Anda di halaman 1dari 11

Sifat-Sifat Kesaktian Manusia

Kesaktian Manusia Di Dunia Manusia

Keilmuan kanuragan, tenaga dalam, ilmu gaib dan ilmu khodam, olah batin dan olah spiritual
mempunyai sifat dan pengaruh sendiri-sendiri bagi setiap orang semasa hidupnya di dunia dan
kondisinya setelah ia hidup di alam roh.

Ilmu Kanuragan adalah satu kesatuan ilmu olah fisik dan gerak, termasuk yang dilambari dengan
ilmu gaib dan ilmu khodam, olah nafas dan olah batin untuk kanuragan / kesaktian.

Olah raga, olah fisik dan olah gerak adalah tingkatan yang paling dasar. Yang bersifat kesaktian,
tujuan latihannya adalah untuk melatih kekuatan, kelincahan dan kecepatan gerak, ketrampilan
(teknik beladiri) dan prestasi, kesehatan, dan kebugaran.

Dalam pengertian yang umum di masyarakat, kesaktian adalah bersifat fisik. Seseorang akan
dianggap sakti jika ia bisa menunjukkan keilmuan kesaktian yang kelihatan mata. Jika hanya
kesaktian gaib saja, maka ia akan disamakan dengan dukun atau orang pinter, tukang sihir atau
tukang santet. Unsur kesaktian fisik itu adalah kombinasi dari permainan jurus, kelincahan dan
kecepatan gerak, tenaga gaib dan tenaga dalam, kekuatan pukulan - tendangan, tahan pukul -
tendangan, dan pada tingkatan keilmuan yang khusus juga tahan diserang dengan senjata tajam
(kebal) dan tahan diserang dengan tenaga dalam dan aji-aji kesaktian.

Di berbagai belahan dunia, jenis dan sifat kesaktian manusianya sangat bergantung pada sifat
karakter dan pemahaman manusianya atas unsur-unsur kesaktian. Umumnya penggunaan senjata
dan senjata-senjata yang berkekuatan gaib sudah dikenal dimana-mana. Begitu juga dengan
penggunaan jimat, ilmu gaib dan khodam. Penggunaan tenaga dalam lebih banyak berkembang di
Asia. Tetapi penggunaan kekuatan kebatinan dan spiritual sebagai unsur kesaktian sangat terbatas,
lebih banyak berkembang di daerah yang masyarakatnya memahami kebatinan dan spiritual
kegaiban.
Tenaga dalam termasuk sebagai kekuatan gaib (daya gaib) yang menjadi pengganda kesaktian
manusia. Seseorang yang menekuni olah beladiri kanuragan dan olah gerak, kekuatan ilmunya akan
bertambah berlipat-lipat puluhan atau ratusan kali setelah dilambari dengan kekuatan tenaga
dalam. Yang telah memiliki tenaga dalam, kekuatan ilmunya juga akan berlipat-lipat bila dilambari
dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau dilambari dengan kekuatan kebatinan dan spiritual. Karena
itu, biasanya pada penguasaan tingkat lanjut, seseorang memperdalam kekuatan keilmuannya tidak
lagi melulu dengan olah gerak dan olah pernafasan, tetapi akan banyak melakukan pendalaman
dengan mewirid amalan gaib kesaktian, laku puasa dan tirakat, meditasi, semadi, bahkan tapa brata.

Secara umum, sifat kesaktian manusia di daratan Eropa, Amerika, Arab, Afrika dan Jepang, lebih
dominan mengedepankan kekuatan fisik, senjata dan ketrampilan / teknik beladiri. Di tempat-
tempat di atas, selain di Jepang, berkembang juga keilmuan gaib dan khodam, tetapi konotasinya
lebih banyak sebagai ilmu sihir dan perdukunan, tidak menjadi unsur pengganda kesaktian
kanuragan manusia.

(Baca juga : Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam).

Di negeri Cina dan Mongol sifat kesaktian manusianya selain bersifat kekuatan fisik dan teknik
beladiri, juga dominan mengandalkan kekuatan tenaga dalam. Mereka mempelajari olah fisik, olah
gerak dan tenaga dalam sampai mendetail sekali dan variasi penggunaannya banyak sekali.
Umumnya dilatih dengan olah gerak, olah nafas dan meditasi. Sifat keilmuan mereka yang dominan
mengedepankan ketrampilan / teknik beladiri dan tenaga dalam bisa menjadi panutan bagi orang-
orang yang mempelajari keilmuan kanuragan dan tenaga dalam (baca juga : Kanuragan & Tenaga
Dalam). Ilmu gaib dan mantra sebagai pengganda kesaktian manusia juga ada yang
menggunakannya, tetapi secara umum tidak dikedepankan dalam proses pembelajaran kesaktian.

Pada tingkatan keilmuan yang tinggi, di kalangan tokoh-tokoh dunia persilatan di wilayah itu, mereka
juga menekuni kebatinan, selain sebagai bagian dari kerohanian mereka, kebatinan itu juga
diterapkan sebagai pengganda kesaktian tenaga dalam mereka. Ketika kekuatan tenaga dalam
seseorang sudah mencapai tingkat yang sulit untuk bisa dikembangkan lagi, kekuatan kebatinan itu
akan menjadi pengganda kekuatan tenaga dalam. Bahkan sebagian kalangan meyakini bahwa
kekuatan kebatinan untuk kesaktian kekuatannya jauh lebih dahsyat daripada kekuatan tenaga
dalam, sehingga kekuatan kebatinan banyak dijadikan sebagai kekuatan yang mendasari kekuatan
kesaktian tingkat tinggi, bukan tenaga dalam lagi. Karena itu pelatihan tenaga dalam lebih banyak
dilakukan sebagai pelajaran dasar keilmuan kesaktian seseorang. Sedangkan ketika orangnya sudah
mencapai tingkatan keilmuan yang tinggi mereka akan lebih menekankan pada olah kebatinan. Laku
prihatin dan puasa, meditasi, bahkan tapa brata akan mengisi laku mereka (baca juga : Olah Batin
dan Kebatinan).
Di daerah India dan sekitarnya kehidupan masyarakatnya sangat agamis dan religius. Kehidupan
mereka sangat akrab hubungannya dengan mahluk halus dan kegaiban sesuai sifat keagamaan
mereka, sehingga ilmu gaib dan khodam, jimat dan senjata-senjata berkekuatan gaib sudah umum
digunakan sebagai bagian dari kesaktian. Mereka juga mempelajari olah kebatinan dan spiritual
tingkat tinggi, dan mengenal juga mahluk-mahluk halus berkekuatan tinggi, baik yang menjadi
musuh mereka untuk dilawan, juga yang bisa untuk dijadikan khodam ilmu mereka, atau untuk
dijadikan khodam jimat dan pusaka. Dengan demikian keilmuan kesaktian mereka mengandung
kekuatan gaib yang tinggi yang merupakan kombinasi dari olah gerak, tenaga dalam (prana /
kundalini), ilmu gaib dan khodam (ilmu sihir dan perdukunan), kekuatan kebatinan dan spiritual, dan
penggunaan jimat dan senjata berkekuatan gaib tinggi. Secara umum sifat dasar kesaktian di daerah
India dan sekitarnya lebih dominan berdasarkan kekuatan kebatinan dan spiritual ditambah ilmu
gaib dan khodam.

(baca juga : Olah Spiritual dan Kebatinan).

Di tanah Jawa (termasuk Jawa Barat), sebelum berkembangnya agama Islam, secara umum sifat
kesaktian kanuragan manusianya mengedepankan olah gerak (pencak silat) yang dilambari dengan
kekuatan kebatinan. Secara umum penggunaan kekuatan tenaga dalam sangat minim, mungkin
malah sama sekali tidak ada pengetahuan tentang itu, karena kekuatan yang mendasari kesaktian
dominan berasal dari olah kebatinan. Tokoh-tokoh dunia persilatan pada masa itu umumnya adalah
tokoh-tokoh kebatinan, baik yang dari golongan putih maupun yang hitam (golongan yang baik
maupun yang jahat). Ilmu gaib dan khodam dan aji-aji kesaktian umumnya berasal dari olah
kebatinan, bukan dari mantra-mantra ilmu gaib dan ilmu khodam. Mereka juga mengenal mahluk
halus tingkat tinggi untuk dijadikan khodam ilmu mereka, dan mampu menyatukan kegaiban dari
pusaka-pusaka mereka (keris) dengan kesaktian mereka (baca juga : Keris dan Kesaktian).

Di tanah Jawa, setelah berkembangnya agama Islam, olah kebatinan yang untuk kesaktian sudah
banyak ditinggalkan, digantikan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam. Ada yang masih menekuni
pencak silat yang sama dengan ajaran lama aslinya, biasanya menjadi ilmu keluarga yang diajarkan
turun-temurun, tetapi olah lakunya sudah tidak sama lagi dengan aslinya dulu. Ada juga yang
mengkombinasikan tenaga dalam dengan amalan gaib, tetapi banyak kejadian sekalipun
menggunakan tenaga dalam, kebanyakan tenaga dalam orangnya tidak seberapa, yang lebih kuat
adalah sugesti amalan gaibnya. Pada masa ini manusia sudah tidak mampu mengenal mahluk halus
tingkat tinggi, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi. Kegaiban pusaka juga
sudah tidak menyatu lagi dengan kesaktian. Kekuatan gaib pusaka lebih banyak digunakan untuk
keperluan ilmu gaib / perdukunan. Kegaiban pusaka sebagai pengganda kesaktian manusia sudah
banyak digantikan dengan susuk dan jimat untuk kekuatan dan kekebalan.
Kesaktian Manusia Di Alam Roh

Masing-masing sifat kekuatan dan kesaktian di atas mempunyai sifat dan pengaruh sendiri-sendiri
terhadap kesaktian dan kekuatan manusia, dalam kehidupannya di dunia maupun dalam
kehidupannya di alam roh setelah kematiannya.

Kekuatan dari hasil olah kanuragan dan ilmu tenaga dalam hanya bersifat fisik biologis manusia.
Setelah kematiannya, keilmuan kanuragan dan tenaga dalam itu tidak berlaku lagi. Artinya, setelah
kematiannya, sukmanya tidak lagi dapat menggunakan kekuatan dari keilmuan kanuragan dan
tenaga dalam itu. Kekuatan sukmanya menjadi tidak jauh berbeda dengan sukma orang lain yang
tidak pernah belajar ilmu beladiri. Walaupun tetap memiliki kelebihan dalam hal olah gerak, tetapi di
dunia roh, kemampuan olah gerak itu tidak akan banyak berguna tanpa dilambari kekuatan sukma
yang besar.

Tetapi dalam olah kanuragan dan ilmu tenaga dalam itu terkandung juga olah sugesti kebatinan /
keyakinan, sehingga daripadanya ada juga tambahan kekuatan bagi sukmanya, walaupun tidak
banyak.

Kekuatan dari ilmu gaib hanya berlaku semasa manusia tersebut masih hidup di dunia. Semasa
hidupnya, dengan ilmu gaibnya seseorang merasa memiliki kemampuan yang tinggi, seolah-olah
mampu melakukan apa saja dengan ilmunya itu. Tetapi setelah kematiannya, sukmanya tidak lagi
memiliki kemampuan yang sama seperti ketika dia masih hidup.

Begitu juga mereka yang mempelajari ilmu berkhodam, semasa hidupnya khodamnya itu menyatu
dengannya dan menjalankan perintahnya, menjadi sumber kekuatan ilmunya, membuatnya seolah-
olah mampu melakukan apa saja dengan keilmuannya itu. Setelah kematiannya, khodamnya akan
berpisah darinya, hidup sendiri-sendiri. Dalam kondisi sendiri-sendiri itu sukma orang tersebut tidak
lagi memiliki kemampuan yang sama seperti ketika dirinya masih berkhodam, karena kekuatannya
adalah kekuatannya sendiri, tidak lagi ditambah dengan kekuatan khodamnya seperti ketika ia masih
hidup, kecuali di alam sana ia memiliki khodam / teman gaib yang mau membantunya / menjalankan
perintahnya.
Tetapi dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam terkandung juga olah sugesti kebatinan / keyakinan,
sehingga daripadanya ada juga tambahan kekuatan bagi sukmanya, walaupun tidak banyak.

Kekuatan dari hasil olah batin dan olah spiritual berhubungan dengan kekuatan batin / sukma / roh
manusia yang bersangkutan. Kekuatan kebatinan dan spiritual sejatinya adalah kekuatan sukma /
roh. Kekuatan dari sukma / roh bukan hanya berlaku semasa si manusia masih hidup, tetapi akan
terus terbawa sampai pada kehidupan manusia sesudah kematiannya. Artinya, setelah manusia
tersebut meninggal dan sukmanya masuk ke alam roh, maka di alam sana sukma / rohnya akan
menjadi sukma yang memiliki kekuatan gaib tinggi (relatif) yang berasal dari kekuatan kebatinan /
spiritualnya semasa hidupnya yang akan dapat digunakannya untuk menghadapi mahluk halus lain,
jika diperlukan. Kekuatan sukma masing-masing orang tidak sama, tergantung pada pencapaian
kekuatan sukma masing-masing orang semasa hidupnya.

Yang termasuk sebagai kekuatan sukma dari hasil olah batin dan spiritual tidak hanya yang berasal
dari yang sifatnya keilmuan, tetapi juga yang berasal dari kekuatan laku kebatinan - spiritual dalam
agama atau laku ketuhanan / kepercayaan kerohanian.

Yang paling efektif meningkatkan kekuatan sukma adalah kekuatan dari olah sugesti yang murni
untuk tujuan kebatinan / spiritual, biasanya berasal dari ketekunan kebatinan / spiritual ketuhanan
dan pencarian ketuhanan. Tetapi pada jaman dulu tidak semua orang murni menjalankan laku
kebatinan yang murni, karena sebagian besar olah kebatinan dilakukan untuk menyatukannya
dengan fisik untuk menjadi pengganda kekuatan kesaktian kanuragan, sehingga tidak seluruhnya
laku kebatinannya itu akan menambah kekuatan sukmanya.

Sukma manusia umumnya kekuatan gaibnya berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritualnya
semasa hidupnya. Seorang manusia awam / umum yang belum pernah melakukan laku olah
kebatinan / spiritual atau laku lain yang efeknya memperkuat sukma, kekuatan sukmanya (kesatuan
roh pancer dan sedulur papatnya) umumnya tidak lebih tinggi daripada kekuatan gaib kuntilanak
(karena itu kekuatan gaib setingkat kuntilanak saja bisa membunuh manusia. Baca juga : Kesaktian
Mahluk Halus). Sesudah orang tersebut menjalani laku kebatinan / spiritual atau laku lain yang
efeknya memperkuat sukma, barulah sukma orang itu terbentuk kekuatannya, dan dari sifat
kekuatan sukmanya itu akan bisa diketahui apakah kekuatannya itu berasal dari laku kebatinan
ataukah dari laku spiritual.

Sukma manusia yang memiliki kekuatan gaib dari kebatinan, akan merasakan energi kekuatannya
berupa getaran rasa dan tekanan di dada, dan selimut tebal energi yang mengisi tubuhnya yang
dapat diwujudkan menjadi ketahanan tubuh atau menjadi kekuatan gaib untuk menyerang mahluk
halus lain dengan cara memukul, menendang, menusukkan energi, dsb, atau memukul jarak jauh,
atau menyerang melalui pancaran energi kekuatan pikiran yang menusuk. Dan kekuatan sukma
manusia tersebut dapat dirasakan oleh mahluk halus lain di sekitarnya sebagai suatu perbawa /
wibawa tersendiri.

Sukma manusia yang memiliki kekuatan gaib dari kekuatan spiritual akan merasakan kekuatan
energinya di kepalanya berupa kekuatan energi yang tajam yang terpancar lewat kekuatan pikiran,
kekuatan energi yang tajam yang dapat untuk menembus pagaran gaib / energi, atau menyerang
menusuk mahluk halus, atau untuk menembus / membuka tabir-tabir kegaiban. Dan aura
spiritualnya akan terlihat sebagai suatu karisma tersendiri yang terpancar di wajah atau sorot
matanya dan pendaran-pendaran energi pikirannya yang kuat dan tajam akan dapat dirasakan oleh
mahluk halus lain di sekitarnya.

Seringkali kekuatan sukma dari kekuatan spiritual tidak dapat disatukan dengan kekuatan tubuh,
hanya menjadi kekuatan di pikiran, tetapi seseorang yang menekuni olah spiritual sebagai kelanjutan
dari olah kebatinannya, maka dia juga akan menguasai kekuatan kebatinan sekaligus kekuatan
spiritual, kekuatan tubuh sekaligus kekuatan pikiran.

Ketika masih hidup, walaupun menekuni keilmuan yang sama, seseorang bisa memiliki kesaktian
yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan orang lain tergantung pada tingkat pencapaian
keilmuannya masing-masing, karena dipengaruhi oleh tingkatan ilmu gerak, tenaga dalam, ilmu gaib
/ khodam, olah kebatinan dan senjata.

Setelah kematiannya, kekuatan sukma seseorang sangat ditentukan oleh pencapaian kekuatan
kebatinan dan spiritualnya semasa hidupnya. Oleh karena itu, walaupun semasa hidupnya di dunia
ilmu kesaktian seseorang termasuk yang paling rendah, tetapi setelah kematiannya mungkin saja di
antara yang lainnya sukma orang itu termasuk yang paling tinggi kekuatannya, karena ternyata
orang itu juga menempa kebatinannya.

Sebagai dasar pemahaman, kehidupan di dunia ketika manusia masih hidup sangat jauh berbeda
dengan kehidupan di alam roh. Semasa seseorang masih hidup di dunia, kehidupannya sangat
berkaitan dengan aspek biologis dan materi, tetapi juga berkaitan dengan yang bersifat energi dan
immateri. Tetapi di alam roh, semua yang bersifat biologis tidak berlaku lagi. Yang berlaku adalah
semua yang bersifat energi dan roh.

Semasa manusia masih hidup, kekuatan / kesaktiannya merupakan kombinasi dari kekuatan
tubuhnya, kemampuan olah gerak, tenaga dalam, kekuatan kebatinan / spiritual dan ilmu gaib /
khodam, jimat, senjata dan pusaka, kekuatan dewa di dalam tubuh orang yang ketitisan dewa atau
khodam bagi yang berkhodam. Tetapi setelah kematiannya, semua roh halus khodam, jimat dan
pusaka akan berpisah, dan semua kekuatan yang bersifat fisik kanuragan tidak akan dibawa ke alam
roh. Setelah berada di alam roh, yang berfungsi adalah kekuatan yang bersifat roh, yaitu kekuatan
sukma, yang berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritualnya sendiri yang dicapai semasa hidupnya.

Kekuatan gaib dari sukma manusia titisan dewa atau yang memiliki khodam atau jimat dan
pusaka akan berbeda dengan sukma manusia yang kekuatannya murni berasal dari dirinya sendiri.
Semasa hidupnya seseorang memiliki tambahan kekuatan gaib dari khodam atau jimat dan pusaka
yang bersamanya, sehingga tampak "lebih" dibandingkan manusia lain. Tetapi setelah kematiannya,
khodam atau jimat dan pusaka itu akan terpisah dari dirinya, sehingga kekuatan sukmanya akan
berkurang, mungkin malah menjadi lebih rendah kekuatannya dibandingkan manusia lain yang
dulunya tidak memiliki khodam atau jimat dan pusaka.

Sebenarnya semua jenis kesaktian manusia, semasa hidupnya di dunia maupun setelah berada di
alam roh, tergantung pada kombinasi banyak faktor yang dimiliki dan hasil pencapaian masing-
masing manusia yang bersangkutan, jadi penilaian di atas tidak bersifat mutlak, walaupun begitu kita
tetap bisa menarik kesimpulan dari kenyataan yang terjadi secara umum.

Secara umum jarang ada manusia yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping yang
kesaktiannya tinggi, karena kebanyakan orang belum sampai ilmunya untuk mengenal mahluk gaib
yang berkesaktian tinggi, karena semakin tinggi kesaktian suatu mahluk halus biasanya juga semakin
sulit untuk dilihat dan semakin sulit untuk dideteksi keberadaannya. Karena itulah contoh gaib
seperti Ibu Kanjeng Ratu Kidul sangat diagung-agungkan orang sebagai tokoh sakti dari alam gaib,
padahal di alam gaib sendiri ada banyak sekali mahluk halus yang kesaktiannya jauh tinggi berlipat-
lipat di atasnya yang beliau sendiri harus menghindarinya supaya tidak terjadi bentrokan yang akan
merugikan dirinya sendiri. Itulah juga sebabnya para Wali dulu di Jawa ilmu gaib dan ilmu
khodamnya tidak dapat digunakan untuk berhadapan dengan orang-orang sakti tanah jawa.

Kebanyakan orang-orang yang berilmu khodam biasanya khodamnya kelasnya rendah, karena
mereka tidak mengenal dan tidak mampu mendatangkan mahluk gaib berkesaktian tinggi. Biasanya
juga mereka tidak memperhatikan tingkat kesaktian khodamnya, tetapi lebih menekankan pada
amalan ilmunya dan keampuhan / keberhasilannya dalam mempraktekkan ilmunya sesuai tujuannya
berilmu. Selain itu juga jarang ada orang yang dapat mengukur tingkat kesaktian mahluk halus.
Tetapi jika mereka mampu mengenal mahluk halus berkesaktian tinggi, mungkin mereka dapat juga
mendatangkannya sebagai khodamnya, contohnya adalah seperti Begawan Abiyasa yang
khodamnya adalah bangsa jin yang kesaktiannya setingkat buto (1000 kalinya kesaktian Ibu Ratu
Kidul), atau seperti Arjuna yang memiliki khodam kanuragan di dalam badannya yang kesaktiannya
75 kalinya kesaktian Ibu Ratu Kidul.

Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan memiliki
kegaiban dan kekuatan kebatinan yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan
dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka
membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri
dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup berprihatin tidak makan dan minum
selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka
dari tubuh biologis mereka, melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di
antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh
tanpa terlebih dulu mengalami kematian.

Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang berasal dari
kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari kekuatan gaib lain /
khodam, sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan
sendiri, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh tinggi melebihi kekuatan ilmu-ilmu
gaib dan khodam kebanyakan orang.

Karena itu seringkali kesaktian gaib dari orang-orang yang juga menekuni olah kebatinan dan
spiritual hasilnya akan jauh lebih tinggi dibanding yang hanya menekuni ilmu khodam. Contohnya
seperti para Pandawa, yang selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya sekarang di alam gaib,
kesaktiannya lebih tinggi daripada buto. Atau Budha Gautama yang kesaktiannya jauh sekali di atas
para Pandawa. Atau dari tanah Jawa, ada Prabu Airlangga yang kesaktiannya setingkat buto. Atau Ki
Ageng Pengging yang ternyata jauh lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara
yang bahkan berhasil meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada
sebelumnya. Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka
tidak dikenal umum.

Semasa hidupnya, para Pandawa adalah orang-orang sakti yang sulit sekali dicari tandingannya,
karena mereka menguasai ilmu-ilmu kesaktian kanuragan dan kesaktian gaib tingkat tinggi, pusaka
dan senjata-senjata sakti milik dewa, juga menekuni kebatinan dan spiritual tingkat tinggi. Mereka
sudah terbiasa bertarung dengan sesama manusia, juga sudah biasa berkelahi melawan mahluk
halus kelas atas setingkat buto. Tetapi setinggi-tingginya kesaktian mereka itu tetap masih di bawah
kesaktian Prabu Kresna yang adalah titisan Dewa Wisnu. Namun kondisi mereka sekarang di alam
roh sangat berbeda sekali, karena kesaktian sukma para Pandawa ternyata jauh lebih tinggi daripada
kesaktian sukma Prabu Kresna, Dewa dan buto.
Selain menguasai kesaktian kanuragan, kebatinan dan spiritual, para Pandawa juga memiliki banyak
pusaka sakti yang menjadi bagian dari kesaktian mereka.

Yang sering didengar penggunaannya adalah panah-panah sakti Arjuna, yang setelah dilepaskan dari
busurnya panah-panah itu dapat disetir arah geraknya atau bisa bergerak sendiri mengejar
targetnya, bisa juga berubah menjadi bermacam-macam bentuk "panah" dan bisa mengenai target
sasaran lebih dari satu target. Arjuna juga mempunyai sebuah pisau belati baja putih di belakang
pinggangnya yang di dalam cerita pewayangan jawa sering dikatakan sebagai keris.

Atau Bima dengan pusaka saktinya berupa gada yang berbahan khusus dari besi dan baja dan
kukunya Pancanaka yang terbuat dari tempaan logam seperti keris.

Ada juga sebuah pusaka yang bernama kitab Kalimusada (yang di dalam pewayangan sering
disimpangkan namanya menjadi kalimah syahadat), sebuah kitab kecil seperti kitab stambul, tetapi
kekuatan gaibnya tinggi sekali jauh di atas kitab stambul. Kitab itu berisi tuntunan gaib keilmuan dan
juga kerohanian yang kegaibannya akan menyatu dengan manusia pemiliknya. Karena
keampuhannya jimat kitab Kalimusada itu menjadi incaran banyak orang. Tetapi sesungguhnya
seandainya pun kitab itu hilang atau dicuri orang, tidaklah menjadi masalah, karena kekuatan gaib
Kalimusada itu sudah menyatu dengan Puntadewa.

Tetapi kondisinya sekarang di alam roh, para Pandawa tidak lagi mengandalkan senjata-senjata dan
pusaka-pusaka sakti tersebut. Selain karena sebagian senjata dan pusaka itu sudah kembali kepada
para Dewa pemiliknya, juga sekarang tanpa itu pun kesaktian sukma para Pandawa sudah tinggi
sekali, sehingga tidak perlu lagi bergantung pada senjata dan pusaka.

Puntadewa mempunyai sifat karakter yang berbeda dengan anggota Pandawa yang lain. Walaupun
jaman itu adalah jamannya kesaktian, dan walaupun ia juga menekuni olah kanuragan, tetapi ia tidak
mengutamakan kesaktian kanuragan seperti anggota Pandawa lainnya. Ia lebih suka dengan
kerohanian. Semua anggota Pandawa menguasai olah kebatinan dan spiritual tingkat tinggi dan
menekuni kebatinan yang mirip dengan ajaran Sukma Sejati di Jawa, ajaran yang mengutamakan
kesejatian diri dan manembah kepada Yang Kuasa, tetapi Puntadewa lebih dalam lagi. Karena itu
kesaktiannya terutama berasal dari kekuatan kebatinan, berasal dari kekuatan sukmanya, tidak
dominan dari kanuragan, senjata atau pusaka.

Budha Gautama, setelah keberhasilannya mencapai tingkat "Pencerahan" dan mampu


menyelaraskan kebatinan dan spiritualnya dengan "Cahaya" Tuhan, telah menjadikannya seorang
yang digdaya, linuwih dan waskita, jiwa dan raganya. Sesuai pencapaiannya itu semua keilmuan
kesaktian kanuragan, kebatinan dan spiritualnya menjadi seperti bertumbuh-bertambah, karena
beliau telah menguasai aspek spiritual dari keilmuannya, menguasai intisari keilmuannya.
Karenanya, beliau menjadi seorang yang memiliki kesaktian "super" dibandingkan manusia lain, baik
semasa hidupnya di dunia maupun sukmanya sekarang di alam roh. Kesaktiannya juga jauh lebih
tinggi puluhan kali lipat dibandingkan kesaktian para Pandawa dan Prabu Kresna, baik selama
mereka masih hidup di dunia, maupun ketika sukma mereka sudah berada di alam roh.

Tidak banyak manusia yang memiliki tingkat kesaktian raga maupun sukma, yang setingkat atau
melebihi tingkatan Budha Gautama, termasuk mereka yang "mengaku" telah mengenal Tuhan.
Tetapi walaupun begitu, semua kemampuan beliau itu masih jauh berada di bawah tingkatan orang-
orang yang telah "manunggal" dengan Tuhan.

Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik keilmuan aliran
putih maupun aliran hitam, adalah dominan dari kebatinan, bukan semata-mata berasal dari
kanuragan, tenaga dalam atau ilmu gaib dan khodam. Contoh di atas adalah contoh tokoh-tokoh
pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik. Tetapi selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh
kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan persilatan
golongan hitam.

Dengan demikian kita menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh
manusia yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bertujuan baik, karena ada juga laku kebatinan
dari aliran hitam, dan laku kebatinan itu adalah jalan yang ditempuh untuk ambisi mereka pada
kekuatan, kesaktian dan kekuasaan. Dengan demikian harus kita sadari bahwa masih banyak sosok-
sosok jahat sukma manusia di alam gaib yang berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari
jenis sukma manusia secara umum lebih jarang diketahui interaksinya dengan manusia. Yang paling
sering diketahui berinteraksi dengan manusia adalah dari jenis bangsa jin.

Untuk melengkapi pemahaman mengenai sifat-sifat kesaktian manusia dan mahluk halus, sifat
kesaktian manusia di alam roh, silakan dibaca juga tulisan berjudul : Kesaktian Mahluk Halus.
---------------------

Anda mungkin juga menyukai