Anda di halaman 1dari 3

www.alangalangkumitir.wordpress.

com
AAK Culture Library

BAWANA AGENG DAN BAWANA ALIT


Sejak manusia hidup secara sederhana, belum mengenakan
pakaian dan tempat tinggalnya berpindah-pindah. Mereka
mempunyai keyakinan bahwa ada kekuatan besar di luar
kekuatan manusia.kekuatan besar diluar dirinya itu itu
yang menguasai segalanya. Kalau dapat membujuk dan
menyanjungnya, meraka yakin kekuatan besar itu akan baik
pula. Mulailah manusia memuja dan meyembah segala
sesuatu yang berbentuk besar dan dhsyat seperti kayu,
batu, air terjun, lubuk, bulan, matahari, juga hewan,
gunung, sungai dan samudra.

Kepercayaan meyembah kekuatan yang dahsyat itu dinamakan


dinamisme, kemudian lebih maju lagi kepercayaan
menyembah roh penguasa disebut Animisme, atau roh nenek
moyang mereka atau leluhur.

Kepercayaan Dinamisme dan Animisme itu terus berkembang


hingga masuknya agama Hindu, Budha, Islam maupun
Nasrani, tetapi budaya menyembah kekuatan Alam dan Roh
leluhur itu masih membekas.

Bahwa ternyata manusia itu merupakan perwujudan kecil


dari duania. Miniatur Alam Semesta adalah manusiaini,
karena sesungguhnya dalam diri manusia itu terdapat apa
yang juga terdapat di dunia ini, ada gunung, pohon
besar, sungai dan samudra. Maka disebutlah Bawana Alit,
sedangkan alam semesta disebut Bawana Ageng.

Bawana Alit selalu berhubungan dengan Bawana Ageng,


kalau terputus hubungannya maka mati maka hubugan itu
diwujudkan dalam pernapasan, Bawana Alit membutuhkan
hawa untuk menghidupkan nyawa sebab nyawa tanpa hawa
akan mati.

Pupuh Gambuh

Jembaring samudragung,
Tanpa tepi anglangut kadalu,
Suprandene makasih gung manungsa iki,
Alas jurang kali gunung,
Neng raganira wus katon.

Artinya :
Luasnya samudra raya,
Tiada bertepi dan sejauh mata memandang,
Tetapi masih besar adanya manusia ini.
Hutan jurang sungai gunung,
Di dalam diri manusia.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK Culture Library
1
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK Culture Library

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

Mengapa manusia digambarkan lebih besar dari jagad raya


ini? Karena apa yang terlihat besar dan menakutkan itu
sebenarnya dapat masuk kedalam diri manusia. Sehingga
Pakubuwono IV menegaskan dalam baris tembang berikut ini
:

Tana prabedanipun,
Jagad katon lan jagadireku,

Artinya :
Tiada berbeda,
Dunia yang terlihat dan dunia dalam dirimu,

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

pada bagian yang disekarkan (disyairkan) Gambuh, artinya


dijumbuhkan atau dirujukan dalam tembang itu tentang
dunia nyata dan dunia batin, sebagai suatu upaya untuk
mendekatkan manusia kepada kenyataan untuk berpikir
tentang hidup dan rasa yang paling dalam.

Dengan membuat rujukan-rujukan itu, agar manusia faham


benar akan dirinya. Faham akan makna hidupnya, agar
tidak menyia-nyiakan hidupnya untuk perbuatan yang
bukan-bukan, jangan sampai membuat kesalahan dan
menghancurkan lingkungan. Karena apa yang terlihat
secara nyata sebagai lingkungan hidup terlihat pula
dalam batiniah pada dirinya sendiri. Rusaknya lingkungan
hidup maka rusak pula dalam dirinya sendiri.

Pupuh Gambuh

Yen sira durung surup,


Tegese jagad cilik lan agung,
Jagad cilik jenenge manungsa iki,
Iya batinira iku,
Yen jagad gedhe Hyang Manon,

Artinya :
Bila kau belum mengetahui,
Arti bawana alit dan bawana ageng,
Bawana alit namanya manusia ini,
Adalah batinmu,
Dan bawana ageng adalah Hyang Manon.

(Dipetik dari Serat Cipto Waskitho)

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK Culture Library
2
www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK Culture Library

dalam baris tembang yang berbentuk Gambuh ini terlihat


jelas dan lebih tegas diutarakan tentang arti bawana
alit dan ageng, maka jelas pula langkah-langkah yang
harus kita bawa untuk menelusuri samudra kehidupan ini.
Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai ”Cipta
Waskita” yang artinya kewaspadaan batin yang dapat
mengetahui apapun yang bakal terjadi. Mengetahui benar
dan salah, kharam dan batal serta mengetahui arti hukum
dalam kehidupan dan sebagainya.

Setelah kita siap mendalami ilmu mystik terapan maka


kesadaran pribadi telah tergugah, sampai memahami arti
bawana alit dan bawana agung, maka terasalah sesuatu
yang bergejolak dalam batin kita. Suatu keharusan yang
mendalam di dalam hati, hingga tergerakkan getaran-
getaran rasa dari segala penjuru yang menggetarkan iman
kita, tiada rasa maka berlinanglah air mata haru.
Tergambarkan semua perbuatan yang pernah di lakukan,
semua kejahatan dan nista yang diperbuat. ”Mengapa
dahulu aku tidak mengetahuimya, kalu kebaikan ada dalam
diriku sendiri?” begitulah batin kita akan bertanya.

Semua itu karena ulah si tukang mengadu domba yang


menghalang-halangi semuanya itu. Maka setelah semuanya
telah disingkirkan, terlihatlah semuanya dengan jelas.
Itulah yang dinamakan ”kalau Hyang Manon telah
membukanya, semua akan menjadi jelas”. Becik ketitik ala
ketoro artinya yang baik akan terlihat adapun yang jelek
akan terbukti.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
AAK Culture Library
3

Anda mungkin juga menyukai