Anda di halaman 1dari 10

Tata Cara Dalam Perkerisan

Filosofi, Spiritual dan Kebatinan Keris Jawa.


Di halaman ini Penulis ingin menyampaikan beberapa hal yang terkait dengan tata cara dalam
perkerisan. Yang dituliskan dalam halaman ini bukanlah segala macam tata cara dalam budaya
perkerisan, tetapi hanya dibatasi pada tata cara / sikap perilaku kita sebagai pemilik keris ketika
berinteraksi dengan keris-keris kita sehari-hari.

Tata cata yang dituliskan disini adalah berdasarkan tradisi budaya perkerisan di Jawa, dan tidak
dimaksudkan supaya kita berpikiran klenik atau mengkultuskan keris. Seandainya tatacara yang
dituliskan disini ada berbeda dengan tata dan cara di tempat / daerah lain, maka penulisan ini bisa
diabaikan.

Sebuah keris tidak dapat disamakan dengan jenis-jenis senjata lain. Keris adalah sesuatu yang
mengandung nilai sakral bagi orang-orang Jawa dan juga mewakili kehormatan seseorang. Karena
itu perlakuan terhadap keris juga berbeda dengan perlakuan terhadap jenis senjata lain dan ada tata
cara yang harus diikuti oleh masyarakat perkerisan, karena sikap dan perlakuan seseorang terhadap
keris juga akan mewakili kehormatannya sendiri di mata orang lain.

Begitu juga yang terjadi di negeri Jepang. Sebuah pedang katana / samurai melambangkan
kehormatan seseorang dan ada tata cara yang harus diikuti oleh masyarakat terhadapnya, karena
sikap dan perlakuan seseorang terhadap pedang katana / samurai juga akan mewakili
kehormatannya sendiri di mata orang lain.

Walaupun sederhana kelihatannya, dan bukan sesuatu yang penting untuk diutamakan, namun
kesalahan atau keteledoran dalam hal-hal yang sederhana ini seringkali bisa membuat jatuh
kehormatan seseorang di mata orang lain, karena seringkali perilakunya terhadap keris dijadikan
ukuran apakah seseorang mengerti sisi kebatinan dan tata cara dalam perkerisan. Ini juga berguna
saat kita berada di lingkungan orang-orang yang memiliki keris atau di lingkungan pemerhati keris.
Pengetahuan seseorang tentang tata cara perkerisan akan tampak dari cara seseorang memegang
keris, mengeluarkan keris, menghormat keris, dsb. Kadangkala kita juga bisa melihat seseorang yang
dianggap cukup pakar / mengerti perkerisan, ternyata ada tata cara / perlakuannya terhadap keris
yang keliru, yang bisa menyebabkan orang lain memandang rendah kepadanya. Ini berguna untuk
menjaga supaya dari sikap perlakuan kita dalam berinteraksi dengan keris tidak menyebabkan kita
direndahkan orang.

1. Mengeluarkan Keris dari Sarungnya.


Gambar 1A.
Melolos Keris.

Gambar 1B.
Melolos Keris.

Ketika kita mengeluarkan keris dari sarungnya untuk melolos keris, biasakan tangan kiri yang
memegang sarung keris dalam posisi menghadap ke atas (Gambar 1A dan 1B) dan tidak menghadap
ke bawah (Gambar 1C). Posisi tangan kiri yang menghadap ke bawah akan mirip
dengan menghunus keris, bukan melolos keris.

Sebelum keris ditarik keluar, jari jempol tangan kanan menekan bibir sarung keris di sebelah
atas ganja keris untuk me-"nongol"kan keris keluar. Sesudah "nongol", barulah keris tersebut ditarik
keluar.

Sebelum me-"nongol"-kan keris seperti di atas, kita ucapkan salam kepada keris tersebut, diucapkan
dalam hati tetapi ditujukan kepada keris itu. Bentuk ucapan salam bisa bermacam-macam sesuai
kebiasaan kita atau penghormatan kita kepada si keris.
Misalnya ucapan :
Assalamualaikum .......
Salam .......
Selamat pagi .......
Selamat malam .......

Kadangkala ada keanehan, Penulis pernah mengalaminya beberapa kali, sebuah keris tidak mau
dikeluarkan dari sarungnya (macet / seret). Tetapi setelah Penulis mengucapkan salam kepadanya,
keris tersebut dapat dengan mudahnya dikeluarkan dari sarungnya.

Namun ada juga keris yang susah dikeluarkan dari sarungnya, karena memang lubang kerisnya
terlalu rapat, sehingga menjadi seret / macet ketika kerisnya ditarik keluar. Kalau ini yang terjadi,
maka keris itu jangan dipaksa ditarik. Goyangkan-goyangkan gagang kerisnya dahulu supaya ada
sedikit pergeseran posisi keris di dalam sarungnya. Sesudah itu biasanya kerisnya dapat lebih mudah
dikeluarkan.

Gambar 1C.
Melolos Keris yang kurang baik.

2. Melolos Keris.
Gambar 2A.
Melolos Keris.
Gambar 2B.
Melolos Keris.

Dalam rangka mengeluarkan keris dari sarungnya, kita harus membedakan perilaku yang
disebut melolos kerisdengan menghunus keris.

Ada banyak cara orang mengeluarkan keris dari sarungnya untuk melolos keris, misalnya :
1. Keris diangkat setinggi kepala dan dikeluarkan dari sarungnya dalam posisi tegak dengan bagian
sarungnya di atas atau dikeluarkan dari sarungnya dengan posisi melintang di atas kepala (posisi
horisontal).
2. Keris dikeluarkan di depan tubuh dengan posisi melintang di depan dada atau perut.

Dalam kehidupan sehari-hari sikap kita dalam melolos keris harus dibedakan dengan menghunus
keris. Dalam tujuan melolos keris sedapat mungkin dihindari sikap yang membuat orang lain tidak
nyaman dengan cara kita memperlakukan keris.

Melolos keris adalah mengeluarkan keris dari sarungnya tidak untuk tujuan bertarung. Melolos keris
ini dilakukan misalnya untuk melihat bilah / dapur keris, melihat pamor keris, untuk membersihkan
keris, dsb.

Untuk melolos keris, bagian wajah dapur keris menghadap ke dalam, tidak ke arah luar (menghadap
kepada kita, tidak ke arah orang lain) dan tangan kiri yang menggenggam sarung keris menghadap
ke atas (Gambar 2A dan 2B), tidak ke bawah karena akan mirip seperti menghunus keris (Gambar
2C). Yang ditarik keluar adalah sarungnya, bukan gagang kerisnya (karena akan mirip seperti
menghunus keris), dan jangan mengarahkan ujung keris kepada seseorang.

Gambar 2C.
Melolos Keris yang kurang baik.
3. Menghunus Keris.

Gambar 3A.
Menghunus Keris.
Gambar 3B.
Menghunus Keris.

Menghunus keris adalah mengeluarkan keris dari sarungnya untuk tujuan bertarung.
Sikap menghunus keris : bagian wajah dapur keris menghadap ke luar, ke arah orang lain, dan
tangan kiri yang menggenggam sarung keris menghadap ke bawah (Gambar 3A dan 3B). Ujung keris
diarahkan kepada lawan.

4. Menghormat Keris.
Gambar 4.
Menghormat Keris.

Dalam tujuan melolos keris, setelah keris dikeluarkan dari sarungnya, kemudian kita angkat setinggi
kepala di bagian samping kanan kepala kita sebagai tanda penghormatan kepadanya (Gambar 4).

Ada banyak cara orang melakukan penghormatan kepada keris, misalnya :


1. Sebelum keris diambil dari tempat penyimpanannya, orang tersebut berdiri di hadapan kerisnya,
kemudian menangkupkan ke dua telapak tangan di depan dada dan merunduk menghormat.
2. Sebelum keris dikeluarkan dari sarungnya, keris tersebut diletakkan dulu di atas meja. Kemudian
orang
tersebut menangkupkan ke dua telapak tangan di depan dada dan merunduk menghormat.
3. Keris diangkat dan dikeluarkan dengan posisi di atas kepala.
4. Setelah keris dikeluarkan dari sarungnya, keris diangkat tegak ke atas kepala di depan wajah, dan
sambil menunduk keris tersebut disentuhkan ke dahi.
5. Seperti dalam gambar di atas (Gambar 4), setelah keris dikeluarkan dari sarungnya, kemudian
diangkat
setinggi kepala di bagian samping kanan kepala sebagai tanda penghormatan kepadanya.
6. Seperti dalam gambar di atas (Gambar 4), setelah keris dikeluarkan dari sarungnya, kemudian
diangkat
setinggi kepala di bagian samping kanan kepala dan disentuhkan ke pelipis.

Penulis menganjurkan cara menghormat seperti no. 5 atau 6 di atas. Dengan cara ini akan tampak
kita menghormat kepada keris, tapi tidak tampak merunduk seperti "menyembah" keris. Selebihnya,
sambil kita memposisikan keris di samping kepala, kita usahakan untuk bisa merasakan "rasa" keris
supaya kita bisa menyatukan rasa hati dengan si keris, mendekatkan batin kita dengan si keris.

Cara no. 4 di atas baik untuk menyatukan rasa dengan si keris, atau untuk menyampaikan sugesti /
perintah / keinginan kita terhadap si keris. Dalam posisi itu kita berkata-kata kepada si keris (berkata-
kata di dalam hati, tetapi ditujukan kepada si keris), menyampaikan isi hati kita kepada si keris.

Kalau anda bisa menyatukan rasa dengan si keris, anda akan bisa merasakan energinya di kepala
anda. Ada keris-keris yang energinya tajam, ada juga yang energinya tidak tajam, tapi akan terasa
berat di kepala anda.

Dengan cara no. 4 tersebut, sambil kita berusaha untuk merasakan "rasa" keris supaya kita bisa
menyatukan rasa hati dengan si keris, mendekatkan batin kita dengan si keris, cara ini baik untuk
menyampaikan sesuatu kepada si keris, misalnya untuk menayuh keris supaya hadir di dalam mimpi
(baca : Ilmu Tayuh / Menayuh Keris), atau untuk mengsugesti si keris untuk menyatu dengan
kehidupan kita (seperti dituliskan dalam bagian akhir Tuah Keris-Jaman-Sekarang), dengan cara
berkonsentrasi berbicara di dalam hati, tetapi ditujukan kepada si keris.

-----------------------

Anda mungkin juga menyukai