Anda di halaman 1dari 12

Seminar Dogmatika

“Aek Sipangolu”

Suatu Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Suku Batak Toba Terhadap Aek
Sipangolu Di Desa Simangulampe, Toba

Dosen Pengampu:

Manimpan Hutasoit, M.

Th

Oleh:

Kelvin Voorider Panggabean/2110176

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Methodist Indonesia Bandar Baru

2024
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Kita tahu bahwa Raja Sisingamangaraja XII adalah salah satu pahlawan dari tanah batak
yang berjasa besar pada masa penjajahan. Penjajahan di Indonesia terutama dalam
pertarungan rakyat sumatera utara dalam melawan Belanda dan tentu memiliki berbagai
peninggalan yang belum diiventariskan. Salah satu peninggalannya adalah keberadaan Aek
Sipangolu (air kehidupan). Sementara yang kita tahu bahwa banyak sekali suku-suku yang
memiliki kepercayaan animisme, seperti suku batak toba yang menjadi salah satu suku yang
kental akan kepercayaan yang berbau kepada animisme tersebut. Suku batak merupakan suku
yang sangat banyak kita temui di provinsi Sumatera Utara.1

Suku Batak terdiri dari batak mandailing, batak karo, batak simalungun, batak angkola,
batak pakpak. Jadi, sekarang penulis akan berfokus untuk membahas dan mempelajari
pemahaman kepercayaan suku batak toba. Suku batak juga menganut sikap yang menerima
atau mengadopsi teori animisme sebagai bentuk untuk menjelaskan kepercayaan masyarakat
“primitive” tersebut tentang adanya “roh” di dalam suatu tempat seperti yang akan penulis
bahas yaitu pemandian aek sipangolu yang selanjutnya dijadikan sebagai tempat yang
disembah atau disembayangkan oleh masyarakat yang ada.2

Saat ini penulis akan membahas tentang sebuah kepercayaan atau keyakinan suku Batak
Toba tentang sebuah tempat pemandian yang dianggap itu adalah tempat yang sacral dan
dimana ada sesuatu hal yang dipenuhi mistis di dalam tempat itu dan tempat itu memiliki
sebuah roh yang ada di dalamnya. Hal menarik di era modern sekarang masih terdapat hal-hal
seperti itu khususnya di dalam kalangan suku Batak Toba, dan sekarang di dalam makalah ini
penulis ingin mengakaji pemahaman suku batak ini mengenai Aek Sipangolu di dalam suatu
dogma Kristen tersebut. Di dalam makalah ini lah akan membahas tentang kepercayaan orang
suku batak toba mengenai Aek Sipangolu dan bagaimana kita memperhadapkan kepercayaan
ini dengan dogma Kristen tersebut.

1
Agus Suryadi, Humbang Hasundutan (Jakarta: Pidii, 2019). Hal. 23
2
Pdt Jonar T.H. Situmorang, Asal-Usul Silsilah Tradisi Budaya Batak Toba (Yogyakarta: Cahaya Harapan, 2021).
Hal. 105

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Kepercayaan Batak Toba

Sebelum suku batak menganut agama Kristen, katolik,hindu, budha dan islam, mereka
mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang sosok mulajadi Nabolon yang memiliki
kekuasaan diatas langit dan pancaran kekuasaanya, terwujud dalam Debata Natolu yaitu
Siloan Na Bolon (Toba) . Sistem kepercayaan suku batak ini memiliki 2 unsur didalamnya
yaitu unsur animisme dan Totemisme. Masyarakat Batak Toba dahulu mempercayai bahwa
Masyarakat batak pertama berasal dari dewa yang turun dari kayangan di puncak Dolok
Pusuk Buhit. Ditempat inilah mula-mula turunan si raja batak “Memopari” dengan
kebudayaannya sendiri.3

Dahulu Masyarakat batak mempercayai kepercayaan animism dan totemisme, yang


menguasai tingkah laku dan cara hidup dalam Masyarakat batak. Semua hal itu dapat terlihat
berupa kelahiran kepercayaan Masyarakat toba terhadap kekuatan kosmos. Tiap individu
mengabdi kepada kekuatan alam dan karena rasaa takut itulah yang menimbulkan banyak hal
cerita-cerita tersebut.4

2.2 Animisme

Kamus Besar Bahasa Indonesia memaknai animisme adalah kepercayaan kepada roh
yang mendiami semua benda; pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya. Animisme
adalah bentuk agama yang berdasarkan kepercayaan bahwa didalam alam sekitar tersebut
yang menjadi tempat tinggal manusia berdiam, terdapat berbagai macam roh atau mahluk
spiritual. Animisme disebut sebagai sebuah bentuk agama karena kepercayaan tersebut
memiliki sebuah perangkat kegiataan ritual, (upacara) keagamaan untu sebagai pemujaan roh
atau mahluk spiritual yang mereka percayai. Ini membahas tentang vitalitas benda-benda mati
, merupakan subdivisi lebih lanjut dengan animatisme dan animism yang termasuk
didalamnya.5

3
Pdt Jonar T.H. Situmorang, Mitologi Batak (Yogyakarta: Cahaya Harapan, 2022). Hal 29
4
Pdt Jonar T.H. Situmorang , Mitologi Batak…......; Hal. 38
2
5
Nandor Fodor dan Frank Gaynor, Kamus Praktis Psikoanalisis (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018). Hal

3
Jhon R. Hinnells dalam The Penguin Dictionary of Religions mengartikan animisme
sebagai wujud keyakinan terhadap roh (atau arwah) dalam aspek lingkungan. Istilah ini dapat
mencakup animatism, kepercayaan bahwa kehidupan, kekuasaan, dan perasaan semuanya
meresap atau menyatu, bahkan di lingkungan fisik. Animisme, lebih tegas didefinisikan,
hanya merujuk pada kepercayaan pada kekuatan pribadi.6

Menurut pendapat Husainy Isma’il, animisme (bahasa Latin: anima berarti nyawa) adalah
suatu kepercayaan yang memandang adanya makhluk sakti adikodrati. Ia juga memiliki kuasa
dan kehendak yang harus dipertimbangkan oleh manusia. Sebab, terkadang ia berwatak baik
dan terkadang jahat.7

2.3 Totemisme

Kita pasti merasa bahwa Suku Batak mempunyai kepercayaan hanya kepada animism
saja, tetapi jika kita lihat secara eksplisit suku batak mempunyai 2 unsur yaitu: yang pertama
Animisme dan ke dua Totenisme. Maka dari itu kita akan lebih membahas juga tentang
totenisme ini. Totemisme adalah salah satu bentuk religi yang merupakan kepercayaan suatu
etnik tertentu yang berkaitan dengan roh nenek moyang.8

Paham totemisme ini bisa didefinisikan sebagai bentuk religi yang ada dalam masyarakat
atau kelompok-kelompok kekerabatan unilineal yang mempunyai kepercayaan bahwa mereka
masingmasing berasal dari dewa-dewa nenek moyang tertentu. Totemisme sebagai pemujaan
terhadap segolongan objek materi, biasanya binatang atau tumbuhan, yang karena tahayul
dipandang dengan hormat. Objek-objek tersebut dipercaya memiliki hubungan sangat intim
dan khusus dengan pemujaannya.9 Totenisme sebagai kebiasaan sekelompok manusia untuk
menambahkan nama suatu binatang dibelakang namanya sendiri karena anggapan adanya
unsur kesamaan di antara mereka dan binatang itu dipuja sebagai leluhur, dan binatang yang
dimaksud ikut pula dipuja.

6
Lilik U. Kaltsum, Dasrizal, and M. Najib Tsauri, “Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme Dalam Masyarakat
Muslim Nusa Tenggara Timur,” Jurnal Masyarakat dan Budaya 24, no. 1 (2022). Hal. 52
7
Lilik U. Kaltsum, Dasrizal...................; Hal. 58
8
R Maryone, “Totemisme Pada Budaya Asmat,” … Arkeologi Papua dan Papua …, no. 1 (2011). Hal. 31
9
R Maryone, “Totemisme Pada Budaya Asmat,” … Arkeologi Papua dan Papua …, no. 1 (2011). Hal. 45

4
2.4 Pengertian Aek Sipangolu

Aek Sipangolu adalah sebuah mata air yang dianggap suci oleh suku Batak Toba. Kata
“Aek” dalam bahasa Batak berarti air, sementara “Sipangolu” memiliki arti tertentu yang
berkaitan dengan sejarah dan kepercayaan suku Batak Toba. Pengertian aek sipangolu tidak
hanya mencakup dimensi fisiknya sebagai sumber air, tetapi juga dianggap sebagai tempat
berkumpulnya roh nenek moyang suku Batak Toba, sehingga memiliki nilai sakral yang
tinggi.10

Aek Sipangolu berawal dari cerita masyarakat yang mempercayai dimana Raja
Sisingamangaraja sedang mencari tempat peristirahatan atau tempat untuk menenangkan diri
selepas pulang dari perjalanan yang jauh. Raja Sisingamangaraja memiliki seekor gajah yang
sering di menemani raja kemanapun pergi. Pada saat melanjutkan perjalanan gajah tersebut
nampak haus sehingga gajah ini meminta Raja tersebut untuk mencarikan air untuk di
minum. Lalu setelah mendengar permintaan gajah ini Raja Sisingamangaraja segera raja
menyuruh gajah tersebut untuk memijak sebuah batu di atas gunung dan akan keluar dari
sana air yang akan mengatasi kehausan gajah tersebut.11

Kata Aek Sipangolu ini berawal dari seorang yang bermarga Rajagukguk (Opung
Rajagukguk) yang terkena penyakit oleh karena ia terkena ilmu hitam, dan ia menyiapkan
atau membuat sebuah tempat permandian di kaki gunung tersebut. Jadi setelah dua sampai
tiga hari dia mandi di tempat permandian itu, dia melihat ada sejenis minyak yang keluar dari
batu-batu disekitar pemandian tersebut. Ketika dia melihat minyak yang keluar dari batu itu,
dia segera menampungnya dengan kedua tangannya. Setelah itu ia mengoleskan minyak itu
ke seluruh badannya, secara tiba-tiba ia merasakan penyakitnya itu perlahan-lahan mulai
membaik. Dan hal ini secara terus menerus dilakukan oleh Opung Rajagukguk, ia mandi
dipermandian itu dan mengoleskan minyak tersebut dan pada akhirnya dia sembuh dari
penyakitnya. Jadi Opung Rajagukguk inilah yang pertama kali menyebutkan tempat
pemandian ini sebagai Aek Sipangolu.12

10
Agus Suryadi, Humbang Hasundutan. Hal. 37
11
Wawancara kepada Bpk. Pindah Sinambela selaku juru kunci di Aek Sipangolu 11 Maret 2024, Pukul 09:45
Wib.
12
Wawancara kepada Bpk. Pindah Sinambela selaku juru kunci di Aek Sipangolu 11 Maret 2024, Pukul 09:45
Wib

5
Kebenarannya Aek Sipangolu atau air kehidupan mampu menyebuhkan berbagai penyakit
setelah datang marsuap (mandi) ke tempat ini. Bukan hanya masyarakat di sekitar Aek
Sipangolu saja, tetapi juga dari berbagai desa tertentu bahkan masyarakat dari perantauan
yang mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh juga datang mandi kesana. Lembah
Bakkara adalah tempat kelahiran dari Raja Sisimangaraja XII, Pahlawan nasional dari
Sumatera Utara yang dahulu berperang melawan penjajahan Belanda. Bakkara terkenal
dengan Aek Sipangolu (air yang menghidupkan). Konon menurut cerita jika seseorang
terkena jenis penyakit apapun apabila orang tersebut berendam atau meminum air dari Aek
Sipangolu, maka ia akan sembuh. Aek Sipangolu adalah sumber air yang keluar dari batu dan
mengalir sepanjang masa, airnya segar dan jernih dan bermuara di Danau Toba. 13

Menurut mitologi setempat, mata air yang memberi makan danau toba muncul dari Aek
Sipangolu yang dikatakan bahwa airnya sangat murni sehingga dapat menyembuhkan
penyakit, memperbaiki tulang yang patah dan mengembalikan kekuatan awet muda pada
tubuh yang menua. Tempat ini juga dipercaya sebagai tempat peristirahatan bagi jiwa-jiwa
leluhur sebelum para leluhur menuju perjalanan mereka menuju surga.14

2.5 Makna dan Pelaksanaan Proses Ritual Di Aek Sipangolu

Upacara atau pelaksanaan Ritual Aek Sipangolu dilakukan dengan penuh kekhidmatan
dan penghormatan terhadap sumber air suci ini. Berikut adalah beberapa proses pelaksanaan
didalam upacara adat Aek Sipangolu :15

1. Persiapan Upacara
Sebelum pelaksanaan upacara, persiapan dilakukan dengan seksama. Tempat suci Aek
Sipangolu dibersihkan dan didekorasi dengan bunga, dedaunan, atau hiasan lainnya.
Peralatan yang diperlukan seperti sesajen (jeruk purut dll), alat musik tradisional, dan
pakaian adat juga disiapkan dengan teliti.16

13
Bungaran Antonius Simanjuntak, Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2010). Hal. 45
14
Bungaran Antonius Simanjuntak, Melayu Pesisir.........; Hal. 48
15
Wawancara kepada Bpk. Pindah Sinambela selaku juru kunci di Aek Sipangolu melalui telpon, 11 Maret 2024,
Pukul 09:55 Wib
16
Wawancara kepada Bpk. Pindah Sinambela selaku juru kunci di Aek Sipangolu melalui telpon, 11 Maret 2024,
Pukul 10:00 Wib

6
2. Doa, Nyanyian dan Tarian
Upacara adat dimulai dengan pembacaan doa secara khusyuk oleh pemuka adat atau
tokoh yang ditunjuk. Setelah itu, nyanyian dan tarian tradisional dilakukan oleh para
penyanyi dan penari adat. Nyanyian dan tariani ini memiliki makna dan pesan yang
terkait dengan keagungan dan keberkahan Aek Sipangolu.
3. Pengorbanan
Sebagai bentuk pengorbanan dan pengakuan atas kehadiran Aek Sipangolu,
pengorbanan dilakukan sebagai bagian dari upacara adat. Pengorbanan ini bisa berupa
hewan seperti babi, ayam atau kerbau yang disembelih dan dipersembahkan kepada
roh dan entitas yang dianggap berkaitan dengan Aek Sipangolu.
4. Ritual Penyucian
Salah satu bentuk ritual yang penting dalam upacara ini adalah ritual penyucian.
Peserta upacara atau tamu yang hadir akan mendapatkan kesempatan untuk mencuci
tangan atau menyiramkan air suci ke bagian tubuh mereka. Ritual ini dilakukan
dengan keyakinan bahwa air suci Aek Sipangolu dapat membersihkan dan
membersihkan rohani dan jasmani.
5. Makan Bersama
Setelah selesai melakukan rangkaian upacara, masyarakat Batak Toba biasanya
mengadakan makan bersama sebagai bagian dari kebersamaan dan memupuk ikatan
sosial komunitas. Makanan adat khas suku Batak Toba seperti babi panggang, ikan
mas, atau gulai ikan sering disajikan dalam upacara ini. Upacara adat Aek Sipangolu
diadakan dengan penuh rasa hormat, kesakralan, dan kebersamaan dalam rangka
menjaga dan memperkuat hubungan masyarakat Batak Toba dengan sumber air suci
ini.17

17
Wawancara kepada Bpk. Pindah Sinambela selaku juru kunci di Aek Sipangolu 10 Maret 2024, Pukul 09:55
Wib

7
2.6 Kajian Dogmatis Terhadap Ritual Aek Sipangolu

Pemahaman dogmatis mengenai Aek Sipangolu juga mencakup ritual dan tradisi yang
terkait dengannya. Ritual-ritual ini meliputi penyucian diri sebelum mendekati mata air,
pembacaan doa khusus, dan pengorbanan sebagai bentuk penghormatan kepada roh nenek
moyang. Selain itu, ada juga kepercayaan bahwa mengunjungi Aek Sipangolu pada waktu-
waktu tertentu akan membawa keberuntungan dan keselamatan bagi indiividu dan komunitas.18

Arwah orang terhormat, arwah leluhur yang bermartabat dan mulia disebut sumangot atau
simangot. Menurut kepercayaan batak kuno, status begu bisa meningkat ke taraf yang lebih
tinggi menjadi sumangot. Sedangkan parsimangotan adalah tempat sakral yang diyakini
kediamannya roh leluhur, makhluk halus berwujud roh lainnya yang berdiam pada tempat
keramat atau angker (menyeramkan dan menakutkan) seperti pada pohon yang tinggi, pada
gunung yang tinggi, jurang yang dalam, hutan belantara, tempat pemandian (air terjun) dll,
disebut sombaon tempat-tempat kediamannya dinamakan parsombaon. Di dalam buku Jonar
menjelaskan akan asal mula munculnya istilah sumangot. Di antara begu, roh leluhur yang
sudah meninggal menduduki tempat yang khusus, terutama mereka yang di waktu hidupnya
tergolong orang kaya, mempunyai kekuasaan dan keturunannya yang banyak. Roh mereka ini
di sebut sumangot ni ompu (roh leluhur yang dipuja).19

Hal inilah yang melatarbelakangi pemahaman orang Batak mengenai Aek Sipangolu yang
berlatarbelakang animism dan Totenisme. Nama Aek Sipangolu saja sudah menunjukkan
bahwa air tersebut adalah sumber kehidupun dan tentunya itu bertentangan dengan ajaran
Kristen. Aek Sipangolu yang diyakini orang Batak Toba di Bakkara adalah air yang bisa
memberikan kehidupan dan kesembuhan, bagi mereka yang melakukan ritual di pemandian
itu.20

Jika kita melihat Yohanes 14:6 yang mengatakan: “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.” Cukup jelas menjabarkan bahwa tidak ada lagi jalan kehidupan atau sumber
kehidupan, selain dari Yesus itu sendiri. Hal yang perlu di rekonstruksi adalah pemahaman
masyarakat Batak Toba bahwa, tidak ada jalan hidup selain Yesus itu sendiri.21

18
Victor Lumbanraja, Danau Toba (Yogyakarta: Jejak Pustaka, 2022). Hal. 16
19
H. Richard Niebuhr, Christ and Culture, 1st Edn (USA: United States Of America, 1956). Hal. 195
20
H. Richard Niebuhr, Christ and...........; Hal. 202
21
David H. van Daalen, Pedoman Ke Dalam Kitab Yohanes (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004). Hal. 116

8
Jika kita beralih kepada pemahaman masyarakat Batak Toba yang animism dan totenisme
itu, maka ini menjadi penting untuk dikaji ulang dan diluruskan. Meraka yang datang ke Aek
Sipangolu seharusnya bukan lagi mengharapkan kesembuhan atau sumber hidup. Masyarakat
yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat tentunya harus menyadari dan memahami
bahwa tidak ada lagi kekuatan yang mampu memberikan kesembuhan dan kehidupan selain
daripada Yesus itu sendiri.

Secara teoritis tentunya Injil hadir untuk merekonstruksi pemahaman mereka mengenai
Aek Sipangolu itu. Dan secara praktis tentunya ada yang harus dirubah dari praktik
pelaksanaan ritual di Aek Sipangolu. Injil sepenuhnya harus mampu menjawab dan mengatasi
pemahaman Animism dan Totenism yang ada, meskipun ada pemahaman bahwa Allah bisa
hadir dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun (Teofani).22 Tapi itu tidak mampu menjadikan
masyarkat Batak Toba memahami bahwa ada kesembuhan dan kehidupan yang mampu
mereka terima dari air tersebut, itu sepenuhnya adalah salah karena masih ada begitu banyak
unsur mistik didalamnya.

Inilah yang menjadi tanggapan dogmatis terhadap pemahaman masyarakat Batak Toba
mengenai Aek Sipangolu yang diyakini mampu memberikan kesembuhan dan kehidupan bagi
mereka yang mengadakan ritual didalamnya.

22
Teofani adalah penampakan Tuhan, bagian dari tema kehadiran Tuhan. Teofani merupakan perwujudan
kehadiran Tuhan secara intens yang disertai dengan tampilan visual yang luar biasa.

9
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan

Aek Sipangolu adalah sebuah mata air yang dianggap suci oleh suku Batak Toba. Kata
“Aek” dalam bahasa Batak berarti air, sementara “Sipangolu” memiliki arti tertentu yang
berkaitan dengan sejarah dan kepercayaan suku Batak Toba. Pengertian aek sipangolu tidak
hanya mencakup dimensi fisiknya sebagai sumber air, tetapi juga dianggap sebagai tempat
berkumpulnya roh nenek moyang suku Batak Toba, sehingga memiliki nilai sakral yang
tinggi.

Kajian dogmatis terhadap pemahaman ini adalah jika kita melihat Yohanes 14:6 yang
mengatakan: “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Cukup jelas menjabarkan
bahwa tidak ada lagi jalan kehidupan atau sumber kehidupan, selain dari Yesus itu sendiri.
Hal yang perlu di rekonstruksi adalah pemahaman masyarakat Batak Toba bahwa, tidak ada
jalan hidup selain Yesus itu sendiri.

Hal ini sangat mendasar untuk perubahan pemahaman orang Batak Toba, dan Injil
merubah itu. Kita memang tiba bisa sepenuhnya menghilangkan kekayaan sejarah yang kita
miliki, namun kita bisa menjadikanya sebagai seremonial belaka, kaya akan penghayatan atau
hanya sebatas mengenang saja tidak untuk dijadikan sebagai keyakinan dan kewajiban untuk
dilakukan.

3.2. Relevansi
- Teologis : adanya pengembalian makna kehadiran Yesus dan
kedatanganya untuk menjadi jalan manusia menuju sumber kehidupan.
- Psikologis : membebaskan diri dari aturan-aturan yang tidak logis ketika
berada di Aek Sipangolu dan membebaskan diri dari pemahaman animism dan
totenism.
- Sosiologis : mempererat hubungan sesama orang Batak dan orang Kristen
tanpa adanya misunderstanding didalamnya.
- Folisofis : sukaciata mendekatkan diri dengan Tuhan, dan mendapatkan
tujuan baru yakni memuliakan Tuhan dan menjadikan Yesus sebagai satu-satunya
sumber kesembuhan dan kehidupan, tanpa terbelenggu oleh pemahaman masa lampu
yang mengaitkan diri dengan segala bentuk mistik yang ada.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suryadi. Humbang Hasundutan. Jakarta: Pidii, 2019.

Bungaran Antonius Simanjuntak. Melayu Pesisir Dan Batak Pegunungan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2010.

David H. van Daalen. Pedoman Ke Dalam Kitab Yohanes. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004.

Gaynor, Nandor Fodor dan Frank. Kamus Praktis Psikoanalisis. Yogyakarta: IRCiSoD, 2018.

Kaltsum, Lilik U., Dasrizal, and M. Najib Tsauri. “Kepercayaan Animisme Dan Dinamisme
Dalam Masyarakat Muslim Nusa Tenggara Timur.” Jurnal Masyarakat dan Budaya 24,
no. 1 (2022): 15–34.

Maryone, R. “Totemisme Pada Budaya Asmat.” … Arkeologi Papua dan Papua …, no. 1
(2011): 51–64.
https://jurnalarkeologipapua.kemdikbud.go.id/index.php/jpap/article/view/94.

Niebuhr, H. Richard. Christ and Culture, 1st Edn. USA: United States Of America, 1956.

Situmorang, Pdt Jonat T.H. Asal-Usul Silsilah Tradisi Budaya Batak Toba. Yogyakarta:
Cahaya Harapan, 2021.

———. Mitologi Batak. Yogyakarta: Cahaya Harapan, 2022.

Victor Lumbanraja. Danau Toba. Yogyakarta: Jejak Pustaka, 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai