, tidak baik
dipelihara. Berwatak selalu menumpahkan darah. Si pemeliharanya sering memperoleh
musibah.
9. Berbulu kembang asem, attau coklat muda, panjang ekornya/bundel. Namanya kucing
bramapati. Bersifat tidak baik yang memelihara sering kehilangan dan boros. Akan tetapi jika
ekornya bundel, dan ekornya berwarna bule ada juga baiknya. Walau yang memelihara boros,
tetapi berwatak menuntut pada kebaikan.
10. Kucing yang berbulu apa saja tetapi di bagian kepala, dada serta punggungnya ada usar-
usarnya, namanya kucing candramawa. Bersifat amat baik, si pemelihara akan memperoleh
keuntungan serta kemuliaan.
11. Kucing yang bisu, berwarna apa saja, namanya wisnutapa. Bersifat baik, yang
memelihara akan tercapai segala yang diinginkannya serta mendapat keselamatan.
12. Kucing yang ke empat buah kakinya berwarna hitam, namanya witanaba. Bersifat baik
yang memelihara memperoleh keselamatan.
13. Kucing yang keempat telapak kakinya dapat mencapai kepala, namanya kusumawibawa,
bersifat baik, yang memelihara akan banyak memperoleh rejeki.
14. Kucing yang berwarna hitam, lambung kiri tembong putih, namanya wulantumanggal.
Bersifat baik, si pemilik akan memperoleh apa yang diinginkah serta memperoleh
keselamatan.
15. Putih warnanya, kepala sampai dada ada galer atau garis berwarna hitam, namanya
janggamengku, bersifat baik, si pemelihara akan memperoleh banyak keberuntungan dan
keselamatan.
MENGUNGKAP MISTERI 2012
MISTERI 2012
(Seri 1)
Misteri 2012 terasa bagai gejala yang mengetuk pintu hati dan meminta perhatian dengan
pemikiran-pemikiran yang jernih, kebersihan hati dan kebeningan jiwa. Tujuan tulisan ini
bukan lain untuk menciptakan sikap pembaca yang investigative, intuitif, untuk membantu
siapapun berpikiran terbuka dalam mengekplorasi misteri 2012 secara efisien, menyeluruh
dan dari sejumlah sudut pandangan yang berbeda-beda.
Saya pribadi kadang masih berfikir apakah menjadi suatu hal yang blunder, menyesatkan,
bila kita membuat suatu pandangan tentang keadaan apa yang akan terjadi pada saat dan
setelah 2012. Namun demikian, intuisi demi intuisi, perlambang demi perlambang bahkan
sebuah “kabar gaib” yang sempat saya dapatkan secara tak sengaja mengenai gambaran 2012.
Hati nurani saya justru mengajak untuk berbagi info dan mendiskusikan dengan rekan-rekan
terutama yang memiliki minat dan perhatian pada hal yang sama. Dengan pertimbangan,
semakin kita arif dan bijak mensikapi segala kemungkinan yang akan terjadi 2012 akan
membuat diri kita lebih hati-hati, eling dan waspadha menjalani kehidupan mendatang yang
penuh misteri. Tentu saja harapan kita semua pada 2012 adalah keadaan yang lebih baik dan
positif dari sebelumnya. Namun begitu kita harus siap mengantisipasi segala kemungkinan
buruk yang akan terjadi. Semampu
kita, dan kita upayakan secara maksimal. Soal ketentuan akhir sudah ada Kekuatan Maha
yang menentukan.
Taruhlah kejadian yang diprediksi ribuan futurolog dan visioner dunia itu benar-benar akan
terjadi pada 21-12-2012, lantas bagaimana kita mensikapi segala kemungkinan yang akan
terjadi itu ? Kita tentu saja dihadapkan pada dua pilihan, pertama; menunggu peristiwa
dengan sikap apatis, dan hanya berdiri sebagai penonton yang sewaktu-waktu harus siap
menjadi korban apa yang ditontonnya ? Atau kedua ; kita memilih bersikap antisipasi,
mempersiapkan diri akan segala kemungkinan itu dengan daya upaya maksimal sebisa kita
lakukan. Artinya kita tidak apatis, tetapi berusaha memecahkan misteri sebisanya agar supaya
kita dapat menentukan langkah positif apa yang harus kita lakukan. Lebih dari itu agar kita
menjadi lebih peka, responsive, dan secara kreatif terlibat dalam kemungkinan-kemungkinan
yang akan terungkap di sekitar kita. Siapa tahu, sejak 2012 adalah realitas yang selama ini
masih menjadi rahasia besar akan terungkap. Entah hal itu mengenai realitas sosial-ekonomi,
sains, teknologi, maupun noumena (realitas transenden) yang ada di luar diri kita, meliputi
system kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dunia selama ini. Semuanya tidak mustahil
akan terjadi.
MY ESTIMATION
Namun bagi saya pribadi memahami bahwa “kiamat” yang diprediksi terjadi 2012
merupakan sebuah peristiwa besar yakni evolusi kesadaran manusia akan fenomena dan
noumena yang ada dan sesungguhnya terjadi di sekeliling kita. Kejadian-kejadian yang akan
menimpa alam semesta, hanyalah percikan dari realitas yang sesungguhnya ada dan
sebenarnya terjadi di dalam jati diri kita, dan di luar diri kita (transenden). Perubahan dan
peristiwa yang terjadi dalam alam semesta adalah peristiwa dan perubahan yang terjadi pada
jati diri kita. Karena manusia dengan alam semesta sesungguhnya bukanlah dua benda
(makhluk) yang berbeda dan terpisah, hakekat materi dan unsur-unsur keduanya adalah satu
dan sama. Hanya wujud kulitnya saja yang berbeda.
Religi pun terlalu menggeneralisir ===jika tak mau disebut menyederhanakan=== persoalan-
persoalan jagad raya yang teramat sangat kompleks ini. Maka peristiwa 2012 pun tak bisa
dijawab dengan tuntas oleh dogma. Sebuah misteri ada pada 2012 merupakan siklus 26.000
tahun di mana terjadi sebuah siklus besar galaktika. Keterbukaan sikap kita, akan membawa
pada pandangan yang lebih luas yang lengkap dengan dimensi aktif, kasat mata, melengkapi
energy yang sudah ada sebelumnya.
Bukankah selama ini antara jati diri manusia dengan “jati diri” alam semesta telah bercerai
dan terpisah dalam jarak yang teramat jauh. Manusia bahkan merasakan alam semesta
bukanlah jati dirinya. Semua berawal dari kehendak manusia yang bertolak-belakang dengan
kehendak alam semesta. Maka misteri 2012 bisa jadi merupakan saat di mana akan
terungkapnya misteri kekuatan kosmos yang selama ini tak pernah dibayangkan oleh sains
dan teknologi modern maupun ajaran dan pandangan agama. Manusia menyaksikan sendiri
apa-apa yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Segala hal yang selama ini kita yakini dan
percaya, mungkin saja belum apa-apanya dibanding kenyataan yang akan disaksikan oleh
mayoritas makhluk planet bumi pada 2012 dan setelahnya. Hal ini selanjutnya saya istilahkan
sebagai “evolusi kesadaran” manusia dari manusia kesadaran rendah menuju manusia
kesadaran lebih tinggi. Segalanya mungkin saja terjadi sebab Tuhan Mahaluas tiada batasnya.
Sehingga dapat dikatakan 2012 sebagai proses seleksi alamiah. Hanya orang-orang yang
eling dan waspada yang akan “lahir” menjadi manusia generasi baru, menjadi “adam-adam”
baru manusia yang sudah berhasil menjalani proses evolusi, dari kesadaran rendah, insting
dasar hewani (lymbic section) menjadi manusia kesadaran rasasejati. Evolusi dari binatang
bertubuh manusia menjadi manusia bertubuh manusia. Atau bahkan perjalanan evolutif
manusia bertubuh manusia menjadi malaikat bertubuh manusia, dewa bertubuh manusia, nur
sejati berbalut manusia. Munculah manusia-manusia berperadaban baru, yang meninggalkan
“prinsip” homo homini lupus. Agama sebagai system kepercayaan dan merupakan bagian
dari peradaban manusia akan mengalami evolusi frontal, menjadi kesadaran spiritual yang
universal. Lalu semakin berakhirlah konflik memperbutkan “kulit” agama.
Jika demikian keadaannya, maka siklus galaktika 26.000 tahun adalah proses alam semesta
untuk me-resetting kehidupan planet bumi kembali ke starting point. Manusia dipaksa
kembali ke dalam koridor hukum dan irama alam. Menjadi manusia yang sinergis dan
harmonis kembali dengan lingkungan alam. Lahirlah manusia-manusia baru hasil seleksi
alam, sebagai manusia dengan jiwa spiritual tinggi yang tidak lagi terjebak oleh
kebodohan/kejahiliahan. Jika “kiamat” merupakan suatu kehancuran, maka yang hancur
bukan buminya, melainkan segala hal yang selama ini telah keluar dari kodrat/hukum jagad
raya. Yang tersisa tinggalah segala sesuatu yang masih melekat dalam kodrat alam. Cara kita
melekatkan diri pada kodrat alam, tentu saja dengan cara eling dan waspada. Di luar itu, kita
akan menjadi manusia-manusia yang menentang kodrat alam. Pastilah tergilas oleh kekuatan
kosmik misterius (Kiamat) yang sewaktu-waktu terjadi.
KiAmat dan NyiAmat telah lama “bercerai”, kini pasangan itu akan rujuk kembali pada saat
hitungan weton terbaik yang telah lama ditentukan yakni 2012. Selanjutnya berbahagialah
menjadi sebuah pasangan yang harmonis dan dinamis. Antara jati diri manusia dan jati diri
alam semesta. Semoga diberkahi Gusti Ingkang Murbeng Gesang. Selamat datang Ki-Amat,
Nyi-Amat telah lama merindukanmu untuk bersatu kembali !!!
Berlanjut…..
(seri 2)
Terdapat banyak sekali gagasan dari para futurolog dan visioner tentang apa yang kita
harapkan dengan semakin dekatnya akhir kalender Maya tepatnya tahun 2012. Mayoritas
pengamat merasa bahwa akan ada kejadian luarbiasa yang penuh misteri. Sesuatu akan
terjadi, namun sulitnya memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi nanti. Segala macam
peristiwa mungkin saja terjadi bahkan di luar apa yang dapat kita bayangkan, yang akan
menimpa tatasurya jagad raya, di mana planet bumi merupakan bagian sangat kecil bagai
debu di antara gugusan galaktika. Sementara itu, waktu terus bergerak linier, saat ini pada
angka 2009 artinya semakin mendekati angka 2012 tak terasa kurang lebih hanya tinggal 3
tahun lagi. Lantas hal yang paling bijak kita lakukan adalah mencermati apa-saja yang
tampak dan bisa dilihat sebagai gejala atau fenomena yang mendekati dan mengarah pada
berbagai prediksi. Kenapa kita perlu prediksi ? Saya kira kita paham bahwa menempuh
menjalani kehidupan ini selalu menggunakan prediksi untuk menentukan langkah-langkah
hari ini, menuai hasil di hari esok. Sebab pada dasarnya hidup ini adalah hari pembalasan,
hari penghitungan atau khisab. Tak perlu menunggu 2012, dan tak perlu menanti hari
“kiamat” karena apa yang kita alami hari ini merupakan buah khisab dari apa yang kita
lakukan hari kemarin, minggu lalu, bulan lalu atau tahun yang lalu. Hukum sebab akibat atau
karma merupakan buah dari adanya hari pembalasan atau khisab.
MISTERI KELENDER & PERADABAN MANUSIA
Sebelum abad ke 20 sejak ditemukannya sistem kalender Masehi, sistem kalender Maya
tampaknya menjadi metode paling canggih dalam menelusuri jejak langkah galaktika yang
teramat luas. Bahkan saat ini kalender Maya modern tetap mengikuti waktu galaktika seperti
semula, tetapi juga mengikuti kalender waktu lokal seperti sistem yang diwartakan ilmuwan
astronomi sekelas Michael D Coe. Bahkan Coe sangat kagum dengan kalender yang dibuat
bangsa Maya hingga ia katakan,”tidak terpeleset satu hari pun selama 25 abad lamanya.
Seperti kita ketahui, kalender Masehi menggunakan siklus matahari dan bulan, sementara itu
kalender Maya membuat kesadaran kita menjadi lebih terbuka lebar sebab bangsa Maya
menerapkan konfigurasi ruang angkasa yang langka dari sistem tata surya; matahari, planet
kita, dengan pusat galaksi kita. Sebuah konfigurasi yang hanya terjadi sekali setiap periode
26.000 tahun lamanya.
Bagi sebagian pengamat terutama dalam pandangan tradisional tentang sejarah dan budaya,
peradaban Maya merupakan sebuah anomali. Catatan arkeologi menunjukkan bangsa Maya
pertama muncul secara “tiba-tiba” pada lebih dari 1,5 juta tahun lalu. Suku bangsa Maya
bertempat tinggal di area terpencil di mana sekarang dikenal sebagai semenanjung Yucatan
Mexico, Guatemala hingga mencapai beberapa wilayah Honduras dan Belize. Tak
seorangpun dan satupun teori yang dapat menjelaskan secara akurat dan pasti akan “teka-teki
Maya”. Secara demografis dan sosiologis, mengesankan ekslusifisme teknologi Maya, yang
tidak terjamah oleh peradaban suku bangsa lainnya. Para ahli sejarah, arkeologi, antropologi
dan sosiologi tidak menemukan jejak suku bangsa dan kebudayaan lainnya yang sejalan dan
sepadan dengan suku bangsa Maya. Hanya saja, secara tipologis dan karakteristik suku
bangsa Jawa memiliki kemiripan dalam tradisi falsafah kosmologis dan keunikan “teknologi”
kuno yang dimilikinya. Bahkan dalam penelitian paling mutakhir dan mendapat legitimasi
dari berbagai ahli sejarah dan arkeologi dunia, the loss of world atau “Benua Atlantis yang
hilang” jejak-jejak sejarah dan arkeologinya 90 % mengarah kepada pulau Jawa dan
kepulauan Nusantara ini.
Kembali kepada wacana peradaban Maya, di mana teknologi kuno tentang ilmu astronomi-
kosmolgis mengesankan keberhasilannya mengembangkan teknologinya. Suku Maya telah
siap dengan teknologi maju, namun mereka tidak mengembangkannya dalam periode sangat
panjang. Charles Gallenkamp membuat kesimpulan ironi kehadiran bangsa Maya. Dikatakan
bahwa salah satu misteri arkeologis paling misterius tradisi suku Maya yang pernah diungkap
tetap saja masih terselubung rahasia secara mendalam dan penuh multi tafsir. Banyak
pertanyaan keluar dari pemikiran para ahli sejarah dan arkeologi, “Mengapa peradaban yang
begitu kuat dimiliki bangsa Maya sepertinya harus menghilang begitu saja ?”. Apa yang
membuatnya hilang ? Apakah peristiwa besar yang menimpa planet bumi ini, termasuk
peristiwa zaman es yang hadir secara tiba-tiba akibat perubahan magnet bumi dan tatasurya ?
Pertanyaan yang teramat sulit untuk dijawab. Namun sebagai manusia, kita tak bijak hanya
cukup mengucapkan kalimat, ”Tuhan Maha tahu segalanya !” Lantas kita berhenti
menemukan jawabannya. Sebab, karakter demikian hanya membuat ilmu pengetahuan
menjadi stagnan dan diri kita menjadi pribadi yang apatis dan fatalistis. Jawaban tidak harus
ditemukan secara pasti dan gamblang, kita hanya butuh prakiraan lebih jelas yang dijadikan
patokan untuk berbuat dan bertindak apa dan bagaimana jika perubahan dahsyat di luar
realitas dan kepastian sepanjang sejarah peradaban manusia nantinya akan benar-benar
terjadi.
2.Kalender Suku Jawa
Kalender yang tak kalah rumitnya dengan kalender Maya adalah kalender seperti yang dibuat
oleh nenek moyang suku bangsa Jawa. Kita mengenal sistem penenanggalan Jawa dengan
menggunakan siklus matahari dan bulan sebagaimana kalender Masehi, namun terdapat
penggabungan siklus perbintangan yang tidak lain adalah planet-planet galaktika yang lebih
rumit dibanding sistem horoskop maupun sistem sio. Kita kenal dalam tradisi kalender Jawa
mencakup beberapa elemen siklus : Dina (siklus matahari), Wulan (siklus rembulan),
Pasaran (siklus 5 hari), Windu (siklus 8 tahunan), Paarasan, Pancasuda, Pranata Mangsa,
Padangon, Mangsa Kala, Kurup, Lambang Windu, Lambang Taun, Kumarane, Wuku,
Lintang, Padewan, Paringkelan, Lambang Dina, Pancasuda, Kamarokam, Watak sasi,
Watak Dina dan seterusnya merupakan siklus yang sangat rumit berdasarkan siklus-siklus
planet dan persilangan di antaranya yang njlimet di antara gugusan galaktika. Kalender suku
bangsa Jawa dikenal pula mengandung misteri besar makrokosmos dan mikrokosmos yang
tidak mudah dipahami sekalipun oleh para ahli astrologi Barat. Kalender Jawa memang tidak
terlalu memfokuskan diri pada pandangan futurologis, namun kalender Jawa secara komplit
mencakup berbagai ilmu misalnya pertanian, kelautan, iklim, musim, perbintangan, ilmu
hama dan penyakit, bahkan mampu merefleksikan karakter, peruntungan dan nasib
seseorang. Meskipun demikian, cakupan kalender Jawa tentang keadaan di masa yang akan
datang, tetap saja dibahas secara khusus, dalam berbagai serat dan jongko yang ditulis oleh
para futurolog dan visioner Jawa di masa silam. Hal ini akan saya bahas pada serial terakhir
tulisan Misteri 2012 ini.
LONCATAN PARADIGMA
Hal yang perlu dicatat bahwa setiap perubahan besar peradaban manusia dicapai bagaikan
loncatan paradigma yang memiliki kesenjangan jauh dengan peradaban sebelumnya. Apakah
peristiwa loncatan paradigma, atau evolusi peradaban manusia yang terjadi secara cepat ini
selanjutnya diistilahkan sebagai lahirnya manusia Adam, sebagai manusia pertama mengawali
kesejetian jati diri manusia ? Entahlah, di sini saya tidak bermaksud membahas hal itu. Justru
yang menjadi tanda tanya besar adalah, apa yang menyebabkan terjadinya perubahan besar
dengan disertai kesenjangan yang besar pula dengan peradaban sebelumnya ? Seolah-olah
pernah terjadi mata rantai yang terputus (missing link) perubahan demi perubahan peradaban
manusia. Jangan-jangan peristiwa itu disebabkan oleh kekuatan kosmis yang sangat dahsyat
yang menyebabkan peradaban sebelumnya runtuh dan lenyap (walau tidak dibarengi dengan
punahnya kehidupan manusia). Bisa jadi, peristiwa makrokosmos yang begitu dahsyat
menyadarkan manusia (mikrokosmos) akan adanya realitas baru yang membuat mata
terbelalak, menyadarkan bahwa realitas yang selama ini dipahami oleh ilmu pengetahuan,
sains dan teknologi, kebudayaan, bahkan tidak menutup kemungkinan agama adalah sebuah
realitas yang berproses. Atau nukilan realitas yang kebenarannya tidak mutlak. Dengan kata
lain realitas itu tak ada selesainya oleh karena kebenaran yang realistis di jagad raya ini
mungkin hanya berlaku bagi realitas perubahan yang dinamis. Jika demikian halnya, maka
layak dikatakan bahwa, ”kebenaran sejati bagaikan cermin yang pecah berantakan,
selanjutnya ajaran, agama, ilmu pengetahuan, sains, teknologi, kebudayaan, masing-masing
memungut satu keping di antaranya”. Akankah 2012 menjadi tonggak sejarah baru, dengan
runtuhnya peradaban lama dan dimulainya peradaban manusia baru, kesadaran realitas yang
samasekali baru ? Seperti halnya badai matahari yang ditandai dengan “matahari sunyi” atau
lidah api yang berhenti sejenak pertanda dimulainya badai lebih besar dan dahsyat ? dan
akankah kejadian mahadahsyat akan menimpa bumi (makrokosmos) sehingga terjadi sebuah
revolusi kesadaran yang membawa pada evolusi frontal peradaban manusia (mikrokosmos).
Perubahan baru yang benar-benar mereduksi peradaban yang telah lalu ? Mari, kita saksikan
bersama apa yang akan terjadi, tentu saja dengan bekal yang memadai memasuki tahun yang
kini tengah menjadi perhatian serius masyarakat planet bumi. Agar supaya kita lebih winasis
mengambil sikap.
Berlanjut…..
Dr. Jose Arguelles, ahli bidang kosmologi Maya, sub siklus yang di mulai 1992 merupakan milenium
baru. Di mana ditandai oleh teknologi yang harmonis antara ekologi dan nonmateri. Hal ini dapat kita
buktikan dengan kemajuan dunia di bidang komputerisasi, untuk melengkapi masyarakat dengan
informasi baru yang memusat. Saat itu ditemukannya teknologi komputer multi media, dan jaringan
internet mulai dibuka untuk pelayanan umum oleh Pentagon. Diyakini para ilmuwan bahwa milenium
baru akan berlangsung sangat pesat dan singkat selama 20 tahun hingga fase itu berakhir pada tahun
2012.
Dengan menggunakan teknologi komputer, seolah menjadi bekal manusia untuk memasuki saat-saat
berat, agar mengetahui sebagian apa yang akan terjadi pada 2012 supaya dapat melakukan berbagai
persiapan-persiapan yang diperlukan. Bahkan sejumlah kalangan mengingatkan kalender Maya akan
segera berakhir pada 2012, mungkin bertepatan dengan sejumlah peristiwa kosmis (luar angkasa) yang
sangat dahsyat. Mungkin akan membawa dampak bahaya besar pada kehidupan di planet bumi. Seperti
yang diungkapkan pada majalah elektronik yang berbasis di India, memuat artikel pada 1 maret 2005
menjabarkan hasil dari Model Komputer Hyderabad (MKH) mengenai perubahan kutub yang
bersesuaian dengan akhir penanggalan kalender. Model Komputer membuat memprediksi terjadinya
pembalikan kutub magnetis pada bumi dan matahari beresiko dapat mengakhiri peradaban manusia
pada 2012. Hampir senada dengan Greg Braden yang memprakirakan kejadian yang luar biasa.
Menyatakan bahwa,”Model komputer itu memprediksi akan terjadinya pembalikan kutub magnetis
pada bumi dan matahari, menjelaskan skenario paling buruk akan apa arti dunia tanpa magnet, yang
dapat mengakhiri peradaban manusia planet bumi pada 2012.
Greg Braden, menggunakan perwujudan dan prediksi bangsa Maya sebagai titik awal, untuk
mengekplorasi kemungkinan bahwa 2012 akan membawa pembalikan kutub magnetik bumi dan
matahari yang dapat mengahiri peradaban manusia. Braden melengkapinya dengan bukti-bukti ilmiah
mengindikasikan badai matahari yang berhenti sejenak (matahari sunyi senyap) sebagai titik akhir dari
siklus kemagnetan planet terjadi pembalikan kutub magnet, sekaligus mengawali siklus baru yang
mungkin akan terjadi chaos (kekacauan) tatasurya. Salah satu kejadian alam yang mungkin terjadi 2012
adalah badai matahari yang sunyi senyap. Untuk mendukung prediksinya, Braden menarik bukti fisik,
teori kuantum, dan adanya kecenderungan sejarah pembalikan pembalikan kutub, untuk mengukur
kemungkinan destruksi secara masif dalam tatasurya, bahkan kemungkinan adanya realitas (fenomena
alam) yang sama sekali baru yang terjadi pada 2012. Tepatnya 21-12-2012 sebagai titikbalik matahari.
Lantas apa makna di balik semua itu ? Kiranya masih merupakan misteri besar. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, bagi Greg kita harus melintasi batas tradisi yang telah memisahkan ilmu
pengetahuan, agama, spiritualitas, dan sejarah. Lalu persiapkanlah diri anda untuk menyambut dan
menerima sumber pengetahuan yang begitu melimpah ke dalam kearifan global -universal yang sama
sekali baru.
Salah satu yang paling pasti di dunia ini adalah eksistensi magnet bumi yang berada di kutub utara dan
selatan bumi. Pertukaran posisi kedua kutub (flip-flop) menyimpan alasan misterius yang sangat sulit
dipahami. Namun demikian pertukaran kutub ini bukanlah sesuatu yang tak pernah terjadi. Bahkan
dalam catatan jejak sejarah perilaku makrokosmos, pertukaran kutub sudah tercatat pernah terjadi
beberapa kali secara rutin dalam rentang waktu yang sangat panjang. Setidaknya, selama bumi ini ada,
dapat dicatat terjadi 171 kali peristiwa pembalikan kutub magnetis dalam kurun waktu 76 juta tahun.
Empat belas kali terjadi selama 4.5 juta tahun terakhir. Artinya, terjadi peningkatan intensitas pada
kurun waktu terakhir. Adapun gejala-gejala yang dapat disinyalir sebelum terjadinya pembalikan kutub
magnetis bumi dan matahari adalah sbb :
Sering terjadi perubahan cuaca secara mendadak. Fenomena ini tentu dapat kita rasakan bersama saat
ini. Jika kita menggunakan indera batin untuk menajamkan indera perasa, kita dapat merasakan
perubahan suhu udara yang berubah-ubah, naik-turun dalam hitungan menit, dan puluhan menit saja.
Melemahnya medan magnet bumi secara cepat. Sebagaimana dijelaskan oleh New York Time pada 4 Juli
2004, merespon terjadinya pembalikan kutub magnetis secara serius. Sebab runtuhnya medan magnet
bumi yang menuntun planet bumi beserta seluruh makhluk penghuninya sudah mulai terasa sejak 150
tahun lalu. Hal itu didasarkan pada pengukuran geologis, yang mengindikasikan magnet bumi tengah
mengalami penurunan secara drastis dari puncak intensitas magnetiknya sejak 2000 tahun lalu.
Penurunan itu kini telah mencapai prosentase lebih dari 38%. Bahkan dalam kurun waktu 100 tahun
terakhir, jagad raya telah kehilangan daya magnetnya sebanyak 7%. Perubahan magnet tersebut
disinyalir menjadi penyebab terjadinya pergeseran-demi pergeseran milyaran benda-benda angkasa
termasuk planet bumi dan asteroit besar dari pusat orbit semula. Dalam kasus penemuan bangkai
mammoth berbulu (gajah purba) di Siberia mengindikasikan pada saat itu telah terjadi peristiwa kosmos
yang sangat dahsyat. Bumi mengalami penurunan suhu secara drastis hingga mengalami kebekuan
secara tiba-tiba. Hal itu dilihat dari gejala yang ada pada binatang mammoth yang membeku. Mammoth
disinyalir mengalami kematian mendadak karena terperangkap oleh peristiwa pertukaran kutub yang
mengakibatkan pembekuan bumi secara tiba-tiba. Sehingga terdapat makanan terakhir yang belum
habis terkunyah dalam mulut mammoth masih dalam keadaan utuh, tidak membusuk.
Badai Magnetik Matahari. Peristiwa badai magnetik matahari dalam kurun waktu paling dekat
disinyalir telah terjadi pada tahun 1986 dan bulan Mei tahun 1996 lalu dan NASA berhasil menangkap
gejala pengulangan badai matahari pada 10 Maret tahun 2006. Badai magnetik matahari ditandai
dengan titik-titik putih pada permukaan matahari. Badai matahari ditandai dengan matahari “sunyi”
saat di mana titik-titik matahari dan solar yang selalu bergolak berhenti sejenak, seolah menjadi “sunyi
senyap”. Hal ini disebut sebagai “matahari sunyi” ditandai sebagai akhir dari suatu fase siklus.
Berakhirnya satu siklus berarti dimulainya siklus baru. Sehingga peristiwa matahari sunyi, merupakan
awal dari siklus baru badai magnetik matahari yang disinyalir akan menjadi 30-50% lebih kuat dan
dahsyat dari sebelumnya. Menurut david Hathway (NSSTC: National Space Science and Tachnology
Center USA) atau Badan Antariksa Amerika, setuju bahwa titik-titik matahari akan berakumulasi
menjadi titik yang lebih besar. Gerakan energinya bagaikan gerakan bom atom, setiap partikel yang
meledak akan memancarkan partikel lebih banyak lagi. Masing-masing pecahan partikel akan pecah
menjadi berlipat ganda. Begitu seterusnya yang terjadi pada titik-titik badai magnetik matahari.
Barangkali peristiwa ini akan mengulang peristiwa 1958 saat terjadi badai magnetik matahari yang
mengakibatkan cahaya udara (aurora borealis) yang menyinari langit malam di Meksiko selatan. Hanya
saja, peristiwa berikutnya, jika prediksi NCAR tepat, peristiwa itu akan terjadi pada 2012, dan akan
jauh lebih dahsyat lagi (maksimun solar). Sepertinya bersamaan dengan perhitungan kalender Maya
tentang posisi galaktika matahari. Peristiwa ini tentu belum pernah terjadi, sekalipun memanfaatkan
berbagai perlengkapan sains dan teknologi, kita semua tidak tahu akibat apa yang akan terjadi, jika
peristiwa yang “menakjubkan” itu akan benar-benar terjadi.
Arti dari semua bahasan di atas, bahwa dalam ruang jagad makrokosmos, kini tengah berproses
terjadinya gejala perubahan magnetik galaktika yang mungkin akan berpuncak pada 2012. Meliputi
gugusan milyaran bintang, matahari, bumi, asteroit, dan planet-planet angkasa luar. Kekuatan magnet
adalah kunci utama terjadinya siklus tata surya, orbit asteroit, tatanan galaktika yang melimputi
beberapa galaksi Andromeda, Bimasakti dan seterusnya. Apa yang akan terjadi pada diri manusia
sebagai wujud mikrokosmos, apabila terjadi perubahan magnetik makrokosmos ?? Pertanyaan ini saya
ajukan berkenaan dengan MANUSIA sebagai MIKROKOSMOS tentu saja sangat erat berkaitan dengan
segala macam peristiwa MAKROKOSMOS. Jika anda masih meragukannya, dapat anda buktikan
melalui perhitungan astronomi para pendahulu kita yang berhasil menjabarkan hubungan perubahan
konfigurasi galaktika dengan karakter pribadi setiap manusia. Pengaruh itu kemudian dikenal dengan
nama ilmu astrologi yang dapat membaca perwatakan atau karakter setiap individu. Kita mengenal
perbintangan, sio, pawukon, windu, pancasuda, tahun, bulan, pekan, pasaran, hari, padangon, paarasan,
hari Jawa, musim, pranata mangsa, dan seterusnya. Semua itu sebagai keberhasilan manusia dalam
mengenali jati diri dan “jati diri” alam semesta, dalam hal ini hubungan antara mikrokosmos yang
berhubungan erat dengan makrokosmos. Jika diajukan pertanyaan, apa yang menyebabkan eratnya
hubungan manusia dengan jagad raya ? Jika anda menjawab : Tuhan ! Jawaban ini terlalu polos dan
masih bersifat “kamuflase” saja. Tentu hal itu merupakan jawaban universal yang tak perlu disanggah
dan semua orang saya kira sudah paham. Namun jawaban demikian tak ubahnya jawaban seorang anak
setingkat Taman Kanak-Kanak yang akalnya masih dangkal. Jika dilakukan orang dewasa justru
menjadikan pintu hatinya tertutup untuk menerima ilmu-ilmu pengetahuan baru, karena sudah
terlanjur “asyik” tercengkeram oleh rasa takut, dan selalu bergejolak oleh iming-iming “angin surgawi”.
Inilah pintu masuk menuju gerbang fanatisme. Jika terlalu bersikap fanatis, hal itu akan menjadi
boomerang membutakan mata kita akan suatu realitas di luar dugaan manusia seluruh planet bumi
selama 2500 tahun. Bahkan sikap fanatisme secara tidak disadari justru akan mereduksi kemahaluasan-
kemahabesaran Tuhan. Padahal Tuhan itu tan kena kinira, tan kena kinaya ngapa. Maksunya, masih
sangat memungkinkan jika Tuhan menyimpan misteri besar realitas kehidupan alam semesta ini, yang
tak pernah manusia duga dan bayangkan sebelumnya melalui sumber referensi apapun namanya.
Apakah manusia cukup puas hanya berhenti pada jawaban itu saja ? Saya kira tidak. Inilah yang saya
maksud, supaya kita sejenak melepaskan diri dari belenggu doktrinasi, untuk membiarkan daya jelajah
spiritual yang teramat luas jangkauannya, bahkan mampu menembus dimensi sejarah masa lalu dan
mungkin masa yang akan datang. Memberdayakan kemampuan “alam pikiran bawah sadar”, kita akan
mampu melampaui daya penalaran rasio. Apalagi jika kita mau memberdayakan kemampuan jelajah
rahsa sejati yang tembus ruang dan waktu. Marilah kita bersama mencobanya.
Berlanjut…….
2012 (4)
Persaingan antara kepentingan politik kian memanas, ketat dan carut marut. Masing-masing
kekuatan jahat mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangi pertarungan. Energi
jahat melawan energi jahat. Mulut-mulut lebar saling berkoar mencari menangnya sendiri.
Sandiwara politik kian menggemparkan. Akrobat politik semakin menakjubkan. Semua
berebut benarnya sendiri, berebut butuhnya sendiri, berebut menangnya sendiri. Skandal
ditutup dengan kasus baru. Kasus-kasus lama diam-diam disimpan untuk amunisi bila kelak
diperlukan. Manusia lupa kemanusiaannya. Mana sesungguhnya binatang mana
sesungguhnya manusia sulit diidentifikasi. Banyak orang lupa siapa jati dirinya. Skandal
ditimbun kasus baru. Gali kasus tutup kasus, gali skandal tutup skandal. Nasib bangsa ini
berada ditangan generasi penerusnya. Kaum intelek dan akademisi, dan semua yang telah
sadar akan jati diri. Yang telah merdeka lahir dan batinnya. Para putra-putri Nusantara yang
telah kenyang akan segala macam ancaman dan intimidasi yang digemari oleh jiwa-jiwa fasis
(termasuk “theo-facism“). Semua itu tak akan pernah ciutkan nyali jiwa-jiwa merdeka
generasi penerus bangsa.
RUNTUH 2012
Menggah ingkang tansah eling lan waspada. Wus akeh pratanda jaman. Suro-culiko, mowo
pratondo jugruging wewangunan. Runtuhnya beberapa jembatan, runtuhnya tembok
pembatas, runtuhnya tiang pancang, runtuhnya bangunan sekolah, runtuh tebing-tebing bukit
menimpa rumah-rumah warga, runtuhnya pesawat ke belukar hutan, runtuhnya gerbong
kereta, runtuhnya kapal besar ke dasar laut. Gunung-gunung meruntuhkan debu dan laharnya
ke daratan. Sungai-sungai meruntuhkan tebing dan bantaran membawa reruntuhan pasir dan
bebatuan.
Kita akan memasuki tahun di mana terjadi fase keruntuhan. Rutuhnya perekonomian nasional
dalam kondisi paling parah sepanjang sejarah, akibat ulah para rampok dan gerombolan kecu
kekayaan negara. Ditambah lagi efek domino runtuhnya perekonomian dunia. Runtuhnya
wibawa politik para penguasa dan wakil rakyat akibat tindakan lacur dan lancung. Runtuhnya
kredibilitas penegakan hukum akibat keberpihakannya pada uang dan jabatan. Runtuhnya
kejujuran para pendakwah agama akibat kepentingan periuk dan bermodalkan buaian kata-
kata. Runtuhnya jiwa-jiwa manusiawi menjadi angkara murka. Runtuhnya humanisme
menjadi sadisme. Runtuhnya adab menjadi biadab. Runtuhnya moralitas menjadi amoralitas.
Namun prinsip balancing tetap berlangsung secara ilmiah dan alamiah. Suatu fase
dimulainya keruntuhan pola-pola pikir lama yang telah lapuk dan jamuran. Runtuhnya
kesadaran palsu dan berseminya kesadaran sejati. Temuan-temuan dan bukti-bukti baru
mengoreksi sistem pemahaman dan pengetahuan lama yang masih sangat terbatas. Demikian
pula segala sesuatu yang telah lama diruntuhkan oleh ketidakadilan dan kebodohan kini pada
gilirannya bersemi tumbuh kembali. Menyingsing mentari harapan baru dari ufuk timur. Satu
demi satu angkara murka di ufuk barat runtuh. Di penghujung keruntuhan dan kehancuran,
perlahan namun pasti segala sesuatu kembali ke asal kesejatiannya. Mulih menyang sangkan
paraning dumadi. Kiamat sebagai berakhirnya suatu hal, namun juga sebagai lahirnya
sesuatu yang baru pula. Tesis-antitesis-sintesis. Hukum dinamika yang bisa saja tertunda oleh
ulah manusia, namun tetap akan menggelinding tak terelakkan dan tak dapat dicegah oleh
siapapun dan apapun juga. 2012 suatu waktu jutaan orang penuh takjub bercampur takut.
Gunung-gunung di seluruh negeri seolah ingin memberi bukti bahwa mereka adalah makhluk
hidup juga yang harus dihargai dan dihormati bangsa manusia. Bagai dikomando, mampu
meletus nyaris bersamaan, namun tak ada korban jiwa di antaranya.
“Selamat Tinggal”…
Selamat tinggal tahun 2011, tahun kawelasan, tahun yang tak pernah ada lagi dan tak pernah
terulang sampai kapanpun juga. Sebagai tahun yang berat, tahun untuk mawas diri. Tahun
yang telah sangat berjasa menggembleng mental lahir dan batin supaya menjadi pribadi-
pribadi Nusantara sejati yang mumpuni. Tahun segala macam laku prihatin dan tahun untuk
instropeksi diri untuk menuai hasil gemilang di tahun berikutnya. Kecuali yang ndablek,
peragu, plinplan, akan menjadi semakin bingung dan membingungkan. Tahun untuk manêgês
mohon kawêlasaning Gusti, kawêlasan bumi pertiwi, akan segera berlalu meninggalkan jejak
langkah kaki kita. Yang akan segera menjadi sejarah dan hanya bisa dikenang di masa depan.
Kita tanam segala macam kebaikan di tahun 2011 untuk mulai dituai pada tahun 2012.
Selamat datang tahun 2012, terasa paradoksal, sebagai tahun wiwit silêmé prahu gabus
(tenggelamnya “perahu gabus”). Mulai terjadinya segala sesuatu yang seolah tak mungkin
terjadi. Sesuatu yang di luar nalar menjadi di dalam nalar. Tahun 2012 masuk ke dalam suatu
fase di mana secara disadari atau tidak, seluruh makhluk dipaksa untuk bermeditasi oleh
gelombang medan magnetik galaktika yang berubah secara signifikan. Perubahan energi
level makrokosmos sangat berpengaruh terhadap tatanan energi spiritual level mikrokosmos.
Tahun 2012 masuk ke dalam suatu fase di mana secara disadari atau tidak, seluruh makhluk
dipaksa untuk bermeditasi oleh gelombang medan magnetik galaktika yang berubah secara
signifikan. Perubahan energi level makrokosmos sangat berpengaruh terhadap tatanan energi
spiritual level mikrokosmos. Setiap zaman baru akan meretas manusia generasi baru.
Manusia baru yang telah dimeditasi oleh gelombang energi makrokosmos sejak di dalam
alam kandungan ibu. Hasilnya lahirlah anak-anak indigo dan kristal sebagai manusia generasi
baru yang akan mengisi zaman baru di mana kesadaran manusia tidak lagi bisa dikurung oleh
dogma.
Dinamika meliputi seluruh lini kehidupan tanpa kecuali. Yang mampu berselaras akan lolos
dan mendapat anugrah pencerahan hidup (awareness) yang lebih baik. Sehingga lebih mudah
menggapai kesuksesan hidup, mampu menjadikan tahun 2012 sebagai tahun penuh
keberuntungan dan berkah. Yang tetap bersikukuh untuk tetap berada di dalam “tempurung
kesadaran semu” dan yang tetap nuruti rahsaning karep, akan semakin tidak memahami apa
makna dari sinergisme : sing-gawe-urip–>urip–>nguripi. Sehingga beresiko besar menderita
penyakit stress dan depresi berkepanjangan, yang dapat berujung menjadi kênthir dan
majnun. Yang bernasib demikian ini, tahun 2012 bukan menjadi tahun keberuntungan tetapi
awal suatu kesengsaraan yang berujung pada kandasnya perahu kehidupan.
Tahun 2012 fase runtuhnya ekonomi dunia, berimbas pada kebangkrutan parah tata
perekonomian di Republik Indonesia. Situasi yang sulit terutama bagi yang belum begitu
memahami kuncine urip. Sing sapa seneng gawe panguripan marang liyan, bakal antuk
panguripan lan dayaning urip. Suwalike sing sapa seneng gawe pepati marang liyan,
bakal nemahi bilahi lan pepati. Kita semua sedang memasuki fase runtuh. Nusantara
memasuki saat-saat paling berat, seumpama sedang digodok di dalam kawah candradimuka.
Bagi penguasa yang sedang berkuasa pun, tentu akan sangat berat melewati tahun 2012. Dan
berakhir dengan ucapan,”selamat tinggal…rakyatku..! Hanya penguasa yang ampuh lahir
batin saja yang mampu melewati tahun 2012. Dan hanya para kesatria bangsa yang selama ini
masih piningit (sedikit bicara-banyak bekerja, tidak terkenal-namun banyak sekali jasa dan
prestasinya) yang akan lolos seleksi alam. Para kesatria yang telah memenuhi syarat, genep
lakune untuk mengemban tugas sebagai satrianing nuswantara.
Dirga-Hayu
Di tahun 2012, semoga keselamatan dan keberuntungan selalu berlimpah kepada sedulur-
sedulur semua, kepada seluruh pembaca yang budiman di sini dan di manapun berada. Dan
kepada seluruh warga bangsa Nusantara, rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jayalah bangsaku, sejahtera lah negeriku.
Salam karaharjan
Patriot Bangsa
Cundamani’ Kategori
PUSAKA KALIMASADHA DAN CHUNDAMANI
Kalimasadha dalam Budaya Jawa
Dalam cerita pewayangan, dikenal pusaka keramat milik Prabu Yudhistira dari kerajaan
Amartha, sebagai warisan dari Kyai Semar yakni Jamus Kalimasada. Jamus Kalimasada
adalah pusaka untuk menangkal kesengsaraan, nasib celaka, bebendu atau hukuman dari
Tuhan.
Kalimasada (Kalima usada=jajampi wari gansal) lima macam ‘jamu’ atau lima macam
tindakan (lelampahan gangsal ) yang harus dilakukan setiap orang agar mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat (kawilujengan). Lima macam tindakan tersebut adalah:
4. Pintar/kepandaian= pandai ilmu, pandai mengenakkan hati sesama, pandai meredam hawa
nafsu
Langkah Kelima perkara tadi tidak boleh diabaikan salah satunya. Jadi harus dilakukan
serempak bersama-sama, atau diistilahkan Jawa; ayam kapenang.
Sebutan ayam kapenang tersebut kemudian digunakan sebagai paugeran atau patokan yang
menjadi petunjuk hidup. Dalam pewayangan, ayam kapenang tersebut menjadi perwujudan
watak masing-masing Satria Pendawa Lima. Sehingga disebut sebagai ayam kapenang
artinya telur ayam sak petarangan, yang mengandung maksud; pecah satu maka akan pecah
semua. Ini untuk membahasakan guyub rukun nya para kesatria Pendawa Lima dalam tali
persaudaraan, ada yang mati satu maka yang lain pasti akan membelanya.
Langkah Lima perkara tersebut harus dijalankan secara kompak bersama-sama, jika salah
satu tidak jalan maka akan mengalami kegagalan. Seumpama, walaupun sudah menjalankan
kesetiaan, kesentausaan, kepandaian, kesusilaan, tetapi buta akan kebenaran sudah tentu tidak
menjadi manungso pinunjul. Kebenaran dilupakan, artinya tidak memahami akan benar
salahnya tindakan, perbuatan, dan pekerjaan. Maka kesetiaan dan kesantausaannya hanya
untuk mendukung kepada perbuatan, tindakan, pekerjaan yang tidak benar. Kepandaian dan
kesusilaannya juga hanya untuk membodohi (baca;Jawa; minteri) orang lain. Perbuatan
demikian yang menjadikan musabab menganggap enteng segala bahaya dan resiko, yang
tidak bisa ditolak hanya dengan doa, justru sebaliknya, niscaya manusia akan jatuh dalam
duka dan kesengsaraan.
Jamus Kalimasada diwahyukan kepada Pendawa Lima dan diteruskan kepada para puteranya.
Jadi para putera Pendawa Lima merupakan pralampita, pengejawantahan dari panca indera
manusia yang meliputi mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit dan anggota badan. Pertama
adalah Sang Pretiwindya putera dari Prabu Yudhistira sebagai perlambang indera
penglihatan, Sang Sutasoma, putera Sang Werkudara sebagai perlambang dari indera
penciuman, ketiga yakni Sang Sutakirti putera Sang Arjuna sebagai perlambang indera
pendengaran, ke empat yakni kembar Raden Nakula dan Raden Sadewa, putera Raden
Nakula yakni Sang Satanika sebagai perlambang lidah sebagai indera perasa, dan Sang
Srutakarma putera dari Raden Sadewa sebagai perlambang kulit dan seluruh anggota badan
sebagai indera perasa pula. Kelima putera tersebut dari satu isteri Pendawa Lima yakni Dewi
Drupadi sebagai wujud retasan dari Yang Maha Kuasa (purbawisesaning gesang). Sehingga
dapat diambil intisarinya yakni asal muasalnya panca indera tidak lain dari wujud ciptaan
Sang Khaliq, Tuhan Yang Maha Kuasa, Sang Hyang Wenang, Gusti Kang Maha Wisesa.
Tetapi, Sang Werkudara dari isteri Dewi Arimbi kemudian dikaruniai anak bernama
Gatutkaca, selanjutnya sebagai perlambang dari pamicara. Pamicara atau bicara dengan
bahasa manusia, bukanlah kewenangan Sang Hyang Wenag, purbawasesaning gesang hanya
menciptakan suara untuk makhluknya, tidak menciptakan bahasa manusia. Bahasa atau
bicara, wicara, merupakan hasil karya peradaban manusia, sehingga Gatutkaca bukan
menjadi putera Werkudara dengan Dewi Drupadi, tetapi dengan Dewi Arimbi. Sang
Werkudara sendiri merupakan perlambang hawa atau udara, maka Gatutkaca adalah putera
Werkudara dengan Dewi Arimbi, bukan dengan Dewi Drupadi. Artinya, bahwa nafas dan
suara asalnya dari hawa atau udara. Maka jika mulut dubungkam, dan hidung ditutup, pati
tidak akan bisa bicara.
Pusaka Chundamani,
Gatutkaca melengkapi Pendawa Lima, menjadi Sadrasa, rahsa nem, atau enam rasa. Yang
dapat mengalahkan Pendawa Lima plus Gatutkaca, sebagai enam rasa, adalah Aswatama.
Oleh Aswatama, sadrasa dapat disirnakan. Aswa = kapal perang, tama = utama, baik, mulia,
luhur. Aswatama = kendaraan atau alat yang dapat mengantarkan kepada keutamaan lahir
batin. Kendaraan atau alat bermakna juga sebagai perbuatan atau pekerjaan yang baik,
utama, mulia, luhur. Aswatama mendapat pusaka dari orang tuanya Sang Durna, pusaka
bernama chundamani. Chunda = chunduk, mani = manik = rahsa. Chunduk artinya cocok,
tunggal, membaur. Sehingga chundamani merupakan intisari dari segala perbuatan yang baik
untuk mencapai tujuan yang mulia, dengan cara menyatukan rasa atau tunggal rasa, yakni
membaurnya ke enam rasa atau sadrasa. Sebagaimana tata cara orang berdoa agar supaya
tijab, makbul, terkabul, diterima Tuhan, bukan dengan doa berkuantitas banyak dan repetitif,
atau mencari waktu-waktu tertentu yang dianggap baik, tetapi justru dengan cara menyatukan
seluruh komponen indera yang kita punya, yakni hati, fikiran, ucapan, dan tindakan. Orang
sering salah memahami hakekat dari doa. Doa bukan sekedar yang tersirat dan yang terucap.
Doa merupakan keseluruhan dari sebuah tindakan yang kompakdan harmonis, meliputi hati,
fikiran, ucapan, tindakan. Keempat komponen tersebut tidak bisa dipisahkan, pecah satu
pecah semua, seperti makna Pendawa Lima dan Pusaka Kalimasada. Sebagai contoh, jika hati
dan ucapan kita berdoa memohon kesehatan kepada Tuhan, namun fikiran dan perbuatan
selalu tergoda dengan makanan lezat mengandung kolesterol tinggi, maka hanya akan
menggagalkan doa permohonan sehat tersebut. Atau, ucapan dan tindakannya menghindari
makanan dan perbuatan yang dapat merusak badan, tetapi hati dan fikirannya tidak kompak,
maka hanya menghasilkan perbuatan enggan, setengah hati, dan malas. Lahiriah dan
batiniahnya tidak kompak, suka membohongi diri sendiri, membantah diri sendiri, dan
munafik.
THE MYSTERIOUS DAY
MARILAH KITA SEMUA SEBAGAI RAKYAT JELATA LEBIH ELING DAN
WASPADA
SEMAKIN MEMBANGUN ERATNYA TALI PERSAHABATAN DAN
PERSAUDARAAN
Negeri ini tengah dilanda gelombang angkara murka, kemunafikan, oleh ulah para durjana
yang kebetulan duduk sebagai penguasa, penegak hukum, dan orang yang mewakili
rakyatnya. Entah yang beredok buaya, tikus, tokek, bulus, ular, harimau, cicak. Toh semua
pemain sandiwara, para akrobator politik, para praktisi kebusukan akan segera sembunyikan
diri di balik hiruk pikuknya gelombang bencana. Tapi jangan merasa aman dulu, luput dari
pembalasan hukum alam saat ini, kesengsaraan setelah ajal sudah menanti dengan pasti.
September puncak bencana, yang dibuka dengan gempa Jawa Barat pada hari Rabu Pon
tanggal 2 September 2009 kurang lebih pukul 14.55 WIB, dan ditutup oleh gempa Sumatera
Barat pada hari Rabu Legi tanggal 30 September 2009 antara pukul 17.15 waktu
Padang/16,55 waktu Jakarta/16.45 waktu Jateng-DIY/18.15 WIT/19.15 WITim. Puncak
bencana tak hanya dilihat dari skala kerusakannya, namun juga jumlah korban jiwa yang
berjatuhan. Benar, puncak bencana pada tahun ini sudah berlalu, tetapi kita masih tetap harus
lebih waspada, lebih banyak bersyukur, agar selalu eling sangkan paraning dumadi. Sebab
sepertinya tanda-tanda bahasa alam ingin menyampaikan pesan kepada bangsa ini, bahwa
masih ada sekali lagi yang (lebih) besar. Bila secara geologi dan geografi memprediksi terjadi
di wilayah Sumbar lagi, walau lebih besar tentu saja saat ini kondisinya lebih
menguntungkan, di mana banyak rumah dan tenda-tenda darurat yang justru tidak
membahayakan bila sewaktu-waktu terjadi gempa lagi. Yah, itulah prinsip keadilan alam
semesta, di bawah kendali yang berasal dari sumber dari segala sumber energi pengendali.
Bila harus mengulang, mudah-mudahan tak ada lagi korban nyawa dan penderitaan
masyarakat, saudara-saudara kita di wilayah Sumatera Barat.
Bulan puncak bencana telah berlalu, kita tetap tak boleh lengah, tetap konsisten untuk selalu
mengaktifkan “radar” kita, dengan cara bersikap eling dan waspada. Hawa panas, bahkan
teramat panas, kali ini saya baru merasakan hawa paling panas sepanjang hidup saya. Tidak
hanya di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, tetapi hampir di seluruh wilayah nusantara,
terutama Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu. Hawa panas justru terasa berkurang di hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Hawa panas tersebut sangat terasa berbeda dengan gejala
akan terjadi gempa . Jika akan terjadi gempa hawa panas tidak menimbulkan keringat, tetapi
terasa menyengat seperti cabe menempel dikulit, terasa sekali terutama di tengkuk, daun
telinga dan kulit wajah, dengan disertai udara yang tiba-tiba menjadi sangat pengap terasa
sesak di dada. Energi bumi pun terasa mendorong dari bawah dan menghantam bagian pantat
(cakra dasar).
Tetapi saat ini, hawa panas sudah terasa sebagai panasnya bebendu, tidak hanya pengap, juga
memproduksi air keringat yang semakin banyak, sangat beda dengan hawa akan terjadi
gempa yang tidak membuat keringat keluar. Malah terasa seperti ada tusukan-tusukan
lembut, yang kadang membuat gatal (pating clekit). Membuat radang lobang hidung, polip
mengembang pesat, dan hawa panas terkadang mengandung bau-bauan aneh yang tidak
wajar. Suhu terasa naik turun dengan irama yang sangat acak, dengan tempo yang singkat.
Hal ini membuat sebagian orang tak tahan, jatuh sakit dan berpengaruh pada emosi yang
sangat labil, mudah stress, dan ego semakin memuncak. Inilah kelanjutan dari September
puncak bencana.
Meskipun hawa panas kali ini memiliki karakter yang berbeda, tetapi terkadang masih
terselip hawa panas cirikhas akan terjadi gempa bumi. Nah, inilah yang semakin membuat
tanda tanya besar. Lalu apalagi yang akan terjadi. Apakah selain gempa, akan ada bentuk
lain dari bencana alam ? Seperti tradisi geografis yang memprediksi datangnya hujan dan
awan. Semalaman tadi, Selasa malam-Rabu Pon 11-11-09, adalah suatu peristiwa. Peristiwa
ini sudah 3 kali saya saksikan tampak adanya hubungan korelatif, dan saat inilah peristiwa
(tanda-tanda) yang ke empat kalinya. Sehingga saya cukup untuk mengambil kesimpulan
silogisme sementara jika ada A makan akan terjadi B. “peristiwa” atau “acara” tadi malam
sekaligus sebagai pertanda akan ADA LAGI banyak nyawa yang menjadi “banten”, atau
“tumbal” negeri ini, dalam waktu yg relatif tidak lama. Walaupun orang-orang yang menjadi
tumbal, biasanya justru tidak sengsara “di-sana” tetapi tetap saja merupakan kejadian yang
memilukan bagi keluarga dan masyarakat yang masih hidup. Jika di lihat skala besarnya
“acara” tadi malam, tampaknya akan banyak sekali korban nyawa berjatuhan, mungkin tidak
hanya ratusan, bahkan mungkin ribuan jumlahnya. Masih dalam rangka seleksi alam, dengan
berputarnya sang cakra manggilingan, memutar roda hukum alam, termasuk hukum-hukum
berkah dan bebendu. Yah, pertanda dalam bahasa alam, tidak lain merupakan prinsip
keadilan Tuhan, kebijaksanaan alam, agar semua hukum alam berjalan secara “fairplay”.
Untuk itu sebelumnya pasti selalu digelar bahasa isyarat berupa tanda-tanda alam dalam
relung Sastra Jendra, agar dapat dibaca dan menjadi pepeling (peringatan) bagi banyak
orang, agar supaya lebih hati-hati, eling dan waspada. Binatangpun yang tak kenal agama,
dengan arif dan bijak mampu “membaca” bahasa alam ini, sehingga “naluri” binatang
mampu “weruh sadurunge winarah”, maka binatang bisa berjaga-jaga sebelum suatu bahaya
datang dengan gerak sangat cepat.
Akhir kalimat, tulisan ini bukan bertujuan untuk membuat takut, bukan pula untuk menghasut
karena tak ada pihak yang dihasut, bukan juga untuk provokasi karena bukan berurusan
dengan mobilisasi massa. Apalagi bentuk terorisme mental, toh setiap detik dan menit di
manapun kita SUDAH selalu menghadapi resiko alias bahaya. Tulisan ini hanya sekedar
mengajak rekan-rekan, sahabat, para sanak kadhang, para sedulur, para pembaca yang
budiman di manapun berada, agar senantiasa kita menjadi manusia yang lolos seleksi alam.
Bukankah setiap kesulitan, bencana, penderitaan, selalu menyisakan celah sekalipun sempit,
agar makhluk hidup bisa mengambilnya sebagai jalan keluar mencari keselamatan ??!! Ibarat
kita mengepalkan jari tangan erat-erat, tetap menyisakan celah walaupun sangat sempit.
Semoga para pembaca yang budiman, seluruh seddulur NKRI, siapapun, agama apapun, di
manapun, suku apapun, bahasa apapun selalu dalam celah-celah keselamatan, ketenangan,
ketenteraman, kebahagiaan, dengan penuh berkah Gusti Ingkang Murbeng Gesang. Salam
karaharjan, wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan beja kang teka.
Kyai Jalak
Surya Kaping 11, Oktober 2011. Pukul 03.00 wib sampailah di Cemoro Sewu wilayah
Magetan, Jatim), merupakan Posko 1 pendakian Gunung Lawu. Pada saat hendak ke Puncak
Lawu sesampai di Sanggar Pamelengan Bawarasa lokasi muksa KPH Condronegoro
(Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta). Di lokasi itulah terjadi momentum sejarah dan
momentum spiritual, saat di mana terjadinya pertemuan pertamakalinya dengan Kyai Jalak.
Kyai Jalak berwujud mirip burung jalak khas Gunung Lawu. Namun warna bulunya agak
berbeda, karena jalak Lawu berwarna hitam pekat, sedangkan Kyai Jalak warna bulunya
coklat tua gelap, denga paruh dan kaki berwarna kuning gading. Kyai Jalak tampak
menghampiri keberadaan kami, bertengger di dahan yang hanya berjarak sekitar 2 meter dari
tempat kami berdiri. Ketika saya ulurkan tangan, mengejutkan sekali ternyata burung Jalak
itu hinggap di telapak tangan. Hanya beberapa detik lalu meloncat ke tanah dan berjalan
menyusuri tanah. Kami ikuti saja karena burung itu tampak menuntun atau memandu
membawa kami untuk memasuki halaman Sanggar Pamelengan Bawarasa. Burung itu
menunjukkan sesuatu. Lalu mengitari batu hitam besar, kami ikuti. Setelah itu dia hinggap di
dahan, matanya menatap kami sangat tajam. Lalu kami pejamkan mata mencoba berinteraksi
secara batin.
Pada saat saya ambil foto dan video setelah saya putar ternyata tidak jadi, tidak keluar
gambarnya alias gagal total ! Karena saya ingin sekali mengabadikannya, maka sesampai di
rumah hanya bisa saya lukis atas apa yang telah terekam di benak memori atas peristiwa itu,
dan hasilnya sedemikian rupa seperti dapat para pembaca saksikan sendiri. Sanggar
Pamelengan Bawarasa pun yang tampak bukan seperti fisik aslinya. Lukisan itu merupakan
visualisasi memori saya yang merekam noumena atau fakta metafisik.
Peristiwa itu menjadi pengalaman istimewa sekaligus pembuktian bahwa cerita soal Kyai
Jalak dan Sunan Lawu yang diyakini masyarakat sebagai penjaga Gunung Lawu bukanlah
sekedar mitologi atau dongeng. Melainkan bisa berwujud nyata (mangejawantah) dan
sungguh-sungguh ada dan terjadi. Kyai Jalak merupakan saudara muda (adik) Sunan Lawu.
Pada kesempatan itu kami sempat terjadi interaksi dan dialog singkat yang berisi keterangan
amat sangat berharga bagi saya pribadi. Kyai jalak memiliki nama asli Wangsa Menggala,
sedangkan Sunan Lawu nama aslinya Dipo Menggolo. Beliau berdua merupakan
penguasa/sesepuh wilayah lereng Gunung Lawu pada sekitar 6 abad yll. Pada saat Sang
Prabu Brawijaya 5 yang didampingi dua orang pamomongnya yakni Ki Sabdo Palon dan Ki
Noyo Genggong hendak mencari tempat pamuksan, beliau berdua lah yang telah mengantar
dan menunjukkan jalan kepad Prabu Brawijaya V untuk menemukan tempat yang tepat untuk
muksa. Beranjak dari Cemoro Sewu, naik ke arah puncak Lawu melalui parit dan tanjakan
curam, membabat gerumbul hutan, hingga sampailah pada salah satu puncaknya, yang
disebut sebagai Hargo Dalem (berada pada ketinggian -+ 3000 mdpl). Di sanalah Sang Prabu
melakukan muksa, melebur raga dengan sukma, menyatukannya dengan ngelmu
panunggalan, pangracut, warangka manjing curiga untuk menggapai kasampurnan jati.
Sementara itu setelah Sang Prabu Brawijaya 5 muksa, kedua orang spiritualis (pamomong
raja-raja besar Nusantara) itu melanjutkan pendakian hingga sampai pada Puncak Hargo
Dumiling sekitar 3200mdpl. Di situlah beliau berdua melakukan muksa. Puncak Hargo
Dumiling tepat di bawah puncak Lawu Hargo Dumilah yang berada pada ketinggian 3265
mdpl. dan menyusul Sang Prabu ke “tempat samar” mangeja-alus ing papan samar mejadi
Ki Lurah Semar Badranaya sambil berjanji kelak setelah 500 tahun lebih sedikit akan
kembali mangejawantah, untuk mendampingi momongannya yang bertugas njejegake soko
guru bangsa. Sebagaimana pralampita yang termaktub dalam serat Jongko Joyoboyo
“petikan serat tangan”, bahwa kembalinya Ki Sabdapalon dan Nayagenggong akan ditandai
dengan meletusnya Gunung Merapi hingga terbelah menjadi dua (sigar) di tengah kawahnya
(letusan tahun 2010), dan Surabaya tersambung dengan Madura (jembatan Suramadu).
Puncak Hargo Dumilah (3265 mdpl) merupakan puncak tertinggi Gunung Lawu, di mana
pada saat musim kemarau suhu di malam hari bisa mencapai minus 5 derajat celsius.
Posisinya hanya bersebelahan dengan Pasar diyeng yang disebut juga dengan “pasar setan”
karena saking banyaknya penghuni titah alus di sana. Di bawah pasar diyeng dan puncak
Hargo Dumilah terdapat sendang drajat. Di Sendang Drajat itulah (selain Puralaya Agung
Kotagede dan Imogiri), menjadi salah satu tempat panggemblengan bagi calon presiden RI,
agar menjadi presiden yang bersifat ayom, ayem, tentrem, mampu memberikan berkah agung
untuk bangsa dan negaranya.
Kembali lagi soal Kyai Jalak (mbah Jalak) dan Sunan Lawu (mbah Lawu). Setelah beliau
menunjukkan jalan kepada Prabu Brawijaya 5, singkat cerita, beliau diperintahkan oleh Sang
Prabu bila kelak mereka berdua raganya mati, akan ditugaskan untuk menjadi penjaga Lawu
sebagai “pelaksana harian” di bawah naungan Sang Penjaga utama yakni Dewi Untari
keturunan dari Dewi Nawangsih. Dewi Nawang Sih adalah putri tunggal Ki Ageng Tarub
dengan Dewi Nawang Wulan yang diperistri oleh Raden Bondan Kejawan (Putra Prabu
Brawijaya). Dengan kata lain, Dewi Untari mulai menjadi penjaga Gunung Lawu pada sekitar
abad 15 atau silsilahnya kira-kira dua generasi (cucu) setelah Parbu Brawijaya 5. Pada saat
mendaki ke Gunung Lawu, seringkali dilihat kupu-kupu berwana dominan hitam, namun di
tengah kedua sayapnya terdapat bulatan besar berwarna biru mengkilap. Kupu-kupu itu
menjadi pertanda kehadiran Anda disambut (diijinkan) oleh Penjaga Utama Gunung Lawu.
Biarkan kupu-kupu itu hinggap di kepala atau pundak Anda, dan mengikuti perjalanan Anda
untuk beberapa saat lamanya. Jangan menganggu, mengusir dan membunuhnya. Tidak ada
larangan dan pantangan bila ingin memotret, asalkan Anda bisa memotretnya. Pada
kenyataannya seperti diakui oleh banyak pendaki, memang sekali memotret kupu-kupu itu
walau kadang tampak sangat jinak dan tidak takut oleh keberadaan manusia.
Soleh Lawu
Nah, bagi para pendaki, biasanya sudah memahami etika saat bertemu Kyai Jalak, yakni tidak
boleh mengganggunya. Apalagi mencelakai dan mengusirnya. Munculnya Kyai Jalak di
hadapan para pendaki, bukan bermaksud mau mencelakai, justru sebaliknya akan menjaga
dan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki. Sebaliknya jika diganggu atau dicelakai
biasanya si pendaki akan tersesat bahkan terperosok jurang atau hilang masuk ke dimensi
metafisik. Karenanya wajar lah Gunung Lawu menyimpan segudang misteri. Sering pula
terjadi kasus hilangnya para pendaki, tanpa meninggalkan jejak dan tidak ditemukan jasad
korbannya. Menurut sedulur penjaga posko 1 Cemoro Sewu, Mas Soleh Lawu, hilangnya
para penaki karena masuk ke dimensi metafisik. Saya akhirnya membuktikan sendiri ternyata
benar apa yang dikatakan oleh Mas Soleh (yang asli Cirebon itu). Mas Soleh “terdampar”
sampai di Gunung Lawu karena mengikuti petunjuk gaib dari Cirebon, untuk pergi ke arah
timur, kemudian sampailah di Pasarean Ki Ageng Giring di daerah Sodo, Kec. Giring, Kab
Gunung Kidul Yogyakarta untuk beberapa tahun lamanya singgah di sana. Hingga pada
suatu ketika mendapat perintah Ki Ageng Giring untuk pergi lagi ke arah timur, hingga kini
Mas Soleh menjadi “sing mbahureksa” posko 1 Cemoro Sewu. Hidupnya untuk manembah
kepada Gusti, dengan cara menyatu dan berselaras dengan alam. Mas Soleh membaktikan
hidupnya untuk melindungi hutan dari kebakaran, menjaga hutan agar tetap bersih bahkan
seringkali menolong para pendaki yang tersesat, sakit atau ikut mengevakuasi jika ada korban
jiwa. Perjalanan ke timur Mas Soleh telah menemukan apa sejatinya hidup. Begitulah cara
Mas Soleh menggapai hidup yang sejati, hidupnya telah berguna memberikan penghidupan
dan kehidupan bagi seluruh makhluk tanpa pilih-kasih, baik dari kalangan bangsa manusia,
hewan, tumbuhan, dan mahluk halus penghuni sekitar Gunung Lawu. Sekalipun jauh dari
simbol-simbol kesalehan agama semitis abrahamik, namun menurut saya pribadi, karena
mampu berharmoni dengan alam, dan menjadikan tumbuhan, binatang, gunung sebagai
gurunya, maka layaklah mas Soleh menjadi mursyid sejati bagi siapapun yang tidak suka
menghina dan memandang sebelah mata kepada sesama titah urip. Serta bagi siapapun yang
terbuka pola pikir dan mata hatinya. Apalagi gurunya mas Soleh adalah guru paling jujur.
Alam semesta, binatang, dan tumbuhan telah mengajarkan kepada kita semua sebuah
kejujuran yang paling mulia.
Semoga Bermanfaat
Salam Karaharjan
1. Menemani (mengabdi) para bendhara (bos) nya yang memiliki karakter luhur
budi pekertinya. Tugas punakawan adalah sebagai “pembantu” atau abdi
sekaligus “pembimbing”. Tugasnya berlangsung dari masa ke masa.
2. Dalam cerita pewayangan, kelompok ini lebih sebagai penasehat spiritual,
pamomong, kadang berperan pula sebagai teman bercengkerama, penghibur
di kala susah.
3. Dalam percengkeramaannya yang bergaya guyon parikena atau saran,
usulan dan kritikan melalui cara-cara yang halus, dikemas dalam bentuk
kejenakaan kata dan kalimat. Namun di dalamnya selalu terkandung makna
yang tersirat berbagai saran dan usulan, dan sebagai pepeling akan sikap
selalu eling dan waspadha yang harus dijalankan secara teguh oleh
bendharanya yang jumeneng sebagai kesatria besar.
4. Pada kesempatan tertentu punakawan dapat berperan sebagai penghibur
selagi sang bendhara mengalami kesedihan.
5. Pada intinya, Ki Lurah Semar dkk bertugas untuk mengajak para kesatria
asuhannya untuk selalu melakukan kebaikan atau kareping rahsa (nafsu al
mutmainah). Dalam terminologi Islam barangkali sepadan dengan istilah amr
ma’ruf.
Adapun watak kesatria adalah: halus, luhur budi pekerti, sabar, tulus, gemar
menolong, siaga dan waspada, serta bijaksana.
Kelompok Ki Lurah Togog
Kelompok ini terdiri tiga personil yakni: Ki Lurah Togog (Sarawita) dan
Mbilung. Punakawan ini bertugas menemani bendhara-nya yang berkarakter dur
angkara yakni para Ratu Sabrang. Sebut saja misalnya Prabu Baladewa di negeri
Mandura, Prabu Basukarna di negeri Ngawangga, Prabu Dasamuka (Rahwana) di
negeri Ngalengka, Prabu Niwatakawaca di negeri Iman-Imantaka dan beberapa
kesatria dari negara Sabrangan yang berujud (berkarakter) raksasa; pemarah,
bodoh, namun setia dalam prinsip. Lurah Togog disebut pula Lurah Tejamantri. Ki
Togog dkk secara garis besar bertugas mencegah asuhannya yang dur angkara,
untuk selalu eling dan waspadha, meninggalkan segala sifat buruk, dan semua
nafsu negatif. Beberapa tugas mereka antara lain:
1. Mereka bersuara lantang untuk selalu memberikan koreksi, kritikan dan saran
secara kontinyu kepada bendhara-nya.
2. Memberikan pepeling kepada bendhara-nya agar selalu eling dan waspadha
jangan menuruti kehendak nafsu jasadnya (rahsaning karep).
Gambaran tersebut sesungguhnya memproyeksikan pula karakter dalam diri
manusia (jagad alit). Sebagaimana digambarkan bahwa kedua kesatria di atas
memiliki karakter yang berbeda dan saling kontradiktori. Maknanya, dalam jagad
kecil (jati diri manusia) terdapat dua sifat yang melekat, yakni di satu sisi sifat-sifat
kebaikan yang memancar dari dalam cahyo sejati (nurulah) merasuk ke dalam
sukma sejati (ruhulah). Dan di sisi lain terdapat sifat-sifat buruk yang berada di
dalam jasad atau ragawi. Kesatria yang berkarakter baik diwakili oleh kelompok
Pendawa Lima beserta para leluhurnya. Sedangkan kesatria yang berkarakter buruk
diwakili oleh kelompok Kurawa 100. walaupun keduanya masing-masing sudah
memiliki penasehat punakawan, namun tetap saja terjadi peperangan di antara dua
kelompok kesatria tersebut. Hal itu menggambarkan betapa berat pergolakan yang
terjadi dalam jagad alit manusia, antara nafsu negatif dengan nafsu positif. Sehingga
dalam cerita pewayangan digambarkan dengan perang Brontoyudho antara kesatria
momongan Ki Lurah Semar dengan kesatria momongan Ki Togog. Antara Pendawa
melawan Kurawa 100. Antara nafsu positif melawan nafsu negatif. Medan perang
dilakukan di tengah Padhang Kurusetra, yang tidak lain menggambarkan hati
manusia.
Makna di Balik Simbol Punakawan
1. Ki Lurah Semar (simbol ketentraman dan keselamatan hidup)
Membahas Semar tentunya akan panjang lebar seperti tak ada titik akhirnya. Semar
sebagai simbol bapa manusia Jawa. Bahkan dalam kitab jangka Jayabaya, Semar
digunakan untuk menunjuk penasehat Raja-raja di tanah Jawa yang telah hidup
lebih dari 2500 tahun. Dalam hal ini Ki Lurah Semar tiada lain adalah Ki Sabdapalon
dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Sosoknya
sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata, tapi jika melihat tanda-
tandanya orang yang menyangkal akan menjadi ragu. Ki Lurah Semar dalam
konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapa atau Dahyang-nya
manusia Jawa. Menurut jangka Jayabaya kelak saudara kembar tersebut akan hadir
kembali setelah 500 tahun sejak jatuhnya Majapahit untuk memberi pelajaran
kepada momongannya manusia Jawa (nusantara). Jika dihitung kedatangannya
kembali, yakni berkisar antara tahun 2005 hingga 2011. Maka bagi para satria
momongannya Ki Lurah Semar ibarat menjadi jimat; mung siji tur dirumat. Selain
menjadi penasehat, punakawan akan menjadi penolong dan juru selamat/pelindung
tatkala para satria momongannya dalam keadaan bahaya.
Dalam cerita pewayangan Ki Lurah Semar jumeneng sebagai seorang Begawan,
namun ia sekaligus sebagai simbol rakyat jelata. Maka Ki Lurah Semar juga dijuluki
manusia setengah dewa. Dalam perspektif spiritual, Ki Lurah Semar mewakili
watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu
sedih dan tidak pernah tertawa terlalu riang. Keadaan mentalnya sangat matang,
tidak kagetan dan tidak gumunan. Ki Lurah Semar bagaikan air tenang yang
menghanyutkan, di balik ketenangan sikapnya tersimpan kejeniusan, ketajaman
batin, kaya pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan. Ki Lurah Semar
menggambarkan figur yang sabar, tulus, pengasih, pemelihara kebaikan, penjaga
kebenaran dan menghindari perbuatan dur-angkara. Ki Lurah Semar juga dijuluki
Badranaya, artinya badra adalah rembulan, naya wajah. Atau Nayantaka, naya
adalah wajah, taka : pucat. Keduanya berarti menyimbolkan bahwa Semar memiliki
watak rembulan (lihat thread: Pusaka Hasta Brata). Dan seorang figur yang memiliki
wajah pucat, artinya Semar tidak mengumbar hawa nafsu. Semareka den prayitna:
semare artinya menidurkan diri, agar supaya batinnya selalu awas. Maka yang
ditidurkan adalah panca inderanya dari gejolak api atau nafsu negatif. Inilah nilai di
balik kalimat wani mati sajroning urip (berani mati di dalam hidup). Perbuatannya
selalu netepi kodrat Hyang Widhi (pasrah), dengan cara mematikan hawa nafsu
negatif. Sikap demikian akan diartikulasikan ke dalam sikap watak wantun kita
sehari-hari dalam pergaulan, “pucat’ dingin tidak mudah emosi, tenang dan
berwibawa, tidak gusar dan gentar jika dicaci-maki, tidak lupa diri jika dipuji,
sebagaimana watak Badranaya atau wajah rembulan.
Dalam khasanah spiritual Jawa, khususnya mengenai konsep manunggaling kawula
Gusti, Ki Lurah Semar dapat menjadi personifikasi hakekat guru sejati setiap
manusia. Semar adalah samar-samar, sebagai perlambang guru sejati atau sukma
sejati wujudnya samar bukan wujud nyata atau wadag, dan tak kasad mata.
Sedangkan Pendawa Lima adalah personifikasi jasad/badan yang di dalamnya
terdapat panca indera. Karena sifat jasad/badan cenderung lengah dan lemah, maka
sebaik apapun jasad seorang satria, tetap saja harus diasuh dan diawasi oleh sang
guru sejati agar senantiasa eling dan waspadha. Agar supaya jasad/badan memiliki
keteguhan pada ajaran kebaikan sang guru sejati. Guru sejati merupakan
pengendali seseorang agar tetap dalam “laku” yang tepat, pener dan berada pada
koridor bebener. Siapa yang ditinggalkan oleh pamomong Ki Lurah Semar beserta
Gareng, Petruk, Bagong, ia akan celaka, jika satria maka di negerinya akan
mendapatkan banyak malapetaka seperti : musibah, bencana, wabah penyakit
(pageblug), paceklik. Semua itu sebagai bebendu karena manusia (satria) yang
ditinggalkan guru sejati-nya telah keluar dari jalur bebener.
Jika ditinjau dari perspektif politik, kelompok Punakawan Ki Lurah Semar dan
anak-anaknya Gareng, Petruk, Bagong sebagai lambang dari lembaga aspirasi
rakyat yang mengemban amanat penderitaan rakyat. Atau semacam lembaga
legislatif. Sehingga kelompok punakawan ini bertugas sebagai penyambung lidah
rakyat, melakukan kritikan, nasehat, dan usulan. Berkewajiban sebagai pengontrol,
pengawas, pembimbing jalannya pemerintahan di bawah para Satria asuhannya
yakni Pendhawa Lima sebagai lambang badan eksekutif atau lembaga pemerintah.
Dengan gambaran ini, sebenarnya dalam tradisi Jawa sejak masa lampau telah
dikenal sistem politik yang demokratis.
2. Nala Gareng
Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering, atau gering, yang berarti menderita.
Nala Gareng berarti hati yang menderita. Maknanya adalah perlambang “laku”
prihatin. Namun Nala Gareng diterjemahkan pula sebagai kebulatan tekad. Dalam
serat Wedhatama disebutkan gumeleng agolong-gilig. Merupakan suatu tekad bulat
yang selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan untuk pamrih apapun,
melainkan hanya untuk netepi kodrat Hyang Manon. Nala Gareng menjadi simbol
duka-cita, kesedihan, nelangsa. Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik Nala
Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan makna sbb:
Mata Juling:
Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping. Maknanya Nala Gareng selalu
memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.
Lengan Bengkok atau cekot/ceko :
Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tidak
berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.
Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :
Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat berhati-hati dalam melangkah
atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng yang tidak sempurna
ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam
menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar manusia yang penuh dengan
kelemahan dan kekurangan.
Mulut Gareng :
Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia tidak pandai bicara,
kadang bicaranya sasar-susur (belepotan) tak karuan. Bicara dan sikapnya serba
salah, karena tidak merasa percaya diri. Namun demikian Nala Gareng banyak
memiliki teman, baik di pihak kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng,
yang menjadi sangat bermanfaat dalam urusan negosiasi dan mencari relasi,
sehingga Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai, dan sebagai pembuka
jalan untuk negosiasi. Justru dengan banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut,
Nala Gareng sering terhindar dari celaka dan marabahaya.
3. Petruk Kanthong Bolong
Ki Lurah Petruk adalah putra dari Gandarwa Raja yang diambil anak oleh Ki Lurah
Semar. Petruk memiliki nama alias, yakni Dawala. Dawa artinya panjang, la, artinya
ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek. Hidung, telinga, mulut, kaki,
dan tangannya panjang. Namun jangan gegabah menilai, karena Lurah Petruk
adalah jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa
diduga-kira. Gambaran ini merupakan pralambang akan tabiat Ki Lurah Petruk yang
panjang pikirannya, artinya Petruk tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak,
ia akan menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana dan
perbuatan yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong, menggambarkan bahwa
Petruk memiliki kesabaran yang sangat luas, hatinya bak samodra, hatinya longgar,
plong dan perasaannya bolong tidak ada yang disembunyikan, tidak suka
menggerutu dan ngedumel.
Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para leluhurnya di
kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya, yakni Lurah Petruk yang
masih hidup di mercapada. Lurah Petruk selalu mendapatkan bimbingan dan
tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Lurah Petruk memiliki kewaskitaan
mumpuni dan mampu menjadi abdi dalem (pembantu) sekaligus penasehat para
kesatria.
Petruk Kanthong Bolong wajahnya selalu tersenyum, bahkan pada saat sedang
berduka pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan murah senyum dengan
penuh ketulusan. Petruk mampu menyembunyikan kesedihannya sendiri di hadapan
para kesatria bendharanya. Sehingga kehadiran petruk benar-benar membangkitkan
semangat dan kebahagiaan tersendiri di tengah kesedihan. Prinsip “laku” hidup Ki
Lurah Petruk adalah kebenaran, kejujuran dan kepolosan dalam menjalani
kehidupan. Bersama semua anggota Punakawan, Lurah Petruk membantu para
kesatria Pandhawa Lima (terutama Raden Arjuna) dalam perjuangannya
menegakkan kebenaran dan keadilan.
4. Bagong
Bagong adalah anak ketiga Ki Lurah Semar. Secara filosofi Bagong adalah
bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia dari Hyang Manon,
untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar memohon didampingi seorang
teman. Permohonan Semar dikabulkan Hyang Maha Tunggal, dan ternyata seorang
teman tersebut diambil dari bayangan Semar sendiri. Setelah bayangan Semar
menjadi manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka diberi nama
Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai manusia
berwatak lugu dan teramat sederhana, namun memiliki ketabahan hati yang luar
biasa. Ia tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta
heran jika menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan. Penampilan
dan lagak Lurah Bagong seperti orang dungu. Meskipun demikian Bagong adalah
sosok yang tangguh, selalu beruntung dan disayang tuan-tuannya. Maka Bagong
termasuk punakawan yang dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para
kesatria. Istilahnya bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan kanan,
yakni berada dalam jalur kebenaran dan selalu disayang majikan dan Tuhan.
Dalam pagelaran wayang kulit, kelompok punakawan Semar, Gareng, Petruk,
Bagong selalu mendapatkan tempat di hati para pemirsa. Punakawan tampil pada
puncak acara yang ditunggu-tunggu pemirsa yakni goro-goro, yang menampilkan
berbagai adegan dagelan, anekdot, satire, penuh tawa yang berguna sebagai
sarana kritik membangun sambil bercengkerama (guyon parikena). Punakawan
menyampaikan kritik, saran, nasehat, maupun menghibur para kesatria yang
menjadi asuhan sekaligus majikannya. Suara punakawan adalah suara rakyat jelata
sebagai amanat penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan
menyampaikan kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun
terkadang menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki esensi yang
sangat luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala tengen yang suara
hatinuraninya selalu didengar dan dipatuhi oleh para kesatria asuhan sekaligus
majikannya.
Kepemimpinan Punakawan Kontroversial
Dalam cerita wayang sebagaimana kisah-kisah dalam legenda lainnya, terdapat
kelompok antagonis. Dalam cerita wayang tokoh-tokoh antagonis berasal dari negri
seberang atau Sabrangan. Punakawan Togog atau Tejamantri, Sarawita dan
Mbilung merupakan punakawan kontroversif yang selalu membimbing tokoh
pembesar antagonis, para “ksatria” angkara murka (dur angkara), hingga para
pimpinan raksasa jahat. Sebut saja misalnya Prabu Dasamuka, Prabu
Niwatakawaca, Prabu Susarma, hingga para kesatria dur angkara dari Mandura
seperti Raden Kangsa dan seterusnya. Pada intinya Ki Lurah Togog dkk selalu
berada di pihak tokoh antagonis, sehingga disebut sebagai bala kiwa. Namun
demikian bukan berarti kelompok punakawan ini memiliki karakter buruk.
Ciri fisik Togog dkk memiliki mulut yang lebar. Artinya mereka selalu berkoar
menyuarakan kebaikan, peringatan (pepeling) kepada majikannya agar tetap
waspada dan eling, menjadi manusia jangan berlebihan. Ngono ya ngono ning aja
ngono. Manusia harus mengerti batas-batas perikemanusiaan. Sekalipun akan
mengalahkan lawan atau musuhnya tetap harus berpegang pada etika seorang
kesatria yang harus gentle, tidak pengecut, dan tidak memenangkan perkelahian
dengan jalan yang licik. Sekalipun menang tidak boleh menghina dan
mempermalukan lawannya (menang tanpa ngasorake). Itulah ajaran Ki Lurah Togog
dkk yang sering kali diminta nasehat dan saran oleh para majikannya. Namun toh
akhirnya setiap nasehat, saran, masukan, aspirasi yang disampaikan Ki Lurah
Togog dkk tetap saja tidak pernah digubris oleh majikannya mereka tetap setia. Ki
Lurah Togog dkk walaupun menjabat posisi sentral sebagai penasehat, pengasuh
dan pembimbing, yang selalu bermulut lantang menyuarakan pepeling, seolah peran
mereka hanya sebagai obyek pelengkap penderita. Walaupun Ki Lurah Togog dkk
selalu gagal mengasuh majikannya para kesatria dur angkara, hingga sering
berpindah majikan untuk bersuara lantang mencegah kejahatan. Bukan berarti
mereka tidak setia. Sebaliknya dalam hal kesetiaan sebagai kelompok penegak
kebenaran, Ki Lurah togog patut menjadi teladan baik. Karena sekalipun sering
dimaki, dibentak dan terkena amarah majikannya, Ki Lurah Togog dkk tidak mau
berkhianat. Sekalipun selalu gagal memberi kritik dan saran kepada majikannya,
mereka tetap teguh dalam perjuangan menegakkan keadilan. Dan lagi-lagi, mereka
selalu dimintai saran dan kritikan, namun serta-merta diingkari pula oleh majikan-
majikan barunya. Itulah nasib Togog dkk, yang mengisyaratkan nasib rakyat kecil
yang selalu mengutarakan aspirasi dan amanat penderitaan rakyat namun tidak
memiliki bargaining power. Ibarat menyirami gurun, seberapapun nasehat dan
kritikan telah disiramkan di hati para “pemimpin” dur angkara, tak akan pernah
membekas dalam watak para majikannya. Barangkali nasib kelompok punakawan Ki
Lurah Togog dkk mirip dengan apa yang kini dialami oleh rakyat Indonesia. Suara
hati nurani rakyat sulit mendapat tempat di hati para tokoh dan pejabat hing
nusantara nagri. Sekalipun sekian banyak pelajaran berharga di depan mata, namun
manifestasi perbuatan dan kebijakan politiknya tetap saja kurang populer untuk
memihak rakyat kecil. By sabdalangit
Pertanyaannya, apakah anak perempuan harus dikhitan (disunat) sama seperti anak laki-laki?
Bahayanya apa jika tidak dikhitan?
Dita
Maret 18th, 2012 pada 15:11
@Dewi:
Sunat perempuan yang saya maksud itu yang memotong kulit penutup klitoris, bukan
klitorisnya. Lain lagi kalau klitoris sudah mengalami perlekatan parah, itulah yang
harus dilakukan pemotongan klitoris, dan itu bukan sunat perempuan yang saya
maksud, itu hanya tindakan medis bila terjadi perlengketan klitoris yang parah. Kalau
ada beberapa wilayah di didunia yang melakukan sunat perempuan dengan memotong
klitoris, bukan kulit penutup klitorisnya, padahal belum terjadi perlekatan parah, dan
alasannya hanya untuk sunat, bukan tindakan medis yang mengobati perlekatan
klitoris, maka tindakan itu termasuk FGM, saya juga tidak setuju dengan itu. Tapi
yang saya maksud disini kan hoodectomy yang hanya memotong kulit penutup
klitoris, yang hanya sedikit itu.
Klitoris memang bisa berubah bentuk, seperti mengembang (ereksi) dan mengempis,
saat ereksi sebagian kulit penutup klitoris mungkin akan terbuka, dan saat mengempis
kulit penutup klitoris akan tertutup kembali. Saya jelaskan sekali lagi, seperti yang
pernah saya tulis, saat ereksi, kulit penutup klitoris mungkin akan terbuka sedikit,
inilah peluang untuk masuknya bakteri, apalagi biasanya klitoris ereksi saat
berhubungan intim yang memungkinkan masuknya bakteri dari tangan/ penis
pasangan. Pada perempuan yang mempunyai kulit penutup klitoris yang tebal dan
panjang, kemungkinan terbukanya kulit penutup klitoris saat ereksi sangat kecil,
sehingga rangsangan saat berhubungan intim tidak maksimal, dan walaupun tertutup,
bakteri tetap akan bisa masuk walaupun kemungkinannya tidak sebesar perempuan
yang penutup klitorisnya normal. Jika bakteri telah masuk dan menginfeksi smegma
dan klitoris, peluang terjadinya perlekatan klitoris akan semakin besar karena bentuk
kulit penutup klitoris yang lebar dan tebal.
Untuk smegma, memang bukan daging/jaringan tubuh. Smegma itu substansi putih
kental yang dihasilkan glands klitoris dan kulit penutup klitoris. Fungsinya memang
untuk antibakteri, tetapi tetap dapat terserang bakteri, dan jika sudah terserang bakteri,
smegma yang sudah mengeras dan menyatu akan menimbulkan rasa perih dan gatal,
dan sulit atau bahkan tidak dapat dibersihkan, kecuali dengan memotong klitoris dan
kulit penutup klitoris. Dengan sunat perempuan (hoodectomy) resiko perlekatan
klitoris menjadi teratasi dan tidak perlu memotong klitoris. Pada alat kelamin
perempuan smegma bukanlah satu-satunya anti bakteri, masih ada cairan vagina.
Smegma jika terinfeksi dapat menyebabkan perlekatan klitoris, cairan vagina tidak
menyebabkan perlekatan klitoris. Lalu, smegma hanya berfungsi sebagai anti bakteri
di glands klitoris/ didalam penutup klitoris, sedangkan cairan vagina berfungsi
sebagai antibakteri mulai dari organ dalam yaitu vagina, sampai seluruh bagian luar
alat kelamin perempuan, termasuk klitoris, tetapi dengan syarat kulit penutup klitoris
sudah disunat. Jika belum disunat, cairan vagina tidak bisa melindungi klitoris jika
masih ditutupi kulit penutup klitoris. Walaupun vagina terletak dibawah klitoris,
cairan vagina tetap dapat mencapai klitoris karena bentuk luar kemaluan perempuan
yang seperti bibir. Cairan vagina dapat mengalir mengikuti bibir labia dan mencapai
klitoris yang sudah terbuka setelah disunat.
Soal agama yang saya tulis kemarin, bukan untuk Mbak Dewi saja, tapi untuk semua
orang. Karena saya sudah menyebut agama, jadi saya harus bilang begitu untuk
mencegah penjatuhan suatu agama. Menurut tulisan Mbak diatas, Mbak orang yang
suka yang alami yang langsung ciptaan Tuhan, boleh beragama tapi perhatikan nilai
kemanusiaannya. Saya tidak memaksa Mbak Dewi percaya keyakinan saya. Saya
hanya menjawab pertanyaan Mbak Dewi yang bingung kenapa kami yang mendukung
sunat perempuan terlihat seperti orang yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Sudah
saya jelaskan kemarin, kami bukan tidak punya rasa kemanusiaan, tetapi kami
percaya bahwa semua ajaran agama kami baik, bukan hanya mengikuti sebagian
ajaran dan menolak/ memikirkan lagi/ mengubah ajaran sesukanya karena tidak sesuai
dengan akal. Oleh karena itu, kami wajib mempercayai dan menjalankan kewajiban
sesuai perintah agama, walaupun akal kami tidak sepenuhnya mempercayainya, tetapi
hati kami akan terus mempercayainya dengan sungguh-sungguh. Alasannya hanya
satu: kami percaya Tuhan kami jauh lebih mengetahui daripada kami. Oleh karena itu
kami mempercayai seluruh ajaran yang diturunkan Tuhan kami yang maha
mengetahui. Sebenarnya saya tidak ingin mengaitkan ke agama, saya sudah
menjelaskan banyak dari segi kesehatan, tapi berhubung kemarin ada orang yang
membawa-bawa agama, sampai mau bunuh-membunuh, saya terpaksa mencoba
menjelaskannya.
Dita
mau tanya rmh sakit yg melayani rekontruksi sunat karena kpl kemaluan mengecil
lubang kencg juga namun tidak mempengaruhi fungsi zh trims
Salam kenal mas, saya bisa memahami kegalauan hati njenengan,
kemungkinan anda mengalami infeksi sekunder pada waktu di sunat, namun
begitu janganlah risau mas, njenengan bisa datang ke rumah sakit dokter
bedah plastik di kota anda untuk merekontruksi ulang bentuk penis njenengan.
http://health.detik.com/read/2011/09/13/163735/1721533/1013/kenapa-mr-p-
berubah-bentuk-setelah-disunat
@ Dita,
Betul itu bu, semua orang bisa di sunat tak memandang apa suku dan
agamanya, secara pribadi saya tak punya masalah dengan selera pribadi orang
yang lebih suka di sunat atau tidak. yang saya kritisi di sini adalah kontruksi
sosialnya, baik dari segi kesehatan, peradaban, agama, budaya dan feminitas.
Oh ya, apakah ibu sudah membuka link yang saya postingkan?… coba di klik
ya bu, lalu klik lagi menu ‘gambar’ yang ada di pojok kiri, monggo :…
http://www.google.co.id/search?
q=women+circumcision&hl=id&prmd=imvns&source=lnms&tbm
Apa yang ibu utarakan di atas, terlepas dari pengalaman pribadi njenengan
sendiri yang di sunat pada usia 14 th, adalah semata bentuk ‘paranoid’ jika tak
di sunat maka akan mengalami infeksi pada saluran kencing, baktery yang
akan masuk ke vagina dsb. Padahal ketika anda melakukan penipisan kulit
klitorispun anda belum mengalami semuanya, kecuali hanya sebuah ketakutan
kompleks yang di sebabkan oleh katanya si konon saja yang berasal dari
lingkungan njenengan juga.
Ibu saya anaknya buanyak nggak pernah menderita seperti yang ibu tuliskan di
atas, ibu saya tidak di sunat seperti halnya saudara wanitanya serta ibunya
(nenek saya yang juga anaknya buanyak), jadi alasan sunat pada perempuan
itu terlalu di buat2 saja, demi melembagakan praktek sunat ini pada generasi
berikutnya. Tapi kalaupun ada penderita wanita yang tak di sunat seperti yang
njenengan tuliskan di atas, apakah tak ada obat dan penangananya, selain tak
harus di habisi/ di eksekusi kulit klitoris/ kulit permukaannya?…
Kalau memang alasan njenengan melakukan sunat ini karena kecintaan pada
agama atau Tuhan njenengan, saya hanya bisa sarankan njenengan untuk lekas
berintropeksi diri dari hati nurani, dan sesungguhnya sampai sekarangpun para
ahli agama akan kelimpungan/ tak berdaya jika di minta menunjukkan ayat
yang mewajibkan sunat pada perempuan ini, (kecuali sunat pada lelaki
memang ada pada sunah rosulnya), sedang dalih oleh seorang habib/ ustad/
ulama tidak bisa di pertanggung jawabkan melainkan hanya merujuk pada
pola budayanya setempat, lha budayanya itu kan di bentuk pada pola pikir
manusianya yang pada jaman itu tidak memperdulikan hak2 wanitanya, dan
sunat ini bukan monopoli umat islam saja, melainkan sudah ada sejak sebelum
agama samawi lahir, sunat berasal dari budaya mesir kuno, lalu di comot dan
di terapkan oleh kaum yahudi, lalu di teruskan agama islam hingga sekarang.
Coba ibu lebih peka terhadap permasalahan sekitar, di dunia ini angka
kematian ibu dan bayinya mengapa selalu negara2 islam yang terbanyak?..
memang sunat tak ada hubungannya dengan nyawa seseorang, tapi ini
mempengaruhi gaya hidup seseorang dalam memperlakukan kesehatan
kelamin dan reproduksinya, negara2 tertinggi angka kematian bayi dan anak
al: afrika, afganistan dan indonesia, padahal kita tahu sendiri ketiga negara tsb
paling doyan menyunat kaum wanitanya.
salam rahayu,
dewi
@ Domba Selamet,
Salam rahayu,
Dewi
@Dewi:
Pada saat saya membuat tulisan yang kemarin, saya sudah lihat gambar dari link yang
Mbak buat. Walaupun kata kuncinya “Woman circumcision”, menurut saya hampir
semua gambar yang ditampilkan adalah pelaksanaan FGM yang kebanyakan ada di
Afrika, dan kebanyakan prosedurnya tidak sesuai dengan prosedur medis yang benar.
Padahal, sunat perempuan yang saya maksud adalah hoodectomy atau bukan FGM.
Saya juga terkadang mencari artikel tentang sunat perempuan di internet, sebagian
besar menyamakan FGM yang berbahaya, tidak bermanfaat dan dilarang, dengan
sunat perempuan yang aman, bermanfaat, dan tidak dilarang oleh pemerintah
Indonesia. Kenapa saya bilang tidak dilarang? karena ternyata ada Permenkesnya.
Coba Mbak cari di internet tentang Permenkes tentang sunat perempuan, yang
ditampilkan dalam format pdf. Disitu dijelaskan tentang bagaimana sunat perempuan
yang baik dan benar yang bukan FGM. Itulah yang saya maksud selama ini. Juga saya
ingatkan sekali lagi FGM dan sunat perempuan tidak sama, FGM dilarang, sunat
perempuan diperbolehkan, dan banyak perbedaan lainnya.
Saya ulangi lagi, alasan untuk melakukan sunat perempuan bukan hanya untuk
mencegah perlekatan klitoris. Dapat juga untuk menambah sensitivitas klitoris, seperti
yang pernah saya jelaskan sebelumnya. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti
dengan mengatakan jika perempuan tidak disunat akan mengalami perlekatan klitoris.
Saya kan sudah bilang sebagian perempuan bisa saja hanya memiliki sedikit resiko
perlekatan klitoris. Yang memiliki resiko besar pun mungkin tidak mengalami
perlekatan klitoris. Tapi mungkin juga mengalaminya. Jadi, sunat perempuan itu
tindakan pencegahan yang hanya perlu sekali seumur hidup. Tindakan pencegahan
lainnya bisa saja dengan rajin membersihkannya, tapi itu perlu dilakukan secara terus-
menerus, bahkan untuk perempuan tertentu, dapat lebih dari sekali dalam satu hari.
Bagi yang memiliki smegma yang berlebihan dan memiliki kulit penutup klitoris yang
penjang dan lebar akan lebih sulit membersihkannya. Jadi, intinya kalau harus
membersihkan, jadi repot, terlebih lagi bagi yang sulit membersihkannya dan yang
perlu membersihkannya labih dari sekali dalam sehari. Sedangkan tidak semua
perempuan memiliki waktu untuk membersihkannya. Contohnya,untuk perempuan
yang smegmanya cepat menumpuk, saat kerja dikantor, smegma yang bercampur
bakteri tidak bisa dibersihkan hanya dengan ke kamar mandi kantor saja. Karena
membersihkan klitoris yang tidak disunat akan sulit jika tidak dirumah. Kalau setelah
pulang kerja, waktu untuk mandi sore/malam hanya sebentar, kemungkinan
membersihkan klitoris perlahan-lahan sangat kecil, jika tidak rajin dibersihkan, sudah
pasti resiko perlekatan akan meningkat. Tapi itu hanya contoh, bisa saja dengan
alasan yang lain, tapi intinya sebagian perempuan tidak punya cukup waktu untuk
membersihkan klitoris dengan waktu yang biasanya relatif lama. Untuk yang memilih
dengan cara membersihkan, itu terserah. Sunat perempuan adalah salah satu cara
lainnya yang simpel dan bagi umat Islam sekaligus melaksanakan sunnah Nabi. Kalau
keluarga besar Mbak Dewi, kemungkinan semua perempuannya memiliki klitoris
yang sangat mudah untuk dibersihkan, dan pemikiran turun-temurun untuk menyukai
bentuk yang langsung ciptaan Tuhan. Untuk manfaat menambah sensitivitas klitoris,
itu terserah sepenuhnya pada orangnya, mau percaya atau tidak. Saya sarankan untuk
membuktikannya manfaatnya seperti saya dulu, agar percaya akan manfaat sunat
perempuan untuk meningkatkan sensitivitas klitoris. Kalau Mbak tanya, kalau
perempuan sudah mengalami perlekatan klitoris, apa ada cara lainnya selain kulit
penutup klitoris disunat? Jawabannya, jika perlekatannya belum parah, dapat
dibersihkan dengan tindakan khusus petugas medis. Kalau sudah perlekatannya parah
caranya bukan hanya kulit penutup klitorisnya saja yang dipotong, tapi klitorisnya
juga ikut dipotong. TIdak ada cara lain. Bagi perempuan yang mengalami perlekatan
klitoris parah, pemotongan kulit penutup klitoris beserta klitorisnya bukan merupakan
FGM, melainkan tindakan medis untuk menyembuhkan perlekatan klitoris yang
parah.
Untuk umat Islam, melakukan sunat perempuan juga berarti melakukan sunnah Nabi.
Jadi, sunnah yang dari Nabi itu bukan untuk laki-laki saja, untuk perempuan juga.
Ada beberapa sunnah nabi tentang sunat, dan di semua sunnah itu, tidak pernah hanya
disebutkan tentang sunat laki-laki saja, selalu diikuti tentang sunat perempuan juga.
Hanya saja, hukum untuk melakukannya yang tidak jelas, apakah sunnah atau wajib.
Kalau masih tidak percaya silahkan cari di internet tentang sunnah-sunnah Nabi itu.
Sumber tentang sunat perempuan dalam Islam didapat dari sunnah Nabi. Jadi bukan
dari Al-Qur’an karena mamang tidak ada ayatnya, sehingga ulama pun tidak bisa
memberikan ayat tentang sunat perempuan. Tentang hukum sunat perempuan, karena
tidak terdapat jelas pada sunnah Nabi, jadi hukumnya diambil dari pendapat ulama,
seperti yang saya pernah saya bilang. Ada yang bilang sunat perempuan itu wajib, ada
yang bilang sunnah. Ulama yang mengatakan hukum-hukum itu adalah ulama
terkenal dari zaman dulu yang pastinya memahami ajaran Islam dengan luas, dan
ulama-ulama itu pasti juga memahami ajaran Islam yang peduli tentang perempuan.
Pendapat para ulama, apalagi yang terkenal, pasti tidak asal-asalan, dan bagi umat
Islam harus percaya kepada salah satu pendapat ulama-ulama itu. Saya sendiri, karena
merasa lebih baik, percaya kepada ulama yang berpendapat sunat perempuan itu
wajib. Untuk semua orang Islam yang saya ajak, saya mengatakan itu sunnah, tapi
setelah disunat, bisa saja dia jadi percaya kalau itu wajib.
Di benua Afrika, tingkat kematian bayi dan anak yang tinggi karena pengetahuan
kesehatan yang kurang, sulitnya bahan makanan dan air, dan pelaksanaan FGM yang
dilakukan sewaktu masih bayi atau anak-anak. Sedangkan sunat perempuan tidak
berbahaya dan sebaiknya dilakukan pada perempuan saat masih anak-anak atau sudah
remaja, sehingga tidak terlalu beresiko daripada saat bayi atau dia dapat menentukan
pilihannya yang terbaik. Negara di Afrika yang melakukan FGM hanya sebagian kecil
yang mayoritas Islam, Sebagian besar malah agama lain. Hubungan FGM dengan
kematian bayi dan anak-anak memang ada. Tapi, tidak ada hubungan antara sunat
perempuan dan kematian bayi dan anak-anak.
Sunat perempuan memang budaya manusia. Tapi, agama Islam mengakuinya
manfaatnya sehingga menjadi ajaran Islam. Budaya manusia memang tidak semuanya
benar, karena akal manusia terbatas. Tapi, kalau agama saya yang dari Tuhan telah
membenarkan manfaatnya, saya dan sesama orang Islam wajib mempercayainya juga.
Salam,
Dita
Terima kasih bu, hoodectomy termasuk eksisi ringan atau ‘clitoral unhooding’
dalam bidang dunia kesehatan dan kecantikan, dan hanya bisa di lakukan oleh
ahli bedah operasi, tapi non FGM atau bukan sunat, prosedur ini
membutuhkan perawatan dan penyembuhan holistik (teratur). terlebih dahulu
sang dokter akan mengetes kesensitivan klitoris wanita dewasa, jadi dokter
juga tak akan sembarangan menyayat/ mengiris, tapi harus melalui proses rinci
dan studi kasus terhadap pasiennya. Dan pasien hoodectomy ini sangat
langkah di dunia, namun di indonesia hoodectomy ini menjadi alternatif selain
sunat, padahal nggak semua klitoris bisa di hoodectomy, dan aturannya sudah
jelas dan sangat ketat.
Seperti dalam kasus njenengan, maaf, njenengan di sunat pada usia 14 th…
apa tidak terlalu muda? Tapi kalo njenengan sudah aktive secara sexual pada
usia dini namun tidak bisa orgasme/ terangsang terutama di daerah klitoris dan
merasa sakit karena merasa tidak bersih di lapisan klitoris pada usia itu lalu
anda menyimpulkan harus di hoodectomy terutama mendapat dukungan dari
pacar/ suami pada waktu itu, apa dokter yang njenengan datangi langsung
mengiyakan pasiennya begitu saja?….
Kalau iya, saya sangat menyayangkan, terlebih sang dokter itu tahu bahwa
pasiennya anak di bawah umur…., tapi saya juga bisa bahagia mengetahui
bahwa ibu juga merasa sangat berbahagia setelah di hoodectomy.
Ibu Dita, wanita yang tidak di hoodectomypun tidak akan menderita kesakitan
karena merasakan penumpukan di glans klitorisnya sehingga harus di
bersihkan yang disebabkan oleh akumulasi kelembabannya seperti yang
njenengan apriorikan sejak masih muda. Secara biologys syaraf jaringan otot
kelamin sexual Wanita dan pria tidaklah sama, wanita tidak menghasilkan
smegma dan pria bisa menghasilkan smegma oleh karena kebaikan fungsi
kulupnya. Nah kalau identifikasinya dari awal saja sudah tidak tepat,
bagaimana orang bisa benar memperlakukannya?…
Sekali lagi Tuhan tidak ada hubungannya dengan sunat menyunat, tapi Tuhan
telah berbaik hati menganugrahkan semuanya pada kita. Dan sunat ini
merupakan produk dari budaya setempat saja yang kebetulan juga tempat
lahirnya 3 budaya agama samawi tsb.
Bisakah kita menjadi bangsa yang maju peradabannya, berpikir lebih cerdas
dan bijkasana tanpa harus merasakan terinterverensi oleh sesuatu yang bersifat
pribadi seperti agama atau ke-Tuhan-an?…
Salam rahayu,
Dewi
Bahwa orang indonesia itu ternyata bisa lebih ke arab2an daripada orang arab, orang
arab sudah resmi melarang sunat pada perempuannya, tapi indonesia masih banyak
yang mempraktekannya…
Dari data Amnesty International terdapat dua juta anak perempuan di dunia setiap
tahunnya yang di sunat, termasuk yang berada di Indonesia.Definisi dari Sunat
Perempuan atau Female Genital Cutting (FGC) itu sendiri menurut WHO adalah
semua prosedur yang melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh dari bagian luar
alat kelamin perempuan atau mengores alat kelamin perempuan tanpa adanya alasan
medis.
1. Memotong seluruh bagian klitoris (bagian mirip penis pada tubuh pria).
2. Memotong sebagian klitoris.
3. Menjahit atau menyempitkan mulut vagina (infibulasi)
4. Menindik, menggores jaringan sekitar lubang vagina, atau memasukkan sesuatu ke
dalam vagina agar terjadi perdarahan dengan tujuan memperkencang atau
mempersempit vagina.
Dampak yang akan dirasakan perempuan setelah dilakukan sunat tersebut biasanya
terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Mungkin kita perlu meneladani negara Mesir, parlemen Mesir telah mengesahkan UU
tentang pelarangan sunat perempuan. Bagi yang melanggar akan dikenai dengan 185
dola AS sampai 900 dolar AS dan kurungan penjara antara 3 bulan dan 2 tahun.
Mari kita berikan yang terbaik untuk anak-anak kita, bagi masa depan mereka.
Dewi
@Dewi:
Apa yang Mbak jelaskan hampir benar, terima kasiih atas mengertinya Mbak atas
beberapa penjelasan saya sebelumnya dari segi kesehatan. Tapi kalau hampir benar,
berarti masih ada yang kurang tepat. Benar, hoodectomy hanya sebuah insisi ringan
dalam dunia kesehatan dan kecantikan, hanya bisa dilakukan ahlinya, dan tentunya
membutuhkan perawatan dalam penyembuhan. Saya sedikit tambahkan, karena
insisinya dilakukan pada kulit penutup klitoris, dan struktur dasarnya sama dan
fungsinya hampir sama dengan kulup laki-laki, maka hoodectomy termasuk sunat,
yang dilakukan pada perempuan. Pada laki-laki, tindakannya disebut sirkumsisi dalam
dunia kesehatan, pada kenyataannya sebagian besar penduduk indonesia menyebutnya
sunat. Jadi, yang saya ingin katakan, hoodectomy itulah sunat perempuan. Kalau
dengan FGM memang beda. FGM adalah insisi yang dilakukan pada selain kulit
penutup klitoris, seperti klitorisnya, labia minora dan labia mayora, sedangkan sunat
perempuan (hoodectomy) adalah insisi pada kulit penutup klitoris saja.
Tentang prosedurnya, apa Mbak sudah mencoba melihat Permeskes tentang sunat
perempuan? Disana dijelaskan tentang peraturan dasarnya, bagian yang boleh disunat
dan yang tidak boleh. Juga tentang prosedurnya. Pada Permenkes, tidak ada prosedur
yang mengharuskan mengetes klitoris, proses rinci dan studi kasus sebelum disunat.
Seperti yang Mbak bilang, tidak semua perempuan bisa di hoodectomy, tapi bukan
berarti langka, malah sebagian besar perempuan yang bisa disunat karena memiliki
kulit penutup klitoris. Tapi, seperti yang pernah saya bilang, tidak semua perempuan
yang memiliki kulit penutup klitoris normal perlu disunat. Yang perlu hanya sebagian
perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris yang tebal dan menutupi seluruh
klitoris sehingga kemungkinan terjadi perlekatan klitoris akan semakin besar. Bagi
perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris normal / tidak terlalu beresiko
perlekatan klitoris juga dapat disunat jika ingin, dengan alasan agar peluang
perlengketan klitoris semakin kecil atau menambah sensitivitas klitoris. Ketika Mbak
bilang sebelum disunat dites dulu klitorisnya, mungkin itu prosedur di klinik
kecantikan pada program sunat untuk menambah sensitivitas klitoris, jadi terkadang
memang harus dites, sebelum dan sesudah disunat. Saya dulu juga begitu untuk
membuktikan manfaat sunat perempuan ini, meskipun bukan dari program dari klinik
kecantikan. Jadi, hoodectomy bukan alternatif dari sunat perempuan. Hoodectomy
itulah nama lain dari sunat perempuan.
Kalau saya, sebelum menikah belum aktif secara seksual. Saya mengetes sendiri
sensasi klitoris sebelum dan sesudah disunat, belum dapat dikatakan aktif, itu masih
pasif secara seksual. Soal usia saya disunat dulu, memang sedikit lebih cepat dari usia
yang ideal untuk disunat, tapi saya sudah bisa memutuskan sendiri bukan dari
paksaan. Usia saya disunat dulu lebih cepat 3-5 tahun dari ideal. Tapi saya pikir, laki-
laki didaerah saya saja disunat rata-rata umur 12 tahun, saya 14 tahun kok belum
disunat, jadi saya sunat saat umur 14 tahun aja. Seperti yang saya bilang tadi, karena
tidak ada prosedur harus cek klitoris dll, maka dokter nya setuju aja. Hanya saja
sebelum disunat, dokter hanya memeriksa vulva dan menanyakan apa ada infeksi,
karena baik-baik saja, ya sudah, langsung disunat.
Saya ulangi lagi laki-laki dan perempuan sama-sama menghasilkan smegma. Jaringan
syaraf memang sedikit mempengaruhi, dan strukturnya hampir sama pada laki-laki
dan perempuan. Pusat saraf perasa laki laki ada pada glands penis, dan pada
perempuan ada pada glands klitoris. Ini juga berkaitan dengan struktur dasar penis
dan klitoris yang sama. Seperti yang Mbak bilang, sebagian perempuan memang
tidak/belum tentu merasa sakit jika terjadi penumpukan smegma yang bercampur
bakteri tentunya, pada klitorisnya, melainkan hanya merasa tidak nyaman atau bahkan
tidak merasakan apa-apa. Saya ulangi lagi, yang merasa sakit dan gatal itu yang sudah
terjadi perlekatan klitoris parah. Kalau belum parah, salah satu cara
menyembuhkannya bisa dengan disunat. Kalau sudah parah, smegma yang bercampur
bakteri, glands klitoris, dan kulit penutup klitoris akan mengeras dan menyatu
sehingga tidak bisa disembuhkan dengan hoodectomy melainkan harus dipotong kulit
penutup klitoris beserta klitorisnya. Sunat perempuan bermanfaat untuk
mencegahnya, mengurangi kemungkinan atau bahkan membuat perlekatan klitoris
menjadi tidak mungkin terjadi. Tentang ini bukan saya ketahui sejak masih muda, ini
baru beberapa tahun saya ketahui. Karena para ahlinya juga sudah membuktikannya,
menurut saya identifikasi saya diatas sudah tepat.
Saya ulangi lagi, sebenarnya saya tidak mau membicarakan sunat perempuan ini dari
segi agama, karena pasti tidak nyambung karena keyakinan orang tentang ini berbeda-
beda. Tapi Mbak mengajak saya untuk memikirkan lagi tentang ini dari hati nurani,
saya hanya ingin bilang, dalam agama saya, ajarannya tidak bisa dipikir2 akal dan hati
nurani dulu, kalau sudah diperintahkan Tuhan dengan jelas, ya laksanakan. Karena
dalam agama saya, Islam, manusia memang makhluk yang paling sempurna, tapi
bukan berarti Tuhan memberikan semuanya pada manusia, akal yang diberi Tuhan
kami tidak cukup untuk memahami seluruh alam semesta, akal Tuhan kami pastinya
lebih sempurna dari manusia, sehingga tuhan menolong kami dengan menurunkan
agama, jadi kalau sudah ditolong dengan agama ya ikuti saja, jangan dipikir-pikir lagi
kalau memang sudah jelas perintahnya. Jadi, pemikiran saya sudah pasti tidak bisa
diubah, sunat perempuan itu bermanfaat, dan didukung Tuhan dengan
memerintahkannya kepada manusia. Kalau Mbak sudah mengerti, saya tidak akan
membawa-bawa tentang agama lagi. Sekali lagi , terima kasih untuk pengertiannya
tentang sunat perempuan dari segi agama yang saya jelaskan.
Salam,
Dita
@ Dita,
Kontruksi klitoris dan kulup tidaklah sama bu, dan saya sangat prihatin dengan
pandangan njenengan yang demikian, namun Secara pribadi saya bisa
memahami pemikiran njenengan, yang berdasarkan pola dan didikan
lingkungan njenengan yang pro sunat pada perempuannya di daerah anda.
Baiklah bu, saya akan mulai dengan prosedure hoodectomy, yang pertama
minimal harus 18 th ke atas, tanpa studi kassus kepada calon pasiennya
seorang dokter bisa di katakan menyalahi aturan. Pasca operasi minimal 6
minggu ke depannya akan menjalani perawatan holistic (teratur) hingga ia
merasa nyaman seperti sedia kala, dan seorang dokter yang baik akan menjadi
sahabat yang baik sepanjang hidup bagi pasiennya. Tidak seperti membeli
obat dengan slogan ‘jika sakit berlanjut hubungi dokter terdekat’ terkesan
produsen obat hanya cuci tangan mencari keuntungan konsumen saja. Dengan
kata lain, proses hoodectomy ini tidak hanya menjalankan operasi tapi juga
menyertakan konsultasi/ bimbingan psikolog bagi pasien hoodectomy
terutama setelah pascah operasi.
Hoodectomy ini ada 2 tipe, yg pertama hanya untuk unhooding klitoris atau
memperkecil/ menghilangkan seluruhnya, yang kedua adalah labiaplasty, yaitu
mengiris permukaan bibir luar vagina. Jika seorang wanita memilih semua
paketnya, maka hasilnya adalah penampilan luar saja yang menjadi sensasi
seleranya. Secara kesehatan itu juga tak menjamin bahwa wanita yang di
hoodectomy ternyata lebih sehat daripada yang tidak di hoodectomy. Itulah
mengapa bahwa pasien hoodectomy ini sangat langkah, karena wanita yang
mengerti seluk beluknya akan mundur dan tidak akan membuat keputusan
yang akan ia sesali sepanjang hidupnya.
Perlu di ketahui, budaya praktek ini di negara kita di mulai terutama ketika
MUI, sebuah lembaga dakwah yang di dirikan pada th 1975, yang bertujuan
untuk membina dan membimbing seluruh umat muslim indonesia, di motori
oleh para cendikiawan muslim, zu`ama dan ulama pada waktu itu,
merekakalah yang mengeluarkan fatwa bahwa wanita muslim wajib/ sunah
hukumnya untuk di sunat, tak ayal para dokter hingga sekaliber menkespun
dan jajarannya ikut2an mendukung langkah para pemimpin umatnya, tak
terkecuali hukumnya yang ada sekarang juga masih ‘ambivalen’, di sisi lain ia
menentang sunat pada perempuan kecuali dengan syarat2 tertentu. Dengan
kata lain hukum kita banyak celah kekurangannya untuk melindungi hak2
perempuannya dalam hal mengenal lebih dalam fungsi, estetika dan kesehatan
daerah sexualnya. Dan sudah sejak lama amnesty internasional mengkritisi
kebijakan pemerintah yang ambivalen ini, bahwa pemerintah kita harus lebih
tegas untuk menerapkan undang2 yang melarang segala bentuk mutilasi pada
kelamin perempuannya.
Sudah saatnya kita harus segera tersadar, Praktik mutilasi kelamin perempuan
menunjukkan penstereotipean (pelabelan) yang diskriminatif mengenai
kelamin perempuan yang “kotor” atau merendahkan; bahwa perempuan tidak
berhak membuat pilihan mereka sendiri mengenai seksualitas, dan perempuan
dan anak perempuan hanya bisa bermartabat secara penuh dalam praktik
keagamaan jika badan mereka diubah, artinya ada yang secara inheren salah
dengan tubuh perempuan. Untuk itu kita harus menghapus segala bentuk
diskriminasi pada perempuan, karena “sunat perempuan” adalah “kemunduran
dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan”.
Salam per-EMPU-an,
Dewi
@Dewi:
Itu juga benar. Kulup memang tidak sama konstruksinya dengan klitoris. Saya tidak
pernah bilang itu sama, dan tidak ada hubungannya dengan lingkungan saya. Yang
saya bilang sama itu kulup laki-laki dan kulup perempuan. Perbedaannya memang
ada, khususnya ukuran dan organ yang ditutupinya. Tapi persamaannya juga ada.
Sama-sama menghasilkan smegma dan juga melindungi penis dan klitoris yang sama
strukturnya. Dalam anatomi, organ yang hampir sama juga disebut homolog, dan
organ yang sama/homolog itu tidak harus sama saat dilihat sekilas saja. Diperhatikan
juga saat masih tahap embrio. Kalau pada tahap embrio bentuknya sama, berarti
struktur dasarnya sama, dan walaupun saat sudah dewasa bentuk luarnya berbeda,
struktur dasar yang terbentuk saat masih tahap embrio tetap sama, dan biasanya
terdapat kesamaan fungsi pada kedua organ yang homolog atau hampir sama itu.
Untuk orang belum mengerti memang kedengarannya tidak masuk akal, kok kulup
laki-laki sama dengan kulup perempuan? Tapi bagi yang sudah mengerti anatominya,
walaupun bentuk luarnya beda, biasanya akan sering menyamakan kulup laki-laki dan
kulup perempuan.
Sampai sekarang, pelaksanaan sunat perempuan tidak dibatasi umurnya. Belum ada
peraturan resmi seperti itu. Kalau Mbak bilang harus 18 tahun, itu peraturan dari
mana? Dari pendapat itu sepertinya Mbak belum membaca Permenkes tentang sunat
perempuan, maka dari itu, bacalah Permenkesnya, khususnya bagian prosedur sunat
perempuan. Kalau menurut saya memang boleh pakai batas umur minimal, tapi tidak
harus sampai 18 tahun. Usia 12 tahun yang rata2 telah mengalami menstruasi pertama
dapat dijadikan batas umur minimal. Perempuan usia seperti itu biasanya sudah mulai
mengetahui tentang alat kelaminnya dan dapat memutuskan sendiri keputusannya.
Kalau kegiatan setelah disunat/hoodectomy, memang harus dirawat teratur, sama
seperti sunat laki-laki, dan konsultasi ke dokter bukan psikolog. Pada umumnya tidak
ada masalah kejiwaan setelah selesai disunat. Kalau masalah infeksi dan lain-lain,
dokter lebih cocok mengobatinya.
Yang saya tahu dari internet dan dari ahlinya, hoodectomy atau sunat perempuan itu
hanya ada satu tipe, tipe yang mengangkat sebagian atau seluruh kulit penutup
klitoris. Jadi bukan klitorisnya. Kalau labiaplasty, infibulasi, vaginoplasty dan
pemotongan sedikit ujung klitoris yang terlalu besar untuk mengurangi
sensitivitasnya, itu tindakan lain, hanya saja sama-sama dilakukan pada alat kelamin
perempuan. Dan terbukti pada kenyataannya hoodectomy/sunat perempuan,
infibulasi, vaginoplasty, dll cukup banyak peminatnya, dilihat dari jumlah klinik-
klinik kecantikan yang menawarkannya. Kalau langka, kenapa banyak kliniknya?
Lagipula tidak dilarang dan aman aja.
Kalau di Indonesia, memang masih banyak yang salah. Banyak yang masih tidak
melakukan perawatan teratur dan konsultasi setelah disunat. Bahkan ada yang
tindakannya masih dikategorikan FGM, terutama di daerah terpencil dan di lakukan
oleh tenaga medis tidak resmi. Yang seperti inilah yang harus diperbaiki, diberitahu
prosedur yang benar, dll. Sebenarnya tindakan medis yang salah di daerah terpencil
banyak terjadi di Indonesia. Bukan hanya saat menyunat perempuan, contohnya saat
melahirkan, masih banyak daerah terpencil di Indonesia yang pelaksanaannya masih
tidak benar. Tugas untuk memperbaikinya yang paling wajib adalah pemerintah.
Pada dasarnya wajar jika masyarakat mengikuti ulamanya, selain karena berdasarkan
agama, itu memang bermanfaat. Walaupun Indonesia bukan negara Islam, pemerintah
tetap boleh membuat peraturan tentang pelaksanaan sunat perempuan. Lagipula,
seperti kata Mbak sebelumnya, awalnya sunat perempuan itu berasal dari mesir atau
timur tengah yang didukung oleh Islam. Artinya pemeluk agama lain juga boleh
melaksanakan sunat perempuan. Saya juga setuju, hukum kita di Indonesia banyak
kekurangannya. Walaupun begitu, Indonesia tidak harus mengikuti perintah dari
pihak yang mengecam peraturan ini, mereka kebanyakan orang dari barat yang
berusaha menguasai Indonesia dengan memaksakan keyakinan mereka. Hanya karena
jumlah mereka lebih banyak, Indonesia tidak harus mematuhi mereka. Perbedaan itu
ada di dunia ini. Tidak boleh suatu pihak memaksakan kehendaknya hanya karena
jumlah pendukung mereka banyak. Pendapat tentang sunat perempuan bukan
ambivalen. Yang dilarang dengan syarat2 tertentu itu tindakan lain yang banyak
disalah-artikan sebagai sunat perempuan. Itu terjadi karena orang2 yang mendukung
sunat perempuan, tidak mau jika sunat perempuan dikatakan tidak benar, tidak
manusiawi, dll hanya karena sebagian orang yang melakukan sunat perempuan secara
salah seperti FGM, dll mengakui bahwa tindakan mereka itu melakukan sunat
perempuan. Jadi, melalui peraturan itu segala tindakan yang dilarang itu, jika
dilakukan hukumnya jadi terlarang dan bukan termasuk sunat perempuan. Contohnya
labiaplsty, yang dipotong adalah labia, salah satu bagian yang dilarang di Permenkes.
Jadi, labiaplasty itu beda dengan sunat perempuan.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, perempuan tetap boleh menentukan
pilihannya sendiri tentang sunat. Tidak ada paksaan, kalaupun ada orang/masyarakat
yang memaksa perempuan untuk disunat, itu tidak benar. Sunat perempuan juga
bukan diskriminasi terhadap perempuan. Sebab yang disunat bukan hanya perempuan,
laki- laki juga. Jadi, laki-laki dan perempuan sama-sama disunat, dengan cara yang
berbeda, tujuan hampir sama.
Salam,
Dita
@ Dita,
Terima kasih bu, Masalah sunat ini awalnya dari budaya, terus menjadi tradisi
agama, menjadi kontroversi kesehatan, hingga polemik undang2nya, sekaligus
menjadi issu feminist dan sekarang menyerempet ke politik juga ya?….
Dalam pandangan politik, Tidak ada hal yang ingin menguasai atau mendikte
indonesia dengan di larangnya sunat pada perempuannya bu, tidakkah kita
yang sebaiknya lebih cerdas dalam menyaring budaya asing?…
Dari sisi agama justru mereka2 yang betul2 mencintai kitab islam tidak mau
membudayakan sunat pada perempuan, karena adalah suatu kebodohan jika
suatu umat kembali ke jaman budaya jahiliyahnya, betul kan bu?…
http://kalyanamitra.or.id/newsdetail.php?id=0&iddata=322
salam damai,
dewi
raras
April 10th, 2012 pada 12:04
Saya mau tanya kalau mbak dewi disunat ga toh? hehehe…setau saya
kalau sunat itu kan tidak wajib jadi ya sah-sah aja ya mbak mau
disunat atau tidak, kan tidak wajib, namanya juga sunat…
Satu dari segi kesehatan, medis, yg lain dari agama. Kalau dari
kesehatan, ya pendapat para ahli kesehatan, para dokter seharusnya
lebih diperhatikan, wong ilmiah. Organisasi Kesehatan se Dunia itu
kan organisasi kesehatan nomor satu di dunia ?!
Dari segi agama : Ya namanya agama, sering tidak .. ilmiah. Daging
babi : haram, merokok – yg jelas2 merugikan kesehatan yg merokok
maupun yang tidak merokok (tapi menghisap asap rokoknya) , malah
tidak haram …
Maturnuwun mas Raras atas perhatiannya, betul itu mas, sunat pada
perempuan itu bukan hanya tidak wajib tapi praktek ini harus di akhiri
di dunia ini, kalaupun ada ulama yang masih ‘mewajibkan’
perempuannya untuk di sunat, itu hanya mengada-ngada, dan sampai
sekarang mereka juga tidak bisa menunjukkan dalih dan hukumnya.
Apakah saya di sunat??…. iiiiihh mas Raras genit deh, mau tahu aja….
xixixixixixi… kan saya udah menjelaskan bahwa saya tidak setuju
dengan praktek sunat pada perempuan ini, terlepas dari ketidak
mengertian saya di waktu masa kecil, karena tak ada faedanya dan
hanya suatu tindakan yang ceroboh dan dengan ke-ilmiahan yang tak
masuk di akal.
Dan saya sudah membahasnya baik dari sisi budaya, agama, kesehatan,
feminist, sosial, hak asasi dsb yang semuanya menuju pada peradaban
kecerdasan dan kearifan manusianya. Njenengan bisa membaca
posting2 saya di komment lama sebelum halaman ini, klik ‘komment
lebih lama’ tepat di atas kotak kommentar di bawah ini. sengaja tidak
saya tampilkan komment yang sama lagi, hal ini untuk memberi
kesempatan pada yang lainnya yang ingin memberi masukan, kritikan,
berbagi diskusi atau sekedar urun pendapat dsb, sehingga lebih
berwarna-warni point of view-nya di ruang yang fenomenal ini.
@ R Gentholet,
Maturnuwun pak, ibu Kartini memang telah tiada tapi spiritnya dalam
hal mempejuangkan pendidikan dan kesetaraan gender akan tetap di
kenang dan di teladani. Ibarat perempuan indonesia telah merdeka dari
belenggu penjajahan feodalisme, kini tibalah saatnya bagi para
perempuan indonesia untuk ‘mengisi’ kemerdekaan itu dengan
semangat yang bisa memberi pencerahan kepada sesamanya.
Salam sayang,
Dewi
@Dewi:
Kalau dari politik, saya kurang tau, itu bukan bidang saya. Yang saya maksud
‘menguasai’ pada tulisan saya sebelumnya, bukan menguasai wilayah seperti penjajah
dulu. Yang saya maksud, mereka memaksakan peraturannya dengan alasan mereka
adalah organisasi internasional, pendukung mereka banyak, jadi setiap negara didunia
harus ikut peraturan itu. Padahal di dunia ini pasti ada perbedaan kan? Tidak boleh
seseorang atau pihak memaksakan orang lain harus mengikuti pendapatnya kan,
Mbak? Apalagi, seperti yang sudah saya bilang, budaya dan pemikiran orang-orang
yang mengecam itu beda dengan orang Indonesia. Contohnya, yang mengecam
Permenkes tentang sunat perempuan, seperti Amnesti Internasional dll, mereka itu
didominasi bangsa dan ras lain, yang tentu saja memiliki perbedaan pemikiran dan
budaya dari bagsa Indonesia. Soal kita yang cerdas menyaring budaya asing, itu juga
perlu. Tapi coba kita lihat, budaya sunat memang berasal dari timur tengah atau
afrika, tapi sudah masuk ke Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan saat
masih dalam bentuk kerajaan yang terpisah-pisah. Orang2 dulu pun akan menyaring
budaya luar juga kan? Dan buktinya mereka mengikuti budaya sunat ini hingga
sekarang, berarti mereka juga telah membuktikannya kan? Kita memang harus
menyaring budaya luar, tapi itu kan sekarang, setelah merdeka, karena kita sekarang
punya budaya sendiri, yang berasal dari sebelum merdeka. Jadi, walaupun sunat itu
budaya luar, karena sudah dilakukan dan dibuktikan dalam waktu sangat lama,
hendaknya kita pun menganggap sunat ini sudah budaya atau paling tidak tradisi kita
yang tidak boleh dilarang siapapun di dunia ini.
Jika dilihat dari Kemenkes, awalnya melarang, tapi kemudian mengeluarkan
Permenkes yang membolehkan dengan syarat2 tertentu, dan berarti yang dilarang itu
jika pelaksanaannya tidak memenuhi syarat. Ini menunjukkan bahwa Kemenkes telah
menyadari sunat perempuan ini bermanfaat dan tidak berbahaya. Pastinya mereka
juga harus membuat prosedur standarnya. Kalau Mbak tanya, kalau begitu kenapa
peraturan yang melarang sunat perempuan tetap diberlakukan? Itu karena beginilah
sistem perundang-undangan Indonesia, tidak jelas. Seharusnya kalau memang ada
peraturan yang membolehkan, dan itu memang bagus, peraturan sebelumnya yang
melarang harus diperbaiki. Atau mungkin Kemenkes lupa memperbaiki peraturannya
yang lama.
Kalau dari sisi agama kan sudah pernah saya katakan, sunat perempuan itu tidak ada
dalam kitab suci umat Islam. Itu berasal dari sunnah Nabi. Awalnya bukan berasal
dari jaman jahiliyah tapi jauh sebelum itu, yang kami percayai berasal dari Nabi
Ibrahim, dan Nabi kami tetap menganjurkannya. Itu artinya sunat memang bermanfaat
walaupun berasal dari sebelum Islam. Apa Mbak tau apa jaman jahiliyah itu? Dalam
Islam, jaman itu dimulai setelah diangkatnya Nabi Isa hingga munculnya Islam,
sedangkan, seperti yang saya bilang tadi, sunat berasal dari jaman Nabi Ibrahim, jauh
lebih lama sebelum jaman jahiliyah. Jadi, sunat itu bukan budaya jahiliyah bukan
suatu kebodohan apabila melakukannya.
Untuk batas umur terkecil saat hoodectomy/sunat perempuan, kalau Mbak bilang
harus umur 18 tahun karena harus studi kasus terlebih dulu itu salah. Apa Mbak tau
apa studi kasus itu? Itu istilah lain dari penelitian. Sudah banyak yang meneliti
tentang sunat perempuan, dan ada juga yang sudah membuktikan manfaatnya. Kalau
sudah diteliti, kenapa harus menunggu hingga 18 tahun? Apa menurut Mbak seorang
perempuan harus diteliti dari lahir hingga 18 tahun untuk mengetahui apakah akan
disunat atau tidaknya dia? Kalau Mbak bilang harus begitu, itu bukan studi kasus
namanya. Kalau diteliti per individu untuk mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan, itu namanya diagnosis yang dibidang kesehatan artinya penelitian singkat
terhadap satu atau beberapa orang, dan waktunya sering kali jauh lebih cepat daripada
studi kasus, sedangkan studi kasus adalah penelitian yang mencakup banyak orang
dan seringkali dalam ruang lingkup besar dan memang waktunya biasanya lama.
Kalau ada orang yang mendiagnosis sunat perempuan sampai memakan waktu hingga
18 tahun, mungkin dia bukan/belum termasuk petugas medis memiliki kemampuan
diagnosis yang baik. Ada baiknya dia belajar mendiagnosis yang benar dulu.
Kalau boleh saya beritahu lagi, sunat perempuan(hoodectomy) itu memotong kulit
penutup klitoris, bukan klitorisnya, kalaupun sedikit berdarah, yang berdarah itu luka
dipangkal penutup kulit klitoris, bukan klitorisnya. Klitoris sama sekali tidak
terganggu. Walaupun letaknya berdekatan, bukan berarti kalau kulit penutup klitoris
dipotong, klitoris akan tergores dan berdarah. Saat operasi bedah mikro saja, jaringan
mikroskopis atau bahkan sel sekalipun, bisa dipisahkan. Apalagi kalau jaringan yang
cukup besar seperti kult penutup klitoris, ditambah lagi, pengalaman dari dokter
sunatnya.
Yang saya maksud bukan harus sama2 disunat agar tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan. Saya hanya menjawab pernyataan Mbak yang mengatakan
bahwa sunat perempuan itu diskriminasi terhadap perempuan. Kalau menurut saya,
apanya yang diskriminasi? Diskriminasi itu kan semacam perlakuan tidak adil.
Sedangkan sunat perempuan bebas dilakukan perempuan tanpa paksaan, lagi pula
laki-laki juga disunat, bukan hanya perempuan yang disunat. Jadi, tidak ada
diskriminasi disini. Saya juga tidak memaksakan setiap perempuan harus disunat
seperti yang mbak bilang. Saya hanya mengajurkan sunat perempuan.
Salam,
Dita
Betul itu bu, kalau kita mau intropeksi diri ke jati iri budaya bangsa ini,
budaya indonesia tak mengenal sunat pada perempuannya, tetapi hanya untuk
anak remaja laki2 muslim saja yang melaksanakannya, walaupun dalam
perjalanannya tak menutup kemungkinan orang non muslim ada yang
melakukan sunat.
Menurut sejarah, budaya sunat juga di namakan ‘Tekes’, yaitu istilah jawa
muslim untuk mengupacarai anak laki2 untuk disunat, usia 14-16 th pada laki2
maka anak2 ini bisa disunat, sunat diyakini sebagai tanda anak telah memasuki
masa dewasa secara keagamaan (islam). sunat di jawa dinamakan pula tekes,
tetak atau supit, yang artinya dipotong.
Sedang Bagi perempuan, usia 9-14 th, memasuki usia dewasa ditandai dengan
menstruasi yang pertama. Segera setelah menstruasi pertama akan diadakan
upacara ‘gelwilada’, pada peristiwa ini kaki si gadis diberi gelang sebagai
tanda bahwa ia sudah perawan serta biasanya kuping si gadis akan ditindik
atau diberi lubang bagi anting2nya.
Jadi sudah jelas kiranya, budaya nusantara tidak mengenal tradisi sunat untuk
anak gadis mereka, namun hanya untuk anak laki2 saja, itupun bagi yang mau.
Salam rahayu,
Dewi
Salam semua.
Kok saya jadi bingung ya? setelah saya perdalam lagi, kok kelihatannya
kebanyakanan orang missed out pada definitions / descriptions of Female Genital
Mutilation, Hoodectomy, and Female Circumcision. Menurut saya those three terms
itu sebenarnya berbeda. tapi kalau minta dijabarkan, saya juga bingung gimana
jelasinnya. FGM itu kan yang sudah jelas di banned oleh WHO dan human rights
organisations lainnya, itu yg ada 4 jenis itu kan. Yg pasti, FGM yg WHO maksud
adalah praktek yg menggunakan culture, and religion reasons behind it. Hoodectomy
adalah surgical procedur (categorized as plastic surgery), dan itu jg ada beberapa jenis
lainnya (yg mirip2 dengan FGM, bedanya ini legal?), nah ada lg sunat wanita, yg
didalam Islam adalah sunah. Di Indonesia (mungkin di beberapa eastern countries
lainnya juga) mempunyai peraturan ttg sunat wanita yg di legalkan pemerintahnya
(mengutip text mbak Dita, tp saya jg pernah liat pdf.nya). disitu dijabarkan bagaimana
‘sunat’ yg boleh dilakukan, yaitu hanya menyayat sedikit saja kulit luar klitoris
menggunakan jarum (cmiiw). gimana ya menjelaskannya, menurut saya kalau kita
ingin memberhentikan praktek FGM, harus ada edukasi terhadap rakyat kita, apa itu
FGM, apa itu hooodectomy, dan ada itu sunat wanita dr sudut pandang agama.
because unfortunately, masih banyak orang yg salah tangkap ttg correct description of
those terms (bahkan mungkin saya sendiri pun masih sering bingung). especially in
english, hampir semua mengaggap bahwa Female Circumcision = FGM. padahal
kalau dlm bahasa kita, Female Circumcision itu sunat wanita, dan description dari
sunat wanita di indonesia (mengutip dr depkes) itu berbeda dengan FGM. dari sinilah
akhirnya muncul kesalah pahaman. maaf kalau ada salah2 kata, karena sebenarnya
saya juga bingung dan saya hanya mencoba meluruskan benang kusut (di otak saya)
maturnuwun.
6 February 2012
Female genital mutilation (FGM) refers to all procedures involving partial or total
removal of the external female genitalia or other injury to the female genital organs
for non-medical reasons. Female genital mutilation has no known health benefits. On
the contrary, it is associated with a series of short and long-term risks to both
physical, mental and sexual health and well-being. *)
FGM is affecting about 140 million girls and women, and more than 3 million girls
are at risk every year. A special focus for WHO this year, is the troubling trend of
health-care providers increasingly being the ones performing female genital
mutilation, and thereby contributing to legitimize and maintain the practice.
sumber : http://www.who.int
klik ‘female circumcision’
——————————————
@Dewi:
Pada budaya asli Indonesia memang tidak terdapat sunat. Tapi, seperti yang sudah
pernah saya bilang, walaupun sunat itu budaya luar, itu sudah masuk ke Indonesia
sudah sangat lama. Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim sudah tentu banyak
mengambil budaya orang2 timur tengah karena dulu merekalah yang membawa Islam
ke Indonesia.
Bahkan budaya sunat di Jawa yang Mbak Dewi sebutkan itu kalau dilihat asalnya juga
semuanya berasal dari budaya luar. Pada akhirnya, menjadi budaya Indonesia juga.
Sebenarnya, di sebagian wilayah Indonesia, praktik menyunat anak perempuan itu
ada, dan memang itu budaya luar yang diikuti penduduk Indonesia sejak dulu.
Awalnya sunat yang masuk ke Indonesia sebagai ajaran agama. Tidak heran kalau
menjelaskan tentang sunat, sering dari segi agama. Indonesia yang mayoritas muslim,
sudah seharusnya untuk melaksanakan ajaran agamanya. Walaupun menurut akal
manusia sebenarnya itu tidak ada gunanya, tapi orang Islam wajib melaksanakannya,
minimal memercayainya. Bagi yang merasa non-muslim mungkin akan tidak
sependapat, karena memang dasar keyakinannnya sudah beda. Jadi, kalau yang ingin
mengerti memang harus mengetahui dasar keyakinan orang muslim.
Kalau beberapa waktu lalu Mbak bilang kenapa ada bagian tubuh perempuan yang
harus dipotong? kenapa ada bagian tubuh itu sejak lahir kalau hanya untuk dipotong?
Dalam Islam, itu sudah fitrah manusia. Contoh lainnya, pada laki-laki ada kumis.
Dalam Islam dikatakan fitrah manusia salah satunya memotong kumis. Kenapa?
Padahal kumis itu tidak mengganggu. Saya rasa tidak ada yang bisa menjawab ini. Ini
juga berlaku pada kulit penutup klitoris. Tidak ada yang tahu pasti alasannya harus
dipotong. Walaupun begitu, tetap ada alasan medis bagi yang mau percaya. Banyak
lagi pertanyaan yang tidak bisa dijawab manusia, tapi kalau sudah fitrah, ya lakukan
saja. Tindakan ini juga tidak bisa dikatakan bodoh, karena alasan medisnya sudah ada,
hanya saja hanya sebagian yang percaya.
Biar saya luruskan, FGM(tipe 1-4) beda dengan hoodectomy. FGM dengan berbagai
tipenya, semuanya memotong klitoris. Ada yang beserta memotong/menjahit labia.
Kalau hoodectomy hanya memotong kulit penutup klitoris dan sama sekali tidak
melukai klitoris. Kulit yang dipotong itu hanya sedikit lho Mbak, jadi tidak memotong
yg lain2 atau menjahit. Darah yang keluar saat sunat juga sedikit. Saya heran kenapa
banyak yang ketakutan dan berusaha beramai-ramai menolak sunat perempuan.
Padahal jelas beda dengan FGM. Kalau dari definisi WHO, hoodectomy memang
termasuk FGM. Tapi, itu kan versi WHO. WHO ya WHO. Kita disini punya
Kementrian Kesehatan yang mereka jelas2 menganggap beda FGM dan hoodectomy.
Sudah saya katakan, tidak ada paksaan dan diskriminasi dalam sunat perempuan. Kita
tetap punya hak untuk memutuskan. Jadi perempuan disunat bukan karena harus sama
dengan laki-laki. Kan, awalnya sunat itu dibawa dari timur tengah, di timur tengah
perempuan juga disunat kok. Kenapa disini tidak? Kok meniru budaya setengah2?
Padahal tidak ada masalah. Sebagian besar perempuan muslim di Indonesia pasti
setuju dengan sunat perempuan, minimal percaya itu bukan perbuatan yang salah.
Kalau mereka belum disunat, mungkin masih takut, karena sunat perempuan belum
begitu terkenal. Sebagian besar orang2 yang menolak pastinya berbeda keyakinan
dasar, dan disitulah awal penolakannya. Saya dan teman2 saya sebagai perempuan,
dari dulu sampai sekarang tidak pernah merasa terpaksa untuk melakukan sunat.
Sebagian besar orang di Kementrian Kesehatan memiliki keyakinan bahwa sunat
perempuan itu baik. Tentu saja jika penyunatan dilakukan dengan benar. Itulah
sebabnya mereka tidak mengubah peraturan. Sebagian besar perempuan Indonesia
memiliki keyakinan dasar kalau sunat perempuan itu benar. Kalaupun ada yang
menolak, ya sudah, tapi jangan sekali2 mencoba mempengaruhi mereka yang
menerima sunat perempuan. Tidak menghargai budaya orang lain yang Mbak katakan
maksudnya apa? Kan tidak pernah gara2 sunat perempuan ada budaya tradisi yang
dilarang.
Kesimpulannya, “Perlukah perempuan disunat?”. Bagi saya, perempuan perlu disunat.
Berdasarkan alasan medis yang dipercayai, dan anjuran agama yang jelas, dan
semuanya telah dijelaskan pada tulisan-tulisan saya diatas. Saya ikut mengajak
perempuan Indonesia untuk mengenal tentang sunat untuk perempuan. Sekali lagi,
tidak ada paksaan. Saya hanya menganjurkan yang terbaik.
Salam
Dita
@Dilla:
Boleh minta alamat e-mailnya, Dilla. Nanti mungkin kita bisa barbagi pengalaman
tentang sunat perempuan. Biar saya aja yang nge-add.
@Dilla:
Kalau masih bingung, coba kita diskusi dari e-mail aja. ok.
Terima kasih bu Dita, Sebenarnya ini adalah kesempatan kita masyarakat indonesia
terutama kaum wanitanya untuk bisa berpikir lebih jernih, sehat, berakal dan
bernurani, supaya bisa membedakan antara ‘budaya’ dan ‘agama’. Kalau memang
sunat pada perempuan itu di anjurkan oleh agama njenengan, coba bawa salah satu
hadist yang mewajibkan/ menyatakan itu. Fitrah- fitri- bersih itu adalah objektivitas
sudut pandang budaya ‘patriarchy’ yang terselip ke dalam propaganda praktek
sunatnya. faktanya wanita yang tidak di sunat klitorisnya itu lebih sehat dan
sempurna. Budaya memang tak perlu di lestarikan kalau di nilai sangat merugikan dan
memang tak ada manfaatnya, perlunya evolusi dalam perubahan, dan peradaban itu
membutuhkan kesadaran dari dalam diri setiap individunya, lalu masyarakatnya, lalu
bangsanya lalu seluruh dunia. WHO itu organisasi kesehatan seluruh dunia lintas ras,
suku, bangsa, kasta dan agama. Kesehatan dan kebersihan yang berdasarkan fakta
empiris, bukan fakta keyakinan saja.
Salam rahayu,
Dewi
Dita
September 9th, 2012 pada 21:22
@Dewi:
Ini hadistnya:
1. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada Ummu ‘Athiyah radiyallahu
‘anha (seorang wanita juru khitan) :
ِ ْضى لِ ْلزَ و
ج َ ْض ُر لِ ْل َوجْ ِه أَح ِ ُأُ ْخف
َ ضي َواَل تُ ْن ِه ِكي فَإِنَّهُ أَ ْن
“Khitanlah anak-anak perempuan, tetapi jangan dipotong habis! Karena
sesungguhnya khitan itu membuat wajah lebih berseri dan membuat suami lebih
menyukainya”. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud (5271), Imam Al
Hakim (3/525), Imam Ibnu ‘Adi di dalam AL Kamil (3/1083) dan Imam Al Khatib
didalam Tarikhnya (12/291).
2. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam :
ِب ْال ُغ ْس ُل
َ إ َذا ْالتَقَى ْال ِختَانَا ِن فَقَ ْد َو َج
“Apabila dua khitan (khitan laki-laki dan khitan perempuan) sudah bertemu, maka
sudah wajib mandi”. Hadits Shahih, dikeluarkan oleh Imam Tirmidzi (108-109),
Imam Syafi’I (1/36), Imam Ibnu Majah (608), Imam Ahmad (6/161), Imam
Abdurrazzaq (1/245-246) dan Imam Ibnu Hibban (1173-1174- Al Ihsan).
Didalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam menisbatkan khitan untuk para
wanita. Maka ini menjadi dalil tentang disyariatkan juga khitan bagi mereka.
3. Hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radiyallahu ‘anha secara marfu’ :
ب ْال ُخ ْس ُلَ س بَ ْينَ ُش َعبِهَا ْاألَرْ بَ ِع َو َمسَّ ْال ِختَانَ فَقَ ْد َو َج
َ َاِ َذا َجل
“Apabila seorang lelaki telah berada di atas empat bagian tubuh istrinya, dan
khitannya telah menyentuh dengan khitan istrinya, maka sudah wajib mandi”.
Dikeluarkan oleh Imam Bukhari (1/291 – Al Fath), Imam Muslim (349- Imam
Nawawi), Imam Abu ‘Awanah (1/289), Imam Abdurrazaq (939-940), Imam Ibnu Abi
Syaibah (1/85) dan Imam Baihaqi (1/164).
Di dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam juga mengisyaratkan adanya
dua tempat khitan, yaitu pada seorang lelaki dan pada seorang perempuan. Maka hal
ini menunjukkan bahwa seorang perempuan juga dikhitan.
Untuk perempuan yang beragama Islam, hendaknya melaksanakan sunat sebagai
sunnah yang tertulis jelas pada hadist diatas.
Dalam Islam, kekuatan akal manusia masih jauh dibawah akal dan kekuatan Tuhan.
Jadi, walaupun menurut akal manusia sebenarnya itu tidak ada gunanya, tapi orang
Islam wajib melaksanakannya, minimal memercayainya, karena itu perintah Tuhan
yang diturunkan melalui Nabi-Nya. Tuhan kan Maha Mengetahui, lebih tahu daripada
manusia yang berpikir dengan akal manusianya. Bagi yang merasa non-muslim
mungkin akan tidak sependapat, karena memang dasar keyakinannnya sudah beda.
Jadi, kalau yang ingin mengerti memang harus mengetahui dasar keyakinan orang
muslim.
Tentang WHO, inilah tidak cocoknya dengan sebagian besar orang Indonesia. WHO
didominasi orang2 dari barat yang non-muslim. Hanya melihat dari segi medis saja.
Ternyata dari segi medis ada penelitian yang terbukti manfaatnya, tapi malah ditutup
tutupi dengan mengatakan melanggar HAM, perbuatan tidak manusiawi, tidak ada
manfaatnya, dll. Padahal yang sebenarnya sama sekali tidak seperti itu, Mbak Dewi
bisa membaca ulang tulisan saya sebelumnya.
Sebagai seorang perempuan muslim, pastinya harus percaya pada Allah dengan
percaya manfaat sunat perempuan yang disunnahkan Nabi-Nya dan bukan percaya
pada pihak lain yang mengatakan itu tidak bermanfaat.
Kalau Mbak bilang saya hanya mengatakan keyakinan saja, coba Mbak lihat kembali
tulisan2 saya sebelumnya, Saya sudah menjelaskan panjang lebar tentang sunat
perempuan dari segi fakta medis. Akhir2nya saja yang mengarah ke keyakinan, tapi di
awal dan ditengah adalah penjelasan dari segi medis. Saya sudah menerangkan dari
segi keyakinan dan medis. Jadi, Saya tidak hanya percaya keyakinan saja, saya juga
percaya fakta.
Salam
Dita
@ Ibu Dita,
Terima kasih, ok to the point, Apa yang ibu ulaskan adalah serangkaian hadist
dan petuah para sahabat nabi, jadi mana bisa di katakan bahwa itu langsung
turun dari Tuhan?….
Inilah hukum dan sunnah yang melandasi sunat perempuan yang telah
berkembang sejak jaman nabi Musa atau warisan agama Yahudi pada waktu
itu:
Jika ada ayat yang menurunkan seperti itu apa sama saja tidak mengingkari
Ciptaan Tuhan? bahwa wanita memang di ciptakan Olehnya sedemikian
adanya… maka sangatlah rendah jika wanita hanya di jadikan objek kesalahan
sebagai pemicu pembangkit birahi semata, tapi di saat yang sama mereka
mengebiri kebebasan wanita untuk menjadi dirinya yang sejatinya, lebih lucu
lagi mereka memposisikan wanita seperti makhluk yang tak bisa mengurusi
tubuhnya sendiri untuk menjadi suci, sehingga perlulah di atur sedemikian
rupa hingga harus mensunnahkan dan mewajibkan menyayat klitorisnya…
Saya percaya ibu adalah wanita yang sholehah, di awal pun saya sudah
mengatakan bahwa masalah sunat menyunat semua itu berpulang pada
individu pria/ wanitanya yang sudah DEWASA, bukan anak-anak/ remaja, ibu
di sunat pada usia 13 th, bagaimana ibu bisa menyatakan lebih sempurna di
sunat atau sebelum di sunat, jika belum matang secara sexual?…
Dalam hal ini agama atau kepercayaan saja tidak cukup, terlebih hadist jika di
telusuri juga mengandung budaya setempat yang pada saat itu masih
paternalistik plus di tambah daerahnya yang padang pasir dan miskin air…
dari sini saja kita seharusnya bisa mengambil hikmahnya bahwa kita
semuanya haruslah lebih berakal sehat serta saling mengasihi kepada siapa
saja, lintas ras dan agama…
Tak perlulah kita mengutuk WHO, karena mereka telah menemukan fakta
kebohongan terbesar sepanjang sejarah tentang praktek sunat ini untuk umat
manusia, itu tidak terbantakan lagi, bukan karena mereka non muslim, mereka
juga banyak yang penganut agama Abrahamik : muslim, yahudi, kristen. Ibu
bisa search tentang plus minus sunat, ternyata banyak minusnya, tetapi tentu
saja semua ini juga masalah selerah dan hak asasi manusia, jadi semua
kembali lagi kepada inividu yang tentu saja sudah cukup umur, jangan hanya
beraninya menyunat anak-anak, terlebih di jadikan budaya yang harus ada dan
harus terselenggara, apalagi anak-anak belum memperoleh bekal pendidikan
sex/ kesehatan reproduksi yang sebenar-benarnya.
Jadi sebelum terlambat dan berlarut-larut, marilah kita semua saling asah, asih
asuh… Berevolusi dalam akal memang tak harus meninggalkan keyakinan,
tetapi berkeyakinan juga harus bisa cerdas, bijaksana dan bernurani…
Salam sejahterah,
Dewi
Sunat : yang ada hanya sunat untuk laki-laki. Untuk perempuan, cuma diada-adakan.
Mayoritas orang di dunia – laki2 maupun perempuan – tidak sunat – (China- termasuk
Hongkong dan Taiwan,India , nyaris sparuh dari penduduk di bumi). Ayat2 dari atas
dan hadis2 nabi ? Lha itu orang Ahmadiyah dan Syiah harus MENGUNGSI dari
orang2 yang percaya pada ayat2 suci. Orang2 Sunni dan Syiah jarang akur,
gebuk2an ,padahal mereka mengacu pada … ayat2 dan hadis2 yang sama . Agama
untuk manusia,atau manusia untuk agama ?
Ada ayat yang mengatakan TIDAK ADA paksaan dalam beragama. Nyatanya, ? Weh
orang Islam di Iran atau Arab Saudi apa bisa ganti agama jadi Kristen ? Bisa, kalau
mau dipenjara atau dihukum mati. (Ada yg bilang, mengutip hadis, yg pindah agama
boleh di … habisi nyawanya.) Tidak ada paksaan dalam beragama ? Nyatanya ?
Banyak warung di Indonesia … DIPAKSA tutup sewaktu bulan puasa oleh oknum2
yang membawa gebuk !
Agama untuk dihayati sendiri, bukan untuk dipaksakan. Sains bukan agama.
Oh ya, di Jakarta ada yg bilang haram (?) hukumnya memilih pemimpin – gubernur –
yg bukan Muslim. Tapi, haramkah Muslim yg di Barat –
Perancis,Amerika,Belanda,dll. Haruskah kaum Muslim disana pindah ke Arab Saudi
atau Afghanistan , misalnya ?
Ini agama atau politik,politik atau agama. Agama itu pakai … akal sehat nggak sih ?
Orang2 Sunni dan Syiah jarang akur, gebuk2an ,padahal mereka mengacu
pada … ayat2 dan hadis2 yang sama
—————————
Setahu ane, hadis acuan orang sunni BEDA ama orang syiah..
Mereka akur di Iraq zaman Saddam, tapi njur gebuk-gebukan setelah Iraq
‘dibebaskan’ dari sang Tiran. Yg ‘ngebebasin’?
The Hero From The west…
– Aku ra mbela wong suni opo syiah… neng nonton wong do glethekan,
podho modar banjir darah neng ngomah negarane dhewe karena dibom,
dirudal po mung ditembaki karo wong – wong negara liyan koq ora sejalan
karo semangat kamanungsan.. mbuh opo alesane..
Sunat dan agama : Lha, kitab sucinya sama, hadisnya sama, tapi tafsirnya berbeda …,
tergantung siapa yang menafsirkannya. Tafsir Sunni lain dengan tafsir Syiah, lain lagi
dengan tafsir Ahmadiyah. Ada yang ,katanya, berdasarkan hadis bilang Nusantara
harus jadi NII – Negara Islam Indonesia. Tapi, menurut Abdurrahman Wahid dan
Nurcholis Madjid Indonesia tetaplah jadi Republik berdasarkan Pancasila.
Masalahnya, kitab suci dan hadis itu ditulis di kertas dan dicetak dengan mesin cetak
buatan … manusia. Btw, kenapa kok kitab suci tidak … dijatuhkan saja dari langit,
jadi jelas perintah Nya bagaimana ?
coba tengok vagina yang sunat sama ngga sunat jelekan mana ?
yang ngga sunat jelek banget, jijikpun !
@ Khusa,
Jangan suka menghinakan vagina, apa yang telah di ajarkan pada dirimu
hingga harus menjamah, menyayat dan menyunat wanita agar tampak suci
menurut pendapat suatu golongan atau sepihak saja?… intropeksi dirilah…
Indonesia negri yang kaya, subur dan makmur namun sayangnya sebagian
besar belumlah cerdas mengelolah sumber daya kesehatan manusianya.
sungguh sesuatu yang ironi, negri yang elok, cantik nan indah, negri yang
terkenal dengan kecantikan, keramah tamahan dan halus lembut wanitanya,
namun posisi wanitanya sungguh sangat lemah dan riskan menjadi objek baik
yang bersifat vertikal= ke-Tuhan-an dan horisontal= masyarakatnya yang
paternalistik. Di tambah tidak mudahnya akses mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan yang seharusnya menjadi haknya… semua itu karena
ketidak perdulian masyarakat dan bangsanya dalam melindungi wanitanya.
Salam rahayu,
Dewi
Trembelane
November 22nd, 2012 pada 21:59
coba tengok vagina yang sunat sama ngga sunat jelekan mana ?
yang ngga sunat jelek banget, jijikpun !
——————–
Mas/Mbak AMK,
Mungkin Tuhan …tidak begitu sempurna … Ingat dulu Beliau putus asa
melihat umat Nya murtad, terus dibasmi dengan banjir bandang – zaman Nuh
dkk. Rambut yg indah itu juga perlu dipotong, kalau tidak , hmm,
gondrong/panjang tapi berwarna putih dan sedikit ya … wagu. Kuku juga
perlu dipotong, nek tidak , weh …nggilani ta ?!
*) G Ade Ebiet
Trembelane
November 22nd, 2012 pada 20:12
Dita
Oktober 27th, 2012 pada 12:36
@Dewi:
Dalam Islam, jika permasalahan tidak terdapat (secara rinci) dalam Al-Qur’an, maka
hadist Nabi lah yg harus diikuti. Nabi adalah utusan Allah, perkataannya tidak asal-
asalan. Semuanya diatur oleh Tuhan. Termasuk saat Nabi mengatakan hadistnya.
Kalau memang sunat itu tidak boleh, pasti Allah tidak akan membiarkan Nabi
mengatakannya ‘kan? Lalu, hadist yang saya yakini adalah hadist Nabi Muhammad
SAW.. Jadi kalau para Nabi sebelum itu tidak saya ikuti.
Benar bahwa klitoris dan kulupnya adalah organ yang sangat sensitif. Tapi, klitoris
akan lebih sensitif lagi bila penutupnya terbuka setelah disunat. Sensitifitas klitoris
yang terbuka setelah disunat jauh melebihi sensitifitas klitoris(yang masih tertutup
kulup)+ sensitifitas kulup klitoris itu sendiri.
Sebenarnya sudah saya ceritakan dengan pengalaman saya, memang, klitoris yang
baru disunat akan terasa sangat geli saat tersentuh sesuatu. Tapi itu saat klitoris masih
di perban sehingga labia sedikit merenggang dan klitoris tidak terlindungi. Saya pikir
ini adalah wajar karena baru disunat. Setelah perban dilepas, labia yang selama ini
renggang karena terganjal perban, akan merapat kembali, dan klitoris pun terlindungi.
Maka, klitoris tidak akan bersentuhan lagi dengan benda-benda luar, yang
menyebabkan bangkitnya nafsu seksual.
Saat berhubungan intim, klitoris yang sudah disunat akan mudah dirangsang hanya
dengan membuka bibir labia, lalu merangsang klitoris.
Dalam Islam, sunat perempuan itu sunnah. Tidak dipaksakan, tidak mengatakan
klitoris perempuan itu kotor sehingga harus disunat. Tapi pada kenyataannya, banyak
perempuan yang belum bisa merawat bagian klitorisnya. Kalau rajin membersihkan
klitorisnya dan tidak mau disunat, ya sudah. Banyak perempuan yang mempunyai
kitoris yang sulit dibersihkan, padahal mereka mau saja membersihkannya. Dan ada
pula yang tidak tahu cara membersihkannya. Daripada susah pasti banyak juga yang
berpikir bagusnya disunat saja.
Kalau soal umur yang cocok saat disunat, itu tidak masalah. Itu tergantung
individunya masing-masing. Kalau dia merasa dapat memilih saat dewasa/18 tahun,
boleh-boleh saja. Tapi kalau dia merasa dapat memilih saat remaja/ umur 14 tahun,
jangan dilarang dan jangan salahkan orangtua/yang mengajaknya sunat. Kalau disunat
saat bayi/anak-anak, saya tidak setuju. Selain tanpa persetujuan orangnya/anaknya
tidak tahu apa-apa, dari segi ukuran dan kematangan, klitoris bayi/anak-anak tidak
cocok disunat, berbahaya.Kalau untuk dewasa atau remaja, klitorisnya sudah cocok
disunat, dan aman.
Contohnya, saya, dulu, sebenarnya pacar saya mau saja nunggu keputusan saya saat
dewasa, tapi saya bilang sudah yakin, sekarang aja. Saya sudah bilang, saya yakin
karena udah mencoba sendiri rasanya rangsangan klitoris yang masih tertutup dan
yang kulupnya sudah saya tarik. Saya yakin waktu itu saya sudah matang secara
seksual. Dan hasilnya, sampai sekarang tidak ada masalah, malah saya merasa lebih
baik.
Sunat perempuan, sangat mengasihi semua suku, kelompok, bangsa, ras dan agama.
Karena jelas-jelas tidak dipaksakan. Akan tetapi jika Mbak Dewi tidak setuju, dan
mungkin mungkin berpikir jika sunat itu tidak manusiawi dan ingin melindungi
perempuan-perempuan lainnya, silahkan lakukan itu dilingkungan sendiri. Jangan
membingungkan banyak perempuan di internet. Sebagian besar perempuan indonesia
di internet sebenarnya setuju dengan sunat perempuan, tapi mereka kebingungan
memahami sunat perempuan yang sebenarnya.
Salam,
Dita
dewi
Oktober 30th, 2012 pada 00:16
@ Dita,
Ketika obrolan sudah gayeng dan menuju ke tataran yang lebih berpikir dan
menunjukkan kecerdasan spiritual klitoris, lalu njenengan dengan tiba-tiba
sekonyong-sekonyong memberi harga mati bahwa sunat itu perintah agama,
Titik.
Klitoris adalah organ sexual juga, letaknya di ujung sebelah atas antara kedua
labia minora (bibir vagina dalam). Ia banyak dialiri pembuluh darah dan urat
syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap
rangsangan seksual. Ia terdiri dari satu daerah bulat atau kepala, disebut
kelenjar, dan bagian yang lebih panjang, disebut batang, yang memiliki
bentuk-bentuk cekungan kecil. Jaringan dari bibir bagian dalam biasanya
menutupi batang klitoris, yang membentuk tudung atau kulit untuk
melindunginya. Satu-satunya bagian dari klitoris yang dapat dilihat langsung
adalah kelenjarnya, yang terlihat seperti kancing kecil berkilat. Ukuran dan
bentuknya berbeda-beda pada setiap wanita. Klitoris dapat dilihat dengan
mendorong kulit selubung klitoris ke belakang. Ada banyak sekali ujung saraf
dalam klitoris dan di daerah sekitarnya. Banyaknya ujung saraf dalam klitoris
menyebabkannya menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan atau tekanan
langsung atau tidak langsung. Rangsangan pada daerah klitoris dapat menjadi
nikmat, bahkan memberikan pemiliknya kenikmatan seksual merupakan satu-
satunya fungsi organ ini yang diketahui, dan klitoris adalah satu-satunya organ
manusia yang memiliki pemberi kenikmatan sebagai fungsi utama. Klitoris
tidak ada hubungannya dengan kehamilan, menstruasi atau kencing.
Jadi kalau kulitnya pelindungnya yang notebenenya juga ada saraf-saraf serta
pembuluh darah di sunat/ di sayat/ di potong, itu sama saja tidak manusiawi.
Juga tolong jangan mengada-ada dengan menjustis/ menghakimi bahwa
klitoris itu tempat sarang yang kotor, najis, tidak suci sehingga harus di
bersihkan/ di tiadakan baik kulit atau klitorisnya.
Menurut saya agama itu untuk mengurusi masalah jagad mikro dan Tuhannya
saja, jangan mengobok-obok hal pribadi apalagi yang bersifat privasi
keintiman, dunia kesehatan semakin berkembang dan wanita seharusnya lebih
cerdas dan bijaksana dalam menyikapi dan menerima pemberian anugrah
terindah ini.
Dan jika ada sosok Tuhan/ nabi/ agama/ kitab suci yang masih mempersoalkan
klitoris wanita, maka keberadaannya perlu di kritisi.
Salam rahayu,
Dita
November 8th, 2012 pada 19:10
@Dewi:
Saya beralih dari segi medis ke agama karena saya tau, kalau sudah beda dari dasar
keyakinannya saja, pasti menjelaskan tentang sunat perempuan ini akan sulit.
Sebelumnya saya juga menjelaskan sunat perempuan dari segi medis. Dan saya
menjelaskan dari segi agama agar Mbak mengerti kenapa saya mengatakan kalau
perempuan perlu disunat.
Apa yang Mbak Dewi jelaskan tentang klitoris pada sebuah paragraf diatas, memang
benar, saya setuju dan saya sudah menjelaskannya pada tulisan saya yang kemarin.
Tapi, saya tidak setuju pada paragraf dibawahnya. Saya kan sudah bilang, saya tidak
bilang klitoris itu pasti kotor, tapi bisa saja jadi kotor dan mengenai hal itu saya tidak
mengada-ada. Pendapat para ahli bahkan mengatakan kalau smegma yang menumpuk
dapat menyebabkan perlengketan klitoris, yang secara tidak langsung mendukung
sunat perempuan.Itu kata ahli loh, bukan kata saya. Kalau ada ahli yang sependapat
dengan Mbak, jumlahnya hanya sedikit.
Bagi saya, agama saya, Islam, adalah agama yang mengatur semua hal dalam
kehidupan manusia di dunia ini, tidak peduli walaupun itu masalah yang pribadi dan
intim sekalipun, karena semua perintah, larangan dan petunjuk dari Tuhan adalah
untuk kebahagiaan umat manusia, dan semua muslim yang beriman tahu itu.
Perlu Mbak ketahui, kalau ada ajaran, yang dasar keyakinannya saja sudah berbeda
dengan Mbak, kenapa Mbak larang? Kalau Mbak mengkritisi sunat perempuan dan
mengajak orang lain untuk sependapat dengan Mbak, itu sama saja Mbak mengkritisi
keyakinan orang yang beragama Islam, dan Mbak mengajak mereka untuk beralih ke
keyakinan yang lain. Semua muslim pastinya tidak suka jika ada saudara seagamanya
sedang diberi keyakinan yang lain, kan?
Saya tau, Mbak bisa saja bebas mengemukakan pendapat. Tapi yang paling tidak saya
setujui, adalah tulisan Mbak yang mengajak untuk sepandapat dengan Mbak. Apalagi
kebanyakan yang membaca tulisan Mbak adalah orang yang berbeda keyakinannya
dengan Mbak. Karena itu, pada tulisan saya kemarin, saya minta agar kalimat
postingan jangan terlalu persuasif/mengajak. Kalau hanya bersifat Argumentatif,
boleh-boleh saja.
Salam damai
Dita
@ Dita,
Ibu Dita ingkang kinasih, keluarga saya juga muslim tapi tidak
memperkenalkan sunat pada anak perempuannya, itu sejak dari nenek buyut
saya lho, selain itu ibu saya juga super sibuk bekerja/ beraktivitas dan
kebetulan anaknya banyak, karena pantang ikut KB/ nggak cocok saja.
Saya juga setuju bahwa sunat ini di kembalikan ke individu, sejak dari awal
saya juga menyatakan ini juga HAM bagi orang dewasa, bahkan seandainya
seseorang itu ingin operasi ganti kelamin saya juga tidak bisa mencegahnya
apalagi mengajaknya dengan bahasa persuasif sekalipun. Saya menulis di sini
hanya menyampaikan apa yang perlu di sampaikan saja, dan sunat pada
perempuan ini di lihat dari segi medis, hukum, budaya memang banyak
kontroversinya terutama mencakup ambiguitas agama.
Sunat memang berasal dari budaya arab, dan yang bikin kontroversi juga
mereka lalu sekarang mereka sibuk membuat Undang2nya anty sunat pada
perempuan untuk masyarakat/ rakyat dan umatnya. Lalu bagaimana bisa
negara2 seperti afrika, afganistan, indonesia dsb masih belum memiliki
kebulatan tekat untuk satu suara, say no to women cirsumcission?…
jawabnnya mungkin karena masih ada saja umat seperti ibunya yang belum
berpikiran secara positif dan terbuka, beragama tetapi secara dogmatis bukan
demokratis…
Saya pikir itu bukan masalah saya atau kami, tapi masalah individu njenengan
saja. tapi ibu juga jangan mencampakkan fakta bahwa sunat pada bayi/ remaja
perempuan di nusantara ini masih banyak berkeliaran dan prakteknya memang
sangat memprihatinkan. Lalu dengan apa kita bisa mencegahnya selain hanya
dengan himbauan, terutama lewat edukasi dan pendidikan yang sebenar-
benarnya. Dan memang inilah tingkat kesulitannya bu, karena mereka/
masyarakat kita cenderung menurut apa yang di yakininya saja atau apa yang
menjadi fatwa ulamanya, tanpa di telaah/ di kaji terlebih dahulu serta bertanya
pada nurani kewanitaannya.
Dan andai saja njenegan bisa sedikit terbuka hatinya, maka apa yang saya/
kami coba sampaikan adalah penyampaian moral untuk sexualitas wanita juga.
Salam rahayu,
Dewi
@ Dita,
Ngapunten, nopo niki ibu Dita yang sebenanya?… kok gambar gravatarnya
lain?… kok sangat berbeda 180 derajat dengan sosok seorang hamba yang
sangat menjunjung tinggi kitab dan agamanya ya?… ini bahkan melebihi
aurat, tapi udah mempertontonkan vagina. Maaf, Nuwun sewu bu, saya juga
pernah melihat lukisan telanjang seorang wanita yang berkelas seni tinggi,
namun itu memang seni keindahan dan tidak memperlihatkan vaginanya
secara vulgar, lain lagi jika gambar itu memang di tujukan untuk kepentingan
sex education/ pendidikan sex, mungkin masih bisa di maklumi, lha ini kan
forum santai diskusi bersama lintas, ras, suku dan agama.
Salam rahayu,
Dewi
biyuh2 kalau begini trus sampai kiamat ndak akan ketemu,udahlah yang percaya akan
kemanfaatan sunat silahkan lakukan sedangkan yang ndak percaya ya ndak usah sunat
kan enak to kok kayak anak kecil aja.apa lagi pean berdua beda agama ya ndak
nyambunglah?jadi ndak usah diperdebatkan.agama diatas segalanya titik.karena
agama dari Tuhan.titik titk hahahahahaha.
@ Rodals Nuklir,
Kalau masnya baca semua dalil ayat2 di atas semuanya baik nabi maupun
riwayat hadistnya di tulis oleh kaum laki2 semua. Seakan2 mereka
mempresentasikan bahwa Tuhan itu berwujud lelaki dan bersifat maskulin
saja…
http://dongengbudaya.wordpress.com/2012/05/01/kitab-suci-wanita/
Agama itu bisa di politisir, kitab itu bisa di buat, tapi kalau nurani itu nggak
bisa di bohongi atau di akali ya mas.
Salam senyum,
Dewi
Trembelane
November 22nd, 2012 pada 20:28
SSJ
November 21st, 2012 pada 23:58
@ Rodals Nuklir,
hanya orang2 yang beriman yang mengatakan agama diatas segalanya, apalagi agama
dari tuhan … ( pembohong besar, penipu, agama dari tuhan adalah PROVOKATOR
Wongsorejo
November 22nd, 2012 pada 07:56
kejahatan paling besar laki2 yang ditulis dalam kitab suci dijaman musa adalah
menyunat wanita, mereka memotong klitoris wanita, sehingga wanita sama sekali
tidak merasakan apa2 tidak merasakan rangsangan dan laki2 bisa merajalela
menikmatinya sampai keleh2 puas sendiri, dan kemudian menuliskannya sebagai ini
perintah dari tuhan, kita tahu musa tidak pernah menulis keseluruhan kitab suci
dengan tangannya sendiri, dan para penulis kitab di jaman musa memproduksi
perintah2 tuhan sebanyak-banyaknya spt mengharamkan semua binatang berkuku
belah tetapi tidak berhasil walaupun disebut sebagai perintah allah karena daging
hewan ternyata uenak tenan …. eh berhasil ding tapi cuma satu yang berhasil yaitu
sapi pendek
Bala(ne)dewa
November 27th, 2012 pada 20:34
dewi
November 28th, 2012 pada 18:00
@ Bala(ne)dewa,
Maturnuwun atas link yang telah di berikan, semoga menggugah kesadaran
kita semua.
@ All,
Sunat dalam bentuk apapun tidaklah di benarkan, tidak elok dan tidak beradap.
Walaupun hanya sekedar mengiris, menyayat, memarut, membakar
lapisannya, itu juga ‘menganiaya’ klitoris.
Salam rahayu,
Balas
Dita
Desember 16th, 2012 pada 20:58
@Dewi:
Kalau kasus langka yang Mbak maksud adalah perlengketan klitoris, menurut saya itu
tidak langka. Pendapat beberapa ahli yang melakukan penelitian pada banyak
perempuan, menemukan kalau perempuan yang memiliki kulit penutup klitoris
panjang/lebar sehingga menutupi seluruh klitoris dan membuat kemungkinan
penumpukan smegma menjadi lebih besar terjadi pada 40-50% perempuan, bahkan
sebagian tidak mengetahui kalau ada smegma yang menumpuk. Hanya saja para
perempuan yang diteliti belum mengalami perlengketan klitoris. Biasanya jika tidak
dibersihkan dengan sebersih2nya itu tinggal menunggu waktu sebelum mengalami
perlengketan klitoris. Tapi ini hanya pendapat para ahli, boleh percaya boleh juga
tidak.
Terima kasih Mbak setuju bahwa sunat itu terserah pada individu masing2. Artinya
Mbak tidak memaksakan pendapat Mbak kepada saya atau siapapun, dan begitu juga
dengan saya. Disini saya juga setuju dengan pendapat Rodals Nuklir.
Tentang negara2 Arab seperti Pakistan, Irak, dan Iran yang belum satu suara,
sebenarnya mereka(mayoritas) malah sudah satu suara, dan mereka satu suara dalam
mendukung sunat perempuan. Kalau di Afrika, seperti di Uganda, Kenya, Somalia,
dll. , tidak mayoritas muslim, jadi, jangan heran kalau ada juga penentang sunat dari
negara2 itu.
Tentang agama, kalau boleh saya ulangi, seperti kata Mbak, antara dogmatis dan
demokratis. Islam adalah agama yang menerapkan keduanya, dogmatis jika sudah
jelas tertulis di dalam Al-Qur’an dan hadist, demokratis jika tidak jelas terdapat pada
Al-Qur’an dan hadist. Kami, muslim dan muslimah yang sudah bepikir dogmatis-
demokratis akan percaya manfaat sunat perempuan, bahkan dengan hati nurani kami,
hati nurani laki-laki ataupun perempuan, bukan ego.Tuhan kami tidak berjenis
kelamin, karena jika iya akan sama saja dengan ciptaan-Nya. Tapi yang pasti, Dia
tahu segalanya tentang laki-laki dan perempuan lebih dari manusia sendiri.
Sekali lagi saya setuju dengan pendapat Mbak Dewi tentang banyaknya praktik sunat
pada perempuan indonesia yang masih salah dan edukasi memang sangat diperlukan.
Kalau menurut saya sih, pendidikan yang benar adalah mengajarkan kalau yang benar
itu cara hoodectomy, bukan yang lain. Yang sunatnya salah itu ngakunya ajaran Islam
atau adat, padahal sunat secara Islami ya hanya hoodectomy, gara2 kesalahan mereka
Islam jadi terfitnah, entah mereka sengaja atau tidak. Kalai Mbak Dewi berbeda
pendapat, silahkan saja.
Tentang gambar itu, niat saya hanya untuk pendidikan sex, kebetulan sering ada yang
nanya bagaimana bentuk klitoris yang sudah disunat dengan metode hoodectomy, jadi
yang merasa nanya ya tinggal lihat saja, disitu terlihat jelas klitoris tidak
dipotong(masih ada/utuh) hanya saja klitoris terlihat jelas karena kulit penutup klitoris
telah dipotong. Jika saya masuk forum lain, pasti gambarnya tidak saya buat begitu.
Terima kasih.
Salam
Dita
Sugeng rahayu lan kinasih bu Dita, sejujurnya bu, dalam medis, sunat pada
perempuan apapun bentuknya, beresiko menimbulkan pendarahan, infeksi
hingga ketidaksuburan. Tak terkecuali praktek hoodectomy yang umumnya di
terapkan pada bayi dan remaja di bawah 15 th yang hanya mengiris, menyayat
dan mengikis permukaan klitoris yang di tenggarai supaya tak terjadi
perlengketan, sakit, kotor, najis, liar dsb ketika beranjak menjadi wanita
dewasa nanti.
Klitoris adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas
yang banyak dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris
merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. ada
banyak sekali ujung saraf dalam klitoris dan di daerah sekitar, Saat rangsangan
erotik berlanjut dan orgasme datang, klitoris menjadi kurang terlihat karena
tertutup oleh jaringan penutup klitoris yang membesar. Pembesaran ini
dirancang untuk melindungi klitoris dari kontak langsung, dan klitoris akan
keluar lagi saat rangsangan dihentikan.
Dalam hal ini saya meragukan statement njenengan, para ahli peneliti itu
mungkin tidak mewancarai wanita2 di luar sana yang seperti keluarga nenek
dan ibu saya. bahwa mereka tak pernah mengenalkan sunat pada anak
putrinya, dan hingga kini mereka tak pernah mengalami kesakitan akibat
perlengketan dsb, walaupun mereka beranak banyak dan kebetulan sering
berpeluh keringat pekerjaan. mereka lugu, tidak neko2 dan mensyukuri
pemberian Tuhan apa adanya. namun bukan suatu kepolosan yang berarti
tidak mengerti atau tidak bersih dan tidak cerdas, tapi malah sebaliknya, kesan
saya bahwa wanita yang tidak di sunat itu ternyata memang lebih sehat dan
lebih bahagia serta lebih awet muda. Dan penelitian kesehatan journal wanita
dan badan kesehatan duniapun ternyata jauh hari telah membenarkan hal itu.
Setiap wanita memang tak bisa di samaratakan bu Dita, jika ada wanita yang
mengalami perlengketan pada klitorisnya, apakah tidak sebaiknya di
konsultasikan terlebih dahulu untuk di ketahaui apa penyebabnya, apakah
pembawaan sejak lahir atau karena ketidaktahuan pengetahuan klitoris
misalnya, ketimbang alih-alih langsung di eksekusi/ di sunat/ di hoodect/ di
kikis permukaan klitorisnya yang justru dari medis kesehatan sangat rawan
resiko, tidak adakah alternatif lainnya sehingga sunat ini bisa menjadi pilihan
akhir bagi wanita yang mengalami perlengketan/ memiliki ketidakfungsian
klitorisnya secara alami dengan semestinya?
Pada dasarnya, Ada banyak variasi sensitifitas pada klitoris, dan setiap wanita
akan menemukan mana yang dirasakan terbaik bagi kesehatan dan
kebahagiaan klitorisnya. maturnuwun.
Salam rahayu,
Dewi
Rate This
Balas
ONO
Desember 18th, 2012 pada 07:27
Rate This
Balas
Tyo
Januari 1st, 2013 pada 07:08
@Ono
Agama yg paling benar dan sempurna ISLAM…Dari ujung Rambut
sampi ujung kaki jg di bahas, ada di kitabnya,,,Agama lain mana ada.
Rate This
ONO
Januari 1st, 2013 pada 16:43
@ Tyo … kinasih …
Betul … menurut anda … bahwa :
Agama yg paling benar dan sempurna ISLAM…Dari ujung Rambut
sampi ujung kaki jg di bahas, ada di kitabnya,,,Agama lain mana ada.
( Tyo )
________
Tapi sayang …nama yang begitu besar, paling baik, paling benar,
paling sempurna …. REALITAnya lebih dominan memperlihatkan
kesan umatnya yang BERINGAS, PENUH KEBENCIAN,
AROGANSI MAIN HAKIM SENDIRI, SEDIKIT KEDAMAIAN …
hampir mirip dengan kelompok GENG MAFIA …penuh
KEKERASAN …
Rate This
Mbalelono
Januari 2nd, 2013 pada 09:33
1
Rate This
pejalan kaki
Januari 2nd, 2013 pada 10:41
Mereka yang fanatik seperti menganggap bahwa Allah itu adalah ..bla
bla bla dan dianggap dan dibayangkan seperti mahluk aneh seperti
anggapan dan hasil dari daya pikir dan khayal mereka…..sehingga
Tuhan diberi nama ALLAH dan berujud , ber zat dan berdiam disana
dan seterusnya …..seperti sok tahu dan sok sangat dekat dengan Tuhan
YME..
Rate This
R Gentholet
Desember 18th, 2012 pada 21:02
, kesan saya bahwa wanita yang tidak di sunat itu ternyata memang lebih sehat dan
lebih bahagia serta lebih awet muda. Dan penelitian kesehatan journal wanita dan
badan kesehatan duniapun ternyata jauh hari telah membenarkan hal itu. (D)
——————————————
Saya sering kagum melihat cewek2 Korea dan Jepang – ciptaan alam. Saya tahu
mereka tidak …. disunat. Oh ya, belum lama ini dari ‘BBC’ juga saya membaca
mengenai cewek2 Swedia yang umumnya sehat, fit, lebih fit dari cewek2 Eropa
umumnya. Mereka ini, cewek2 Swedia, sehat dan fit karena rajin … olah raga, bukan
karena disunat. Olah raga : mungkin dulu Tuhan lupa soal ini ?! Olah raga lebih
penting daripada sunat. (Di Arab Saudi,misalnya, cewek2 di sana banyak yg gemuk !
Karena apa ? Disana olah raga tidak digalakkan karena … tidak ada dalam kitab suci
atau hadis !)
Warga majapahit
Januari 1st, 2013 pada 13:48
Tyo
semua agama itu benar mas..tak ad agama yg tidak sempurna/ salah. Ya salah itu
manusianya.
Walaupun ajaran islam tp kalao manusinya hanya belajar dan mengamalkan hanya
sampek tingkatan sekolah SD yo tetep masih aja bodoh…
Jadi Kesempurnaan agama itu bukan dari ajaran agamanya tapi dari manusianya
sendiri.jangan terlalu fanatik dg ajaran agama mas..
Sebab semua agama itu tidak ada yg mengajarkan kejelekan. yg jelek itu sebenernya
aqlak manusianya sendiri…
Sunat klistoris wanita ternyata berbahaya dan mungkin tidak sangat sehat bagi
kesehatan dari fungsi organ tubuh dan juga berpengaruh psikology …
Agak aneh juga bila anjuran dan hal yang diwajibkan oleh orang top markotop
jaman dulu ( menobatkan dirinya sebagai wakil Allah dan berdiam di arab
sana ) telah dibantah oleh kaum cerdik jaman modern yang ujudnya juga
sebagai manusia ( ciptaan Tuhan YME ) yang berpangkat ilmuan pakar
anatomi kesehatan etc , kalaupun ada klira klirunya tentang sunat maka biarlah
yang berantem adalah Tuhan YME dan Allah sendiri….kita sebagai manusia
hanya melihat dan menunggu kabarnya , siapa yang menang….salam damai…
@Dewi:
Jika Mbak tanya apakah saya bisa merasakan klitoris yang alami, kalau maksud mbak
yang alami itu yang tidak disunat, ya saya enggak bisa, karena saya sudah disunat.
Tapi kalau menurut saya alami belum tentu sempurna, mungkin yang alami sudah
baik, tapi harus dilakukan sesuatu untuk membuatnya sempurna.
Kalau soal pendapat para ahli, saya juga tidak percaya dengan statement yang
mungkin mbak ambil dari peneliti-peneliti diluar sana. Kalau dari hasil yang 40-50%
perempuan mengalami kemungkinan lebih besar terkena perlengketan klitoris,
mungkin memang bukan keluarga nenek atau ibu Mbak yang diwawancarai. Lagipula,
cara wawancara itu susah, biasanya peneliti hanya akan mengambil data dari rumah
sakit-rumah sakit klinik-klinik atau tempat lain.
Saya tidak pernah bilang langsung disunat loh. Sebelum disunat ya harus konsultasi
dulu, ya enggak langsung disunat lah, menurut Permenkes beberapa hal yang harus
dijelaskan sebelum disunat yaitu: pendarahan, infeksi, dan rasa nyeri. Tapi kalau
sesuai prosedur yang benar, ketiga resiko itu bisa diminimalisir.
Sunat untuk perempuan bukan tindakan paling akhir Mbak, ada 3 tindakan yang bisa
dilakukan:
1. Bersihkan smegma dibalik kulit penutup klitoris setiap hari (pagi-siang-
malam/sehabis pipis), repot, malah masih banyak perempuan yang tidak mengetahui
kalau dia punya kulit penutup klitoris dengan smegma yang bertumpuk dibaliknya.
Kalau tahu saja tidak, apalagi membersihkannya.
2. Disunat(hoodectomy) mencegah terjadinya penumpukan smegma, sehingga akan
langsung bersih jika hanya dibersihkan secara sederhana sehabis pipis atau saat
mandi.
3.Pengangkatan klitoris/klitoridektomi/FGM(catatan: terpaksa), jika sudah terjadi
perlengketan klitoris dan biasanya sudah parah, hanya ini yang bisa dilakukan.
Salam,
Dita
Rate This
Balas
o
dewi
Januari 19th, 2013 pada 22:38
@ Dita,
Makanya bu, semuanya kan sudah jelas, mengapa anda lebih menerapkan
kebijaksanaan yang bukan berasal dari nurani dan pengalaman njenengan
sendiri?…
Njenengan malah seperti membuat contoh orang lain, tapi di saat yang sama
tidak bisa menunjukkan eksistensi klitoris njenengan sendiri ketika dewasa
dan berumur itu selayaknya yang bagaimana, kecuali hanya statement2 copy
paste dsb, dengan mengatakan bahwa mereka adalah sarang penyakit/ biang
perlengketan dsb dan berulang-ulang dari generasi ke generasi.
Salam prihatin,
Dewi
Rate This
Balas
Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:20
@ONO:
Begitulah kata-kata orang yang beda keyakinan, kami sudah diperingatkan oleh Kitab
dan Nabi kami kok.
Saya pikir lucu ya, kok nikah maksimal 4 orang di hina, ada agama lain nikah
maksimalnya lebih banyak, bahkan ada yang gk terbatas jumlah istrinya, malah
dijadikan rekor.
Keinginan seksual? Ada negara yang bebas melakukan hubungan seksual tanpa ada
sanksi hukum dan moral, malah akibat globalisasi menular ke negara lain. Yang
seperti itu malah tidak ada yang berani menentang terang-terangan.
Kalau mau menentang, tentang yang lebih parah dulu. Kalau menentang nikah
maksimal 4 istri, yang nikah 40 istri dibiarkan, sama saja diskriminasi untuk
menyudutkan.
Oh, mirip geng mafia ya? memang negara asal mafia itu mayoritas agama apa? Islam?
Saya pikir ini forum ilmiah-argumentatif, kok jadi hina menghina kepercayaan?
Saya dan Mbak Dewi sudah mulai berusaha memahami maksud masing-masing, kok
malah muncul yang beginian?
Siapa yang mulai ya, moderator?
Rate This
Balas
Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:39
@Mbalelono:
Sama seperti di Rohingya ya?
Apa ajaran agama orang-orang disana mengajarkan pelanggaran HAM begitu?
Itu SALAH ORANGNYA dalam memahami agamanya, BUKAN SALAH
AGAMANYA.
Semua agama berusaha mengajarkan kebaikan, hanya saja hanya satu yang saya
percayai kesempurnaannya. Kalau ada ajaran agama yang mengajarkan keburukan, itu
ajaran sesat.
Baca lagi dari awal forum ini, FGM tidak sama dengan sunat perempuan.
Di Amerika namanya hoodectomy, tidak ada yang melarang.
Di Indonesia namanya Sunat Perempuan, setengan lebih negara di dunia melarang.
Coba pikir adil gak?
@R Gentholet:
Islam menganjurkan olahraga, yang dianjurkan yaitu berenang, memanah, dan
berkuda.
Dianjurkan, bukan dipaksa.
@Pejalan Kaki:
Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat. Tapi
Dia tidak melakukannya karena Tuhan menyukai perbedaan, dan karena alasan lain
yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan. Salam.
Rate This
Balas
manusia purba
Januari 18th, 2013 pada 23:18
Tuhan YME tidak akan dan tidak mungkin mengatur kembali alam semesta
dan isinya dengan hukum hukum baru ….
Semua sudah dicukupkan oleh Tuhan YME untuk alam semesta ini yang
sudah berusia milyar tahun …..semua hal sudah diturunkan kepada manusia
yaitu …..hidup …nurani…akal…ujud fisik / materi dan lain lain yang amat
ajaib dan tidak bisa dinalar.,
Tuhan YME juga tidak akan berkata kata langsung kepada manusia hanya
dalam soal urusan yang sepele dan tidak diketahui dan dimengerti makna dan
maksudnya…..semua urusan dan masalah di bumi dan cara mengatasi sudah
diserahkan kepada mahluk atau manusia karena manusia sudah diberi akal dan
hati nurani…..
0
Rate This
Balas
Wong ijen
Januari 18th, 2013 pada 23:29
Salam Nusantara……
Sebagai bacaan dan renungan untuk tidak menjustice salah kepada para
manusia lain yang juga mempunyai jiwa dan nurani….sama sama ingin hidup
damai dan bahagia serta ingin mendekat jiwa raganya kepada Tuhan yang
disembahnya…….
http://wikimamad.wordpress.com/muhammad/muhammad-tidak-buta-huruf/
Rate This
Balas
Wong ijen
Januari 18th, 2013 pada 23:39
Ini cerita kuno yang ditimbulkan oleh manusia yang dianggap sebagai
musuh musuh agama langit…..cerita dan naskah atau bukti ilmiah ini
seakan menimbulkan batu untuk mengambang kepermukaan
air….sesuatu yang mungkin tidak mungkin…melanggar aturan suci
…..keterangan cerita ini boleh dibantah , disanggah…dibenci atau
dibenarkan…dikaji..dipikir.. dirasa…dengan akal dan hati nurani…..
Ini mungkin cerita tahayul tentang istri istri Nabi yang termulia bagi
alam semesta dan mahluk manusia…
http://wikimamad.wordpress.com/wanita/isteri-nabi/
Rate This
Edi Tepak
Maret 2nd, 2013 pada 02:30
Dita
Januari 18th, 2013 pada 22:39
Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat,
DAMAI, tidak ada perang, tak ada bencana, tak ada pembunuhan &
perkosaan, tak ada teroris ngebom Bali … dsb.
Tapi Dia tidak melakukannya karena Tuhan MENYUKAI perbedaan, Tuhan
MENYUKAI kekacauan, Tuhan MENYUKAI bencana, Tuhan MENYUKAI
pembunuhan & perkosaan, Tuhan MENYUKAI teroris yg ngebom Bali,
Tuhan MENYUKAI FPI yg main hakim sendiri …. dsb…dan karena alasan
lain yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan.
Salam. ( Dita )
????????????????????
Rate This
Balas
dewi
Januari 19th, 2013 pada 22:42
Nuwun sewu, bicara klitoris ini alangkah baiknya jika kita menanyakannya sendiri
kepada yang bersangkutan, andai ia bisa bicara ia akan menerangkan eksistensinya.
Kita seyogyanya tidak bertanya pada Nabi atau kaum laki-laki atau pada kitab
sekalipun, apalagi pada wanita yang sudah di sunat pada waktu bayi/ remaja yang bisa
di pastikan tidak akan pernah tahu bentuk dan rasa klitorisnya setelah dewasa.
Sebenarnya kita memiliki kewajiban moral untuk mendengarkan apa yang ia mau…
Gawat! Aku melompat dan berhambur mendekat ke depan TV. Ada orang yang malah
tersenyum-senyum habis menyunat bayi, dengan bangganya ia dan mereka
mengatakan bahwa ini adalah budaya dan tradisi, seakan mengabaikan kenyataan
malah tersenyum lebar, tangannya gesit menekan biji klitoris lalu menyayatnya
dengan silet. Dalam hati Aku berteriak-teriak menyuruh mereka berhenti. Suaraku
bersaing dengan suara keangkuhan doktrin. Tapi kebodohan seakan tak perduli…
Tak apa-apa Nak, katanya riang, dengan pakaian serba putih seperti mantri malaikat
putih Ia malah menyunat anak-anak dan remaja yang lainnya. aku tak tega, Maka
meraunglah-meraunglah klitoris itu seperti hewan kena siksa. Sungguh aku tak
sampai hati melihatnya…
Tenanglah Nak, tak ada masalah, mereka terus bergerilya, Situasi menjadi runyam
karena lapisan yang klitoris yang sekulit ari itu rusak, berantakan, berhamburan dan
berdarah-darah. Para malaikat putih itu malah semakin senang seperti anak kecil
menemukan mainan yang asyik dan celaka! Ia mulai memarut, menyayat kalau perlu
sedikit di bakar!… pol! Aku berteriak histeris dan ingin mencegahnya. mereka tetap
tak perduli. mereka malah terbahak-bahak melihat klitoris itu meronta-ronta. Lalu
mereka menghentikan aksinya dengan obat antibiotik sekali usap, beres, untuk
mematikan kadar rasa sensitivitasnya sepanjang hidupnya.
Merekapun berlalu dengan di sertai satu senyum yang mengerikan. klitoris yang
malang itu terkelepar, tak bernyawa, tanpa daya, tanpa makna…
Mereka berlalu meninggalkan yang gemetaran, yang sedari tadi tak bisa
menanggungkan miris atas tragedi yang menimpa klitoris. Sementara mereka duduk
santai di kursi goyang semu di atas kepalanya sambil tersenyum-senyum puas penuh
kemenangan. Aku benci melihatnya.
Jika kau sudi menghampiri, ia megap-megap dan tampak sangat menderita. Maka
yang dapat kau lakukan adalah menenangkannya. Tak tahukah Ia menatapmu seperti
mengadu. Peluklah ia, Janganlah kau berpaling melihatnya, jangan pernah melakukan
kesalahan dan kebodohan yang sama lagi pada yang lainnya…
Malam itu aku tak dapat tidur. Mereka, para malaikat putih telah menggagahi dan
mengebiri klitoris dengan brutal. Ia telah menjadi korban kekerasan seksual dini. Aku
sedih lalu marah. Malam itu, aku mulai memikirkan pembelaan untuknya, bahwa ia
bukanlah tempat sarang kotor, tempat sarang perlengketan, itu adalah fitnah yang keji.
Demi kehormatan klitoris, kan ku tulis sebuah monolog klitoris…
MONOLOG KLITORIS
Lambat laun, terjalinlah hubungan emosional antara aku dan klitoris. Aku terpesona
akan kecerdasan di balik sistem dan mekanikannya. Ia adalah instrumen representasi
cinta yang agung dan ia hadir di muka bumi bagi yang mampu mengapresiasi anugrah
ini. Ia mampu membuat urusan mengubah bentuk menjadi sangat mudah. Bukankah
luar biasa?
Kurasa, dari sekian banyak hal di dunia ini, hanya diriku dan klitoris yang bisa
memahamiku, adakalanya saat sedang beraktivitas dengannya, aku merasa telah
menyatu. Jika sedang sepi, aku menyelinap dan bercakap-cakap dengannya, kami
ngobrol tentang lagu-lagu indah, tentang dunia, harmoni, kemanusiaan, keindahan dan
kasih. aku tak pernah berpikir bahwa ia adalah hanya sebuah benda, sebaliknya ia
memiliki roh yang memiliki jagad nuraninya tersendiri, ia adalah sahabat wanita
terbaik dan yang paling setia.
Aku terpikat pada bentuknya yang kukuh, Ia tegak, jenjang sedikit berlekak-lekuk. Ia
padat tapi tak bersegi. Maka, ia seperti tubuh perempuan. Belum menghitung
suaranya…
Ketika kupencet tombol on, saat itulah kutiupkan nyawa kedalam dirinya dan ia
hidup, lalu ia tersenyum, lalu ia berbunyi seperti intro barisan string orkestra. Ketika
kusentuh dengan lembut, saraf-saraf lembutnya mulai bangkit dan berputar,
melayang. Suara barisan string tadi meningkat menjadi berdesing bak pesawat terbang
yang mau tinggal landas…
Hubunganku dengannya kian lama kian semakin harmonis, karena aku menerapkan
komunikasi yang baik dan manis, maka aku selalu membicarakan dengannya setiap
kali aku ingin menaikkan daya putarnya. Setidaknya Ia memiliki beberapa tingkat
skala kecepatan kenikmatan. Bagiku, sentuhan lapis demi lapis itu adalah skala-skala
anak tangga sensasi. Aku biasa memakai skala yang lembut dan santun. Ia
tampaknyapun nyaman. Sesekali aku minta izin padanya untuk naik ke skala lebih
tinggi. Ia mengerling tanda setuju, namun aku sering merasa malu dan tersipu sendiri,
walau ia tak pernah kehabisan napas jika terlalu kencang…
Kian lama akselerasi putarannya kian sempurna. Desingan berubah menjadi desahan,
silih berganti. Aku gemetar dalam sensasi yang sulit kulukiskan dengan kata-kata.
Jiwa ini seperti melayang terbang bebas, kamaraga ini perlahan berubah menjadi
selembut sutra… Oh, betapa engkau adalah Bunda dari segala nikmat duniawi
sekaligus surgawi…
Saat kusudahi sensasinya, suara itu kembali melalui beberapa tahap, dari mendesahan
menjadi mendering, lalu lambat laun mendesau, lembut sekali, bak angin pagi musim
selatan. Namun ia tak langsung berhenti. Ada satu momen dari desauan itu sampai
jantungnya benar-benar berhenti berdetak. Pada moment itu, seluruh keindahan yang
baru saja di pancarkannya menjadi diam, menggantung merengkuh. Itulah ‘moment of
silence’, ketika cinta memeluk dirinya sendiri, semua itu, semua perasaan itu
membuatku kasmaran!
http://bungalowbidadari.wordpress.com/2013/01/19/monolog-klitoris/#more-191
Dewi
R Gentholet
Januari 20th, 2013 pada 22:35
@Pejalan Kaki:
Kalau Tuhan mau, bisa aja Dia membuat semua ciptaan-Nya bersatu pendapat. Tapi
Dia tidak melakukannya karena Tuhan menyukai perbedaan, dan karena alasan lain
yang tidak akan bisa diikuti oleh akal manusia kita ini.
Begitulah yang bisa saya sampaikan sebagai manusia yang percaya Tuhan. Salam.
————————————————–
Ck ck ck ,
Berenang,memanah,berkuda : Yang menganjurkan ini …. pinter ruarr biasa ! Kolam
renang ada dimana-mana, bikin sendiri juga bisa dengan beaya yang sangat murah !
Panah juga sangat murah harganya, seharga seratus/dua ratus rupiah, dibuat dari karet
dan lidi, kuda juga gampang didapat dan murah harganya – kuda kepang . Jan jenius
sekali yg menganjurkan semua itu ! Jalan kaki atau lari2 : ini untuk yg kopar kapir
kah ? … Atau yg cuma … kapiran ?…
Sangat menyedihkan bila Tuhan YME seakan seperti senjata tajam saja ,
diberi nama ALLAH lalu ditenteng kesana kemari untuk menakut nakuti
banyak manusia….atau Allah diibaratkan sebagai pelukis lalu melukis gambar
pornografi yang dinamakna SURGA sehingga manusia terangsang hawa
nafsunya….lalu berbuat liar dan ngawur seperti kuda liar……maafkan tentang
komentar ini….karena kebenaran sejati adalah milik alam semesta dan
tentunya milik sang pencipta alam….banyak manusia yang beranggapan sak
karepe udele tentang Tuhan dan agama dan merasa Tuhan seperti barang mati
dan sebagai miliknya pribadi……
Slamet Widodo
Mei 11th, 2013 pada 21:27
Selebihnya saya ingin share kepada para pembaca yang budiman dan para sedulur NKRI
semua tanpa pandang bulu maupun pilih kasih, sebagai wujud persembahan saya, serta sikap
welas asih tanpa pamrih yang selalu saya coba sekuatnya untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Siapa tahu kisah atau pengalaman pribadi ini ada sedikit manfaat
untuk bahan perenungan kita bersama dalam memahami makna kehidupan yang sejatinya.
Roh Berpamitan
Pada 22 April 2012, waktu itu kurang lebih jam 15.00 wib saat saya bersama keluarga jalan-
jalan dari Sukabumi, dengan route Cianjur, seterusnya melewati Jl Cugeunang, Cipanas,
kemudian melewati Puncak Pas ke arah Ciawi Bogor, kemudian jalanan mulai menurun
terus. Hari itu sepanjang jalan terjadi hujan rintik, lalu berkabut tipis di Puncak dan terasa
lebih dingin dari biasanya, pelan-pelan melaju menikmati pemandangan hijau nan indah
kebun teh yang agak disamarkan oleh sapuan kabut tipis. Dan sampailah pada suatu tempat,
tepatnya setelah melewati tugu botol kecap pas tikungan sebelah kanan jalan arah menuju
Jakarta. Pada saat kendaraan melaju pelan, tepatnya di tikungan kebun teh itu, tiba-tiba
samar-samar “hadirlah” sosok wanita cantik putih bersih usianya terkesan masih kurang dari
setengah abad (tampak lebih muda dari usia sebenarnya). Waktu itu sambil nyetir saya
kurang konsen, sehingga lupa-lupa ingat siapa gerangan sosok (roh) wanita tersebut kok
rasanya pernah melihat sebelumnya. Rasa-rasanya saya pernah mengenalnya, wajahnya tak
asing bagi saya, tapi siapa namanya saya lupa. Lalu saya membangunkan istri yang sedang
tertidur di samping kemudi. “…lihatlah ada (sukma) yang datang menghampiri kita!
Kenalkah dengan dirinya? Isteri saya spontan menjawab,” oh..itu Ibu Ainun Habibie. Saat itu
istri saya mengucapkan salam kepadanya lalu bertanya,”ada apa gerangan Ibu datang
kemari? Adakah sesuatu yang urgent? Beliau menjawab,” …saya hanya ingin berpamitan
denganmu nak, karena saya sudah akan pergi !
Hanya itulah dialog singkat yang terjadi di antara kami. Kebetulan isteri saya dulu pernah
berdedikasi di Habibie Center Jakarta untuk program kemanusiaan. Pantas saja beliau kemari.
Karena peristiwa sukma yang berpamitan (akan meninggal) biasanya terjadi kepada
seseorang yang telah saling kenal sebelumnya. Diri saya tidak mengenal secara pribadi
dengan beliau, tetapi isteri saya pernah mengenal dekat beliau, sehingga tak aneh bila
kemudian Ibu Ainun Habibie berpamitan untuk berpindah ke dimensi kehidupan yang
selanjutnya, setelah dimensi bumi ini.
Sesampainya di Jakarta, petang hari setelah kami selesai menghadiri suatu acara, kami
sempat keingetan mas Kadaryono, sahabat kita yang sering singgah di gubuk ini juga. Saya
sempat SMS ke mas Daryono,” …Mas, Bu Habibie kok “datang” untuk “berpamitan” ya ?
Apa beliau sdg sakit parah ? Mas Daryono langsung mereply sms saya,” …Pamitan jam
pinten Mas ? Sakniki malem Jumat Legi. Lalu kurang lebih pada Jam 23.00 Mas Daryono
sms saya memberi kabar,”Ya…Ibu Ainun Habibi sudah dirawat di Jerman sjk 1 bulan yll,
mas sabda. Karena bronkhitis kronis dan komplikasi lain.
Saat itu jam 22.00 kami bersua Mas Roy Suryo di rumah beliau Jakarta yang kebetulan
barusan pindahan rumah. Saya sempat cerita ikhwal “pertemuan” dengan Ibu Ainun sewaktu
melewati jalan Raya Puncak tadi sore. Dan infonya sama, Ibu Ainun sedang perawatan
intensif di Jerman karena komplikasi akut. Kami semua lalu berdoa, maneges untuk jalan
terbaik, nyuwun kawelasan kepada Gusti Ingkang Murbeng Gesang untuk Ibu Ainun
diberikan jalan terbaik versi tuhan.
Pada saat menghadapi seseorang yang sedang sakit kritis, kami sungguh menyadari, tak tahu
mana pilihan yang terbaik buat yang sedang sakit. Maka rasanya tak pantas jika kami dalam
maneges mendikte tuhan untuk minta kesembuhan, apalagi mohon supaya lekas saja
dipanggil. Walaupun harapan saya pribadi tentu saja yang terbaik menurut versi saya sebagai
manusia awam, tentu mengharapkan kesembuhan beliau. Akhirnya kami kembali pada
prinsip, “jadi manusia mbok ya jangan suka mendikte tuhan…kalau berdoa yang netral saja.
Jika berurusan dengan kekuatan tuhan, maka posisikan kita sebagai manusia yang tak tahu
apa-apa. Tak tahu apa rencana terbaik menurut versi tuhan untuk suatu peristiwa yang akan
terjadi. Tuhan memang Mahabijaksana, tetapi manusia seringkali tak mampu nggayuh
kawicaksananing Gusti. Tak mampu memahami kebijaksanaan tuhan. Manusia seringkali
gagal dalam memahami apa “kehendak” dari tuhan, sebagai sumber kekuatan keseimbangan
alam, kekuatan hukum dan rumus-rumus alam semesta. Padahal binatang, tumbuhan dan
lingkungan alam pun mampu berada dalam koridor keseimbangan alam, harmonisasi dengan
kekuatan keseimbangan jagad raya. Boleh dikatakan mereka semua paham betapa rumus-
rumus yang ada di alam semesta ini, yang meliputi hukum sebab akibat, semuanya
merupakan hukum keseimbangan alam yang tak pernah menyisakan secuil ketidakkeadilan
pun. Tapi manusia sok tahu, sok pinter, sok-sok-an lainnya yang justru membuat sikapnya
bertentangan hukum alam. Bagi siapapun, golongan apapun, dan agama apapun jika
perilaku dan sikapnya menentang hukum alam, tentunya ia berhadapan dengan kekuatan dan
kebijaksanaan tuhan alam semesta.
Maka dalam doa, hanya terucap,”duh Gusti …nyuwun kawelasan untuk beliau Ibu Ainun.
Terserah tuhan, bentuk kawelasan yang mana menurut versi prerogatif tuhan. Yang jelas
wujud kawelasan ada dua kemungkinan, sembuh/sehat kembali atau “pindah” ke dimensi
kehidupan yang langgeng tan owah gingsir. Dan dua kemungkinan yang akan terjadi harus
kita terima dengan hati yang legowo.
Sebagian orang tidak mengetahui kapan dirinya akan mati, namun hal ini bukan berarti
sukmanya juga tidak tahu. Melainkan raganya saja yang ndableg, alias mata batinnya tumpul
akibat dominasi “mata ragawi” yang ada pada dirinya. Tak ada kesinambungan antara
kesadaran sukmanya daya respon raga untuk menerima informasi berupa sinyal-sinyal
kematian dari sang sukma. Dapat diperumpamakan setiap orang memiliki “kabel”
penyambung antara raga dengan sukmanya, yang berfungsi untuk mengirimkan data
informasi “rahasia gaib” dari sang sukma untuk diterima oleh raga melalui kesadaran otak
kanan, lalu dicerna oleh otak kiri. Kesadaran rasa-sejati, dikirim kepada sukma sejati, lalu
dikirim lagi kepada jiwa, dan diterima oleh raga. Banyak kendala menghambat proses
pengiriman informasi tersebut. Di antara penyebab utama tumpulnya kesadaran ragawi atau
raga tak mampu membaca sinyal-sinyal dari sang rasa-sejati dan sukma-sejati adalah sbb;
Ada orang yang tahu kapan raganya akan mati. Bukan berarti ia harus seorang yang sakti
mandraguna. Tidak. Ia masih manusia yang biasa dan wajar-wajar saja, hanya menyadari jika
menjalani hidup ini perlu membawa-bawa “kembang kanthil” kemanapun ia pergi. Kanthil
sebagai gambaran untuk seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu menerapkan
pepatah,”ngelmu iku kalakone Kanthi Laku (kanthil), lekase kalawan kas, kas iku tegese
nyantosani”. Senantiasa membuat sentausa (keselarasan, keseimbangan dan harmonisasi)
kepada seluruh mahluk dan lingkungan alam. Dengan begitu, “kabel” penghubung antara
sukma sejati dengan ragasejati akan turn on. Terjadi sinkronisasi antara tata-batin dengan
tata-lahir. Tak berhenti di sini, kita masih harus mengimplementasikan apa yang diketahui
sang rasa-sejati ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadikan pribadi yang mampu
nuruti kareping rahsa. Maka diri kita akan mudah merasakan, mengalami, suatu noumena
spiritual yang melampaui dimensi ruang dan waktu, serta mampu memanfaatkan kejernihan
mata batin dalam mengupas berbagai persoalan dan peristiwa di dalam wilayah mikrokosmos
dan makrokosmos.
Pada masa lampau banyak orang sakti karena mau memahami suatu ajaran kebaikan melalui
sisi kesadaran hakekatnya. Sebaliknya generasi zaman sekarang cukup puas pada kesadaran
otentik, harfiah, kulit, walau berakibat dinamika kesadarannya menjadi mandeg pada
kesadaran ragawi. Yaah…cari amannya saja. Seperti prinsip yang diterapkan oleh pelaku
bisnis yang gagal. Daripada tersandung, lebih baik “berpenghasilan” minim sekali, dan
sesekali menjadi pengemis dari pada berani berspekulasi menjelajah ke dimensi spiritual,
walau buahnya bisa berupa “penghasilan” berlimpah.
Demikian sebaliknya, jika memahami suatu keyakinan hanya berdasarkan “katanye”, jarene,
tentu saja masih akan dicerna dan dikelola oleh otak kiri secara dominan. Akibatnya terjadi
stagnansi dalam kesadaran spiritualnya, bahkan yang paling parah adalah tidak sadar jika
diri kita sedang tidak sadar. Karenanya, dogma yang hanya dipahami secara mentah-
mentah, teksbook, harfiah tanpa adanya upaya pemahaman secara kontekstual, esensial, dan
hakekat, ia cenderung membelenggu kesadaran kita. Kesadaran kita bagaikan terperangkap
masuk ke dalam “kapsul” kesadaran semu. Alias kesadaran di dalam “goa”, kesadaran yang
masih di dalam “tempurung”.
Kita sadari atau tidak, setiap orang sukmanya tak jarang melakukan aktivitas di luar raganya,
bahkan dengan mudahnya mampu menembus suatu “dimensi” di mana hukum ruang dan
waktu tak berlaku lagi. Aktivitas sukma tersebut tidak disertai dengan aktivitas raganya,
sehingga sebagian orang hanya merasakannya bagaikan mimpi yang seolah nyata, sebagian
lainnya tidak menyadari sama sekali. Sukma secara mandiri bisa melakukan aktivitas di luar
fisiknya atau wadah/warangkanya, demikian pula raga dapat melakukan aktivitas di luar
kendali sang sukma. Raga yang demikian ini yang kita sebut sebagai pribadi yang “nuruti
rahsaning karep”, pribadi yang mengumbar nafsu. Beresiko tinggi untuk salah langkah,
salah pilih, dan salah kaprah memahami dan menjalani kehidupan ini.
Seperti peristiwa roh yang “berpamitan”, sebagaimana kisah dalam peristiwa di atas
merupakan suatu aktivitas sukma tanpa raga. Seringkali saya bertanya langsung secara wadag
kepada seseorang yang kebetulan sukmanya barusaja melakukan aktivitas di luar raganya.
Perlu belajar ! Karena hanya sedikit saja orang yang benar-benar menyadari apa saja aktivitas
yang dilakukan oleh sukmanya sendiri. Dari yang sedikit itu, hanya sebagian orang saja yang
sungguh bisa membedakan apakah suatu “mimpi” benar-benar merupakan pengalaman
sukmawi, tanpa melibatkan raga. Atau hanya sekedar imajinasi, ilusi, dan kamuflase “alam
pikiran bawah sadar” saja. Tak dapat dipungkiri banyak orang merasa dirinya pernah dan
tahu suatu dimensi gaib. Tetapi apa yang diketahuinya hanyalah sesuatu yang semu, yang
hanya sekedar ilusi, imajinasi, dan merupakan endapan-endapan dari dalam “alam pikiran
bawah sadar”. Oleh sebab itu sangatlah bijaksana bila tidak menjadikan peristiwa mimpi
sebagai suatu tolok ukur menyimulkan benaran religius. Bukanlah sesuatu yang istimewa
sekaligus bukti kebenaran hakiki apabila masing-masing umat agama, pernah mengalami
mimpi yang di dalamnya terdapat gambaran-gambaran atau simbol-simbol agama yang
dianutnya. Hendaknya jangan lantas buru-buru menyimpulkan bahwa agama yang simbol-
simbolnya masuk di dalam “alam mimpi” tersebut merupakan bukti bahwa agama yang
dipeluknyalah satu-satunya yang bener.
Kadang antar sukma orang-orang yang masih hidup dapat berjumpa dalam dimensi gaib.
Hanya saja masing-masing tidak menyadarinya. Adapula yang salah satu pihak dapat
menyadari sementara pihak yang lain belum bisa menyadari aktivitas pertemuan antara dua
sukma. Namun begitu, getaran nurani biasanya memiliki kecermatan yang tinggi. Melalui
getaran nurani anda bisa merasakan suatu kedekatan batin atau tali rasa yang bisa anda
rasakan begitu dekat dengan seseorang. Mungkin hal itu karena antara sukma anda dengan
seseorang dimaksud pernah berjumpa dan berinteraksi di dalam dimensi “halus”. Seperti
yang peristiwa batin yang terjadi pada Kang SG dengan Mas SHD beberapa minggu yang
lalu (lihat komentar dalam Membedah Alam Fikiran SSJ). Seolah-olah hanya sekedar mimpi
yang terasa nyata, tapi jika dikroskan pun ternyata cocok dengan keadaan yang sebenarnya.
Itulah pertemuan antar sukma.
Sekalipun sukma melakukan banyak aktivitas namun belum tentu aktivitasnya diketahui oleh
kesadaran raganya. Seolah terdapat dinding yang sangat tebal yang memisahkan antara
kesadaran sukma (kesadaran rasajati) dengan kesadaran raga. Bagi yang mulai bisa
merasakan kesadaran sukma jangan puas dahulu. Karena seringkali alam bawah sadar lah
yang sebenarnya muncul. Misalnya, manakala anda mengalami mimpi, di mana di dalam
mimpi muncul berbagai simbol-simbol dan atau mengatasnamakan agama. Misalnya anda
melihat sukma kakek anda sedang melakukan sembahyang. Jelas..kehidupan sukma sudah
tak butuh suatu religi lagi. Kesadaran sukma pun tak perlu lagi identitas dan simbol-simbol
religi, karena sudah berada dalam alam kehidupan yang sejati, keadaan yang serba hakekat
dan dalam “bahasa” yang bersifat universal. Mimpi seperti merupakan “bunga tidur” karena
sudah terpolusi oleh data base yang tersimpan di “alam pikiran bawah sadar” anda sendiri.
Alam bawah sadar dapat terinstal suatu gambaran, pelajaran, dan ilmu pengetahuan melalui
proses proses belajar/pendidikan, pengalaman fisik inderawi/ragawi, maupun diperoleh
melalui indoktrinasi.
Seringkali kita dengar kalimat, “jangan mendahului kehendak tuhan, itu larangan & dosa
besar!” Sebagai contoh misalnya pada saat kesadaran sukma anda mampu weruh sadurunge
winarah, mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (kejadian
futuristik), seringkali orang lain lantas berprasangka buruk, “…wah..itu namanya dosa
besar karena mendahului kehendak tuhan!
Hmmm…tuhan yang mana yang kehendaknya bisa didahului oleh mahluk? Kalimat di atas
terasa sebagai kalimat sangat bodoh. Walau tidak pernah sekolah, rasanya tuhan tidaklah
bodoh, apalagi sesimple pola pikir manusia seperti dalam konsep di atas. Apakah pada saat
manusia sudah tahu apa yang akan terjadi, sementara tuhan malah belum tahu karena belum
menyusun suatu rencana? Tentu saja tidak. Jika anda weruh sadurunge winarah, hal itu
semata karena anda sebagai manusia mau mengolah dan memanfaatkan “perangkat lunak”
(software) anugrah tuhan yang ada dalam diri anda. Sehingga anda bisa mengetahui atau
menangkap sinyal-sinyal suatu rencana ketetapan tuhan. Jika anda tahu sesuatu akan terjadi
di masa mendatang, hal itu bukanlah mendahului kehendak tuhan namanya. Dalam konsep
pola pikir “mendahului kehendak tuhan” arti yang tersirat bahwa tuhan belum punya rencana
tapi anda sudah menceritakan sesuatu yang akan terjadi kelak di suatu hari. Kesannya tuhan
menjadi lebih bodoh dari manusia, bahkan patuh pada manusia. Maknanya menjadi sangat
janggal.
Kiranya manusia tak akan bersalah bila memiliki kemampuan mengintip apa rencana tuhan (weruh
sadurunge winarah). Kalau memang tuhan tak menghendaki rencananya diintip/diketahui mahluk, pastilah
tuhan akan “mengunci dan menutup rapat” mata setiap manusia, agar supaya rencanaNya tetap menjadi X File
yang untouchable oleh kesadaran manusia setinggi apapun juga. Logikanya, jika suatu kejadian futuristik dapat
diketahui oleh manusia yang mau mengolah dan menajamkan batin, tentu bukanlah merupakan suatu larangan
bagi tuhan. Dengan kata lain, tuhan membiarkan manusia mau peduli untuk mengetahui atau cuek-cuek saja
akan apa yang terjadi di masa mendatang. Apa untungnya ? Tentu saja bagi orang yang sempat mengetahui apa
yang akan terjadi di masa mendatang (kejadian futuristik) dapat mempersiapkan diri menentukan langkah
antisipatif, mengevaluasi dan mengoreksi diri pribadi beserta lingkungan sosialnya.
Pagi ini, Jumat Pon 24 Februari 2012 pukul 08.30 wib, dalam pandangan metafisis tiba-tiba
datang lah di rumah seseorang mengenakan pecis warna hitam dan kain sarung motif kotak-
kotak. Terenyata beliau adalah mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid alias Gus
Dur (alm). Berbincang sejenak dalam bahasa Jawa ngoko alias kasar, beliau tetap dalam
cirikhasnya suka berseloroh dan bercanda. Beliau meminta supaya rumah dibersihkan dari
sampah dll, karena nanti malam akan hadir para leluhur di antaranya : Panembahan Senopati,
Kanjeng Sultan Agung, Gusti MN IV, YM Sultan Aji M Sulaeman, Ki Ageng Mangir
Wonoboyo, Sri Sultan HB VI dan IX, Bung Karno, Pak Harto,dan Gus Dur. Gusdur minta
nanti malam dibuatkan wedang sereh pake gula batu. Saya tanya,”ngagem jahe mboten Gus?
(Pake Jahe enggak Gus?) Beliau bilang dalam bahasa Jawa ngoko,”…iku lak senengane
Mbah Mangir…sambil termehek, persis sebagaimana kebiasaan beliau sewaktu masih hidup
dengan raganya. Para leluhur yang lain seperti biasa saja, air bening mateng, teh tubruk,
kopi tubruk, jangan lupa wedang jahenya Mbah Mangir ya Le..! Dalam hati saya, gaib
memang sangat jujur dan tak ada yang bohong, dan banyak hal rahasia dunia ini akan lebih
mudah terungkap oleh para supernatural being. Kalau pun ada yang bilang gaib suka menipu,
tentu saja hal itu disebabkan oleh terbatasnya kemampuan spirit kita dalam berinteraksi
dengan gaib atau karena kekeliruan kita dalam memahami eksistensi supernatural being.
Ya…memang benar, Ki Ageng Mangir Wonoboyo alias Mbah Mangir adalah leluhur
penyuka wedang jahe pake gula jawa yang warnanya kuning. Bahkan beliau sering request
jika malam Jumat Legi tiba.
Jika ada pertanyaan,”mengapa leluhur yang raganya sudah mati kok masih minum bahkan
makan? Ya..memang demikian rumusnya, jika para leluhur masuk ke dalam dimensi bumi,
maka akan terkena pemberlakuan rumus bumi atau jagad fisik, dimana semua yang hidup
akan mengalami haus dan lapar, juga sakit. Hanya saja leluhur sudah tidak bisa mati, karena
hukum kematian sebatas berlaku untuk “unsur bumi” yang ada dalam diri kita yakni jasad
atau raga.
Gusdur bilang,”…aku teka mrene mergo bojomu njaluk aku supaya melu ndukung Pak
Bupati…(IN) amargo deweke bisa njejegake soko guru bangsa. Yoh tak dukung Le… (panggil
saya dengan sebutan Le..singkatan dari thole, merupakan sapaan untuk seorang anak muda
atau anak kecil dalam konteks bahasa Jawa. Atau ujang dalam bahasa Sunda, Ucok dalam
bahasa Batak). Gus Dur berseloroh,”…kenopo kok mengundang aku ? Saya jawab,”…Gus
Dur kan salah satu guru bangsa, utawi sesepuh Nusantara yang memahami hakekat atau sejatine urip! Gus
Dur cuma ketawa, lantas sambil berkata, iya, bangsane wis podo edan kabeh…hahaha koyo aku biyen…
hahaha. Gus Dur berkelakar.
Sebelum pamit mau pulang, Gus Dur menyampaikan kalau pertemuan para leluhur besar nanti malam untuk
membahas keadaan negara ini yang semakin genting. Saya sempat tanya,”..Gus…saya dapat info dari seorang
sahabat, pimpinan redaksi media cetak di Jakarta katanya Pak SBY sakit tetapi masih selalu berusaha untuk
tampil di depan publik. Esok harinya, atau kemarin siang (Kamis 23 Februari 2012) saya lihat Pak SBY pidato
di TVRI. Jika penglihatan saya tidak salah, beliau memang tampak menderita gangguan jantung dan liver.
Kasihan juga mungkin stress tidak kuat menghadapi situasi problem negara dan keluarga. Gus Dur hanya
tampak mengangguk saja. Ya..sekali lagi pelajaran berharga dari semua peristiwa ini adalah, gaib dalam hal ini
supernatural being, tak pernah bohong. Selain itu, dari peristiwa di atas kita jadi lebih memahami bahwa Tuhan
ternyata memberikan ruang yang sangat luas bagi manusia dan roh (supernatural being) untuk berusaha.
Selanjutnya…semoga hasil dari pasewakan agung nanti malam, ada yang boleh dishare kepada dulur-dulur
semua di sini. Ruang kosong di bawah ini akan kami lanjutkan untuk share hasil pertemuan nanti malam. Tentu
saja jika beliau-beliau mengijinkan. Salam karaharjan
Tulisan dari ‘SUATU HIKMAH II (Saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan’ Kategori
Saya menyadari jika dalam waktu 3 tahun terakhir ini, para leluhur besar nusantara (yang
saya sebut sebagai kekuatan Supernatural Being) semakin intensif mengadakan pertemuan
untuk membuat suatu rencana besar sambil melakukan suatu tindakan yang nyata untuk
menyelamatkan Nusantara dari kehancuran. Tidak gampang asal mencampuri urusan manusia
yang masih hidup dengan raga. Para leluhur Nusantara ini sangat bijaksana, mengerti kapan
membiarkan generasi penerus bangsa ini sampai terjerembab karena ke-ndablek-an,
kebodohan, keserakahan dan keceroboannya. Para leluhur juga tahu betul bilamana harus
bertindak dan sampai di mana harus bertindak. Bisa saya katakan, leluhur baru akan campur
tangan dalam urusan duniawi bilamana seseorang sudah menyatakan menyerah atau sudah
kepentok (deadlock) tak menemukan jalan keluar lantas teriak-teriak minta tolong. Kecuali
bila memang seseorang selalu menjalin komunikasi, mewujudkan rasa hormat dan
terimakasih melalui berbagai cara dan tindakan yang nyata (tidak sekedar lips service). Hal
ini membuat diri kita lebih dipedulikan.
ROMBONGAN PERTAMA
Minuman alakadarnya terdiri teh tubruk, kopi tubruk, wedang jahe, wedang sereh tersaji di
meja ruang tamu sejak pukul 19.00 malam. Hingga beranjak pukul 00.00 wib barulah tampak
hadir beliau YM Sultan Aji Sulaeman seorang diri tampak ada yang ditunggu. Tak lama
berselang, hadir Bung Karno, Gusti Mangkunegoro IV, kemudian menyusul Ki Ageng
Mangir Wonoboyo dan Ki Jurumartani. Beliau tampak mengenakan pakaian kebesaran dan
identitas masing-masing kecuali Ki Ageng Mangir yang memang kebiasaannya selalu
mengenakan pakaian “wong cilik” zaman dulu dengan tak ketinggalan mengenakan iket
hitam, mirip seperti cirikhas mertua beliau Panembahan Senopati. Namun kali ini Ki Ageng
Mangir tidak tampak membawa pusaka Tombak Baru Klinthing-nya yang terakhir kali
digunakan untuk meredam erupsi Merapi 2010 setelah dianggap cukup (dilanjutkan erupsi
lebih besar dengan tanpa korban 3 tahun yad). Sementara itu Bung Karno tampak
mengenakan jas warna putih dengan empat saku berkancing 5 di depan dan tidak ketinggalan
beliau membawa pusaka tongkat komando. Perbincangan berlangsung agak lama sekitar 30
menit, namun padat, sangat berbobot, dan ada beberapa pesan yang boleh dibagikan kepada
publik. Saat itu pula sepasang burung perkutut di ruang tamu berkicau sahut menyahut
memberi sambutan, menjadi pertanda ada “tamu” yang hadir.
Pukul 00.30 wib hadir beliau Kanjeng Sultan Agung, bersama para leluhur yang lainnya,
termasuk ayah saya (alm) yang telah hidup di alam kehidupan yang sejati sejak tahun 1992.
Tak lama kami terlibat dalam percakapan, kemudian beliau-beliau beranjak pamit, entah akan
berangkat kemana lagi saya tak berani menanyakan. Saya tahu diri jika tak diberi tahu saya
tidak akan lancang bertanya-tanya. Saya memahami beliau-beliau adalah para pembesar di
zamannya masing-masing. Namun YM Sultan Sulaeman & Ki Ageng Mangir Wonoboyo
ternyata memberitahukan kalau rombongan akan pergi “ngidul”. “Ngidul” berarti akan
bertamu kepada KRK di “Kraton Kidul”. Pasewakan agung di “kidul” dapat menjadi tengara
adanya sesuatu yang bersifat urgent untuk dibahas atau akan ada suatu peristiwa besar yang
akan terjadi. Pertemuan-pertemuan besar seperti ini oleh masyarakat lazim dikatakan “sedang
berlangsung pesta di Laut Kidul”. Berlangsungnya “pesta di kidul” kadang menandakan akan
terjadi suatu musibah atau bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Namun ada
yang harus diluruskan. Bukan berarti lazimnya “pesta” sebagai ajang bersenang-senang, atau
pesta karena bersiap akan mencari korban dalam jumlah besar. Ini anggapan yang salah
kaprah. Justru sebaliknya, apa yang sering orang sebut “pesta di Laut Selatan” sebenarnya
merupakan wujud upaya keprihatinan untuk membantu “membukakan jalan” bagi arwah para
calon korban jiwa dari suatu musibah dan bencana. Disebut “pesta” sekedar menggambarkan
berlangsungnya pertemuan besar-besaran di Kraton Kidul. “Pesta” dilakukan sebelum terjadi
musibah atau bencana alam yang akan merenggut banyak korban jiwa, karena para penghuni
dimensi non-fisik telah lebih dahulu mengetahui apa yang akan terjadi di alam dimensi fisik.
Tidak jarang para supernatural power yang ada di dimensi non-fisik membantu meringankan
suatu bencana, bahkan tidak mustahil mampu menunda suatu bencana yang akan terjadi.
Dengan suatu pertimbangan bahwa tidak setiap bencana boleh atau bisa ditunda atau
diringankan. Semua ada faktor pertimbangan prinsip keadilan hukum alam. Ironisnya, karena
keterbatasan pengetahuan bangsa manusia, sebagian orang justru sering menyangka para
supernatural power, atau para penghuni jagad halus tersebut melakukan kejahatan kepada
bangsa manusia.
ROMBONGAN KEDUA
Sepeninggal beliau-beliau, saya baru sadar kok Pak Harto dan Gusdur tidak kelihatan ya?
Apa mungkin saya tidak melihat mereka? Saya beranjak meninggalkan ruang tamu. Namun
tak lama berselang Pukul 01.30 wib di ruang tamu terdengar sayup-sayup ada perbincangan
seru. Saya kembali ke ruang tamu dan melihat ada Pak Harto dan ada pula Gusdur. Hanya
sebentar saja kemudian Gusdur meninggalkan area. Di ruang tamu tinggalah Pak Harto, ayah
mertua, dan beberapa leluhur yang dulu pernah menjadi tentara dan pejuang di era penjajahan
Belanda dan masa perang kemerdekaan, para “tamu” keseluruhannya berjumlah 8 orang.
Tampak mereka sedang asyik bernostalgia masa-masa perang kemerdekaan. Sesekali
terdengar di antaranya melantunkan tembang lawas dan penuh canda tawa. Begitulah
hamparan kehidupan yang letaknya tak berjarak ada di sekitar kita namun teramat luas
ragamnya. Tidak sulit untuk kita saksikan dan pahami jika kita mau lebih terbuka pola pikir
dan mau mengembangkan daya spiritual kita.
ALAM PANGRANTOSAN
Dalam perbincangan rombongan pertama tidak tampak keterlibatan Pak Harto dan Gusdur.
Terlebih lagi berpartisipasi secara nyata sebagaimana yang dilakukan para Supernatural
Power rombongan pertama. Itu disebabkan Pak Soeharto dan Gusdur belum lama wafat.
Terlebih lagi Gusdur belum genap 1000 harinya. Orang yang raganya mati, sukmanya akan
tinggal di rumah selama 40 hari, sebagai proses awal melanjutkan perjalanan menuju dimensi
keabadian. Perjalanan dalam rangka proses perpindahan dimensi ini dalam istilah Jawa
disebut sebagai “alam pangrantosan” atau alam penantian. Sebuah dimensi yang berada di
antara dimensi fisik dan dimensi keabadian. Alam pangrantosan memiliki rentang waktu
bertahap mulai dari 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Setelah 1000 hari sepertinya arwah
belum tentu memasuki dimensi keabadian. Namun yang jelas semakin lama rentang waktu
berjalan, si arwah akan semakin “jauh” perjalanannya menuju dimensi keabadian. Dengan
kata lain arwah semakin mendekati dimensi keabadian. Entah siapa semula yang berhasil
menemukan batasan waktu seperti itu dan kemudian diisi dengan kegiatan ritual selamatan
arwah. Yang jelas si pembuat tahu betul dan sangat cermat mata batinnya sehingga mampu
memahami fakta adanya proses perjalanan arwah yang terjadi pasca kematian raga.
Di alam pangrantosan arwah seseorang belum mampu berbuat banyak untuk membantu anak
turunnya (njangkung & njampangi) orang-oramg yang masih hidup di dimensi bumi atau
alam wadag. Mereka masih dalam rangka menyelesaikan “tanggungjawab”nya. Setelah 1000
hari entah ada berapa langkah lagi hingga si arwah berhasil masuk ke dimensi keabadian.
Sejauh yang dapat saya ketahui dari cerita yang dikisahkan adik kandung saya yang dulu
mengalami keguguran di usia kandungan baru 3 bulan, dan pernah saya saksikan sendiri ada
arwah yang butuh waktu 10 tahun (waktu bumi) untuk berhasil masuk ke alam keabadian.
Ada pula yang 20 tahun, bahkan 100 tahun lebih. Semua tergantung “prestasi” (amal
kebaikan) masing-masing orang sewaktu hidup di dimensi wadag. Saya pernah menyaksikan
sendiri di mana mertua putri saya pada saat wafat, begitu dikuburkan langsung dibawa para
leluhurnya sendiri untuk berkumpul bersama keluarga besar yang lebih dahulu wafat.
Sehingga mertua putri saya tidak melewati tahapan proses di alam “pangrantosan”.
Penjelasan ini dapat menjawab mengapa Pak Harto dan Gusdur belum terlibat langsung
sebagai Supernatural Power ikut menata dan membuat suatu rencana besa atas negeri ini,
sebagaimana yag dilakukan oleh rombongan pertama yang terdiri dari leluhur-leluhur yang
telah wafat selama puluhan hingga ratusan tahun silam. Ya…semua ada timingnya. Tuhan
menggelar hukum alam yang akan bekerja secara otomatis, yang secara mahacermat akan
menentukan seberapa lama arwah seseorang menempuh tanggungjawabnya di alam
pangrantosan. Sejak di alam pangrantosan inilah arwah mulai merasakan “buah” atas apa
yang selama hidupnya ia “tanam”. Setelah memasuki dimensi keabadian, artinya sampailah
pada alam kamulyan atau kemuliaan. Kamulyan banyak sekali derajat atau levelnya mulai
dari kamulyan hingga kamulyan sejati, dan di penghujungnya adalah kasampurnan jati.
Setingkat apa level atau prestasi sang sukma ditentukan oleh dua faktor ; yakni sebesar apa
prestasi kebaikan seseorang selama menjalani kehidupan di dimensi wadag dan faktor
seberapa lama seseorang telah pindah ke alam keabadian. Semakin tinggi level atau derajat
kemuliaan di alam keabadian, akan menentukan semakin besarnya kemampuan untuk
bertindak termasuk dalam rangka njangkung dan njampangi anak turunnya atau generasi
penerusnya yang terpilih dan pinilih. Seberapa lama seseorang wafat, hal itu akan
menentukan pula kemampuan untuk njangkung njampangi keturunannya. Semakin besar
prestasi kebaikan hidup seseorang di dimensi wadag akan mempercepat perpindahan ke alam
keabadian, dan memperbesar kemampuannya melakukan suat tindakan. Bahkan kamulyan
sejati membebaskan seseorang untuk memilih, apakah akan tinggal di dimensi wadag namun
berlaku sebagian rumus bumi, tinggal bersama orang-orang dan keluarga yang lolos seleksi,
ataukah akan tinggal di alam keabadian di mana tidak terkena rumus bumi. Hal ini
menjelaskan mengapa para sedulur dan pembaca yang budiman merasakan leluhur yang
mendampinginya adalah kakek, nenek, dan yang lebih lama lagi misalnya mbah buyut, mbah
canggah, mbah wareng, mbah udek-udek siwur.
PESAN-PESAN
Berikut ini merupakan topik pembicaraan selama para Supernatural Being (leluhur) yang
mempunyai kemampuan sebagai Supernaturan Power sedang berkumpul di ruang tamu pada
Sabtu dinihari. Tentu saja hanya yang diijinkan untuk dishare secara terbuka. Terutama
kepada dulur-dulur yang budiman di manapun berada. Dalam perbincangan malam itu topik
yang utama adalah membahas keadaan negara. Termasuk di dalamnya adalah berbagai
peristiwa alam dan politik yang akan terjadi di bulan Maret 2012. Dan perbincangan soal
pemimpin nusantara hingga 2014. Terutama peristiwa yang baik justru tidak diijinkan untuk
dipublikasi dengan alasan akan dapat mempengaruhi proses alamiah. Mengetahui sesuatu
sebelum terjadi dapat membuat orang berbuat neko-neko, lengah, sembrono, ngenak-enak
berpangku tangan malas berusaha karena sudah tahu sebelumnya toh kelak pada akhirnya
akan “happy ending”. Sikap demikian lah yang justru akan membuat “blueprint” menjadi
meleset terwujud. Sebaliknya jika orang mendapat bocoran akan terjadi suatu malapetaka
atau bencana di waktu yang akan datang, hal itu dapat meredam paling tidak mengurangi
eksesnya karena orang akan menjadi gentur tapane, bersikap lebih hati-hati, tidak sembrono,
eling dan waspada. Baiklah, adapun beberapa hasil perbincangan malam itu yang dijinkan
untuk publikasi adalah sebagai berikut ;
1)
Sejauh yang saya saksikan, hingga sore hari rombongan pertama Supernatural Being yang
pergi ke “kidul” belum pulang juga. Saya tahu dari informasi yang disampaikan oleh “adik”
kandung saya yang ikut rombongan pertama ke “kidul” pulang agak sore mengatakan kalau
rombongannya sampai saat ini masih berada di sana belum pada kundur (pulang). Ini artinya
beliau-beliau membicarakan sesuatu yang sangat penting dan mendesak berhubungan dengan
suatu peristiwa besar yang akan terjadi dan soal nasib bangsa ini yag berkaitan dengan situasi
politik, malapetaka, maupun bencana alam. Terlebih lagi sejak hari Sabtu 25 Februari 2012
hingga hari Minggu tampak fenomena tanda-tanda alam yang tidak baik.
2)
Soal bencana alam, beberapa waktu lalu kami mencoba berusaha semampunya agar ancaman
gelombang besar yang membahayakan penduduk pesisir selatan Jawa Barat dapat dianulir
pada Februari-Maret tahun ini setidaknya dapat berkurang kualitasnya, sukur-sukur dapat
dianulir atau batal terjadi. Tentunya harapan itu selalu ada dalam hati walaupun jika melihat
tanda-tandanya ada pula rasa pesimistis. Namun demikian setidaknya pernah muncul
secercah harapan manakala bulan Januari-Februari lalu kita menyaksikan laut pesisir selatan
dari Pameungpeuk hingga Sukabumi diterjang gelombang setinggi 7 meter hingga
penduduknya mengungsi untuk beberapa hari. Dalam hati, semoga gelombang itu sudah
cukup untuk menggantikan yang sesunggunnya. Maklum saja, pertimbangan manusia
terkadang berbeda dengan pertimbangan hukum kebijaksanaan alam semesta. Secara jujur
dalam hati, kita selalu berharap agar suatu bencana tidak terjadi. Akan tetapi bagi
pertimbangan alam sendiri, bencana alam bisa jadi merupakan suatu koreksi atau “setting
ulang” atas hukum keselarasan dan keseimbangan alam semesta untuk mengembalikan alam
kepada titik harmoni. Jika ada korban, tentu saja alam tak bisa disalahkan. Manusialah yang
seharusnya mengevaluasi diri, kenapa musti merusak tatanan alam, kenapa manusia sekarang
sudah kebangeten, keterlaluan ndableknya hingga tidak mau tahu dan enggan membaca
segenap bahasa alam. Padahal alam sudah bermain secara fairplay. Alam selalu membuat
peringatan dini melalui berbagai pertanda yang selalu muncul sebelum terjadi suatu bencana.
Bahasa alam itu bermanfaat menjadi bahasa simbol adanya peringatan dini, agar supaya
seluruh makhluk dapat mengambil tindakan penyelamatan diri. Saking kebangeten-nya orang
yang jelas-jelas ditunjukkan bukti dan fakta, bahkan dengan mudahnya membaca pertanda
bahasa alam, malah menolaknya dengan suatu alasan yang sangat primitif. Adalah kenyataan,
bahwa bangsa manusia akhirnya harus jujur mengakui telah kalah dengan bangsa binatang
(yang dianggap hina oleh sebagian bangsa manusia). Binatang tahu persis bilamana akan
terjadi banjir besar, gunung meletus, gempa bumi, badai dsb. Sebagai contoh, faktanya kita
sulit menemukan bangkai burung setelah terjadi badai besar melanda suatu kawasan. Burung
yang akrab dengan angkasa, pepohonan tinggi, angin, begitu paham bilamana akan terjadi
badai besar. Burung-burung mampu berlindung di suatu tempat paling aman manakala badai
besar menyapu daratan dan angkasa. Coba saja diamati apakah ada burung yang terjebak
dalam pusaran angin beliung atau badai topan? Jika hendak belajar maka cukup cermati tabiat
sang burung. Jadikan burung sebagai salah satu guru kita. Jangan pernah meragukan
kredibilitasnya, sebab burung pasti mampu lebih jujur dan polos ketimbang bangsa manusia
yang suka macem-macem. Kita semua masih harus lebih waspada akan bencana alam dan
musibah yang akan terus mengintai uat manusia kapan saja. Bahkan bencana alam yang
saling kontradiktif. Banjir bersamaan dengan kebakaran. Hujan badai seiring dengan
kekeringan. Kemarau bersanding dengan banjir besar. Jangan mengira jika musim hujan akan
lebih aman dari kebakaran, atau kemarau akan menutup kemungkinan terjadinya banjir. Siapa
lengah celakalah dia.
3)
Soal kepemimpinan nasional. Faktanya saat ink para leluhur tidak ada lagi yang memberikan
restu kepada penguasa nomer satu (dan dua) di Indonesia saat ini. Jika ada penguasa number
one biarlah mundur dengan alasan kesehatannya terganggu, bukan karena chaos politik yang
sangat berbahaya. Malam itu leluhur justru memberikan “tugas” yang cukup berat agar
menyangga RI-1 supaya bisa bertahan hingga tongkat kekuasaan diestafet kepada RNKPC
alias Condronegoro alias IN yang akan memulai peranannya sebagai SP Pambukaning
Gapura setelah duduk di dampar keprabon RI-2 yang akan ditinggalkan pemiliknya. Kami
tetap memohon kepada seluruh leluhur bumiputra bangsa khususnya yang hadir malam itu
agar supaya tetap berkenan memberikan restu kepada RNKPC alias “Rajanaga” alias
Condronegoro, supaya tetap kuat & mampu menjalani “laku” yang musti ditempuh sebagai
prasyarat untuk memainkan perannya sebagai SP-PG . Restu memang sudah diperolehnya,
manakala ia dipinjami wahyu keprabon sebagai pertanda diperolehnya legitimasi untuk
memimpin bangsa. Namun semua itu belumlah cukup karena masih harus menempuh “laku”,
jika gagal berarti batal pula untuk berperan sebagai pemimpin yang membawa berkah bagi
rakyat dan bumi pertiwi. Tentunya untuk kesuksesan ini juga sangat membutuhkan dukungan
moril dari para pembaca yang budiman. Ternyata tidaklah ringan menyangga sekaligus
menjaganya agar beliau tetap teguh dan disiplin dalam menjalani “laku”. Agar setyo tuhu
kepada para leluhur bangsa. Dan tetap terjagalah alur kepemimpinan dalam aras
NOTONAGORO. SukarNO, SoeharTO, kemudian SP Sumela Atur yang tidak dimasukkan
dalam akronim (Habibie, Gusdur, Megawati). Dilanjutkan oleh SBYudonoNO (Jawa:
YudayaNA). Di era dan di penghujung NA berlangsung GORO-GORO atau geger besar
karena hiruk-pikuknya kecamuk angkara para “Durna” (media massa, lawyer, politisi, calo
politik, legislatif, eksekutif, yudikatif) yang saling mengumbar angkara, mengumbar mulut
melakukan provokasi, menciptakan konflik antar para durjana dan pengkhianat bangsa. Goro
berarti pula jatuh pada CondroneGORO. Jadi ada dua kemungkinan, pertama; jika calon SP
PG gagal menjalani prasyarat, yang akan terjadi adalah goro-goro besar dilanjutkan dengan
hancur-leburnya nusantara yang sangat sulit untuk bangkit kembali, sehingga menyelamatkan
nusantara menjadi pekerjaan yang teramat berat bagi siapapun. Dalam kondisi seperti ini
Indonesia bisa saja menjadi bancakan kekuatan-kekuatan asing yang memang berharap akan
kehancuran Nusantara agar lebih mudah menguasai resources ekonominya. Kemungkinan
kedua ; jika RNKPC alias Rajanaga berhasil menjalani prasyarat “laku”, itu artinya beliau
menjadi NOGOPOSO (nagapasa) yo rojonogo (rajanaga). Naga yang berhasil menjalani
“laku” prihatin akan menjadi Raja Naga. Rajanaga alias CondroneGORO. Memang bukan
pekerjaan mudah, kian hari semakin terasa berat mengingat kondisi politik nasional yang
semakin runyam dan dipenuhi ulah para durjana. Serangan jahat saban hari terjadi secara
bertubi yang dilakukan oleh dukun-dukun ampuh pengabdi uang yang menjadi beking para
durjana berkuasa dan pengincar kekuasaan. Hal itu menjadi salah satu alasan kenapa seorang
calon pemimpin atau negarawan sejati harus berwatak nyatrio dan kuat menjalani “laku”
yang piningit agar supaya terhindar dari hiruk pikuknya angkara para Durna dan durjana.
Lebih baik tapa ngrame (giat bekerja tanpa pamrih kepentingan individu dan parpol),
ketimbang mulut yang rame dan penuh pamrih kepentingan pribadi. Jangan sampai calon SP
keluar dalam daftar jajak pendapat bursa Capres dan Cawapres RI. Kalau calon SPPG sampai
keluar dalam daftar apalagi urutan pertama, dijamin justru akan gagal menjadi SP, karena
tidak lagi piningit melainkan sudah go public. Menjadi badar ngelmune. Malam itu tak ada
pembicaraan khusus soal RI-1 untuk periode 2014. Bung Karno belum ada pilihan secara
pasti. Sementaa Kanjeng Sultan Agung pernah memberikan kesempatan kepada PS jika
beliau mampu menempuh syarat “laku” maka akan mendapat kesempatan mengisi kursi
keprabon RI-1. Namun sampai saat ini beliau belum juga memulainya. Pasca pemerintahan
SBY akan terjadi perubahan formasi kekuatan spirit di mana kursi RI-1 akan menjadi simbol
saja, sementara itu letak kesakralannya ada di RI-2. Paling tidak untuk 1,5 periode ke depan
setelah Nusantara mengalami “format ulang”.
4)
Soal politik. Begitu tabu untuk dibicarakan secara lugas. Banyak yang musti disensor
termasuk soal penyebutan nama tokoh atau aktor politik. Banyak skandal terungkap
bagaimana yang sesungguhnya dan sejujurnya. Dalam dimensi ini tak ada yang bisa
berbohong dan tak ada yang dapat ditutup-tutupi lagi. Siapa saja yang salah dan siapa yang
tak bersalah sangat jelas terlihat. Mayoritas kesaksian para saksi adalah bohong besar. Semua
demi menutupi aktor utama yang jika diungkap di sini tentu para pembaca yang
budiman….tidaklah kaget. Sudah disinyalir jikalau au, as, iwk, am terlibat dan memainkan
perannya masing-masing (berkolusi). Mereka selain menjadi pemain juga berperan sebagai
isolator aktor lain yang lebih penting untuk ditutupi. Sementara itu, KPK yang tampak
memberi sebersit harapan baru setelah terpilihnya ketua baru, namun di dalamnya sengaja
ditaruh dua orang “burisrawa” yang berperan untuk pengurung kebebasan si ketua dalam
tugasnya menindak para pelaku mega koruptor khususnya au. Dua orang itu sebut saja bm
dan bw. Hal itu bukan hal yang mengejutkan publik terlebih lagi jika para pembaca yang
budiman lebih mengoptimalkan daya batin untuk mengamati situasi politik saat ini.
Begitupula kisah seorang ketua yang fenomenal namun kontroversial, di satu sisi mendapat
dukungan untuk tetap bertahan, di sisi lain didesak untuk mundur. Ternyata dibeck-up dari
para sepuh di wilayah Jatim, dan dipandegani sesepuh k.h.n sebagai satu-satunya yang
mampu meraga sukma di antara para sesepuh di sana. Alot sekali mereka bertahan dengan
mengerahkan segala kemampuannya lahir dan batinnya. Tapi toh yang salah tetap harus
seleh. Tak boleh dilindungi. Kita semua tahu bahwa kebenaran akan selalu memenangi setiap
pertarungan. Proses kemenangan kebenaran tak bisa dicegah. Walau perlahan namun pasti
kebenaran selalu mereduksi yang tidak bener. Sehingga sehebat apapun kemampuan untuk
melindungi sang aktor, tetap lah mudah dipatahkan dan dibongkar. Tak perlu heran dan kaget
bila tidak lama lagi sang aktor kontroversial akan lengser dari kursinya. Apalagi di tahun ini
masih terjadi percepatan mekanisme hukum sebab akibat. Sing sopo salah bakal seleh. Tak
bisa lagi ditutup-tutupi dengan uang dan kekuasaan. Seleh atau menerima hukum sebab
akibat atas kesalahan yang dilakukannya tidak harus identik dengan penjara. Bisa berupa
nasib buruk, dipermalukan di muka publik, atau tertimpa musibah dan seterusnya. Jika
sampai meletus huru-hara besar, itu bukan murni konflik horisontal antar kekuatan massa.
Bukan karena harga bbm naik. Juga bukan people power seperti era reformasi. Tetapi lebih
sebagai akibat dari permainan para elit politik yang bertabiat durno dan durjana. Dan para
“pemain” yang memiliki dana besar untuk melakukan mobilisasi massa serta akrobat politik.
Goro-goro sebagai akibat dari pertarungan para durjana yang diprovokasi oleh si durno.
Goro-goro dimaksud sebagai bagian dari proses “format ulang” terhadap “perangkat keras
dan lunak” Nusantara yang telah terjangkit virus secara akut. Jika dilihat masih ada
kesempatan tentunya “format ulang” diupayakan berlangsung secara lunak dan damai. Apa
boleh buat jika hukum alam menghendaki terjadi dengan cara keras. Siapa menabur angin
akan menuai badai. Kekerasan dan kejahatan di negeri ini sudah bersifat sistemik dan
mendarah daging dalam sendi kehidupan masyarakat. Baik yang berkedok kepentingan
ideologi, politik, maupun religi. Moralitas bangsa yang notabene terkesan sok agamis ini
kenyataannya sudah carut-marut dan bangkrut. Seolah tak mungkin lagi untuk diperbaiki
kecuali dengan kehancuran itu sendiri. Jika manusia sudah tidak mampu lagi, biarlah hukum
alam menata dirinya sendiri, para Supernatural Power turut menata Nusantara secara lebih
bijaksana dan powerfull. Nusantara sedang menghadapi persoalan yang sangat kompleks dan
akut. Bagai bola liar meluncur ke dasar jurang dengan derasnya. Bola liar itu tidak akan
memantul kembali ke atas apabila belum menyentuh dasar jurang sebagai titik baliknya. Bila
hukum alam harus memberlakukan terjadi goro-goro tentunya akan menjadi mekanisme titik
balik itu. Bola akan kembali memantul ke atas. Nusantara kembali bangkit setelah terpuruk di
dasar jurang. Musibah yang menjadi anugrah. Yang diupayakan para Supernatural Power
tinggalah meminimkan korban jiwa terutama dari kalangan wong cilik atau civil society.
Yang penting kita semua sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai merasa pesimis,
apatis terlebih lagi frustasi, karena banyak kisah baik yang akan terjadi, banyak pula harapan
besar terhampar di depan sana. Kita songsong dengan semangat dan usaha yang nyata. Jika
kita sulit menemukan orang-orang baik di pusat kekuasaan sana, jika kita sulit berharap
kepada orang lain untuk menjadi baik, maka jadikan saja diri kita sendiri orang baik yang
masih bisa kita temukan saat ini. Menjadi orang baik adalah yang selalu mensukuri hidup
dengan menjadikan diri kita sebagai orang yang mau dan mampu memberikan kehidupan
untuk seluruh makhluk, menjadi orang yang selalu berterimakasih kepada alam yang telah
memberi kehidupan untuk kita, dengan cara menjaga kelestarian lingkungan alam. Prinsip
hidup seperti itu akan membawa kita pada kesadaan kosmologis, yakni menjadi individu
(mikrokosmos) yang selaras dan harmonis dengan irama alam (makrokosmos).
Mengimplementasikan kesadaran itu dalam kehidupan sehari-hari akan membuat hidup kita
selalu menemukan ketenteraman, keberuntungan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan menjadi
pribadi yang memiliki kekuatan dan kesaktian yang sangat dahsyat.
SANG PRABU
Malam sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, pagi buta pukul 05.00 wib rawuh beliau
Prabu Brawijaya V dan Ki Ageng Giring memberikan suatu perintah untuk segera
dilaksanakan pada hari Rabu Pon 29 Februari 2012. Berkaitan dengan konstelasi politik
nasional dan demi nasib yang lebih baik bangsa ini. Cukup berat, berat tenaga berat beaya,
belum lagi masih harus meluangkan waktu di antara kesibukan mencari nafkah dan urusan
publik serta domestik. Tetapi biasanya menjalankan titah supernatural power hanya berat di
awal, jika sudah tiba saatnya untuk dijalankan, segalanya menjadi mudah & ringan.
Barangkali para pembaca yang budiman muncul pertanyaan mengapa Supernatural Power
tidak langsung menjalankan sendiri segala daya upaya dan rencananya? Jawabannya adalah
agar manusia yang masih hidup dengan raga tidak malas bekerja dan keenakan berpangku
tangan menunggu hasil. Yang demikian ini namanya manusia melawan kodrat alias
bertentangan dengan hukum alam. Biarlah manusia berusaha secara nyata untuk merubah
nasibnya sendiri sampai batas maksimal kemampuannya. Leluhur akan menyimak dengan
cermat, jika keliru maka ditegurlah kita. Jika manusia berusaha maksimal namun belum juga
berhasil, maka Supernatural Power barulah turun tangan langsung. Namun pabila manusia
terlalu ndablek dan bebal, Supernatural Power akan membiarkan manusia jatuh terjerembab
ke dasar jurang agar ia sadar dengan sendirinya. Mungkin ada yang berfikir bagaimana agar
kita diperhatikan oleh para leluhur ? Caranya mudah. Jadilah orang yang peduli kepada
leluhur, para leluhur bumiputra perintis bangsa, para leluhur kita sendiri. Peduli kepada nasib
bangsa. Dan jadilah orang yang selalu topo ngrame, mensyukuri kehidupan sebagaimana
telah saya kemukakan di atas. Sebaliknya jika kita cuek atau malah menganggap leluhur
sebagai dedemit, hal itu akan membuat leluhur ogah untuk menghampiri atau mempedulikan
nasib kita. Semakin kita sukses menghayati nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari, selaras
dan harmonis sebagai manusia dengan kesadaran kosmologis. Hal itu menjadikan leluhur
semakin peduli dengan diri kita. Semakin bagus kualitas dan kuantitasnya akan semakin
memperluas tingkat kepedulian para Supernatural Power terhadap diri Anda. Anda akan
semakin mendapat kepercayaan oleh para leluhur untuk mengemban suatu tugas. Anda
menjadi generasi penerus yang pinilih (berkualitas tinggi) dan terpilih. Pada level ini jangan
khawatir soal rejeki, karena akan selalu ada jalan kemudahan yang selalu mengiringi
sepanjang perjalanan hidup Anda. Alam semesta akan selalu mencukupi rejeki bagi Anda
yang menjadi pribadi berkesadaran kosmologis. Bahkan akan mencapai pada level di mana
Anda bukan mencari uang lagi tetapi dicari oleh uang. Kuncinya sederhana berbuatlah secara
konkrit terlebih dahulu barulah kemudian mendapatkannya. Tanamlah pohon, kemudian
rawatlah sebaik-baiknya, esok hari akan mendapatkan buahnya, tak perlu menunggu setelah
pindah dimensi.
Peristiwa-peristiwa seperti di atas sangat saya sukuri karena banyak sekali pelajaran berharga
yang tidak diketemukan di rak buku perpustakaan. Semakin kita sukuri dan kita terima
sebagai hikmah kehidupan akan semakin sering kita alami berbagai peristiwa yang penuh
dengan makna. memang terkadang ada rasa ingin tahu atas berbagai dugaan kesalahan di
masa hidupnya, lantas kita ingin sekali mengorek keterangan dari para leluhur untuk
mengetahui kebenarannya. Namun dengan kerendahan hati, saya tak berani mengusik
ketentraman para Supernatural Being yang tampaknya sudah nyaman di alam yang abadi.
Saya tak ada keberanian untuk mengorek masalah pribadi atau suatu kesalahan yang
sekiranya dilakukannya di masa hidupnya. Walau sekedar untuk crosscheck. Apalah diri saya
di hadapan beliau-beliau. Saya masih berpegang pada asas manfaat dan kepantasan. Jika
beliau merasa berkenan dan penting untuk disampaikan biasanya tanpa diminta pun leluhur
sudah tahu apa isi hati dan pikiran kita. Jikalau memang ada kesalahan biarlah hukum alam
semesta sendiri yang memberikan sanksi atas segala kesalahan di masa lalunya. Toh beliau-
beliau telah melewati proses pengadilan selama di alam pangrantosan. Jika kita sudah
percaya bahwa seorang hakim adalah jujur dan adil, maka kita tak perlu menanyakan kepada
seorang narapidana apakah benar dia melakukan pelanggaran hukum. Jika kita percaya
hukum alam (tuhan) bersifat maha adil maka kita tak perlu menanyakan lagi apakah putusan
hakim alam semesta sudah berlaku adil kepada para leluhur. Ini sekedar share soal etika
manakala kita mendapat kesempatan untuk melanglang jagad ke dimensi lain. Etika ini juga
menjadi salah satu syarat agar supaya seseorang mampu meraga sukma. Pelurusan sejarah
memang sangat penting dilakukan, terutama fitnah yang sudah menjadi kekeliruan sejarah.
Sejarah yang diluruskan pun haruslah signifikan dengan asas manfaat terutama perubahan
nasib bangsa di masa yang akan datang. Karena kehancuran suatu bangsa akan dimulai
apabila generasi mudanya sudah salah kaprah memahami sejarah dan tidak mau tahu dengan
sejarah bangsanya sendiri. Sebagaimana seorang dokter melakukan kesalahan saat
mendiagnosa penyakit, obat yang diberikan tentu akan salah pula. Untuk hal ini leluhur jauh
lebih tahu mana saja fitnah dan sejarah yang harus duluruskan. Mana pula hal-hal tabu yang
tak perlu lagi dikuak. Leluhur juga lebih waskita memilah mana saja peristiwa futuristik yang
harus dikoreksi, mana pula yang harus dibiarkan berjalan sebagaimana mestinya. Semua tetap
pada asas kepantasan dan manfaatnya yang berprinsip pada keselarasan dan harmonika alam
semesta. Semoga bermanfaat, salam karaharjan
RAHASIA JANIN
Melanjutkan kisah Rahasia Di Balik 40 Hari pada thread terdahulu,
kali ini saya ingin berbagi pengalaman berhubungan dengan rahasia dan apa yang terjadi
dengan janin selama “bertapa” 9 bulan berada di dalam goa garba (rahim) ibu. Pengalaman
ini kiranya perlu saya sampaikan dengan harapan dapat diambil manfaatnya. Terutama bagi
saudara-saudara, para pembaca yang budiman yang selalu membuka pikiran dan hati untuk
menggali wawasan yang lebih luas lagi. Anggap saja tulisan saya ini sebagai tantangan bagi
para ahli medis untuk melakukan penelitian sebagai upaya pembuktian. Sejak terjadi
pembuahan oleh sel sperma terhadap sel telur, sejak itu calon janin segera membutuhkan
makanan yang diperolehnya melalui penyerapan sari makanan dari ibunya. Selanjutnya janin
atau embrio yang berusia 40 hari sudah memiliki ruh atau sukma. Hal ini tentunya agar dapat
dijadikan paugeran para dokter kandungan atau anak, serta siapapun bila ingin melakukan
tindakan medis seyogyanya dapat menjadikannya bahan pertimbangan. Sebab bila sampai
terjadi resiko kematian –apalagi bila dilakukan secara sengaja– sejak janin menginjak usia 40
hari, konsekuensinya sama halnya anda melakukan pembunuhan terhadap orang dewasa.
Jika hal itu terjadi karena suatu halangan atau ketidaksengajaan, tentunya perlakuannya
seperti halnya memperlakukan kematian seseorang pada usia dewasa atau tua. Dilakukan
segenap upacara penyempurnaan arwah, memberikan nama, dan tidak lupa melaksanakan
selamatan hingga 1000 hari akan jauh lebih baik.
Lebih dari itu sejak usia 40 hari janin akan memerlukan suplai makanan pokok berupa
sperma dari suami. Dalam ilmu pengetahuan Jawa kuno terdapat nasehat, “..orok iku kudu
“disirami” supaya slamet kabeh sak jabang bayine. Dahulu sebelum saya pernah
“menyaksikan” sendiri, saya belum mampu memahami apa arti dari kalimat pepeling di atas.
Bahkan sebaliknya, dominasi rasio saya dengan serta merta menyangkal, dan
menganggapnya sebagai kalimat sekedar bermakna basa-basi dan hanya gugon tuhon, ela-
elu, dan tidak mempunyai dasar yang kuat. Nah, setelah pengalaman spiritual yanng saya
alami berlangsung, barulah mengerti apa maksud disirami. Ternyata tidak lain untuk
membahasakan kegiatan hubungan suami istri sebagai bentuk memberi makan kepada si
jabang bayi dalam kandungan ibu. Dalam kesadaran ini hubungan suami istri tidak saja
sebagai pemenuhan nafkah batin atau psikhis maupun biologis, lebih dari itu sebagai
tanggungjawab sang ayah memenuhi nafkah biologis (dan juga psikhis) bagi sang janin,
yakni suplai makanan berupa air mani dari sang ayah. Mungkin bagi sebagian para pembaca
hal ini dianggap aneh dan mengada-ada. Namun apakah anda memiliki argumen untuk
menyanggahnya ? Jika mengabaikan pun resikonya hanyalah seperti yang akan saya
paparkan pada alinea di bawah.
Sumber Makanan
1. Ibu; sumber makanan dari ibu berfungsi menopang pertumbuhan dan kesehatan janin atau
embrio. Namun pertumbuhan embrio dan kualitas kesehatan masih tergantung pula pada
kualitas suplai makanan untuk embrio. Kualitas suplai makanan dari ibu tentu saja sangat
tergantung oleh kualitas makanan yang dikonsumsi ibunya. Maka sebaliknya semakin buruk
kualitas makanan yang dikonsumsi ibu akan berpengaruh besar pada kesehatan dan
pertumbuhan embrio. Jika suplai makanan ke embrio sangat terganggu misalnya karena si ibu
sakit berat, resikonya dapat mengakibatkan kematian pada janin.
2. Bapa : sumber makanan embrio selain dari ibu juga diperoleh suplai makanan dari
ayahnya berupa sperma. Lantas apa akibatnya jika janin tidak mendapatkan suplai makanan
dari ayahnya yang berupa air sperma. Tentu tidak beresiko terjadi kematian pada janin.
Namun kita ketahui bahwa sperma memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, selain
bermanfaat untuk kesehatan janin lebih dari itu berfungsi membangun kecerdasan otak. Jika
kondisi bayi terdapat diagnosa kurang sehat, lemas, kecapaian, dsb embrio perlu protein
tinggi untuk mengembalikan stamina. Dalam kondisi embrio demikian hendaknya justru
suami-istri melakukan hubungan agar janin cepat pulih (recovery). Hal ini justru sering
dihindari oleh pasangan jika mendapati janin kurang sehat sehingga memperbesar resiko
keguguran atau kematian janin. Silahkan anda membuktikan sendiri. Dari keadaan di atas,
saya bisa mengambil kesimpulan sementara bahwa kasus-kasus hamil di luar nikah dan
ditelantarkan oleh pihak laki-laki/pasangannya biasanya janin yang akan lahir dengan
mengalami berbagai masalah seperti misalnya daya pikir rendah hingga cacat. Bisa jadi hal
itu menimpa pasangan resmi, misalnya bagi yang mempunyai kendala teknis untuk
berkumpul dan melakukan hubungan suami-istri selama masa kehamilannya. Bisa disebabkan
oleh perpisahan jarak yang cukup jauh, intensitas bertemu atau berhubungan suami istri yang
jarang terjadi, atau ketakutan melakukan hubungan disebabkan masalah kesehatan atau
kurangnya informasi tentang pendidikan dan informasi kesehatan janin. Resiko tersebut dapat
terjadi dari kasus yang paling ringan hingga paling berat seperti berikut :
Hal itu masih berkaitan erat dengan kondisi mental kejiwaan dari sang ibu selama hamil. Jika
mengalami tekanan batin terus menerus secara mendalam selama masa kehamilan, akan
membuka resiko timbulnya masalah dan cacat pada bayi. Bagi para pembaca yang memiliki
latar belakang ilmu medis terutama pendidikan dokter atau dokter spesialis anak, silahkan
memberikan input dengan segenap argumen yang ada. Saya pribadi sangat terbuka kritikan,
dan silahkan dibuktikan melalui penelitian ilmiah agar dapat terbukti kebenarannya. Bahwa
bayi selama masa di dalam kandungan ibu akan mengkonsumsi sperma dari ayah/pasangan
hidup si ibu.
Kehamilan merupakan peristiwa sakral yang dialami oleh ibu, janin dan ayahnya. Kehamilan
dianggap sebagai “laku” tapa brata, mengendalikan nafsu terutama yang bersumber dari
indera mata, telinga, hidung, dan mulut. Pada saat menjalani kehamilan harus ada
kekompakan antara suami dan istri. Pasangan harus menghindarkan diri dari percekcokan,
tengkar mulut, bergunjing, menyakiti hati orang lain.
Saat kehamilan merupakan “laku” prihatin yang berat terutama bagi istri dan juga suami.
Seluruh organ tubuh si ibu semua turut menjalani prihatin, gentur laku. Betapa tidak, karena
organ tubuh harus bekerja dua kali lipat untuk menopang kehidupan tubuhnya sendiri dan
tubuh si jabang bayi. Jantung bekerja untuk memompa dua sirkulasi darah. Paru-paru
digunakan untuk memompa udara agar tersebar ke dalam dua tubuh. Protein, vitamin,
karbohidrat semuanya harus dibagi menjadi sumber hidup dua kehidupan. Kandungan
kalsium ibu akan berkurang banyak (terutama jika mengandung bayi laki-laki), bahkan harus
mengorbankan gigi-gigi dan tulang sang ibu untuk merelakannya menjadi keropos.
Rambutpun menjadi kurang suplai makanan. Ibu harus rela berbagi kalsium atau zat kapur,
pigmen, dan vitamin sehingga berakibat terjadinya kerontokan rambut yang parah. Enzim dan
hormon ikut diperas untuk konsumsi si embrio sehingga sering menimbulkan guncangan
emosi, stress dan depressi yang dialami ibu hamil maupun pasca melahirkan bayi. Di saat
melahirkan, ibu masih harus berjuang meregang nyawa untuk mempertahankan kehidupan
baru, yakni si jabang bayi sebagai generasi penerus kehidupan. Selama menempuh “laku
prihatin” itu semua, si ibu tak boleh menggerutu, ngedumel, grenengan, sebagai pertanda
ikhlas dan ketulusannya. Penderitaan dan keprihatinan yang mendalam yang dilalui dengan
tulus akan mendatangkan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa, merubah ucapannya menjadi idu
geni. Apa yang dimohon dalam doa mudah terwujud (makbul). Apa yang dikatakannya
mudah numusi (tijab).
Tugas suami adalah memberikan kasih sayang yang lebih, merawat, siap melayani 24 jam.
Suami harus menciptakan suasana yang nyaman, tenteram dan aman agar diperoleh
ketenangan lahir batin. Siang malam ibu bapa berdoa mohon keselamatan jiwa dan raga,
untuk si jabang bayi, si ibu, dan keluarganya. Itulah sebabnya, jika wewaler dan pepeling
tersebut apabila bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka sudah menjadi keadilan
Tuhan jika masa-masa kehamilan akan disertai berkah dan anugrah agung untuk keluarga.
Hanya saja, dibalik tijabnya perkataan (idu geni) ternyata berlaku untuk semua perkataan
yang keluar dari mulut. Baik istri maupun suami harus eling dan waspada selalu menjaga
tabiat, perbuatan dan ucapannya agar melakukan hal-hal yang sebaik-baiknya. Karena sifat
idu geni berlaku untuk kalimat dan kata-kata yang baik maupun yang buruk. Jika yang keluar
dari mulut selalu perkataan baik, jika terjadipun merupakan hal yang baik. Sebaliknya jika
yang terucap dari mulut merupakan perkataan kotor, jorok dan buruk akan sangat berbahaya
jika numusi untuk si jabang bayi dan diri sendiri. Maka terdapat larangan (ora ilok atau
pamali) jika bertingkah dan mengatakan hal-hal yang sifatnya buruk, misalnya bergunjing,
memaki, dan mencela orang lain, bahkan mencela serta menyakiti binatang pun tidak boleh
dilakukan. Sampai-sampai saat istri hamil, si suami tidak boleh melakukan sendiri
menyembelih ayam atau kambing sekalipun untuk suatu keperluan dan acara.
Contoh Kisah
Sewaktu saya masih duduk di bangku kelas 1 SD saya pernah diajak piknik ke kebun
binatang Gembiraloka, saat itu kami pergi bareng-bareng nyewa andong bersama para
tetangga. Satu di antara tetangga ada yang tengah hamil. Saya menyaksikan sendiri dia
orangnya kurang bisa menjaga mulut. Saat di kebon binatang melihat seekor anak gajah yang
matanya buta satu karena cacat bawaan lahir. Tetangga saya yang sedang hamil sambil teriak-
teriak dalam bahasa Jawa kasar,”…itu lihat matane gajah sisih tengen picek siji…gajah ko
picek !!. Lalu di lain tempat sedang nonton induk gorilla yang kebetulan kaki kirinya agak
kecil sebelah karena cacat. Induk gorilla itu berjalan tertatih pincang / dengklang. Tetangga
saya yang hamil berteriak-teriak lagi dalam bahasa Jawa kasar, “…iku delengen, munyuke
sing ireng kuwi pincang cokore kiwo. Mulane mlakune semper…lucu hihihi !!”. Selang 3
bulan kemudian, tetangga saya melahirkan bayi laki-laki. Namun ada hal yang sangat
mengejutkan, ternyata bayi laki-lakinya mengalami cacat fisik mata sebelah kanannya buta
permanen, sedangkan kaki sebelah kiri yang tadinya tampak normal, namun setelah usia 8
tahun barulah disadari kaki sebelah kirinya tidak berkembang, alias menjadi kecil sebelah dan
jika berjalan pincang hingga saat ini.
Kisah di atas hanya satu contoh saja, sebenarnya masih ada beberapa contoh lain, dan juga
contoh yang sahabat saya saksikan sendiri. Namun bukan tujuan saya untuk melakukan
penelitian dan mengharuskan anda percaya sepenuhnya. Saya pribadi cukup bersikap yang
antisipatif, harus selalu eling waspada apalagi pada saat istri sedang hamil. Deskripsi di atas
kiranya dapat dijadikan pepeling bagi yang masih ngugemi paugeran. Maka orang-orang
apabila melakukan sesuatu yang kurang baik, walau secara tak sengaja atau terpaksa, sering
sambil berkata,”…amit-amit jabang bayi…!” hal itu dimaksudkan sebagai sikap hati-hati dan
selalu mewaspadai akan segala ucapan dan perbuatan kita yang kurang baik, jangan sampai
mengalami akibat buruk gara-gara keteledoran kita kurang mampu mengendalikan nafsu.
Untuk itu, dalam adat Sunda, Tana Toraja, Bali, Minang, Bugis, dst terdapat berbagai tradisi
selamatan. Khususnya di Jawa terdapat berbagai selamatan selama ibu pada masa-masa
hamil. Misalnya acara selamatan 4 bulan dengan membuat bancakan biasa dengan bumbu
urap tidak pedas, kemudian mitoni atau selamatan 7 bulan (untuk yang hamil pertama) dan
selamatan saat hamil anak yang ke tiga (medeking). Semua ditujukan sebagai upaya
memohon keselamatan lahir dan batin kepada Tuhan, baik untuk keselamatan ibu serta si
jabang bayi.
Tulisan ini saya persembahkan untuk saudara-saudara semua di sini, para pembaca yang
budiman, dengan harapan bisa memberikan sedikit manfaat bagi anda atau istri anda yang
sedang menjalani masa-masa kehamilan. Dengan harapan semoga diberikan kesehatan,
keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan lahir dan batin. Semoga buah hati kelak menjadi
orang pinunjul, linuwih, hambeg paramarta lakutama, saget mikul dhuwur mendhem jero
dumateng tiyang sepuh, lan migunani tumrap ing sesami. Salam kasugengan, rahayu,
karaharjan, sentosa, widodo nir ing rubeda, kalis ing sambekala. sabdalangit
Sebut saja misalnya, peristiwa AIR MATA BERLIAN yang terjadi pada seorang gadis asal
Sumedang. Di mana matanya sudah mengeluarkan lebih dari seratus berlian antara 1/4 hingga
1/2 karat berwarna putih bening, kristal, bahkan beberapa di antaranya berwarna kebiruan,
kehijauan dan merah muda transparan. Gadis itu sempat berkisah kepada salah satu tv swasta
bahwa neneknya lah yang memberi berlian. Keterangan itu dia dapatkan melalui mimpi yang
terjadi sebelum peristiwa itu terjadi.
Tujuan saya menulis di sini, tidak lain untuk menanggapi keterangan tersebut. Karena
beberapa pihak masih penasaran dengan peristiwa yang terjadi pada gadis asal Sumedang itu.
Tak perlu kagetan dan gumunan. Bisa pula dari peristiwa itu menjadikan pelajaran buat kita
semua, jika memang benar dihadiri neneknya dalam mimpi, hal itu bisa menegaskan bahwa
leluhur masih dapat melakukan banyak hal untuk berinteraksi dengan anak turunnya yang
masih hidup dengan raganya di dimensi bumi. Dan peristiwa semacam ini sangatlah biasa dan
wajar dialami banyak orang. Tentu saja leluhur yang mampu melakukannya termasuk leluhur
yang sewaktu hidupnya mempunyai prestasi cukup bagus yakni hidupnya berguna untuk
banyak orang, bahkan untuk makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan lingkungan
alam. Dengan kata lain, orang-orang yang mampu memberikan kehidupan kepada seluruh
makhluk, welas asih dan sangat berhati-hati dalam berucap dan bertindak agar supaya tidak
menyakiti hati orang lain. Lantas dari mana berlian itu berasal. Seeprti yang saya
garisbawahi, berlian itu tidak lain adalah milik neneknya ata leluhurnya sendiri. Karena
leluhur dapat menyimpan benda-benda berharga seperti benda pusaka, emas dan berlian,
dengan tujuan kelak akan diwariskan atau diturunkan kepada anak cucu keturunannya yang
terpilih dan pinilih. Maka tidaklah mengherankan jika di antara para Pembaca yang budiman
pernah mengalami peristiwa yang hampir sama, dengan tulisan ini saya berharap dapat
menambah luas wawasan dan pemahaman. Dengan suatu harapan kita semua jangan pernah
mensia-siakan warisan benda-benda berharga (pusaka) dari para leluhur kita, termasuk bumi
pertiwi, lingkungan alam, dan nusantara tercinta tempat di mana kita menyandarkan hidup.
Leluhur memiliki beragam cara untuk mewariskan benda-benda pusaka dan harta benda
berharga yang diwariskan kepada anak cucu keturunannya. Ada yang melalui mimpi dituntun
menemukan suatu tempat di mana benda itu disimpan. Ada pula yang diberikan secara
langsung melalui media yang bersifat senyawa misalnya diberikan berlian melalui air mata,
keris melalui tanah, kedigjayaan melalui air dan angin, kewaskitaan batin melalui getaran
rasa, obat-obatan melalui tumbuhan, dan berbagai unsur bumi. Dari pemahaman yang tepat
akan segala macam peristiwa dan fenomena alam itulah kita dapat benar-benar memahami
keagungan Sang Jagadnata. Salam sih katresnan untuk seluruh pembaca yang budiman,
dimanapun berada, apapun suku dan keyakinannya.
sketsa : oil painting by sabdalangit
Prakata
Nah, guru saya sesungguhnya bukanlah mahluk yang teristimewa, bukan pula mursyid, bukan
pula ahli dakwah, ahli politik, ahli hukum, ahli ekonomi, dan ahli-ahli yang lain. Saya tidak
membatasi kepada mereka semua, bahkan saya menyatakan diri sebagai murid dari ragam
bangsa binatang yang ada di planet bumi ini. Saya juga murid dari ragam tetumbuhan yang
ada di sekitar kita maupun di hutan belantara sana. Penulis menilai bangsa-bangsa itu sebagai
guru yang polos apa adanya, tak pernah berpamrih, dan mereka bangsa paling jujur di planet
bumi. Tak luput pula, saya banyak belajar dari kehidupan bangsa lelembut, ragam titah gaib
sama-sama mahluk hidup penghuni jagad raya. Namun saya juga tak akan sungkan untuk
berguru kepada para pembaca di sini, kepada kawan, sahabat, handai taulan, keluarga, orang-
orang terdekat, bahkan berguru kepada orang yang sekiranya membenci saya.
Saya menyadari, sikap “gengsi menjadi murid, dan bangga menjadi guru”, hanya membuat
perkembangan ilmu pengetahuan mengalami stagnasi, karena tanpa disadari sudah merasa
nyaman berada di dalam penjara kebodohan. Lebih baik sibuk menjadi murid di sana-sini
daripada sibuk menggurui siapa saja di mana-mana. Seorang murid wajar bila dianggap
bodoh, lain halnya jika seorang guru. Saya tetap enjoy berguru kepada seseorang sekalipun
oleh orang lain dinilai bodoh. Bukankah setiap diri kita memiliki pengalaman hidup yang
berbeda dan beragam..?! Perbedaan dan keragaman pengalaman hidup masing-masing orang
justru dapat menjadi guru yang baik bagi orang lain. Apakah sesungguhnya arti belajar ? Bagi
saya pribadi, belajar pada prinsipnya merupakan transformasi informasi mengenai fakta
kehidupan yang berbeda dari apa yang telah kita ketahui sebelumnya. Jika mau belajar,
belajarlah kepada heterogentitas fakta kehidupan supaya kita menyadari segala sesuatu yang
ada di luar diri. Belajar pada homogentitas dan informasi yang telah kita peroleh sebelumnya
sama halnya sekedar kegiatan menghafal. Belajar hidup bukanlah sekedar menghapal lalu
mengucap secara repetitif hapalannya, melainkan setiap saat mencari informasi kehidupan
yang belum kita ketahui untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Itu
baru disebut manusia Jawa : jiwa kang kajawa atau Jawi : jiwa kang kajawi. Yakni
mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah dipahami.
Alam semesta ini menjadi indah manakala kita saksikan adanya kebersamaan di atas
keberagaman di antara mahluk penghuninya. Homogentitas hanyalah merupakan bagian yang
melengkapi heterogenitas jagad semesta. Dengan kata lain homogenitas adalah unsur dasar
yang membentuk keberagaman atau heterogenitas. Dan di atas keberagaman terdapatlah nilai
yang bersifat universal. Jadi siapapun yang mengingkari dan menolak keberagaman serta
perbedaan, sungguh ia telah melawan kodrat atau hukum alam. Kesadaran seperti ini haruslah
kita tanamkan jauh di dalam mindset kita. Dengan adanya kesadaran akan prinsip-prinsip
hidup di atas dapat membawa kita untuk menghindari sikap “3G” yakni sikap golek menange
dewe, golek butuhe dewe, dan golek benere dewe. Konotasi 3G sebagai gambaran nyata pola
pikir dan pola perilaku hidup yang jahiliah, menolak kebenaran faktual. Perlu digarisbawahi,
bahwa sikap tidak soleha lebih tepatnya adalah sikap yang tak selaras dan harmonis dengan
hukum keseimbangan alam.
Telah terbit buku “Angkingan for the soul” buku episode pertama Ki Sabdalangit dengan
judul Menjemput Keajaiban. Episode pertama ini merupakan kumpulan beberapa tulisan Ki
Sabdalangit yang diambil dari blog yang dikelolanya kemudian beberapa tulisan yang senada
dikelompokkan ke dalam satu tema. Jika dibandingkan dengan posting yang terdapat di blog
tentu saja isi buku banyak perbedaan karena terdapat banyak tambahan pada artikel dan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan para sedulur pembaca blog. Selain itu banyak pula
tambahan-tambahan berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini belum
sempat dijawab oleh penulis. Di dalam setiap karyanya, penulis berusaha membumikan
bahasa agar lebih mudah dipahami oleh berbagai lapisan sosial masyarakat. Pembaca dapat
menikmati tulisan yang terasa mengalir menuntun suatu kesadaran pada level yang lebih
tinggi lagi. Sayang sekali jika melewatkan buku Menjemput Keajaiban, karena di dalamnya
terdapat hal-hal baru yang mengungkap misteri hidup dan kehidupan, yang mungkin sangat
berbeda dengan mindset orang pada umumnya.
Wilayah Yogyakarta :
Wilayah Jabodetabek :
Wilayah Semarang :
Tlp. 081-3232-4242-6
Wilayah Bandung-Cimahi :
Wilayah Bekasi :
Wilayah Banten :
Wilayah Cirebon :
Wilayah Surabaya :
Wilayah Lampung :
Wilayah Bali :
Wilayah Kalsel :
PERINGKAT 10 BESAR
Inilah wajah paling wajar geopolitik nusantara 2009. Yang tadinya nampak
sangat lantang perkasa, terbukti bagaimana? Yang tadinya terkesan lemah,
dihina kini seperti apa ? Yang tadinya bagaikan PAHLAWAN KESUCIAN
nasibnya seperti apa ? Yang tadinya berkoar penegak MORAL, kini terpuruk
seperti apa ? Rakyat terlalu pandai untuk dibohongi, terlalu kuat untuk
dizolimi, terlalu arif untuk dikibuli. Sebuah keluguan bukan pada kenaifan dan
kejujuran, namun LUGU dalam KECULASAN. Dan itu bukan terjadi pada rakyat
kecil yang naif, namun justru dilakukan sebagian “pembela rakyat” yang
berlagak pintar. Semua partai berlomba memperbaiki bangsa. Berlomba
menjadi jawara, memimpin menjadi yang terdepan. Namun semua itu,
siapapun yang menang dan kalah bukanlah hal penting. Ada yang lebih utama
mengatasi semua kepentingan golongan, kepentigan partai, kepentingan kelas
sosial, kepentingan suku dan agama, bukan juga kepentingan mayoritas.
Bukan lain yakni kepentingan bangsa, kepentingan nasional terletak di atas
semua kepentingan tersebut di atas. Bangsa adalah seluruh rakyat meliputi
semua agama, kepercayaan, budaya, suku, golongan, kelompok. Namun
bangsa itu tetap satu, yakni Bangsa Indonesia.
Jika keduanya tetap dilakukan, niscaya kerja keras dan perjuangan semua
akan sia-sia menjadi malapetaka besar menimpa bangsa tercinta.
NAMUN
SANG PUSAKA MERAH PUTIH
NASIONALISME
PANCASILA
BHINEKA TUNGGAL IKKA
MENJADI PUSAKA “GAIB” YANG SAKTI
SEBAGAI ROH BAGI BUMI PERTIWI
NAFAS HIDUP DAN JIWA YANG ABADI
TIDAK HANYA MENDARAH DAGING
NAMUN SUDAH MERASUK
KE DALAM TULANG & SUNGSUM
SEBUAH PEMBELAJARAN
BERULANG-KALI TERJADI
SIAPA YANG TERLALU “KANAN”
ATAUPUN TERLALU “KIRI”
PASTI AKAN RUNTUH, HANCUR MELEBUR
MENJADI BUKTI YANG TAK BISA KITA PUNGKIRI
DAN TAK AKAN TERGOYAHKAN
DARI DULU, KINI, DAN MUNGKIN…SELAMANYA
PELAN NAMUN PASTI
NUSANTARA KEMBALI KEPANGKUAN
IBU PERTIWI
POLUSI ASING AKAN TERREDUKSI
ANASIR BURUK AKAN TERPURUK
SEGELINTIR ORANG SOK SUCI AKAN MATI
“KUNTUL YANG BERKUCIR” AKAN NGACIR
Like this:
70 komentar
wasalam
=============
Ya Mas Henriks…agama apapun tidak akan laku “dijual” utk meraih suara.
Memang agama menjadi salah satu landasan moral, namun seyogyanya agama
jangan dijadikan alat dan senjata politik. Sudah terbukti sejak dari zaman orla dan
orba bahkan lebih terbukti di saat orde reformasi, siapa yg memperalat agama
akan ngunduh wohing pakarti.
Rahayu
MISTERI DI BALIK MERAPI
Tampilnya satriyo baru, tentu membawa konsekuensi turunnya “satriyo” lama “di tengah
jalan”. Musti bagaimana lagi, jika seorang “satriyo” sudah tidak disengkuyung oleh para
leluhur besar dan para gaib bangsa ini, karena tiada menghargai kearifan lokal, tidak
menghargai pusaka nusantara. Itu sama saja tidak berbakti kepada bangsa dan para leluhur
besarnya sendiri. Alias menjadi generasi yang durhaka. Tentu saja akan selalu membawa
musibah dan bencana berkepanjangan tiada berhenti. Ibarat seseorang yang sakit parah,
sembuhnya kalau sudah mati. Maka, musibah dan bencana baru akan reda jika sang satriyo
lama itu telah lengser keprabon. Dengan penuh maaf. Apa adanya terpaksa harus saya
sampaikan.
Jumat Legi sore, ditemani 2 orang abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kami naik
ke puncak Merapi dalam cuaca hujan sangat lebat dan berkabut. Benar saja, gunung paling
aktif di dunia itu seolah memberikan jeda tidak bergolak. Walau masih terasa saat tanah
bergetar akibat gerakan magma dari dalam perut bumi. Kabar dari posko Merapi saat itu
statusnya pun ternyata turun menjadi waspada. Gunung Merapi mirip dengan makhluk hidup,
kali ini bagaikan anak kecil sedang merengek lalu tiba-tiba diam karena mendapat makanan
kesukaannya. Selesai acara labuh, hingga Sabtu siang tanggal 16 Oktober tiba-tiba Merapi
seperti mendapat komando, mulai bergolak lagi dengan 246 kali gempa vulkanik. Hari
minggu statusnya naik kembali menjadi siaga, lalu seminggu kemudian statusnya naik
menjadi awas. Perubahan status Merapi yang sangat cepat dan belum pernah terjadi selama
ini.
Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap wilayah, atau lingkungan alam, memiliki tata dan
cara masing-masing. Beda masyarakat, berbeda pula adat istiadat, tradisi, dan budayanya.
Itulah makna kearifan lokal, yakni nilai luhur hasil interaksi manusia dengan lingkungan
alamnya yang kemudian melahirkan kearifan dan kebijaksanaan. Sehingga di dalam nilai
kearifan lokal (local wisdom) terkandung kesadaran akan jati diri suatu bangsa. “Jati diri”
yang meliputi karakter geografi, geologi, dan karakter sosialnya. Bagi siapa yang lebih
memahami “jati diri” tersebut, seseorang dapat bersikap lebih arif dan bijaksana dalam
menjalani tata kosmos kehidupan ini. Alias menjadi manusia yang tunduk patuh, manembah
kepada tuhan.
Merapi-Kraton-Laut Selatan merupakan tiga titik sentral dalam spiritual Jawa khususnya
Jogjakarta yang merangkum makna AGNI-UDAKA-MARUTA (AUM). Merapi
melambangkan unsur api atau agni. Merapi memiliki hakekat vertikal manembah kepada
Yang Transenden. Sehingga Merapi bermakna sebagai jagad alit. Spiritual adalah urusan
pribadi dalam jiwa masing-masing orang (mikrokosmos). Kraton adalah sentral atau pancer
(guru sejati) yang meliputi pancer di dalam jagad alit (mikrokosmos) maupun pancer di
dalam jagad ageng (makrokosmos). Laut Kidul adalah bermakna spiritual horisontal.
Sedangkan Kunci gunung Merapi ialah pemegang amanat yang harus memiliki lakutama
(budi pekerti luhur) sebagai penghubung antara jagad alit dengan jagad ageng. Dalam
dirinya ada naar atau agni harus teratasi dengan nur atau cahyo sejati. Juru kunci
bertanggungjawab menselarasakan antara perilaku alam dengan perilaku manusia. Oleh sebab
itu jika juru kunci tidak mengenal alam dengan seluruh makhluk isinya akan berakibat fatal.
Dapat terjadi disharmoni antara mikrokosmos dengan makrokosmos. Tentu saja kekuatan
alam yang akan bekerja sesuai koridor keadilannya.
Besoknya, hari Selasa Pahing tanggal 26 Oktober 2010, kami marak sowan ke Panembahan
Senopati, Nyi Ageng Enis, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Kali
ini, perintah langsung dari Panembahan Senopati, dan juga perintah dari YM Sultan Sulaiman
supaya sore itu pula berangkat naik Merapi ke dusun Kinahrejo rumah Mbah Marijan untuk
berbagai sembako, makanan, minuman, kepada para pengungsi di sana. Ternyata sinkron
dengan kejadian malam Selasa Pahing, di mana beberapa hari sebelumnya hati ini merasa tak
enak, risau, khawatir campur takut jika mengingat sosok Mbah Marijan. Ada apa gerangan?
Hal ini dipertegas pada malam Selasa, di mana “badan alus” mbah Marijan datang
menemuiistri saya, Mbah minta supaya dimintakan uang Pak Isran (Bupati Kutim) sebanyak
Rp. 700,- Kami akan turuti keinginanmu Mbah!. Uang pun segera saya dapatkan langsung
dari Pak Isran. Bukankah Rp. 700,- di depannya ada unsur angka 7 (Jawa; pitu) bermakna
nyuwun pitulungan (minta pertolongan) dumateng Gusti Mahawisesa. Pertolongan yang
berkelipatan ratusan kali. Entah..pertolongan dalam wujud dan makna yang bagaimana,
menjadi teka-teki besar.
PERINGATAN KI JURUTAMAN
Selasa Pahing sore tanggal 26 Oktober 2010 setelah selesai kami marak sowan Panembahan
Senopati di pasarean Agung Kotagede, jam 16.00 WIB kami berlima berangkat menuju
rumah Mbah Marijan dengan tujuan untuk berbagi sembako, oleh-oleh makanan ringan, dan
menyerahkan uang Rp.700,- sesuai permintaannya. Jogja masih cerah, tetapi begitu
memasuki Jl Kaliurang KM 14 cuaca di sekitar Merapi berubah diselimuti kegelapan seolah
menyembunyikan sesuatu. Pukul menunjukkan 16.30 WIB suasana terasa misterius dan
mencekam, tiba-tiba menjadi sangat gelap seperti sehabis magrib. Lalulintas menuju
Kaliurang macet, padat merayap. Sesampai di Umbulharjo Kec Hargobinangun, jalan menuju
Mbah Marijan sudah ditutup rapat oleh aparat. Tak ada lagi kendaraan boleh naik. Tapi kami
merasa ada beban batin yang sangat berat jika gagal naik bertemu Mbah Marijan. Lalu saya
bilang ke aparat mau mengantarkan pesanan Mbah Marijan dan menjemput Mas Asih putra
Mbah Marijan, dan lajulah kendaraan mendaki jalan aspal tanjakan terjal menuju Kinahrejo
rumah Mbah Marijan yang jauhnya masih 2 km, atau kurang dari 4 km dari kawah Merapi.
Asap sulfatara mulai tercium menyengat, campur aduk antara aroma belerang, mesiu, infus,
bau seperti asap ledakan petasan sudah sangat keras menyengat lubang hidung membuat
nafas terasa sesak. Di tengah jalan kami sempat diberi peringatan oleh Ki Jurutaman, penjaga
gaib Gunung Merapi dari sisi Jogja. Ki Jurutaman menjulurkan telapak tangannya. Lima jari
yang terjulur kami maknai dengan dua peringatan. Pertama, mencegah supaya jangan naik
karena sangat berbahaya. Kedua, jika nekad naik pun sampai rumah Mah Marijan hanya
diberi waktu 5 menit. Baiklah Ki… saya berterimakasih atas peringatan yang diberikan.
PERTEMUAN TERAKHIR
Sesampai di rumah Mbah Marijan, begitu pintu mobil terbuka terasa
hawa agak panas dengan bau belerang, infus, messiu dan sangit. Saat itu sempat terdengar
sekali dentuman menggema cukup menggetarkan tanah. Kami berlima berbegas segera
menurunkan barang-barang bantuan pengungsi. Masuk ke ruang tamu ada Mbah Marijan
menyambut, tetapi hanya sedikit canda tawa, tidak seperti biasanya walaupun dalam sikond
yang genting. Kali ini tampak wajah agak pucat dan sedikit menampakkan kegelisahan
mendalam. Kami menurunkan sembako, kue, biskuit dll agar bisa digunakan bilamana
diperlukan bersama penduduk setempat pada saat situasi darurat. Mbah Marijan berucap yang
mengandung firasat,”wah..kok kathah sanget mangke mboten wonten ingkang nedhi”. Duh
kok banyak sekali nanti tak ada yang makan. Saya jawab,”nanti Mbah bakal banyak
kedatangan tamu”.
Berikut ini translate dialog bahasa Jawa saat-saat terakhir bersama Mbah Marijan di
rumahnya Dsn Kinahrejo kurang dari 4 km dari kawah Merapi.
S; Mbah…… saya ke sini untuk menyerahkan uang yang Mbah Marijan minta tadi malam
sebanyak Rp. 700,- sesuai permintaan Mbah. Pitung-atus gelo Mbah, supaya mendapat pitu-
lungan (pertolongan).
MM; Inggih kula tampi matur nuwun. Uang receh Rp.700,- dalam amplop dipegang-pegang.
Mbah panggil anak menantunya, “Mur… iki (uang Rp.700,-) wenehno mbah putri wae !.
S; Lho Mbah…(uang) niku kangge Mbah, lak panjenengan wau dalu to sing nyuwun
piyambak. Duwite receh dilebokne sak mawon Mbah. (Lho Mbah, uang itu untuk Mbah,
bukankah mbah tadi malam yang meminta sendiri. Uang receh 700 rupiah (logam) itu
dimasukkan saja di saku, jangan diberikan kepada siapa-siapa). Mbah Marijan cuma
tersenyum sambil ke tiga jarinya menutupi mulut, dengan gayanya yang kocak. Namun uang
700 rupiah tetap di serahkan kepada mBak Mur (menantu perempuan Mbah Marijan) minta
supaya diserahkan kepada Mbah Marijan Putri.
Sejenak kami diam tak bereaksi apapun, hanya tercenung dalam batin penuh rasa khawatir
kepada Mbah Marijan. Pada saat hening pukul 17.45 WIB tiba-tiba terdengar lagi dentuman
keras berasal dari arah kawah Gunung Merapi yang hanya berjarak kurang dari 4 km (areal
berbahaya berjarak sampai radius 10 km dari kawah). Tak lama hawa terasa berubah begitu
sesak, bau udara tiba-tiba seperti bercampur asap mesiu terakar, belerang, dan infus lebih
kuat dari sebelumnya.
Di ruang tamu tinggal kami berlima, dengan Mbah Marijan dan (Mas Iwan) satu orang
wartawan Vivanews. Istri saya berkata kepada Mbah Marijan yang terakhir
kalinya;”Mbah..bener enggak mau turun bersama kami? Mbah Marijan menjawab,”..o
injih..mangke Jam 12 malam”, sergahnya. (Ya, nanti jam 12 malam!). Tiba-tiba Ki
Jurutaman datang lagi, dan hanya berucap singkat,’mandap sakniki ! Injih ! (turunlah
sekarang juga!). Rokok yang hampir saja saya nyalakan langsung saya matikan. Istri saya
bilang, sekarang juga kita turun, waktunya 5 menit !! Tanpa berlama-lama lagi, kami berlima
pamitan Mbah Marijan yang saat itu mengenakan kemeja batik kuning gading dengan motif
berwarna hijau dan hitam dan mengenakan sarung kotak-kotak hitam bitu putih.
PERCAKAPAN TERAKHIR
MM; Waduh…lha kok Cuma seperti mimpi. Mbok nanti…temani saya dulu.
S: Maaf Mbah…tempat ini tidak akan selamat…Ki Jurutaman sudah menyuruh kami turun.
Ayolah Mbah.
S; Dalam hati saya seperti mau menangis…saya merasa kuat sekali ini akhir dari pertemuan
kami. Akhir dari sejarah “persahabatan lahir” kami dengan Mbah Marijan. Serasa ada yang
berhenti di kerongkongan. Saya tak tega melihat wajah Mbah Marijan. Saya hanya bisa
mengelus punggungnya sambil berkata,”…Mbah…awake dewe donga-dinonga andum
slamet nggih !!! Mengko bar Merapi rampung hajate, tak anter makanan sing enak kangge
Mbah Marijan. (Nanti setelah Merapi hajatnya selesai, akan saya kirim makanan yang enak
untuk Mbah Marijan).
S; Saya salami dan ajak seorang wartawan,”Mas…ayo ikut turun sekarang..tak akan selamat
di sini !!. Ia hanya tersenyum kecil dan menunduk. Saya tak ada waktu berlama-lama.
MM; Di luar masih banyak orang ada sekitar 9 mobil parkir di halaman rumah Mbah
Marijan. Mbak Mur..menantu Mbah Marijan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan
tamu…,”Mbah…ayo keluar sebentar saja ! Sebentar saja ! Mbah Marijan ikut keluar
bersama Mbak Mur. Keluarga Mbah Marijan yang lainnya sudah dibawa mengungsi semua.
S; Di halaman ada 8 mobil tersisa. Ternyata 7 mobil adalah tamu Mbah Marijan yang baru
datang. Mbah Marijan tak mau menemui tamu lagi. Ia ngeloyor ke masjid tak jauh dari
rumahnya. Istri saya terpaksa menyuruh para tamu yang baru datang untuk segera turun lagi
karena sudah sangat berbahaya.
EVAKUASI DIRI
Para tamu dengan 7 mobil akhirnya turun bersama-sama melalui jalur bawah. Sempat
mengantri untuk keluar dari halaman. Saya ambil jalur yang naik ke arah Merapi, karena tak
ada satupun kendaraan yang melewati sana. Di dusun paling tinggi dan paling dekat dengan
Merapi yakni Blimbingsari sudah tak ada lagi orang tersisa. Sepi sunyi kabut asap sulfatara
sangat tebal dan begitu mencekam. Nafas menjadi sesak. Kap mesin mobil sudah mulai
kejatuhan kerikil dan pasir vulkanik. Tapi kendaraan kami tak bisa laju karena terhalang asap
tebal. Pasrah. Tanah seperti bergetar bagaikan irama telapak kaki raksasa. Benar saja..di
belakang kami ada Ki Jurutaman mengiringi langkah evakuasi kami. Wajar saja, Ki
Jurutaman tingginya sekitar 10 meter dengan tubuh tegap dan wajah yang lumayan cakap.
Setelah tersendat karena pandangan jalan kadang tak tampak, sementara sebelah kanan dan
kiri ada jurang, kami terpaksa berjalan sangat lambat. Di bawah tampak orang
berlarian..sementara mobil-mobil dan truk evakuasi penuh penumpang melaju ke bawah
menjauhi Merapi dengan kecepatan tinggi.
Sesampai di bawah bertemu Posko Pertama hanya ada para petugas tim SAR, tentara dan
aparat keamanan yang sudah siap evakuasi diri pula. Sampai di Posko pertama (8 km dari
Merapi) kira-kira hanya 15 menit sejak meninggalkan rumah Mbah Marijan, kami mendapat
bayangan gaib, dusun Kinahrejo tempat rumah Mbah Marijan berada telah di sapu awan
panas hingga porak poranda. Jika dicocokkan waktunya ternyata tepat dengan kejadiannya.
JANJI KI JURUTAMAN
Banyak orang yang mengaku bersahabat dengan Merapi. Tetapi ironisnya, ia tak kenal
dengan Ki Jurutaman. Padahal Gunung Merapi dengan penjaga gaibnya bernama Ki
Jurutaman adalah dua makhluk tuhan yang bisa dipisahkan. Ki Jurutaman dulunya adalah
abdi dalem (pembantu) setia Panembahan Senopati (1550-1630) yang secara tak sengaja
makan “telur jagad” dari Kanjeng Ratu Kidul sehingga tubuhnya berubah menjadi tinggi dan
besar. Entah sejak kapan tepatnya, kemudian Ki Jurutaman diutus menjadi menjaga Gunung
Merapi agar supaya letusan tidak mengenai wilayah (Kraton) Jogjakarta. Sejak tahun 1600
terbentuklah perbukitan di lereng Merapi sebelah selatan. Dinamakan glacap gunung atau
punggung gunung. Masyarakat kemudian memberi nama sebagai GEGER BOYO (punggung
buaya) karena memang bentuknya mirip dengan punggung buaya. Geger boyo ini nyambung
dengan bukit Turgo yang juga berfungsi sebagai penahan guguran lava pijar ke arah Jogja.
Namun seperti di tulis dalam serat Jongko Joyoboyo, bahwa kelak Ki Sabdopalon dan Ki
Noyogenggong berjanji akan datang kembali untuk memberi pelajaran bagi orang Jawa
(nusantara) yang hilang kejawaannya (tidak memahami jati diri bangsanya). Tanda
kedatangannya antara lain runtuhnya GEGER BOYO Merapi. Sebelum tahun 2006 abu
vulaknik Merapi tak pernah mencapai kota Jogja. Namun sejak tahun 2007 debu vulkanik
benar-benar mulai dapat menjangkau kota Jogja (Jalan Gejayan). Peristiwa itu benar-benar
terjadi hanya sepekan setelah gempa Jogja pada 27 Mei 2006 yang lalu.
Pada bulan November 2005 kami pertamakalinya bertemu dengan sosok Ki Jurutaman
sewaktu berlibur di Kaliurang. Ki Jurutaman sudah hidup di alam sejati, ia tahu mana yang
bener dan pener. Setiap apa yang dikatakannya begitu bijaksana dan penuh kandungan makna
kehidupan yang sangat dalam.
Hanya sebatas perkenalan dan sempat kami berbincang singkat dengan Ki Jurutaman. Saya
mendapat kesimpulan bahwa Ki Jurutaman sudah berusaha untuk bersabar selama ratusan
tahun, tapi kini ia telah sampai pada patas akhir dari kesabaran. Selaras dengan komando Ki
Sabdopalon dan Noyogenggong bahwa kini saatnya manusia Jawa sudah harus diberi
pelajaran. Maka Ki Jurutaman pun telah enggan menjaga Jogja dari letusan Gunung Merapi
karena kecerobohan ulah manusia sendiri. Masyarakat telah melanggar wewaler atau
pantangan. Melanggar wewaler sama halnya merusak keharmonisan kosmologis, alias
bertentangan dengan hukum alam yang seharusnya manusia saling menabur welas asih dan
saling menghargai kepada seluruh makhluk tanpa kecuali. Banyak orang mabok agomo lan
donga, tidak memahami hakekat sejatinya hidup. Sudah banyak yang kajawan, hilang
hakekat kejawaannya. Ki Jurutaman hanya bilang ,”…wis mongso bodo-a ngger !
Sudahlah…terserah kalian saja aku nggak bisa menjaga lagi. Bebendu pasti akan datang
tanpa bisa dicegah, kecuali yang selalu eling dan waspada. Orang-orang yang setyo budya,
selalu ngugemi paugeran. Itulah wong-wong kang kenceng anggone gocekan waton. Kapan
bebendu bagi masyarakat Jawa yang telah berkhianat (durhaka) kepada alam dan para
leluhurnya sendiri, yakni dimulai dengan lindu gede (gempa besar) dengan tumbal ribuan
nyawa.
Benar saja, tanggal 27 Mei 2006 gempa dahsyat menghancurkan wilayah Jogja, Klaten,
Sleman, Bantul, sebagian wilayah Kulonprogo, Gunung Kidul dan sekitarnya. Sebanyak
hampir 8000 nyawa melayang dalam waktu hanya 15 detik.
Telah sekian lamanya Ki Jurutaman memendam rasa kecewa. Baik terhadap Kraton yang
melanggar paugeran. Bukankah ada paugeran bahwa Ratu Gung tak boleh jadi walang kaji.
Tetapi kenyataannya telah terjadi pelanggaran itu. Apalagi syarat utama seorang JURU
KUNCI adalah harus kenal, bisa srawung, dengan penjaga gaibnya. Adalah salah kaprah
anggapan orang bahwa Juru Kunci Merapi adalah orang yang menjadi penjaga Merapi.
Bukan itu maksudnya. Juru Kunci adalah ibarat “penyambung lidah” antara masyarakat gaib
dengan masyarakat wadag. Bagaimana bisa terjadi komunikasi yang harmonis bila seorang
Juru Kunci tidak mengenal dengan pimpinan masyarakat gaib. Padahal masyarakat gaib
adalah tetangga kita di manapun berada yang harus kita hargai sebagai sesama mahluk hidup.
Manusia mendem agomo terbiasa nglakoni mentang-mentang merasa paling, sehingga tanpa
disadarinya ucapan, sikap dan perbuatannya terkadang sangat melecehkan masyarakat lain
dimensi. Inilah sumber malapetaka, berasal dari sikap adigang adigung adiguna manusia
sendiri. Banyak orang tak tahu apa-apa tetapi merasa dirinya tahu segala hal, sehingga mudah
sekali mendiskreditkan orang lain. Salah dianggap benar, benar dianggap salah. Terjadi
wolak-waliking jaman.
Sekian lama Ki Jurutaman menjadi obyek penderita dan selalu bersabar. Semakin luntur rasa
welas asih masyarat karena terkena dampak berbagai doktrin dan dongeng. Dan saat ini Ki
Jurutaman telah tak mampu lagi menahan kesabarannya. Ki Jurutaman marah besar. Hingga
mengerahkan ribuan Banaspati bersama serangan awan panas dan lava pijar, yang
meluluhlantakkan segala sesuatu yang dilewatinya. Ia tidak lagi mau menjaga (Kraton) Jogja
dan masyarakat kereng Merapi dari letusan Gunung Merapi. Tanggal 29 Oktober 2010 hari
Sabtu dini hari (jam 00.45 wib) Merapi kembali meletus lebih dahsyat selama 30 menit lebih.
Abu vulkanik benar-benar membuat sejarah baru mencapai kraton Kraton dan wilayah kota
Jogja, bahkan hingga mencapai laut selatan. Ini kejadian yang sangat langka, jika tak bisa
dikatakan belum pernah terjadi. Sekaligus menjadi peringatan besar, sekaligus sebagai bahasa
alam yang mengisyaratkan teguran terhadap sikap dan kebijaksanaan manusia yang semakin
ceroboh dan kacau. Di mana sikapnya menjadi cerminan akan rendahnya kadar kesadaran
spiritual manusia.
Makrokosmos adalah makhluk hidup pula. Atau setidaknya pernah hidup dan kini hidup
dalam fase-fase selanjutnya. Apapun wujud makhluk, jika manusia mensia-siakan, pastilah
akan menuai celaka. Hari Jumat tanggal 29 Oktober 2010 setelah saya mengantar pulang Pak
Bupati Bulungan ke Bandara Adisucipto, sewaktu pulang di tengah jalan melihat naga bumi
yang bagi masyarakat umum sekilas tampak seperti awan berbentuk naga. Naga bumi dengan
mulut menganga dan bertanduk, bergerak cepat dari selatan (laut kidul) ke arah utara bersatu
dengan awan raksasa yang berada di samping Merapi. Peristiwa ini hanya terjadi sekitar 5
menit dengan disaksikan semua orang yang berada di dalam kendaraan kami. Setelah itu
muncul awan pertanda akan terjadi bencana besar dengan korban yang cukup besar pula. Jika
disimpulkan, dua kekuatan besar yakni dari laut selatan (naga bumi) dan gunung berapi
(baru-klinting di bawah komando Ki Jurutaman) bergabung untuk membangun kekuatan
besar yang dapat menggegerkan jagad Jawa. Awan yang mengisyaratkan bencana dengan
korban banyak masih akan terjadi. Dengan kata lain 38 nyawa korban Merapi belumlah
cukup.
Saat itu Ki Jurutaman sempat memberikan sinyal yang dapat kami tangkap seperti di bawah
ini ;
Bergabungnya dua kekuatan besar tentu akan membawa karakter berbeda dari letusan-
letusan Merapi sebelumnya. Merapi memang selalu menyimpan beribu misteri. Kraton Jogja
pun sebagai soko guru spiritual kosmologis keadaannya kian terpuruk. Walaupun seandainya
menyadari apa yang terjadi dan tahu harus bagaimana. Toh jika memberikan perintah kepada
masyarakat pun tak digubris. Dalam kondisi alam seperti ini, jikalau masyarakat diperintah
untuk selalu membuat teh dan kopi tubruk setiap hari dan disajikan di ruang tamu mungkin
dianggap sia-sia. Sebagian masyarakat malah menganggapnya sebagai tahyul dan mitos
belaka seperti ungkapan presiden SBY tempo hari. Anda percaya atau tidak, musibah dan
bencana baru akan reda jika SBY turun tahta. Silahkan ditunggu, dan dicermati, agar bisa
membuktikan ucapan ini. Toh paling lama, tahun 2012 SBY akan lengser keprabon.
SOSOK MISTERIUS
Selain unpredictable, kali ini Merapi merubah karakter tidak seperti biasanya. Setiap Gunung
Merapi mau meletus selalu menyelimuti dirinya dengan awan dan mendung. Awan pun selalu
menyebar ke segala penjuru. Sehingga puncak Merapi tak dapat diamati dengan mata wadag.
Arah guguran lava pijar dengan tebaran abu vulkanik sulit diprediksi dengan berbagai
teknologi canggih. Kadang terjadi kontradiksi di antaranya. Guguran lava mengarah ke
selatan, tetapi abunya ke utara dan timur. Sementara angin yang bertiup dari arah timur dan
selatan. Tahu-tahu awan panas menyapu beberapa wilayah dengan kecepatan tinggi. Satu jam
sebelum meletus, bahkan Merapi tampak sangat tenang. Bahkan seringkali tidak didahului
tanda meningkatnya gempa vulkanik terlebih dulu sebelum meletus.
Lain dari letusan-letusan sebelumnya, bagi masyarakat awam kali ini terdapat keanehan,
setiap yang dilewati tidak sekedar hangus, namun porak poranda, rumah-rumah hancur lebur,
pohon-pohon besar dan kecil tumbang. Namun selalu saja, pendapa tempat acara ritus sakral
yang hanya berjarak 1 km di bawah kawah Merapi tetap utuh dan selalu terjaga dari terjangan
awan panas. Sebenarnya bukanlah hal aneh, jika anda semua berusaha konsentrasi hening
batin akan menyaksikan sendiri, terjangan awan panas (wedhus gembel) bukanlah sekedar
debu vulkanik berwarna coklat kemerahan dengan suhu 700-800 derajat. Namun tampak
puluhan bahkan ribuan makhluk semacam banas pati (raksasa kecil dengan wujud api) yang
seolah mencari mangsa dengan ganasnya.
Banaspati dari unsur api, tidak berbenturan dengan segala sesuatu unsur tanah. Bahkan unsur
api hanya bisa diredam oleh unsur tanah. Makan rumus keselamatan dimaknai apabila
manusia selalu eling dan waspada, dengan cara mulat laku jantraning bumi. Manusia yang
membangun sifat seperti bumi. Lembah manah (rendah hati), andap asor (santun), selalu
menebar berkah kepada siapapun yang ada di sekelilingnya, baik makhluk hidup, tak hidup,
manusia, binatang, dan tumbuhan. Sekalipun diinjak-injak tetap saja memberikan berkah
kepada seluruh makhluk tanpa kecuali dan tanpa pernah pilih kasih. Sementara itu Banaspati
adalah gambaran sifat angkara murka. Sifat panasten, iri hati, buruk sangka, suka marah-
marah (bahkan sampai mengklaim sebagai mewakili kemarahan tuhan). Sifat Banaspati ini
akan sirna jika manusia telah menyerap sifat-sifat bumi (tanah). Itulah pelajaran dari alam
semesta sebagai “ayat-ayat” yang tersirat, disebut sebagai sastrajendra. Papan tanpo tulis.
Ilmu sejati yang tidak ditulis dalam buku. “Kitab universal” yang sesungguhnya dapat
menjadi pegangan manusia sejagad tanpa pengecualian suku, budaya, dan agama.
Nagabumi adalah makhluk tuhan retasan alam semesta juga. Mereka mewakili unsur bumi,
karena memang hidupnya menyatu di dalam kedalaman tanah. Nagabumi dapat mewakili
ketidakterimaan alam semesta atas ulah manusia yang begitu cerobohnya, sehingga jebol lah
lumpur Lapindo di Sidoarjo akibat amukan Nagaraja (jantan) karena tidak terima Nagagini
(betina) tertancap mata bor pada saat pengeboran gas oleh PT Lapindo Brantas. Nagabumi
adalah bagian dari “masyarakat” Kraton Pantai Laut Selatan, yang dipimpin oleh entitas
widodari yang turut menjaga keseimbangan makrokosmos. Di Gunung Lawu sana ada entitas
bidadari pula yang selalu ngrekso hargo bernama Dewi Untari atau Dewi Nawang Sari anak
putrinya Dewi Nawang Sih. Tentu saja, hal-hal sepeti ini bagi yang tidak pernah
menyaksikan kebesaran gaib seolah hanya sekedar dongeng kibulan.
Kini nagabumi dan banaspati telah bergabung melakukan show off force. Paling tidak
berbagai peristiwa ini dapat menyadarkan diri kita bahwa kita bertetangga dengan ragam
kehidupan yang sangat kompleks. Jadi jangan lah mentang-mentang selalu RUMONGSO
BISO. Tetapi jadilah manusia yang BISO RUMONGSO.
Selama kurang dari seminggu Merapi tiap hari meletus. Tiga kali pula dalam seminggu, kami
harus relakan tiket hangus karena membatalkan keberangkatan menuju Kaltim untuk
laksanakan tugas dan pekerjaan berat. Akhirnya, pada hari sabtu malam minggu, salah satu
leluhur Ki Ageng Mangir Wonoboyo sehabis menggembleng cucu canggahnya di puncak
Merapi yang masih sangat panas itu, beliau sekalian bertemu Ki Jurutaman. Mbah Mangir
minta supaya Ki Jurutaman meredam Merapi sejenak, karena anak turunku mau pergi ke
Kaltim, jangan sampai ada abu dan awan panas yang menganggun perjalanan (pesawat)
menuju Kaltim. Kata Mbah Mangir, tadi Ki Jurutaman sudah bilang sendiko dawuh. Kata Ki
Jurutaman, meletus yang lebih besar lagi nanti setelah kembali di Jogja lagi. Kenapa begitu,
karena biar konsentrasi kami pada acara besar di Kaltim tidak terganggu. Karena kalau
Merapi meletus besar kami selalu memikirkan nasib dan keselamatan sanak sodara, handai
taulan, teman yang berada di Jogja. Mudah-mudahan perjalanan besok pagi (Senin 1
November 2010) benar-benar terlaksana tidak terancam batal lagi.
Wah, kirain dongeng atau khayalan tahyul saja. Ternyata gaib memang tak pernah bohong.
Begitu mendarat di Sepinggan Balikpapan jam 11 Wita (jam 10 Wib), sebentar kemudian
dengar kabar Merapi meletus cukup besar jam pada jam 10.05 Wib. Hari Rabu 3 Nov kami
harus segera kembali ke Jogja. Turun dari pesawat jam 10.30 Wib. Tak lama kemudian jam
mulai 11 status Merapi kembali mengalami krisis hingga terjadi letusan dengan skala 3 kali
lebih besar dari pada hari selasa 26 Oktober kemarin. Masih beruntung, hujan lebat
mengguyur seputar Merapi hingga di daratan menimbulkan banjir lahar dingin yang
mengerikan. Sementara di atas sana beterbangan awan panas yang tengah mencari mangsa.
Matur sembah nuwun Ki Juru.
Apa kata Ki Jurutaman? Ia bilang letusan Merapi masih lama baru akan berhenti. Setidaknya
akan memakan waktu selapan dino (35 hari). Meletus dahsyat tanpa bisa disaksikan dengan
mata wadag. Merapi tidak lagi seperti dulu suka pamer lava pijarnya yang sangat indah
sekaligus mengerikan. Kini Merapi selalu membuat “serangan” secara tersembunyi di balik
mendung dan kabut tebal. Melalap ke segala penjuru. Sepertinya, erupsi kali ini benar-benar
merepresentasikan batas kesabaran alam yang telah sekian lamanya dipertahankan.
Bagaimanapun juga Ki Jurutaman adalah entitas manusia, yang kesabarannya masih ada
batasnya. Siapakah yang keterlaluan? Tentu saja bukan Ki Jurutaman, melainkan ulah
manusia yang memang sudah benar-benar di luar batas peri kemanusiaan. Baik pejabat, tokoh
masyarakat, tokoh religi, maupun rakyat jelatanya. Ini baru permulaan. Oleh sebab itu, tak
lama lagi si komandan gunung api akan melakukan letusan jauh lebih dahsyat lagi. Jangan
kaget jika sudah tiba waktunya, radius 30 km pun bukan merupakan daerah aman dari
terjangan awan panas. Saat kami menulis kisah ini, tercium bau bangkai dan darah yang gosong terbakar.
Bau-bau misterius mirip seperti saat 1 jam menjelang dusun Kepuh Harjo, Kinah Rejo, Blimbing Sari sebelum
luluh lantak diterjang awan panas. Semoga bau ini bukan lah pertanda Merapi masih akan makan korban lebih
banyak lagi.
Teruntuk para sedulur berada di wilayah Sumatra Barat sana. Gempa dan stunami
Mentawai barulah sekedar warning atau peringatan dini. Seperti sudah ada dating saja
sebelumnya. Selasa Pahing tanggal 26 Oktober 2010 adalah waktu yang hampir bersamaan
meletus lah Merapi di Jogja-Jateng dan gempa-tsunami di Mentawai. Kami tetap selalu
memohon dan melakukan ritual sebisa kami lakukan untuk keselamatan kita semua di negeri
ini. Semoga gempa dan tsunami sudah tidak akan menyapu wilayah Sumatra Barat. Dan
Merapi tidak meletus lebih besar lagi. Walau harus ku akui, sangat terasa permohonan
kami begitu hambar. Karena sulit sekali menutup gejolak perasaan hati ini. Puncak
bencana belumlah berakhir. Nuwun sewu saya harus sejujurnya mengatakan,“apalagi selama
pak presiden masih duduk di tahta nusantara. Para leluhur dan masyarakat gaib pun telah
enggan. Maaf kata, bahkan restu leluhur pun hanyalah dianggap tahyul. Nah..inilah kekalahan
manusia dari insting binatang yang lebih tahu tentang kearifan lokal. Kesadaran manusia
masih dibawah kesadaran kosmos para sedulur binatang. Binatang tahu kapan Merapi akan
meletus. Kapan akan terjadi gempa dan tsunami. Binatang lebih tahu kapan mereka harus
turun menjauhi kawah Merapi, atau harus lari ke bukit menjauhi hempasan gelombang
tsunami. Mari kita berguru saja kepada binatang.
Memahami Tradisi Bulan Arwah
Tradisi Ruwahan
Tradisi Ruwahan berisi kegiatan melaksanakan ritual yang dilakukan pada saat datangnya
bulan Ruwah atau bulan Arwah. Bulan Arwah kali ini jatuh pada hari Kemis Legi tanggal 21
Juni 2012. Umumnya tradisi Ruwahan dilakukan pada tanggal 1 bulan Arwah atau Ruwah.
Tahun ini dilakukan pada (kalender Jawa) surya kaping 01 wulan Arwah 1945 warsa Wawu
bertepatan tanggal 21 Juni 2012 bertepatan dengan atau tanggal 01 Syaban 1433 H. Bagi
masyarakat Jawa khususnya bulan Arwah mempunyai makna penting sebagai momentum
bagi semua yang masih hidup untuk mengingat jasa dan budi baik para leluhur, tidak hanya
terbatas pada orang-orang yang telah menurunkan kita, namun juga termasuk orang-orang
terdekat, para pahlawan, para perintis bangsa yang telah mendahului kita pindah ke dalam
dimensi kehidupan yang sesungguhnya. Bulan Arwah juga merupakan saat di mana kita
harus “sesirih” atau bersih-bersih diri meliputi bersih lahir dan bersih batin. Membersihkan
hati dan pikiran sebagai bentuk pembersihan dimensi jagad kecil (mikrokosmos) yakni diri
pribadi kita meliputi unsur wadag dan alus, raga dan jiwa.
Selain makna tersebut, ritual ruwahan merupakan wujud bakti dan rasa penghormatan kita
sebagai generasi penerus kepada para pendahulu yang kini telah disebut sebagai Leluhur
(Jawa) atau Karuhun (Sunda). Pelaksanaan ritual ruwahan bukan tanpa konsep dan prinsip
yang jelas. Ruwahan didasari oleh kesadaran spiritual masyarakat kita secara turun-temurun,
di mana kita hidup saat ini telah berhutang jasa, berhutang budi baik kepada alam dan para
leluhur pendahulu yang telah mendahului kita. Tak ada cara yang lebih tepat selain harus
berbakti, setia dan berbakti kepada para leluhurnya yang telah mewariskan ilmu dan harta
benda, termasuk bumi pertiwi, yang dapat dimanfaatkan oleh anak turunnya hingga saat ini.
Ritual tradisi Ruwahan sebagai bukti kesetiaan dan sikap berbakti kepada lingkungan alam
yang telah memberikan berkah berupa rejeki, tempat berlindung, hasil bumi, oksigen dan
sebagainya. Karenanya hanya dengan kesetiaan serta berbakti, kita menjadi generasi penerus
yang tidak mengkhianati leluhur, bangsa dan bumi pertiwinya. Berkhianat kepada para
leluhurnya sendiri, maupun kepada bumi pertiwi di mana tempat kita menyandarkan hidup
sudah pasti akan menyebabkan suatu akibat buruk. Pengkhianatan (ketidaksetiaan) dan
kedurhakaan (tidak berbakti) yang dilakukan generasi penerus, akan menimbulkan
kesengsaraan pada diri pribadinya (mikrokosmos) dan sangat memungkinkan tertransformasi
ke dimensi makrokosmos lingkungan alamnya. Sebaliknya, kesetiaan pada bumi pertiwi
yakni bumi di mana nyawa kita berpijak, kita hirup udara, kita mencari makan, dan berbakti
kepada para leluhur yang menurunkan kita, merupakan satu rangkaian berupa kunci meraih
kesuksesan hidup secara hakiki. Ketenangan, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan lahir
dan batin akan berlimpah menghampiri kita setiap saat.
Namun yang paling penting dari tradisi Ruwahan yang sudah turun temurun sejak ratusan
atau bahkan mungkin ribuan tahun silam itu adalah terjadinya interaksi dan bahkan
komunikasi dua pihak. Yakni pihak orang-orang yang masih hidup dengan pihak leluhur.
Bahkan saat bulan Arwah tiba, para leluhur menghentikan “aktivitasnya” untuk suatu
“aktivitas” khusus yakni menyambut anak cucu keturunannya, maupun semua orang yang
melakukan kegiatan bakti kepadanya, yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan seperti
membersihkan makam, sedekah dan sesaji, komat-kamit mengucapkan doa, dikir,
mengucapkan mantera dan berbagai kalimat yang keluar dari hati nuraninya yang intinya
berusaha sambung rasa dengan para leluhurnya. Artinya sejauh apa yang dapat kami
saksikan, Tradisi Ruwahan ternyata bukanlah kegiatan yang sia-sia saja. Selain manfaat yang
nyata dari kegiatan kebersihan, sungguh ada makna tersirat yang mendalam dan manfaat
inheren yang sangat besar di dalamnya. Manfaat itu akan dialami bagi siapapun yang tulus
dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Sebab apa yang saya dan teman-teman
pernah saksikan, pada bulan arwah ini komunikasi dan interaksi dengan para leluhur terjadi
lebih intens. Bisa diartikan bahwa para leluhur juga menganggap bulan arwah ini sebagai
momentum rutin yang dulakukan setahun sekali untuk lebih intens berkomunikasi dengan
anak cucu keturunan dan semua orang yang menghaturkan sembah bekti kepadanya. Itu
artinya, leluhur mencurahkan perhatian kepada siapapun yang mewujudkan sembah baktinya
kepada leluhur. Perhatian leluhur tidak sekedar “sowang-sowang nyawang saka kadohan”
atau mengikuti sepak terjang kehidupan anak cucu keturunannya, lebih dari itu, mereka
bahkan membimbing dan mengarahkan apabila anak cucu keturunannya akan menempuh
jalan yang salah. Leluhur yang semakin tinggi derajat kemuliaannya tentu akan lebih mampu
melakukan segala sesuatu kepada anak cucu keturunannya dan semua orang yang berbakti
kepadanya. Anda jangan pernah pesimis tidak yakin apakah leluhurnya ada yang berprestasi
meraih kemuliaan yang sejati. Di antara sekian ribu leluhur kita tentu tidak hanya satu dua
saja yang mencapai kamulyan sejati. Persoalannya kemudian ada pada diri kita masing-
masing, apakah masih mau menganggap penting sikap berbakti pada leluhur ataukah
sebaliknya menganggap mereka sudah tak bisa apa-apa lagi, nun jauh di negeri antah
berantah, tak bisa lagi berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak cucu keturunannya. Atau
sikap lebih ekstrim yang menganggap interaksi dan kehadiran leluhur sebagai perwujudan
godaan iblis setan jin peri prayangan. Jika demikian yang terjadi sangat mungkin leluhur
sudah enggan membimbing dan mengarahkan kita sehingga sikap ekstrim kita semakin
menjadi-jadi. Namun juga tak jarang terjadi sebaliknya, pada saat ada salah satu anak
keturunannya bersikap terlampau ekstrim, ada satu dua leluhurnya yang kemudian
menyadarkannya.
Setelah berbagi makanan ubo rampe sesaji tersebut kepada para tetangga, barulah selanjutnya
diisi dengan kegiatan ziarah atau menabur bunga ke makam para leluhurnya sendiri satu
persatu. Ziarah bisa dilakukan pada hari berikutnya, karena waktunya tersedia cukup leluasa
hingga sebulan penuh selama bulan Arwah belum habis.
Makna Ritual
Selama bulan arwah atau Ruwah, masyarakat melakukan ritual bersih-bersih desa, kampung,
makam, dan rumah.
Semoga tulisan ini memberi manfaat walau hanya ala kadarnya kepada siapapun seluruh
pembaca yang budiman di manapun berada. Walau sangat mungkin ada pendapat yang
berbeda, saya sangat berharap perbedaan itu menjadi bahan untuk menambah keutuhan dalam
memahami makna tradisi Ruwahan. Apapun pendapat dan asumsi dari para pembaca yang
budiman, semoga keselamatan, keberuntungan, dan kesuksesan selalu bersama Anda dan
keluarga. Salam karaharjan.
sabdalangit
Anugerah Vulkanik
Merapi bukanlah pejabat negri ini, ia tak pernah bermain culas. Merapi adalah kehidupan.
Kehidupan yang identik dengan karakter bijaksana, adil dan harmonis. Setiap Merapi mau
mengganas, ia lebih dulu mengirim sinyal peringatan dengan bahasa alam yang sungguh jelas
dan lugas untuk sekedar dimaknai. Sayang sekali, sebagian orang tiada peduli dengan gejolak
hati sang Merapi. Gara-gara pikiran orang sudah teracuni, dengan angkuhnya lalu menyangka
bahwa mengetahui bahasa alam sebagai tindakan melawan kodrati. Badan vulkanologi,
mitigasi dan geologi enggan dituruti. Bahasa alam, gerak-gerik binatang, tumbuhan, sudah
tak lagi dicermati. Bahkan hati nurani sendiri pun dikhianati. Duh Gusti…sudah begitu
ndablek-nya kesadaran manusia, entah karena demi sebuah materi, menutup hati, ego di
dalam diri, atau karena mimpi-mimpi surgawi. Yang jelas bau daging terbakar dan darah
gosong itu bukanlah salah Merapi. Ia tetap berada dalam rumus-rumus keseimbangan alam.
Manusia cuma mau dibikin enak saja kok susah, malah manusia seringkali enggak dong apa
sih yang dikehendaki alam.
Biarpun Gunung Merapi berulah. Namun Merapi teguh tunduk dan patuh terhadap hukum
alam. Gejolak Merapi merupakan suatu ayat yang terkemas dalam bahasa dan hukum alam
yang sungguh jelas untuk dibaca siapapun orangnya, dan melalui “kacamata” budaya dan
religi apa saja. Gejolak Merapi bukanlah sesuatu yang ganas dan buas. Gerak-geriknya
bukanlah nafsu angkara yang membahana, melainkan gejala yang alamiah dan biasa-biasa
saja. Keganasannya bukanlah AKSI, melainkan bentuk REAKSI. Reaksi yang menumbuhkan
kekuatan dahsyat dalam rangka untuk mengembalikan keseimbangan alam. Dengan teori
aksi-reaksi, maka kian dahsyat letusan Merapi, dapat menjadi tolok ukur kian parahnya
ketidakseimbangan alam yang selama ini terjadi. Celakanya, ketidakseimbangan alam lahir
bukan akibat ulah dedemit, setan, jurik pongek, genderuwo, siluman, jim pri-prayangan,
maupun binatang dan tumbuhan. Melainkan sebagai konsekuensi adanya hukum timbal-balik
atas kecerobohan ulah manusia sendiri yang berdampak pada rusaknya keseimbangan alam.
Ulah manusia yang begitu ceroboh, bermula dari rendahnya kesadaran diri dalam memaknai
apa sejatinya hidup dan kehidupan ini. Rendahnya kesadaran disebabkan oleh karena
manusia enggan mengenali jati diri, baik jati diri bangsanya maupun jati diri-nya sendiri.
Akibatnya lahirlah manusia yang tak tahu diri. Dengan karakter yang angkuh penuh
kesombongan manusia telah salah sangka seolah dirinyalah yang paling tahu akan kebenaran.
Terus-teruslah disemai di dalam “sarang” yang bernama nafsu angkara, maka cepat atau
lambat akan meretaslah anak manusia sing seneng golek benere dewe, golek menange dewe,
golek butuhe dewe.
Sampai hari ini, pertanda akan adanya bahaya lebih besar dapat terbaca melalui bahasa alam
yang tersirat. Kuantitas tanda-tanda bukan semakin surut dan lenyap, justru sebaliknya
semakin variatif dan mudah dibaca. Bahkan pada hari Sabtu 13 Nov 2010 jam 09.00 wib,
adalah leluhur besar awal berdirinya Mataram abad 15-16, rawuh untuk mewanti-wanti
supaya lebih waspada karena Merapi masih menyimpan bahaya laten sangat besar yang
sewaktu-waktu dapat bermanifes dalam bentuk letusan sangat dahsyat. Masyarakat sekitar
Merapi masih harus lebih waspada setidaknya sampai tanggal 1 Desember 2010. Bagi para
pembaca yang tidak sepakat dengan tulisan ini anggap saja angin lalu. Toh kurang dari 17
hari lagi Merapi akan tenang kembali sambil kita lihat bukti-bukti. Jangan buang waktu untuk
mencaci, lebih baik persiapkan diri lebih waspada dan hati-hati. Jangan mengolok orang dan
pendapat yang berbeda. Lebih baik kita bersihkan hati, sambil bahu-membahu membantu
orang-orang yang sedang tertimpa musibah bencana Mentawai dan Merapi.
Ruwatan Murwakala
RUWATAN MURWAKALA
Deso mowo coro, negoro mowo toto. Kita hargai dan hormati nilai kearifan masing-masing
suku bangsa dan budaya. Karena setiap suku, budaya dan bangsa memiliki nilai kearifan
(local wisdom) masing-masing yang berbeda dengan masyarakat dan wilayah lainnya.
Sebagai hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya yang spesifik selama
berabad dan ribuan tahun lamanya. Pemaksaan suatu nilai kearifan lokal terhadap
masyarakat dan budaya lain, adalah bentuk tindakan aniaya dan merupakan perilaku
melawan hukum alam. Sebuah penghianatan akan jati diri, jika penganiayaan dilakukan
oleh masyarakat dan suku bangsa itu sendiri. Manusia seringkali kesulitan melepaskan diri
dari nafsu golek benere dewe, golek menange dewe, golek butuhe dewe. Bahkan seringkali
nafsu itu diklaim atas nama Tuhan. Sungguh keterlaluan. Siapapun pelakunya cepat atau
lambat akan digulung dan diadili oleh hukum alam itu sendiri. Sebab hukum alam tidak
pernah menyisakan secuil pun ketidakadilan.
Makna Ruwatan
Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional dengan tujuan utama mendapatkan
keselamatan supaya orang terbebas dari segala macam kesialan hidup, nasib jelek dan
selanjutnya agar dapat mencapai kehidupan yang ayom ayem tentrem (aman, bahagia, damai
di hati). Lebih konkritnya ruwatan sebagai suatu upaya membersihkan diri dari sengkala dan
sukerta (dosa dan sial) ang diakibatkan dari perbuatannya sendiri, hasil perbuatan jahat orang
lain maupun force-majeur misalnya faktor kelahiran dan ketidaksengajaan di luar kendali
dirinya. Ruwatan yang paling terkenal sejak zaman kuno diselenggarakan oleh nenek moyang
adalah ruwatan murwakala. Dalam ruwatan ini dipergelarkan wayang kulit dengan cerita
Murwakala di mana orang-orang yang termasuk kategori sengkolo-sukerto diruwat atau
disucikan supaya terbebas dari hukuman Betara Kala, gambaran raksasa menakutkan yang
suka memangsa para sukerto.
Lantas apa alasan Bethara Kala ada sebagai bagian dari kompleksitas kehidupan semesta ini ?
Sesuai dalam cerita pewayangan, Bethara Kala masuk dalam level kadewatan. Apalagi ia
memang anak dari Bethara Guru dengan kata lain ia adalah cucu bangsa kadewatan. Ia hidup
di dimensi bumi tidak lain untuk mengkonstribusi dalam tata keseimbangan kosmos.
Walaupun Bethara Kala adalah Ratu yang hangratoni jagad lelembut jin setan priprayangan
tetapi ia sangat bijaksana. Ia disiplin, patuh dan loyal terhadap wewaler dan paugeran yang
termaktub di dalam hukum tata kesimbangan kosmos. Hukum alam khususnya di wilayah
Nusantara. Ia tidak akan sembarangan “memangsa” (nasib) bangsa manusia yang bukan
termasuk dalam kategori sengkolo-sukerto. Bagi yang belum memahaminya, Bethara Kala
seolah makhluk jahat pemangsa (nasib) bangsa manusia. Namun jika kita berfikir lebih kritis
dan bijaksana, Bethara Kala sebenarnya hanya menjalankan tugas sesuai dengan hukum alam
dengan rumus-rumus yang berlaku di dalamnya. Ia bukanlah pelanggar hukum alam (nerak
wewaler) atau pembangkang hukum Tuhan. Sebaliknya ia adalah makhluk yang taat dan
patuh menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai salah satu penjaga tata keseimbangan
kosmos. Demikian juga kita semua, bangsa manusia dituntut agar patuh dan taat (takwa)
terhadap hukum alam (ayat-ayat tersirat/azim). Jadi sesungguhnya bangsa manusia ada dan
hidup sebagai bagian dari kehidupan semesta berfungsi dan bertugas untuk menjalankan
hukum tata keseimbangan kosmos. Jika kita melanggarnya, maka alam semesta melalui
unsur-unsurnya dan kehidupan lainnya akan menghakimi kita. Itu pula disebut sebagai
hukum sebab akibat atau karma.
Tradisi Ruwat
Ritual pangruwatan dalam masyarakat Jawa yang paling sering dan mudah dilakukan
biasanya adalah pemagaran gaib yang dilakukan dengan menyediakan berbagai jenis sesaji
dan melakukan ritual khusus. Cara di atas bisa dilakukan apabila sengkolo-sukerto yang ada
masih termasuk jenis yang ringan dan mudah dibersihkan. Sementara itu untuk sengkolo-
sukerto kelas berat pelaksanaan yang umum dilakukan dalam masyarakat Jawa adalah dengan
menggelar pentas wayang kulit yang melakonkan tentang ruwatan itu sendiri. Sang dalang
dalam menampilkan pagelarannya menyajikan salah satu dari beberapa jenis lakon. Misalnya
lakon murwakala. Ruwatan dengan pagelaran wayang dilakukan sebagai suatu bentuk
mendapatkan dispensasi atau keringanan hukuman. Dalam tradisi hukum positif (formal)
sepadan dengan membayar denda kepada negara atau memohon grasi kepada Presiden.
Dalam hal ruwatan, Bethara Kala posisinya sebagai Presiden dari bangsa lelembut. Negosiasi
tertuju pada Bethara Kala sebagai salah satu eksekutor hukum alam.
Dalam masyarakat Jawa tradisi ritual ruwatan dibedakan dalam tiga macam menurut fungsi
dan tujuannya yaitu :
Pada saat ini ruwatan yang dilakukan oleh sebagaian masyarakat Jawa jauh berbeda dengan
kebudayaan peninggalan pada zaman Hindu-Budha. Hal ini merupakan suatu kewajaran
karena mengikuti hukum dinamika zaman. Ruwatan untuk diri sendiri lazimnya bukan
disebut ruwatan, walau memiliki tujuannya sama sebagai upaya membersihkan diri dari
sengkala dan sukerta (dosa dan sial). Lelaku sebagai wujud atau bentuk dari ruwatan bagi
diri sendiri ini juga sering dilakukan oleh sebagian mansyarakat Jawa agar mendapatkan
kebersihan jiwa. Ritual ruwatan ini memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Ruwatan
Anggara Kencana.
Ruwatan diri sendiri dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti melakukan puasa (ajaran
sinkretisme), melakukan berbagai macam selamatan, melakukan laku tarak brata atau tapa
brata. Dalam tradisi spiritual masyarakat Jawa, bertapa merupakan bentuk laku atau cara
berprihatin. Laku tapa termasuk lelaku. Lelaku adalah tindakan untuk membersihkan diri dari
hal-hal yang bersifat gaib negatif. Dengan memasukan unsur kekuatan (fisik dan non fisik)
yang bersifat positif ke dalam diri, gunanya untuk menciptakan keseimbangan energi dalam
tubuh. Orang yang terkena sengkolo dan sukerto, artinya energi dalam dirinya lebih
didominasi oleh kekuatan negatif (buruk) yang disebabkan oleh banyak faktor yang berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Khususnya ruwatan untuk diri sendiri dapat dilaksanakan dengan pakem sederhana maupun
dengan pakem standar yakni dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon dan uborampe
khusus ruwatan. Semua itu merupakan pilihan bagi siapa yang akan melaksanakan. Jika
ruwatan dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai,
biasanya ruwat murwakala dilakukan dengan mengadakan pagelaran wayang kulit. Pagelaran
wayang kulit ini berbeda dengan pagelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran
wayang kulit dilaksanakan pada siang hari dan dilakukan oleh dalang yang benar-benar
mampu (bukan sekedar bisa) meruwat.
Ruwatan yang dilakukan untuk lingkungan hidup lazimnya disebut pemagaran yakni teknik
memasang pagar gaib pada suatu lokasi atau bangunan. Tujuannya antara lain :
1. Memberikan daya magis yang bersifat menahan, menolak, atau mengalihkan energi
negatif yang berada dalam rumah atau yang hendak masuk ke dalam rumah. Metode
semacam ini biasanya dilakukan dengan menanam rajah, membaca doa-doa dan
mantera. Lebih dari itu bisa dilakukan dengan cara menanam tumbal yang diperlukan,
misalnya dlingo-bengle di setiap sudut bangunan dan gerbang. Bisa juga menanamkan
kepala kambing, hingga yang paling mahal misalnya menanamkan kepala kerbau.
Masing-masing tergantung kebutuhan dan menyesuaikan berat ringannya suatu
gangguan.
2. Menciptakan pagar gaib agar tidak dapat dimasuki orang yang hendak berniat jahat.
Memberikan kekuatan gaib yang bersifat mengusir atau mengurung seorang pelaku
kejahatan, misalnya pencuri yang masuk ke dalam rumah ia takan menjadi bingung
sehingga tidak mampu menemukan pintu keluar rumah yg dicuri. Atau mengurungkan
niat si pencuri yang akan memasuki sebuah rumah calon sasarannya, karena dalam
pandangan si pencuri rumah itu berubah menjadi hutan, kuburan atau laut.
Pemagaran semacam ini termasuk untuk mengurung makhluk halus pengganggu yang
berbeda dalam lingkup pagar gaib. Mahluk halus dimaksud adalah mahluk halus
kiriman atau suruhan seseorang yang ingin mencelakai.
3. Pemagaran dengan tenaga dalam atau energi. Lazimnya dilakukan oleh praktisi tenaga
dalam. Pemagaran tenaga dalam ini bisa pula digabung dengan media garam (garam
kasar) dan air sebagai unsur alam yang alamiah penetralisir energi negatif.
Tujuan utama dilakukannya pemagaran gaib pada manusia dan lingkungannya ini bila
berhasil akan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, tenteram, sejahtera, jauh dari
gangguan bangsa manusia dan makhluk halus suruhan manusia.
Ruwatan Murwakala ini disebut pula sebagai ruwat bumi. Pagelaran wayang biasanya
dilakukan pada malam hari. Karena pagelaran wayang untuk ruwat bumi merupakan acara
yang sangat sakral dan memerlukan biaya yang cukup banyak, maka pelaksanaan ruwatan
dilakukan dan dibeayai oleh institusi. Seperti halnya dilakukan oleh Kraton Jogja dan Solo,
begitu pula beberapa daerah setingkat Kelurahan hingga Provinsi acapkali mempunyai jadwal
rutin untuk melakukan pangruwatan bumi. Ruwat bumi bertujuan memperoleh keselamatan
dengan cakupan yang sangat luas. Bukan hanya bangsa manusia, tetapi mencakup bangsa
hewan dari hewan terkecil seperti gurem (kutu ayam), tengu, hingga binatang paling besar
seperti gajah. Begitupula ditujukan untuk meruwat bangsa tetumbuhan dan bangsa mahluk
halus. Dilakukan dengan pagelaran pewayangan yang membawakan lakon Murwa Kala dan
dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan. Ruwat bumi
adalah ruwatan paling besar dan berat. Tidak setiap dalang kuat melakukan pangruwatan
bumi. Ragam sesaji dan uborampe sangat beragam dan tidak boleh ada yang terlewatkan satu
pun. Walaupun sesaji dan uborampenya lengkap, dalangnya pun harus benar-benar dalang
pinilih, dalang yang kuat secara batin, dan ilmu spiritualnya mencapai kesadaran
kosmologis. Sebab jika tidak kuat resikonya adalah muntah darah atau bahkan mati karena
tidak kuat saat Bethara Kala hadir dan merasuk ke dalam diri ki dalang. Sepadan dengan
banyaknya beaya serta beratnya resiko, hasil dari pangruwatan bumi akan sangat
menakjubkan. Kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, adil, makmur dan sejahtera.
Buminya yang penuh berkah, gemah ripah loh jinawi ayom ayem tentrem kertaraharja. Itu
karena kehidupan tata kosmos keseimbangan alam berlangsung secara kompak dan harmonis
dengan pola hubungan yang penuh welas-asih.
Kata-kata di atas kadang terdengar dari sebagian orang dengan alasan tertentu. Misalnya
karena faktor keterbatasan budget. Bisa juga karena faktor pola pikir. Namun itu sekedar
pendapat atau asumsi. Tidak bisa dinilai benar-salahnya. Tapi lazimnya yang dilihat adalah
efektif-tidaknya soal hasil. Apapun kata orang, toh fakta telah menunjukkan bukti-bukti
hasilnya. Rumus-rumus alam yang termaktub di dalam hukum alam mudah sekali kita
saksikan. Bahwa beragam usaha mewujudkan suatu tujuan seringkali tidak cukup hanya
dengan bermodalkan hasrat dari dalam lubuk hati maupun ucapan yang keluar dari bibir saja.
Misalnya kita akan membangun sebuah pagar fisik yang mengelilingi rumah tidak cukup
hanya dengan berdoa lantas tiba-tiba muncul pagar yang terbuat dari besi atau tembok. Pasti
harus ditempuh dengan tenaga, pikiran, waktu beaya dan menggunakan material yang
diperlukan. Demikian pula dalam menciptakan pagar gaib. Seringkali tidak cukup hanya
dengan berdoa saja. Tetapi harus ditempuh pula dengan menggunakan tenaga, pikiran, waktu,
beaya. Perbedaan signifikan terletak pada materi untuk membuat pagar. Prinsip membuat
pagar gaib berlaku pula ketika seperti pada saat orang membuat pagar rumah yang
memerlukan tenaga pikiran waktu dan beaya.
Kita tidak perlu membiasakan pola pikir bahwa segala sesuatu yang gaib cukup diupayakan
dengan modal mulut komat-kamit sembari “menyuruh” Tuhan yang mengerjakan semua itu.
Sementara pekerjaan itu masih dalam lingkup tugas dan kemampuan manusia. Pola pikir
demikian begitu manja tak perlu dipelihara. Itu sama halnya kita ingin selalu cari enaknya
sendiri. Membuat pagar tembok hanya bermodalkan ucapan doa dan menyerahkan pekerjaan
tukang batu kepada Tuhan. Keselamatan tidak selalu cukup hanya dengan doa, tetapi perlu
ada upaya nyata misalnya mengungsi dari bahaya letusan gunung atau banjir. Berlindung di
dalam rumah dari hawa dingin atau panasnya matahari. Berlindung di dalam goa dari
gempuran badai dan angin besar. Naik ke atas bukit untuk menghidar dari bahaya banjir dan
tsunami. Tidak melewati jalanan sepi dan rawan untuk menghindari aksi perampokan.
Mengenakan jaket anti peluru untuk menahan senapan. Menabur beras dan garam agar
rumah kita tidak roboh diterjang hujan dan angin besar. Mengoles parutan dlingo-bengle ke
punggung dan telapak kaki bayi agar dijauhi segala makhluk halus yang energinya bisa
membuat bayi rewel tidak nyaman setiap menjelang malam. Semua itu ilmiah dan sangat
rasional asal kita mau berfikir dengan akal sehat. Asal kita mau menuhankan akal ketimbang
menuhankan emosi. Asal kita mau membuka pola pikir untuk merangkak pada kesadaran
spiritual yang lebih tinggi.
Jika tidak mau repot ruwatan, mudah kok. Kecuali faktor forcemajeur, untuk mengantisipasi
sukerto-sengkolo bisa dengan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya kepada banyak
orang. Asal dilakukan dengan tulus dan tidak pilih kasih hanya mau baik kepada yang
sealiran, sesuku, sebudaya, seagama, segolongan saja. Buatlah hidup agar lebih banyak
bermanfaat untuk kehidupan lainnya. Gunakan waktu hidup kita untuk memberikan
kehidupan pada seluruh mahluk. Itu akan menciptakan pagar gaib buat diri Anda sendiri.
Pagar gaib yang berasal dari sistem keseimbangan energi, bahkan dalam diri Anda akan lebih
dominan energi positifnya, semakin tebal pula “tembok” gaib Anda sendiri. Kebaikan yang
kita lakukan pada orang lain, akan kembali untuk diri kita sendiri.
Kategori Sukerto
Kategori sukerto adalah orang-orang yang termasuk dalam daftar perlu diruwat. Mengenai
berapa macam sukerto, ada beberapa versi. Menurut Pakem Pangruwatan Murwakala ada 60
macam sukerto, Pustaka Raja Purwa ada 136 sukerto, Sarasilah Wayang Purwa ada 22
sukerto, sedangkan menurut Buku Murwokolo ada 147 macam sukerto.
3. Faktor Kelahiran
Sukerto karena kelahiran seperti anak tunggal, kembar; berdasarkan waktu kelahiran,
misalnya anak yang dilahirkan tengah hari atau saat matahari terbenam dll.Sukerto kelompok
ini adalah anak-anak yang sangat dicintai oleh orang tua mereka, keselamatan dan
kebahagiaan mereka selalu dipikirkan oleh orang tua mereka.Terlebih para orang tua tersebut
mengetahui bahwa anak-anak tersebut termasuk dalam daftar sukerto.
Catatan ;
Komposisi anak yang termasuk dalam kriteria di atas, dengan catatan bukan karena ada yang
meninggal. Misalnya jumlah anak ada 6 semuanya laki-laki, tetapi meninggal satu menjadi 5
laki-laki semua. Komposisi ini tidak termasuk pendawa lima, atau mencala putra, tidak perlu
diruwat.
Meski tidak sengaja seperti : memecahkan gandhik, alat pembuat jamu; menjatuhkan
dandang (tempat untuk menanak nasi) waktu sedang masak nasi. Namun ada yang lebih
urgent, yakni orang-orang yang terkena sebel-sial akibat sukerto-sengkolo karena ia sering
menyakiti hati atau mencelakai orang lain. Walaupun dilakukannya tanpa sadar dan tanpa
kesengajaan. Orang yang bersiul saat tengah hari, itu tidak patut/ora ilok.
2. Sukerto Sebel-Sial
Seseorang yang dalam hidupnya merasa sering mengalami banyak musibah, kesialan,
penyakit, dan sering diancam mara bahaya. Ada orang yang dalam menjalani hidup ini selalu
tertimpa sial misalnya sering terkena musibah, bencana dan sering sekali terancam bahaya.
Dalam melakukan pekerjaan banyak salah, sering merasa apes, dalam usaha mengalami
kegagalan. Terlibat banyak urusan yang tidak enak, sering mengalami kesulitan yang tidak
ada jalan keluar, terkena bermacam-macam penyakit, hidupnya terasa tidak menyenangkan.
Ada yang bilang bahwa waktu dan kondisi selalu tidak berpihak kepadanya. Ada sesuatu
yang salah, sehingga orang tersebut perlu diruwat.
Dalam pemahaman kuno, orang-orang yang termasuk tiga kelompok sukerto itu perlu diruwat
secara tradisional. Mereka diruwat supaya tidak menjadi mangsa Bethara Kala, terbebas dari
gangguan dan bencana yang merupakan ancaman Kala.
Kala artinya waktu. Yakni waktu yang menjadi ancaman dan menimbulkan resiko musibah
dan bencana adalah waktu yang tidak baik, tidak tepat (tali wangke dan sampar wangke).
Secara umum setiap orang tentu mengharapkan perjalanan waktu selalu berpihak kepadanya.
Sehingga hidup kita selalu berada dalam naungan keselamatan, sehat jasmani dan ruhani,
berkecukupan dalam bidang materi, tentram hatinya, berkembang dan maju karier, pekerjaan
dan usahanya, sukses selalu dalam genggaman, dan berkah agung selalu terlimpah dari Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Gusti Sang Jagadnata.
Acara Ruwatan Murwakala
Atas terlaksananya rencana ruwatan murwakala ini kami menghaturkan terimakasih dan
presisasi yang setinggi-tingginya kepada :
1. Para abdi dalem Pasarean Agung Kotagede khususnya dan Pasarean Agung
Pajimatan Imogiri yang telah memberikan dukungan pemikiran, iguh pretikel, tenaga
dan waktu demi terlaksananya ruwatan murwakala. Matur sembah nuwun, atas
kesetiaannya kepada para leluhur bumi putera bangsa, menjadikan doa-doanya sangat
tijab.
2. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang telah memberikan dukungan moril dan
sarana. Sehingga acara ruwatan murwakala diberikan tempat yang istimewa dan
sakral, secara leluasa di halaman depan Pasarean Agung (makam raja-raja Mataram)
di Kotagede, Yogyakarta.
3. Kepada Bapak IR. H. Isran Noor M.Si selaku Bupati Kutai Timur sekaligus Ketua
APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) atau lebih familier
menjabat sebagai ketua Bupati dan Walikota seluruh Indonesia, dan juga saat ini
beliau menjabat sebagai ketua BTN (Badan Tim Nasional) yang baru dilantik untuk
mengemban amanat mendamaikan kisruh di PSSI. Berkat dukungan financial dan
dukungan moral beliau, menjadi pemompa semangat kami. Dukungan yang sangat
berarti bagi kami dan seluruh peserta ruwatan (para sukerta) sehingga dapat
meringankan beban beaya yang harus ditanggung oleh seluruh peserta ruwatan
murwakala kali ini.
4. Kepada teman-teman, sahabat, sanak saudara, dan semua pihak yang telah
mendukung terlaksananya acara ruwatan murwakala. Tenaga, pikiran, dan
kepeduliannya sangat berarti demi sukses dan lancarnya mata acara demi acara. Dan
yang lebih utama meringankan tugas-tugas dan tanggungjawab serta menyiapkan
ubo-rampe dan kebutuhan para peserta ruwatan murwakala beserta keluarga yang
akan mendampinginya.
5. Kepada Ki Dalang Hadi Sudarsono, di usianya yang ke 81 masih kerso memberikan
pengorbanan kepada kami semua, kepada seluruh peserta ruwatan. Kami sadar bahwa
yang diperlukan tidak sekedar kemampuan meruwat, lebih dari itu dalang ruwat sudah
mempersiapkan diri secara lahir dan batin untuk menghadapi segala resiko terberat
demi mengupayakan nasib orang lain supaya lebih baik di waktu yang akan datang.
Kami sangat menyadari tanpa adanya kekompakan dan dukungan dari berbagai pihak, apalah
artinya tenaga dan pemikiran kami untuk memberikan wahana bagi seluruh saudara-saudara
yang akan melaksanakan ruwatan.
Ttd
Sabdalangit
***************************************************************************
*************
(Semua Kegiatan akan didokumentasikan : Foto & Video)
Dirangkum Oleh Ketua Panitia :
R. Joko Sigit Pangarso
Acara Ruwatan Murwakala ini dijadwalkan sekaligus
sebagai penutup rangkaian acara rutin tiap tahun Nawu Jagang dan Sendang Seliran di
sekitar kompleks Pasarean Agung Raja-Raja Mataram di Kotagede yang dimulai sejak
tanggal 18 hingga 21 April 2013. Pada hari Minggu pagi 21 April 2013 hingga siang
dilangsungkan acara Kirab Budaya dan pengarakan dua gunungan berisi hasil bumi dan
beraneka ragam kuliner tradisional khas Kotagede dan sekitarnya. Di belakang Gunungan
akan diiringi kirab budaya diikuti sekitar 80 bregodo (kelompok barisan) prajurit Kraton
hingga kesenian rakyat dari berbagai kalangan masyarakat DIY, Bantul, Sleman, Gunung
Kidul, Kulonprogo dan Kota Madya Yogyakarta. Pada acara tersebut akan dihadiri pula oleh
Bapak Ketua Apkasi dan dari beberapa Kerajaan yang ada di Nusantara.
CATATAN PENTING :
1. Kunci dari “Berhasil atau Tidaknya” Ruwatan ini adalah SECARA NYATA bisa
menghadirkan ‘BETHARA KALA’ sewaktu Pagelaran Wayang Ruwatan
(Murwakala). Untuk keberhasilan acara ini kita pasrahkan sepenuhnya kepada Ki
Sabdalangit, Bu Ageng R.Ay. Untari dan Ki Dhalang Ruwat yang akan saling bekerja
sama.
2. Acara Ruwatan adalah acara yang sangat SAKRAL dan RELIGIUS, maka sangat
diperlukan persiapan-persiapan yang sangat SERIUS dan OPTIMAL. Selain Ki
Dhalang harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya (Puasa seminggu sebelum acara
ruwatan, mempersiapkan sesaji yang lengkap/komplit, dll.). Pihak
Panitia/Penyelenggara pun juga mempersiapkan yang terbaik untuk segala sesuatunya
(Mengupayakan Sponsor/Donatur sehingga memperingan unit/cost setiap peserta
ruwatan, Pengadaan Toya siraman di ambil dari Pringgodani, Gunung Lawu, kerja
sama dengan Para Abdi dalem Kraton yang bertanggung jawab di Pasarean Agung
Kotagedhe maupun Pantai Selatan Parangkusumo, dll).
3. Untuk Peserta Ruwatan yang mengajak keluarga, diharapkan keluarganya dapat
menyesuaiakan diri dengan agenda tersebut di atas. Khusus untuk konsumsi, jika
peserta menghendaki penambahan untuk keluarga yang diajak, konsekuensinya akan
berkaitan dengan budget/pembiayaan. Mengenai besaran tambahan biaya konsumsi
per orang, bisa dikomunikasikan dengan Panitia Penyelenggara di : 081-22-4545-727.
4. Untuk Acara Pisowanan Nyekar Para Natagung Raja-raja Mataram di Astana
Kotagedhe karena harus memakai “Pakaian Pisowanan Khusus” (pranakan), bagi
yang tidak memiliki bisa menyewa kepada Para Abdi Dalem yang bertugas. Jasa
busana satu perangkat pakaian pisowanan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah). Dan
sebagai ucapan rasa terima kasih kita kepada Para Abdi Dalem yang telah
menghantarkan pisowanan serta yang telah merawat, memelihara (ngrekso) pasarean,
juga sebagai sedekah ‘tanda tresna’ kita akan memberikan ulu bekti dengan
melakukan ‘bantingan manasuka’ dan kita serahkan semuanya kepada Para Abdi
Dalem.
PENDAFTARAN PESERTA
Acara Ruwatan Murwakala dibuka untuk siapapun yang merasa perlu diruwat, dan tidak ada
batasan usia, suku, maupun agama. Bagi yang berminat dapat langsung menghubungi Panpel
Ruwat Murwakala ke Nomor 081-22-4545-727. Pendaftaran akan ditutup pada tanggal 18
April 2013.
SYARAT-SYARAT PESERTA
BEAYA
Pada ruwatan murwakala kali ini, akan dilakukan secara besar-besaran oleh dua
dalang sekaligus. Ruwatan dilakukan oleh dalang sepuh Ki Dhalang Hadi Soedarsono (usia
81 tahun) dengan lakon Murwakala dan dilanjutkan pagelaran wayang kulit dengan lakon
Semar Maneges oleh Ki Dhalang Seno Nugroho. Untuk beaya kedua dalang sudah
ditanggung oleh Bapak Bupati Kutai Timur Ir H Isran Noor M.Si (KPH
Hamengkunagoro/KPH Condronagoro) sekaligus selaku Ketua APKASI (Asosiasi
Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) dan Ketua Badan Tim Nasional PSSI atau Ketua
Bupati dan Walikota seluruh Indonesia. Sedianya kami Panitia Pelaksana berusaha akan
menggratiskan semua beaya yang harus ditanggung peserta ruwat. Akan tetapi ternyata
peserta ruwat justru harus mengeluarkan beaya sendiri terutama untuk perlengkapan utama
misalnya sesaji, kain mori, dan larungan. Artinya sukerta tidak boleh berhutang jasa dan budi
baik pada saat membersihkan sukertanya. Kami paham, karena memang amal kebaikan,
sedekah, membantu sesama merupakan salah satu cara “meruwat” diri sendiri. Yang
ditanggung oleh peserta tinggal beberapa keperluan sebagai berikut :
Dapat ditransfer ke rekening BCA 169-184-0072 a/n R.Ay Untari SL sampai tanggal 18 April
2013. Bukti transfer dapat di mms/sms/forward ke No Telp. 081-22-4545-727 atau Email ke
suketz@gmail.com
Alamat :
Panpel Ruwat Murwakala
Jalan Kenekan No 2A Panembahan, Kraton Yogyakarta
Telp. 081-22-4545-727
Di dukung oleh :
20. Sisih kidul kulon ono gambar pulau Jawa, Lombok, dan Sumbawa (Sebelah barat daya
ada gambar Pulau Jawa, Lombok dan Sumbawa)
21. Kidul kulon ono gambar wong nembak (Barat daya lagi ada gambar orang menembak)
22. Sisih kulon ono gambar ongko 8 (sebelah barat ada angka 8)
23. Sisih lor ono gambar ongko 42 (sebelah utara ada angka 42)
24. Kemule garing kotor kabeh mubeng (Kain kering, kotor menyeluruh)
25. Sisih kidul ono gambar huruf K (selatan ada huruf K)
26. Sisih lor ono gambar wayang Werkudara, Kumbakarna, Kresna, mung Werkudara lan
Kumbakarna kaling-kalingan Kresna. (sebelah utara ada tokoh wayang Werkudara,
Kumbakarna dan Kresna. Hanya saja Werkudara dan Kumbakarna agak tertutup Kresna)
27. Sisih kidul gambar wong wadon akeh jingkrak-jingkrak, sisih wetan yo podo. (Sebelah
selatan ada banyak wanita melompat-lompat kegirangan, demikian juga sebelah timur)
28. Lor kulon ono gambar kelir, sisih wetan ongko 3 (sebelah barat laut ada gambar kelir,
sebelah timur angka 3)
29. Sisih kidul kulon ono gambar singo madep ngetan sebelah barat daya ada singa
menghadap ke timur)
30. Lor wetan ono wujud kleci kacang (timur laut ada kulit ari kacang tanah)
31. Kemule mangkat resik garing (kain kembali kering bersih)
32. Kemule bentuk U trotol kuning (kain berbentuk U dengan bercak-bercak kuning)
33. Sisih kulon ono gambar wong seko dada munggah nganggo kucir madep ngalor (barat
ada gambar separuh badan, dada keatas, rambut dikuncir menghadap utara)
34. Sisih wetan ono wujud kapur garing putih. (Timur ada ujud kapur putih dan kering)
35. Kidul kulon ono gambar ongko 7 jaman mbiyen (barat daya ada gambar angka 7 kuno,
atau 7 yang ada setrip tengahnya)
36. Lor wetan ono wujud jentik-jentik mati (barat laut banyak jentik-jentik yang mati)
37. Sisih lor karo kulon kemule ngeres (sebelah utara dan barat selimutnya kasar)
38. Sisih wetan ono gambar pitik babon madep ngidul (sebelah timur ada ayam betina
menghadap ke selatan)
39. Kemule teles (Kain basah kembali)
40. Kemule garing maneh (Kain kembali kering)
41. Kidul wetan antarane 6 lembar kemule suwek (Tenggara ada 6 lembar kain kafan yang
sobek-sobek)
42. Kemule resik garing (selimut kering kembali)
43. Kemule teles maneh (selimut kembali basah)
44. Lor wetan ono gambar ongko romawi VI (timur laut ada angka romawi VI)
45. Pojok kidul kulon gambar sirah wong, wetane gambar wayang Semar (pinggir barat daya
ada gambar kepala orang, sebelahnya tokoh wayang Semar)
46. Kidul kulon bercak darah garing (barat daya ada bercak darah kering)
47. Sisih lor kulon ono angka 18-11-AA, OBN (timur laut ada angka 18-11-AA, OBN)
48. Sisih kidul wetan ono ongko 5 (selatan ada angka 5)
49. Sisih wetan karo kidul kulon ono gambar trotol nanah (Timur dan barat daya ada bercak-
bercak nanah)
50. Sisih lor ono wujud benik klambi bolongane 4 warnane pinggir coklat tengah ireng putih
(utara ada kancing baju lobangnya 4 warna tepi coklat, tengah hitam putih)
51. Kemule garing terus tekan njero (Kain kembali kering hingga ke dalam)
52.Kidul kulon ono wong botak kaca moto, wetan nganggo iket.(Barat daya ada orang botak
berkaca mata, sebelah timur memakai ikat kepala mirip penyanyi Campursari)
Selanjutnya posisi ketiga guci setelah dibuka adalah untuk Semar Tinandu (gambaran orang
besar/pejabat tinggi Negara) doyong ngalor (condong ke utara), Palang Kinantang
(pejabat/pengusaha kelas menengah) ngalor wetan (timur laut) dengan keadaan tutup Palang
Kinantang ambrol sedangkan posisi Kenthiwiri (rakyat kecil) jejeg (lurus).
Itulah gambaran yang terdapat di kain mori yang membungkus Cupu Kyai Panjala. Terdapat
52 lapis kain mori masing-masing menyiratkan berbagai lambang sebagai pertanda alam apa
yang akan terjadi di Nusantara ini.
Nusantara sebentar lagi memasuki fase baru, yakni bulan Suro Moncer. Artinya, apa yang
tidak mungkin terjadi menjadi mungkin terjadi (sileme prahu gabus, kumambange watu
item). Serta apa yang dianggap tidak tampak atau tidak ada akan menjadi tampak dan
mewujud (kang datan ono dadi gotro). Termasuk dalam dunia ekonomi dan politik. Sesuatu
yang populer, ramai dan hangat ditunggu dan dibicarakan banyak orang, serta yang dianggap
akan muncul seperti yang diharapkan, ternyata sebaliknya justru tenggelam. Banyak orang
bersikap berlebihan, terlalu besar harapan, atau terlalu PeDe akan menguasai keadaan dan
akan memenangkan menguasai dunia bisnis atau arena politik, tetapi akhirnya hanya gigit
jari, kecewa, stress, depresi lalu mengidap gangguan jiwa. Sebaliknya, sesuatu yang tak
pernah disangka diduga, luput dari pengamatan publik justru yang akan muncul seperti kuda
hitam, bagaikan gadis yang baru saja keluar dari pingitan. Sesuatu yang terkesan kuat,
perkasa, seolah tak mungkin tumbang, ternyata terjerembab juga. Termasuk pula kesadaran
spiritual. Sesuatu yang tadinya dianggap najis dan layak diludahi, tetapi pada akhirnya akan
banyak orang yang memahami bahwa sesuatu yang dianggap najis itu ternyata sesuatu yang
sangat berharga dan sangat tinggi nilainya. Kencana katon wingko (emas yang dikira pecahan
genteng). Sebaliknya, sesuatu yang dianggap kencana atau emas, ternyata tak lebih hanya
sebatas kereweng atau wingko (pecahan genteng). Setelah berlangsung wolak waliking jaman,
maka selanjutnya zaman akan memutar balik lagi, kembali pada keseimbangan menuju titik
kebenaran.
Di sisi lain, apa yang tak nampak akan menjadi nampak. Apa yang tidak ada menjadi ada.
Sesuatu yang kosong menjadi isi. Yang dianggap isi ternyata kosong. Maka pada fase ini
akan terjadi banyak sekali kejutan bahkan yang tak pernah diduga dan disangka sebelumnya.
Luput dari pengamatan para waskita pada umumnya. Orang yang semula dicemooh, maka
giliran yang mencemooh akan malu sebab ternyata cemoohnya salah. Dikemudian hari
barulah disadari ternyata yang benar justru yang dicemooh. Demikian seterusnya. Lantas
bagaimana cara mengantisipasi agar kita menjadi bagian dari generasi yang selamat ? Mudah
saja asalkan kita selalu eling dan waspada, niscaya kita akan menjadi generasi yang selalu
dinaungi energi positif wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan begja kang teka saking
kersaning Gusti.
SECERCAH HARAPAN
Semoga gambaran Semar Tinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri memang akan seperti
apa adanya dan apa yang akan terjadi. Semar Tinandu yang posisinya miring ke utara
melambangkan Pemimpin Indonesia yang akan datang berasal dari wilayah utara Nusantara.
Kemungkinan besar adalah wilayah Kalimantan Timur atau Kutai Timur. Sedangkan Palang
Kinantang sebagai gambaran kelas menengah, condong ke arah Timur Laut, di mana
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara memiliki daya tarik sendiri sebagai wilayah yang
makmur dan relatif aman tenteram untuk berinvestasi. Bahkan kemakmuran Indonesia akan
banyak ditopang oleh wilayah Kaltim, termasuk oleh Propinsi Kaltara sebagai salah satu
Propinsi baru di Indonesia. Propinsi Kaltara yang berdiri pada 28 Oktober 2012 lalu
sepertinya akan memunculkan tokoh baru dalam pola kepemimpinan yang ideal. Propinsi
Kaltara akan menjadi salah satu daerah baru yang menjadi favorit bagi dunia investasi dan
bisnis. Sementara itu, cupu paling kecil Kenthiwiri sebagai simbol rakyat Indonesia terutama
rakyat kecil posisinya tampak jejeg atau berdiri tegak. Semoga hal itu menggambarkan
dimulainya kesadaran baru bangsa Indonesia untuk jejeging soko guru bangsa yang dibangun
dan dimulai oleh rakyat kecil yang mengerti sejatinya hidup (spiritual sejati). Harapan saya
semoga gambaran terakhir ini merupakan starting point bagi Tinarbukaning Gerbang menuju
era Kejayaan Nusantara di masa yang akan datang.
Kekuatan Upacara Adat
Review Trowulan Sabtu Pon 21 September 2013
Upacara adat kali ini merupakan sarana mengonsultasikan persoalan perusakan warisan budaya kepada kekuatan
jagad raya. Dan tak akan ada yang luput dari mekanisme pengadilan alam. Mari kita lihat dan saksikan bersama.
Seperti diketahui, rencana pembangunan pabrik pengecoran baja di Desa Jati Pasar dan Desa Wates Umpak,
Trowulan diprotes berbagai elemen masyarakat. Aktivitas pabrik seluas 36.728 meter persegi dan dampak sosial
ekonomi setelahnya dikhawatirkan merusak kelestarian situs Majapahit yang tersebar di kawasan Trowulan.
Acara diawali sambutan oleh panpel Ki Wongalus mengenai segenap persoalan industrialisasi di atas situs
Majapahit Trowulan dan segenap upaya yang telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Sambutan
dilanjutkan dari KKS dan Ki Camat (Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kab Sidoarjo) diteruskan
untaian kalimat sambutan dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam paguyuban Safe Trowulan,
Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi,
sesepuh adat Majapahit di Trowulan, hadir pula sedulur-sedulur dari paguyuban Sanggar Pakeliran Bojanegara,
dan beberapa paguyuban dari Blitar dan Kediri. Sumpah Palapa sang Mahapatih Gajah Mada pun
dikumandangkan dengan lantang oleh sedulur yang tergabung di dalam paguyuban Trah Majapahit, Majapahit
Wilwatikta. Acara demi acara berlangsung dengan khidmatnya serta berisi ungkapan yang sungguh membuat
haru dan menyadarkan kita ini sebagai generasi bangsa yang musti mencintai NKRI, dan bangsa yang berbakti
kepada para leluhur perintis Nusantara, di antaranya sikap dan tindakan menghormati situs sejarah sebagai
pusaka warisan nenek moyang yang mengandung nilai-nilai adiluhung. Kita semua sepakat, jika kita benar-
benar memahami sejatining urip dan tentang sangkan paraning dumadi, maka tak ada satupun alasan untuk
merusak situs sejarah peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. Kecuali otak sudah dicuci dengan doktrin
kapitalisme maupun doktrin agama yang sama-sama berbahaya membuat kehancuran di muka bumi.
Udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang, angin semakin kencang, namun rasa
persaudaraan di antara semua yang hadir malam itu sungguh telah menciptakan kehangatan
dan ketentraman. Kami berhayal seandainya Nusantara ini memiliki suasana yang hangat dan
tenteram seperti ini, alangkah indahnya, dan alangkah makmurnya menjadi negeri yang
diberkahi oleh alam semesta, sang Jagadnata, Tuhan Yang Mahakuasa. Kami tiada pesimis
sedikitpun, suatu saat nanti pasti kan tiba waktunya Nusantara menjadi negeri yang adil
makmur, gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja. Karena kami melihat tanda-
tanda kebenaran prediksi itu tiap hari semakin jelas kejadiannya. Itu semua pelan-pelan
terbukti, bukan sekedar hayalan belaka.
Kami semua berkumul, sedulur-sedulur dari KKS, AAK, KWA, Ki Camat. Dan dari
berbagai elemen masyarakat seperti paguyuban Save Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit
Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, abdi dalem dan
juru kunci Candi Brahu serta sesepuh adat Majapahit di Trowulan. Bahkan sedulur titah alus
lebih banyak hadir dibanding jumlah kami. Kami semua, titah wadag maupun halus
berkumpul di areal Candi Brahu dengan satu tujuan yang sama. Yakni : selamatkan situs
Trowulan, Selamatkan Majapahit, Selamatkan Nusantara ! Kami yakin setelah mengkalkulasi
secara generalisir melalui berbagai media, masyarakat yang masih peduli dengan nasib situs
Majapahit jumlahnya jutaan orang. Biarlah kami berkumpul tidak sampai puluhan ribu pada
malam itu, tapi kami haturkan untuk mewakili generasi bangsa yang masih peduli dan tidak
rela jika situs Trowulan dirusak dan diinjak-injak untuk sekedar alasan sepele, yakni
industrialisasi yang tak jelas untuk memakmurkan siapa.
Malam semakin larut, bau harum dan beraneka aroma tercium di lubang hidung. Saat upacara
adat dimulai, bau harum semakin menyengat, udara dingin semakin menusuk tulang, angin
semakin kencang bertiup. Hingga tiba-tiba datang kabut putih dan tebal sekali, suasana
berubah menjadi lengang, angin berhenti dan berubah menjadi keheingan yang sunyi senyap,
pada saat acara ritual telah selesai. Tampak berbagai wujud, mungkin jumlahnya ribuan hadir
bersama dalam acara itu. Mereka adalah saudara kita sesama titah Gusti Sang Jagadnata.
Sudah selayaknya kita saling menghormati dan menghargai, saling berbagi rasa welas asih.
Buang rasa permusuhan dan kebencian, sirnakan prasangka dan stigma buruk bahwa mereka
adalah mahluk jahat. Yang jahat bukanlah mereka, melainkan apa yang ada dalam prasangka
buruk bangsa manusia sendiri.
Pada malam itu, secara spontan panpel menerima telepon langsung dari Ketua Bupati Seluruh
Indonesia (APKASI) Ir. H. Isran Noor M.Si yang berkenan menyatakan sikapnya sbb :
Kepada seluruh elemen masyarakat yang hadir, kami sangat apresiet atas segala daya upaya
untuk melindungi situs sejarah Majapahit yang mengandung nilai adiluhung itu. Kami akan
membantu perjuangan saudara-saudara sekalian melalui upaya konstitusional kepada Menteri
terkait dan Bapak Presiden agar mengambil kebijaksanaan untuk melindungi situs Majapahit
dan semua situs sejarah, bahkan tidak hanya di Trowulan tetapi juga situs-situs baru yang
baru diketemukan yang tersebar diseluruh Indonesia baru-baru ini. Jika ingin menjadi bangsa
besar, mulai sekarang kita harus menghargai hasil karya para pendahulu kita, salah satu
wujud sikap menghargai itu adalah melindungi situs sejarah bangsa. Seperti kalimat Bung
Karno, jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Demikia Isran Noor menyampaikan
supportnya kepada perjuangan ini.
Apapun alasannya industrialisasi yang dibangun tepat di atas situs Majapahit sebagai cara
pandang yang terbalik dalam menempatkan prioritas kepentingan. Apakah industrialisasi itu
layak disebut sebagai upaya membangun ekonomi rakyat, menciptakan lapangan kerja,
memajukan kesejahteraan masyarakat. Terkesan alasan itu hanya sekedar bulshit yang dicari-
cari saja. Atau mungkin para industrialis dan pejabat setempat malah sudah kerasukan pola
pikir sempit dan picik berdasarkan anggapan bahwa semua yang berbau situs sejarah dinilai
sumber kemusyrikan, lantas menjadi sah dan halal jika digilas dengan penghancuran maupun
industrialisasi kapitalisme yang kenyataannya lebih berhala ketimbang menyembah batu
hitam. Saya pun sah-sah saja menuduh para industrialis dan pejabat setempat sebagai
tindakan haram karena telah menginjak-injak martabat dan nilai sejarah yang adiluhung para
perintis bangsa, para leluhur yang mewariskan tanah perdikan yang sampai hari ini mereka
tinggali sebagai tempat mencari makan. Tidur, berak, makan, cari uang pun kenyataannya
masih di wilayah pusaka warisan leluhur bangsa, tapi mereka menghina dan menginjak-injak
simbol harga diri dan warisan nolai luhur sang pewaris. Itu yang dinamakan generasi
durhaka. Lihat saja, tak ada orang yang selamat jika mendurhakai orang tua dan para
leluhurnya sendiri. Apalagi bagi mereka yang hanya menumpang hidup di Nusantara, jelas-
jelas sebagai tamu, tapi bertingkah mbagekake (mempersilahkan) yang punya rumah. Nasib
apa yang akan mereka alami ?
Berbagai elemen masyarakat telah berusaha mengentikan rencana industrialisasi di atas situs
Majapahit, tapi mereka tetap tak bergeming, teguh dalam membutakan hati, mata, dan
telinga, bahkan tampak tiang pancang bangunan pabrik baja mulai didirikan. Oke…kalau
begitu, kami lakukan ritual upacara adat sebagai bentuk local wisdom untuk memberikan
jawaban terakhir jika segala daya upaya untuk menyadarkan suatu kenekadan dan tindakan
yang salah, ternyata tidak juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Kami hanya
mewakili generasi penerus bangsa yang masih merasakan manfaat situs Majapahit, generasi
bangsa yang masih menghormati para leluhurnya. Kami mewakili generasi bangsa untuk
mengadu dan memohon, agar para leluhur dan kekuatan alam semesta ini yang akan
menyelesaikan konflik dan persoalan industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan.
Boleh saja mereka ketawa dan kacak pinggang melihat apa yang kami lakukan. Tapi kita
semua akan menjadi saksi, lihat apa yang akan terjadi !!
Rasakan dan terimalah rasa welas asih kami, sebagai sesama bangsa Indonesia kami
masih menyayangi kalian para pejabat dan industrialis di situs Majapahit. Kami mohon
dengan sangat, dengarkan semua aspirasi berbagai elemen masyarakat. Perhatikan Perda, dan
UU tentang perlindungan situs sejarah. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1984, tentang
Industri; Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya; Peraturan
Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012, tentang Rencana Ruang Pulau Jawa-Bali; Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Kebudayaan RI Nomor PM.105/UM.001/MKP/2010, tentang
Perubahan pertama atas Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun
2010-2014; Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI Tahun 2010-2014; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun
2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031;
RAPERDA Kabupaten Mojokerto Nomor xxx Tahun xxx, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2031. Silahkan mau mengembangkan
industrialisasi, kami dukung jika memang bisa meningkatkan kemakmuran bangsa,
dan masyarakat setempat. Tetapi pertanyaan kami apakah sudah tidak ada lagi lahan
lainnya selain lahan situs penting Majapahit ? Jika tetap ngotot bisa saja orang mulai
berfikir, jangan-jangan tidak sekedar mendirikan pabrik baja, tetapi di dalamnya areal tanah
terdapat harta warisan Majapahit ? Semua tidak menutup kemungkinan apalagi daerah situs
Trowulan memang selalu diselimuti halimun.
Dengarkan kata-kata bijak kami dan aspirasi semua elemen masyarakat. Jika tidak…..ya
sudah. Nas..tali pati ! Mumpung masih ada waktu 7 sampai 35 hari. Sekali lagi wahai para
industrialis dan pejabat semua yang terkait industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan,
gunakan sisa waktu itu untuk berfikir ulang dan memperhatikan aspirasi masyarakat. Jika
tidak, penyesalan di kemudian hari sudah tak berguna lagi. Bukan kekuatan kami yang akan
memberikan keadilan, melainkan kekuatan hukum alam, hukum tata keseimbangan kosmos
yang akan mengadili semua secara proporsional dan seadil-adilnya. Hukum alam tak pernah
menyisakan secuilpun ketidak adilan. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.
Kami ucapkan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada sedulur-sedulur yang sudah
datang ke lokasi jauh-jauh dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Jateng, Surabaya, Sidoarjo,
Kediri, Blitar, Bojanegara, Gresik, Lumajang dan berbagai tempat lainnya. Alam semesta,
para leluhur dan titah alus, mencatat semua amal kebaikan panjenengan semua. Amal
kebaikan panjenengan semua itu akan menjadi pagar gaib yang membenti Anda dari segala
macam kekuatan jahat. Dan alam semesta akan selalu berpihak pada rencana dan usaha Anda
yang positif dan berguna untuk orang banyak. Mari lakukan sesuatu yang bermanfaat utuk
generasi yang akan datang., anak cucu kita, darah daging kita sendiri. Asah Asih Asuh.
Jayalah Nusantara.
DUKUNGAN DARI BERBAGAI PIHAK
Acara Ritual Agung tanggal 21 September 2013 Jam 10 Malam begitu Sakral Banget
Sampai hari ini, aroma wangi semerbak masih terlintas di hidung saya dan istri saya (apakah
hanya sugesti ataukah memang begitu?)
Tapi sayang, saya dan istri sempat kecewa karena tidak bisa menyaksikan dan mengikuti
meditasi sampai selesai, hanya sampai jam 1 karena saya bawa anak kecil2 takut kemaleman
dan juga sungkan sama mas ipar, karena dia yg punya mobil.
Tapi Alhamdlh, saya dan istri sudah ikut dan sempat “menyumbangkan” rambut atas
instruksi Ki Sabdalangit beberapa helai pada saat acara tersebut.
Saya Orang Mojopahit, Terima Kasih Matur Sembah Nuwun saya ucapkan kepada KKS,
Wongalus (Ki Wildan), Mas Kumitir, Ki Camat dan rekan2. Karena telah berkorban dan ber-
dedikasi membantu mengagalkan berdirinya pabrik baja di situs Majapahit, Trowulan.
Salam Rahayu
Sungguh tidak saya sangka dan duga jika masih ada sedulur-sedulur yang peduli terhadap
nasib kami, nasib Majapahit dan Trowulan. Maka saya dan teman-teman tadi segera hadir di
sini ingin berjumpa dengan semua rekan-rekan di sini, karena saya mendapatkan kabar secara
mendadak. Saya ucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada seudulur sedulur yang hadir
dari berbagai kota, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jatim.
Antari Yulianto (Jakarta)
Hasil iseng..foto candi brahu di atas saya masukin ke aplikasi ft aura..dan hasilnya seperti
dibawah ini..tentang keakuratannya.. dalem mboten ngertos. Sumonggo !
Tulisan dari ‘Pendawa Lima’ Kategori
PENDAWA LIMA
PENDAWA LIMA
PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani,
sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara
yang sangat angker. Prabu Yudhistira mempunyai dua saudara kandung masing-masing
bernama ;Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang
menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga mempunyai dua saudara kembar lain
ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di
kesatrian Baweratalun.Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala,
raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkawinan tersebut ia
memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi istri Arjuna.Ketika
hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat daya kesaktian minyak
Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari
pertapaan Pringcendani. Prabu Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta
istrinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Prabu
Yudhistira kemudian menjelma atau menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa
bergelar Prabu Yudhistira. Prabu Yudhistira darahnya berwarna putih melambangkan
kesuciannya.
Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya
setelah akhir perang Bharatayuda.
3. ARJUNA
Adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita
putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima
bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah
Puntadewa dan Bima/Werkudara.
Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan
Sadewa. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu.
Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi
Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga,
bergelar Bagawan Ciptaning. Arjuna dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu
Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan
sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-
pusaka sakti dari para dewa, antara lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali
( dari Bathara Kuwera ), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki
pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali ( dari Resi
Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai Sarotama, Keris Kiai Baruna, Keris
Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak
Jayengkaton ( pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani ) dan Kuda
Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain:
Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna
mempunyai 15 orang istri dan 14 orang anak. Adapun istri dan anak-anaknya adalah :
3. Dewi Srikandi
Arjuna juga banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta (pahlawan perang),
Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning
Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi (gesit
trengginas), Palguna, Danasmara ( perayu ulung ) dan Margana ( suka menolong ).
Arjuna memiliki sifat perwatakan ; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan
suka melindungi yang lemah.
Arjunaa memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang
Bhatarayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa ( mati sempurna ) bersama ke-empat saudaranya
yang lain.
4. NAKULA
Nang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan
yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu
Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati
dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Nakula lahir kembar bersama adiknya,
Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah,
putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama; Puntadewa,
Bima/Werkundara dan Arjuna. Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib. Nakula
mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula
tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati
pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Nakula juga mempunyai cupu berisi,
“Banyu Panguripan atau Air kehidupan” (tirtamaya) pemberian Bhatara Indra. Nakula
mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan
rahasia. Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai
dua orang isteri yaitu:
Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama
Tirtamanik. Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara
Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya
diceritakan, Nakula mati moksa bersama keempat saudaranya.
PRABU DRUPADA yang waktu mudanya bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara
dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra
bersaudara sepupu dengan Bambang Kumbayana/Resi Durna dan menjadi saudara
seperguruan sama-sama berguru pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup,
Arya Sucitra pergi meninggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina
kehadapan Prabu Pandudewanata. Arya Sucitra menekuni seluk beluk tata kenegaraan dan
tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh Prabu Pandu ia
di jodohkan/dikawinkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu dengan
Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang
putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna.
Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi
raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada. Dalam masa
kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Durna, dan separo dari wilayah negara
Pancala direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak-anak
Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai
senapati perang Pandawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena panah Cundamanik.
RESI DURNA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi
Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara
seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi
hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian
dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan
kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak
Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama
Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan
Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra
bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah
berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah
gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat
menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang
Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian
Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu
dalam tubuh Drestajumena.
Pelajaran Berharga ;
9. Sing sapa wae menawa tansah memetri paugeran, bakal terwaca, permana lan
waskitha, temah suket godhong dadi rewang, ati sumeleh, seger bregas kuwarasan,
ati bungah sumringah, cukup bondo dunya, sugih ngelmu lan wicaksana, wilujeng
karahayon, ayem tentrem kerta raharja, idu geni yen paring dunga pengestu mesthi
manjur lan temomo.
11. Nusantara tempat kita hidup ini merupakan teritorial yang memiliki keistimewaan luar
biasa. Kekayaan alamnya, yang terkandung dalam bumi mulai dari kesuburan tanah,
keragaman flora dan fauna, kontur tanah, struktur geologi, kualitas geodesi, dan
kekayaan maritimnya. Terlebih lagi bila kita sejenak menoleh ke belakang,
memahami dan melihat secara obyektif kondisi bumi pertiwi pada masa lalu. Bukan
sekedar konon, namun jejak-jekan kehebatan bumi pertiwi yang masih tersisa bisa
kita lihat hingga sekarang ini.
12. Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet
dari wilayah Sabang sampai Merauke. Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat
ratusan gunung berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir
menunjukkan regenerasi dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan
gunung api purba yang sampai sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di
sebelah utara wilayah Jogjakarta. Ratusan gunung berapi itu masing-masing
mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-beda, serta masing-masing
memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik alamiah itu
menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara. Sedangkan perbedaan masing-
masing wilayah Nusantara melahirkan beragam karakter sosial budaya berupa sub-
kultur pada masyarakat yang ada di sekitar gunung maupun yang ada di wilayah
daratan rendah.
13. Karakteristik setiap masyarakat sekitar gunung dibentuk oleh adanya pola-pola
interaksi antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya. Dari adanya
interaksi yang intensif antara masyarakat dengan lingkungan alam dalam jangka
waktu ribuan bahkan jutaan tahun, telah menghasilkan sistem budaya, adat istiadat,
tradisi, dan kebiasan masyarakat yang di dalamnya terangkum nilai-nilai kearifan
lokal (local wisdom) yang begitu luhur. Keunikan budaya sungguh berbeda dari
budaya masyarakat yang tinggal di wilayah 4 musim, sub tropis maupun wilayah
gurun. Karakter alam yang berbeda akan menentukan karakter penduduk dan corak
budayanya serta sistem kepercayaan masing-masing masyarakat. Itulah sebabnya
mengapa karakter agama sangat diwarnai oleh karakter masyarakat dan budaya di
mana agama itu berasal. Dipandang dari perspektif perspektif sosiologis agama atau
sistem keyakinan merupakan bagian dari sistem budaya, karena dihasilkan oleh
budaya selama beberapa waktu lamanya.
16. Apa yang kita yakini biasanya kita jadikan sebagai “obor penunjuk jalan”. Yang harus
kita waspadai adalah, apa yang sekedar kita yakini belum tentu merupakan fakta dan
realitas. Mudah membuktikan apakah sesuatu yang kita yakini merupakan fakta atau
mitos. Apabila hal-hal yang kita yakini TIDAK sesuai dengan kebenaran fakta dan
realitas maka kita merasakan hidup seperti bermain judi atau spekluan. Segala sesuatu
terasa tanpa ada kepastian. Mata batin terasa buta, tidak tahu bagaimana nasibnya di
hari ini, apalagi esok hari. Oleh sebab itu untuk menanggulangi kecemasan atas
ketidakpastian itu, biasanya Tuhan Mahatahu sekedar menjadi pelarian untuk
menyandarkan segala kegundahan hati. Dalam keadaan seperti ini disadari atau tidak
dalam telah membangun pola pikir dan sikap apatis. Manusia seolah menjalani hidup
dengan tanpa bisa menentukan pilihan. Karena kekuasaan Tuhan menentukan
segalanya, bahkan jam berapa mau kentut dan be-ol saja diserahkan Tuhan yang
mengatur. Ini menjadi blunder saat menganalisa perilaku menyimpang atau tindak
kejahatan. Lantas pola pikir itu pula yang dijadikan alasan pembenar yang dicari-cari
untuk melegitimasi tindakan konyolnya. Dapat digarisbawahi, bilamana apa yang kita
yakini sesungguhnya hanyalah mitos (dongeng imajiner) akan menjauhkan diri dari
berkah alam semesta, karena sikap dan tindak-tanduk kita semakin menjauh dari
karakter alam dan hukum tata keseimbangan alam. Ia cepat atau lambat dalam
hidupnya akan mengalami berbagai benturan dan himpitan lahir maupun batin.
17. Sebaliknya jika apa yang diyakini merupakan sesuatu yang sesuai dengan fakta dan
realitas, hal itu ditandai hidup kita tidak lagi seperti bermain judi (spekulasi). Kita
menjalani hidup ini dengan penuh kepastian. Hari ini akan selamat atau akan ada
bahaya mengancam, kita akan bisa menangkap tanda-tanda dan peringatan
sebelumnya. Kita merasakan hidup dengan penuh berkah sebagai konsekuensi logis
atas tindakan kita yang selalu selaras dan harmonis dengan lingkungan alam.
19. Saya pribadi termasuk orang yang tidak mudah percaya, tidak suka ela-elu, anut
grubyuk, atau taklid dst. Tidak puas hanya dengan cara sekedar mengimani saja atas
semua yang dikatakan atau ujare, jarene, ceunah ceuk ceunah. Saya ragu, tetapi
keraguan yang metodis, yakni keraguan untuk tahu apa yang sesungguhnya terjadi.
Saya akan mengakui dan percaya bila saya benar-benar menjadi saksi dengan mata
wadag maupun batin. Lama saya berfikir apa benar gunung selalu menjadi tempat
yang sakral, penuh kekuatan magis, natural dan supernatural powernya besar ?
Bagaimanapun juga memanfaatkan daya nalar atau akal budi akan lebih baik
ketimbang membiarkan emosi untuk memahami suatu kebenaran fakta. Jika saya
menggunakan keyakinan saja, saya akan terjebak pada sikap “menuhankan” emosi.
Dan saya tidak mentabukan seseorang yang cenderung mengandalkan nalar, karena di
samping kesadaran rahsa sejati, kesadaran nalar atau akal budi merupakan salah satu
instrumen yang handal untuk melihat dan menilai suatu kebenaran sejati dan memilih
mana yang baik (selaras dengan hukum alam) dan buruk (melawan hukum alam).
Sebaliknya, emosi tidaklah bisa diandalkan untuk menganalisa karena emosi tidak
berdasarkan nalar melainkan dengan unsur emosi : rasa suka atau tidak suka, senang
atau tidak senang, puas atau tidak puas. Emosi lebih menekankan pada sentimen
sementara nalar lebih menekankan pada sikap toleransi.
20. Puluhan tahun lamanya saya melakukan survey, penelitian langsung ke banyak
gunung-gunung yang bercokol di muka bumi Nusantara ini. Hingga membawa pada
kesimpulan bahwa benar adanya, jika gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan
besar dan penuh kesakralan. Dengan begitu, saya semakin menyadari akan sikap para
leluhur bumi putera Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton
yang masih eksis menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana
pemujaan (penghormatan) kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk
penghuninya. Bahkan alasan mengapa tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa
muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering dilakukan di puncak-puncak gunung dan
bukit, kini terjawab sudah.
22. Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos
atau mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja. Kecuali bagi yang
masih kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum
sungguh-sungguh memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit
memahaminya. Untuk itu saya coba membantu pemahaman melalui pendekatan
rasional dan faktual sejauh yang dapat saya alami dan rasakan sendiri selama ini. Saya
juga mengharapkan supaya seluruh pembaca yang budiman yang memiliki
pengalaman soal pergunungan khususnya di Nusantara ini untuk berbagi
pengalamannya dengan harapan dapat menambah lengkap ulasan kita kali ini dalam
upaya mengenali karakter gunung khususnya, dan karakter Nusantara pada umumnya.
Tak kenal maka tak paham, tak paham maka tak sayang, orang yang tak sayang
maka akan cenderung membuat kerusakan alam. Di sinilah harapan saya agar
generasi penerus bangsa ini sadar untuk menghentikan segala macam perusakan alam.
23. Saya berani menyimpulkan, rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang
masih aktif maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat.
Penduduk pribumi Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis
yang menyelimuti gunung. Dahulu saya pribadi masih meragukan hal itu. Hingga
pada akhirnya setiap pengalaman demi pengalaman yang telah saya dapatkan
membuat saya lebih mengenali karakter gunung dan memahami apa yang sebenarnya
terjadi. Lebih mengenal dan lebih memahami gunung tenyata dapat membawa kita
pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat bermanfaat untuk
membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam mengambil
sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan yang
saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.
24. Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ? Saya memberanikan diri untuk
membuat suatu kesimpulan bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum
keselarasan dan keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan
sebagai tempat yang menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari
permukaan bumi. Di mana di dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan
panas bumi yang lebih kuat dari dataran rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga
ke puncak gunung, badan dan kaki gunung dengan tingkat energi yang berbeda-beda.
Gunung dengan selimut hutan belantara menjadikannya sebagai rumah tinggal
seluruh makhluk. Ragam mahluk hidup mulai dari bangsa manusia, bangsa “halus”,
ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu diselimuti hutan belantara
yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga fungsi gunung
sebagai tempat konservasi alam sebagai lumbung air dan oksigen yang dibutuhkan
oleh seluruh mahluk hidup.
25. Kekuatan alam semesta yang lebih besar menyelimuti seluruh badan gunung. Bagian
gunung yang lebih tinggi ternyata memiliki daya kekuatan yang lebih besar pula.
Semakin mendekati puncak gunung semakin besar pula kekuatannya. Dan sepertinya
pada bagian kawah gunung menjadi kumparan energi yang paling besar. Saya pribadi
kemudian menyadari, mengapa rata-rata gunung semakin ke puncak auranya semakin
wingit ? Termasuk pula para penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka
mahluk hidup pilihan baik titah wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural
powernya, karena memang tidak setiap mahluk hidup mampu bertahan dan bisa
bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya mahluk hidup tertentu dan
pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar kawah atau puncak
gunung. Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di pegunungan
selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative
tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus
setingkat kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak
mahluk halus yang lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan
besarnya daya kekuatan dan kemampuan mereka. Apa jawabannya akan saya
jabarkan dalam alenia di bawah ini.
28. Di puncak gunung terdapat kawah sebagai tempat keluarnya unsur api dari dalam
bumi. Api atau agni di puncak kawah gunung menjadi simbol spiritualitas yakni pusat
unsur kehidupan yang berasal dari api atau diistilahkan sebagai Bethara Bhrama yang
mengendalikan unsur hidup di dalam api itu sendiri. “Partikel” hidup yang terdapat di
dalam api oleh masyarakat disebut sebagai banaspati. Akan tetapi agni atau api
berasal dari dalam bumi, artinya unsur api yang menghidupi kehidupan itu ada dalam
diri kita sendiri. Sebab alam semesta merupakan jagad besar sementara diri kita
adalah jagad kecil. Puncak gunung dapat diartikan pula sebagai cakra mahkota, di
mana letak kendali kesadaran kosmos berada. Dalam tradisi spiritual masyarakat
Jogja atau Kraton Jogja dikenal spiritus AUM, atau Agni~Udaka~Maruta atau api,
tanah, angin dan air. Dilambangkan dalam rangkaian unsur alam yang mengelilingi
Jogjakarta yakni Merapi (Agni), Kraton Jogja (Udaka) sebagai kehidupan, dan Maruta
yakni unsur angin dan air yang berasal dari laut selatan. Gunung Merapi sebagai
entitas simbol spiritualitas Kahyangan (spirits) dan Kraton sebagai wujud lahir (body
dalam hal ini akal budi), laut selatan merupakan jiwa (soul) sebagai penyeimbang.
Selanjutnya kita akan mengulas tentang ragam kehidupan gunung sebagai wujud
nyata sistem atau tata keseimbangan alam.
30. Gunung menjadi tempat ideal untuk hidup bagi keanekaragaman hayati yang bersifat
wadag maupun alus. Dari yang paling kecil hingga yang besar. Secara metafisik,
gunung menjadi tempat tinggal para mahluk halus dengan tingkat kemampuan serta
daya kekuatan dan kesaktian yang tinggi. Semakin ke arah bawah (kaki gunung)
penghuninya mahluk halus berdaya kekuatan lebih rendah. Hingga yang berdaya
kekuatan lebih rendah yang menghuni daratan rendah, dan yang paling rendah (setan
bekasakan) menghuni tempat-tempat lembab dan kotor di dataran rendah. Bagi para
sedulur-sedulur pecinta alam, akan mudah membuktikan fakta di atas. Misalnya di
puncak-puncak gunung tidak terjadi penampakan mahluk halus semacam kuntilanak,
pocongan, siluman biasa (kekuatan rendah) dan sejenisnya. Jenis mahluk halus
semacam itu banyak terdapat di daratan terutama daerah-daerah yang lembab, banyak
air, becek, kotor dan bau. Karena di situ lah habitat mereka. Bangsa siluman dengan
daya kekuatan rendah banyak terdapat di daratan rendah, tetapi memilih tinggal di
daerah tertentu misalnya muara sungai, jembatan besar, gumuk, gerumbul, lembah
dan semak belukar. Sepertinya setingkat juga dengan bangsa genderuwo dan wewe
lebih banyak menghuni di daratan tetapi di tempat-tempat seperti pohon-pohon besar,
hutan daratan, batu-batu besar, rumah yang telah lama kosong. Namun bagi
genderuwo berkekuatan tinggi bisa juga tinggal di areal perbukitan. Genderuwo
merupakan mahluk halus yang sungguh unik. Jika dikategorikan kedalam bangsa jin
dan siluman tidaklah tepat, dikatakan mahluk halus memang ada benarnya, tetapi ia
lebih nyata dibanding mahluk halus pada umumnya. Sebagai tolok ukurnya,
genderuwo bisa menyentuh benda fisik, bisa memegangnya, bahkan
melemparkannya. Sehingga terkadang bisa melemparkan benda-benda padat pada
orang yang sedang melintasi tempat tinggalnya. Genderuwo tampaknya memiliki
kromosom yang dekat dengan jenis kromosom manusia sehingga bangsa genderuwo
bisa menghamili wanita bangsa manusia. Genderuwo juga bukan berasal dari roh
manusia yang nyasar. Soal raut wajah, genderuwo terkesan kombinasi antara wajah
singa dan serigala dengan bertubuh layaknya binatang gorilla. Genderuwo kurang
cakap berbicara dalam bahasa manusia atau tata jalma. Tetapi genderuwo memiliki
kebiasaan seperti dilakukan oleh manusia bisa merokok dan makan. Genderuwo juga
mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia dalam kapasitas yang
terbatas. Walau kurang cakap tata jalma tetapi genderuwo bisa memahami apa yang
diucapkan dan dikehendaki seseorang. Itulah kelebihannya.
31. Kembali ke soal gunung, saya sering melihat di bagian kaki gunung banyak dihuni
oleh mahluk halus dengan rata-rata kemampuan dan daya kekuatan menengah hingga
tinggi sekelas bangsa siluman dengan daya kekuatan menengah. Bangsa siluman juga
beragam wujudnya. Bisa berujud binatang atau mahluk hidup yang wujudnya sangat
asing menurut penglihatan manusia. Bangsa siluman ini masih bangsa lelembut atau
mahluk halus namun biasanya berbentuk setengah manusia, atau setengah binatang
tetapi daya kekuatannya tidak main-main. Walau bentuknya binatang tetapi seolah
memiliki nalar seperti halnya manusia. Namun bangsa siluman sejauh yang pernah
saya temui tidak dapat berbicara dalam bahasa layaknya manusia (toto jalmo).
32. Sudah merupakan hukum seleksi alam, pada wilayah yang semakin tinggi ternyata
ditinggali pula oleh mahluk halus yang semakin tinggi kekuatan dan kemampuannya.
Bahkan di wilayah sekitar puncak gunung seringkali kita temukan mahluk halus
dengan kekuatan tinggi sekali. Di sekitar areal puncak gunung kita bisa menemukan
keanekaragaman hayati yang tidak terdapat di daratan rendah. Dan biasanya ragam
tumbuhan di wilayah puncak gunung merupakan tumbuhan langka, serta tumbuhan
yang mengandung kegunaan dan berkhasiat tinggi. Jurang yang dalam, tebing yang
terjal ditumbuhi oleh pepohonan besar serta semak belukar yang rapat. Karena kondisi
medan yang sulit dijangkau bangsa manusia, maka berbagai binatang pun menjadikan
wilayah sekitar puncak gunung sebagai istana yang nyaman dan aman dari gangguan
bangsa manusia. Semua itu terjadi sebagai bagian dari sistem keseimbangan alam.
34. Biarkan wilayah pegunungan terlebih lagi areal mendekati puncak gunung menjadi
wilayah tertutup dari bangsa manusia. Karena di sana diperlukan tumbuhan dan hutan
yang lebat sebagai pabrik oksigen dan sebagai penampungan air kehidupan yang
diperlukan seluruh mahluk terutama bangsa manusia. Itulah kebijaksanaan tata
keseimbangan alam menempatkan bangsa binatang hidup di hutan belantara di sekitar
puncak gunung sebagai tempat tinggal yang nyaman, karena letusan gunung tidak
akan membahayakan mereka semua. Bangsa binatang dan mahluk halus yang
perilakunya alamiah serta tidak pernah melawan hukum alam sampai kini tetap
memiliki kepekaan instink untuk mendeteksi secara dini kapan akan terjadi
marabahaya letusan gunung yang akan terjadi. Bangsa binatang dan lelembut pun
akan mudah sekali melakukan eksodus mengevakuasi diri dalam waktu singkat ke
tempat yang aman manakala terjadi letusan gunung.
35. Kita harus menghormati hukum alam menata keseimbangannya sendiri. Bangsa
binatang dan mahluk halus yang tinggal di gunung-gung memiliki tugas untuk
menjaga dan melestarikan sumber kehidupan seluruh mahluk. Biarlah keangkeran dan
kekuatan magis wilayah pegunungan tetap berlangsung, agar supaya hutan tetap utuh
dan ragam kehidupan tetap berlangsung. Biarlah wilayah puncak pegunungan tetap
keramat agar bangsa manusia yang paling potensial membuat kerusakan alam tidak
dengan sekehendak hati merusak kawasan vital sebagai penyangga sistem
keseimbangan alam.
36. Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan
alam tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi
jika areal puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemukiman oleh bangsa manusia
? Apa yang terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ?
Apakah bangsa mahluk halus, bangsa binatang dan tumbuhan sebagai bagian dari
alam semesta dan sebagai sesama mahluk hidup tidak akan marah kepada bangsa
manusia yang telah melawan hukum keseimbangan alam ?
37. Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara
paksa areal pemukiman penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi
telah mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang
menata dan mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind,
akan mampu memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat. Untuk
selanjutnya kita adopsi sifat-sifat bijaksana dari gerak-gerik yang terjadi pada
lingkungan alam di sekitar kita.
Supernatural being, dapat saya artikan secara lazim sebagai ke-ada-an yang bersifat non-
alami, tidak bersifat fisik. Sementara yang lain menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak dapat
dijelaskan secara ilmiah, misteri, penuh teka-teki, tidak dapat diselidiki, atau tidak dapat
dipahami. Benarkah supernatural being tidak dapat dijelaskan secara ilmiah ? Dalam konteks
ini apakah gaib itu nyata ?
Barangkali jawaban yang saya berikan terkesan unik, aneh dan berbeda dari kebiasaan umum.
Nyata atau tidak nyata tergantung siapa yang menjawabnya. Jika jawaban keluar dari
seseorang yang mempunyai kemampuan indigo, atau orang-orang yang sering mengalami
interaksi dengan mahluk halus dan berbagai hal gaib, atau orang yang indera penglihatannya
sering menangkap obyek metafisik (supernatural being), tentu gaib tidak lagi bersifat
invisible, maupun inscrutable. Sebaliknya menjadi tampak nyata, maka boleh-boleh saja
disebut sebagai kasunyatan atau kenyataan. Lain halnya bagi seseorang yang samasekali
tidak pernah melihat gaib, apalagi menyangkal terhadap sesuatu yang gaib, tentu saja gaib
menjadi sesuatu yang sama sekali tidak nyata (preternatural).
Dapat dimaklumi, harapan untuk dapat MELIHAT atau menyaksikan “kasunyatan” gaib
bukanlah hal mudah. Meskipun demikian bukan berarti bahwa seseorang lantas samasekali
tidak pernah berinteraksi dengan supernatural being. Untuk itu setidaknya perlu dipahami
beberapa faktor berikut :
1. Ada anggapan keliru yang kadang tidak disadari. Beberapa orang menganggap
kemampuan berinteraksi dengan supernatural being selalu ditandai oleh kemampuan
mata wadagnya (eyes/mata fisik) untuk melihat secara visual “obyek” gaib.
Pemahaman ini tentu saja keliru kaprah. Karena berinteraksi dengan gaib tidak melulu
dengan melibatkan mata wadag Anda. Perlu kita sadari bahwa interaksi dengan
supernatural being dapat melibatkan salah satu, beberapa bagian, atau seluruh panca
indera yang kita miliki. Namun pada kenyataannya masing-masing panca indera tiap
orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam berinteraksi dengan
supernatural being. Ada orang yang indera penciumannya lebih tajam, sementara
yang lainnya ada pada penglihatan matanya, pendengarannya, perasa (kulit), atau
getaran nuraninya atau mata batin (third eyes atau six sense) yang lebih tajam. Oleh
sebab itu bagi yang belum bisa menyaksikan dengan mata wadag, seyogyanya
janganlah berkecil hati, sebab setiap orang apapun jenis kelamin, agama, kepercayaan,
budaya, suku-bangsanya, tetap dapat berinteraksi dengan kasunyatan gaib
(supernatural being ) atau noumena metafisik menurut filsuf Aristoteles. Yang lebih
penting seyogyanya kita dapat mengenali kemampuan dan kelebihan yang ada pada
diri kita sendiri, mengetahui panca indera mana yang lebih peka saat terjadi interaksi
dengan supernatural being. Dengan adanya tulisan ini, paling tidak dapat menjadi
sarana komparasi, dan sedikit membantu kepada para pembaca yang budiman untuk
dapat lebih mengenali mana panca indera Anda yang paling peka.
2. Kebanyakan orang awam tidak menyadari bilamana dirinya sudah mengalami suatu
interaksi dengan supernatural being. Karena kurangnya komparasi dan pengetahuan
mengenai seluk-beluk dimensi metafisik dan kurangnya referensi yang ada baik dari
pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, maupun bahan bacaan yang ada.
3. Bagi yang sudah mengalami interaksi dengan gaib pun, terkadang ia sendiri
menyanggahnya dengan berbagai macam alasan ekstrim misalnya gaib itu tidak ada.
Sementara beberapa yang lain malah sangat membatasi diri supaya jangan sampai
bersentuhan dengan gaib dengan alasan takut tersesat, musrik, sirik dan lain
sebagainya. Meskipun supernatural being atau kasunyatan gaib pernah disaksikannya
melalui indera penglihatan, perasa, atau penciuman, tetapi karena suatu alasan
supernatural being tersebut tidak terdapat dalam “kamus” yang diyakininya. Serta
merta suatu kasunyatan gaib tsb justru dianggapnya sebagai halusinasi, bahkan
dianggap sebagai godaan iman belaka. Hal itu disebabkan sistem pengetahuan yang
didapatkan tidaklah tepat. Apalagi pemahaman tentang dimensi gaib yang salah
kaprah namun telah tertanam sejak usia dini kemudian berlangsung sedemikian
lamanya, akan terbenam ke dalam alam pikiran bawah sadarnya. Keadaan itu sangat
berpengaruh terhadap pola pikirnya sendiri dalam mensikapi supernatural being atau
noumena gaib.
MELURUSKAN PEMAHAMAN
Dengan alasan sederhana, karena penulis terlahir dari moyang yang berdarah Jawa, serta
bernaung, hidup, makan, menghirup udara dari tanah Jawa pula, kiranya tidaklah berlebihan
jika saya menggunakan ngèlmu Jåwå untuk mengurai tema di atas. Para pembaca yang
budiman pun bebas memilih mau menggunakan perspektif dan ilmu dari manapun asalnya.
Apa yang kita ketahui, bukanlah dijadikan senjata untuk mencari menangnya sendiri, atau
mau menjadi sang juara, melainkan kita share untuk memperoleh kelengkapan suatu
pengetahuan spiritual tentang sesuatu yang nyata ada (supernatural being ) dan terjadi di
sekitar kehidupan kita.
Di dalam tradisi spiritual Jawa terdapat “disiplin” yang disebut sebagai ngèlmu kasunyatan.
Bukan sekedar ilmu yang dirumuskan melalui sistem logika pikir dan rasionalitas saja.
Ngèlmu kasunyatan merupakan ilmu yang menanamkan prinsip tabiat alam yang selalu jujur
apa adanya dan berbicara tentang sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Ngèlmu kasunyatan
merupakan ilmu unik, dapat dianggap ilmu kebatinan (spirits) yang melihat sesuatu dari sisi
metafisika. Namun ngèlmu kasunyatan juga mencakup sisi fisik, empiris, atau ilmu wadag
yang dapat dikelompokkan ke dalam tradisi ilmiah. Karena dasar dari ngèlmu kasunyatan
adalah data yang dikumpulkan dari pengalaman atau fakta empiris, maupun jalan spiritual
(pengalaman batin). Peristiwa alam yang terjadi berulang-ulang, kemudian diamati, dicermati
dan dianalisa. Selanjutnya kejadian empiris berikutnya diurai apakah ada alur kronologi
peristiwa dengan peristiwa sebelumnya. Jika terdapat pola yang runtut dan konsisten, dapat
disimpulkan terdapat hubungan sebab akibat dengan peristiwa sebelumnya. Data-data dan
fakta empiris selalu di-cross check dengan “pengalaman” batin agar dapat diambil
makna dan benang merahnya. Cara ini oleh sebagian orang disebut sebagai ngèlmu titèn.
Ngèlmu titèn diperoleh melalui metode mengamati, menandai dan mencermati (observasi)
terhadap rangkaian peristiwa alam dihubungkan dengan pengalaman batin seseorang.
Manfaatnya, tidak hanya seseorang mampu memahami bahasa alam, tetapi juga mampu
membaca fenomena alam yang menjadi pertanda akan terjadinya suatu peristiwa. Ngèlmu
kasunyatan meliputi dimensi kasunyatan wadag (fisik) disebut natural being, maupun
dimensi kasunyatan gaib atau metafisika yang disebut pula sebagai supernatural being.
Dalam perspektif ngèlmu kasunyatan, adalah beberapa faktor yang menjadi sumber
kelemahan dalam memahami supernatural being yakni sulitnya mengumpulkan fakta dan
data pendukung. Kekurangan data dan kesimpulan dini dapat menimbulkan distorsi
pemahaman. Atau kesalahan dalam menilai sesuatu akibat kurangnya informasi dan data-data
benar-benar faktual. Agar supaya lebih mudah memahami tulisan ini, bagaimana distorsi
pemahaman tersebut dapat penulis kemukakan beberapa contoh kasus berikut ini :
1. DISTORSI PEMAHAMAN. Sesuatu yang bersifat tak kasat mata, lazimnya disebut
“lêlêmbut” atau segala macam makhluk astral, bersifat selalu menipu dan berubah-ubah
wujudnya. Hal itu membuat sebagian orang menganggap supernatural being bersifat
subyektif, artinya setiap orang akan melihatnya sebagai wujud yang berbeda-beda bentuknya
sekalipun terhadap “obyek” yang sama.
KOREKSI. “Obyek” gaib tetaplah berwujud paten dan tetap. Tidak berubah-ubah seperti
yang disangkakan orang selama ini. Memang ada satu dua mahluk halus yang mampu
merubah wujudnya (untuk sementara waktu dan hanya kepada manusia yang kurang awas).
Namun perubahan wujud itu hanyalah sebatas kamuflase atau tipuan pada indera mata orang
yang melihatnya. Artinya makhluk halus tidak dapat sungguh-sungguh merubah-ubah
wujudnya. Dan hanya sedikit saja jenis makhluk halus yang dapat berkamuflase, atau
memalsukan wujudnya yang asli. Di antaranya sejenis genderuwo dan siluman. Sedangkan
di antara jenis berikut ; binatang “halus”, jim, kuntilanak, pêri, sundêl bolong, banaspati,
bajang kêrik, kêblak, rohalus, léak, wéwé, butô, pôcôngan, di mata manusia tidak dapat
berkamuflase. Wujudnya selalu tetap begitu-begitu saja. Makhluk halus yang memiliki
kemampuan berkamuflase, tergolong dalam jenis mahluk halus dengan tingkat kesaktian
tinggi.
Lantas pertanyaaanya; mengapa ada pula orang-orang yang melihat satu obyek gaib
dalam wujud yang berbeda-beda? Jawabnya, ada dua kemungkinan. Pertama, disebabkan
oleh rendahnya kemampuan indera dalam melihat “obyek” gaib. Sehingga yang tampak
hanyalah sebagian dari wujud keseluruhan. Dapat dianalogikan sebagai orang buta yang
mendefinisikan wujud gajah sesuai bagian tubuh yang dapat disentuhnya. Masing-masing
orang buta akan mendefinisikan gajah sesuai dengan bagian tubuh gajah mana yang dapat
mereka sentuh. Kasusnya sama persis dengan orang-orang saat melihat “obyek” gaib. Mereka
hanya mendefinisikan sebagian dari keseluruhan obyek yang bisa dilihatnya. Misalnya
seseorang melihat penampakan tubuh manusia tanpa kepala, bukan berarti obyek gaibnya
benar-benar tanpa kepala. Melainkan mereka hanya melihat wujud pada bagian-bagian
tertentu saja. Artinya mereka belum dapat menembus tabir gaib yang menyelimuti kepala si
“obyek” gaib. Lain halnya bagi seseorang yang memiliki kemampuan tinggi dalam melihat
gaib. Obyek gaib akan dilihat secara utuh. Hal ini bisa dilakukan penelitian dengan metode
mengumpulkan beberapa orang yang memiliki kemampuan melihat gaib dengan tingkat
kemampuan yang kurang lebih setara. Mereka melihat obyek gaib berupa makhluk astral
yang sama persis wujud, bau, suara dan rupa tubuhnya.
Kedua, penampakan wujud yang berasal dari endapan alam pikiran bawah sadar. Lebih
tepatnya disebut sebagai ilusi, halusinasi atau khayalan (imajiner). Sejak kecil biasanya
seseorang sudah mendapat cerita-cerita, dongeng, bahkan “pendidikan” yang menceritakan
tentang wujud makhluk halus. Apalagi disertai dengan deskripsi dan visualisasi dalam
gambar dan lukisan. Visualisasi imajiner tersebut lambat laun meresap ke dalam bawah
sadarnya. Pada saat seseorang berada di suatu tempat dan baru merasakan aura gaib, otomatis
rekaman bawah sadar tersebut tervisualisasi secara imajiner. Bahkan pada saat seseorang
tidur pulas bisa saja wujud astral yang telah terrekam di alam pikiran bawah sadar tersebut
muncul tervisualisasi di alam mimpi. Semua menjadi seolah nyata dan benar. Walaupun
terkadang mimpi dapat menjadi sinyal akan sesuatu yang benar-benar akan terjadi, bukan
berarti wujud astralnya merupakan kebenaran. Bisa jadi wujud astral dalam mimpi hanya
menjadi perlambang atau bahasa simbol saja. Misalnya Anda bermimpi diculik “setan”
berwarna merah bertanduk dan membawa tongkat, itu bisa berarti tim kesayangan Anda akan
dikalahkan oleh FC Manchester United. Kebetulan sebelumnya Anda pernah melihat
lambang tim bola dari Inggris itu yang berbentuk “setan merah” (red devil) bertanduk dengan
membawa tombak. Contoh lainnya misalnya Anda melewati daerah yang sangat angker.
Karena tidak percaya diri alias bernyali ciut belum-belum sudah ketakutan sendiri dan tanpa
sadar berandai-andai muncul penampakan. Dalam kondisi seperti ini alam pikiran bawah
sadar akan mengendalikan Anda. Sebab itu lah si penakut biasanya justru melihat
penampakan menakutkan. Tetapi penampakan itu sekedar halusinasi yang berasal dari alam
pikiran bawah sadar yang seolah menjadi tampak nyata. Dalam istilah Jawa penampakan
palsu ini lazim disebut mêmêdi, atau mêmêt ing budi. Yakni “hantu” palsu yang berasal dari
alam pikiran bawah sadarnya sendiri. Lucunya, orang lantas berdoa untuk mengusir hantu,
padahal hantunya ada dalam pikirannya sendiri.
KOREKSI. Dalam tataran kesadaran kosmologis, makhluk halus apapun jenisnya, hidup
menghuni jagad halus dalam fungsinya untuk mengisi peranan-peranan dalam prinsip
mekanisme keseimbangan alam (tata kosmos). Sesuai prinsip plus-minus, yin-yang, siang-
malam, hitam-putih, dst, semua bermuara pada prinsip keseimbangan alam. Hitam bukan
berarti jahat, karena adanya “hitam” sebagai faktor penyeimbang terhadap “putih”. Sebagai
contoh, Bethårå Kålå (yang ternyata benar-benar ada), oleh sebagian orang dianggap raja
dunia kegelapan atau “dunia hitam”. Faktanya, Bethårå Kålå bukanlah makhluk halus yang
jahat. Sebaliknya, ia memiliki kesadaran kosmologis yang menghasilkan perilaku bijaksana
dalam menjalankan fungsi-sungsi kehidupannya sebagai bagian dari elemen penyeimbang di
dalam mekanisme dan hukum tata kosmos. Bethårå Kålå memimpin “rakyat” nya dari ragam
jenis mahluk halus yang ada (khususnya di Nusantara). Di dalam prinsip universe, setiap
makhluk memiliki FUNGSI-nya masing-masing sebagai unsur penyeimbang kehidupan yang
ada di dalam makro kosmos. Istilah fungsi terasa lebih egaliter dan tepat jika dibandingkan
dengan istilah TUGAS. Demikian pula dengan Bethårå Kålå, bukan bertugas, melainkan
sekedar menjalankan fungsinya kenapa ia ada dan hidup di dalam jagad ini. Fungsinya
dalam batas menjadikan manusia-manusia yang tidak éling dan waspådå atau orang-orang
yang melanggar wêwalêr (hukum alam) di dalam pola harmoni dan kesalarasan tata kosmos,
sebagai tumbal. Atau dalam bahasa lebih halusnya, menjadi orang-orang yang tidak lolos
dalam mekanisme seleksi alam. Makhluk halus tidak akan menganggu manusia, kecuali
manusia sadar atau tidak telah mengganggu ketentraman mereka. Mengganggu kehidupan
makhluk termasuk bentuk perilaku bertentangan dengan hukum alam di mana sifat alam
selalu memberi kehidupan kepada seluruh makhluk. Sebaliknya, bagi manusia yang telah
mempunyai kesadaran kosmologis perilaku dan perbuatannya selalu selaras dan harmonis
dengan hukum alam. Selalu memberi kehidupan (dalam arti luas) kepada makhluk hidup
yang lain termasuk jagad lêlêmbut. Sebagai konsekuensinya para mahkluk halus jenis apapun
akan selalu bersahabat (tidak menganggu) manusia yang telah meraih kesadaran kosmologis
di manapun manusia berada. Bahkan tanpa disadari oleh bangsa manusia, makhluk halus
seringkali membantu dan menolong orang-orang yang sedang mengalami kesulitan atau
orang-orang yang akan dan sedang tertimpa celaka. Dalam tradisi spiritual Jawa, kesadaran
kosmologis, atau keselarasan tata kosmologi diungkapkan dalam bentuk “laku” menghormati
dan menghargai SEDULUR PAPAT KEBLAT, yakni seluruh mahkluk yang berada di empat
penjuru mata angin sebagai sama-sama makhluk hidup ciptaan Tuhan. Manusia tidak boleh
bersikap arogan memusuhi seluruh sêdulur papat kéblat tsb, karena mereka adalah sama-
sama sebagai titahing Gusti (ciptaan tuhan) yang berfungsi menjalankan perannya masing-
masing serta bertanggungjawab untuk saling memberikan wêlas asih kepada seluruh
makhluk, tanpa kecuali dan tanpa pilih kasih. Itulah inti sari dari prinsip keselarasan dan
keseimbangan alam. Memiliki alur berupa; Sing gawé urip, urip, nguripi.
Jika semua orang memiliki kesadaran tata kosmos (kesadaran kosmologis), tentu saja dunia
ini akan aman tenteram dan penuh berkah berlimpah ruah. Sekali lagi, makhluk halus dari
“dunia hitam” mereka ADA bukan untuk memusuhi dan membinasakan manusia. Sebagian
orang berprasangka mahluk halus dari “dunia hitam” sebagai musuh bebuyutan manusia.
Sebagai konsekuensinya sikap manusiapun terbawa-bawa untuk selalu memusuhi segala
macam makhluk halus yang telah dicap sebagai kalangan “dunia hitam”. Rasanya aneh jika
Tuhan bikin musuh untuk ciptaanNya yang lain. Tuhan jadi terkesan suka “mengadu domba”,
suka menciptakan permusuhan di antara makhluk-makhlukNya. Kok terasa sangat
kontradiktif wông katanya “sabung ayam” saja tidak disukai sang tuhan, kok malah Ia sendiri
suka memecahbelah bikinanNya sendiri. Tuhan bikin musuh untuk diriNya dan sekaligus
musuh bagi manusia. Namun manusia disuruh untuk membinasakan semua musuh yang
Tuhan ciptakan sendiri. Prasangka seperti ini masih banyak menghinggapi benak orang.
Karena pemahamannya yang rancu dan kaprah yang telah mengendap di dalam alam pikiran
bawah sadar yang tertanam sejak usia dini. Rasanya aneh saja jika tuhan kok mau-maunya
membuat musuh untuk dirinya sendiri, sementara jenis makhluk lainnya yang disebut
manusia disuruh membela-Nya. Lagi-lagi ini gambaran tuhan dengan politik “devide et
impera”. Lantas dimana letak kebijaksanaanNya? Mudah-mudahan ia sekedar tuhan di dalam
angan-angannya manusia, alias tuhan aspal. Soalé saya jadi takut sekali, jika demikian
faktanya sewaktu-waktu tuhan dengan semauNya sendiri akan membuat musuh-musuh baru,
dan lagi-lagi manusia disuruh membasmi musuh-musuh produk baru tsb. Kalau begitu
adanya, tak lama lagi bumi akan segera hancur oleh peperangan antar manusia, peperangan
yang sengaja diciptakan tuhan. Ironis sekali.
Kembali pada tema. Para pembaca yang budiman silahkan mencoba bersahabat, wêlas asih
kepada seluruh makhluk. Tak usah berlama-lama lakukan selama 35 hari saja, maka Anda
akan merasakan khasiat dan manfaatnya. Anda akan menemukan kemudahan dan
keselamatan di manapun berada. Banyak hal yang menggembirakan, pas, sesuai yang
diharapkan seolah-olah serba kebetulan tetapi hal itu sesungguhnya bukanlah kebetulan,
melainkan Anda telah berada dalam lajur keselarasan dan harmonisasi dengan hukum
alam. Sebagai konsekuensinya anugrah dan berkah akan selalu berlimpah kepada Anda,
keluarga, dan orang-orang tercinta. Pada kenyataannya, makhluk halus justru makhluk yang
sangat jujur dan patuh kepada kodrat alam. Tidak mengenal basa-basi-busuk seperti halnya
bangsa manusia. Sebaliknya makhluk halus memiliki ketegasan sikap, jika berkata ya
(sanggup/setuju) mereka tidak akan menjadi pecundang dan pengkhianat di kemudian hari,
jika berkata tidak (menolak/tak sanggup/tidak setuju) mereka juga tidak akan melakukan
sebaliknya. Kelebihannya dibanding dengan manusia, makhluk halus sebagaimana halnya
binatang dan tanaman, dalam menjalani hidup mereka tidak mau melanggar hukum alam.
Jika kita mau jujur mengakui, yang sering melanggar hukum alam justru makhluk yang
mengklaim diri paling sempurna dan memiliki akal, yakni bangsa manusia. Tabiat makhluk
halus tidak seperti yang disangkakan orang selama ini.
KOREKSI. Rumångså biså, nanging ora biså rumångså. Oleh karena perilaku tidak
bersahabat ini, orang kapan saja bisa mendapat celaka akibat ulahnya sendiri. Disamping itu,
sikap demikian justru banyak menebar musuh dan semakin menutup ketajaman mata
batinnya sendiri. Manusia kadang suka berlebihan, mereka sebagai pendatang baru tetapi
suka mengusir penghuni lama yang sudah tinggal lebih dulu ratusan tahun lamanya. Manusia
yang demikian ini terang-terangan melakukan penjajahan dan penindasan terhadap para
lêlêmbut. Boleh jadi lêlêmbut kalah dan terusir dari di tempat itu (untuk sementara waktu).
Boleh jadi lêlêmbut kesulitan menembus “pagar gaib” yang dipancangkan mengelilingi
rumah yang angker hingga para lêlêmbut terusir dari rumahnya sendiri. Akan tetapi ditempat
lain, di luar “pagar” itu, si pengusir sudah tidak lagi “terpagari” dari serangan balik atau
pembalasan dari para lêlêmbut terusir. Cepat atau lambat si pengusir/penjajah/penindas pasti
akan menerima akibat dari ulahnya sendiri yang berlebihan itu. Kata pepatah,”Siapa menabur
angin, ia akan menuai badai”. Kita tak boleh semena-mena dan tega hati sekalipun terhadap
makhluk halus. Mereka semua adalah sama-sama titah Gusti yang mustinya saling menebar
rasa wêlas asih dan saling menghargai satu sama lainnya.
Bagi para siswa, dan para pembaca yang budiman yang telah memiliki kemampuan dalam
“pemagaran gaib”, termasuk mengusir dan menangkap makhluk halus, seyogyanya jangan
sampai bersikap sewenang-wenang. Akan lebih bermanfaat bermanfaat dengan menjaga
sikap lebih lembut, sopan, beradab, penuh rasa hormat dan welas asih kepada seluruh
makhluk. Menurut pengalaman saya pribadi, makhluk halus penghuni tempat atau rumah
angker, sekuat dan seganas apapun lêlêmbut, jika mereka telah lebih dahulu tinggal di tempat
tsb, mereka tak perlu diusir. Hanya perlu disrabani saja. Yakni dihargai dan diajak rebugan,
diminta pengertiannya untuk tidak menampakkan diri dan jangan sampai terjadi gangguan
kepada orang yang menghuninya. Misalnya Anda sekedar mengucap,”Kita semua sama-
sama makhluk ciptaan Tuhan, bersama-sama tinggal di tempat yang sama. Hendaknya
saling menghargai, menghormati, menjaga, melindungi, dan saling mendoakan. Aku tidak
akan mengganggumu, kamu juga jangan mengganggu ku”. Ucapkan kalimat yang makna dan
intinya seperti di atas, dengan melibatkan lisan dan getaran nurani. Getaran khusus itu dalam
istilah Jawa disebut kêmbang têlêng ing ati. Getaran kêmbang têlêng ing ati itulah yang
akan menjadi bahasa universal dan dapat dipahami oleh seluruh makhluk hidup apapun jenis
dan bangsanya.
Cara demikian merupakan wujud nyata sikap dan pengertian manusia terhadap mahluk halus.
Pasti aktivitas makhluk halus tak akan mengganggu aktivitas manusia lagi. Akan lebih efektif
jika pada saat melakukan negosiasi dan penyelarasan disajikan ubo rampe sekedarnya
misalnya teh tubruk, kopi tubruk, kembang setaman sekedar sebagai lambang persahabatan
dan penghargaan. Seperti halnya Anda memberikan sajian kepada kenalan baru atau para
tetangga di sekitar tempat tinggal Anda. Cara yang mudah, murah, sederhana, tidak beresiko
dan efektif. Namun semua itu merupakan pilihan masing-masing orang, dan tentunya mau
dijalani atau tidak kembali pada prinsip kesadaran tata kosmos masing-masing individu. Doa
kepada sang Jagadnata bukan sekedar ucapan di bibir saja. Tanpa ada upaya konkrit pada
akhirnya doa hanya sekedar lips service saja. Misalnya Anda berdoa pada tuhan supaya para
tetangga tidak mengganggu dan memusuhi Anda sekeluarga. Harapan itu tak akan terwujud
jika hanya mengandalkan doa saja, tanpa diikuti adanya interaksi yang baik kepada para
tetangga.
Setelah kita mampu mengoreksi pola pikir (mind set) mengenai pemahaman terhadap
supernatural being, selanjutnya para pembaca yang budiman akan lebih mudah memahami
tulisan berikut. Di sini tak perlu bicara soal benar-salah. Rasakan saja dalam nurani dengan
penuh kejujuran. Cross-kan dengan apa yang pernah Anda rasakan dan alami sendiri.
Walaupun nalar yang terdogma oleh berbagai dongeng terkadang mengajak hendak
mengingkarinya, namun jangan khawatir Anda akan mendapat jawaban paling jujur dari
lubuk hati yang paling dalam. Itupun jika mau mengakui dengan penuh kejujuran dan
kepolosan.
1. Aroma Sedap dan Harum ; semacam dupa, ratus, kemenyan, harum bunga-bungaan;
mawar, kanthil, kenanga, melati, kembang setaman, sedap malam, kayu cendana, bau
daun sirih, dsb. Ragam aroma tersebut merupakan pertanda akan keberadaan
supernatural being tidak jauh dari tempat kita berada. Aroma wewangian seperti
penulis sebut di atas, merupakan cirikhas astral dari kalangan manusia (leluhur), atau
kelas yang lebih tinggi (dèwi/widhôdari), ratu gung binatara, atau orang-orang yang
memiliki derajat keluhuran tinggi. Sementara ada pula leluhur yang memiliki cirikhas
misalnya aroma tembakau, rokok klobot, klembak, nasi liwet, madu, dst. Masing-
masing leluhur memiliki cirikhas aroma, bahkan ada yang berbau seperti malam (lilin)
rebusan sarang lebah madu. Aroma juga mencirikan apa yang disukai atau sering
digunakan seseorang semasa hidupnya dulu. Misalnya Mbah Ageng atau Ki Metaram
Juru Nujum Sri Sultan HB IX kehadirannya ditandai dengan aroma rokok klobot
bercampur klembak menyan. Karena Mbah Ageng ini sangat suka dengan rokok jenis
itu. Sementara itu, Gusti Mangkunegoro mempunyai aroma khas bunga mawar-melati
dan kayu cendana. Cirikhas KRK adalah aroma bunga setaman yang meninggalkan
bekas aroma sangat wangi selama 4-5 jam semenjak kehadirannya. Yang Mulia
Sultan Aji Sulaeman dan YM Sultan Aji Parikesit raja Kutai Kertanegara generasi 17-
18 memiliki aroma khas dupa ratus. Sebagian orang zaman sekarang banyak pula
yang berbau kapur barus atau kamper yang begitu menusuk hidung. Terutama bagi
orang yang saat matinya ditaburkan bubuk kamper. Akan tetapi banyak juga leluhur
yang aromanya biasa-biasa saja, tidak kuat, tidak harum tidak juga menebar aroma tak
sedap. Meskipun aroma wewangian dapat dijadikan acuan sebagai pertanda
keberadaan leluhur atau supernatural being bangsa manusia, namun ada pengecualian
yakni bau wangi bunga kemuning yang begitu semerbak dan menusuk hidung. Itu
pertanda makhluk astral sebangsa pêri (makhluk astral berujud perempuan cantik nan
mempesona yang sering bersuamikan bangsa manusia). Apaka Anda berminat ? J
Barangkali itulah sebabnya kenapa sebangsa pêri suka dengan tanaman pohon
kemuning.
2. Aroma Tak Sedap. Segala macam aroma yang tidak sedap. Misalnya bau bangkai,
bau singkong bakar, bau pete/jengkol, bau kotoran atau semacam tinja, bau amis,
anyir seperti darah, bau comberan, bau-bau busuk. Ini pertanda kehadiran berbagai
macam jenis lelembut. Masing-masing lêlêmbut memiliki cirikhas aroma masing-
masing. Singkong bakar adalah cirikhas bau gendruwo yakni makhluk halus dengan
ciri-ciri tingginya mencapai 3 meter bahkan ada yang lebih, tubuhnya mirip primata,
wajah dan rambut menyerupai perpaduan antara wajah singa dengan anjing,
kemungkinan makhluk ini memiliki gen atau kromosom yang dekat dengan bangsa
manusia. Terbukti gendruwo bisa menghamili seorang wanita. Ada lagi misalnya bau
pesing (bau urine kering) menandakan keberadaan wéwé (istri gêndruwo). Bau pesing
adalah aroma yang berasal dari pôpôk bayi wéwé. Sedangkan bau jengkol, pete,
merupakan cirikhas keberadaan siluman di sekitar tempat kita berada. Bau jengkol
dan pete merupakan salah satu pertanda paling akurat untuk mengukur tingginya
kesaktian yang dimiliki makhluk halus yang mempunyai aroma tersebut. Aroma pete
dan jengkol menandakan lêlêmbut yang ada di sekitar kita memiliki kesaktian yang
cukup tinggi. Bau jengkol atau pete mudah ditemukan di mana-mana. Jika Anda ingin
membuktikan sendiri, terdapat lokasi yang ideal untuk membuktikannya. Sebut saja
misalnya di sepanjang tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), tepatnya
sepanjang jalur Gunung Héjo (ada pada km 97-67). Bau jengkol dan pete itu berasal
dari wilayah kraton siluman yang memiliki kemampuan tinggi yang berada di seputar
Gunung Héjo. Tepatnya berada di samping kiri lajur tol Bandung arah Jakarta km 97
s/d km 70. Atau di sebelah utara tempat peristirahatan km 97. Sekalipun Anda
menghidupkan AC dan menutup kaca mobil rapat-rapat, bau jengkol dan pete sangat
menyengat itu tetap dapat menembus ke dalam ruangan kendaraan Anda. Bagi para
pembaca budiman yang mempunyai sipat kandêl sekelas sastrå bêdati, ajian sêkar
jagad, dan ajian kålåcåkrå yang asli (kw-1), akan mudah sekali melenyapkan bau
jengkol tersebut hanya dalam waktu kurang 1 menit. Lain lagi dengan jenis
kuntilanak memiliki bau yang menjijikkan, anyir seperti darah busuk bercampur bau
comberan. Yang jelas, lêlêmbut yang tergolong “kelas bawah” atau kotor yakni sétan
bêkasakan, jim priprayangan, dêdêmit, hantu, baunya sangat tidak sedap membuat
perut terasa mual.
3. Fenomena Alam Spesifik. Fenomena alam biasanya menjadi pertanda akan
kehadiran leluhur besar. Sebagai contoh di antaranya adalah datangnya hembusan
angin yang cukup kuat, mendadak, kemudian senyap begitu saja dan suasana kembali
dalam keheningan. Biasanya menjadi suatu pertanda kehadiran leluhur (besar).
Peristiwa ini sering terjadi pada saat melaksanakan dawuh/perintah leluhur. Atau pada
saat Anda melaksanakan suatu upacara besar. Tak jarang menjadi pertanda saat terjadi
interaksi dengan para leluhur besar bumiputra. Misalnya kehadiran Prabu BW 5,
KRK, dll. Pertanda itu terjadi pula pada saat bôlôséwu mengiringi dalam suatu
perjalanan. Sementara itu Panembahan Bodho (kerabat Majapahit) tandanya dapat
berupa angin kencang yang memandu sepanjang perjalanan spiritual. Di saat keadaan
tertentu, pertanda dapat berupa hujan amat-sangat lebat disertai gelegar halilintar yang
begitu dahsyat mengelilingi kita, sebagai pertanda Panembahan Bodo turut njangkung
dan njampangi dalam suatu acara atau pekerjaan besar. Sementara Ki Ageng Mangir
Wonoboyo dan Gusti MN kehadirannya disertai pertanda terjadi hentakan sangat kuat
hingga terasa menggetarkan tanah seperti gempa bumi. Sementara itu Panembahan
Senopati dan Kjg Sultan Agung ada pertanda khusus berupa pancaran energi ke segala
penjuru yang terasa sangat kuat disertai harum bunga telasih. Adapula yang berupa
fenomena awan yang selalu menaungi di atas jalan yang kita lalui, sehingga
suasananya menjadi mendung yang memayungi sepanjang perjalanan spiritual kita.
Pertanda unik ada pada Yang Mulia Sultan Sulaeman, yakni berupa pelangi.
Munculnya pelangi sangat tidak lazin karena kemunculannya tanpa disertai hujan dan
terpaan sinar matahari. Peristiwa itu menjadi cirikhas pada saat beliau sedang
njangkung dan njampangi. Terkadang berupa cincin pelangi dengan lingkaran
berdiameter kurang lebih 2 meter. Misalnya terjadi pada saat perjalanan udara dari
Kutai menuju Jakarta, cincin pelangi tersebut tampak selalu mengiringi di samping
pesawat. Semua peristiwa itu mudah saja dialami oleh siapapun apabila sudah terbiasa
dalam lajur “laku” spiritual yang tepat atau pas & pênêr. Selain beberapa tanda di
atas, misalnya pada permukaan air tiba-tiba muncul gelombang yang cukup kuat
walaupun tidak ada terpaan angin. Gejala ini sebagai salah satu pertanda akan
kehadiran leluhur dengan daya kekuatan supra tergolong besar. Misalnya pada saat
Anda melakukan hening, mêsu budhi, atau meditasi di suatu tempat dengan maksud
manêgês kepada para pendahulu. Peristiwa lainnya misalnya terjadi kabut yang turun
secara cepat, kadang membentuk konfigurasi yang mempunya maksud sebagai
perlambang adanya tabir gaib yang menjadi sekat antara dimensi wadag dengan
dimensi yang abadi.
4. Suara Misterius. Terdengar sayup suara-suara yang terasa membawa getaran mistis,
sakral. Adapula terdengar suara-suara sangat asing di telinga Anda. Walau terjadinya
singkat namun begitu bermakna. Suara menjadi terasa asing, karena sebelumnya tidak
pernah terdengar di dimensi wadag. Atau indera raga Anda belum pernah mendengar
suara itu sebelumnya. Suara-suara aneh atau sangat langka dan terasa asing terdengar
di telinga kita lazim dialami oleh pelaku meditasi. Peristiwa itu terjadi karena proses
meditasi telah mencapai pada kesadaran batin. Batin dan sukma pelaku meditasi lah
yang mendengar suara-suara itu dan kemudian berhasil ditransfer ke telinga fisiknya.
Dalam keadaan sadar ragawi, tidak sedang tidur, tidak meditasi, secara tak sengaja
kita mendengar sayup-sayup suara gending di tengah malam hingga dini hari.
Mungkin di antara para pembaca yang budiman pada saat tiba tengah malam
mendengar suara gamelan pengiring reyog terdengar sayup-sayup hilang dan muncul
berasal dari arah wilayah Pandan Simo hingga Pantai Trisik wilayah Bantul dan
Kulonprogo. Alunan suara itu berasal dari aktivitas astral dari dimensi lain.
Tujuannya bukan untuk mengganggu bangsa manusia, melainkan mereka sedang
menjalani aktivitas kehidupannya sendiri. Mungkin saja aktivitas mereka itu sebagai
salah satu bentuk mensyukuri atas segala nikmat dan berkah alam semesta. Bagi yang
pernah atau sedang tinggal di Jogja, barangkali pernah mendengar sayup-sayup suara
marching band pada jam-jam tertentu misalnya jam 04.00 – 05.30 pagi berasal dari
wilayah timur Kota Jogjakarta. Sudah puluhan tahun lamanya penulis mulai
mendengar suara misterius itu. Jika di datangi sumber suara itu di wilayah sekitar
Bandara Internasional Adisucipto justru terdengar semakin menjauh dan hilang.
Saking penasarannya, sampai suatu ketika ingin sekali tahu apa yang sesungguhnya
terjadi. Alhasil ternyata suara itu berasal dari aktivitas astral. Di saat perang
kemerdekaan pernah terjadi pemboman yang dilakukan oleh tentara Belanda terhadap
Angkatan Udara yang sedang melakukan aktivitas marching band. Akibatnya satu
pleton TNI AU masa kemerdekaan yang sedang melakukan aktivitas marching band
itu seluruhnya tewas. Suara itu bukan rekaman alam atas peristiwa masa lalu (saya
masih belum paham dengan “teori” ini), namun sungguh-sungguh merupakan
aktivitas yang dilakukan pada saat ini oleh para pahlawan yang gugur di masa perang
kemerdekaan. Agar supaya menjadi pêpéling bagi generasi bangsa saat ini.
5. Mata Batin. Dalam hal ini berupa perasaan berupa feeling atau naluri Anda. Tentu
setiap orang pernah merasakan muncul suatu perasaan tidak enak hati, khawatir, takut,
gelisah (perasaan negatif) atau sebaliknya merasakan ketenangan, keberanian,
ketenteraman yang luar biasa (perasaan positif) tanpa tahu apa yang menjadi
penyebabnya. Gejala psikhis seperti ini dapat muncul ketika terjadi interaksi dengan
makhluk astral. Hanya saja kesadaran ragawi yang meliputi pikiran, nalar, maupun
panca indera yang melekat di dalam diri kita, tidak dapat merasakan suatu interaksi
dengan supernatural being. Sebaliknya mata batin kita yang tidak terikat oleh raga,
bahkan bersifat tembus dimensi ruang dan waktu justru lebih mampu merasakannya.
Terkadang indera visual seseorang tidak dapat melihat supernatural being, tetapi mata
batinnya justru sangat tajam. Bahkan seringkali mata batin sudah mampu
mengidentifikasi sinyal gaib, sementara indera yang lain belum bisa merasakannya.
Untuk menguji tingkat akurasi mata batin seseorang, dapat dilakukan komparasi
dengan seseorang yang mampu melihat supernatural being dengan indera mata
visualnya atau dengan anak-anak indigo. Apabila keduanya berpendapat sama dan
selaras, setidaknya dapat menjadi sarana untuk mengukur tingkat akurasinya. Dalam
tulisan ini penulis ingin menarik benang merah, di mana perasaan positif dapat
menjadi parameter di mana makhluk astral yang ada di sekitar kita bersifat positif
pula, atau leluhur bangsa manusia, dapat pula dikatakan energi yang cocok dengan
diri kita. Sebaliknya perasaan negatif menandakan makhluk astral yang ada disekitar
kita bukan berasal dari sukma atau leluhur bangsa manusia. Atau energi yang tidak
cocok dengan diri kita.
6. Mencium Aroma Singgûl. Gejala ini saya kelompokkan tersendiri karena aroma
singgul merupakan sinyalemen yang sangat khusus. Terutama berlaku di Jawa atau
masyarakat Jawa. Singgûl sendiri merupakan racikan dari dua macam tanaman herbal,
yakni dlingo dan bênglé. Keduanya diparut dan dicampur dengan sedikit air.
Dijadikan borèh yang biasa digunakan pada acara lelayu atau orang meninggal dunia.
Cara pemakaian singgûl, para pelayat cukup mengoleskannya sendiri di bagian kening
kiri dan kanan. Biasanya disediakan pada acara takziah atau layatan orang meninggal
dunia. Singgûl berfungsi untuk menolak sawan yang keluar dari jasad orang baru
meninggal, supaya sawan tidak mengenai para pelayat. Terkena sawan menyebabkan
seseorang menjadi sakit demam, ngilu, lemas bahkan lebih berat dari itu, dan dapat
berlangsung lebih dari sebulan. Sementara itu munculnya aroma singgûl menjadi
salah satu pertanda atau sinyalemen jika ada seseorang yang akan meninggal dunia.
Jika bau itu tercium pada saat Anda sedang sendirian saja di rumah atau di suatu
tempat biasanya seseorang yang sudah kita kenal akan meninggal dunia dalam waktu
yang tidak lama. Jika aroma itu muncul pada saat Anda sedang berada di antara
kerumunan orang-orang, atau sedang berkumpul bersama di suatu acara, maka di
antara orang-orang itu ada seseorang yang akan meninggal dunia dalam waktu dekat.
Memang terasa serem kawan. Karena aroma singgûl identik dengan kabar kematian.
Tapi hal itu jangan membuat Anda lantas takut untuk kumpul bersama-sama.J
7. Getaran Energi. Getaran energi terasa bersentuhan atau menerpa tubuh Anda. Energi
bisa terasa lembut dan halus, bisa pula terasa kuat terasa menusuk. Namun semua itu
tidak dapat dijadikan patokan apakah suatu energi bersifat positif atau negatif. Namun
ada kunci sederhana, jika energi datangnya dari samping tubuh, dari belakang, dari
atas atau dari bawah justru energi itu bersifat positif artinya baik untuk diri kita.
Tetapi jika energi itu menerpa dari arah depan Anda, biasanya energi negatif, atau
buruk untuk diri kita. Seperti halnya karakter santet, tenung, guna-guna, meskipun
saat mendekat bisa saja datang dari belakang rumah, samping, atau pun dari atas
rumah. Tetapi pada saat serangan merasuk ke dalam tubuh selalu melalui arah depan
tubuh korban. Bagi yang memiliki tingkat kepekaan yang cukup sensitif, getaran
energi mudah dirasakan dan dibedakan dari mana sumbernya dan berasal dari
sebangsa apa. Apakah tergolong energi alam (natural energy), energi leluhur
(supernatural energy), atau berasal dari energi lêlêmbut, jim priprayangan (khodam
atau préwangan). Atau malah berasal dari inner power (tenaga dalam) seseorang yang
berada tidak jauh dari mana Anda berdiri. Semakin intens berlatih Anda akan semakin
mudah membedakan dari mana suatu energi berasal. Tulisan ini bermaksud
mempermudah Anda untuk belajar mengembangkan kepekaan dan kemampuan
mendeteksi suatu energi metafisis.
8. Indera Perasa Kulit. Dalam hal ini maksudnya adalah kulit dan bulu halus pada pori-
pori kulit kita. Kulit sebagai salah satu dari panca indera kita, mempunyai tingkat
kepekaan relatif lebih sensitif dibanding indera-indera yang lainnya. Anda tentu
pernah mengalami kejadian di mana bulu halus atau bulu roma tiba-tiba terasa
merinding. Hal ini disebakan adanya perubahan suhu secara tiba-tiba menjadi dingin,
atau ada hembusan hawa dingin. Bulu kuduk pada bagian tengkuk kita termasuk
memiliki kepekaan yang lebih sensitif. Selain hawa dingin, Anda juga bisa merasakan
hawa hangat. Gejala tersebut datang dari luar diri kita. Ini pertanda adanya interaksi
lebih intens dengan makhluk astral. Namun tidak seperti aroma wangi, tanda-tanda ini
tidak dapat dijadikan acuan, dari bangsa mana astral yang berada di sekitar Anda.
Bisa jadi leluhur bisa pula dari sebangsa lêlêmbut, jim priprayangan, sêtan
bêkasakan.
Gejala itu merupakan peristiwa sangat biasa dan wajar terjadi kapan dan di mana saja berada
karena merupakan fakta mahluk astral selalu terdapat di mana-mana. Sekalipun mempunyai
sifat wujud yang berbeda, antara manusia dengan supernatural being tak dapat dipisahkan.
Banyak sekali ragam supernatural being yang berada dalam dimensi yang sama dengan
bangsa manusia, yakni dimensi wadag atau fisik. Namun begitu banyak pula supernatural
being yang hidupnya berada dalam dimensi astral, dimensi gaib, atau dimensi non-fisik.
Penghuni dimensi-dimensi tersebut bisa saling berinteraksi dalam kadar intensitas dan
kualitas yang berbeda-beda. Yang paling penting kita jangan mengambil kesimpulan dini,
menganggap rasa merinding tersebut merupakan kehadiran makhluk halus yang akan
mengganggu kita. Sekali lagi, kita jangan ke-GeEr-an. Yang jelas gejala itu menjadi pertanda
tak jauh dari tempat kita berada ada makhluk lain selain diri kita. Sapalah mereka dengan
penuh råså wêlas asih dengan bahasa dan kalimat sebisa Anda ucapkan. Merupakan inti dari
kalimat yang Anda ucapkan adalah bahasa kasih yang universal, yang berasal dari kêmbang
têlêng ing ati, getaran yang tumbuh dari dalam sanubari Anda.
Masih banyak lagi peristiwa yang menjadi pertanda atau gejala adanya interaksi dengan
sesuatu yang bersifat non-fisik. Tulisan singkat ini sekedar untuk komparasi dengan berbagai
pengalaman para pembaca semua. Dengan harapan nantinya para sedulur yang merasa belum
pernah berinteraksi dengan gaib tidak berkecil hati hanya karena tidak pernah supernatural
being atau penampakan obyek astral. Tidak harus bisa melihat secara visual, paling tidak
akan merasakan berbagai pertanda dan fenomena di atas, untuk selanjutnya memahami
noumena, ngèlmu kasunyatan, yang nyata bukan sekedar angan, imajinasi, hayalan, ilusi,
halusinasi pikiran saja. Apalagi masing-masing orang berbeda talenta, ada yang lebih tajam
indera pendengarannya, atau penciumannya, ketimbang indera matanya.
Semoga bermanfaat
Mukjizat Pohon Kaladewa
Setelah peristiwa itu, saya coba tanyakan nama pohon aneh itu kepada
orang-orang, namun tak satupun tau pohon apa namanya. Saya sampai bertanya kepada
teman yang kuliah di fak Biologi dan Kedokteran juga tidak mengenal tanaman itu. Mereka
hanya tahu dari klasifikasi atau ordo apa. Katanya tanaman itu sejenis GULMA, rumput liar,
alias tanaman penganggu. Saya kebingungan kemana harus daya dapatkan pohon itu. Coba
mencari-cari di desa, di pinggir sawah, di kebun, bahkan sampai di kuburan. Akhirnya
ketemu juga tanaman sejenis itu, saya temukan di pinggiran jalan di desa, dan di pematang
sawah, bahkan banyak pula terdapat di kuburan. Kebingungan menyebut nama tanaman itu,
akhirnya mertua saya memberi nama KOLODEWO atau kaladewa. Sejak itu saya
praktekkan untuk mengobati Pak R, ternyata sungguh tijab, setelah 35 hari Pak R sembuh.
Dilanjutkan secara rutin minum rebusan kolodewo sehari cukup 1 sampai 2 gelas. Pak R
sembuh total berikut komplikasinya, bahkan Pak R setelah 15 tahun kemudian barulah
meninggal dunia dalam kondisi sehat dan segar bugar, dan usianya pun sudah mencapai 85
tahun.
Pada tahun 2006 s/d 2008 kebetulan saya ada pekerjaan di Sumatra Barat, dan bertemu
orang-orang penderita diabetes hingga menderita kompliaksi. Setelah saya bawakan secara
cuma-cuma tanaman kolodewo untuk mengobati penyakitnya. Mayoritas mereka segera
sembuh. Namun sayang sekali saya sudah mencari pohon kaladewa di penjuru hingga
pelosok Sumatra Barat, dari Pariaman, Bukit Tinggi, Solok, Pesisir Selatan, hingga pelosok
Kec Kambang, tidak satu pun saya temukan. Sehingga saya harus bawa dari Jawa. Karena di
Jawa relatif mudah didapat, saya tinggal kasih uang ke anak-anak SD untuk mencari tanaman
liar tersebut. Baru kemudian di cuci bersih, lalu dikeringkan. Jadilah tanaman kolodewo
kering yang siap diminta siapapun yang membutuhkan, tentunya selama saya mempunya
stok. Yah, itung-itung bisa ikut ngasih bekal uang sekolah ke anak-anak SD dan SMP di
desa. Sekarang ini ada sekitar 15-20 anak yang biasa mencari tanaman tersebut sesuai
pesanan saya. Bagi siapapun para pembaca yang budiman bila ada yang membutuhkan
tanaman KOLODEWO tersebut, bisa juga mencari sendiri di lingkungan anda. Kolodewo
selama ini terbukti cocok untuk diabetes dan penyakit liver juga. Namun, hasil akhir,
seberapa kadar kesembuhan, dan seberapa cocok obat tersebut, bagi saya pribadi semua itu
berhubungan erat dengan “lakune urip” si penderita. Bagi saya pribadi, melakukan kebaikan
sebanyak-banyaknya, kepada seluruh makhluk, tulus, tidak pilih kasih, tetap memainkan
peran utama, apakah penyakit mudah sembuh atau tidak. Karena, setiap kebaikan yang kita
lakukan pada seluruh makhluk, akan menjadi “pagar gaib” buat diri kita sendiri.
Gunung & Kekuatan Supra
Sing sapa wae menawa tansah memetri paugeran, bakal terwaca, permana lan waskitha,
temah suket godhong dadi rewang, ati sumeleh, seger bregas kuwarasan, ati bungah
sumringah, cukup bondo dunya, sugih ngelmu lan wicaksana, wilujeng karahayon, ayem
tentrem kerta raharja, idu geni yen paring dunga pengestu mesthi manjur lan temomo.
Nusantara tempat kita hidup ini merupakan teritorial yang memiliki keistimewaan luar biasa.
Kekayaan alamnya, yang terkandung dalam bumi mulai dari kesuburan tanah, keragaman
flora dan fauna, kontur tanah, struktur geologi, kualitas geodesi, dan kekayaan maritimnya.
Terlebih lagi bila kita sejenak menoleh ke belakang, memahami dan melihat secara obyektif
kondisi bumi pertiwi pada masa lalu. Bukan sekedar konon, namun jejak-jekan kehebatan
bumi pertiwi yang masih tersisa bisa kita lihat hingga sekarang ini.
Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet dari
wilayah Sabang sampai Merauke. Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat ratusan gunung
berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir menunjukkan regenerasi
dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan gunung api purba yang sampai
sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di sebelah utara wilayah Jogjakarta. Ratusan
gunung berapi itu masing-masing mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-
beda, serta masing-masing memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik
alamiah itu menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara. Sedangkan perbedaan
masing-masing wilayah Nusantara melahirkan beragam karakter sosial budaya berupa sub-
kultur pada masyarakat yang ada di sekitar gunung maupun yang ada di wilayah daratan
rendah.
Karakteristik setiap masyarakat sekitar gunung dibentuk oleh adanya pola-pola interaksi
antara masyarakat dengan lingkungan alam sekitarnya. Dari adanya interaksi yang intensif
antara masyarakat dengan lingkungan alam dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun,
telah menghasilkan sistem budaya, adat istiadat, tradisi, dan kebiasan masyarakat yang di
dalamnya terangkum nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang begitu luhur. Keunikan
budaya sungguh berbeda dari budaya masyarakat yang tinggal di wilayah 4 musim, sub tropis
maupun wilayah gurun. Karakter alam yang berbeda akan menentukan karakter penduduk
dan corak budayanya serta sistem kepercayaan masing-masing masyarakat. Itulah sebabnya
mengapa karakter agama sangat diwarnai oleh karakter masyarakat dan budaya di mana
agama itu berasal. Dipandang dari perspektif perspektif sosiologis agama atau sistem
keyakinan merupakan bagian dari sistem budaya, karena dihasilkan oleh budaya selama
beberapa waktu lamanya.
Apa yang kita yakini biasanya kita jadikan sebagai “obor penunjuk jalan”. Yang harus kita
waspadai adalah, apa yang sekedar kita yakini belum tentu merupakan fakta dan realitas.
Mudah membuktikan apakah sesuatu yang kita yakini merupakan fakta atau mitos. Apabila
hal-hal yang kita yakini TIDAK sesuai dengan kebenaran fakta dan realitas maka kita
merasakan hidup seperti bermain judi atau spekluan. Segala sesuatu terasa tanpa ada
kepastian. Mata batin terasa buta, tidak tahu bagaimana nasibnya di hari ini, apalagi esok
hari. Oleh sebab itu untuk menanggulangi kecemasan atas ketidakpastian itu, biasanya Tuhan
Mahatahu sekedar menjadi pelarian untuk menyandarkan segala kegundahan hati. Dalam
keadaan seperti ini disadari atau tidak dalam telah membangun pola pikir dan sikap apatis.
Manusia seolah menjalani hidup dengan tanpa bisa menentukan pilihan. Karena kekuasaan
Tuhan menentukan segalanya, bahkan jam berapa mau kentut dan be-ol saja diserahkan
Tuhan yang mengatur. Ini menjadi blunder saat menganalisa perilaku menyimpang atau
tindak kejahatan. Lantas pola pikir itu pula yang dijadikan alasan pembenar yang dicari-cari
untuk melegitimasi tindakan konyolnya. Dapat digarisbawahi, bilamana apa yang kita yakini
sesungguhnya hanyalah mitos (dongeng imajiner) akan menjauhkan diri dari berkah alam
semesta, karena sikap dan tindak-tanduk kita semakin menjauh dari karakter alam dan
hukum tata keseimbangan alam. Ia cepat atau lambat dalam hidupnya akan mengalami
berbagai benturan dan himpitan lahir maupun batin.
Sebaliknya jika apa yang diyakini merupakan sesuatu yang sesuai dengan fakta dan realitas,
hal itu ditandai hidup kita tidak lagi seperti bermain judi (spekulasi). Kita menjalani hidup
ini dengan penuh kepastian. Hari ini akan selamat atau akan ada bahaya mengancam, kita
akan bisa menangkap tanda-tanda dan peringatan sebelumnya. Kita merasakan hidup dengan
penuh berkah sebagai konsekuensi logis atas tindakan kita yang selalu selaras dan harmonis
dengan lingkungan alam.
Benarkah Gunung Memiliki Kekuatan Supra ?
Saya pribadi termasuk orang yang tidak mudah percaya, tidak suka ela-elu, anut grubyuk,
atau taklid dst. Tidak puas hanya dengan cara sekedar mengimani saja atas semua yang
dikatakan atau ujare, jarene, ceunah ceuk ceunah. Saya ragu, tetapi keraguan yang metodis,
yakni keraguan untuk tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Saya akan mengakui dan percaya
bila saya benar-benar menjadi saksi dengan mata wadag maupun batin. Lama saya berfikir
apa benar gunung selalu menjadi tempat yang sakral, penuh kekuatan magis, natural dan
supernatural powernya besar ? Bagaimanapun juga memanfaatkan daya nalar atau akal budi
akan lebih baik ketimbang membiarkan emosi untuk memahami suatu kebenaran fakta. Jika
saya menggunakan keyakinan saja, saya akan terjebak pada sikap “menuhankan” emosi. Dan
saya tidak mentabukan seseorang yang cenderung mengandalkan nalar, karena di samping
kesadaran rahsa sejati, kesadaran nalar atau akal budi merupakan salah satu instrumen yang
handal untuk melihat dan menilai suatu kebenaran sejati dan memilih mana yang baik
(selaras dengan hukum alam) dan buruk (melawan hukum alam). Sebaliknya, emosi tidaklah
bisa diandalkan untuk menganalisa karena emosi tidak berdasarkan nalar melainkan dengan
unsur emosi : rasa suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, puas atau tidak puas.
Emosi lebih menekankan pada sentimen sementara nalar lebih menekankan pada sikap
toleransi.
Puluhan tahun lamanya saya melakukan survey, penelitian langsung ke banyak gunung-
gunung yang bercokol di muka bumi Nusantara ini. Hingga membawa pada kesimpulan
bahwa benar adanya, jika gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan besar dan penuh
kesakralan. Dengan begitu, saya semakin menyadari akan sikap para leluhur bumi putera
Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton yang masih eksis
menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana pemujaan (penghormatan)
kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk penghuninya. Bahkan alasan mengapa
tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering
dilakukan di puncak-puncak gunung dan bukit, kini terjawab sudah.
Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos atau
mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja. Kecuali bagi yang masih
kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum sungguh-sungguh
memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit memahaminya. Untuk itu saya coba
membantu pemahaman melalui pendekatan rasional dan faktual sejauh yang dapat saya alami
dan rasakan sendiri selama ini. Saya juga mengharapkan supaya seluruh pembaca yang
budiman yang memiliki pengalaman soal pergunungan khususnya di Nusantara ini untuk
berbagi pengalamannya dengan harapan dapat menambah lengkap ulasan kita kali ini dalam
upaya mengenali karakter gunung khususnya, dan karakter Nusantara pada umumnya. Tak
kenal maka tak paham, tak paham maka tak sayang, orang yang tak sayang maka akan
cenderung membuat kerusakan alam. Di sinilah harapan saya agar generasi penerus
bangsa ini sadar untuk menghentikan segala macam perusakan alam.
Saya berani menyimpulkan, rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang masih aktif
maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat. Penduduk pribumi
Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis yang menyelimuti gunung.
Dahulu saya pribadi masih meragukan hal itu. Hingga pada akhirnya setiap pengalaman demi
pengalaman yang telah saya dapatkan membuat saya lebih mengenali karakter gunung dan
memahami apa yang sebenarnya terjadi. Lebih mengenal dan lebih memahami gunung
tenyata dapat membawa kita pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat
bermanfaat untuk membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam
mengambil sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan
yang saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.
Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ? Saya memberanikan diri untuk membuat
suatu kesimpulan bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum keselarasan dan
keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan sebagai tempat yang
menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari permukaan bumi. Di mana di
dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan panas bumi yang lebih kuat dari dataran
rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga ke puncak gunung, badan dan kaki gunung
dengan tingkat energi yang berbeda-beda. Gunung dengan selimut hutan belantara
menjadikannya sebagai rumah tinggal seluruh makhluk. Ragam mahluk hidup mulai dari
bangsa manusia, bangsa “halus”, ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu
diselimuti hutan belantara yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga
fungsi gunung sebagai tempat konservasi alam sebagai lumbung air dan oksigen yang
dibutuhkan oleh seluruh mahluk hidup.
Kekuatan alam semesta yang lebih besar menyelimuti seluruh badan gunung. Bagian gunung
yang lebih tinggi ternyata memiliki daya kekuatan yang lebih besar pula. Semakin mendekati
puncak gunung semakin besar pula kekuatannya. Dan sepertinya pada bagian kawah gunung
menjadi kumparan energi yang paling besar. Saya pribadi kemudian menyadari, mengapa
rata-rata gunung semakin ke puncak auranya semakin wingit ? Termasuk pula para
penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka mahluk hidup pilihan baik titah
wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural powernya, karena memang tidak setiap
mahluk hidup mampu bertahan dan bisa bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya
mahluk hidup tertentu dan pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar
kawah atau puncak gunung. Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di
pegunungan selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative
tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus setingkat
kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak mahluk halus yang
lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan besarnya daya kekuatan dan
kemampuan mereka. Apa jawabannya akan saya jabarkan dalam alenia di bawah ini.
Dilihat dari keadaan fisiknya, bentuk gunung yang kerucut dapat diartikan sebagai
lambangkan kesadaran akan ketuhanan. Di bagian bawah atau kaki gunung lebih lebar
melambangkan keberagaman “jalan” menggapai kesadaran spiritual. Hal ini tersirat dalam
bentuk nasi tumpeng yang sering kita dapati dalam tradisi Jawa. Di bawah lebar dan di
bagian atas mengerucut melambangkan suatu makna bahwa sekalipun terdapat keberagaman
“jalan” spiritual namun pada dasarnya menuju pada tujuan yang tunggal yakni menggapai
kemuliaan yang Mahatunggal (Tuhan). Tunggal adalah makna bahwa tuhan sebagai sesuatu
yang tak terbatas dan tak dapat dihitung. Jika disebutkan tuhan adalah satu, sama halnya
tuhan dapat dihitung dan terbatas karena bilangan satu merupakan bilangan terbatas dan dapat
dihitung. Jika tuhan didefinisikan sebagai yang tak terbatas maka lebih tepat menggunakan
istilah tunggal, bukan satu.
Di puncak gunung terdapat kawah sebagai tempat keluarnya unsur api dari dalam bumi. Api
atau agni di puncak kawah gunung menjadi simbol spiritualitas yakni pusat unsur kehidupan
yang berasal dari api atau diistilahkan sebagai Bethara Bhrama yang mengendalikan unsur
hidup di dalam api itu sendiri. “Partikel” hidup yang terdapat di dalam api oleh masyarakat
disebut sebagai banaspati. Akan tetapi agni atau api berasal dari dalam bumi, artinya unsur
api yang menghidupi kehidupan itu ada dalam diri kita sendiri. Sebab alam semesta
merupakan jagad besar sementara diri kita adalah jagad kecil. Puncak gunung dapat diartikan
pula sebagai cakra mahkota, di mana letak kendali kesadaran kosmos berada. Dalam tradisi
spiritual masyarakat Jogja atau Kraton Jogja dikenal spiritus AUM, atau
Agni~Udaka~Maruta atau api, tanah, angin dan air. Dilambangkan dalam rangkaian unsur
alam yang mengelilingi Jogjakarta yakni Merapi (Agni), Kraton Jogja (Udaka) sebagai
kehidupan, dan Maruta yakni unsur angin dan air yang berasal dari laut selatan. Gunung
Merapi sebagai entitas simbol spiritualitas Kahyangan (spirits) dan Kraton sebagai wujud
lahir (body dalam hal ini akal budi), laut selatan merupakan jiwa (soul) sebagai penyeimbang.
Selanjutnya kita akan mengulas tentang ragam kehidupan gunung sebagai wujud nyata sistem
atau tata keseimbangan alam.
Kehidupan Gunung
Gunung menjadi tempat ideal untuk hidup bagi keanekaragaman hayati yang bersifat wadag
maupun alus. Dari yang paling kecil hingga yang besar. Secara metafisik, gunung menjadi
tempat tinggal para mahluk halus dengan tingkat kemampuan serta daya kekuatan dan
kesaktian yang tinggi. Semakin ke arah bawah (kaki gunung) penghuninya mahluk halus
berdaya kekuatan lebih rendah. Hingga yang berdaya kekuatan lebih rendah yang menghuni
daratan rendah, dan yang paling rendah (setan bekasakan) menghuni tempat-tempat lembab
dan kotor di dataran rendah. Bagi para sedulur-sedulur pecinta alam, akan mudah
membuktikan fakta di atas. Misalnya di puncak-puncak gunung tidak terjadi penampakan
mahluk halus semacam kuntilanak, pocongan, siluman biasa (kekuatan rendah) dan
sejenisnya. Jenis mahluk halus semacam itu banyak terdapat di daratan terutama daerah-
daerah yang lembab, banyak air, becek, kotor dan bau. Karena di situ lah habitat mereka.
Bangsa siluman dengan daya kekuatan rendah banyak terdapat di daratan rendah, tetapi
memilih tinggal di daerah tertentu misalnya muara sungai, jembatan besar, gumuk, gerumbul,
lembah dan semak belukar. Sepertinya setingkat juga dengan bangsa genderuwo dan wewe
lebih banyak menghuni di daratan tetapi di tempat-tempat seperti pohon-pohon besar, hutan
daratan, batu-batu besar, rumah yang telah lama kosong. Namun bagi genderuwo berkekuatan
tinggi bisa juga tinggal di areal perbukitan. Genderuwo merupakan mahluk halus yang
sungguh unik. Jika dikategorikan kedalam bangsa jin dan siluman tidaklah tepat, dikatakan
mahluk halus memang ada benarnya, tetapi ia lebih nyata dibanding mahluk halus pada
umumnya. Sebagai tolok ukurnya, genderuwo bisa menyentuh benda fisik, bisa
memegangnya, bahkan melemparkannya. Sehingga terkadang bisa melemparkan benda-
benda padat pada orang yang sedang melintasi tempat tinggalnya. Genderuwo tampaknya
memiliki kromosom yang dekat dengan jenis kromosom manusia sehingga bangsa
genderuwo bisa menghamili wanita bangsa manusia. Genderuwo juga bukan berasal dari roh
manusia yang nyasar. Soal raut wajah, genderuwo terkesan kombinasi antara wajah singa
dan serigala dengan bertubuh layaknya binatang gorilla. Genderuwo kurang cakap berbicara
dalam bahasa manusia atau tata jalma. Tetapi genderuwo memiliki kebiasaan seperti
dilakukan oleh manusia bisa merokok dan makan. Genderuwo juga mampu berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia dalam kapasitas yang terbatas. Walau kurang cakap tata
jalma tetapi genderuwo bisa memahami apa yang diucapkan dan dikehendaki seseorang.
Itulah kelebihannya.
Kembali ke soal gunung, saya sering melihat di bagian kaki gunung banyak dihuni oleh
mahluk halus dengan rata-rata kemampuan dan daya kekuatan menengah hingga tinggi
sekelas bangsa siluman dengan daya kekuatan menengah. Bangsa siluman juga beragam
wujudnya. Bisa berujud binatang atau mahluk hidup yang wujudnya sangat asing menurut
penglihatan manusia. Bangsa siluman ini masih bangsa lelembut atau mahluk halus namun
biasanya berbentuk setengah manusia, atau setengah binatang tetapi daya kekuatannya tidak
main-main. Walau bentuknya binatang tetapi seolah memiliki nalar seperti halnya manusia.
Namun bangsa siluman sejauh yang pernah saya temui tidak dapat berbicara dalam bahasa
layaknya manusia (toto jalmo).
Sudah merupakan hukum seleksi alam, pada wilayah yang semakin tinggi ternyata ditinggali
pula oleh mahluk halus yang semakin tinggi kekuatan dan kemampuannya. Bahkan di
wilayah sekitar puncak gunung seringkali kita temukan mahluk halus dengan kekuatan tinggi
sekali. Di sekitar areal puncak gunung kita bisa menemukan keanekaragaman hayati yang
tidak terdapat di daratan rendah. Dan biasanya ragam tumbuhan di wilayah puncak gunung
merupakan tumbuhan langka, serta tumbuhan yang mengandung kegunaan dan berkhasiat
tinggi. Jurang yang dalam, tebing yang terjal ditumbuhi oleh pepohonan besar serta semak
belukar yang rapat. Karena kondisi medan yang sulit dijangkau bangsa manusia, maka
berbagai binatang pun menjadikan wilayah sekitar puncak gunung sebagai istana yang
nyaman dan aman dari gangguan bangsa manusia. Semua itu terjadi sebagai bagian dari
sistem keseimbangan alam.
Biarkan wilayah pegunungan terlebih lagi areal mendekati puncak gunung menjadi wilayah
tertutup dari bangsa manusia. Karena di sana diperlukan tumbuhan dan hutan yang lebat
sebagai pabrik oksigen dan sebagai penampungan air kehidupan yang diperlukan seluruh
mahluk terutama bangsa manusia. Itulah kebijaksanaan tata keseimbangan alam
menempatkan bangsa binatang hidup di hutan belantara di sekitar puncak gunung sebagai
tempat tinggal yang nyaman, karena letusan gunung tidak akan membahayakan mereka
semua. Bangsa binatang dan mahluk halus yang perilakunya alamiah serta tidak pernah
melawan hukum alam sampai kini tetap memiliki kepekaan instink untuk mendeteksi secara
dini kapan akan terjadi marabahaya letusan gunung yang akan terjadi. Bangsa binatang dan
lelembut pun akan mudah sekali melakukan eksodus mengevakuasi diri dalam waktu singkat
ke tempat yang aman manakala terjadi letusan gunung.
Kita harus menghormati hukum alam menata keseimbangannya sendiri. Bangsa binatang dan
mahluk halus yang tinggal di gunung-gung memiliki tugas untuk menjaga dan melestarikan
sumber kehidupan seluruh mahluk. Biarlah keangkeran dan kekuatan magis wilayah
pegunungan tetap berlangsung, agar supaya hutan tetap utuh dan ragam kehidupan tetap
berlangsung. Biarlah wilayah puncak pegunungan tetap keramat agar bangsa manusia yang
paling potensial membuat kerusakan alam tidak dengan sekehendak hati merusak kawasan
vital sebagai penyangga sistem keseimbangan alam.
Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan alam
tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi jika areal
puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemukiman oleh bangsa manusia ? Apa yang
terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ? Apakah bangsa
mahluk halus, bangsa binatang dan tumbuhan sebagai bagian dari alam semesta dan sebagai
sesama mahluk hidup tidak akan marah kepada bangsa manusia yang telah melawan hukum
keseimbangan alam ?
Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara paksa
areal pemukiman penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi telah
mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang menata dan
mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind, akan mampu
memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat. Untuk selanjutnya kita adopsi sifat-
sifat bijaksana dari gerak-gerik yang terjadi pada lingkungan alam di sekitar kita.
Sumilaking Pedhut Widorokandhang
SUMILAKING PEDHUT WIDOROKANDHANG
Kamis Legi, 15 Agustus 2013, seluruh persiapan telah usai.
Masing-masing divisi menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab dan selesai tepat
pada waktunya. Dalam kepanitiaan, kegiatan Kadangadeyan Sabdalangit (KKS) kali ini
berkolaborasi dengan sub divisi panpel oleh masyarakat desa di mana acara kita gelar.
Masyarakat desa saking semangatnya hingga jumlah sub panpel di bawah koord tim KKS
mencapai 50 orang lebih. Walau sebenarnya tidak perlu sebanyak itu, namun hal itu
merupakan wujud semangat untuk menggugah kesadaran nasionalisme. Kami sangat apresiet.
Dan tidak menjadi kendala, mereka tetap bekerja efektif karena didasari semangat dan
ketulusan untuk berbagi. Sementara tim inti KKS untuk acara ini tidak lebih dari 10 orang.
Tidak banyak rapat atau meeting, tidak pula banyak ubyang-ubyung ngalor-ngidul. Efektif,
taktis, efisien. Itulah yang menjadi moto tim KKS dalam bekerja. Seluruh rencana disusun
secara matang dan teliti dengan alternative strategi A, B, C.
Sebaliknya apabila perasaan hati hanya selalu dipenuhi dan dibiakkan benih kebencian,
dengki, dan iri, pastilah cepat atau lambat akan membuat dirinya kelelahan secara fisik
maupun secara batin jika tidak kuat mengalami stress tentulah berakibat depresi. Hidup
menjadi tidak produktif, karena sibuk “metani kejelekan” orang. Karena energy negative
bukannya memancarkan kekuatan dan kehidupan, sebaliknya ia saling menguras tenaga satu
sama lainnya dan saling “membunuh”. Maka hendaknya mensikapi kebencian dari luar, kita
pake saja “kacamata jaran”. Tak perlu tolah-toleh, mereson dan menanggapi, tetap saja fokus
pada tujuan dan tugas-tugas yang lebih mulia untuk kepentingan bangsa ini. Dari pada
memuji-muji diri dan mengkultuskan diri sendiri, mending kita balik saja pepatahnya,“…
biarkan kafilah menggonggong, anjing tetap berlalu ! Sebab disadari atau tidak perasaan
negative itu akan menyerap energy negative ke dalam diri sebanyak-banyaknya. Dalam
terminologi Jawa, energy negative yang merasuk ke dalam badan itu dinamakan sengkolo dan
sukerto yang akan membuat seseorang mengalami sebel-sial atau dirundung kesialan.
Sengkolo dan sukerto bisa diakibatkan oleh kelakuannya sendiri.
1. Donodriyah
2. Memantaskan Diri
Sedekah adalah memberi. Sedekah berguna kanggo sangu-ne wong urip,
sebagai bekal kita menjalani hidup. Sedekah adalah salah satu kunci utama dalam meraih
sukses. Untuk meraih sukses yang kita harapkan, kita harus bisa mengevaluasi diri, apakah
diri kita sudah pantas untuk menerima kesuksesan seperti yang kita harapkan. Kudu biso
rumongso, ojo rumongso biso. Harus bisa mawas diri, jangan menjadi orang yang tak tahu
diri. Terwujud atau tidaknya doa kita sangat berkaitan dengan asas kepantasan tersebut.
Misalnya, seseorang yang pelit, biasanya jika berdoa isinya penuh permintaan ini-itu yang
macem-macem. Makin ia merasakan doanya tidak manjur atau jauh dari yang ia harapkan, ia
makin kenceng saja doa yang isinya kalimat mengemis. Ia melupakan bahwa orang
menerima sesuatu pun musti sesuai asas kepantasan. Dan bahwa manusia layak dan pantas
disebut wong urip jika seseorang mau memberikan kehidupan kepada sesama dan seluruh
mahluk. Permintaannya akan terpenuhi jika ia pantas menerima. Bahkan seseorang
yang selalu sedekah dan memberikan kehidupan pada sesama tanpa berdoa pun
kekuatan alam semesta akan mencukupi apa yang dibutuhkannya. Uang akan selalu
menyesuaikan kebutuhan, dan hidupnya bukan lagi pada level mencari uang, tetapi dicari
oleh uang. Ini bukan teori, ini sekedar berbagi pengalaman saja. Jika merasa ragu, monggo
silahkan buktikan sendiri. Namun berhati-hatilah dalam menakar level dermawan untuk
diri kita sendiri. Karena akan menjadi relative dan subyektif bahkan, kita bisa menyaksikan
seseorang yang sangat pelitpun cenderung merasa dirinya sudah menjadi orang yang
dermawan. Iya apa iya?!!
Saya melihat perjuangan para sedulur KKS dari dalam dan luar kota
menuju lokasi sebagai sebuah pengorbanan yang besar. Bahkan yang tak bisa hadir cukup
dengan mengirim restu. Belum lagi yang ikut berpartisipasi menopang berbagai pembiayaan.
Semua pengorbanan dan sedekah itu butuh beaya, waktu, tenaga dan pikiran. Terlebih lagi
untuk sedulur yang bisa menghadiri acara “sedekah borongan” yang secara langsung bisa
dirasakan oleh banyak orang. Kehadiran sedulur-sedulur pun merupakan suatu kebaikan. Dan
kebaikan yang dilakukan dengan setulus hati itu, sama halnya kita sedang melakukan
kebaikan kepada diri kita sendiri. Anda sebagai orang yang telah tulus memberi/sedekah
secara tepat sasaran dan kepada ribuan orang, jika suatu ketika Sedulur-sedulur giliran
menerima kebahagiaan yang datangnya tak terduga kira, semua itu terjadi karena Anda telah
menjadi pribadi yang pantas untuk menerimanya.
Sifat pelit ibarat lingkaran setan. Untuk melepaskan diri dari belenggu sifat
pelit tidaklah mudah. Karena orang yang merasa hidupnya sulit biasanya akan cenderung
menjadi pelit karena pertimbangan uang harus diirit-irit agar tidak semakin terjepit pailit.
Itulah lingkaran saiton ! Yang tidak lain saiton itu adalah mindset atau pola pikirnya sendiri.
Semakin kuat memegang prinsip demikian, justru membuat hidup semakin pailit. Jika kita
hendak segera keluar dari kesulitan hidup, pertama yang harus diubah adalah mindset atau
pola pikir kita. Kita harus berani mengawali menanamkan sifat kaya hati semenjak diri kita
masih dalam keadaan hidup sulit. Memang seolah tampak paradoksal, lebih baik buktikan
saja, jalani dan lihat saja hasilnya.
Dalam hal memberi atau bersedekah, ada dua hal yang paling
penting diperhatikan yakni : ketulusan dan tepat sasaran. Tulus saat member, dan sedekah
kepada orang yang tepat. Yang terakhir ini lebih sulit karena kita butuh kecermatan dalam
memilih sasaran. Dalam hal ketulusan, kuncinya yang penting kita menyadari bahwa berbuat
baik pada sesama dan seluruh mahluk bukanlah suatu perbuatan yang istimewa, tapi tetap
merupakan standar kelaziman dan kewajaran orang hidup di dunia. Bagi setiap orang yang
hidup di dunia ya memang normal dan sewajarnya musti begitu. Tapi sebagian masyarakat
kita masih suka kagetan dan gumunan, begitu ada seseorang berbuat baik lantas di sanjung-
sanjung sedemikian hebohnya. Lebay amat..! Biasa aja kale…! Pancen kudu mangkono wong
urip. Siapa yang kaya hati pastilah hidupnya selalu kecukupan. Bahkan orang yang punya
sifat kaya hati, orang yang dermawan, akan memiliki “pagar hidup” yang kuat sehingga tak
bisa dicelakai orang, dan terhindar dari segala macam marabahaya.
Lakon atau judul cerita pagelaran wayang kulit tidak bisa dikarang-
karang sekehendak hati. Kita mengalir saja bahkan sebelumnya sempat ada 3 alternatif lakon
yang kita sodorkan kepada Ki Dhalang Geter Pramuji Widodo. Setelah melalui proses
manages dan manekung beberapa hari antara tim KKS dan Ki Dhalang, ketemulah salah satu
lakon yang paling tepat dan pas yakni “Sumilaking Pedhut Widorokandhang”. Artinya :
tersibaknya kabut hitam yang menyelimuti wilayah Widorokandhang. Kemerdekaan wilayah
Widorokandhang bisa diartikan sebagai kemerdekaan NKRI. Bukan kemerdekaan dari
kolonialisme, melainkan kemerdekaan dari segala macam penjajahan ekonomi, spiritual, dan
budaya oleh bangsa-bangsa asing. Dalam perspektif makro, tlatah Widorokandhang bisa
diartikan sebagai Nusantara atau NKRI. Dalam perspektif mikro Widorokandhang diartikan
sebagai diri pribadi kita sendiri. Judul tersebut selain sebagai gambaran akan realitas juga
merupakan doa atau harapan kita semua terhadap momentum perubahan yang positif yang
terjadi baik dalam diri kita masing-masing maupun Nusantara ini. Jika kita kaitkan dengan
bulan Sura Pambuka di akhir 2012 lalu dan bulan Sura Moncer tahun 2013 pada 3 bulan
yang akan datang, rasanya lakon tersebut erat sekali kaitannya. Kita sedang menanti sebuah
momentum besar yakni “Tinarbukaning gerbang untuk kejayaan Nusantara. Nusantara
yang akan dipimpin oleh Satria Pambukaning Gapura pada 2014 nanti. Pada level pribadi
kita, tersibaknya “kabut” yang mengenghalangi untuk kemajuan dan menyingkirnya
rintangan yang mengganggu dalam upaya meraih kesuksesan hidup. Kenapa sedari awal
makna tersebut tidak kami ekspose dalam publikasi, maksud kami agar supaya semua sedulur
yang bisa hadir bukan termotivasi oleh iming-iming dan kata-kata manis. Sedulur datang
dengan suatu kesadaran, krenteging ati, tekad bulat, disertai ketulusan dan kasih sayang
untuk berbagi kebahagiaan dengan ribuan wong-wong ndeso milangkori. Kita selalu belajar
menjadi orang yang memiliki sifat kaya hati sebagai modal utama meraih kesuksesan hidup
lahir dan batin. Semoga semua sedulur yang bisa hadir maupun yang tidak bisa hadir segera
merasakan sumilaking pedhut yang menyelimuti diri masing-masing. Selanjutnya dapat
merasakan ketenangan dan ketentraman lahir dan batin mulai malam itu. Menapakkan kaki
ke depan dengan penuh kepastian, dan memandang masa depan lebih optimis. Sukses lahir
dan sukses batin, tentunya segala kesuksesan yang selaras dan harmonis dengan hukum
alam.
Cuaca : Jumat Pahing 16 Agustus 2013, pada jam 12 siang terjadi gempa 4.3 sr di laut
selatan. Arahnya persis di selatan lokasi tetapi di tengah laut. Hal itu membuat suhu udara
meningkat bahkan menimbulkan efek mendung. Cuaca dilokasi semenjak sore tampak
diselimuti mendung hitam menggumpal dan berkelompok-kelompok (tidak rata). Hingga
semalaman mendung itu tidak kunjung pergi. Angin pun tampak tenang. Fenomena alam itu
membuat suhu malam itu tidak dingin tapi juga tidak terasa gerah. Pas di badan terasa sejuk
dan nyaman sekali. Namun di langit hanya tampak warna hitam gelap gulita, tak ada bintang,
rembulanpun temaram dan kadang lenyap ditelan gumpalan mendung tebal. Mendung-
mendung itu menjadi selimut dan melindungi dari hawa dingin. Bisa jadi mendung itu hanya
kiasan untuk menggambarkan pedhut atau kabut hitam sebagaimana lakon wayang yang
sebentar lagi akan tersibak.
Angin Besar : pada saat acara pagelaran wayang diawali dengan prosesi
penyerahan gunungan oleh KKS kepada Ki Dhalang. Pada saat penyerahan itu angin yang
semua sangat tenang tiba-tiba berhembus begitu kencangnya, namun hanya sebentar saja
setelah itu angin kembali tenang. Fenomena itu biasa terjadi sebagai wujud bahwa alam
semesta turut mendukung. Dalam hal ini kekuatan supernatural being memberikan daya
kekuatan berupa restu bumi dan restu angkasa atas pagelaran wayang yang penuh daya sakral
dan mistis itu.
Gerimis : pada saat menjelang fase “limbukan” yakni fase cerita di mana limbuk dan
punakawan muncul di pagelaran untuk menghibur penonton dengan cara guyon parikena,
atau sebuah dagelan yang berisi pitutur atau nasehat dengan menggali nilai-nilai luhur
kearifan lokal. Pada saat itu rintik gerimis dengan butiran lembut seperti kabut putih dan
embun terasa menerpa kulit. Sedulur-sedulur KKS semuanya duduk di kursi samping kanan
panggung tidak ada yang beranjak pergi, membiarkan tubuh tertimpa embun gerimis sebagai
pertanda berkah alam semesta. Tercatat ada tida kali terjadi gerimis
lembut seperti itu. Hingga pagelaran wayang menjelang usai, terjadi lagi gerimis agak deras
hingga terdengar gending penutup pertanda pagelaran wayang telah selesai, gerimis pun
berubah menjadi hujan deras yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Hujan menjadi
reda pas pada saat gending penutup selesai ditabuh. Mata memandang ke atas, tampak langit
telah kembali terang benderang, bintang tampak bertaburan, rembulan di ufuk barat bersinar
dengan terangnya. Semoga fenomena itu menandakan bahwa pedhut benar-benar telah
sumilak. Baik pedhut yang menyelimuti Nusantara maupun pedhut yang menghalangi
kemajuan setiap diri pribadi kita semua.
Inaugurasi
Samangsane pasamuan,
mamangun marta martani,
Sinambi ing saben mangsa,
Kala kalaning asepi,
Lelana teki-teki,
Nggayuh geyonganing kayun,
Kayungyun eninging tyas,
Sanityasa pinrihatin,
Puguh panggah cegah dhahar lawan nendra.
Merdeka !!
Kyai Slamet Nyai Slamet, Kyai Among Nyai Among…Mugya kita sedaya tansah pinaringan
wilujeng, rahayu, slamet, slamet…saka karseng Gusti.
Kini telah memasuki bulan Agustus, tahun 2010. Hati terasa resah-gelisah, gundah-gulana,
tak kuasa hati untuk tetap berdiam diri. Diam bukan lagi emas, melainkan sikap tega hati
karena enggan bersaksi. Bila memberanikan diri untuk bertutur kata, resikonya bisa-bisa
dihujat dan dilaknat orang yang menganggap diri aparat tuhan. Jika diri menjadi takut lalu
memilih bersikap pengecut, hal itu hanya menjadikan diri tak ada guna hidup di bumi ini.
Membiarkan banyak orang menghadapi resiko mati. Tutup mulut hanya karena alasan takut
dihujat orang yang tak mengerti hidup sejati, apalah arti. Maka tak ada pilihan lagi kecuali
menoreh untaian kalimat, siapa tahu bermanfaat untuk bisa dimengerti, apa gerangan yang
akan terjadi di kemudian hari. Walau dicap sebagai tindakan mendahului kehendak tuhan,
apalah arti, sebab anggapan itu lahir dari logika pikir bagi yang malas berfikir.
Masih ingat dalam beberapa artikel yang pernah saya upload setahun yang lalu, secara tersirat
dan tersurat pernah saya singgung, ketika terbersit gambaran bahwa nusantara akan melewati
puncak bencana di tahun 2009, yang terjadi pada bulan September. Dan menimpa wilayah
Jawa Barat dan Sumatra Barat. Sempat saya dicemooh sodara yang ada di Sumbar, dituduh
mendahului kehendak tuhan, dibilang pula bualan omong kosong. Namun ketika bencana
“pembuka” benar-benar terjadi pada hari Rabu tanggal 1 September peristiwa gempa besar
di seputar Jawa Barat, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan bencana “penutup” terjadi pada hari
Rabu (pula) tanggal 30 September 2009 di wilayah Sumatra Barat, lantas apa mau dikata ?
Salahkah saya, ketika mata tak sengaja melihat tanda-tanda akan terjadi bencana ? Salahkan
bila diri mengerti apa yang akan terjadi? Padahal saya tak pernah berharap bisa menangkap
bahasa isyarat, tak pernah berharap-harap bisa mengerti apa yang akan terjadi. Semua
hanyalah faktor kebetulan saja. Mata ini kebetulan menatap bahasa isyarat yang berlangsung
tak lebih dari 5 menit saja. Masihkah saya bersalah mendahului kehendak tuhan ? Tuhan
mana yang kehendaknya bisa didahului manusia ? Ataukah tuhan sengaja menampakkan
tanda-tanda itu agar banyak manusia berbuat “dosa” karena mendahului kehendakNya? Jika
demikian halnya, adalah Tuhan yang bertabiat aneh !
Apapun umatnya, apapun sukunya, siapapun orangnya tetap memiliki kesempatan yang sama
untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Cobalah untuk sering-
sering hening cipta barang sejenak di antara kesibukan anda. Namun biasanya orang enggan
untuk hening cipta, bahkan lebih memilih tak mau tahu apa yang sedang dan akan terjadi di
waktu mendatang (weruh sadurunge winarah) di sekitar kita. Kebanyakan orang takut jika
dirinya dianggap mendahului kehendak tuhan. Namun benarkah demikian ? Tuhan bisa
didahului kehendakNya ? Tentu saja tidak ! Paul si gurita dan Mani si parkit sudah tahu
negara mana yang akan menjadi juara dunia sepak bola. Tapi statementnya segera divonis
haram karena dianggap “mendahului kehendak tuhan”. Barangkali, suatu saat
prediksi/ramalan tentang perkembangan masa depan perekonomian nasonal dan dunia juga
diharamkan. Bahkan mungkin saja kelak ramalan cuaca yang biasa dilakukan BMKG juga
akan diharamkan. Jika demikian seterusnya, barangkali lebih baik dan aman menjadi manusia
super bodoh saja, yang nggak tahu apa-apa seperti binatang yang bebas dari “neraka dan
surga”.
Jika ditelaah lebih dalam, tentang mind-set “mendahului kehendak tuhan” terasa menjadi
sebuah pemahaman yang banyak sekali kejanggalannya. Pada saat anda menangkap sinyal
akan terjadi banjir besar, apakah tuhan saat itu belum berkehendak ? Pada saat Paul si gurita
dan Mani si parkit sudah menebak-nebak negara mana yang akan keluar sebagai jawara dunia
sepak bola, betulkah tuhan belum menghendaki dan merencanakan siapa pemenang piala
dunia tahun 2010..? Saya kira tuhan pun tak ikut-ikutan ngurusin piala dunia. Tuhan (alam
semesta) hanya mencipta rumus, bahwa siapa yang disiplin dan giat berlatih, siapa yang
menjunjung sikap dan tradisi fairplay, dengan didukung adanya kesejahteraan bagi para
pemainnya, maka merekalah yang akan keluar sebagai juara.
Pertanyaan di atas wajar muncul dari dalam benak kita semua, karena terasa ada yang error
dalam memahami konsep “mendahului kehendak tuhan”. Ah yang bener..katanya tuhan
maha berkehendak, kok bisa didahului kehendakNya oleh manusia ? Jika kita renungkan
dalam-dalam, cara berfikir demikian ini sama halnya terlalu menyederhanakan saat
berimajinasi tentang tuhan. Secara tidak sadar tuhan dibayangkan seperti halnya manusia
yang kehendaknya dapat didahului oleh orang lain. Sehingga membuat tuhan kehilangan sifat
kemahaanNya. Kenyataannya kehendak tuhan tak ada yang mendahului. Kalaupun sampai
ada yang dapat mendahului, tuhan perlu belajar lagi agar menjadi lebih sakti, supaya tidak
kalah, tidak dapat ditebak dan didahului kehendaknya oleh mahluk ciptaanNya. Tuhan
macam mana pula yang kepandaiannya begitu dangkal ? Begitulah, buah pikir lugas yang
keluar dari lubuk hati paling dalam. Setelah membaca goresan hati ini, jangan keburu murka!
Cobalah, renungkan dengan hati yang bersih, pikiran netral, dan batin yang bening.
Barangkali goresan hati ini akan membawa kepada kesadaran spirit yang lebih tinggi.
Barangkali !
Sikap lebih hati-hati dan waspada, hendaknya dimulai sejak pertengahan bulan Agustus ini.
Segala sesuatu mungkin terjadi, di mana pun tempatnya. Hawa terasa semakin tidak nyaman,
cuaca semakin hari semakin tidak karuan. Perubahan suhu dan cuaca dapat terjadi dalam
hitungan jam, bahkan menit. Sehari bisa terjadi 10 kali perubahan suhu dan cuaca. Gejala
alam itu sekaligus menjadi bahasa alam yang penuh dengan makna isyarat baik yang tersirat
maupun tersurat. Asalkan kita mau membaca dan mempelajari, menandai dan menciri (niteni)
setiap tanda-tanda, pasti kita akan menjadi terbiasa, lalu mudah mengerti apa yang menjadi
kehendak alam. Begitulah kira-kira pesan-pesan tuhan dalam bahasa yang asli yang
bermanfaat sebagai alat komunikasi resmi dan universal antara manusia dengan alam
semesta, antara manusia dengan tuhan. Bukan melalui bahasa manusia yang tidak universal.
Tanda-tanda dalam bahasa alam, kemunculannya bukan tanpa maksud dan manfaat. Di dalam
bahasa alam telah terangkum pesan-pesan yang dapat menjadi pedoman bagi manusia supaya
lebih eling dan waspada. Jika kita memakai konsep keadilan dan kasih sayang tuhan, maka
sudah selayaknya, sebelum suatu bencana terjadi, terlebih dahulu tuhan memberikan
sinyalemen suatu bahaya yang akan terjadi. Hal ini menjadi mekanisme seleksi alam, siapa
yang selalu eling dan waspada akan selamat.
Akhir-akhir ini beberapa daerah tengah dilanda hujan salah mongso yang mengakibatkan
banjir besar dan merendam ribuan rumah penduduk. Di belahan wilayah lain, terjadi panas
kering yang menimbulkan berbagai bencana kebakaran, menebarkan virus penyakit, demam,
diare, flu, batuk, pilek, cikungunya, DB, dan penyakit-penyakit misterius lainnya. Terasa
hawa panas bebendu menebarkan udara panas, pengap, lembab, gerah, membuat sesak nafas,
menimbulkan perasaan limbung, bingung, bosan dan jengah. Banyak orang menjadi mudah
terbakar api emosi, pikiran dilanda kepanikan, dan kebingungan hati mendera jutaan umat.
Musibah kebakaran yang ditimbulkan oleh arus pendek, ledakan gas, kompor rumah tangga
terjadi ribuan kasus. Seolah segala musibah dan bencana terjadi secara bertubi-tubi, kompak
dan sudah kangsen/janjian sebelumnya. Semua itu bukanlah faktor kebetulan saja, melainkan
derivasi dari perilaku umat manusia yang kian timpang dengan keharmonisan alam semesta.
Tak ada hubungan timbal balik saling menguntungkan antara manusia dengan mahluk lain,
antara manusia dengan tumbuhan, manusia dengan lingkungan alamnya. Kelakuan manusia
sudah membuat kerusakan lingkungan alam, membuat gerah mahluk penghuni bumi lainnya.
Ulah dan perbuatan manusia sudah tidak melahirkan keselarasan dan keharmonisan alam
semesta. Bahkan hanya menimbulkan ekses-ekses “kemurkaan” pada para mahluk
“tetangganya” di dimensi “halus”. Akibatnya, nasib manusia sudah tak ada yang
mempedulikan lagi, kecuali oleh kepentingan pribadi, kerakusan dan ketamakannya sendiri.
Pelan tapi pasti, manusia menuju pada penghancuran dirinya sendiri.
Musibah dan bencana tahun ini (besar kemungkinan) akan berpuncak antara bulan September
s/d Nopember 2010. Berarti kita berada pada kumparan berbahaya yang semakin hari
semakin dekat dan sulit untuk ditolak. Mulai awal tahun ini sudah muncul tanda-tanda yang
dapat dibaca melalui bahasa alam yang sering tampak bahwa gempa lebih besar (dan
mungkin disertai tsunami) dapat melanda wilayah sepanjang pantai Sumatra Barat ke utara.
Dan bulan-bulan rawan yang harus diwaspadai berkisar antara September hingga Nopember
2010. Walaupun tanda-tanda dapat terbaca melalui bahasa alam secara jelas, namun naluri
dan nurani kemanusiaan saya tetap berharap mudah-mudahan bencana segera usai melanda
negeri ini. Justru harapan sebaliknya, mudah-mudahan kami lah yang keliru membaca tanda-
tanda alam tersebut.
Pada bulan Juni lalu, saat perjalanan udara dengan twin otter dari Tanjung Bara, Kutai Timur
menuju Sepinggan Balikpapan, saat pesawat kecil berzig-zag menghindari mendung yang
tebal, kami sempat maneges dengan harapan diberi tahu apakah masih bisa
diwiradat/mendapat dispensasi sekiranya memang bencana akan benar-benar terjadi? Jika
memang masih bisa didispensasi apakah gerangan yang bisa dilakukan agar bencana tersebut
menjadi ringan dan tidak menimbulkan banyak korban ? Pada saat hening cipta, tiba-tiba
terjadi hentakan keras pada pesawat. Seluruh penumpang yang berjumlah 16 orang sempat
terkejut. Tiba-tiba tampak oleh mata kami muncul sosok sepuh mengenakan pakaian
kebesaran seorang raja. Tenyata wajah yang tak asing lagi, beliau adalah Yang Mulia Sultan
Adjie M Sulaeman. Raja Kutai Kertanegara generasi ke 17 masa kepemimpinan sekitar tahun
1850. Rupanya beliau mendengar dan merasakan apa yang ada dalam benak saya. Beliau
menjawab singkat dengan suara yang berat, dengan logat melayu kuno bagaikan sedang
berpantun,”…..andaikan saja masyarakat di wilayah Sumatra Barat bersedia untuk kembali
menghargai dan menghayati kearifan lokal…bencana akan dapat diwiradat! Lebih hati-hati
dan waspada lah anakku….jadilah orang yang bermanfaat untuk alam semesta dan seisinya !
Hmm, kenapa musti kembali ke kearifan lokal..? Mungkin pertanyaan itu muncul di benak
para pembaca yang budiman. Terdengar sepele memang, namun kembali kepada local
wisdom bukanlah sekedar latah, ela-elu, ikut sana-ikut sini, taklid buta tanpa makna. Bukan !
Kembali kepada kearifan lokal, artinya kembali mengenali jati diri. Bukan hanya jati diri
mikro kosmos, jagad kecil, tetapi lebih dari itu, kembali memahami jati diri bangsa besar ini.
Bangsa besar nusantara yang terdiri dari berbagai wilayah yang memiliki karakter alam
berbeda-beda, telah melahirkan rangkaian nilai kearifan lokal yang sangat beragam. Berbeda
wilayah, berbeda suku, berbeda bahasa dan budaya, berbeda pula nilai kearifan lokalnya.
Kiranya ada kesinambungan antara cita-cita dan harapan Indonesia adil makmur gemah ripah
loh jinawi, akan benar-benar terwujud manakala masing-masing suku, daerah, wilayah
kembali nguri-uri, menghayati dan melestarikan nilai kearifan lokalnya. Orang Batak kembali
kebatakannya, orang Sunda kembali kesundaannya, orang Jawa kembali kekejawaannya,
orang Minang kembali keminangkabauannya, orang Aceh kembai keacehannya, orang
Madura kembali kemaduraannya, orang Ambon kembali keambonannya, orang Melayu
kembali kemelayuannya. Dengan demikian lebih menjamin kelestarian lingkungan alam dan
keseimbangan akan tetap terpelihara. Beda karakter alam beda pula sifat-sifat alamnya. Beda
sifat alam, maka akan berbeda pula cara manusia mensikapinya. Perbedaan cara mensikapi
lingkungan alam akan melahirkan ragam tradisi dan budaya. Oleh sebab itu tradisi dan
budaya tak dapat dianggap sepele, karena di dalamnya penuh dengan nilai kearifan lokal, dan
hikmat kebijaksanaan yang benar-benar adiluhung, sebagai hasil dari interaksi ratusan bahkan
ribuan tahun antara manusia dengan lingkungan alamnya. Timbal baliknya, lingkungan alam
ini akan lestari dan terjaga manakala masyarakatnya sunguh-sungguh mengerti dan
memahami apa yang menjadi kehendak alam. Sehingga sikap dan perilakunya selaras dengan
kodrat alam. Perilaku masyarakat akan selaras dengan kodrat alam sekitarnya, hanya jika
masyarakat mau memahami dan menghayati nilai-nilai kearifan lokal.
Semoga kami keliru membaca tanda-tanda dalam bahasa alam yang tampak secara spontan.
Kami tak tega lagi menyaksikan derita demi derita sanak sodara di bumi nusantara tercinta
ini.
BINATANG REINKARNASI
Jujur saja saya pribadi kesulitan membahas kenyataan yang ada dalam reinkarnasi. Beragai
referensi tak cukup menjelaskan dengan gambalng. Karena saya saksikan sendiri betapa rumit
dan tidak sesederhana yang dibayangkan apa yang terjadi di alam gaib. Paling tidak secara
garis besar saya hanya mengetahui adanya dua jenis reinkarnasi yang saya sebut sebagai
reinkarnasi positif dan negatif. Reinkarnasi positif sama halnya kejadian roh menitis atau
titisan. Sedangkan reinkarnasi negatif merupakan kejadian di mana roh tak bisa masuk ke
alam keabadian tetapi nyasar ke dalam tubuh binatang, pohon, dan benda-benda tak hidup.
Tetapi masih nyangkut di alam fisik dimensi bumi yakni masuk ke dalam tubuh binatang,
tumbuhan bahkan menjadi penghuni benda-benda tak hidup seperti batu, jembatan, waduk,
dan rumah kosong dst menjadi ujud demit, hantu, jurik dan setan bekasakan. Namun jenis
reinkarnasi ini berbeda dengan jenis mahluk gaib semacam siluman, jin, dan masih banyak
lagi. Karena jin, siluman dan lainnya lagi, merupakan entitas asli (bukan berasal dari
reinkarnasi roh manusia). Seperti halnya widodari merupakan entitas tersendiri sebagaimana
kanjeng Ratu Kidul sebagai entitas dari bidadari, bukan berasal dari roh manusia. Namun
demikian roh wanita yang mencapai tataran kamulyan sejati bisa saja “manjalmo” menjadi
sejajar dengan widodari. Sungguh sangat kompleks gaib itu, tak perlu kita merasa sok tahu,
sebab yang kita tahu pun tak seberapanya dari realitas gaib (noumena) yang ada. Pengetahuan
dimensi kesejatian itupun musti dijelajah dengan ketajaman indera rahsa sejati, tak mungkin
hanya mengandalkan kemampuan visual, rasio saja, apalagi referensi statis yakni yang
bersifat dogma-dogma anti kritik.
Terlepas dari berbagai referensi yang ada, percaya atau tidak, setuju atau tidak setuju
reinkarnasi saya anggap benar-benar ada. Karena sudah puluhan kali saya menyaksikan suatu
kenyataan metafisik (noumena) di balik realitas fisik (fenomena). Berikut ini contoh salah
satu binatang yang merupakan wujud reinkarnasi alias dulunya adalah manusia. Binatang ini
hanya mengenal siapa nama orang tuanya dulu dan apa saja kejahatan yang pernah ia lakukan
semasa hidupnya, tetapi hewan reinkarnasi ini blank alias tak ingat siapa namanya, dan di
mana ia dulu tinggal. Komunikasi terjadi saat sukma binatang ini manjalmo atau mewujud
dalam bentuk aslinya yakni sukma laki-laki dengan wujud tegap dan cukup ganteng. Lucu bin
aneh memang, tapi inilah kenyataan hidup. Adapun bagi yang percaya reinkarnasi, anda bisa
saja membedakan mana binatang biasa mana yang merupakan kejadian reinkarnasi negatif.
Silahkan melanjutkan membaca beberapa gejala atau cirikhas seperti yang terjadi pada
seekor kucing yang saya pelihara seperti dalam gambar di atas.
Tatapan matanya bersentuhan secara mendalam dengan tatapan mata kita. Jika dilihat secara
sepintas lalu seolah seperti tatapan penuh bahasa isyarat, mengandung pesan-pesan yang
terasa mendalam.
Memiliki beberapa perilaku yang berbeda, nyleneh, keluar dari pakem dengan binatang
lainnya yang sejenis. Misalnya kucing di atas melakukan puasa setiap hari Selasa Kliwon dan
Jumat Kliwon selama 24 jam penuh tidak mau makan apapun. Biasanya hanya ngumpet saja
di dalam kamar yang agak gelap, tidak pula tidur seperti kucing-kucing pada umumnya yang
sebagian besar waktunya untuk tidur. Makan terakhir jam 24.00 sampai dengan jam 24
malam berikutnya. Jika tak ada makanan saat berbuka, kucing tersebut ribut minta makan
pada jam 24 lebih.
Tidak mau mencuri lauk seperti ikan dan daging, kecuali yang sudah kita berikan secara
resmi.
Gemar sekali makan jagung rebus, kedelai rebus dan bahkan makanan yang manis seperti
wajik.
Tidak mau makan bangkai yang sudah mengeluarkan bau busuk apalagi sudah keluar
belatung. Pernah suatu saat kucing tersebut makan ikan yang sudah busuk lantas terjadi
muntah-muntah dan diary. Saya berikan norit obat perut bahan dari sejenis arang bisa sembuh
lagi.
Menghadapi gejala seperti di atas, apa yang bisa
saya lakukan hanyalah membantu ia menebus dalam karma. Cara tersebut sebagai upaya “penyempurnaan” agar
supaya mendapatkan “pengampunan” sehingga eksistensi hidupnya bermanfaat untuk manusia. Inilah yang
dimaksud surgane kewan iku ono ing wetenge menungso. Weteng bisa jadi bukan hanya makna harfiah atau
lugas saja, tetapi juga bermakna kias. Weteng adalah perut bukan berarti lantas binatang reinkarnasi apapun
jenisnya harus dimakan manusia baru mendapat pengurangan hukuman. Tetapi weteng di sini memiliki makna
lebih luas yakni dimanfaatkan hidupnya untuk kebaikan manusia. Bukankah kita percaya bahwa benda apapun
yang ada di dunia ini pasti memiliki manfaat. Jika kucing tersebut hidupnya bermanfaat untuk manusia,
kenyataannya ia bisa lebih banyak menebus kesalahannya, jika tidak bermanfaat bagi manusia sepertinya hanya
sedikit ia berhasil menebus kesalahannya. Setelah hukum reinkarnasi berlangsung, ternyata tidak lantas selesai.
Terutama reinkarnasi yang terjadi dengan wujud binatang kotor, menjijikkan, seperti tikus, anjing buduk, babi,
celeng, kucing gering dsb jika mereka mati masih melanjutkan proses reinkarnasi, hanya saja dalam wujud
binatang yang tidak menjijikkan dan lebih aman disantap misalnya ayam, kambing, rusa. Biasanya reinkarnasi
berproses dari binatang yang paling kecil atau rendah kemudian berproses menjadi binatang yang semakin besar
dan tidak menjijikan seperti kambing, kuda, kerbau, sapi. Setelah reinkarnasi selesai, barulah bisa melanjutkan
ke alam keabadian. Urusannya masih panjang, karena masih melalui alam pangrantosan. Masih jauh dari
kamulyan, apalagi kamulyan sejati adalah KEMAMPUAN yang bukan untuk roh yang pernah mengalami
reinkarnasi negatif. KAMULYAN dan KAMULYAN SEJATI, lebih tepat saya sebut sebagai kebisaan,
kemampuan, atau ruang gerak yang sangat leluasa, serba bisa melakukan banyak hal bahkan untuk urip
sajroning pati. Sebaliknya, ruh yang tidak menggapai kamulyan apalagi kamulyan sejati, mereka memiliki
kemampuan sangat rendah, serba cupet dan sempit ruang geraknya, ada dalam suasana yang sangat menyiksa
atau dalam terminologi Jawa diistilahkan tidak lepas parane, tidak jembar kubure. Suatu saat ketika saya masih
hidup di dunia dan sebelum mati saya sangat berharap dapat menyaksikan sendiri apa yang sesungguhnya
terjadi, dan bisa mengungkap misteri reinkarnasi yang negatif dan positif secara lebih jelas dan gamblang.
Walau hal ini mudah dilakukan oleh orang-orang di zaman dulu para leluhur kita di nusantara, namun saya
sebagai generasi sekarang tak boleh pesimis. Biarpun segala sesuatu memiliki probabilitas sangat kecil, namun
saya menyaksikan sendiri betapa mukjizat tuhan tak ada yang mustahil, dan hanya bagi yang percaya 100% saja.
Jika mengahadpi binatang demikian, saya pribadi menyadari supaya hidup ini bermanfaat sukur-sukur bisa jadi
pepadang bagi siapa saja tanpa pilih kasih, baik kepada sesama manusia, kepada mahluk halus, binatang,
tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Saya hanya mencoba membantu… siapa tahu roh berbalut jasad
binatang tersebut bisa menebus karmanya dalam bentuk “laku” karmayoga sedikit demi sedikit. Misalnya
dengan memanfaatkan kucing tersebut untuk menjaga bahan makanan dari serangan para tikus. Bahan makanan
yang setiap saat dimakan sekeluarga besar dan dibagi untuk orang-orang yang butuh makan dan minum. Benar
saja, kucing itu sangat setia menjaga, bahkan jika mendapatkan tikus, tidak lantas ia bunuh dan makan tapi
hanya digigit dan dijadikan barang mainan sampai tikusnya lemah, baru diberikan pada tuan rumah dalam
keadaan masih hidup. Saya hanya berharap, kiranya jalmamenungso perlu menghormati dan menghargai sejelek
apapun binatang, sebab ia adalah sama-sama mahluk ciptaan tuhan. Dadi jalma menungsa aja dumeh, aja
mentang-mentang, kudu bisa-a rumangsa. Aja kaya wong jaman saiki, pintere mung rumangsa bisa. Aja
mangkono wong urip..!
salam karaharjan
sabda langit
Secara sederhana hukum karma atau sebab akibat dapat dipahami dengan logika sederhana
pula. Sebagaimana dalam rumus yang mempunyai dalil “ada asap, berarti ada api”. Dalam
bahasa yang sederhana dapat dikatakan “ada akibat, tentu ada penyebabnya pula”. Yang jelas
di dalam hukum karma terdapat pola hubungan erat antara penyebab dan akibatnya. Rumus
ini dapat diterapkan untuk memahami setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari kita. Dengan demikian, hukum karma dapat didefinisikan sebagai hubungan sebab-
akibat atas perbuatan yang pernah kita lakukan (sebagai sebab) dan apa yang akan kita
alami kemudian (sebagai akibatnya). Dengan demikian di dalam hukum karma terdapat pola
hubungan yang bersifat positif atau baik, maupun negatif atau buruk. Hukum karma yang
memiliki pola sederhana akan mudah dibaca, misalnya setelah kita berbuat jahat atau
membuat masalah, selanjutnya kita akan tertimpa masalah atau balik dijahati orang lainnya.
Misalnya, kita melakukan penganiayaan terhadap seseorang, maka akibatnya kita akan
dimusuhi keluarganya, teman-teman dari seorang yang dianiaya tadi. Bahkan kelak anak
turun seseorang yang dianiaya akan memusuhi anak turun kita sendiri. Sebaliknya, setelah
kita berbuat kebaikan, selanjutnya kita akan menerima kebaikan pula. Kita menolong
seseorang, maka ia atau keluarga yang kita tolong suatu waktu ingin gantian menolong kita di
saat kita mendapat kesulitan. Bahkan anak turun yang kita tolong akan mengenang kebaikan
yang pernah kita lakukan, dan ingin sekali mereka membalas budi-kebaik kita di waktu
selanjutnya. Pola hubungan dalam hukum karma atau hukum sebab-akibat dapat kita uji coba
pula keberadaannya. Misalnya, para pembaca yang budiman gemar sekali membantu dan
menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Maka, Anda akan selalu mendapat
kemudahan dalam setiap urusan. Sekalipun pernah terpentok saat-saat di mana Anda merasa
tidak ada lagi jalan keluar, di saat Anda betul-betul sedang dalam keadaan yang sangat
genting dan darurat pada akhirnya datang lah “the last minute man” atau “dewa penolong”.
Jika anda mereview perjalanan hidup anda ke belakang, disadari atau tidak Anda pernah
berperan menjadi “the last minute man” atau berperan sebagai “dewa penolong” disaat
seseorang sedang dalam keputus-asaan.
Hal itu disebabkan adanya pola hubungan yang sangat rumit. Yang membuat kemampuan
untuk memahami menjadi terbatas. Dalam terminologi Jawa disebut,”datan bisa hanggayuh
kawicaksananing gusti”. Tak mampu memahami kebijaksanaan alam semesta. Dua hal itu tak
cukup dijabarkan melalui pola hubungan yang bersifat sederhana dan matematis. Misalnya ia
tewas gara-gara terlelap dalam tidur, sehingga tidak dapat menyelamatkan diri saat terjadi
tsunami. Jawaban seperti itu bersifat klise, hanya mengena pada “kulit” luarnya saja alias
tidak menyentuh hal-hal yang esensial dan prinsipiil. Benar tetapi tidak tepat. Walau sulit,
kiranya akan lebih bermanfaat bila kita berusaha menjawab pola hubungan yang jauh lebih
mendalam, misalnya dengan menjawab pertanyaan, “kenapa ia tewas? Jawabnya tentu bukan
jawaban sederhana, misalnya jawaban yang mengatakan,”oh, semua itu sudah kehendak
tuhan”. Ini masih merupakan jawaban klise juga, konsepnya masih sangat lemah. Bagaimana
kita tahu persis jika tuhan berkehendak atas tewasnya seseorang itu dengan cara dibuat
tsunami? Tentu saja hal itu hanyalah kira-kira atau tindakan berusaha mengambil kesimpulan
secara generalisir, gebyah uyah. Selanjutnya tak ada lagi pelajaran hidup yang sangat
berharga yang dapat digali. Orang menjadi hilang semangat berusaha (ikhtiar), yang terjadi
adalah bukan kepasrahan melainkan sikap fatalistis, sikap tanpa mau berfikir, berusaha,
melainkan sikap apatis menghadapi segala sesuatu. Yang rugi kita sendiri.
Dalam hukum karma, banyak pula terdapat pola hubungan yang sangat kompleks dan
memiliki mata rantai sangat panjang serta memiliki rentang waktu sangat panjang pula.
Marilah kita rentangkan logika dan pola pikir kita seluas samudra tanpa tepian. Perlu kita
catat, bahwa suatu sebab tidak selalu memiliki konsekuensi akibat yang terjadi dalam
jeda waktu yang dapat dihitung secara pasti. Antara sebab dengan akibat tidak selalu
terjadi dalam siklus yang dapat dibilang secara matematis. Jika dijabarkan akan terurai pola
hubungan begitu kompleks, disebabkan oleh multifactor. Pernahkah Anda berfikir, jika
seseorang yang tewas akibat bencana alam karena ia sedang menjalani akibat dari segala
perbuatan dan tindakan di masa lalunya ? Dalam falsafah Jawa disebut sebagai tidakan
“Ngunduh wohing pakarti”. Dalam tradisi spiritual Budhis disebut sebagai karmayoga, dalam
tradisi spiritual Islam disebutkan adanya khisab (hari hisab). Walau ternyata terjadinya khisab
tidak musti menunggu setelah ajal atau setelah datang “hari akhir”. Kita semua bisa
menyaksikan, pada kenyataannya “hari khisab” dapat terjadi setiap hari. Apa yang Anda
alami hari ini, merupakan “buah” atas apa yang anda lakukan beberapa saat lalu, kemarin,
pekan lalu, bulan lalu, tahun yang lalu, atau windu yang lalu. Karma jika didefinisikan
sebagai hukum sebab akibat , berarti pula dalam hukum karma tercakup dua makna, yakni
sebagai “buah”, atau hasil yang baik, bisa juga berupa akibat buruk (yang diartikan sebagai
hukuman). Dalam tradisi samawiah, atau agama rumpun Abrahamisme, disebut sebagai
pahala (kebaikan sebagai sebab) dan surga (prestasi sebagai akibat), atau dosa (keburukan
sebagai sebab) dan neraka (keburukan sebagai akibat/hukuman). Lantas dari mana datangnya
ganjaran baik dan ganjaran buruk (hukuman) tersebut ? Hukuman maupun hasil baik,
bukan datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri. Maksudnya, timbulnya
akibat yang kita alami saat ini karena atas perbuatan yang telah kita lakukan sebelumnya.
Untuk mempermudah pemahaman, saya kemukakan contoh, seorang korupor divonis penjara
7 tahun lamanya. Pertanyaannya, vonis tersebut datang dari mana? Apakah datang dari tuhan,
atau dari lembaga legislatif yang membuat perundang-undangan ? Atau berasal dari
lembaga yudikatif atau hakim suatu perkara? Ataukah vonis itu diberikan oleh pihak-pihak
lainnya di luar ketiganya? Jawabanya TIDAK SEMUANYA! Jika kita cermati, hukuman atau
vonis itu datang tidak lain dari diri kita sendiri, yakni atas perbuatan yang kita lakukan
sendiri. Hakim hanya sebatas melaksanakan rumus-rumus yang berlaku di dalam hukum
alam. Hal itu sepadan dengan bekerjanya mekanisme hukum di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana. Sekiranya boleh dikatakan, karma atau hukuman bukan lagi datang
dari “tuhan” yang berperan sebagai pembuat rumus dan hukum alam secara langsung pada
saat kejadian, karena tuhan (hukum alam) sekedar membentuk rumus-rumusnya secara baku.
Selanjutnya rumus-rumus itulah yang akan bekerja dengan sendirinya melalui mekanisme
alam yang begitu jujur. Sehingga ia akan bekerja secara tepat dan akurat, serta tak bisa
“disuap”. Dapat dibahasakan bahwa hukum alam akan bekerja dengan kadar maha jujur,
maha adil, tak pernah menyisakan ketidakadilan dan ketidakjujuran walau hanya sebutir biji
sawi. Sebagal akibat tentu ada penyebabnya secara esensial. Bencana alam merupakan salah
satu mekanisme hukum alam yang melakukan seleksi sangat ketat. Kita mudah menemukan
orang-orang selamat dari bencana alam bagaikan keluar dari lobang jarum. Begitu pula para
korban bencana alam yang luka berat, cacat, maupun tewas. Semua itu bukan lah peristiwa
KEBETULAN saja. Bisa jadi para korban sedang menjalani karma-yoga, menebus
kesalahan, sementara yang selamat sedang “menuai buah” atas apa yang pernah ia tanam
jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan menuai buah kebaikan yang telah ditanam oleh para
leluhurnya di masa lalu.
Pada galibnya, uraian di atas membawa pada kesimpulan, kebaikan akan berbuah kebaikan,
keburukan akan berbuah keburukan. Apapun kebaikan yang kita lakukan akan kembali pada
diri kita sendiri, bahkan jika kebaikan itu berlimpah ruah kualitas dan kuantitasnya kelak
akan meluber kepada anak turun kita juga. Bekerjanya rumus hukum sebab akibat tersebut,
ibarat menuangkan air ke dalam gelas, apabila air yang Anda tuangkan banyak sekali, air
akan tumpah meluber di seputar gelas. Pun demikian pula, jika kita menaman pohon, kita
sendiri yang akan menuai buahnya, bahkan jika pohon yang kita tanam berkualitas super,
buahnya akan berlimpah ruah, phon akan awet berbuah dan berumur panjang sehingga kelak
anak cucu kita masih akan merasakan buahnya. Apa yang membuat tanaman kita menjadi
tanaman super? Tentu perlu kita berikan pupuk dan teknik merawat yang tepat. Pupuklah
setiap kebaikan dengan ketulusan tanpa batas, sirami dengan “air kasih sayang”, maka ia
akan menjadi kebaikan yang berkualitas super, bahkan buahnya akan berlimpah ruah dapat
dirasakan oleh anak turun kita.
Sisa-Sisa Karma
Saya pribadi termasuk orang yang MERAGUKAN bahwa suatu musibah yang dialami
seseorang dapat terjadi secara independen, mandiri, tanpa rangkaian suatu sebab. Dengan
kata lain musibah tidak akan menimpa seseorang yang tidak pernah bersalah di masa
lalu, dan orang yang terbebas dari karma turunan. Namun apakah ada orang semacam
itu? Menurut apa yang saya alami dan sejauh bisa saya saksikan sendiri bahwa, setiap
musibah, merupakan akibat dari suatu sebab. Yakni merupakan konsekuansi logis dari
kesalahan yang pernah dilakukan kemarin, minggu lalu, bulan lalu, tahun lalu atau kesalahan
yang pernah dilakukan (secara sadar maupun tidak) di masa lalu. Dan kenyataannya setiap
orang pernah mengalami suatu musibah, karena bukankah semua orang tanpa kecuali
pernah melakukan kesalahan ?!! Besar kecil, ringan beratnya suatu musibah, tentu saja
sepadan dengan suatu kesalahan di masa lalu. Lebih berbahaya lagi karena kesalahan yang
kita lakukan saat ini, apabila sampai mati kita baru sedikit menebus karmanya, maka
hukuman itu tidak saja menimpa kita di alam sejati, namun bisa pula jatuh ke anak cucu
kelak. Anak cucu bisa saja menanggung karma orang tuanya. Kita bisa pula dalam posisi
sebagai anak turun yang masih menerima sisa-sisa karma para pendahulu kita. Sebaliknya,
karma baik, bisa jadi kesuksesan dan kebahagian yang kita rasakan saat ini merupakan sisa-
sisa karma baik para leluhur di masa lalu. Hal ini dapat untuk menjelaskan mengapa ada
seseorang yang sering mencelakai orang lain, tetapi hidupnya kok bahagia dan sukses. Tentu
saja kesuksesan dan kebahagiaan itu tidak akan berlangsung langgeng sampai akhir hayat.
Karena hanya bersifat temporer, setelah sisa-sisa karma baik para leluhurnya habis, akan
habis juga kebagahagiaan dan kesuksesan orang itu.
Wanita Baulawean. Uraian di atas merupakan contoh karma turunan yang mudah kita
cermati pola hubungannya. Ada pula karma turunan yang sulit dibuka tabirnya. Terutama
yang bersifat gaib. Misalnya wanita bahulawean. Tanda-tanda yang mudah disaksikan, jika
wanita tersebut menikah, suaminya selalu meninggal dunia dalam usia perkawinan yang
masih dini, antara 1 bulan hingga kurang dari 3 tahun. Mati bukan karena kecelakaan,
biasanya karena sakit mendadak, atau menderita sakit ringan saja, tahu-tahu suaminya
meninggal. Jika para pembaca telah memiliki kawaskitan yang memadai, akan dapat melihat,
di dalam rahim wanita baulawean terdapat sebangsa ular dengan ukuran kecil, kira-kira
sebesar pensil. Namun bukan sembarang ular, karena lebih bersifat metafisik atau bangsa
alus. Tanpa disadari oleh istri maupun suami, ular metafisik itulah yang menjadi penyebab
tewasnya si suami. Wanita bahulawean atau baulawean, memang biasanya ia tak tahu apa
yang sedang dideritanya. Jika kita cari penyebab atau asal-usul keberadaan “ular” misterius
tersebut, ternyata berasal dari karma. Celakanya, bukan karma akibat perbuatannya sendiri,
melainkan karma turunan dari orang tuanya, bahkan dari kakek neneknya di masa lalu. Jika
kita telusuri lebih dalam lagi kira-kira kesalahan atau dosa macam apa yang menjadi
penyebab baulawean, saya pribadi menemukan benang merah, penyebab utamanya adalah
mulut. Di mana mulut sering sekali lepas kontrol, tak disadari maupun disadari seringkali
ucapannya menyakiti hati orang lain dalam kadar yang sudah sangat keterlaluan. Memutus
karma seperti ini cukup sulit, karena yang dapat kita buang hanyalah “ular” misterius
tersebut. Sementara karma bisa saja berubah dalam bentuk lain. Namun setidaknya, kita bisa
menyarankan seroang baulawean untuk melakukan koreksi diri, dan berusaha untuk
memperbaiki masa lalu para leluhurnya. Caranya antara lain, cari dan mintakan maaf kepada
orang-orang atau keluarga yang dirasa memusuhi keluarganya, terutama para leluhurnya, atas
segala kesalahan yang dulu pernah dilakukan oleh para leluhurnya. Walau hal itu tidak
signifikan merubah “nasib” mereka yang telah pindah alam keabadian, namun setidaknya
dapat mengurangi karma turunan yang menimpanya.
Nafas bau bangkai. Selain wanita baulawean, saya pernah secara tak sengaja menemukan
seorang yang menderita nafas bau bangkai. Sudah puluhan dokter ia kunjungi. Sudah sekian
macam obat dan jamu ia minum. Tapi penyakit itu tak kunjung sembuh, bau bangkai tetap
keluar dari rongga mulutnya. Sampai sampai tak ada perempuan yang mau menikah
dengannya, hingga usia tua. Alhasil, penyebabnya sama seperti wanita baulawean, berupa
karma turunan. Orang itu akhirnya sembuh setelah memalui metode yang sama diterapkan
untuk menangani perempuan baulawean. Bedanya hanya pada saat menyingkirkan “ular”
misterius saja. Karena penderita nafas bau bangkai tidak ditemukan makhluk macam
manapun di dalam tubuhnya.
Karma tak langsung. Masih dalam pola hubungan karma turunan. Yakni korban bencana
alam, atau orang yang nasibnya terpuruk, sementara ia sudah menjalani hidup dalam batas
kewajaran sebagai manusia yang gemar membantu dan menolong sesama, dengan ketulusan
pula.
Masih banyak untuk dijabarkan di sini, adanya beragam penyakit sebagai akibat dari
berlangsungnya karma atas perbuatan sendiri, maupun karena karma turunan. Tentu akan
saya jabarkan pada kesempatan dan tulisan berikutnya. Misalnya suatu karma tentang
berpindahnya penyakit dari orang yang sering dianiaya, kepada orang yang sering
menganiaya lahir batinnya. Semua itu bukan lagi teori, tetapi pengalaman demi
pengalaman yang terjadi disekitar kita.
Kita jangan tergesa menuduh dan menyimpulkan, jika hukuman atau karma turunan bersifat
buruk dan selalu berarti azab atau musibah dan celaka bagi seorang yang ditimpanya. Telah
saya singgung dalam tulisan terdahulu, kami kemukakan dalam tema,”merubah musibah
menjadi anugrah”. Memang sekilas terasa merupakan sesuatu ketidakadilan. Namun
anggapan demikian ini salah kaprah, karena disebabkan kurangnya pemahaman yang
mendalam terhadap seluk-beluk karma turunan. Karma turunan bisa berubah menjadi ladang
amal kebaikan, atau tanaman yang berkualitas baik yang dapat menghasilkan buah berlimpah
ruah yang dapat kita tuai sendiri hingga anak cucu kelak. Namun semua itu tergantung si
penerima karma turunan. Kita sendiri bisa memutus karma turunan itu dengan suatu kiat-kiat
hidup. Tentu pemutusan karma turunan itu bisa dilakukan, dengan bekal kita harus mampu
mengerti dan memahami apa sejatinya hidup dan kehidupan ini. Untuk itu dibutuhkan
kesadaran spiritual yang memadai. Untuk mengurai karma turunan, saya mencoba
menggunakan ngelmu Jawa, (maklum saya miskin pengetahuan lainnya). Kiatnya sederhana,
tebuslah kesalahan ortu, atau para leluhur yang menjadi sumber karma. Cara penebusan juga
cukup sederhana, lakukan kebaikan, ketulusan, welas asih kepada lingkungan alam dan
seluruh isinya. Kunci keberhasilannya, tentu saja masih harus disertai ketulusan tanpa
batas. Tahap awal, kita harus menyadari bahwa apa yangs sedang kita alami merupakan
karma turunan, akibat kesalahan ortu dan para leluhur di masa lalu. Memang bukanlah
kesalahan atas perbuatan yang kita lakukan sendiri. Tentu kesadaran ini dapat menyulitkan
kita untuk menggapai keadaan tulus tanpa batas. Kita perlu menyadari suatu rumus
berikutnya, yakni jika semakin tulus, semakin cepat selesai pula karma turunan.
Menjalani karma, bagaikan menjalani vonis dalam lembaga pemasyarakatan (LP). Berlakulah
baik selama di dalam lembaga pemasyarakatan, supaya mendapat remisi, atau potongan dan
dispensasi masa hukumannya. Jangan suka grenengan, menggerutu, apalagi timbul sikap
tidak terima. Justru akan membuat masa hukuman menjadi sia-sia. Seperti halnya gol yang
dianulir wasit. Penderitaan yang anda alami akan menjadi sia-sia, ibarat anda sudah
menginjak anak tangga paling atas, lantas terpuruk lagi jatuh, dan harus memulai memanjat
anak tangga dari bawah. Hal itu menjadi penyebab, mengapa seseorang mengalami derita
sepanjang masa, selama hidupnya selalu sial.
Di balik berlangsungnya karma turunan, sebagai bentuk keadilan hukum alam, maka
mekanisme alam semesta telah menyiapkan derivasi rumus lainnya. Karma turunan akan
berubah menjadi segudang berkah anugrah yang berlimpah ruah. Anda sendiri tak akan bisa
menghabiskan, sehingga akan meluber, sumrambah, mengalir kepada anak turunnya kelak.
Apa yang dianggap musibah, akan berubah menjadi anugrah agung. Asal kita semua mau
memahami, menghayati, dan mengimplementasikan kuni-kuncinya.
Singkat saja, karma turnan akan jatuh kepada orang-orang atau anak turun yang paling dicinta
atau paling disayang. Barangkali hal ini sebagai bentuk keadilan alam pula. Coba, lebih adil
mana jika karma turunan jatuh ke anak yang paling tidak disayang. Sudah jatuh tertimpa
tangga pula. Nah, tidak sayang atau pun kebencian belum tentu tepat pada duduk
permasalahannya. Kadang hanya karena faktor emosi orang tua dan parameter yang begitu
kompleks. Artinya, kebencian ortu pada anak belum tentu karena si anak bukan anak baik-
baik. Bisa juga disebab faktor ortunya sendiri. Karena ortu tidak selalu pada pihak yang
benar. Sekalipun ortu di mana-mana sama saja, selalu bilang bahwa semua anak
mendapatkan kasih sayang sama-rata. Tapi kenyataannya tidak demikian, kita bisa
mencermati dari sikap tindaknya kepada masing-masing anak. Anggap saja hal itu sebagai
sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja. Coba cermatilah diri Anda, apakah sebagai anak
yang paling disayang ortu? Jika di antara Para Pembaca yang budiman merasakan hal yang
sama, bersyukurlah saja, karena di hadapan Anda sedang disajikan “ladang amal”.
Manfaatkan agar betul-betul menjadi ladang amal, toh Anda sendiri dan anak turun kelak
yang akan mengunduh hasil panen atas apa yang anda tanam di ladang amal pada hari
ini.
Sampai di sini, saya menyimpulkan, bahwa “pagar gaib” yang paling kuat mampu
membentengi diri kita sendiri dari segala macam marabahaya, musibah dan bencana, tidak
lain adalah kebaikan yang kita lakukan. Semakin banyak kebaikan kita lakukan, semakin
tebal dan kuat pula “pagar gaib” menyelimuti diri kita. So, tak perlu kita minta-minta dipagari
dengan berbagai ilmu kebal. Karena yang mampu melakukan pemagaran paling kuat, adalah
diri kita sendiri. Pemagaran yang dilakukan oleh orang lain, hanya bersifat temporer atau
dapat bekerja untuk sementara waktu saja. Setelah itu akan pudar lagi, lantas menjadi mudah
diguna-guna, disantet, tenung, dan dicelakai oleh orang lain.
About these ads
Pertama kali kami bertemu dengan Raden Jaya Sentika sekitar pertengahan bulan September
2012. Beliau memperkenalkan diri sebagai Raden Jaya Sentika. Pasaeran beliau ada di
wilayah Pulau Jawa bagian barat. Semula kami tidak sempat menanyakan siapakah gerangan
beliau. Namun sedikit rasa penasaran terkuak ketika Kanjeng Ratu Batang, permaisuri
Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrawati yang pasareannya di Puralaya Agung Imogiri,
Bantul, Jogjakarta hadir untuk memberikan informasi bahwa Raden Jaya Sentika adalah
panglima perang saat Kerajaan Mataram menaklukkan Batavia dari otoritas Pemerintah
Kolonial Belanda pada abad 16 masehi. Saya diperintahkan langsung oleh Kanjeng Ratu
Batang agar marak sowan kepada beliau untuk Pacak Baris (merapatkan barisan) guna
persiapan masa Pemerintahan Satria Pambukaning Gapura yang tak lama lagi akan segera
dimulai, tepatnya mulai 2013 dan 2014 yang akan datang. Itu artinya, kami harus melacak di
mana beliau raganya dimakamkan. Jika moksa, melacak di mana tempat yang menjadi
petilasan dan pamoksan beliau. Untuk sekedar menghaturkan sembah bekti sebagai generasi
bangsa yang berkewajiban untuk selalu berbakti kepada bumi pertiwi, di dalamnya termasuk
berbakti kepada kedua ortu dan para leluhur yang telah menurunkan kita. Termasuk leluhur
bumi pura bangsa yang mewariskan pusaka berupa tanah perdikan bumi pertiwi dengan
segenap warisan ilmu nan adiluhung. Karena bakti itu sebagai salah satu kunci utama bagi
setiap orang jika ingin meraih kesuksesan hidup lahir dan batin.
Kami menyadari, untuk menemukan jejak dan lokasi di mana leluhur (besar) di makamkan
atau tempat petilasannya bukan lah hal yang mudah. Tidak juga kita bisa sekehendak hati
mengatur agar leluhur langsung menunjukkan lokasinya. Kenapa menjadi sebuah teka-teki,
tentu saja kami dapat memahaminya bahwa kami masih butuh suatu spiritual odyssey guna
menggenapi laku. Perjalanan mencari jejak yang memuat nilai sakral kami mulai pada
tanggal 25 September 2012. Kami sadar, setiap jejak langkah dalam sebuah spiritual odyssey,
pasti tidak ada yang sia-sia. Selama perjalanan asal kita cermat, kita akan melihat banyak
tanda-tanda alam yang merupakan jawaban demi jawaban atas serangkaian misteri. Jika
jawaban itu dirangkum kita akan menemukan jawaban yang utuh, gamblang, terang
benderang. Tentu saja semua itu butuh pengorbanan moril dan materiil. Butuh kesabaran
untuk menata emosi, butuh ketenangan batin agar kita selalu cermat dan awas terhadap setiap
bahasa alam yang muncul.
Cengkareng
Semula kami dibantu dulur-dulur di Jakarta. Ada mas RZ, Mas UD staf pengajar Universitas
Al-Azar dan Mas SS staf pengarar FH UI dan sekaligus kandidat Doktoral. Serta dibantu oleh
Kang Tarmuji, sopir Bluebird yang setia mengantarkan hingga kurilingan di wilayah Teluk
Naga hingga Cengkareng dan terakhir marak sowan ke makam sesepuh Betawi di bilangan
Kota, Jakpus. Walau belum ada hasil, dan leluhur yang kami cari juga tidak kunjung tampak,
kami tetap percaya ada manfaat di balik semua itu. Paling tidak kami tambah sedulur Kang
Tarmuji dan bisa marak sowan di pasarean sepuh Betawi. Itu juga sangat berguna karena
kami bisa menitipkan seseorang yang akan bertugas membuka gerbang atau gapura kejayaan
Nusantara.
Benar saja dugaan positif kami. Setelah acara SO-1 pada tanggal 27-28 Oktober usai.
Tepatnya tanggal 30 Oktober, hadirlah Raden Jaya Sentika untuk yang keduakalinya. Namun
kali ini saat berkomunikasi menggunakan bahasa Sansekerta yang cukup sulit kami pahami.
Tetapi kami dapat menangkap maksudnya, kami diperintah untuk hadir di Candi Brahu
Trowulan Mojokerto pada saat bulan purnama mencapai puncaknya yakni tanggal 5
Nopember 2012. Saya jadi ingat kejadian tiga bulan lalu, istri saya ajak ke Brahu untuk
menghaturkan sembah bakti kepada siapapun leluhur yang memegang otoritas di sana.
Sepulang dari Brahu, istri sering terbatuk dan bersin selama kurangblebih 10 hari. Setiap
batuk dan bersin selalu mengeluarkan berlian berukuran antara 2 hingga 4 mili. Ada yang
berwarna bening putih, kuning, kecoklatan, dan ada dua butir yang berwarna hitam (black
diamond) yang berbentuk oval (kecikan) karena bentuknya hampir serupa dengan kecik atau
biji sawo. Kini jumlahnya sudah ratusan dan semuanya sempat kami bawa ke pegadaian
untuk dilakukan tes, dan hasilnya emmang seluruhnya berlian, kategori berlian kuno. Semula
kami tidak bisa menembus hanya untuk sekedar mengetahui siapa gerangan yang telah
memberikan segitu banyak berlian itu. Bahkan beberapa leluhur yang usianya sudah 400
tahun lebih sempat mengkhawatirkan keadaan istri saya. Bagaimanapun, jika satu butir
berlian saja ada yang tertelan sudah cukup untuk membuat nyawa melayang. Kami paham
kenapa leluhur sepuh pun tidak bisa mengetahui asal berlian itu dari siapa. Itu artinya, yang
memberikan berlian itu adalah leluhur yang sangat sepuh usianya. Benar saja, pada akhirnya
terjawab bahwa Raden Jaya Sentika dari Brahu lah yang memberikan. Jika merunut
keterangan Raden Bantala, penjaga Candi Brahu yang juga banyak menggunakan bahasa
Sansekerta, Candi Brahu dibangun sekitar akhir abad 10 sampai pertengahan abad 11.
Taruhlah Radem Jaya Sentika Candi Brahu hidup pada masa 1100 tahun yang lalu. Setiap
kami sowan ke Brahu beliau selalu memberikan berlian kepada istri.
Sampai di sini kami menyimpulkan bahwa Raden Jaya Sentika ada dua sosok, yakni Raden
Jaya Sentika di Brahu yang menggunakan bahasa sansekerta hidup pada masa abad 11, dan
yang satu lagi Raden Jaya Sentika menggunakan bahasa Jawa abad pertengahan (16-18)
adalah panglima perang pasukan Kerajaan Mataram Pimpinan Kanjeng Sultan Agung saat
merebut kota Batavia dari tangan Pemerintah Kolonial pada abad 16. Bisa jadi keduanya ada
hubungan darah atau keturunan, namun praduga itu belumlah terkuak kebenarannya.
Kang Tarmuji
Sebagian Rombongan : Mas Sigit, Mas Amir Pohan, me, Mas Arianto, Mas Tomy
Tanggal 29 Oktober sehari setelah kegiatan SO-1 berlangsung, kami mendapatkan sms dari
Kang Tarmuji, dia mendapatkan info yang mensinyalir pasarean Raden Jaya Sentika berada
di Bogor di seputar Kebun Raya. Sehari kemudian Raden Jaya Sentika hadir untuk yang
kedua kalinya. Beliau memerintah kami supaya marak sowan kepada beliau di Bogor untuk
pacak baris, karena menurut beliau memang benar sumare di sekitar Kebun Raya, tak jauh
dari pasarean Kanjeng Ratu Kencono Wungu dan Nyai Kentring Manik. Kami bersama
dulur-dulur Jakarta dan Depok siap meluncur ke “tkp” pada tanggal 9 Nopember 2012 yll.
Kali ini rombongan berjumlah 15 orang dengan 4 mobil kumpul di Kebayoran Baru, siap
meluncur ke lokasi. Sore jam 14 Jakarta diguyur hujan sangat lebat tidak menyurutkan niat
dan kemantaban kami. Kami tetap berangkat, dan seperti biasa, hujan mulai reda saat kami
mulai beranjak dari home base. Itu pertanda sangat baik saat akan memulai suatu perjalanan
sakral. Kami percaya nanti saat di lokasi pasti pas tidak ada hujan. Setelah melaui perjuangan
tak mudah saat dalam perjalanan hingga menemukan lokasi pertama yang disinyalir sebagai
pasarean Raden Jaya Sentika yang tepatnya ada di wilayah Jalan Paledang tepatnya sebelah
barat Kebun Raya. Memang saat itu kami sempat melihat sekelebat Raden Jaya Sentika hadir.
Walau hati kami masih ragu apakah pasarean itu benar Raden Jaya Sentika atau bukan, kami
tidak terlalu menghiraukan. Yang penting kami marak sowan, nyekar, dan menghaturkan
sembah bakti kepada siapapun juga leluhur yang ada di pasarean yang tampak sudah begitu
tua itu. Keraguan apakah di situ makam Raden Jaya Sentika memang wajar, karena Raden
Jaya Sentika sendiri pun belum memberi keterangan lebih jelas, apalagi menurut keterangan
juru kunci makam itu adalah pasarean Eyang Suria Kencana. Saya paham maksud Raden
Jaya Sentika yang sebenarnya hanya ingin menuntun rombongan kami dalam melakukan
perjalanan spiritual untuk pacak baris. Namun begitu rombongan kami tetap patungan
titipkan beaya untuk merawat makam tersebut, dan tak lupa menghaturkan terimakasih
kepada Pak Mumuh, juru kunci yang sudah setia menjaga dan merawat makam tua sepanjang
3 meteran tersebut. Menurut keterangan salah seorang penduduk setempat, sehari sebelum
rombongan kami sowan, di lokasi tersebut terjadi angin puting beliung tetapi tidak sampai
merusak bangunan rumah penduduk. Kami serombongan bergegas beranjak pamit undur diri
karena masih ada tugas yakni melaksanakan perintah Raden Jaya Sentika, agar semua yang
ikut marak sowan ke Bogor disuruh makan kelapa muda dan meminum habis airnya, karena
beliau menyampaikan pesan akan memberikan sesuatu kepada siapapun yang ikut marak
sowan. Maka kami semua tak mau mennyia-nyiakan berkah itu.
Sabtu pagi, bertepatan hari pahlawan 10 Nopember 2012, pukul 06.00 saat mata kami masih
merem dan enggan beranjak dari tempat tidur. Kami terhenyak oleh sapaan lembut dari
seorang laki-laki setengah sepuh dengan dialek bahasa Indonesia dengan logat kental
Sundanese. Beliau menyebut namaku. Semula kami sangka leluhur biasa, karena memang
mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Namun, sontak kami menghaturkan sembah
sungkem, dengan sikap menunduk, tak berani menatap wajahnya, dan kedua telapak tangan
kami menyatu di depan dahi sebagai sikap hormat. Saat beliau menyebutkan nama aslinya,
yakni Prabu Siliwangi. Sangat terharu hati ini, karena beliau sebagai salah satu leluhur agung
bumi putra bangsa berkenan menemui saya yang hanya sekedar rakyat jelata ini. Kami ini
rakyat biasa, kami manusia biasa, tapi kami hanya memiliki kesadaran. Kesadaran untuk
berbakti kepada bumi pertiwi, kepada leluhur bumi putra bangsa yang selama ini selalu di
nomor-duakan bahkan ditaruh di nomor paling belakang setelah leluhur-leluhur asing dipuja-
puji dengan sangat berlebihan hingga tega menganiaya saudara sebangsa setanah air sendiri
demi dalih “kebenaran”. Sampai kapan harus menunggu hingga sebagian warga bangsa ini
terketuk pintu hatinya. Apakah harus menunggu hingga benar-benar alam menghancurkan
Nusantara sebagai bentuk mekanisme hukum keadilan terhadap generasi durhaka bangsa ini ?
Kita semua sudah semestinya memulai dari dalam diri kita sendiri. Berkah alam semesta pasti
akan berpihak kepada siapapun yang mewujudkan diri sebagai generasi berbakti kepada Ibu
Bumi Pertiwi dan kepada Bapa Angkasa Nusantara.
Sekian kali, kami harus menggarisbawahi bahwa sikap welas asih dengan setulusnya kepada
seluruh mahluk dengan tanpa pilih kasih adalah sumber datangnya berkah agung. Hukum
alam ini berlaku untuk siapa saja tidak pandang bulu agama, suku, ras, usia dan jenis
kelaminnya. Asal sikap itu dapat kita tanamkan dalam hati sanubari sembari kita
implementasikan secara nyata dalam kehidupan sehar-hari. Dengan sikap welas asih yang
tulus sedemikian itu pula akan mampu mengetuk hati para leluhur besar bumi putra
Nusantara ini. Sampai di sini saya harus mengingat kembali makna sesunggunya perintah
Raden Jaya Sentika supaya pergi ke wilayah barat untuk pacak baris. Merapatkan barisan,
atau mensinergikan kekuatan yang berasal dari para supernatural power atau leluhur agung
bumi putra bangsa yang berperan saling bahu-membahu mendukung orang-orang yang
bertugas memimpin bangsa guna bersama-sama membuka gerbang bagi kejayaan Nusantara.
Leluhur tetap akan membiarkan bangsa ini terpuruk selama generasi bangsa tidak ada yang
sadar untuk membangun kesadaran jati diri bangsa. NKRI akan mengarah pada kehancuran
fatal selama bangsa besar ini masih berbangga hati menolehkan kiblatnya kepada bangsa
asing yang mempunya kearifan lokal yang berbeda dengan kearifan lokal Nusantara. Tapi
kita dapat menyaksikan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka menghardik bangsanya
sendiri. Benar kata Bung Karno, bahwa bangsa ini akan mengalami penjajahan yang jauh
lebih berat, karena penjajahan dilakukan oleh bangsanya sendiri.
Sejenak setelah kehadiran Prabu Siliwangi, pikiranku mulai timbul banyak pertanyaan.
Pertama, tadi malam saya marak sowan kepada Kanjeng Ratu Kencana Wungu, dan sudah
benar sesuai petunjuk Raden Jaya Sentika, tapi di sana penduduk mengatakan itu makam
Ratu Galuh Kencana. Saya pribadi lebih berpihak pada keterangan Raden Jaya Sentika, sebab
keterangan dari leluhur saya nilai lebih valid. Selama ini saya selalu membuktikan bahwa
leluhur tidak ada yang bohong alias hoax. Apalagi leluhur sudah hidup melampaui batas
dimensi ruang dan waktu. Tentu saja mereka lebih waskita dan permana ketimbang kita-kita
yang masih dibalut dengan raga. Karena raga kita seringkali membatasi kemampuan
penglihatan mata batin kita. Yang kedua, bukankah tadi malam saya marak sowan dan
haturkan sembah bekti adalah Mbah Jepra, tetapi mengapa di pagi harinya yang hadir adalah
Prabu Siliwangi ? Yang pasti saya tidak berani menanyakan langsung kepada beliau, apakah
beliau dulu menyamar sebagai rakya jelata dengan nama Mbah Jepra ? Saya pribadi memiliki
kesimpulan yang lebih mengarah ke sana. Tapi saya lebih tidak berani lagi jika harus bawel
menanyakan apakah Kanjeng Ratu Kencono Wungu dalam pengasingan beliau di kemudian
hari menjadi permaisuri Prabu Siliwangi ? Jika memang ternyata demikian adanya justru hal
itu dapat menjembatani gap-gap yang selama ini kadang masih dirasakan antara Sunda dan
Jawa. Apalagi pada mulanya Nusantara ini adalah satu keluarga besar yang sama-sama
memiliki leluhur besar yakni Raja Kudungga, Raja Kutai Lama yang pertama tercatat dalam
kitab sejarah bangsa Nusantara. Dengan adanya restu secara langsung dari sang Prabu
Siliwangi, itu artinya triangle superpower yang bisa dibayangkan sebagai ujung senjata
trisula (trisula wedha), kini telah menemukan tangkainya. Untuk memahami maksud saya
tentang triangle superpower, para pembaca yang budiman dapat membuka posting saya
setahun lalu yang berjududul “Pesan dari gerbang tinatar Trowulan”. Semoga gerbang
kejayaan bagi Nusantara segera tinarbuka, dengan bekal senjata trisula wedha. Semua itu
tergantung dari kesadaran hati kita masing-masing sebagai generasi penerus untuk
menemukan jati diri bangsa yang telah sekian lama terkubur oleh ulah bangsanya sendiri.
Terimakasih setingginya saya haturkan kepada Eyang Raden Jaya Sentika atas segala yang
telah diberikan kepada kami semua, semoga bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri,
tetapi untuk orang-orang terdekat, dan untuk semua orang. Terimakasih telah berkenan
membimbing dan mengarahkan langkah kami semua. Hingga satu persatu teka-teki baru
justru mulai terungkap. Dan benar saja, pacak baris sudah semakin lebar jangkauannya. Kami
masih memiliki segudang teka-teki yang belum terungkap. Di manakah gerangan pasarean
Raden Jaya Sentika yang sesungguhnya. Kami akan mengalir mengikuti aliran air. Pasti lama
kelamaan akan ketemu juga. Teka-teki ini bukan untuk membuat kami bingung, sebaliknya
agar kami dapat melewati jalan yang harus kami lalui. Demi nasib yang lebih baik dulur-
dulur NKRI tanpa kecuali. Mari kita sama-sama menanam padi (kebaikan) dan jangan
khawatir kita akan kekurangan rumput (materi). Karena rumput yang tumbuh subur justru
akan selalu tumbuh jika kita sudah benar-benar menanam padi.
Salam Karaharjan
Hari minggu tanggal 11 Nopember 2012 saya pulang ke Jogja. Kemudian pada hari Rabu dan
Kamis tanggal 14-15 Nopember 2012 secara kebetulan saya menonton berita di televisi yang
sedang menyiarkan proses rekonsiliasi budaya bertempat di Siti Hinggil Trowulan antara
generasi kerajaan Majapahit yang diwakili oleh masyarakat Pulau Bali dengan generasi
kerajaan Pakuan Pajajaran yang diwakili oleh Putri Pakuan Pajajaran dan para pengikutnya.
Rekonsiliasi diisi dengan upacara-upacara yang sakral dan hikmat dari kedua generasi
penerus kerajaan dan dilangsungkan selama sebulan. Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa
kejadiannya bisa persis selaras dengan statemen yang disampaikan Sang Prabu Siliwangi
pada 3 hari sebelumnya sehabis kami pisowanan ke Mbah Jepra dan Kanjeng Ratu Kencono
Wungu? Saya paham, peristiwa ini bukanlah kebetulan semata. Semua itu terjadi memang
sudah ada alur cerita dan timing-nya masing-masing.
Embah Dalem
Rabu pagi 24 April 2013 kami berdua bersama istri siap berangkat ke Jakarta, di
bandara Sukarno-Hatta telah ditunggu sedulur-sedulur KKS Jakarta, ada Mas Gatot, Mas
Irwan, Mas Antari tapi karena mas Aries tidak bisa ikut jadinya bukan kwartet tiger tapi
trio~macan. Sedulur-sedulur yang lain telah menunggu kami di Bogor. Kami ada sekitar ber
17 orang dengan kendaraan masing-masing berusaha menyeruak kemacetan jalur kota
Bogor. Arahnya satu tujuan yakni pasarean Mbah Dalem sesuai dengan petunjuk Eyang
Raden Jayasentika. Walaupun kami semua sudah tahu di mana persisnya pasarean Embah
Dalem, tapi tetap saja musti dua kali putar-putar baru ketemu dan bisa merapat. Setelah
seluruh rombongan mengalami kesasar padahal ada juga sedulur yang sudah lama tinggal di
Bogor, barulah bener-bener sampai di Pasarean Embah Dalem yang lokasinya sebelah kiri
jalan sebelum Istana Batu Tulis kota Bogor. Rasanya belum absah jika belum muter-muter.
Ini salah satu ciri khas saat kami semua menempuh laku seperti yang didawuhkan oleh Eyang
Raden Jayasentika.
Seorang juru kunci masih tampak berjaga di luar ruangan makam. Pintu makam
terkunci rapat. Ternyata sudah lama terjadi konflik di antara keluarga yang menjadi juru
kunci pasarean Embah Dalem. Kunci hanya ada satu dan yang membawa hanya salah
seorang jurukunci saja. Kalau pulang yang kunci ikut dibawa pulang juga. Sementara di situ
ada 3 orang juru kunci. Maka Juru kunci yang lain tidak bisa membukakan makam Embah
Dalem jika ada peziarah datang. Kami akhirnya cukup menabur bunga di luar tembok kamar.
Menurut keterangan Ibu Juru Kunci, nama Embah Dalem memang misterius. Kalau mau
tahu siapa Embah Dalem, pergilah ke Batu Tulis, “begitu kata Ibu Juru Kunci sambil
menceritakan saat ia mendapat petunjuk itu melalui mimpi. Tak ada tanda-tanda akan
kehadiran Embah Dalem di pasareannya, setelah kami tinggalkan sedekah ala kadarnya
kepada juru kunci yang sedang piket, kami bergegas ke arah Batu Tulis dengan berjalan kaki.
Saya terhenyak oleh lubang parit yang menganga di atas trotoar, persis di depan kaki saya.
Mengembalikan pikiran saya dari past-moment, dari pikiran yang sempat meluncur pada
kejadian 3 tahun lalu itu. Pikiran kembali konsentrasi melihat jalanan dan trotoar. Namun hati
kami tergerak untuk menuju ke Prasasti Batu Tulis berada. Dengan dibantu tukang parkir,
kami menemukan Ibu Jurukunci bersama cucu laki-lakinya. Sebelum masuk ke ruang prasasti
kami terhenyak lagi membaca tulisan “Peninggalan Purbakala Nasional” Prasasti Batu
Tulis, dibuat tahun 1533 oleh Surawisesa Putra Prabu Siliwangi. Nah, ini dia !
Sebelum melanjutkan soal Eyang Surawisesa, saya ulas sedikit tentang situasi dan
kondisi di sekitar prasasti Batu Tulis. Di dalam ruangan terdapat satu batu prasasti besar
setinggi orang. Lebar sekitar 70 cm. Persis di depannya terdapat “bekas telapak kaki” yang
membentuk di permukaan batu andesit berdiameter sekitar 40 cm. Di samping kiri depan
terdapat lingga, lambang kemakmuran. Pengunjung boleh mencoba melingkarkan kedua
tangan ke batang lingga dengan cara membelakanginya. Usahakan agar kedua ujung jari
tersambung. Konon jika berhasil maka apa yang menjadi cita-cita dan harapannya mudah
terwujud. Satu lagi lingga segitiga agak kecil di sebelah kiri belakang. Di luar ruangan
terdapat tumpukan batu-batu yang tertata rapi di atas rumput. Di situlah dulu Menteri Agama
RI pernah menggali harta karun sambil dilakukan ritual wiridan. Walaupun banyak dicemooh
orang namun ia tetap saja nekad. Alhasil tidak satupun harta diketemukan.
Bukannya tidak ada. Harta itu benar ada dan banyak terdapat di sana. Namun karena cara wiridan bukanlah
password untuk membuka dan mengangkat harta karun milik leluhur besar Nusantara. Apalagi di areal itu
digali dengan tanpa ijin leluhur yang memilikinya. Akhirnya
hanyalah kegagalan dan nasib malang yang ia dapatkan. Sebuah pelajaran berharga untuk kita semua. Untuk
mengangkat harta karun, pertama-tama seseorang harus mendapat ijin terlebih dahulu dari leluhur yang
memilikinya. Jika diperbolehkan pun kita tidak bisa mendikte mau seberapa banyak kita perlukan, sebaliknya
leluhur akan memberikan sekehendaknya sendiri. Selain itu leluhur punya password khusus, jika Anda diijinkan
untuk memiliki hartanya maka leluhur akan membimbing Anda untuk ritual dengan syarat dan cara sesuai
petunjuknya. Itupun tidak bisa sekali jadi. Biasanya dengan waktu yang tidak pasti kapan harta bisa diangkat.
Bisa jadi 3 bulan, 6 bulan, 7 bulan atau bahkan beberapa tahun baru bisa diangkat. Semua ada pertimbangan
waktu dan asas kepantasan. Leluhur pasti sangat bijaksana mengatur semua itu. Maka Anda janganlah mudah
tergiur oleh bujukan dari konon para pemburu harta karun yang target sesungguhnya hanyalah dana
operasionalnya saja. Ujung-ujungnya tentu kegagalan. Dan faktor kegagalan itu selalu diskenario oleh pelaku
seolah-olah Anda lah yang bersalah dan Anda sendirilah penyebab kegagalan itu. Jadi Anda dibuat tak berkutik,
tak bisa melawan dan tak kuasa menggugat para pelaku penipuan. Semua terjadi demikian cepat hanya
menyisakan rasa malu dan gemas yang mendalam. ukan. Penggalian akhirnya dihentikan setelah ada
korban jiwa. Malang bertubi, tak berselang lama kemudian, Menteri Agama itu pun terjerat
kasus korupsi dan mendekam di “hotel-prodeo” hingga sekarang.
Jika dilihat dari namannya, berarti suatu kemenangan atau kejayaan atas peperangan
agung. Raden Jaya Sentika, sejauh yang saya ketahui beliau adalah panglima perang Kerajaan
Mataram pada masa Kanjeng Sultan Agung. Raden Jaya Sentika ditugaskan sebagai panglima
perang untuk membawa pasukan Mataram menaklukkan pemerintahan Batavia yang
dikuasai VOC pada abad 16. Walau berhasil menaklukkan Batavia, namun Raden Jaya
Sentika enggan pulang ke Mataram. Beliau ingin mengabdikan sisa hidupnya untuk kebaikan
masyarakat di seputar Batavia (Jakarta) sampai beliau wafat. Di manakah beliau wafat dan
dimakamkan? Atau paling tidak di manakah petilasannya ? Banyak info dari saudara-saudara
dan sahabat di Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Namun sampai hari ini Eyang Raden Jaya
Sentika tetaplah misterius. Mungkin bagi Eyang Raden Jaya Sentika sendiri bukanlah hal
penting kami menemukan di mana makam beliau, mungkin saja lebih penting saat proses
mencari makam beliau. Kami pun merasakan ada suatu hikmah besar di setiap pencarian itu.
Biarlah kami tetap mengayunkan langkah kaki, dengan mengalir mengikuti aliran air.
Dikantheni rasa tulus, sak tibo-tibone rak nemu begja.
Dengan demikian, semenjak akhir tahun 2012 telah tersambung pilar-pilar utama kekuatan
spiritual Nusantara. Jika di awal hanya tersambung tiga kekuatan supernatural power
bagaikan senjata “trisula” yakni Kutai-Majapahit-Mataram. Kini telah tersambung Pajajaran
menyempurnakan sebagai tangkai senjata trisula. Kelak jika Sriwijaya telah tersambung, akan
lebih menyempurnakan sebagai perisainya. Semoga, semua itu menjadi pertanda positif akan
tinarbukaning gerbang kejayaan Nusantara. “The spiritual awakening for the glory of
Nusantara”. Terimakasih Eyang Raden Jaya Sentika yang selalu membimbing dan
mengarahkan langkah kami semua.
By sabdalangit
SERAT WEDHATAMA
PANGKUR (Sembah Raga/Syariat)
Nora nganggo peparah lamun Bila berkata tanpa dipertimbangkan (asal bunyi),
angling,
Namun tak mau dianggap bodoh,
Lumuh ing ngaran balilu,
Selalu berharap dipuji-puji.
Uger guru aleman,
(sebaliknya) Ciri orang yang sudah memahami
Nanging janma ingkang wus (ilmu sejati) tak bisa ditebak
waspadeng semu
berwatak rendah hati,
Sinamun ing samudana,
selalu berprasangka baik.
Sesadon ingadu manis
4 Si pengung nora nglegawa, (sementara) Si dungu tidak menyadari,
Sangsayarda deniro cacariwis, Bualannya semakin menjadi jadi,
Nora kaya si punggung anggung Tidak seperti si dungu yang selalu sombong,
gumrunggung
Ingin dipuji setiap hari.
Ugungan sadina dina
Janganlah begitu caranya orang hidup.
Aja mangkono wong urip.
6 Urip sepisan rusak, Hidup sekali saja berantakan,
Nora mulur nalare ting saluwir, Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut.
Jer katara lamun pocapan pasthi, Nampak jelas walau tutur kata halus,
Lumuh asor kudu unggul, Sifat pantang kalah maunya menang sendiri
Yen mangkono keno ingaran Bila demikian itu, disebut orang yang terlena
katungkul,
Puas diri berlagak tinggi
Karem ing reh kaprawiran,
Tidak baik itu nak !
Nora enak iku kaki.
9 Kekerane ngelmu karang, Di dalam ilmu yang dikarang-karang
(sihir/rekayasa)
Kekarangan saking bangsaning gaib,
Rekayasa dari hal-hal gaib
Iku boreh paminipun,
Itu umpama bedak.
Tan rumasuk ing jasad,
Tidak meresap ke dalam jasad,
Amung aneng sajabaning daging
kulup, Hanya ada di kulitnya saja nak
Ana uga angger ugering kaprabun, Ada juga peraturan dan pedoman bernegara,
Mring tapaking tepa tulus, Kepada jejak hidup para suri tauladan yang benar,
(lanjut ke SINOM)
SINOM (Sembah Cipta/Kalbu/Tarekat)
15 Nulada laku utama Contohlah perilaku utama,
Lelana lalading sepi, berkelana ke tempat yang sunyi (dari hawa nafsu),
Ngingsep sepuhing supana, menghirup tingginya ilmu,
Mrih pana pranaweng kapti, agar jelas apa yang menjadi tujuan (hidup) sejati.
Tis tising tyas marsudi, Hati bertekad selalu berusaha dengan tekun,
Sinupeket pangkat kanthi, agar diakui sebagai sahabat setia, di dalam alam
gaib,
Jroning alam palimunan, ing
pasaban saben sepi, tempatnya berkelana setiap sepi.
Sayektine tan bisa ngepleki kuna. persis sama seperti di masa silam.
22 Lowung kalamun tinimbang, Mending bila dibanding orang hidup tanpa
prihatin,
Ngaurip tanpa prihatin,
namun di masa yang akan datang (masa kini),
Nanging ta ing jaman mangkya,
yang digemari anak muda,
Pra mudha kang den karemi,
meniru-niru nabi, rasul utusan Tuhan,
Manulad nelad nabi,
yang hanya dipakai untuk menyombongkan diri,
Nayakengrat gusti rasul,
Anggung ginawe umbag, setiap akan bekerja singgah dulu di masjid,
Saben seba mampir masjid, Mengharap mukjizat agar mendapat derajat (naik
pangkat).
Ngajab-ajab tibaning mukjijat
drajat.
23 Anggung anggubel sarengat, Hanya memahami sariat (kulitnya) saja, sedangkan
hakekatnya tidak dikuasai,
Saringane tan den wruhi,
Pengetahuan untuk memahami makna dan suri
Dalil dalaning ijemak, tauladan tidaklah mumpuni
Jawaku wae tan ngenting, Tata cara Jawa saja tidak mengerti,
Aberag marang agama, Berguru menimba ilmu pada yang haji, maka yang
terpendam dalam hatiku, menjadi
Maguru anggering kaji,
sangat takut akan hari kemudian,
Sawadine tyas mami,
Keadaan di akhir zaman,
Banget wedine ing mbesuk,
Tidak tuntas keburu “mengabdi”
Pranatan ngakir jaman,
Tidak sempat sembahyang terlanjur dipanggil.
Tan tutug kaselak ngabdi,
Yen mamriha dadi kaum temah Bila ingin jadi juru doa (kaum) dapatlah nista,
nistha.
28 Tuwin ketip suragama, begitu pula jika aku menjadi pengurus dan juru
dakwah agama.
Pan ingsun nora winaris,
Karena aku bukanlah keturunannya,
Angur baya ngantepana,
Lebih baik memegang teguh
Pranatan wajibing urip,
aturan dan kewajiban hidup,
Lampahan angluluri,
Menjalankan pedoman hidup
Kuna kumunanira,
warisan leluhur dari zaman dahulu kala hingga
Kongsi tumekeng samangkin, kelak kemudian hari.
Kikisane tan lyan amung ngupa Ujungnya tidak lain hanyalah mencari nafkah.
boga.
29 Bonggan kan tan merlok-na, Salahnya sendiri yang tidak mengerti,
Aji godhong jati aking, Lebih berharga daun jati kering, akhirnya
mendapatlah derita, jadi pengemis dan terlunta.
Temah papa papariman ngulandara.
30 Kang wus waspadha ing patrap, Yang sudah paham tata caranya,
Yeku ingaran tapa tapaking Hyang Yakni disebut “tapa tapaking Hyang Sukma”.
Suksma.
31 Mangkono janma utama, Demikianlah manusia utama,
Tuman tumanem ing sepi, Gemar terbenam dalam sepi (meredam nafsu),
Wignya met tyasing sesami, itulah sebenarnya yang disebut menghayati agama.
Arahe para taruni, sikap anak muda bila mendapat petunjuk nyata,
Mring makripat
PUCUNG (Sembah Jiwa/Hakekat)
33 Ngelmu iku Ilmu (hakekat) itu
Neng angga anggung gumulung ada di dalam diri, kuat menggumpal, menjangkau
hingga tiga zaman, jika dibiarkan berkembang
Gegolonganira akan
Durgameng tyas kang weh limput Angkara dalam hati yang menghalangi,
Karana karoban ing sih Karena temggelam dalam samodra kasih sayang,
kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang
Sihing sukma ngrebda saardi sebesar gunung
pengira
37 Yeku patut tinulat tulat tinurut Itulah yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti
Keh pra mudha mundhi diri Banyak anak muda yang menyombongkan diri
dengan hafalan ayat
Rapal makna
38 Durung becus kesusu selak besus Belum mumpuni sudah berlagak pintar.
Amaknani rapal
Menerangkan ayat
Kaya sayid weton mesir
seperti sayid dari Mesir
Pendhak pendhak angendhak
Setiap saat meremehkan kemampuan orang lain.
Gunaning jalma
39 Kang kadyeku Yang seperti itu
kana kene kaanane nora beda sana sini (ilmunya) tidak berbeda,
41 Uger lugu Asal tidak banyak tingkah,
Kaya buta buteng betah anganiaya seperti raksasa; bodoh, mudah marah dan
menganiaya sesama.
46 Sakeh luput Semua kesalahan
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta,
ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa,
Ing kono lamun tinemu anakku !
Pakartine wong amagang laku Perbuatan orang yang lagi magang “olah batin”
Kang wus lumrah limang wektu Yang sudah lumrah misalnya lima waktu
Sinarawung wulang kang sinerung pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Lagi iki bangsa kas ngetokken Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,
anggit
memamerkan ke-bisa-an nya
Mintokken kawignyanipun
amalannya aneh aneh
Sarengate elok elok
51 Thithik kaya santri Dul Kadang seperti santri “Dul” (gundul)
Gajeg kaya santri brai kidul Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Cahyaning Hyang kinira yen karuh cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,
Ngarep arep urub arsa den kurebi Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan
anugrah) namun gelap mata
Tan wruh kang mangkono iku Orang tidak paham yang demikian itu
Bangsa srengat tan winor lan laku sariat tidak dicampur aduk dengan olah batin,
batin
jadi tidak membuat bingung
Dadi nora gawe bingung
bagi yang menyembah Tuhan
Kang padha nembah Hyang Manon
54 Lire sarengat iku Sesungguhnya sariat itu
Kena uga ingaran laku dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan tekun.
Dhingin ajeg kapindone ataberi Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan
badan
Pakolehe putraningsun
agar lebih baik,
Nyenyeger badan mrih kaot
55 Wong seger badanipun badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya
menjadi segar,
Otot daging kulit balung sungsum
Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
Tumrah ing rah memarah
Ketenangan hati membantu
Antenging ati
Membersihkan kekusutan batin
Antenging ati nunungku
Beda beda panduk pandhuming Beda pula garis nasib dari Tuhan.
dumadi
Sebenarnya tidak cocok
Sayektine nora jumbuh
tekad yang pada dijalankan itu
Tekad kang padha linakon
57 Nanging ta paksa tutur Namun terpaksa memberi nasehat
Rehne tuwa tuwase mung catur Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi
petuah.
Bok lumuntur lantaraning reh utami Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah
laku utama.
Sing sapa temen tinemu
Barang siapa bersungguh-sungguh akan
Nugraha geming kaprabon
mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.
58 Samengko sembah kalbu Nantinya, sembah kalbu itu
Yen lumintu uga dadi laku jika berkesinambungan juga menjadi olah
spiritual.
Laku agung kang kagungan
Narapati Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja.
Meruhi marang kang momong untuk memahami yang mengasuh diri (guru
sejati/pancer)
59 Sucine tanpa banyu Bersucinya tidak menggunakan air
Panduk ing ndon dedalan satuhu Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.
Tan kayungyun mring ayuning Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati,
kayun
Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi gagal.
Marma den awas den emut Maka awas dan ingat lah
Sembah katri kang sayekti katur Sembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan
kepada Hyang sukma (jiwa).
Mring Hyang Sukma sukmanen
saari ari Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari
Arahen dipun kacakup Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku !
Jagad agung ginulung lan jagad alit Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,
Mring kang pindha kartika byor oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.
70 Samengko ingsun tutur Nanti ingsun ajarkan,
Antuk siku kang mangkono iku kaki mendapat laknat yang demikian itu anakku !
Kena uga wenang muluk Artinya, seseorang berhak berkata apabila sudah
mengetahui dengan nyata.
Kalamun wus padha melok
72 Meloke ujar iku Menghayati pelajaran ini
Yen wus ilang sumelanging kalbu Bila sudah hilang keragu-raguan hati.
Ingkang buka ing kijab bullah agaib, Yang membuka penghalang/tabir antara insan dan
Tuhan,
Sesengkeran kang sinerung,
Dumunung telenging batos. Tersimpan dalam rahasia,
Krana momor pamoring sawujud, dengan cara manunggal dalam satu wujud,
Yen wis bisa nuksmeng pasang apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,
semu,
Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Pasamoaning hebing kang
Mahasuci, Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas
dipahami secara lahir dan batin.
Kasikep ing tyas kacakup,
Kedhap kilap liniling ing kalbu, Segala cahaya indah dicermati dalam hati,
Kang minangka colok celaking Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat
Hyang Widhi, Tuhan,
Paranta lamun tan weruh, Apabila kamu tidak paham ; lihatlah tentang
bagaimana terjadinya telur.
Sasmita jatining endhog.
80 Putih lan kuningipun, Putih dan kuningnya,
Lamun arsa titah, bila akan mewujud (menetas),
Dene ing njro wekasane dadi njawi, Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di
luar,
Rasakna kang tuwajuh,
Rasakan sunguh-sungguh,
Aja kongsi kabasturon.
Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
82 Karana yen kebanjur, Sebab apabila sudah terlanjur,
Kajantaka tumekeng saumur, akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada
gunanya bila kelak mati,
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi,
Menjadi orang hina yang bodoh,
Dadi wong ina tan weruh,
dirinya sendiri malah dianggap tamu.
Dheweke den anggep dayoh.
http://sabdalangit.wordpress.com
Kinanti podho 83-100 Silahkan dibaca di postingan Wedhatama Kinanti
(lanjutan)
…