Anda di halaman 1dari 5

   Ilmu / Rajah Kalacakra

Tulisan pada halaman ini diinspirasi oleh adanya pertanyaan dari seorang pembaca yang
menanyakan pendapat Penulis mengenai ilmu / rajah kalacakra. Sebenarnya Penulis sendiri kurang
mengetahui keilmuannya secara khusus. Jadi dengan penulisan ini Penulis tidak bermaksud sok
tahu, tapi hanya menjadi bahan untuk bertukar pikiran saja. Tetapi dari berbagai tulisan mengenai
keilmuan ini bisalah kemudian kita ambil pengetahuannya.

Banyak versi darimana ilmu / rajah kalacakra ini berasal. Di dalam cerita Hindu - Budha sudah lama
dikenal. 
Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon sudah ada sejak zaman Arya
Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma / Ajaran Kebenaran.  Kalachakra secara filosofis
bermakna roda raksasa simbol waktu. Tetapi bentuk gambar kalachakra itu berbeda-beda, karena
tergantung pada adaptasi, pemahaman dan pendalaman masing-masing orang. 

Sedikit googling tentang Kalacakra :


 - http://en.wikipedia.org/wiki/Kalachakra
 - http://en.wikipedia.org/wiki/Shambhala
 - http://www.kalacakra.org/aboutk.htm

Dari situs-situs dalam negeri cerita tentang kalacakra ini lebih sederhana, walaupun banyak juga
versinya. 
Di dalam cerita pewayangan ilmu kalacakra ada digunakan untuk ruwatan sengkala. Dalam
pengkultusan kepada para Wali juga ada yang mengatakan bahwa rajah kalacakra itu adalah ilmunya
Sunan Kudus / Sunan Bonang yang digunakan untuk memusnahkan keilmuan Jaka Tingkir.

Legenda kalacakra di pewayangan bermula dari penulisan mantram sakti di dada Batara Kala oleh
Batara Guru yang menyamar sebagai dalang Kandhabuwana. Dan dibuatnya Rajah Kalacakra
dimaksudkan agar siapapun yang bisa membacanya dan siapa saja yang bisa mengucapkan
mantram tersebut tidak akan menjadi korban dan tidak akan diganggu oleh Batara Kala sebagai
pembawa sengkala. 

Semua kejadian buruk dalam kehidupan manusia dipercaya selain sebagai suratan nasib / takdir,
juga banyak berkaitan dengan yang namanya karma, bisa karma dari masa lalunya, karma
dari perbuatan-perbuatannya yang sekarang, karma dari kondisi kelahirannya, juga imbas dari
karma / kesialan yang dibawa oleh orang lain (misal : ikut menjadi korban kecelakaan bus, pesawat
terbang, dsb).  Ilmu / Rajah Kalacakra sebagiannya digunakan untuk tujuan menangkal / mengatasi
hal itu.

Filosofi Ilmu / Rajah Kalacakra adalah sebuah kekuatan gaib yang merubah suatu keburukan menjadi
kebaikan,adalah sebuah doa kepada Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yang buruk
menjadi kondisi yang baik selama manusia hidup dalam kekuasaan sang waktu (Sang Kala atau
Sang Hyang Kala). 

Pada perkembangan selanjutnya Ilmu / Rajah Kalacakra diwujudkan menjadi mantra untuk


menangkal berbagai kekuatan magis jahat yang dapat mengganggu keselamatan lahir dan batin.
Selain digunakan untuk melindungi diri dari gangguan dan serangan gaib mahluk-mahluk halus, juga
memberikan perisai pagaran gaib kepada para penggunanya agar terhindar dari segala keburukan
atau ketidak-nyamanan dalam kehidupan. Oleh karena itu Rajah Kala Cakra sering digunakan dalam
ruwatan-ruwatan tradisi jawa dengan membacakan mantra-mantranya. Di India sendiri upaya
ruwatan dan bersih diri banyak juga dilakukan, terutama berupa ritual khusus di sungai Gangga.

Rapalannya berbunyi : 

" Yamaraja - Jaramaya,   Yamarani - Niramaya,    Yasilapa - Palasiya,   Yamiroda - Daromiya,


  Yamidosa - Sadomiya,  Yadayuda - Dayudaya,  Yasiyaca - Cayasiya,  Yasihama - Mahasiya "

Bunyi mantranya dilakukan dengan pembalikkan dalam membacanya, karena bunyi maknanya
dimaksudkan sebagai upaya membalik keadaan, membalik kondisi yang buruk menjadi baik, dan
sifatnya menundukkan, bukan menyerang balik.

1. Yamaraja - Jaramaya    :  siapa yang menyerang berbalik menjadi berbelas kasihan.


2. Yamarani - Niramaya    :  siapa yang datang dengan niat buruk akan berbalik dan menjauhi.
3. Yasilapa - Palasiya       :  siapa yang membuat kelaparan berbalik memberi makan.
4. Yamiroda - Daromiya    :  siapa yang memaksa berbalik memberi kebebasan dan keleluasaan.
5. Yamidosa - Sadomiya   :  siapa yang berbuat dosa berbalik berbuat kebajikan.
6. Yadayuda - Dayudaya   :  siapa yang memerangi berbalik membawa damai.
7. Yasiyaca - Cayasiya     :  siapa yang menyengsarakan berbalik membawa kesejahteraan.
8. Yasihama - Mahasiya    :  siapa yang berbuat merusak berbalik sayang dan memelihara.

Ilmu kalacakra yang berlatar belakang keilmuan bangsa India, berlatar belakang agama Hindu atau
Budha, selain sebagai upaya membebaskan manusia dari karma jelek. Ilmu kalacakra adalah salah
satu jenis ilmu kebatinan (sejenis ilmu sukma sejati) yang banyak dianut oleh kalangan resi, yang
tidak digunakan untuk menyerang, tetapi bersifat menundukkan yang dilakukan berdasarkan cinta
kasih, menjadikan dirinya sendiri sebagai tumbal, yang menerima perbuatan jahat orang lain tetapi
tidak membalasnya dengan perbuatan yang juga jahat, tidak membalas kemarahan dengan
kemarahan, tidak membalas pukulan dengan pukulan, dsb. Ilmu ini adalah ilmu kesaktian tingkat
tinggi (kalau tidak, maka seseorang akan hancur tubuhnya ketika menerima dirinya diserang dengan
aji kesaktian). Jenis ilmu ini juga salah satunya yang dulu dianut oleh Yudistira (pemimpin para
Pandawa).

Kebanyakan ilmu kalacakra yang beredar di dalam negeri adalah bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam
yang untuk menguasainya dilakukan dengan mewirid amalannya, atau dengan transfer energi /
khodam, tapi tidak dilandasi dengan filosofi yang orangnya harus penuh dengan cinta kasih untuk
tidak membalas perbuatan jahat seseorang, karena lebih diunggul-unggulkan keampuhannya
sebagai ilmu kesaktian, sebagai ilmu pertahanan sekaligus untuk menyerang. Kebatinan keilmuannya
tidak sesuai lagi dengan filosofi dasar ilmu kalacakra, sehingga dalam prakteknya selain dijadikan
benteng gaib, ilmu ini juga digunakan sebagai kesaktian gaib untuk menyerang, atau dengan sengaja
digunakan untuk melunturkan keilmuan seseorang. 

Di dalam negeri dikatakan bahwa Ilmu Kalacakra adalah salah satu ilmu gaib yang digunakan pada
masa lalu untuk menangkal ajian kesaktian lawan, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan
memiliki kekuatan menyerang mahluk halus hingga terluka parah. Dan sesuai dengan sugesti "rajah"
kalacakra, maka kekuatan energi ilmunya dipusatkan / ditempatkan di dada. Ilmu Kalacakra juga
digunakan untuk menangkal / mengusir mahluk halus jahat dengan cara memasang rajahnya di
tempat-tempat yang diperkirakan ada mahluk halusnya.

Beberapa kegunaan Ilmu / Rajah Kalacakra dalam dunia keilmuan gaib dalam negeri yang dikatakan
orang pada jaman sekarang adalah untuk :
- Menangkal segala serangan ilmu gaib.
- Menaklukan gangguan mahluk halus Jin, Gondoruwo, dsb. 
- Menjauhkan diri dari segala perbuatan buruk dan kejahatan.
- Membalik niat jahat orang lain agar menjadi niat yang baik.
- Menundukkan amarah musuh, dendam dan iri hati.
- Membuat pagaran gaib rumah, toko, dll.
- Menolak segala bala (karma jelek), baik yang akibatkan oleh orang lain ataupun akibat dari
perbuatan sendiri.
- Menjauhkan segala kesialan dan membalik hal-hal buruk menjadi baik.

Beberapa pihak mengajarkan ilmu rajah kalacakra ini dengan cara membaca mantranya (diwirid)
dengan jumlah bacaan  21x, 41x, 313x, dsb, ditambah dengan laku tertentu (ada laku puasa dan
tirakatnya).
Mantranya berbunyi : 

" Yamaraja - Jaramaya,   Yamarani - Niramaya,    Yasilapa - Palasiya,    Yamiroda - Daromiya,


  Yamidosa - Sadomiya,  Yadayuda - Dayudaya,  Yasiyaca - Cayasiya,  Yasihama - Mahasiya ".

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra itu hanya akan bekerja dengan baik pada orang-
orang yang telah menerima khodam ilmunya (diijazahkan) atau yang telah menerima transfer energi
dan yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya. Cara menurunkan / mengijazahkan ilmu
rajah kalacakra juga dapat dilakukan dengan cara menuliskan rajah gaib atau rajah energi di dada
seseorang. Tetapi bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mendapatkan
khodam ilmunya, atau belum menerima transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid
amalan itu tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban setelah membacanya, biasanya tidak
besar kekuatannya.

Kegaiban dari ilmu gaib dan ilmu khodam berasal dari kekuatan sugesti amalan-amalan, doa dan
mantra, atau kekuatan kegaiban dari khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya, dan
tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dengan demikian pada saat mengamalkan ilmu di atas,
seseorang harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, dan keberhasilannya sangat
bergantung pada pemberian / transfer khodam / energi, sehingga penganut ilmu gaib dan ilmu
khodam akan banyak bergantung kepada guru yang memberi ilmu.

Rajahan / asma'an kalacakra itu harus sering diwiridkan amalan / doanya supaya terus terjaga
kekuatannya, tidak bisa dianggap sekali dibuat akan terus kuat kegaibannya dan berfungsi
selamanya, apalagi yang bersifat transfer khodam / energi, karena kekuatan gaibnya menyatu
dengan sugesti pemakainya. Sama juga dengan ilmu gaib / khodam, jika jarang dibaca amalannya,
kekuatan gaibnya akan memudar.

Sebagai kekuatan gaib asma'an, seharusnya ilmu rajahan itu juga digunakan sebagai sarana doa
dengan cara si pemakainya sering membaca ulang doa / mantranya atau membaca ulang doa yang
tertulis dalam rajahan itu dengan tangannya menyentuh dan bergerak mengikuti bentuk tulisan /
gambar rajahannya, untuk mengsugesti supaya kekuatan gaib rajahan itu tetap hidup dan energinya
tetap kuat. Semakin kuat dan sering seseorang menuangkan doa / sugesti ke dalam gaib rajahan itu,
kegaibannya akan semakin kuat. 
Contoh Rajah Kalacakra,

dikirimkan oleh Joko Indra.

 Rajah kalacakra.
yamaraja  - jaramaya
yamarani  - niramaya
yasilapa   - palasiya
yamidora  - radomiya
yamidosa - sadomiya
yadayudha - dhayudaya
yasiyaca  - cayasiya
yasihama - mahasiya

Amalan mantra / rapalan ilmu / rajah kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya) cukup baik untuk
digunakan bersugesti dalam membuat pagaran gaib, baik membuat pagaran gaib dengan kekuatan
sukma / kebatinan sendiri maupun dengan bantuan khodam, untuk membentuk sifat energi dan cara
kerja pagaran gaibnya, dan pagaran gaibnya disugestikan memancar atau dipadatkan menjadi bola
energi dengan jari-jari 2 meter, 3 meter, dsb.

Jika kita membuat pagaran gaib dengan kekuatan sukma / kebatinan sendiri, sambil memancarkan /
membentuk bola pagaran gaib kita amalkan mantra kalacakra (terjemahan bahasa Indonesianya -
bahasa yang kita mengerti) untuk kita mengsugestikan batin kita sendiri untuk membuat /
mengkondisikan energi pagaran gaib yang padat energinya dan sifat-sifat energinya sama dengan isi
amalan kalacakra.

Jika kita membuat pagaran gaib dengan bantuan benda gaib berkhodam, sugestikan benda gaibnya
membuatkan kita pagaran gaib, dengan menggenggam bendanya kita wiridkan aji kalacakra supaya
khodamnya membuat pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.

Begitu juga kalau kita membuat pagaran gaib dengan menggunakan khodam ilmu /
pendamping, sugestikan langsung kepada khodamnya itu (misalnya yang posisinya di sebelah kanan
kita) supaya membuatkan kita pagaran gaib dan kita wiridkan aji kalacakra supaya khodamnya
membuatkan pagaran gaib yang sifat-sifatnya sama dengan aji kalacakra.

Mewiridkan kalacakra hanya dilakukan ketika kita membuat pagaran gaib, supaya batin kita atau
khodamnya membuatkan pagaran yang sifat-sifatnya sesuai dengan isi amalan kalacakra. Mewirid
ulang ajian kalacakra hanya dilakukan ketika me-recharge pagarannya, mungkin 3 bulan, 6 bulan
atau setahun kemudian.

Dalam mewirid amalan kalacakra di atas sebaiknya dilakukan dengan kepekaan rasa, sehingga
apakah mewirid amalannya cukup 1x, 10x, dsb, nantinya dicocokkan dengan penilaian kita sendiri,
apakah kondisi pagarannya sudah sesuai dengan keinginan kita itu. Kalau dianggap masih kurang
pas nantinya wiridannya kita tambah lagi. 

Begitu juga di hari-hari yang lain, kalau kita rasakan pagarannya kurang sesuai dengan
harapan kita ... kalau perlu kita tambahkan kekuatan pagarannya sambil diwiridkan lagi amalannya.

Ilmu-ilmu yang sejenis dengan aji kalacakra juga banyak diajarkan dalam keilmuan kebatinan
kejawen, namanya saja yang berbeda-beda. Banyak orang yang benar mendalami kebatinan, baik
olah kebatinan kanuragan maupun yang mengikuti penghayatan kebatinan melalui aliran-aliran
kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya sudah terkandung suatu
kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya tidak dapat
diserang, tidak dapat disentuh, tidak dapat dikenai pukulan. Dengan berpegang pada filosofi segala
bentuk kekuatan jahat dan kesombongan manusia akan luluh dan tunduk pada perbawa
pengayoman, kebaikan, dan kerendahan hati, bila seseorang berniat memberi pelajaran kepada
penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan batinnya saja, mengsugesti kegaiban
sukmanya saja, bahwa ketika ada seseorang menyerangnya, maka orang penyerangnya itu akan
kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat
berdiri, dsb. Kegaiban mereka juga dapat memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam
(ilmu sihir dan guna-guna). 

Suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti

Anda mungkin juga menyukai