Anda di halaman 1dari 7

Dewa dan

Satria Piningit / Ratu Adil

Telah disebutkan sebelumnya bahwa para dewa mengemban tugas dari Sang Penguasa Alam untuk
menuntun dan mengayomi kehidupan manusia di dunia.

Bagaimana hubungannya dengan tanah Jawa ?

Pengayoman para dewa di tanah Jawa telah berkurang jauh sekali setelah raja Brawijaya, yaitu raja
terakhir Majapahit, memutuskan untuk menerima suatu agama baru yang tidak mengenal dewa di
dalam pemujaannya, dan juga setelah raja Siliwangi memilih lengser dari ke-prabu-an-nya dan
moksa. Para dewa, yang sebelumnya sering bersemayam di Candi Dieng dan di situs-situs Majapahit
sebagai tempat perhentiannya yang kedua setelah Kahyangan, mulai angkat kaki, kembali ke
Kahyangan.

Wahyu-wahyu yang kemudian diturunkan para dewa di tanah Jawa bukan lagi wahyu-wahyu besar,
tetapi hanya wahyu-wahyu yang kecil dan ringan saja kadarnya. Sehingga setelah jaman Majapahit
berakhir, tidak ada lagi raja-raja yang mampu menjadi raja besar di tanah Jawa. Tidak ada lagi
spiritualis yang mampu menghasilkan karya-karya besar yang setanding dengan yang dihasilkan pada
jaman Kediri, Singasari dan Majapahit. Para empu keris pun tidak lagi mampu menghasilkan keris-
keris yang setanding dengan keris-keris yang dihasilkan pada jaman Kediri, Singasari dan Majapahit.

Tanah Jawa, setelah masa kejayaan Majapahit berakhir, telah kehilangan pamornya. Tidak ada lagi
kejayaan. Hanya kerajaan-kerajaan kecil saja yang ada. Bahkan kemudian tanah Jawa menjadi
jajahan dan jarahan bangsa-bangsa lain dari tanah seberang. Setelah jaman kerajaan berakhir,
berubah menjadi jaman republik, tanah Jawa pun tetap menjadi bahan perebutan kekuasaan dan
jarahan orang-orang yang tidak berbudi luhur.

Kejayaan tanah Jawa telah berakhir !

Mungkinkah para dewa akan kembali lagi ke tanah Jawa ?

Mungkinkah para dewa akan membangkitkan kembali kejayaan tanah Jawa ?

Benarkah nanti setelah munculnya manusia pilihan dewa, Sang Satria Piningit , Sang Ratu Adil
, tanah Jawa akan kembali berjaya ?
Harapan baru untuk tanah Jawa :

Para leluhur tanah Jawa, dengan wahyu dewa, telah menyampaikan ramalan-ramalan tentang akan
kembalinya Ki Sabdo Palon dan Ki Naya Genggong (benarnya : Ki Sabdo Palon dan Ki Narya
Genggong), yang merupakan pengejawantahan dari Dewa Semar dan Dewa Narada, pada 500 tahun
kemudian sejak terakhir mereka menghilang dari hadapan manusia Prabu Brawijaya. Setelah
terjadinya goro-goro, mereka akan datang dengan mendampingi manusia pilihan dewa yang akan
disebut Satria Piningit, yang bersenjatakan Trisula Wedha , yang wajahnya tampan dan terang
bercahaya seperti matahari, lembut hati tetapi tegas, berhati mulia, membawa perubahan jaman
dimana hukum ditegakkan.

Intermeso :

500 tahun kemudian sejak terakhir mereka menghilang dari hadapan Prabu Brawijaya adalah kira-
kira pada masa sekarang, tahun 2010 - 2015.

Mereka akan datang kembali setelah terjadinya goro-goro, kekacauan besar, bencana alam besar,
yang membinasakan banyak manusia.

Apakah para dewa akan menunjukkan kekuasaannya dengan menjungkir-balikkan dunia ?

Apakah para dewa akan menunjukkan supremasinya atas mahluk manusia ?

Mereka akan datang dengan mendampingi manusia pilihan dewa yang akan disebut Satria Piningit.

Manusia itu tidak terkenal. Tidak muncul sebagai publik figur. Tidak tampak dalam kancah politik /
kekuasaan di manapun. Tetapi manusia itu menjadi pilihan dewa. Bukan ! tetapi pilihan Tuhan
! karena para dewa hanyalah menjalankan tugas dari Sang Penguasa Alam untuk mendampinginya,
menuntun dan mengayominya.
Banyak sudah ramalan yang disampaikan oleh para leluhur tentang tokoh Sang Satria Piningit.
Banyak orang sudah juga mempelajarinya dan mencoba menginterpretasikannya, dan di berbagai
media penulisan banyak orang membahas dan mengulas kesejatian sosok Sang Satria Piningit, tetapi
hingga hari ini kebanyakan semuanya itu masih menjadi sebatas wacana perbincangan saja dan
upaya utak-atik gathuk.

Ada juga ramalan yang menyebutkan bahwa sosok Sang Satria Piningit akan menjadi presiden ke 7
Indonesia, seorang sosok pemimpin yang akan menjadi Sang Ratu Adil, yang dipercaya akan mampu
memimpin Nusantara ini dengan sangat baik, adil dan membawakan keselamatan dan kesejahteraan
kepada rakyat. Karena ramalan itu banyak orang yang mencoba memprediksi, berspekulasi
menyebutkan nama tokoh orangnya dengan melihat nama-nama calon presiden dan mencari-cari
orang yang kira-kira pantas untuk menjadi presiden ke 7 Indonesia yang kemudian presiden ke 7
tersebut akan disebut Sang Satria Piningit.

Tetapi yang sering orang lupa adalah bahwa istilah Satria Piningit dan Sang Ratu Adil adalah
berangkat dari ramalan Jayabaya. Ramalannya penuh dengan nuansa gaib. Karena itu untuk
menelisik isinya juga diperlukan kemampuan gaib. Dan untuk menelisik siapa sesungguhnya sosok
Sang Satria Piningit / Sang Ratu Adil harus juga ditelaah dengan kemampuan gaib, untuk ditelaah
apakah orangnya sesuai kegaibannya dengan isi ramalan Jayabaya, tidak boleh asal utak-atik gathuk.

Cara menelisiknya yang benar adalah dengan melihat-lihat dulu siapa kira-kira orangnya yang sesuai.
Barulah kemudian ditelisik lagi apakah orang itu mengandung kriteria kegaiban yang sama dengan
yang sudah diramalkan dalam ramalan Jayabaya. Dengan cara itulah kita bisa dengan lebih benar
memperkirakan siapa sesungguhnya orangnya. Kalau orangnya tidak mengandung kegaiban yang
sama dengan yang sudah diramalkan dalam ramalan Jayabaya, berarti orang itu bukanlah Sang Satria
Piningit / Sang Ratu Adil yang diramalkan dalam ramalan Jayabaya, walaupun orang itu menjadi
presiden Indonesia.

Seperti yang sudah diramalkan, secara fisiknya sosok manusia Sang Satria Piningit akan kelihatan
sama saja dengan manusia lainnya. Dan sekalipun sudah muncul di hadapan publik, ia bukanlah
seorang tokoh yang sebelumnya sudah terkenal dan ia juga tidak akan mengaku-aku dirinya adalah
Sang Satria Piningit, sehingga ketika ia muncul itu apakah orang akan mengenalinya sebagai Sang
Satria Piningit ?
Memang ini adalah sebuah dilema karena sebenarnya kesejatian sosok Sang Satria Piningit bukanlah
sebatas seorang manusia yang nantinya menjadi pemimpin di nusantara, tetapi dia adalah seorang
manusia yang sangat tinggi bermuatan gaib sampai-sampai tokoh-tokoh manusia ratusan tahun yang
lalu yang pada jamannya terkenal sangat mumpuni dan waskita pun memujanya dan meramalkan
kedatangannya secara khusus menggunakan kata-kata, ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah yang
juga khusus yang sepintas secara awam terasa sangat tinggi dan berlebihan. Dari situ saja
seharusnya kita bisa menyimpulkan bahwa sosok Sang Satria Piningit ini bukanlah manusia biasa.
Seandainya pun nantinya Sang Satria Piningit naik menjadi seorang pemimpin / presiden, kesejatian
pribadinya sama sekali tidak dapat disejajarkan dengan presiden-presiden lainnya.

Ada banyak versi pendapat dan intrepretasi orang tentang siapakah sebenarnya sosok Sang Satria
Piningit itu.

Penulis juga punya kriteria sendiri tentang sang SP yang sisi kegaibannya sejalan dengan ramalan
Jayabaya, walaupun mungkin tidak sama dengan kriteria SP dalam pendapat orang lain. Semuanya
harus ditelisik secara kegaiban.

Ramalan Jayabaya bait 172 :

ini adalah petunjuk untuk yang sadar dan waspada terhadap jaman kalabendu Jawa

jangan melarang menghormati si manusia dewa, karena akan musnah sirna seluruh keluarga

jangan sampai salah mengenali pandita

carilah pandita bersenjatakan trisula wedha

ya itulah pemberian dari Yang Maha Kuasa

Secara fisiknya sosok manusia Sang Satria Piningit akan terlihat sama saja dengan manusia lainnya,
tetapi yang membedakannya dengan manusia lainnya adalah roh-nya yang sangat tinggi bermuatan
gaib yang dalam sejarah kehidupan manusia tidak ada manusia lain yang akan dapat menyamainya.
Karena itu untuk mencaritahu siapa sebenarnya sosoknya dan dimana keberadaannya haruslah
dicari dan dipelajari secara kegaiban.

Saat ini ia sudah aktif "bekerja" di alam gaib dan para mahluk halus, terutama yang berkekuatan
tinggi dan berdimensi tinggi, mahluk-mahluk halus penguasa-penguasa alam gaib, kebanyakan sudah
mengenalnya, termasuk mereka yang tinggal di belahan bumi lain, karena mereka semua berada di
bawah kekuasaannya, tetapi mahluk halus kelas bawah, karena keterbatasan intelijensinya dan
keterbatasan dimensi gaibnya, mungkin banyak yang belum mengetahuinya, karena belum pernah
bertemu langsung dengannya.

Ia sudah aktif "bekerja" di alam gaib, karena ia mempunyai kekhususan gaib yang tidak sama dan
tidak akan bisa disamai oleh siapapun manusia. Karena itu jika anda mampu melihat gaib, mungkin
suatu saat anda akan bisa menemukan seorang manusia yang ciri-ciri gaibnya menunjuk kepada
dirinya.

Mungkin secara mata manusia, secara awam sosok Sang Satria Piningit tidak berbeda dengan
manusia lainnya. Tetapi, bagi anda yang memiliki spiritualitas yang tinggi, dan yang mampu melihat
gaib, sebaiknya anda mulai membuka mata, siapa tahu anda melihatnya sedang berada di dekat
anda. Bila anda mengetahui keberadaannya, dekatilah dia, belajarlah kepadanya, dan ingat : jangan
bertentangan dengan dia !

Barangkali saja anda dapat melihat ciri-cirinya secara gaib, yaitu ciri-ciri gaib Roh / Sukma Sang
Satria Piningit, yang membedakannya dengan manusia lain sbb :

Sang Satria Piningit bersenjatakan Trisula Wedha , kekuatan dan ajaran Tri-Tunggal Penguasa Alam,
kaweruh budi yang sebenarnya dan kebesaran Kuasa Allah atas dunia, dan ia mendapatkan pusaka
"bekal" dari Tuhan, lambang kebesaran Tuhan, yang bangsa dewa pun tidak memilikinya.

Pusaka itu terdiri dari :

1. Sebuah Kitab, Kitab Kehidupan dan Ke-Tuhan-an yang benar.

2. Timbangan, untuk menimbang, mengukur, menilai, dan menghakimi.

3. Pedang, untuk penghakiman, menegakkan kebenaran dan keadilan dan menebas siapa saja yang

melawan kuasanya (termasuk para mahluk halus).

Wajahnya tampan dan terang bercahaya seperti matahari.

Tidak banyak bicaranya, tetapi ucapannya jadi !

Bukan begawan atau pandita sakti, tetapi berilmu tinggi dan mampu menerangi orang lain.

Sakti mandraguna tanpa aji-aji.

Pusaka-pusaka sakti tanah Jawa dan pusaka-pusaka dewa diwariskan kepadanya.

Mahluk halus pun tunduk dan berbaris di belakangnya !

Bermahkota, raja pilihan Tuhan ! , Sang Ratu Adil.

Bermahkota dua, karena ber-kedaton dua, di bumi dan di surga (Kitab Musarar Jayabaya).
Raja di dunia manusia dan raja di dunia mahluk halus.

Pra-tinjau di dalam Injil :

Injil Lukas 11 :

11:29. Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan
yang jahat.

Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain
tanda nabi

Yunus.

11:30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak
Manusia akan

menjadi tanda untuk angkatan ini.

11:31 Pada waktu penghakiman, Ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini
dan

ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan
hikmat

Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo !

11:32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan
mereka akan

menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan


pemberitaan

Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus ! "

Yesus menyebut : Ratu dari Selatan, ratu yang datang dari ujung bumi (Israel di utara dan ratu itu
dari selatan), yang pada hari penghakiman akan turut menghakimi dan menghukum manusia.

Apakah yang dimaksud dengan Ratu dari Selatan itu sama dengan Sang Satria Piningit / Ratu Adil ?

(karena Sang Satria Piningit berasal dari selatan dan diberi juga oleh Tuhan kuasa untuk
menghakimi).
-----------------

Anda mungkin juga menyukai