Sebagaimana halnya dengan hukum, kalau orang menanyakan apa kebudayaan itu, maka
jawaban atas pertanyaan itu mengarah pada definisi tentang kebudayaan. Kalau ditanyakan lagi
apa itu definisi, maka jawabannya definisi adalah rumusan dari suatu pengertian. Kalau
ditanyakan lagi pengertian apa yang dirumuskan dalam konsep kebudayaan.
Terhadap jawaban ini dapat dikatakan, sebagaimana halnya dengan hukum konsep
kebudayaan mencakup pengertian yang amat luas meliputi seluruh pikiran, perasaan, karya, dan
hasil karya manusia yang dicetuskan melalui proses belajar (Koentjaraningrat, dalam Alfian (ed),
1985). Kebudayaan adalah suatu komponen penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya
struktur sosial. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup atau dalam
bahasa Inggrisnya disebut ways of life.
Cara hidup atau pandangan hidup itu meliputi cara berpikir, cara berencana, dan
bertindak, disamping segala hasil karya nyata yang dianggap berguna, benar, dan dipatuhi oleh
anggota-anggota masyarakat atas kesepakatan bersama.
Dua orang antropolog yaitu A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn, pernah menghitung berapa
jumlah definisi tentang “kebudayaan” atau culture, yang pernah dirumuskan orang sejak konsep
itu untuk pertama kali dipergunakan dalam bahasa Jerman dalam buku raksasa karangan G.E.
Klemm, Allgemeine Culturgeschichte der menschkeit (1843 –1852). Sampai tahun 1950 ternyata
ada 179 buah definisi “kebudayaan” yang pernah diterbitkan. Oleh Kroeber definisi yang
berbeda-beda tersebut dianalisis dan oleh Kluckhohn digolong-golongkan berdasarkan asas-asas
pemikirannya. Studi ini terbit sebagai buku berjudul Culture, a Critical Review of Concepts and
Difinitions (1952) (Koentjaraningrat, dalam Alfian, 1985 : 99).
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai
sebagian cara hidup itu, yaitu bagian 8 BUKU AJAR yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi
atau lebih diinginkan.
Selo Sumardjan dan Soleman Soemardi merumuskan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
atau kebudayaan jasmaniah (kebudayaan material) yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan pada keperluan
masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas.
Sedangkan Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang
hidup bermasyarakat yang kemudian menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Rasa dan
Cipta dapat juga disebut sebagai kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture).
Dari segi material mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan
benda-benda atau hasil-hasil perbuatan manusia yang berwujud materi. Sedangkan dari segi
spiritual, mengandung cipta yang menghasilkan ilmu pengetahuan; karsa menghasilkan kaedah
kepercayaan, kesusialaan, kesopanan, hukum, dan selanjutnya rasa menghasilkan keindahan. Jadi
manusia berusaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui logika, menyerasikan tingkah
lakunya terhadap kaidah-kaidah melalui etika, dan mendapatkan keindahan melalui estetika. Hal
itu semua merupakan kebudayaan (Abdulsyani, 1994 : 46).
1. Herskovits dan Malinowski, memberikan definisi kebudayaan sebagai sesuatu yang super
organik. Karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup
terus atau berkesinambungan meskipun orangorang yang menjadi anggota masyarakat
senantiasa silih berganti disebabkan karena irama kematian dan kelahiran.
2. E. B Taylor, melihat kebudayaan sebagai komplek yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat
3. Roucek dan Warren, mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu cara hidup yang
dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat
bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.
4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa kebudayaan itu adalah
semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat
5. Koentjaraningrat, mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya
manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu (Koentjaraningrat, 1984)
6. Ki Hadjar Dewantara, mengemukakan bahwa menurut 10 BUKU AJAR perkataannya,
kebudayaan itu berarti: buah budi manusia, sedangkan bila kita mengingat cara terjadinya
atau lahirnya kebudayaan, dapatlah kebudayaan itu kita namakan kemenangan atau hasil
perjuangan hidup manusia. Budi itu tidak lain ialah jiwa yang sudah masak, sudah cerdas
dan oleh karenanya sanggup dan mampu mencipta. Karena budi manusia mempunyai dua
sifat yang istimewa, yaitu sifat luhur dan sifat halus, maka segala ciptaannya senantiasa
mempunyai sifat luhur dan halus pula. Sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup
manusia (perjuangan terhadap dua kekuatan yang abadi yakni alam dan jaman), dalam
perjuangan mana manusia tetap dan terus menerus berhasrat mengatasi segala pengaruh
alam dan jaman yang menyulitkan hidupnya baik lahir maupun batin. Oleh karena itu
kebudayaan itu selain bersifat luhur dan halus, juga mempunyai sifat menggampangkan
hidupnya serta memperbesar hasil hidupnya. Ini berarti memberi kemajuan hidup dan
penghidupan baginya. Kemajuan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya
nampak sebagai keinginan, kemampuan, dan kesanggupan untuk mewujudkan hidup
yang serba tertib dan damai (Dherana,1982:10).
Dari definisi tersebut di atas, dapat juga kita jabarkan lebih lanjut beberapa pengertian pokok,
yaitu:
Tim Penyusun :