Anda di halaman 1dari 11

MODERASI BERAGAMA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN

MENURUT PERSPEKTIF HINDU

OLEH:
NAMA : I N Y O M A N A R YA D I , S . A G
PENDAHULUAN

Moderasi beragama merupakan salah satu program pemerintahan saat ini, tentu hal
ini menjadi sangat penting dan skala preoritas mengingat penduduk indonesia yang
sangat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras , agama ( kepercayaan,
keyakinan ) dan ini menjadi harapan besar pemerintahan kita agar masyarakat
tetap damai, rukun,aman dalam menjalankan kehidupan beragama dan keagamaan
masing-masing.
Setiap manusia sebagai insan ciptaan Tuhan yang hidup di dunia ini selalu
mendambakan kerukunan dan perdamaian. Demikian pula umat Hindu yang hidup
di Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat mendambakan hal itu, bukan saja
bagi diri atau kelompoknya tetapi bagi keseluhuran warga negara, bahkan seluruh
penduduk dan atau lingkungannya.

Dalam rangka mewujudkan kerukunan dan perdamaian sebagai bagian dari cita-cita
hidupnya, diperlukan adanya konsep pemikiran yang dapat dijadikan pedoman
dalam bersikap dan berjuang demi keseluruhan harkat dan martabat bangsanya,
ditengah-tengah kehidupan lingkungannya dengan semangat persahabatan dan
perdamaian.

Konsep pemikiran yang disajikan dalam tulisan ini lebih menekankan pada
masalah ”etik dan moral” berdasarkan ajaran Veda, dalam konteks kehidupan ber-
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, ditengah arus
kehidupan globalisasi dan perjuangan reformasi guna menemukan serta
mewujudkan citra dirinya sebagai bangsa besar yang rukun dan damai.
KERUKUNAN DALAM PERSPEKTIF AGAMA HINDU

Bagaimana pandangan (perspektif) kerukunan menurut ajaran Hindu ? menurut


ajaran Hindu, dengan konsep kerukunan berupa ajaran tattwam asi, karma phala
dan ahimsa akan menjadi tali perekat yang sangat kuat mengarah terbinanya
kerukunan beragama di Indonesia. Kerukunan sangat mutlak diperlukan di negara
Indonesia yang kondisinya sangat majemuk/pluralistis dengan beraneka ragam
agama yang ada. Justru dengan dasar negara Pancasila, sila 1 yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, memungkinkan kehidupan beragama menjadi seamakin tumbuh
subur, dan harmonis berlandaskan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam ajaran Hindu dikenal adanya butir-butir kerukunan sebagai berikut : Tri
Hita Karana, Tri Kaya Parisudha 
Tri Hita Karana
Secara harfiah Tri Hita Karana dapat diartikan tiga penyebab kebahagiaan. (tri
artinya tiga, hita artinya kebahagiaan, dan karana artinya penyebab).
Unsur-unsur Tri Hita Karana adalah :

Parhyangan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa.

Pawongan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara sesama manusia sehingga
tercipta keselarasan, keserasian dan keseimbangan.

Palemahan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam
lingkungannya.
Tri Kaya Parisudha
Secara arti kata Tri Kaya Parisudha dapat diterjemahkan prilaku yang suci. (tri
artinya tiga, kaya artinya prilaku, parisudha artinya semuanya suci).
Unsur-unsur Tri Kaya Parisudha adalah :

Manacika Parisudha, yaitu berpikir yang suci, baik dan benar.


Wacika Parisudha, yaitu berkata yang suci, baik dan benar.
Kayika Parisudha, yaitu berbuat yang suci, baik dan benar.

Di samping itu agama hindu juga selalu mengajarkan agar selalu mendasarkan
pikirannya kepada ajaran  “Catur Paramita” ( empat perbuatan yang luhur ) yaitu
 Maitri, mengembangkan rasa kasih sayang. Mudhita, membuat orang
simpati. Karuna, suka menolong. Dan Upeksa, mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan.
Untuk mendapat gambaran lebih lanjut di bawah ini akan disampaikan beberapa
sloka Kerukunan yang terdapat dalam Kitab Suci Agama Hindu sebagai berikut :

Bhagavad Gita dalam adhyaya IV sloka 11 dan adhyaya VII sloka 21 yang
berbunyi sebagai berikut :

” Ye yatha mam prapadyante


tams tathaiva bhajamy aham,
mama vartmanuvartante
manusyah partha sarvasah “

Artinya :
” Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku semuanya Ku-terima, dari mana – mana
semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta “
” Yo-yo yam-yam tanum bhaktah
sraddhayarcitum icchati,
tasya-tasya calam sraddham
tam eva vidadhamy aham “

” Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan
kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan dan saling menjaga agar semua sejahtera

” Janam bibhrati bahudha mimasacam


Nana dharmanam prthivi yatokasam
Sahastram dhana dravinasya me duham
Dhruveva dhenur anapaspuranti “.[Ath.V.XII.1.45]
Artinya :
” Bekerjalah untuk tanah air dan bangsamu dengan berbagai cara. Hormatilah cita-cita
bangsamu. Ibu Pertiwi sebagai sumber mengalirnya sungai kemakmuran dengan ratusan
cabang. Hormatilah tanah airmu seperti kamu memuja Tuhan. Dari jaman abadi Ibu Pertiwi
memberikan kehidupan kepadamu semua,karena itu Anda berhutang kepada-Nya “.
” Svah karya madya kurvita
KESIMPULAN

* terwujudnya kerukunan hidup beragama dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia
mutlak diperlukan, karena kondisi masyarakatnya yang majemuk. Melalui wadah FKPA
(Forum Komunikasi antar Pemuka Umat Agama) memungkinkan terakomodasi kepentingan
semua umat beragama untuk berdialog.
* Konsep kerukunan hidup beragama menurut Hindu mencakup: ajaran tattwam asi, karma
phala dan ahimsa. Tattwam asi mengajarkan kesosialan tanpa batas, menyadari hakekat
dirinya bersumber dari yang satu yaitu Sanghyang Widhi Wasa berupa atman yang
menghidupkan setiap tubuh makhluk hidup. Hukum karma phala memotivasi umat agar
senantiasa berbuat baik kepada orang lain/umat beragama lain. Dan ahimsa menolak
berbagai bentuk kekerasan yang akan dapat merusak terwujudnya sendi-sendi kerukunan
antar umat beragama.
* Adapun upaya untuk membina kearah terwujudnya kerukunan hidup beragama dapat
ditempuh dengan pendekatan secara manusiawi, melalui musyawarah, berdialog, temu
muka antar pemuka agama, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran akan hidup bersama,
saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lainnya.

TERIMA KASIH
OM.SANTHI, SANTHI, SANTHI, OM

Anda mungkin juga menyukai