Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

Agama merupakan Rahmat Bagi Semua


Oleh :
Ni Komang Indah Trisanti
Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti

Apabila kerukunan hidup beragama di Indonesia tercapai tentu warga asing


percaya dan senang berkunjung ke Indonesia. Selain berkunjung mereka pasti
percaya untuk menanam modalnya. Apakah, kita tidak senang kalau terjadi seperti
itu ? Ibarat suatu rumah tangga cekcok selalu, tentu tetangga tidak akan senang.
Atas dasar pemikiran ini perlu diingat kembali Pancasila dan UUD 1945 pasal 29
yang mengatur tentang toleransi umat beragama. Oleh karena kita hidup di
Republik ini harus mengakui, menghormati dan melaksanakan segala perundang-
undangan yang berlaku.

Ketaatan kepada Negara kita berarti cinta kepada Negara seperti ceritanya
Kumbakarna sebagai berikut: Pada waktu Rawana menyekap Dewi Sinta,
Kumbakarna menasehati kakaknya tetapi apa yang terjadi Kumbakarna dimarahi
dan ditendang oleh Rawana. Kejadian ini sangat menyedihkan bagi Kumbakarna,
dan dia meramal bahwa Negara Alengka pasti akan hancur karena Rawana
memusuhi kebenaran. Ramalan Kumba Karna ternyata benar.
Alengka hancur. Kehancuran ini menyebabkan Rahwana bingung, terpaksa
mengirim utusan kepada aduknya Kumbakarna yang sedang bertapa. Setelah
utusan tiba menyampaikan pesan Rawana, Kumbakarna menjawab sebagai berikut;
sampaikan juga pesanku bahwa aku mau berperang, tetapi bukan membela Rawana,
aku membela negaraku dan rakyat Alengka yang tercinta. Cinta seperti inilah harus
diwujudkan. Dalam agama hindu disebut sebagai Dhama Negara, dalam Catur
Guru, Negara dalam pemerintahanya sebagai Guru Wisesa artinya tidak boleh
melanggar segala perundang-undangan, segala peraturan, baik formal maupun
informal (aturan adat diwilayah masing-masing). Penjagaan, pembelaan kepada
Negara harus bersama-sama bertekad untuk menghadapi kejahatan. Kalau dibuka
dalam sastra, Atharwa Weda 11.8.5 disebutkan: “Aku satukan pikiran dan
langkahmu untuk mewujudkan kerukunan di antara kamu. Aku bombing mereka
yang berbuat salah menuju jalan yang benar”. Pengertian sloka ini bahwa perbuatan
salah masih wajar dan akan selalu dibimbing dan diberi petunjuk oleh Tuhan. Tetapi
pikiran yang menganggap diri sendiri yang paling baik. Agama yang diyakini
sendiri yang paling diterima Tuhan dan yang lain jelek harus dimusnahkan. Hal ini
bagi umat yang masih terbatas anumana premananya tentu sangat emosional cara
menanggapinya sehingga menimbulkan bentrok. Inilah yang menyebabkan
tercabik-cabiknya bangsa yang boleh dikatakan menghianati toleransi.
Di dalam Reg Weda X. 191.3 sebagai berikut: “Wahai umat manusia
pikirkanlah beragama. Bermusyawarahlah bersama. Satukanlah hati dan pikiranmu
satu dengan yang lain. Aku akan anugrahkan pikiran dan ide yang sama dan fasilitas
yang sama pula untuk kerukunan hidupmu”. Atas dasar sloka ini puja dan doa yang
diucapkan umat Hindu adalah ”Sarwa Prani Hitangkara”. Semoga mahluk (yang
bernafas) senantiasa sejahtera, demikian pula dengan mantra berikut: “Sarwa
bhawantu, sukhina sarwe santuniramayah, sarwa badrani pasyantu makacid,
duhteka bhagbahawet”, tegas menyatakan semoga semua memperoleh
kebahagiaan, semua memperoleh kedamaian, semoga tumbuh saling pengertian dan
semoga semuanya bebas dan penderitaan.
Dalam Weda dinyatakan bahwa: “Semua mahluk, sesungguhnya
bersaudara”. Kesadaran untuk persaudaraan dan persatuan semesta ini menuntut
kepada semua umat manusia untuk senantiasa mengembangkan kerukunan hidup
yang dinamis.
Tujuan Agama Hindu dijelaskan dalam suatu rumusan maha wakya
“Moksartam jagat hitaya ca iti darma” maka artinya penunggalan atma dengan
brahman, kalau atma manunggal dengan Brahman dikatakan bahwa atman telah
mencapai kebahagiaan tertinggi artham artinya tujuan, jagad artinya dunia, hitya
artinya kesehjateraan, ca artinya dan, iti artinya ini, dharma artinya tujuan agama
adalah untuk mencapai kesejahteraan hidup di dan untuk mencapai moksa, yaitu
kebahagiaan tertinggi atau kebahagiaan abadi.
Dalam keyakinan Hindu, atman yang telah mencapai moksa tidak lagi
mengalami reinkarnasi atau kelahiran kembali, moksa disebut juga kelepasanngan
untuk melepaskan diri maksudnya adalah lepas dari segala penderitaan karena telah
mampu melepaskan diri dari ikatan duniawi, moksa juga disebut “mukti”, artinya
menikmati kebahagiaan abadi terlepas dari lingkaran lahir, hidup, dan mati yang
disebut samsara. Samsara, artinya penseritaan, jadi dalam pandangan Hindu hidup
ini adalah penderitaan. Lahir dan hidup adalah perjuangan untuk melepaskan diri
dari penderitaan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu indriya atau keinginan.
Kesejahteraan duniawi disebut juga “bukti” secara singkat dapat dikatakan
bahwa tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai bukti dan mukti. Ini hanya dapat
dicapai melalui pergaulan ajaran agama secara utuh.
Masyarakat Indonesia dianut berbagai agama yang tersebar dan berbaur di
seluruh kawasan baik perkotaan maupun pedesaan Indonesia. Pemahaman tentang
kerukunan beragama semakin menjadi penting atas dasr kenyataan bahwa
komunikasi antar penganut agama tidak dapat dihindari lagi. Kerukunan adalah
kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan suasana damai, tertib, tentram,
sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong,
sesuai dengan ajaran agama dan keprobadian Pancasila.
Hidup merupakan pengamalan ajaran agama masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai insan individual maupun insan sosial, taat dan
berbudi luhur. Kerukunan hidup beragama menggambarkan kondisi masing-masing
agama, oleh masing-masing penganut tanpa menimbulkan benturan yang
meresahkan di antara penganut agama karena adanya sikap saling menghormati,
harga menghargai, saling pengertian yang mendalam. Masing-masing penganut
menjalankan ibadahnya tanpa merugikan dan dirugikan oleh penganut agama
lainnya. Kerukunan hidup beagama tidak pul berarti mencampur adukkan ajaran
agama yang berbeda.
PERANAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN
1. Agama memberikan petunjuk untuk mengenali diri sendiri bahwa ia adalah
ciptaan, dan mengenal ciptaan, dan mengenal penciptaannya, penguasa dan
pengatur alam semesta. Sang penciptalah yang mengatur segala-galanya melalui
hukum kodratnya, di mana manusia adalah ciptaan dan tidak kuasa menentang
kodratnya. “Dharma widhrtah prajah” dengan dharma Tuhan mengatur seluruh
alam semesta.
2. Agama membimbing umat manusia dan mengantarkannya untuk mencapai
kesejahteraan hidup jasmaniah selama hidup di dunia ini maupun mencapai
kebahagiaan rohaniah (surgawi) di akhirat nanti.
3. Agama membimbing manusia dari segala profesi agar mengenal yang baik dan
yang buruk, mengenal hakikat tujuan hidup sehingga selalu memilih berbuat baik,
berupaya melebur yang buruk agar menjadi baik.
4. Agama menyadarkan manusia bahwa sesungguhnya manusia mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri, dari kesengsaraan menuju
kebahagiaan hidup.
5. Agama menuntun dan memberi jalan menuju surga, suatu kebahagiaan abadi
yang menjadi tujuan tertinggi dari setiap manusia.
Kesimpulannya adalah sesungguhnya senua agama mempunyai tujuan
serupa maksudnya bahwa semua agama menuntun umatnya sejahtera selama hidup
di dunia ini danmendapatkan kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Oleh karena
itulah, sesungguhnya agama merupakan rahmat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai