Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Mata Kuliah : Laporan Keuangan Pajak
Prodi/Smt/Kelas : Akuntansi/Gasal/A
Hari/Tanggal : Jumat / 21 Januari 2022
Jadwal Webinar : Jumat 13.00
Batas akhir upload : Sabtu, 22 Januari 2022. Jam 01.00
Dosen : Team Dosen
1. Kasir, SE., M.Ak., CA., BKP., ACPA
2. Wajib Ginting, SE., MBA., MM., MOS., Ak., CA., BKP
3. ……………………….

SOAL 1 (5%)

PT Trunajaya didirikan pada tahun 2022 dan selalu mendapatkan laba sampai dengan
2025. Laba sebelum pajak yang dilaporkan pada tahun-tahun tersebut berjumlah
antara Rp.40.000 sampai Rp60.000 tiap-tiap tahun. Namun demikian, PT Truna
pada tahun 2026 menderita kerugian sebelum pajak sebesar Rp120.000 karena
menurunnya permintaan dan meningkatnya persaingan. Sesuai dengan PSAK 46, "
Accounting for Income Taxes", bagaimanakah hal tersebut diungkapkan dalam
laporan keuangan PT Truna pada tahun 2026?

Soal 2 (5%)
PT Jaya memperoleh penghasilan dari Singapura sebesar 450.000,00 Dollar Singapura
atas jasa manajemen yang diberikan. PT Jaya sudah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak. Atas Penghasilan tersebut telah dipotong Pajak Penghasilan di
Singapura sebesar 25.000
Dollar Singapura. Buatlah jurnal yang dicatat oleh PT Jaya! Kurs 1 Dollar Singapura=
Rp1.500.

Soal 3 (5%)

PT Maju Terus merupakan Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di bidang


penyelenggaraan reklame. PT Maju Terus memberikan jasa penyelenggaraan reklame
pada PT Terus Jalan atas produknya dengan kontrak Rp150.000.000,00. Pajak Reklame
yang berlaku di daerah adalah sebesar 5%. Atas transaksi tersebut PT Maju Terus
memungut PPN 10% dan PT Terus Jalan memotong PPh Pasal 23. Susunlah jurnal
dengan kedua sudut pandang perusahaan tersebut!
Soal 4 (15%)

Buatlah jurnal untuk lima transaksi di bawah ini dengan menganalisis terlebih dahulu aspek
perpajakan yang terlibat

1. PT Kompas melakukan pembayaran gaji bulan Juli 2017 sebesar Rp400.000.000 di mana dari
jumlah tersebut perusahaan memotong PPh 21 sebesar Rp20.000.000 dan iuran pensiun
Rp8.000.000 serta menanggung iuran pensiun karyawan Rp9.000.000.

2. Barbara adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berprofesi sebagai dokter (pekerjaan bebas)
sebagai dokter, dan memilih menghitung pajak dengan menggunakan norma (norma untuk
dokter adalah 50%). Pada Mei 2017, Barbara menerima fee atas jasa medis yang ia berikan
dari PT Mutiara sebesar Rp100.000.000. PT Mutiara telah memotong PPh Pasal 21 sesuai
ketentuan.

3. PT Bonafida (PKP) melakukan pembayaran atas sewa helikopter kepada PT Helios (PKP)
senilai Rp36.000.000 pada tanggal 1 Desember 2016 untuk jangka waktu sampai dengan 6
bulan ke depan. PT Helios tidak mau dipotong PPh Pasal 23 sehingga keduanya bersepakat
untuk menaikkan nilai sewa (gross up).

4. CV Mawar membeli mesin dengan harga Rp100.000.000 plus PPN 10%. Pembelian mesin ini
dilakukan sebelum CV Mawar menjadi Pengusaha Kena Pajak. Dan buatkan pula jurnal jika
asumsinya CV Mawar membeli mesin tersebut dengan sudah berstatus sebagai PKP.

5. PT Airlangga merupakan pemasok kebutuhan PEMKOT Palembang. Pada awal Agustus 2017
PT Airlangga menyerahkan barang senilai Rp338.500.000. kepada Dinas Pendidikan dan
Olah Raga Pemkot Palembang. Bendaharawan dinas tersebut melakukan pembayaran pada
akhir Agustus 2017.

Soal 5 ( 35%)
Soal Analisis Kasus

Bacalah dan pahami informasi transaksi yang diuraikan di bawah ini. Kemudian:
1. Buatlah persamaan akuntansi sederhana sebelum menganalisis lebih jauh.
2. Kemudian dalam transaksi berjalan temukan sebanyak-banyaknya aspek perpajakan yang
mungkin terlibat dan hitunglah pajaknya.
3. Buatlah jurnal untuk setiap transaksi yang dapat anda identifikasi keberadaanya.
4. Sertakan pula perhitungan untuk pajak akhir tahun yang harus anda sajikan dalam laporan
SPT Tahunan PPh PT Otobon.

Semakin banyak aspek yang anda temukan maka semakin besar pula nilai anda. Nilai.

Berikut kasus untuk anda analisis:


PT Otobon berdiri pada Desember tahun 2014 dan ketika awal pendirian, hanya berbekal
pinjaman bank sebesar Rp300.000.000,- dan bantuan modal dari pemilik sebesar Rp50.000.000,-.
PT Otobon bergerak di bidang otomotif (dealer dan jasa servis) dan sudah berstatus sebagai
Pengusaha Kena Pajak. Pada Januari s.d. Desember 2015 ia telah memberikan jasa servis
kendaraan kepada konsumen dengan total fee yang ia terima mencapai Rp500.000.000,-
sementara itu dalam periode yang sama ia telah menjual 100 unit mobil dengan total nilai
penjualan sebesar Rp47.000.000.000,-. Diantara sejumlah konsumen jasa servisnya, PT Otobon
juga memberikan jasa servis kendaraan tambang kepada PT Cemerlang yang bergerak di bidang
pertambangan. Nilai servis yang telah diberikan PT Otobon kepada PT Cemerlang sepanjang
periode itu adalah Rp140.000.000,-. Khusus untuk nilai penjualan, 30% dari nilai penjualan
merupakan penyerahan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang akan dipergunakan
sebagai kendaraan operasional sejumlah satuan kerja perangkat dinas.

Saat akan memulai operasional bisnis per awal Januari 2015, PT Otobon menyewa ruko untuk
lokasi dealer dan bengkel dari Tuan Nanda senilai Rp3.000.000.000,- untuk jangka waktu sampai
dengan Desember tahun 2018. Dan dalam rangka memantapkan proses bisnis otomotif, tiga bulan
pertama PT Otobon mendapat pendampingan dari PT Porsch Indonesia (PKP) yang memberikan
jasa manajemen dan konsultasi. Per April 2015, PT Otobon telah lepas dari pendampingan
tersebut dengan ditandai pembayaran dari PT Otobon kepada PT Porsch Indonesia senilai
Rp200.000.000,- plus PPN 10%. Dalam membayar gaji karyawan, PT Otobon menanggung PPh
Pasal 21 sehingga setiap gaji yang diterima karyawan sudah bersih dari PPh 21. Terakhir pada
Desember 2015 PT Otobon membayar gaji Rp550.000.000,- dengan iurang pensiun dipotong
Rp15.000.000,- dan iurang pensiun ditanggung PT Otobon Rp15.000.000,-. Sesuai ketentuan, PT
Otobon melakukan perhitungan ulang PPh Terutang karyawan tetap tahun 2015. Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa PPh Terutang Rp360.000.000. Sementara itu PPh Pasal 21 yang
telah dipotong s.d. masa November 2015 adalah Rp325.000.000, sehingga kekurangannya
dipotonngkan dari gaji Desember 2015.

Pada akhir Desember 2015, PT Otobon menyusun laporan keuangan dan diperoleh bahwa laba
usaha sebelum pajak sebesar Rp6.500.000.000 namun belum dilakukan koreksi positif yang
terdiri dari biaya rekreasi keluarga direksi Rp60.000.000,-, biaya jamuan tamu (tanpa bukti)
Rp300.000.000,- dan beban PPh Pasal 21 sebesar Rp16.000.000. Selain itu diketahui pula bahwa
terdapat penghasilan dari sewa tanah sebesar Rp300.000.000 yang masih digabungkan dengan
omset dari usaha dealer dan jasa servis serta pendapatan bunga bank sebesar Rp30.000.000. Dan
selama tahun 2015, persediaan berupa mobil yang telah dijuual berasal dari pembelian dari
pabrikan (berstatus sebagai PKP) seharga total Rp26.000.000.000,

Soal 6 (35%)
Berikut ini disajikan neraca parsial PT sesta persada (PKP) :
31 desember 2018 31 desember 2017
Aset
Kas Rp 353.300.000,- Rp 50.000.000,-
Piutang 0 Rp 20.000.000,-
Persediaan ? Rp 199.875.000,-
Kewajiban
Hutang dagang ? Rp 55.000.000,-
Perusahaan membayar tunai biaya operasi.pengeluaran kas biaya operasi selama tahun 2018
adalah Rp 20.000.000,-
Pembelian persediaan secara kredit. Pembayaran hutang dagang selama tahu 2018 adalah
Rp 471.000.000,-

Persediaan dibeli sebanyak 1.500 unit perbulan dadinilai bedasarkan FIFO. Harga pembelian
per unit di triwulan Pertama (1) 2018 Rp 32.60,- dan bertambah Rp 100,- setiap triwulan
Saldo persediaan per 31 desember 2017 memiliki nilai per unit Rp32.500,-
Semua penjualan dilakukan secara tunai dengan harga Rp 50.000,- per unit (sebelum PPN)
Semua pembeliaan dilakukan ke sesama PKP
Asumsi: tidak ada transaksiain selain transaksi tersebut diatas dan tidak ada koreksi fiscal

Berdasarkan data diatas, anda diminta :


a. Mehitung jumlah unit yang terjual selama tahun 2018
b. Menghitung saldo persediaan (unit dan nilai) per 31 desember 2018
c. Menghitung saldo hutang dagang pe31 desember 2018
d. Susun laporan laba/ rugidan itung PPh terutang tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai