Anda di halaman 1dari 14

DHARMA AGAMA DAN DHARMA NEGARA DI ERA KEKINIAN

Oleh:
I Made Hartaka & Ida Bagus Putu Eka Suadnyana

Abstrak
Dharma merupakan pengatur kehidupan sehari-hari umat manusia. Dharma merupakan dasar dari tapa atau
kesederhanaan. Ia menuntun menuju kecukupan, keindahan, umur panjang dan kelanjutan dari keturunan. Prilaku jahat
dan tidak bermoral akan menuntun menuju kehinaan, kesedihan, kesakitan dan kematian sebelum waktunya. Dharma
berakar dalam susila dan pengendalian dharma adalah Tuhan sendiri Umat Hindu sebagai bagian dari warga negara
memiliki kewajiban untuk mengamalkan ajaran dharma sesuai dengan dasar hukum yang belaku di suatu negara. Norma
atau hukum yang berlaku di Indonesia memiliki empat elemen yang jadi dasar, yakni: 1) Ideologi Pancasila sebagai atap
yang melindung bangsa Indonesia dari serangan luar, 2) UUD 1945 dasar dari segala norma hukum di Indonesia, 3)
Semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan semangat untuk membangun bangsa Indonesia kedepan, dan 4) NKRI
sebagai benteng untuk mempertahankan serta memperkuat jati diri sebagai bangsa yang bermartabat. Revitalisasi dan
aktualisasi ajaran dharma agama dan dharma negara menjadi senjata ampuh untuk menghadapi tantangan di zaman
global. Upaya revitalisasi harus dilakukan secara serius karena tantangan zaman menuntut kita sebagai warga negara
paham secara utuh nilai-nilai kebangsaan dan peka terhadap fenomena yang terjadi saat ini. aktualisasi ajaran agama
Hindu mampu memperkuat empat konsensus untuk mencapai tujuan manusia hidup di dunia yaitu Jagadhita.
Kata Kunci: Dharma Agama, Dharma Negara, Era Kekinian

Abstract
Dharma is the regulator of everyday life of mankind. Dharma is the basis of tapa or simplicity. It leads to the
adequacy, beauty, longevity and continuation of the offspring. Evil and immoral behavior will lead to humiliation,
sadness, pain and untimely death. Dharma is rooted in ethics and dharma control is God Himself Hindus as part of
citizens have an obligation to practice the teachings of dharma according to the legal basis that is in a country. The
norms or laws prevailing in Indonesia have four basic elements: 1) Pancasila ideology as the roof that protects the
Indonesian nation from external attack, 2) the 1945 Constitution on the basis of all legal norms in Indonesia, 3) The
motto of Bhineka Tunggal Ika is the spirit to build the nation of Indonesia in the future, and 4) NKRI as a fortress to
maintain and strengthen identity as a dignified nation. Revitalization and actualization of religious dharma teachings
and dharma state become a weapon of forgiveness to face challenges in the global age. The efforts of revitalization must
be done seriously because the challenges of the era require us as citizens understand fully the national values and
sensitive to the phenomenon that occurs today. the actualization of Hindu teachings can strengthen four consensus to
achieve the goal of human life in the world that is Jagadhita.
Keyword: Dharma Religion, State Dharma, The Present Era

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 81


I. PENDAHULUAN Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Negara Republik Indonesia sebagai negara yang dicantumkan tujuan nasional dari pembangunan bangsa
berdaulat memiliki dasar berpijak bagi seluruh Indonesia, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia
warganya sama seperti negara-negara lain di seluruh dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
dunia. Dengan segala ciri khas yang menunjukkan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
identitas suatu bangsa yang besar, Indonesia memiliki kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
beberapa pedoman yang menjiwai setiap lini kehidupan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
berbangsa dan bernegara. Umat pemeluk Agama Hindu abadi dan keadilan sosial (Kirana, 2012: 3).
sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus mengacu Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pada dasar serta konstitusi dalam setiap aktifitas yang pembangunan Indonesia seutuhnya dan membangun
dilaksanakan baik aspek karma marga maupun jnana seluruh masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk
marga. Umat Hindu harus memiliki jiwa nasionalis mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa yang
dalam rangka mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut merdeka, bersatu, berkedaulatan rakyat dalam suasana
secara tersirat maupun tersurat. kehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan
Bila setiap orang mampu melaksanakan mandiri dalam lingkungan kedamaian dunia yang
swadharma atau tugas dan kewajiban masing-masing, merdeka dan bersabat untuk memelihara persatuan dan
maka akan terjadi keharmonisan dalam masyarakat, kesatuan bangsa (Astawa, 2010: 121).
sebab setiap orang akan berbuat sesuai dengan profesi, Umat Hindu yang merupakan warga negara
bakat dan pekerjaan yang merupakan kewajiban Indonesia harus mampu menganalisa suatu
hidupnya. Berbagai profesi dapat kita jumpai dalam permasalahan berbangsa dan bernegara dengan melihat
masyarakat dan kitab suci Veda membedakan atas fenomena kekinian. Seseorang meyakini ajaran Hindu
golongan rohaniwan dan cendekiawan, politisi, harus bepegang teguh pada nilai ajaran Hindu dengan
bisnismen, dan mereka yang hanya menggunakan jalan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
tenaganya yang dikenal dengan istilah varna, yang Dengan menjadi warga negara dengan tunduk pada
artinya pilihan profesi sesuai dengan bakat, kemampuan hukum negara itu sendiri. Hal ini merupakan yadnya
dan tugas atau tanggung jawab yang sesuai pilihan hati. yang bertujuan untuk mencapai tujuan. Dalam agama
Dikaji lebih jauh, maka konsep dasar berbangsa dan Hindu dikenal dengan Moksartham Jagathita ya ca Iti
bernegara yang diekspresikan oleh umat manusia Dharma (Pranata, 2009:12).
sesungguhnya bersumber pada ajaran agama yang
memandang manusia sebagai ciptaan-Nya, berasal dari II. PEMBAHASAN
yang suci dan dalam ajaran Agama Hindu, menjelma ke Era kekinian atau yang dikenal dengan istilah
dunia ini adalah untuk mengentaskan karma-karma “Zaman Now” ditandai dengan tidak terbendungnya
buruk dengan sebanyak-banyaknya berbuat baik, sebab arus informasi yang diterima oleh masyarakat. Maka
secara materiil tujuan hidup manusia, ialah sejahtera di selain buku-buku agama yang berisi ajaran filosofis,
dunia ini. Namun secara spiritual adalah mencapai moral dan ritual, tidak kalah pentingnya adalah
kebebasan dan bersatu kembali kepada-Nya (veronika, kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan
2019). pengejawantahan ajaran agama sesuai dengan

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 82


kebutuhan masyarakat. Agama Hindu adalah agama disebut Rta dan Tuhan Yang Maha Esa disebut Rtavan,
universal, menuntun umatnya berhati nurani moral dan yakni sebagai pendukung atau pengendali Rta. Dalam
berpikir rasional (Pendit, 1993 : 124). Ajaran Agama Rgveda VIII.25.8. disebutkan.
Hindu yang diuraikan dalam kitab suci Veda dan
susastra Veda (kepustakaan Hindu) lainnya tidak akan Tuhan Yang Maha Esa pendukung Rta, hukum
ada artinya bila tidak diamalkan dalam kehidupan alam,
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat, amat berkuasa, menempatkan dirinya untuk
berbangsa dan bernegara serta dalam hubungannya kekuasaan,
dengan pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini. pahlawan yang gagah berani, yang hukum-hukum-
2.1 Pengertian Dharma Agama dan Dharma Nya tegak berdiri
Negara
Kata Dharma berasal dari akar kata Dhṛ, yang Macdonell & Keith dalam Titib menguraikan
artinya dan arti dari asal usul katanya adalah “yang Istilah Dharma dapat jumpai dalam kitab suci Veda
menyangga” dunia ini, atau penghuni dunia atau pada mantra-mantra berikut Rgveda I.22.18; 164.43.50;
segenap ciptaan dari bhuwana alit sampai bhuwana III.3.1; 17.1; 60.6; V.26.6; 63.7; 72.2 dan lain-lain.
agung serta merupakan Hukum Tuhan yang abadi dari Atharvaveda XI.7.17; XII.5.7; XIV.1.51; XVIII. 3.1;
Tuhan (Sivananda, 2003: 38). Kata Dharma (m) dalam Yajurveda (Vàjasaneyi Saýhità. X.29. XV.6; XX.9;
kamus Sansekerta-Indonesia berarti: lembaga, adat XXX.6; dan lain-lain, Yajurveda (Taittirìya Samhita
kebiasaan, aturan kewajiban, moral yang baik, III.5.2.2; yang juga mempunyai makna atau pengertian
pekerjaan yang baik, kebenaran, hukum, dan keadilan sama, yaitu hukum, kewajiban, ajaran dan sebagainya
(Tim, 2001: 223). Tidak ada bahasa yang sempurna dan (2007: 58)
tidak ada kata yang benar-benar tepat untuk Dharma Agama adalah hukum, tugas, hak dan
mendefinisikan dharma. Dharma artinya acara atau kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta
pengatur kehidupan sehari-hari. Acara merupakan melaksanakan ajaran agama dan aspek-aspek yang
dharma tertinggi dan merupakan dasar dari tapa atau dikandung dalam ajaran agama itu. Bila seseorang taat
kesederhanaan. Ia menuntun menuju kecukupan, melaksanakan kewajiban agama yang dipeluknya maka
keindahan, umur panjang dan kelanjutan dari keturunan. ia akan menjadi umat beragama yang baik. Selanjutnya
Prilaku jahat dan tidak bermoral akan menuntun menuju yang dimaksud dharma negara adalah hukum, tugas hak
kehinaan, kesedihan, kesakitan dan kematian sebelum dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh
waktunya. Dharma berakar dalam susila dan kepada negara, termasuk dalam pengertian seluas-
pengendalian dharma adalah Tuhan sendiri (Sivananda, luasnya (Titib, 1995:10).
2003: 39). Setiap proses daur hidup yakni berupa
Di samping kita mengenal istilah Dharma hubungan antarumat beragama yang dilakukan oleh
sebagai hukum, yang kemudian dimaksudkan adalah umat Hindu di Bali selalu berlandaskan kearifan lokal
hukum yang mengatur hidup manusia, termasuk dalam budaya dan agama dalam membangun bangsa (Untara,
pengertian, tugas, hak dan kewajiban umat manusia, 2019). Dharma ini adalah segala aktivitas keagamaan
maka hukum yang mengatur gerak alam semesta yang memperkuat pondasi bangsa guna tercapainya

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 83


tujuan bersama bangsa itu sendiri. Sehingga ketika dibacakan Ketua Pleno Hamdan Zoelva, didampingi
dharma ini tidak lagi diindahkan atau sengaja dilanggar para hakim konstitusi lainnya. frasa “empat pilar
akan mengakibatkan malapetaka. Hal ini diterangkan berbangsa dan bernegara yaitu” dalam Pasal 34 ayat
dalam Manavadharmasastra VIII.15 sebagai berikut. (3b) huruf a UU Parpol beralasan menurut hukum.
Konsep 4 pilar kebangsaan yang tidak
Dharma eva hato hanti dharmo raksati digunakan lagi, akan tetapi jiwa dalam kebangsaan yang
raksitah, ada tetap berlandaskan konsep tersebut. Prof. Dr. I
tasmad dharmo na hantavyo mabo dharmo Ketut Rai Setiabudhi, SH., MS dalam materi yang
hato’vadhit. disampaikan saat Pelatihan Kepemimpinan Pemuda
Provinsi Bali 6 Juli 2014 di Hotel Puri Nusa Indah
Terjemahan: menyatakan “Pancasila menjadi atap yang membangun
Dharma yang dilanggar menghancurkan Bangsa Indonesia, UUD 1945 menjadi dasar
pelanggarnya, dharma yang dipelihara akan konstitusional, Bhineka Tunggal Ika adalah semangat
memeliharanya, oleh karena itu dharma jangan pembangunan bangsa dan NKRI menjadi benteng dari
dilanggar, melanggar dharma akan memperkuat jati diri bangsa Indonesia”, Sehingga
menghancurkan diri sendiri sebagai sebuah pedoman dalam menjalani hidup
berbangsa dan bernegara tetap harus dilaksanakan.
2.2 Dharma Agama dan Dharma Negara dalam 2.2.1 Nilai Ajaran Hindu dalam Pancasila
Konstitusi Indonesia Pancasila sebagai pandangan hidup menjadi
Upaya revitalisasi ajaran Agama Hindu konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
diharapkan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan Bangsa Indonesia, terdapat pemikiran dalam dan
sehari-hari baik sebagai individu, sebagai anggota gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap
masyarakat, bangsa dan warga negara yang baik. ideal. Ideologi adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai
Sesungguhnya umat beragama yang baik dan mantap yang dimiliki oleh suatu bangsa, yang diyakini
mengamalkan ajaran agamanya, maka sesungguhnya kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
juga menjadi warga negara yang patuh dan taat untuk untuk mewujudkannya. Pancasila adalah jiwa seluruh
mengabdi dan berbakti kepada masyarakat, bangsa dan rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia
negara. kehidupan di era kekinian ajaran agama menjadi dan dasar negara kita. Karena hal tersebut kita patut
faktor penggerak hati nurani dan tingkah laku umat bersyukur pada para pendiri-pendiri republik ini karena
manusia. Dalam upaya itu diperlukan metodologi untuk dapat merumuskan secara jelas apa sesungguhnya
revitalisasi dan mengaktualisasikan kembali ajaran pandangan kita. Di samping itu maka bagi kita
agama dalam kehidupan keseharian. Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa
Konsep 4 pilar kebangsaan yang sejatinya Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan
dalam sidang Mahkamah Konstitusi saat uji materi UU hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
No. 2/2011 tentang Partai Politik – Perkara No. kejiwaan dan watak yang sudah berurat atau berakar di
100/PUU-XI/2013, pengucapan putusan yang diajukan dalam kebudayaan bangsa Indonesia.
oleh Basuki Agus Suparno, dkk, Kamis 3 april 2014

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 84


Terkait dengan kehidupan berbangsa di era keterpurukan ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan
kekinian masih relevan untuk diketengahkan kualitas SDM Indonesia. Umat Hindu harus mengambil
penjabaran atau realisasi ajaran agama Hindu dalam peran dalam upaya peningkatan SDM tersebut.
tujuh aktivitas seperti dikemukakan dalam kitab 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Vrhaspatitattva (25) berbahasa Jawa Kuno sebagai Agama yang diakui di Indonesia meyakini
berikut: keberadaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai inti dari
kehidupan. Menghayati makna Sila Ketuhanan Yang
Dharma ngaranya: Sila ngaraning Maha Esa harus tercermin dalam aktivitas seluruh
mangraksa acara rahayu, Yajna warga negara. Di samping itu, keyakinan terhadap
ngaraning manghanaken homa, Tapa Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah pribadi yang
ngaraning umati indriyanya, tan wineh paling dalam bagi seseorang, yang merupakan salah
ring wisayanya, Dana ngaraning weweh, satu hal yang paling asasi di antara hak asasi manusia
pravrjya ngaraning wiku anasaka, lainnya, yang tidak dapat ditiadakan atau dicampuri
bhiksu ngaraning diksita, Yoga oleh siapapun, sebab setiap agama mempunyai kitab
ngaraning magawe samadhi, nahan sucinya masing-masing. Dengan demikian pengertian
pratyekaning Dharma ngaranya. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berbeda-beda sesuai
dengan pengertian yang ada dalam kitab suci yang
Terjemahan: diyakini oleh penganutnya.
Penjabaran Dharma meliputi: Sila, 2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
melaksanakan tingkah laku yang baik, Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti
Yajna berarti melaksanakan upacara menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar
homa (agnihotra). Tapa berarti melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, berani
mengendalikan indria, tidak terikat membela kebenaran dan keadilan. Merasa dirinya
kepada obyeknya. Dana berarti memberi sebagai bagian dari seluruh umat manusia, Bangsa
(pemberian sesuatu kepada yang Indonesia mengembangkan sikap hormat-menghormati
memerlukan). Pravrja berarti pandita dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain. Warga
yang melakukan puasa (pertapaan). negara memiliki tugas untuk menjaga nilai-nilai
Bhiksu berarti melaksanakan upacara kemanusian. Nilai ini dapat tumbuh dalam masyarakat
Dvijati, menjadi pandita. Yoga berarti yang adil dan beradab. Sebagai warga Negara yang
melaksanakan meditasi. Demikianlah sadar akan hari depan bangsa dan negara maka umat
bentuk realisasi pengamalan Dharma. Hindu harus mengambil peran sentral dalam
kesehariannya.
Nilai ajaran agama Hindu yang sejalan dengan 3. Sila Persatuan Indonesia
nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa perlu Pemahaman tentang Sila Persatuan Indonesia ialah
diaktualisasikan untuk membangkitkan semangat juang mengutamakan persatuan, kesatuan, kepentingan dan
bangsa khususnya generasi muda. Semangat juang itu keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
bukan hanya untuk menyelesaikan permasalahan pribadi atau golongan. Hal ini berarti bahwa umat

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 85


Hindu harus mampu menjadi masyarakat yang sanggup 2.2.2 Undang-Undang Dasar 1945 dan Kewajiban
dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Bela Negara Umat Hindu
negara dengan dilandasi cinta kasih kepada tanah air, Kewajiban dan tanggung jawab untuk membela
bangsa dan negara. negara bukan hanya tugas TNI. Hal ini sesuai dengan
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat pasal 30 ayat (1) UUD 1945 setelah Amandemen IV
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan tahun 2002. Dalam pasal 30 dengan jelas memuat
Perwakilan tentang Kewajiban seluruh warga Negara dan isi pasal
Teladan dalam suatu kehidupan kerakyatan 30 tersebut menyiratkan tekad yang dapat dilakukan
(demokrasi) harus mampu diterjemahkan dalam segenap warga negara dalam kerangka pertahanan
berbagai upaya pengambilan keputusan. Kehidupan nasional. Sikap dan semangat yang demikian
demokrasi seyogyanya menjadi bagian yang tak merupakan hal yang wajar dalam kehidupan berbangsa
terpisahkan dalam melaksanakan aktivitas berdasarkan dan bernegara. Hal ini sejalan dengan apa yang terdapat
asas kerakyatan dalam pergaulan masyarakat luas dalam Sarasamuscaya 31.
bangsa yang lebih luas. Dengan pemahaman
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama maka Matangnyan pengpongan wenangta,
kehendak yang dipaksakan oleh satu pihak kepada mangken rare ta pwa kitan lekasaken
pihak lain tidak boleh terjadi. Sebelum diambil agawe dharmasadhana; apan anitya
keputusan yang menyangkut kepentingan bersama, iking hurip, syapa kari wruha tekaning
terlebih dahulu diadakan musyawarah dan keputusan patinya wih
diambil secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai
mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan yang Terjemahan:
merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Karena itu, pergunakanlah sebaik-
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat baiknya kemampuan yang anda miliki
Indonesia semasih berusia muda; hendaknya segera
Nilai pada Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh melaksanakan kewajiban dan pekerjaan
Rakyat Indonesia menitikberatkan warga Negara yang senantiasa berdasarkan Dharma,
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sebab hidup ini tidak kekal, siapakah
yakni untuk mendapatkan keadilan sosial dan kewajiban yang mengetahui kedatangan kematian
untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan itu, siapa pula yang akan
masyarakat Indonesia. Untuk dapat menciptakan memberitahukan tentang kematian itu.
keadilan sosial ini, perlu dikembangkan perbuatan luhur
yang mencerminkan sikap kekeluargaan, gotong royong Sloka diatas dengan jelas menerangkan, sebagai
dan suasana kekeluargaan dan suasana gotong royong. umat Hindu melaksanakan kewajiban berlandaskan
Sikap adil terhadap sesama menjaga keseimbangan dharma. Ini berarti kewajiban bela negara merupakan
antara hak dan menjaga keseimbangan anatara aktualisasi dharma negara umat Hindu. Khususnya bagi
kewajiban dan menghormati orang lain sangat perlu generasi muda diharapkan mengali segala potensi yang
dikembangkan. dimiliki untuk turut serta mengisi kemerdekaan. Ini

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 86


sudah menjadi hukum Hindu yang wajib diamalkan ketersediaan pasukan cadangan belum mampu
dalam kehidupan sehari-hari. diberdayakan secara maksimal
1. Nasionalisme sesuai UUD Pasal 30 2. Menjaga Keutuhan Bangsa sesuai UU No. 3 Tahun
Bab XII Pasal 30 Undang-undang Dasar 1945 ayat 2002
(1) dan (2) menerangkan pertahanan keamanan negara Penjelasan Undang-undang nomor 3 tahun 2002,
Republik Indonesia pada hakekatnya adalah perlawanan bentuk pertahanan negara bersifat semesta dalam arti
rakyat semesta yang diselenggarakan dengan sistem melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumber daya
pertahanan keamanan rakyat semesta nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh
(SISHANKAMRATA) dengan mengerahkan segenap wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan.
warga negara berdasarkan hak dan kewajibannya, dan Keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara
pengamanan serta pendayagunaan sumber daya alam merupakan tanggung jawab dan kehormatan setiap
dan prasaranan nasional secara terpadu, adil dan merata warga negara, oleh karena itu, tidak seorangpun boleh
di bawah pimpinan pemerintah. Bela negara yang menghindar dari kewajiban tersebut, kecuali ditentukan
terdapat dalam pasal 30 UUD 1945 dapat diuraikan dengan undang-undang. Selanjutnya, keikutsertaan
dalam dua pengertian yaitu bela negara secara non-fisik warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan
dan fisik. Secara fisik dilakukan dengan konfrontasi melalui:
atau perang sedangkan non-fisik lebih kepada kesadaran a. pendidikan kewarganegaraan;
yang ditanamkan untuk menangkal berbagai ancaman, b. pelatihan dasar kemiliteran serta wajib;
baik dari luar maupun dari dalam. Hal ini dapat c. pengabdian sebagai prajurit TNI secara
dilakukan diupayakan dengan beberapa cara, sukarela atau secara wajib; dan
diantaranya. d. pengabdian sesuai profesi.
a. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan Bagian Pelaksana dari jenis kegiatan tersebut
bernegara juga secara jelas dijabarkan sesuai dengan kualifikasi
b. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta komponen pertahanan keamanan yang meliputi:
c. Aktif dalam memajukan bangsa dan negara a. komponen utama yaitu TNI;
dengan berkarya nyata b. komponen cadangan, terdiri atas warga
d. Meningkatkan kepatuhan terhadap negara, sumber daya alam, sumber daya
hukum/undang-undang, menjunjung tinggi buatan, serta sarana dan prasarana nasional
hak asasi manusia; dan yang telah disiapkan untuk dikerahkan
e. Pembekalan mental spiritual di kalangan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
masyarakat. memperkuat komponen utama; dan
Makna kewajiban bela negara sebagaimana c. komponen pendukung, terdiri atas warga
terdapat dalam pasal 30 UUD 1945 merupakan dasar negara, sumber daya alam, sumber daya
bagi seluruh warga negara termasuk didalamnya umat buatan serta sarana dan prasarana nasional
Hindu. Akan tetapi sistem Bela Negara di Indonesia yang secara langsung atau tidak langsung
belum seperti negara maju lainya didunia. Sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 87


kemampuan komponen utama dan Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa,
komponen cadangan. bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen,
Ini nampak jelas bahwa umat Hindu dapat mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,
mengambil peran dalam ikut menjaga keutuhan negara bhinneka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa
melalui kegiatan bela negara yang sudah diatur dalam (Sutasoma 139. 4d-5d)
UU no. 3 Tahun 2002. Sekalipun demikian, konsep Terjemahan:
yang ditawarkan oleh Undang-undang nomor 3 tahun Konon dikatakan bahwa wujud Buddha dan Siwa itu
2002 belum diikuti oleh peraturan pelaksanaannya. berbeda. Mereka memang berbeda. Namun, bagaimana
Berbagai perspektif yang muncul ditambah iklim kita bisa mengenali perbedaannya dalam selintas
bernegara yang mulai berkembang menyebabkan pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Buddha dan
pelaksanaan di lapangan tidak sesuai harapan. Hingga Siwa itu sesungguhnya satu jua. Mereka memang
sekang ini belum ada bentuk baru peraturan yang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak
mengatur khusus tentang bela segara, sehingga dalam ada kebenaran yang mendua
beberapa hal masih memakai aturan sebelumnya. Pasal Kekawin Sutasoma digubah oleh Mpu Tantular
yang belum ada peraturan pelaksanaannya misalnya yang sezaman dengan Prapanca pada era Majapahit
adalah pasal 30 UUD 1945 yang terkait dengan wajib dimana kedua agama hidup dan berkembang dan
bela negara. masing-masing mempunyai pengikutnya (Gunawijaya,
2.2.3 Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan 2020). Nampak jelas bahwa kekawin ini ditulis dari titik
Mempererat Bangsa pandang tertentu, yaitu agama Buddha Mahayana,
Masyarakat Indonesia sejak masa kerajaan seperti juga terjadi pada karya-karya sastra bernuansa
telah memahami dan melaksanakan toleransi budaya Buddhistik lainya (Suamba, 2009:179-180).
dengan sangat baik. Unsur-unsur beraneka ragam yang Perlu ditekankan bahwa bangsa Indonesia yang
masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri memiliki filosofis Pancasila disimbolkan dalam
menyatukan diri dalam suatu persekutuan hidup repesentasi empiris Garuda Pancasila dengan sloka
bersama yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut Bhineka Tunggal Ika, ini menandakan bahwa pendiri
tidak menghilangkan keanekaragaman, dan hal inilah bangsa menyadari unsur-unsur yang membangun
yang dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika (Kaelan, bangsa ini sangat beragam baik secara geografis
2012: 231) maupun kependudukannya. Dengan demikian Bhineka
Para pendiri bangsa menggunakan semangat Tunggal Ika secara bersama-sama dengan Pancasila
kebangsaan dengan menggunakan kalimat “Bhinneka menjadi lambang negara, Bhineka Tunggal Ika
Tunggal Ika” sebagai semboyan pada lambang negara merupakan identitas Negara Kesatuan Republik
Garuda Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari Indonesia. Secara yuridis Konsitusional posisi
falsafah Nusantara yang terdapat dalam kekawin Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika diatur dalam UUD
sutasoma untuk digunakan sebagai motto pemersatu 1945 pada pasal (36) A. dalam pasal ini disebutkan
Nusantara. Ismanun (dalam Kaelan, 2012: 245) bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
menterjemahkan bagian Kakawin Sutasoma, karya Mpu sloka Bhineka Tunggal Ika.
Tantular: Kesadaran berbangsa dan bernegara di masa

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 88


kekinian harus dimulia dengan karya nyata dengan berdampingan dengan tentram dan damai. Hal yang
mengembangkan kecerdasan, keintelektualan, serta paling mendasar adalah terdapat pada individu manusia
kemajuan kita sekarang ini. Bhinneka Tunggal Ika yang yang memiliki perilaku budaya sebagai landasan
menjadi fundamen telah mengantarkan kita sampai hari tindakannya. Akan tetapi tidak terlepas dari sifat dasar
ini menjadi sebuah bangsa yang terus semakin besar di manusia itu sendiri, yaitu baik, jujur, cerdas, murah hati,
antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini. Meskipun tidak berbahaya, suka menolong, ramah dan suka
berbeda-beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa damai. Sifat dasar tersebut tercermin di dalam
Indonesia). Umat Hindu harus mampu merefleksi hal keseharian pergaulan antar manusia yang mengatur
tersebut dan diwujudkan dengan aktifitas yang komunikasi, perilaku, dan adat istiadat sebagai etika
mengedepakan nasionalisme dalam keberagaman yang dimiliki oleh suku-suku bangsa masing-masing.
dengan jalan mengikutsertakan seluruh komponen Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu
masyarakat dari berbagai lini ikut menanamkan nilai- kesatuan dengan corak ragam budaya yang
nilai kebangsaan (Suadnyana, 2019). menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Budaya
1. Pembentukan Jati Diri Pribadi daerah yang membentuk budaya bangsa tidak menolak
Diri manusia sejatinya ada instansi yang menilai nilai-nilai budaya asing dengan catatan tidak
dari segi moral perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, bertentangan dengan nilai budaya bangsa sendiri dan
yaitu hati nurani. Hati nurani merupakan dapat hasilnya dapat dinikmati. Umat Hindu menjaga jati diri
dikatakan sebagai saksi perbuatan-perbuatan moral kita. daerah di mana bahasa, sastra, budaya, dan seni daerah
Ini dapat dijadikan sebuah dasar pedoman dalam lainnya hidup berdampingan dalam kebersamaan dan
pembentukan jati diri pribadi untuk mengenal diri saling hormat-menghormati.
sendiri dengan hati nurani sebagai pengawas tindakan 3. Pembentukan Jati Diri Bangsa
yang dilakukan oleh setiap individu. Pembentukan jati Semboyan Bhinneka Tunggal Ika serta peristiwa
diri pribadi, tiap individu harus mampu mengenali, Sumpah Pemuda menjadi sejarah penting dalam
memahami, menghayati dirinya sendiri dengan perkembangan pembentukan Jati Diri Bangsa. Secara
kesadaran penuh sebagai tindakan untuk turut prinsip bahwa roh serta semangat Bhinneka Tunggal Ika
membangun jati diri bangsa. Bertolak dari kesadaran dan Sumpah Pemuda dijadikan tonggak maha penting
diri sebagai umat Hindu diharapkan menularkan kepada bagi bangsa Indonesia. Segenap elemen pemuda pada
lingkungan keluarga, berperan aktif dalam waktu itu tanpa ada sekat latar kesukuan berkemauan
mewujudkan perkembangan, pertahanan, dan dengan kesungguhan hati memiliki semangat
pelestarian jati diri daerahnya masing-masing. kebangsaan yang satu, bangsa Indonesia. Ini
Selanjutnya menjadikan jati diri daerah masing-masing menandakan bukti kearifan para pemuda pada waktu
tersebut sebagai jati diri bangsa (Darmawan, 2020). itu.
2. Pembentukan Jati Diri Daerah Usaha melakukan penanaman pemahaman
Bhinneka Tunggal Ika hingga saat ini di beberapa tentang peran pemuda dalam membangun bangsa maka
daerah masih terwujud dengan mempertahankan etika generasi muda Hindu melakukan usaha-usaha guna
masing-masing kedaerahan, baik budaya, bahasa, menuangkan semangat kebangsaan yang menjadi esensi
sastra, maupun seni daerahnya, yang hidup Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda yang mengikrarkan

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 89


persatuan dan kesatuan Nusantara/bangsa Indonesia, mengembangkan kasih sayang dan memajukan
serta proklamasi kemerdekaan dalam kesatuan dan persaudaraan (kemanusiaan yang sejati) dengan
persatuan bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. mengembangkan solidaritas, memajukan pendidikan
Hal itu tidak terlepas dari pembentukan jati diri daerah sumber daya manusia Hindu, utamanya moralitas
sebagai dasar pembentuk jati dari bangsa. Hindu, menjauhkan dari berbagai bentuk yang
2.2.4 NKRI Simbol Nasionalisme Umat Hindu merugikan masyarakat (korupsi, kolusi, terorisme) dan
Nasionalisme secara sederhana adalah satu menjaga hubungan yang harmonis antar sesama umat
paham yang menciptakan dan mempertahankan manusia dan ciptaannya (toleransi yang sejati),
kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris menjaga kelestarian lingkungan dengan
“nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan
bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme menjaga integritas umat Hindu untuk memeperkokoh
religius yang dimaksud adalah paham kebangsaan yang persatuan dan kesatuan antar bangsa-bangsa
dilandasi oleh nilai dan semangat keagamaan. Artinya (vasudhaiva kutumbakam).
agama menjadi suatu spirit dan nilai untuk menegakkan Kelahiran dan posisi hidup dalam masyarakat
suatu negara yang adil dan makmur. Dengan kata lain, sebagian besar ditentukan oleh sikap mental dan moral-
hubungan agama dan negara bisa bersifat simbiotik moral pribadi-pribadi terhadap berbagai kegiatan hidup.
mutualisme yang saling menguntungkan. Namun, Karena itu, adalah menjadi kewajiban kita untuk
jangan sampai terjadi politasi agama untuk kepentingan melakukan kerja yang dapat mengangkat dan
pragmatis bagi para elit negara. Jangan sampai jihad memuliakan kita sesuai cita-cita serta kegiatan-kegiatan
bela negara di sini ditunggangi oleh elit tertentu untuk dalam masyarakat dimana kita dilahirkan (Pendit, 2005:
kepentingan melanggengkan kekuasaan. Yajurveda 89-90). Terkait hal tersebut Wawasan Nusantara
XXIII.15 menjelaskan tentang meraka yang berpegang memberikan arah terhadap visi bangsa Indonesia seperti
teguh pada dharma akan memiliki kejayaan yang yang tercantum dalam Pembukan UUD 1945 tentang
utama. cita cita bangsa, yaitu “Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur, serta berkehidupan
Svayam vajin tanvam kalpayasva svayam kebangsaan yang bebas”. Memiliki Wawasan
yajasva svayam jusasva, Nusantara perlu dipahami sejak awal agar mampu
mahima te anyena na samnase. menghadapi setiap gangguan keamanan yang dapat
Terjemahan: menghambat lajunya pembangunan nasional dan
Oh Manusia pemberani, peliharalah tubuhmu mengancam keutuhan wilayah NKRI.
agar kuat dan kokoh. Buatlah pengorbanan Ajaran agama menjadi faktor penggerak hati
dirimu sendiri. Hidup hendaknya selalu nurani dan tingkah laku umat manusia. Dalam upaya itu
dibimbing oleh ajaran agama (Dharma). Tidak diperlukan metodologi untuk revitalisasi dan
seorangpun akan menyamai kejayaanmu. mengaktualisasikan kembali ajaran agama dalam
kehidupan manusia. Agama Hindu menguraikan hal
Di era kekinian ini bentuk pengamalan Dharma tersebut sebagai berikut
Agama dan Dharma Negara dapat berarti

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 90


1. Dharmawacana adalah metoda pembinaan atas segala dosa, noda dan kekhilafan di
Agama Hindu melalui penerangan yang antara sesama umat manusia. Acara
disampaikan pada setiap kesempatan di Dharmasanti dapat dilaksanakan sesuai
hadapan umat Hindu yang berkaitan dengan keperluan,situasi dan relevansinya
dengan kegiatan keagamaan. dengan kegiatan keagamaan dan
2. Dharmagita adalah aktivitas keagaman kemasyarakatan (Parisada Hindu Dharma
berupa melagukan nyanyian keagamaan. Indonesia Pusat, 1990:16).
Dharmagita adalah sarana untuk
mempelajari kitab suci Veda dan susastra Permasalahan yang terjadi serta data fakta di
Hindu lainnya. Hal ini perlu digalakkan lapangan dengan dihadapkan kepada pengaruh
terutama di kalangan generasi muda dan perkembangan lingkungan dan faktor-faktor yang
seniman untuk menciptakan lagu-lagu mempengaruhi terkait dengan peningkatan bela negara
yang bisa diterima secara Nasional. masyarakat, dengan melalui pendekatan aspek
3. Dharmatula adalah kegiatan berupa diskusi ketahanan nasional, sebagai berikut:
keagamaan secara aktif dalam membahas 1. Aspek Ideologi
topik-topik yang menarik dalam kitab suci Pembinaan ideologi Pancasila diharapkan dapat
Veda atau susastra Hindu. Dalam memberikan sumbangan yang berharga bagi tumbuhnya
pelaksanaannya lebih jauh (dewasa ini) ketangguhan ideologi nasional dalam rangka
dilaksanakan mandiri dengan pemilihan mewujudkan semangat kebangsaan masyarakat, seperti
topik-topik yang menarik disesuaikan hidup dengan penuh kerukunan dan kedamaian baik
dengan tema-tema tertentu dan umumnya sesama warga, antar suku maupun agama. Tingkat
dikaitkan dengan perayaan hari-hari raya kesejahteraan masyarakat di beberapa wilayah yang
keagamaan. masih rendah, rentan terhadap pengaruh-pengaruh
4. Dharmayatra mempunyai pengertian yang negatif dari luar, oleh karenanya pemantapan nilai-nilai
hampir sama dengan Tìrtha Yatra, yakni ideologi Pancasila perlu dipelihara dan ditingkatkan,
usaha untuk meningkatkan pemahaman dan sehingga kecintaannya pada negara dan tanah air
pengamalan ajaran agama dengan ziarah tumbuh dan berkembang untuk membela kedaulatan
atau persembahyangan ke tempat-tempat dan keutuhan wilayah NKRI (Kariarta, 2019).
suci, patirthan baik yang terletak di 2. Aspek Politik
pegunungan atau di tepi pantai. Sistem politik di Indonesia, khususnya
5. Dharmasadhana artinya realisasi ajaran penyelenggaraan pemilihan kepala daerah lebih banyak
Dharma dalam diri seseorang. Hal ini dapat bermuatan politik praktis demi kepentingan pribadi atau
dilakukan melalui Catur Marga/Yoga, golongan dari pada berorientasi pada peningkatan
yakni : Bhakti, Karma, Jnana dan Raja atau kesejahteraan rakyatnya. Kualitas SDM masyarakat
Yoga Marga secara terpadu, bulat dan utuh. yang tidak merata, mempengaruhi kesadaran dan
6. Dharmasanti adalah suatu acara berupa partisipasi masyarakat dalam kehidupan berpolitik.
pertemuan untuk saling maaf-memaafkan Implementasi otonomi daerah seringkali memicu

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 91


terjadinya perebutan pengelolaan SDA antara pusat didalamnya umat Hindu untuk berpartisipasi aktif
dengan daerah maupun antara akan mempengaruhi melakukan pengawasan dan penjagaan dilingkungan
sikap dan perilaku masyarakat yang dilandasi rasa sekitarnya.
kepedulian terhadap daerahnya, sehingga masyarakat
memiliki kesadaran bela negara dari kemungkinan III. PENUTUP
ancaman yang dapat merugikan negara. Dharma artinya acara atau pengatur kehidupan
3. Aspek Ekonomi sehari-hari. Acara merupakan dharma tertinggi dan
Berbagai bentuk ancaman yang tidak disadari oleh merupakan dasar dari tapa atau kesederhanaan. Ia
masyarakat kemungkinan terjadi, seperti kegiatan menuntun menuju kecukupan, keindahan, umur panjang
ilegal, seperti kekayaan alam, perdagangan ilegal, dan kelanjutan dari keturunan. Prilaku jahat dan tidak
penyelundupan, pelanggaran wilayah dan sangat bermoral akan menuntun menuju kehinaan, kesedihan,
mungkin terjadinya tindak infiltrasi oleh militer asing kesakitan dan kematian sebelum waktunya. Dharma
kewilayah Indonesia. Dengan demikian perlu Agama adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap
keterlibatan berbagai pihak yang secara sadar ikut orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan
dalam menjaga kedaulatan NKRI. Umat Hindu sebagai ajaran agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam
salah satu komponen bangsa memiliki tanggung jawab ajaran agama itu. Bila seseorang taat melaksanakan
untuk ikut dalam menjaga potensi yang ada tersebut. kewajiban agama yang dipeluknya maka ia akan
4. Aspek Sosial Budaya menjadi umat beragama yang baik. Selanjutnya yang
Pembangunan nasional di daerah perbatasan dimaksud dharma negara adalah hukum, tugas hak dan
diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh kepada
kesejahteraan masyarakat sekaligus membangun sosial Negara, termasuk dalam pengertian seluas-luasnya.
budaya masyarakat perbatasan, agar memiliki nilai-nilai Upaya revitalisasi ajaran Agama Hindu
budaya bangsa untuk membangkitkan semangat diharapkan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan
nasionalisme masyarakat, agar tidak mudah sehari-hari baik sebagai individu, sebagai anggota
terpengaruh oleh budaya asing yang dapat merusak masyarakat, bangsa dan warga negara yang baik.
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesungguhnya umat beragama yang baik dan mantap
Peningkatan pendidikan mempunyai posisi yang mengamalkan ajaran agamanya, maka sesungguhnya
strategis untuk menumbuh-kembangkan kecerdasan juga menjadi warga negara yang patuh dan taat untuk
masyarakat, guna menanamkan dan menumbuhkan rasa mengabdi dan berbakti kepada masyarakat, bangsa dan
cinta tanah air atau nasionalisme, sehingga dapat negara. kehidupan di era kekinian ajaran agama menjadi
melahirkan sikap dan perilaku bela negara masyarakat. faktor penggerak hati nurani dan tingkah laku umat
5. Aspek Pertahanan dan Keamanan manusia. Dalam upaya itu diperlukan metodologi untuk
Adanya kelompok masyarakat yang melakukan revitalisasi dan mengaktualisasikan kembali ajaran
aksi teror maupun memisahkan diri dari NKRI seperti agama dalam kehidupan keseharian.
ISIS serta kelompok OPM di Papua, menjadi Empat Konsesus bernegara menjadi jiwa dalam
permasalahan yang dapat mengancam keutuhan NKRI. kebangsaan yang harus dimiliki oleh umat Hindu.
Oleh karenanya, peran serta masyarakat termasuk Pancasila menjadi atap yang membangun Bangsa

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 92


Indonesia, UUD 1945 menjadi dasar konstitusional, (kemanusiaan yang sejati) dengan
Bhineka Tunggal Ika adalah semangat pembangunan mengembangkan solidaritas, memajukan
bangsa dan NKRI menjadi benteng dari memperkuat pendidikan sumber daya manusia Hindu, utamanya
jati diri bangsa Indonesia. Sehingga sebagai sebuah moralitas Hindu, menjauhkan dari berbagai bentuk
pedoman dalam menjalani hidup berbangsa dan yang merugikan masyarakat (korupsi, kolusi,
bernegara tetap utuh dan tidak terpisahkan. terorisme) dan menjaga hubungan yang harmonis
1. Pancasila sebagai pandangan hidup menjadi antar sesama umat manusia dan ciptaannya
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita- (toleransi yang sejati), menjaga kelestarian
citakan Bangsa Indonesia, terdapat pemikiran lingkungan dengan mengembangkan teknologi
dalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang ramah lingkungan dan menjaga integritas
yang dianggap ideal. Ideologi adalah suatu umat Hindu untuk memeperkokoh persatuan dan
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu kesatuan antar bangsa-bangsa (vasudhaiva
bangsa, yang diyakini kebenarannya dan kutumbakam).
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya DAFTAR PUSTAKA
2. Sejalan dengan UUD 1945 umat Hindu diharapkan Astawa, Dewa Nyoman Wija. 2010. Pola Pikir
melaksanakan kewajiban berlandaskan hukum Meningkatkan Wawasan Kebangsaan
Mencegah Disintegrasi Bangsa. Paramita,
(dharma). Ini berarti kewajiban bela negara Surabaya.
merupakan aktualisasi dharma negara umat Hindu. Darmawan, I. P. A. (2020). ANIMISME DALAM
Khususnya bagi generasi muda diharapkan PEMUJAAN BARONG BULU GAGAK DI
BALI. Genta Hredaya, 4(1).
mengali segala potensi yang dimiliki untuk turut
serta mengisi kemerdekaan. Gunawijaya, I. W. T. (2020). KONSEP
3. Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi fundamen TEOLOGI HINDU DALAM GEGURITAN
GUNATAMA (Tattwa, Susila, dan Acara).
telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi
Jñānasiddhânta: Jurnal Teologi Hindu,
sebuah bangsa yang terus semakin besar di antara
2(1).
bangsa-bangsa lain di atas bumi ini. Meskipun
berbeda-beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa
Kaelan. 2012. Problem Epistemologi Empat Pilar
Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta:
Indonesia). Umat Hindu harus mampu merefleksi Paradigma
hal tersebut dan diwujudkan dengan aktifitas yang Kariarta, I. W. (2019). KONTEMPLASI
mengedepakan nasionalisme dalam keberagaman DIANTARA MITOS DAN REALITAS
(CONTEMPLATION BETWEEN MYTHS
dengan jalan mengikutsertakan seluruh komponen
AND REALITIES). Jñānasiddhânta: Jurnal
masyarakat dari berbagai lini ikut menanamkan Teologi Hindu, 1(1).
nilai-nilai kebangsaan
Kirana, Dila Candra dkk. 2012. UUD 45 dan
4. Menjaga keutuhan NKRI di era kekinian
Perubahannya. Jakarta: Niaga Swadaya
merupakan pengamalan dharma agama dan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat. 1990.
dharma negara dapat berarti mengembangkan Pedoman Pembinaan Umat Hindu Dharma
Indonesia. Denpasar, Bali: P.T. Upada
kasih sayang dan memajukan persaudaraan Sastra.

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 93


Pendit, N. S. & Sri Chandra Sekharendra Sarasvati. Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Ajaran Agama
1993. Aspek-Aspek Agama Kita. Jakarta: Hindu Dalam Geguritan Kunjarakarna.
Pustaka Manikgeni. Genta Hredaya, 3(1).
Pendit, Nyoman S. 2005. Vedanta Percik-percik
Renungan Swami Vivekananda. Denpasar: Suamba, IB. Putu. 2009. Siwa-Buddha di Indonesia
Pustaka Bali Post Ajaran dan Perkembangannya. Denpasar:
Pranata. 2009. Upacara Ritual Perkawinan Agama PT. Mabhakti.
Hindu Kaharingan. Surabaya: Paramita Tim Penyusun. 2001. Kamus Sansekerta-
Pudja, Gede dan Tjokorda Rai Sudharta. 2004. Indonesia. Denpasar: Pemerintah Provinsi
Manava Dharmasastra (Manu Bali
Dharmasastra) atau Veda Smrti Tim Penyusun. 1985. Himpunan Keputusan
Compendium Hukum Hindu. Surabaya: Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-
Paramita Aspek Agama Hindu I-XV. Denpasar:
Sivananda, Sri Swami. 2003. Intisari Ajaran Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Bali.
Hindu. Surabaya: Paramita. Titib, I Made. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman
Somawati, A. V., & Made, Y. A. D. N. (2019). Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita
IMPLEMENTASI AJARAN TRI KAYA ___________. 2007. Teologi Hindu
PARISUDHA DALAM MEMBANGUN (Brahmavidya) studi teks dan konteks
KARAKTER GENERASI MUDA HINDU Implementasi. Denpasar: PPs IHDN
DI ERA DIGITAL. Jurnal Pasupati Vol, Denpasar
Untara, I. M. G. S. (2019). KOSMOLOGI
6(1).
HINDU DALAM BHAGAVADGĪTĀ.
Jñānasiddhânta: Jurnal Teologi Hindu,
1(1).

Pariksa - Jurnal Hukum Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja 94

Anda mungkin juga menyukai