Anda di halaman 1dari 10

KEHARMONISAN MENURUT KONSEP HINDU

INDONESIA
========================================
Sabtu, 12/11/2016 18:26 Asep Sugiantoro

*( I Wayan Martahadi ).

I. PENGERTIAN KEHARMONISAN

Umat Hindu Indonesia sangat kreatif dalam memformolasikan ajaran-ajaran


agama Hindu sehingga membumi dan membudaya sesuai dengan karakter
mistik dan pandangan hidup masyarakat Indonesia. Banyak istilah atau
formula yangdiberikan untuk suatu rangkaian ajaran agama Hindu yang
apabila ditelusuri dalam kitab suci Veda dan Susastra Hindu lainnya tidak lita
jumpai istilah-istilahnya. Banyak contohnya, antara lain: Catur Purusarta
(empat tujuan hidup),

Trikaya Parisudha, (tiga prilaku baik), Catur Paramita (empat tindakan


mulia), dan Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan, keharmonisan, atau
keserasian).

Memformulasikan sejumlah pokok-pokok ajaran agama Hindu yang berkaitan


logis dan utuh, bertujuan untuk memperkokoh iman umat, siapapun, kapanpun
dan dimanapun.

Secara terminologis Keharmonisan berasal dari kata harmonis yang bersumber


dari bahasa Yunani, harmonia ; terikat serasi.

1. Dalam filsafat: kerjasama diantara berbagai factor yang sedemikian rupa,


sehingga faktoer-faktor tersebut menhasilkan kesatuan yang luhur. Misalnya
: antara jiwa jasad seseorang manusia hendaknya harus ada. Kalau tidak
maka belum dapat orang tersebut disebut pribadi.

2. Di bidang musik: sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak lagi


seperti yang dianut sebelumnya, tidak lagi menekankan pada urutan bunyi
nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan, harmoni aliran.
Harmoni aliran : aliran dalam seni music tentang hubungan nada-nada.
Kaidah-kaidah seperti yang dikemukakan komponis dan ahli teori music
Jean Philippe ( 1683 – 1764 ) merupakan landasan dasar dalam seni musik
sampai akhir abad ke-19. Dalam abad ke-20 tercipta efek-efek harmonis
baru berkat penggunaan penadaan baru : Harmoni, Orkes, Harmonipola,
Harmonika, Herimonium, dsb.nya. ( Ensiklopdedi Indonesia).

II. UNSUR-UNSUR KEHARMONISAN


1. Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Yang Maha Pencipta, Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Pengampun,
dan cukup banyak sebutan lain sebagai ungkapan atas Kemahaan Tuhan
Yang Maha Esa.

“ Ekam Sadwipra bahudha wadanti” ( Rg.Veda : I.164.48).

Artinya :

Tuhan Yang Maha Esa itu oleh orang bijaksana menyebutnya dengan banyak

nama.

2. Manusia sebagai mahluk tertinggi diantara ciptaan Tuhan atas dasar


yadnya.

“ Saha-yajnah prajah sristva puroca prajatih “ ( Bh.gita: III.10),

Artinya:

Pada awal penciptaan, prajapati ( Tuhan Penguasa Mahluk ) menciptakan


manusia dengan dasar yadnya.

3. Alam ( dengan segala isinya ) yang mengandung segala sumber daya


alamnya untuk kehidupan semua mahluk.

“ Na-ayam loko styayajnasya …” ( Bh.gita : IV.31),

Artinya : Dunia ini bukan bagi mereka yang tak beryadnya.

Manusia dengan landasan yadnyanya menempati posisi sentral dan strategis


dalam pembangunan manusia seutuhnya. Manusia sebagai subyek dan
obyek pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan. Manusia yang
merencanakan , manusia yang melaksanakannya dan apapun hasilnya dari
pembangunan itu semuanya bermuara pada kehidupan manusia.

Pada dasarnya, manusia patut menyadari dan mengakui secara jujur bahwa
hidup manusia bergantung pada produksi lahan pertanian. Tingkat produksi
lahan itu bergantung pada hujan secukupnya dari langit dan hujan seperti itu
tergantung pada keharmonisan dan kelestarian alam secara menyeluruh.

III. SUMBER AJARAN KEHARMONISAN

Veda dan Susastra Hindu merupakan sumber-sumber ajaran keharmonisan,


antara lain dapat dipahami dari kutipan-kutipan berikut ini :

“ Samano mantrah samitih samani samanam manah saha cittame

sam samanam mantramabhi mantrayevah samanena vo havisa


juhomi “ ( Rgveda : 10.191. 3.)

Artinya :

Kalian memiliki satu mantra dan satu pendapat dalam pertemuan dan
satukan pikiran. Aku memberikan pengetahuan yang sama sehingga semua
mendapatkan kebahagiaan.

Swami Vivekananda dihadapan para utusan umat beragama yangdatangdari


seluruh dunia menjelaskan bahwa pada saat ini semua pemimipin harus
berasimilasi dan bukan saling menhancurkan. Dalam hal yang sama
Rabindranath Tagore mengatakan asimilsi dari berbagai kebudayaan telah
memberikan kontribusi yang besar kepada para pemikiran dunia. Oleh
karena itu dalam buku Gitanjali ia menulis : “ Datanglah oh arya dan non
arya, Hindu dan Muslim , datanglah orang Inggris dan Kristen, datanglah
oh Brahmana, sucikanlah pikiran dan jabatlah tangan semua, datanglah oh
orang miskin dan hilangkan semua penghinaanmu ! “ Semua berkumpul di
tepi Bharata di mana semua umat manusia pernah hidup bersama.

Kebudayaan yangkita miliki sekarang merupakan hasil dari pengaruh-


pengaruh besar masing-masing budaya di dunia terhadap umat manusia.
Peradaban bisa dipahami melalu suatu pribahasa dalam bahasa Inggris : “
Civilization is an expression of flesh, while culture is the manifestation of
soul “. Semua konsep kebudayaan yang dijelaskan dalam veda berdasarkan
kebenaran dan tanpa kekerasan (ahimsa). Tidak dibenarkan menghancurkan
suatu budaya atas budaya yang lain, melainkan hendaknya
mengasimilasikan setiap ide atas dasar kebenaran dan tanpa kekerasan
untuk neciptakan segala sesuatu yang bersifat universal. Mahatma Gandhi
mengatakan bahwa masyrakat yang tidak menghormati kebudayaannya
sendiri dan menganggap budaya lain sebagai penyelamat, maka masyarakat
tersebut tidak akan mencapai kesempurnaan dan kesejahteraan. Ghandi juga
berpendapat bahwa bila suatu kebudayaan ingin berjalan sendiri, maka
kebudayaan tersebut tidak akan berjalan lama. Karena itu beliau
memberikan sesuatu penjelasan yang sangat menarik : “ Biarlah semua
kebudayaan di sekelilingku bergerak dan berkembang, tetapi aku akan tetap
memegang teguh kebudayaanku “

Tokoh-tokoh terkenal dunia seperti Martin Luther King dan Cesar Chaves
dari Amerika, Danilo Dalici dari Itali, Lanzo Del Vasto dari Prancis, dan
Mahatma Gandhi dari India mencita-citakan satu keharmonisan dan
kesejahteraan dunia berdasarkan kebenaran tanpa kekerasan.

Intisari mantara adalah hendaknya kita menciptakan suatu kebudayaan atas


dasar kebenaran dan tanpa kekerasan, sehingga semua kekurangan yang ada
dalam suatu pemikiran dan kebudayaan bisa dihilangkan dan kebaikan-
kebaikan bisa di tonjolkan. Atas dasar itulah nantinya akan muncul suatu
keserasian budaya yang akan menciptakan keharmonisan diantatra sesama
umat manusia.
 

Bhagawadgita : III. 10, menyatakan secara rinci keharmonisan yang lebih


popular dan membumi disebut “ Tri Hita Karana “ :

“ Sahayajnah prajah srstwa, Puro waca prajapatih,

Anena prasawisyadwam, Esa wo stwista kamadhuk “.

Artinya:

Pada jaman dahulu kalaPrajapati ( Tuhan Yang Maha Esa sebagai Maha
Pencipta) menciptakan manusia dengan dasafr yadnya dan bersabda : “
Wahai manusia dengan yadnya ini engkau berkembang biak dan bumi
menjadi sapi perahanmu“.

IV. PENERAPAN KEHARMONISAN

Para Rsi Umat Hindu telah mewujudkan kebahagiaan abadi melalui realisasi
dan jiwa. Filsafat Hindu adalah keseimbangan antara materialism dan
spiritualisme. Penderitaan dan bahkan ketidak harmonisan di dunia akan sirna
segera setelah keseimbangan dipulihkan.

Kemanapun umat Hindu pergi, mereka hidup dengan gembira, harmonis dan
bekerjasama dengan penduduk Negara-negara tersebut disebabkan karena
budaya tradisional mereka. Umat Hindu sejak ribuan tahun hidup dalam
keharmonisan dengan alam.

Weda-weda menyatakan, “ Swasti gabhyo jagate purushebhy”. Semoga


semua manusia, binatang buas dan burung-burung dirahmati keharmonisan
dan kebahagiaan.” Dengan demikian pesan-pesan modern lingkungan hidup
seutuhnya sesuai dengan pikiran Hindu yang bersumber dari veda.

Seperti halnya seni klasik Hindu, sastra dan music semuannya memancarkan
suatu pesan keharmonisan. Lata Mangeshkar mengatakan, “ suatu rasa
kerharmonisan tersirat dalam agama Hindu. Saya berterimakasih pada agama
saya atas rahmatnya yang besar pada musik.

Umat Hindu mengaitkan banyak kepentingan terhadap keharmonisan antara


anggota masyarakat. Rigweda menyatakan : “ Samanomastu vo mano yatha
vah susahati” Artinya : “Semoga hatimu ada dalam kemanunggal. Semoga
pikiranmu harmonis, sehingga kamu hidup bersama dengan kebahagiaan “

Bila kita mampu mewujudkan keharmonisan hidup, maka kemakmuran akan


dapat direalisasikan. Bila keharmonisan dapat diwjudkan, maka persatuan
dapat diwujudkan, Keharmonisan mulai dirintis dalam keluarga, msyarakat
dan lingkungan sekitar. Keharmonisan merupakan landasan untuk
mewujudkan kerukunan baik intra keluarga maupun dengan masyarakat,
demikian pula kerukunan hidup beragama bait intra, antar dan antara umat
beragama dengan pemerintah akan dapat diwujudkan.
1. Keharmonisan untuk kesejahteraan masyarakat.

Sam vo manamsi sam vrata, Sam akutir namamasi.

Ami ye vivrata sthana, Tan vah sam namayamasi.

( Atharvaveda III.8 5 )

Artinya :

“ Aku menyatukan pikiran-pikiranmu, tindak-tindakanmu dan gagasan-


gagasanmu ( pemikiran-pemikiranmu(. Kami mengantarkan para pelaku
kejahatan menuju jalan yang benar”.

2. Keharmonisan membawa persatuan

Yena deva na viyanti, No ca vidvisate mithah.

Tat krame brahma vo grhe, Samjnanam punebhyah.

( Atharvaveda III. 30.4 )

Artinya :

“ Wahai umat manusia, persatukanlah yang menyatukan semua para dewa.


Aku memberikan yang sama kepadamu juga sehingga anda mampu
menciptakan persatuan di antara anda.”

3. Keharmonisan untuk peningkatan masyarakat.

“ Samjnanam nah svebhih, Samjnanam


aranebhih
Samjnanam asvina yunam, Ihasmasu ni
acchatam”.
(Atharvaveda : VII. 52.1 )

Artinya :

Semoga kami memiliki kerukunan yang sama dengan orang – orang yang

sudah dikenal dengan akrab dan dengan orang-orang yang asing. Ya, para

dewa Asvi, semoga Engkau kedua-duanya memberikan kami dengan

keharmonisan.
Setiap umat Hindu merasa terpanggil jiwanya untuk mengimani nilai-nilai

religious keharmonisan dan diaktualisasikan secara utuh dan terpadu

harmonis dengan pengamalan falsafah Tri Hita Karana ( tiga penyebab

kebahagiaan ) pada setiap kehidupannya sebagai insan Tuhan Yang Maha

Esa.

Lebih jauh dengan dasar falsafah Tri Hita Karana setiap umat mempunyai hak
dan kewajiban untuk mrenciptakan suasana dan iklim kehidupan yang
kondusif dan harmonis, baik secara vertical maupun horizontal terhadap ketiga
unsur Tri Hita Karana . Dalam veda, Tuhan Yang Maha yang disebut
Brahman menciptakan Alam Semesta dengan segala isinya. Tuhan yang Maha
Kuasalah menempatkan planet bumi dan sorga di angkasa raya yang maha
luas ini.

“ Aham jajana prthivim utadyam, Aham rtum ajanayam sapta sindhun”.

( Atharvaveda VI. 61.3 )

Artinya :

Aku ( Tuhan Yang Maha Esa ) menciptakan sorga dan bumi, Aku yang
menciptakan musim dan tujuh macam sungai.

Kutipan mantra-mantra veda tersebut di atas menyatakan bahwa Tuhan Yang


Masha Esa sebagai pencipta alam semesta, pencipta bumi dan sorga di
angkasa raya yang maha luas. Ia-lah yang muncul pertama di alam semesta
dan Tuhan Yang Maha Esa-lah sumber kebahagiaan yang sejati, maharaja dari
segala sesuatu yang bergerak dan tidak bergerak di alam semesta ini.
Selanjutnya dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai Purusa
( manusia cosmic ) menciptakan alam semesta atas dasar Yajna ( korban suci )
dan menjadikan diri-Nya sebagai Yajna dan dari pada-Nya-lah alam semesta
tercipta, yajna merupakan pusat terciptanya alam semesta.

A. HUBUNGAN HARMONIS UMAT DENGAN TUHAN YANG


MAHA ESA.

Praktek-praktek yadnya adalah amal untuk menciptakan jalaninan harmonis


dengan Tuhan Yang Maha Esa. Perlu ditegaskan kembali bahwa wujud
yadnya tidak hany berupa persembahan sesajian atau u8pacara saja. Yadnya
muncul dari karma yang mengandung kesadaran batin yang tinggi, bhakti
persembahan budhi yang luhur, bertulus-iklasan, kegairahan rohani yang
suci mulus. Jadi upaya dan atau semua perbuatan yang berlandaskan
dharma untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan untuk
mencapai jagathita dan moksa.

Semua alam tumbuh-tumbuhan dan binatang dipelihara/diatur oleh


dharma.

“ Loka samgraha samyuktam, Widatrawihitam purna.

Suksma dharmarthaniyatam, Satam caritam uttanam “.

( Santiparwa : 259.28 )

Artinya :

Kesantosaan umat manusia dan kesejahteraan masyrakat datang dari


Dharma; laksana dan budhi luhur untuk kesejahteraan manusia itulah
Dharma yang utama.

Keagungan yadnya berupa persembahan tidaklah diukur dari besar, mewah,


meriah dan megahnya upacara, tetapi justru yang paling penting dan utama
kompak dalam kesucian dan ketulusan-iklasan dari orang-orang yang
terlibat dalam melaksanakan yadnya. Ciri-ciri bhakti persembahan seperti
itu patut tegasnya harus ditumbuhkan dan dikembangkan pada setiap
kesempatan melaksanakan yadnya.

Apabila setiap orang dapat membina dan mengembangkan hubungan


harmonis atau serasi dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Maha
Pencipta dengan mengamalkan setiap ajaran-Nya, maka akan memancarkan
kasih saying kepada sesama umat manusia, bahkan juga kepada sesame
mahluk hidup. Yagnya berupa cinta kasih suci yang tulus mulus merupakan
suatu” resep “ dan sarana yang [paling ampuh untuk menciptakan suasana
hidup dan kehidupan yang serba harmonis, ceria dan penuh bahagia.

B. HUBUNGAN HARMONIS ATAR SESAMA UMAT MANUSIA

Apabila setiap orang dapat membina dan mengembangkan hubungan


harmonis atau serasi dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Maha
Pencipta dengan mengamalkan setiap ajaran-Nya, maka akan memancarkan
kasih sayang kepada sesama umat manusia, bahkan juga kepada sesame
mahluk hidup. Yagnya berupa cinta kasih suci yang tulus mulus merupakan
suatu” resep “ dan sarana yang paling ampuh untuk menciptakan suasana
hidup dan kehidupan yang serba harmonis, ceria dan penuh bahagia.

“ Sam vo manamsi sam vrata, Sam akutir namamasi,

Ami yevivrata sthana,Tan vah sam namayamasi “.

( Atharvaveda III.8.9 )

Artinya :
Aku yang membuat hati, pikiran dan tindakan-tindakan yang engkau
lakukan untuk keharmonisan. Aku yang menjauhkan perbuatanmu yang
jahat menuju yang benar.

“ Agnim rayasposaya suprajastvaya suviryaya “. ( Yayurveda : XIII.I. )

Artinya :

Seperti halnya api, pemerintah (raja/pemimpin) dilantik adalah untuk

Kemakmuran melindungi seluruh warga negaranya dan bersikap

kepahlawanan/kesatria.

Mantra-mantra Veda tersebut di atas mengamanatkan kepada umat manusia untuk


membina hubungan yang harmonis diantara sesame manusia. Untuk itu setiap orang
hendaknya menghindarkan diri dari perbuatan jahat. Tuhan Yang Maha Esa
sesungguhnya meanugraha hal yang sama kepada umat manusia, kini tergantung
kemampuan dan kemauan umat manusia untuk melaksanakannya. Keharmonisan
tidaklah keharmonisan yang semu, melainkan hendaknya muncul dari lubuk hati yang
terdalam dari setiap individu. Keharmonisan atau hubungan yang serasi akan dapat
diwujudkan melalui penghargaan atau toleransi yang setulusnya. Keharmonisan tidak
hanya terdapat sesame yang kita kenal dan bahkan dengan orang asingpun kita
memberikan penghargaan yang sama, sehingga keharmonisan segera diwujudkan.

Harmoni atau harmonisasi, tidak hanya diwjudkan antar sesame dalam posisi atau
derajat yang sama, tetapi juga antar atasan dan bawahan, antar pengusaha dan
langganan dan dengan siapa saja, termasuk pula dengan pemerintah . Sesungguhnya
masih banyak yang dapat dipetik tentang membina hubungan yang serasi antar
sesame manusia. Lebih lanjut bila kita mengkaji susastra Veda atau susastra Hindu
lainnya, terutama dalam ajaran tentang tata susila atau etika (sasana-sasana), maka
bertaburan mutiara indah hal-hal tersebut dapat dicermati.

C. HUBUNGAN HARMONIS ANTARA UMAT MENUSIA DENGAN


ALAM

Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta ciptaan-Nya


seperti bumi dan langit serta mahluk hidup lainnya merupakan sumber
kesejahteraan dan kebahagiaan seluh umat manusia di muka bumi ini.

“ Satyam brhadrtam ugra diksa, Tapo brahma yajnah prthivim

dharayanti, Sa no bhutasya bhavyasya patni, Urum lokam prthivi

krnotu” ( Atharvaveda : XII. 1.1. )

Artinya :
Kebenaran yang agung, hokum alam yang tidak pernah dapat diubah,
penyucian diri, pengetahuan dan pengorbanan yang menjaga bumi. Bumi
senantiasa melindungi kita. Bumi menyediakan ruangan yang luas.

“ Dyauh santir antariksam santih, Prathivi santi apah santir,

Ausadhayah santih, Vanaspatayah santir.

Visve devah santir brahma santih, Sarvam santih santir eva santih,

Sa ma santir edih “. ( Yayurveda : XXXVI.17 )

Artinya :

Semoga selaras ( damai ) dengan atmosfir, dengan langit dan bumi.


Semogalah selaras dengan air, tumbuh-tumbuahan dan tanaman obat
sebagai sumber kebahagiaan. Semoga para dewata dan Tuhan Yang Maha
Esa menganugrahkan kedamaian dan keharmonisan kepada kita semua.
Semogalah terdapat keserasian di seluruh pelosok. Semogalah
keharmonisan itu datang kepada kami.

Bila kita memperhatikan mantra-mantra tersebut di atas, jelaslah bahwa


keharmonisan tidak hanya untuk sesame umat manusia, tetapi dengan segala
ciptaannya, termsuk semua mahluk, bumi, pertiwi, langit, para dewata,
Tuhan Yang Maha Esa dan sebagainya. Dengan demikian mantra-mantra di
atas mengamanatkan tiga kebahagiaan yang diperoleh melalui hubungan
yang harmonis atau serasi yakni :

1. Brahmahita dan Dewahita : menciptakan keserasian atau


keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusahita : menciptakan keserasian atau keharmonisan antara


sesame manusia.

3. Bhutahita : menciptakan keserasian atau keharmonisan dengan alam


semesta beserta semua mahluk, bauik binatang mauoun tumbuh-
tumbuhan.

Demikian dengan mengarahkan Dharma agama menujuk pada tiga tujuan


itu kita telah mengamalkan Keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.
Swelanjutnya bagaimana tiga arah kehidupan beragama itu dilakukan
secara konsekwen dan continue baik oleh umat secara individual maupun
secara bersama-sama dalam masyarakat umat Hindu.

V. KESIMPULAN

Ajaran keharmonisan diamanatkan dalam kitab suci Veda melalui mantra-


mantra yang dikandungnya. Mantra-mantra Veda adalah petunjuk dan
pembimbing hidup umat manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaan. Keharmonisan dilandasi ajaran Yajna yang pada hakekatnya
adalah ajaran untuk mengembangkan kasih saying, ketyulusan, penghargaan
dan toleransi serta bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, para dewata
manifestasi-Nya, para resi dan leluhur, sesame umat manusia dan umat
manusia dengan citaannya termasuk bumi dengan segala penghuninya.

Bila ajaran keharmonisan senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,


maka kesejahteraan dan kebahagiaan akan dapat segera diwujudkan, demikian
pula ajaran keharmonisan, seperti halnya Yajna senantiasa relevan sepanjang
jaman.

REFERENSI

1. Mantra.Prof.Dr.IB 1970 ,Bhagawadgita, Alih Bahasan Penjelasan.

2. Somvir,Dr. 2005, 108 Mutiara Veda, Panakom Publishing.

3. Titib Made, 1996 ,Veda Sabda Suci, Paramita Suraabaya.

4. Wijaya Kusama,IB.2000 ,Tri Hita Karana Konsepsi dan Penerapannya,


PHDI.Bali

5. WHD.No.515.Nov. 2009 ( Doc.Ags.) Pikiran Hindu dan Keharmonisan Dunia.

*( I Wayan Martahadi ) : Widyaiswara Puslitbangdiklat LPP RRI Jakarta.

4 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai