Anda di halaman 1dari 1

Contoh 2 :

PT. MAJU TERUS (MT) yang bergerak dibidang jasa konstruksi mengikat kontrak pembuatan gedung dengan PT SENSI (SS)dengan nilai kontrak Rp 20 Milyar . Didalam kontrak disepakati bahwa
pembayaran nilai kontrak didasarkan pada progress hasil penyelesaian pekerjaan dan progress hasil penyelesaian pekerjaan dan kedua belah pihak juga sepakat bahwa besarnya biaya retensi
adalah 5%. Berikut ilustrasi pembayaran nilai kontraknya.
Uang muka sebesar Rp 5 Milyar, harus dibayar maksimal 5 hari kerja sejak kontrak ditandatangani
Progress I = 20%
progress Ii = 40%
Progress III = 40%
Retensi 5% dibayarkan setelah masa jaminan pemeliharaan 6 ( enam ) bulan

Berikut adalah realisasi progress pekerjaan dan aspek PPN yang terkait

1. Tanggal 1 Februari 2012 ditandatangani kontrak, dan PT MT langsung menyampaiakan taguhan uang muka kepada PT SS dengan rincian sbb:
Uang Muka = Rp. 5,000,000,000
PPN 10% x Rp 5 M = Rp. 500,000,000 (+)
Jumlah tagihan = Rp. 5,500,000,000
Tanggal 5 februari 2012 PT SS membayar uang muka pelaksanaan pekerjaan konstruksi sebesar 5 Milyar. Atas pembayaran uang muka ini, PT MT membuat faktur pajak atas uang muka
tersebut.

2. Tanggal 20 Maret 2012 diketahui progress pekerjaan sudah mencapai 20%, PT MT kemudian menyamapaikan tagihan kepada PT SS dengan rincian sbb:
Progress I 20% x (20 M- 5M) = Rp. 3,000,000,000
Dikurangi Retensi 5% x 3 M = Rp. 150,000,000 (-)
Total Tagihan I = Rp. 2,850,000,000
PPN 10% xRp 2.850.000.000 = Rp. 285,000,000 (+)
Total 3,135,000,000

Pembayaran atas tagihan ini dilakukan oleh PT MT pada tanggal 25 Maret 2012

3. Tanggal 1 Mei 2012 diketahui progress pekerjaan sudah mencapai 40%, sehingga PT MT sudah berhak menyampaikan tagihan kepada PT SS. Berikut rincian nilai invoice-nya:
Progress II 40% x (20 M- 5M) = Rp. Rp 6,000,000,000
Dikurangi Retensi 5% x 6 M = Rp. 300,000,000 (-)
Total Tagihan II = Rp. 5,700,000,000
PPN 10% x Rp 5,7 M = Rp. 570,000,000 (+)
Total 6,270,000,000

Pembayaran atas tagihan ini dilakukan oleh PT MT pada tanggal 10 Mei 2012, sehingga faktur pajaknya pun di buat pada tanggal 10 Mei 2012

4. Tanggal 3 juli 2012, berdasarkan laporan hasil pekerjaan diketahui bahwa pembangunan telah diselesaikan 100%. Kemudian, tanggal 10 Juli 2012 di buatkan berita acara serah terima
bangunan .
Sesuai dengan penjelasan Pasal 19 PP Nomor 1 tahun 2012 , penyerahan JKP sudah dilakukan pada saat penandatanganan berita acara, sehingga PPN terutang atas seluruh nilai sisa tagihan
yaitu sbb:
Nilai Kontrak Konstruksi = Rp. 20,000,000,000
Dikurangi :
Uang Muka Rp 5,000,000,000
Termin 1 Rp 2,850,000,000
Termin II Rp 5,700,000,000 (+)
Total Jumlah yang sudah diterima = Rp 13,550,000,000 (-)
Jumlah Nilai Kontrak yang belum dibayar = Rp 6,450,000,000
PPN = Rp 645,000,000 (+)
Total Rp 7,095,000,000

Sehingga jumlah PPN yang harus dipungut dan dibuatkan faktur pajaknya pada tnggal 10 januari adalah sebesar Rp 645.000.000 ( 10% x Rp 6.450.000.000).

5.Tanggal 15 juli 2012 dibuatkan tagihan termin ke-3, dengan rincian sebagai berikut :
Progress III 40% x (20 M- 5M) = Rp 6,000,000,000
Dikurangi Retensi 5 % x Rp. 6 M = Rp 300,000,000 (-)
Total Tagihan III = Rp 5,700,000,000

6.Tanggal 15 September 2012 PT MT menagihkan biaya retensi sebesar Rp 750.000.000( 5% x Rp 15.000.000.000), dan PT SS membayarkan tagihan tersebut pada tanggal 20 september 2012.
Atas transaksi ini pun sudah tidak ada aspek PPN yang harus pungut lagi oleh PT MT karena seluruh nilai penyerahan sudah dipungut PPN-nya ( termasuk juga retensi) pada saat penandatangan
berita acara serah terima gedung.

TABEL Rekap Pemungutan PPN PT MT


No Tgl Uraian DPP PPN TOTAL
1 2/1/2012 Diterima uang muka Rp 5,000,000,000 Rp 500,000,000 Rp 5,500,000,000
2 3/25/2012 Diterima pembayaran termin I Rp 2,850,000,000 Rp 285,000,000 Rp 3,135,000,000
3 5/10/2012 Diterima pembayaran termin II Rp 5,700,000,000 Rp 570,000,000 Rp 6,270,000,000
4 7/10/2012 Serah terima bangunan Rp 6,450,000,000 Rp 645,000,000 Rp 7,095,000,000
Jumlah Rp 20,000,000,000 Rp 2,000,000,000 Rp 22,000,000,000

Anda mungkin juga menyukai