Anda di halaman 1dari 4

KELEDAI DAN KATAK

Disebuah pemukiman diujung bukit nan hijau ada seorang kakek yang memiliki keledai pagi
itu kakek tersebut menyuruh keledai untuk membawa kayu “nah keledai, sekarang pergilah
antarkan kayu ini ya, hati hati ya..” sang keledai pun segera pergi untuk mengantar kayu
tersebut.

Namun ditengah perjalanan, keledai bertemu dengan kambing “eh, keledai, mau kamu bawa
kemana kayu kayu itu?” tanya kambing “ah kambing aku mau membawa kayu–kayu ini
kepasar” jawab keledai, “apa tidak berat kayu-kayu itu?” tanya kambing lagi “aku sudah
terbiasa membawa kayu-kayu ini” kata keledai sambil melanjutkan perjalan “ya sudah hati
hati ya” ucap kambing menutup pembicaraan.

Diperjalanan berikutnya, keledai menemui sebuah sungai dan keledai pun tidak dapat
melewatinya jalan satu-satunya harus menyebrangi sebuah jembatan. Keledai sudah berhati-
hati saat melewati sungai terdebut namun karena jembatan itu kecil, jadi tak mampu
menopang tubuh keledai, hingga keledai pun terjatuh tercebur kedalam sungai tersebut,
“tolong, tolong, tolong aku….”

Disaat bersamaan ada sekumpulan katak yang sedang berenang, “ah.. segar sekal air ini !”
Karena keledai tercebur sang katak pun mendekati keledai, keledai meminta bantuan kepada
si katak “tolong aku katak, aku tidak bisa keluar dari sungai ini, aku sudah tidak sangup
katak” kata si keledai meminta tolong, katak pun berkata “ah.. si keledai, baru saja di sungai
kau sudah begitu sedih dan menderita.

Lihat aku !, sepanjang hidupku aku berada di sungai, tapi aku tidak pernah mengeluh, dan
kami senang berada disini, kalau kau tidak sanggup naik, ya sudalah, tidak usah menangis,
kamu manja sih, berusaha yang lebih keras” si keledai menjawab “kamu jangan sombong
katak, kamu bisa bantu aku tidak?“ bukannya membantu malah mmengejekku. ”

Aku bilang kamu harus berusaha keledai” jawab katak mencari alasan “dari tadi aku sudah
berusaha, tapi tidak berhasil” katak mencari alasan lagi “tubuhmu kan besar, serahkan
tenagamu, katanya keledai binatang yang kuat, ayo tunjukan” si keledai pun menyahut “aku
memang binatang yang kuat, lihat saja di atas punggunku, aku bisa angkut banyak kayu
sekaligus, kalau kamu kuat tidak mengangkat kayu sebanyak ini?”
Dari kejahuan si kancil melihat ada keledai dan katak yang sedang berbincang-bincang, dan
kancil pun mendengar percakapan mereka, “hai teman-teman!“ sapa kancil!, “hai kancil”
jawab keledai dan katak bersamaan. “aku mendengar pembicaraan kalian sejak tadi loo,
bagaimana ceritanya dirimu bisa berada di sungai wahai si keledai?” keledai pun
menceritakan pada kancil “tadi sewaktu aku menyebrang sungai, jembatanya patah dan aku
tercebur, aku minta tolong pada katak, katak malah mengejeku”, katak pun meminta maaf
pada kancil “maaf deeh. aku kan tidak bermaksud mengejek. Kami hanya mencoba memberi
semangat kok, tubuh kami kecil, lalu apa yang bisa kami lakukan untuk menolong mu yang
berbadan besar, walaupun kami hidup disungai ini” si kancil tersenyum, “oww begitu
ketahuilah teman-teman, kita hidup di tempat yang berbeda katak harus hidup di air, karena
katak makan dan berkembang biak di air, sedangkan aku dan keledai hidup di daratan, makan
dan berkembang biak di daratan juga, tapi alangkah baiknya bila kita hidup di tempat yang
berbeda, kita tetap saling tolong menolong, setuju!” nah keledai sekarang kami akan
membantumu, aku akan mengangkat kayu itu satu persatu dari pundak mu agar beban mu
berkurang dan kamu bisa melangkah naik di dasar sungai, akhirnya si keledai bisa keluar dari
sungai tersebut dan keledai berterimah kasih kepada katak dan kancil “terimakasih ya katak
dan kancil kalian telah menolongku!” katak dan kancil menjawab “sama sama keledai”.

Pesan moral: “bahwasanya kita sesama makhluk hidup harus saling tolong menolong, tidak
peduli bagaimana cara kita hidup, dimanapun kita hidup, tidak peduli ras atau golongan
maupun agamanya.”
KANCIL DAN BUAYA

Suatu hari Si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir hutan.
Dia hanya ingin mencari udara segar, melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan
terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi lantai hutan. Dia ingin
berjemur di bawah terik matahari. Di situ ada sungai besar yang airnya dalam sekali. Setelah
sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada yang berbunyi di
perutnya,..krucuk…krucuk…krucuk. Wah, rupanya perutnya sudah lapar. Dia
membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya, ketimun. Namun kebun
ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Dia berfikir sejenak.
Tiba-tiba dia meloncat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku
punya makanan untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak
tinggal di sugai yang dalam itu.

Sekali lagi Kancil berteriak, “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak?”

Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhh… siapa yang teriak-
teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku
makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul.

“Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua
ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa…!” Kancil berteriak lagi.
“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat
buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua.

Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil
teman-temannya untuk keluar semua. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak?
Ayo kita keluaaaar….!” buaya pemimpin berteriak memberikan komando. Tak berapa lama,
bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para
buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung
satu persatu.”
Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi
sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.
“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata Kancil yang segera melompat ke
punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya
sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia
sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya bodoh, sebetulnya
tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa
sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh
jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf
kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil.

“Ha!….huaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Aws kamu ya.. kalau
ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari
ketimun.

Anda mungkin juga menyukai