Anda di halaman 1dari 11

Bab 1

Pendahuluan

Sebelum memaparkan pandangan muhammadiyah mengenai kebudayaan dan seni,


terlebih dahulu akan disajikan definisi kebudayan dan seni agar jelas dalam memahaminya.
Kalua mencari definisi tentang kebudayaan, kita akan mendapatkan banyak sekali makna
yang diberikan oleh para tokoh sesuai dengan kapasitas ilmu yang mereka kuasai. Melville J.
Herkovitas menyebutkan 160 definisi kebudayaan. Ini sebagai bukti bahwa tarif atau definisi
kebudayaan sangat beragam dan ada yang saling bertentangan. (Endang, 2004: 101)

Di indonesia khususnya, sering terjadi kesalahpahaman dan kesimpangsiuran dalam


memaknai dan memahami kebudayaan ini. Oleh karena itu, berikut kami cantumkan
beberapa pengertian kebudayaan sebagai acuan dalam memahami kebudayaan.
Endang dalam bukunya Wawasan Islam mendefinisikan kebudayaan adalah hasil karya,
cipta, pengolahan, pengerahan dan pengarahan manusia terhadap alam dengan kekuatan jiwa,
pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, imajinasi, raga, dan fakultas-fakultas rohaniah lainnya,
yang menyatakan diri dalam pelbagai kehidupan rohaniahdan kehidupan lahiriah manusia.

Soenardjo Kolopaking mengatakan, kebudayaan atau kultur adalah totalitas dari milik
dan hasil usaha (prestatie) manusia yang diciptakan oleh jiwanya dan oleh proses saling
mempengaruhi antara kekuatan-kekuatan jiwa tadi dan antara jiwa manusia yang satu dengan
yang lainnya. Edward Burnett Taylor, seorang ahli kebudayaan Inggris pada abad ke-19,
mengatakan: kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan, meliputi ilmu
atau pengetahuan, dogma-dogma teologi, nilai-nilai moral, hukum adat istiadat masyarakat
dan semua kemampuan yang diperoleh seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota
masyarakat.

Dari definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau kultur adalah
hasil karya manusia yang lahir dari kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh manusia. Karya
yang dihasilkan manusia tersebut mencakup banyak aspek. Endang membagi ruang lingkup
kebudayaan secara garis besar kepada dua bagian besar, yaitu: kebudayaan immateri yang
terdiri dari filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya, bahasa, Agama
budaya, teknik, ekonomi dan pencarian hidup, politik, dan pendidikan. Sedangkan yang

1
kedua adalah kebudayaan material, seperti alat-alat penguasaan alam, alat-alat perlengkapan
hidup, pakaian, perumahan, dll.

Kebudayaan ini lahir sebagai jawaban atas segala tantangan, tuntutan, dan dorongan
intradiri manusia dan ekstradirinya, untuk menuju terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan spiritual dan material. Dan ini bisa terjadi pada individu dan kelompok serta
dapat diwariskan secara turun temurun sebagaimana yang kita saksikan pada masyarakat
Indonesia. Jenis-jenis kesenian antara lain: seni sastra dan kesusastraan, seni musik, seni tari,
seni rupa, dan seni drama atau teater.

2
Bab II

Pembahasan

Manusia dalam kehidupan jelas membutuhkan seni. Kebutuhan manusia terhadap seni
dapat mengibaratkan bahwa manusia hidup membutuhkan santapan. Manusia seutuhnya
membutuhkan berbagai macam santapan. Ibadah bisa dikatakan sebagai santapan. Ibadah bisa
dikatakan sebagai santapan rohani. Sedangkan santapan otak adalah pengetahuan. Lain
halnya merupakan santapannya adalah olahraga. Adapun seni merupakan santapan hati.
Silahkan menikmati seni sebagai santapan hati. Agama tidak melarangnya. Asal santapan itu
sejalan dengan etika dan norma-norma Islam.
Seni seperti itu tentu bermanfaat. Diantara manfaatnya,baik bagi pencipta maupun
penikmat, seni dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan. Juga dapat menyegarkan
dan menyejukkan hati. Selain itu, seni dapat membangkitkan seorang hamba untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah. Dan seni dapat menjadikan media atau sarana dakwah untuk
membangun kehidupan keberadapan.
KH Ahmad Dahlan seorang alim bepikiran maju mendahului zamannya. Ia telah
memberi keteladanan tentang kedekatan dengan seni pada zamannya dan kepada generasi
yang datang kemudian. Kita pernah melihat film Sang Pencerah yang melukiskan kehidupan
dan perjuangan pendiri Muhammadiyah. Dalam film tersebut, kita dapat menyaksikan
kepiawaian KH Ahmad Dahlan dalam memainkan biola. Ketika itu banyak orang yang
mencibirnya. Karena ada Kiai mengapa main biola. Hal itu zamannya tentu merupakan
sesuatu yang langkah.
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, penduduknya telah menganut agama Hindu
dan Budha dengan segala amalan dan tradisi yang ada di dalamnya. Kemudian setelah sekian
abad, Islam masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, wajar kalau umat Islam masa itu masih
mengamalkan ajaran Islam bercampur dengan kultur agama yang dianut sebelumnya dan
dalam perspektif akidah Islam (tauhidullah) jelas kontradiksi dan terjebak dalam perbuatan
bidah yang pelakunya diancam oleh Nabi dengan ancaman Neraka. Cultur tersebut seperti
percaya kepada benda-benda keramat seperti keris, tombak, batu aji, pergi ketempat-tempat
yang dianggap keramat, adanya hari baik dan hari buruk dan sebagainya.
Kondisi-kondisi tersebut mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan pemurnian
ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh budaya atau kultur agama atau keyakinan lain. Lalu
dikemudian hari Muhammadiyah dikenal dengan gerakan tajdid (pembaruan), yaitu

3
pemurnian ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel dalam tubuhnya. (Musthafa
Kamal Pasha dkk., 2003: 83). Pemurnian dalam hal ini dikenal dengan istilah purifikasi.
Sifat tajdid (pembaruan) yang menjadi jati diri Muhammadiyah tersebut tidak melulu
bermakna purifikasi akan tetapi juga tajdid bermakna reformasi atau dinamisasi yang berarti
pembaruan dalam cara-cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat semacam
memperbarui cara penyelenggaraan pendidikan, cara pengelolaan rumah sakit dll.

A. Muhammadiyah dalam Kehidupan Seni dan Budaya

Kepedulian Muhammadiyah tentang Kebudayaan dan Kesenian ini sebenarnya


bukanlah barang baru bagi Muhammadiyah.Sejumlah bentuk kesenian selalu saja menghiasi
perhelatan Muktamar Muhammadiyah.Bahkan secara khusus, Majelis Tarjih juga sudah
membahas masalah kebudayaan dan kesenian ini di Aceh tahun 1995. Keputusan Majelis
Tarjih tentang Kebudayaan dan Kesenian tersebut sebagai berikut:

1. Strategi kebudayaan Muhammadiyah menyatukan dimensi ajaran kembali kepada al-


Quran dan as-Sunnah dengan dimensi ijtihad dan tajdid sosial keagamaan. Ciri khas
strategi kebudayaan Muhammadiyah adalah adanya yang erat dan timbal balik antara
sisi normativitas al-Quran dan as-Sunnah serta historisitas pemahamannya pada
wilayah kesejarahan tertentu.
2. Secara teoritis, manusia memiliki empat kemampuan dasar untuk mengembangkan
kebudayaan, yakni rasio untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
imajinasi untuk mengembangkan kemampuan estetiknya, hati nurani untuk
mengembangkan moralitasnya, dan sensus numinis untuk mengembangkan kesadaran
ilahiahnya.

3. Agama adalah wahyu Allah SWT, merupakan sistem nilai yang mempunyai empat
potensi di atas dan mengakuinya sebagai fitrah manusia. Keempat potensi tersebut
secara bersama-sama dapat dipakai untuk menemukan kebenaran tertinggi, yakni
kebenaran Allah SWT sebagai acuan dari kebudayaan yang dikembangkan manusia.

4. Seni adalah penjelmaan rasa keindahan yang terkandung dalam jiwa manusia
dilahirkan dengan perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat
ditangkap indera.

4
5. Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk
dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang
waktu perjalanan sejarah peradaban manusia.

6. Rasa seni adalah perasaan keindahan yang ada pada setiap orang normal yang dibawa
sejak lahir. Ia merupakan sesuatu yang mendasar dalam kehidupan manusia yang
menuntut penyaluran dan pengawasan baik dengan melahirkannya maupun dengan
menikmatinya. Artinya proses penciptaan seni selalu bertitik tolak dari pandangan
seniman tentang realitas (Tuhan, alam dan manusia).

7. Rasa seni merupakan salah satu fitrah manusia yang dianugerahkan Allah SWT yang
harus dipelihara dan disalurkan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh
Allah SWT sendiri. Allah itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan.

8. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan
dengan fitrah manusia, justru menyalurkan dan mengatur tuntutan fitrah tersebut.
Termasuk dalam hal ini fitrah rasa seni, karena itu seni tidak bebas nilai.

9. Menciptakan dan menikmati karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak
mengarah dan mengakibatkan fasad (kerusakan), darar (bahaya), isyan
(kedurhakaan), dan baid anillah (keterjauhan dari Allah), yang merupakan rambu
proses penciptaan dan menikmatinya.

Fasad. Artinya: merusak, maksudnya mencipta dan menikmatinya berakibat merusak, baik
merusak orang yang menciptakannya maupun merusak orang lain maupun lingkungan:
meliputi akidah, ibadah, dan hubungan sosial.
Darar. Artinya: bahaya, maksudnya mencipta dan menikmatinya tidak menimbulkan bahaya
pada diri orang yang menciptakannya atau pada orang yang menikmatinya.
Isyan. Artinya: kedurhakaan, maksudnya mencipta dan menikmatinya tidak mendorong
kepada pelanggaran hukum agama atau kedurhakaan kepada Allah, orang tua, atau suami istri
bagi orang berkeluarga.
Baid anillah. Artinya: jauh dari Allah, maksudnya tidak membuat jauh dari Allah atau
menghalangi pelaksanaan ibadah.

5
10. Seni rupa yang obyeknya makhluk bernyawa seperti patung hukumnya mubah bila
untuk kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan dan sejarah, serta haram bila
mengandung unsur membawa isyan dan kemusyrikan.
11. Seni suara baik vokal maupun instrumental, seni sastra dan seni pertunjukan pada
dasarnya mubah, karena tidak ada nash yang sahih yang melarangnya. Larangan, baru
timbul manakala seni tersebut menjurus pada pelanggaran norma-norma agama dalam
ekspresinya, baik menyangkut penandaan tekstual maupun visual.

12. Bila seni dapat dijadikan alat dakwah untuk membina, mengembangkan dan
meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, maka menciptakan dan menikmatinya
dianggap sebagai amal shalih yang bernilai ibadah sepanjang mematuhi ketentuan-
ketentuan proses penciptaan dan menikmatinya.

Dari point-point keputusan Muktamar di atas, dapat diketahui dengan jelas pandangan
Muhammadiyah terhadap kebudayaan dan seni. Muhammadiyah berpandangan bahwa
berbudaya atau berseni merupakan fitrah manusia. Allah telah memberikan fitrah tersebut
kepada manusia dan karunia itu tidak boleh dihilangkan dan dibiarkan liar dan bebas. Akan
tetapi Islam telah memberikan arahan bagaimana seharusnya menyalurkan fitrah itu sehingga
tetap berada di atas koridor yang telah ditetapkan Allah dan sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
(point 4, 5, 6, 7, dan 8)

B. Peranan Muhammadiyah dalam Seni dan Budaya

Seni dapat menjadikan media atau sarana dakwah untuk membangun kehidupan
berkeadaban. Era hubungannya dengan hal tersebut, DR Kuntiwijiyo (budayawan dan
sejarahwan menulis, Kesenian sebagai ekspresi dari ke-Islaman memiliki tiga fungsi:
1. Sebagai wujud ibadah,tazkiyah, tasbih, shadaqah dan sebagainya bagi pencipta maupun
penikmat seni.
2. Kesenian dapat menjadi identitas kelompok.
3. Kesenian dapat berarti syiar (lambang kejayaan).
Dalam usia 100 tahun, Muhammadiyah telah melakasanankan Muktamar sebanyak 46
kali. Setiap menjelang Muktamar, Panitia Pusat Muktamar Muhammadiayah mengadakan
lomba mengarang lagu Mars Muktamar dan lomba poster/ logo Muktamar. Sebelumnya,
Panitia telah membentuk tim yuri untuk masing-masing lomba tersebut. Para anggotanya
terdiri dari para ahli dalam idangnya. Naskah lagu dan poster/logo dari para peserta lomba

6
yang setelah diteliti, dinilai, dan dipilih oleh tim yuri selanjutnya di tentukan para
pemenangnya masing-masing. Kepada mereka diberi hadiah yang memadai. Pemenang
pertama, baik lomba lagu maupun lomba poster / logo, biasanya yang dipilih dan ditetapkan
menjadi lagu Mars Muktamar pada pembukaan Muktamar. Lagu Mars Muktamar
dikumandangkan pada pembukaan Muktamar dan poster/ logo Muktamar dipasang di banak
tempat strategis, apalagi di tempat pembukaan dan arena Muktamar. Sebelum itu, lagu
tersebut disosialisasikan kepada keluarga besar Muhammadiaya. Demikian pula poster/ logo
Muktamar di kirim untuk dipasang di Amal Usaha Muhammadiyah se Indonesia.
Pada acara Mmuktamar Muhammadiyah, digelar atraksi kesenian yang menawan.
Terakhir, kita saksikan malam tasyakuran Muktamar Satu Abad yang di isi berbagai acara
kesenian. Berbagai keiatan penunjang itu untuk menyemarakkan dan mensyiarkan Muktamar
Satu Abad.
Secara umum di Amal Usaha Muhammadiyah, misal, sekolah, kegiatan kesenian
selama in telah berjalan adalah seni musin, drum band, dan seni beladiri Tapak SucI Putra
Muhammadiyah. Demikian menurut pengamat DR Kyntowijoyo. Bagaimanapun yang telah
berjalan harus kita yukuri. Namun, kita harus menyadari bahwa Muhammadiyah secara
bertahap perlu segera menangani seni-seni lainnya.

C. Pandangan Muhammadiyah Terhadap Seni dan Budaya


Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dari yang tradisional sampai dengan
yang modern. Hampir setiap propinsi mempunyai budaya, mulai dari budaya tarian daerah,
teater rakyat atau pertunjukan, lagu lagu daerah, rumag adat, dll. Dari sekian banyak cultur
yang berkembang dan eksis, banyak pula yang bertentangan dengan norma norma agama
islam.
Yogyakarta, sebagai tempat lahirnya Muhammadiyah juga sangat kental dengan
budaya keratonnya yang tidak sedikit dari budaya budaya tersebut yang bertentangan dengan
ajaran islam yang didakwahkan K.H. Ahmad Dahlan. Seperti slametan, menempatkan sesaji
di tempat tempat tertentu, meyakini akan adanya mahluk yang disebut sebagai Nyai Roro
Kidul dan sebagainya.
Jauh sebelummya islam masuk ke Indonesia, penduduknya telah menganut agama
Hindu dan Budha dengan segala amalan dan tradisi yang ada di dalamnya. Kemudian setelah
sekian abad, Islam masuk ke Indonesia.oleh karena itu, wajar kalu umat islam masa itu masih
mengamalkan ajaran islam bercampur denga kultur agama yang dianut sebelumnya dan
dalam perspektif akidah islam (tauhidullah) jelas kontradiksi dan terjebak dalam perbuatan
bidah yang pelakunya diancam oleh Nabi dengan ancama Neraka. Cultur tersebut seperti

7
percaya kepada benda benda keramat seperti keris, tombak, batu aji, pergi ke tempat tempat
yang dianggap keramat, adanya hari baik dan hari buruk dan sebagainya.
Kondisi kondisi tersebut mendorong K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan
pemurnian ajaran Islam dari pengaruh pengaruh budaya atau kultur agama atau keyakinan
lain. lalu kemudian hari Muhammadiyah dikenal dengan gerakan tajdid (pembaruan), yaitu
pemurnian ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel dalam tubuhnya (Musthafa
Kamal Pasha dkk., 2003:83). Pemurnian dalam hal ini dikenal dengan istilah purifikasi.
Sifat tajdid (pembaruan) yang menjadi jati diri Muhammadiyah tersebut tidak melulu
bermakna purifikasi akan tetapi juga tajdid bermaknna reformasi atau dinamisasi yang berarti
pembaruan dalam cara cara pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat semacam
memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara pengelolaan rumah sakit, dll.
Lantas, dengan semangat tajdidnya, apakah Muhammadiyah mengharamkan semua
budaya (termasuk di dalamnya seni, karena seni merupakan produk budaya) ?
Untuk menjawabnya, terkait sikap Muhammadiyah terhadap kebudayaan dan seni ,
berikut akan dicantumkan keputusan Muktamat Muhammadiyah ke-44 tahun 2002 di Jakarta
yang sekarang telah dicantumkan dalam PHIWM (pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah), hal.:92)
1. Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan dengan
fitrah manusia, islam bahkan menyalurkan, mengatur, dan mengarahkan fitrah manusia itu
untuk kemuliaan dan kehormatan manusia.
2. Rasa seni sebagai penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia merupakan salah satu fitrah
yang dianugerahkan Allah swt yang harus dipelihara dan disalurkan dengan baik dan benar
sesuai dengan jiwa ajaran islam.
3. Berdasarkan keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 bahwa karya seni hukumnya mubah
(boleh) selama tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dharar (bahaya),
ishyan (kedurjhakaan), dan baid anillah (terjauhkan dari Allah); maka pengembvangan
kehidupan seni dan budaya dikalangan Muhammadiyah harus sejalan dengan etika atau
norma norma Islam sebagaimana dituntunkan tarjih tersebut.
4. Seni rupa yang obyeknya mahluk bernyawa seperti patung hukumnya mubah bila untuk
kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan, dan sejarah; serta menjadi haram bila
mengandung unsur yang membawa ihsyan (kedurhakaan) dan kemusyrikan.
5. Seni suara baik seni vokal maupun instrumental, seni sastra dan seni pertunjukan pada
dasarnya mubah (boleh), serta menjadi terlarang manakala seni dan ekspresinya baik dalam

8
wujud penandaan tektual maupun visual tersebut menjurus pada pelanggaran norma norma
agama.
6. Setiap warga Muhammaddiyah baik dalam menciptakan maupun menikmati seni dan budaya,
selain dapat menumbuhkan perasaan halus dan keindahan juga menjadikan seni dan budaya
sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, dan sebagai media atau sarana dakwah untuk
membagun kehidupan yang berkeabadan.
7. Menghidupkan sastra islam sebagai bagian dari strategi membangun peradaban dan
Kebudayaan Muslim.
Dari point point keputusan Muktamar diatas, dapat diketahui dengan jelas pandangan
muhammadiyah terhadap kebudayaan dan seni. Muhammadiayah berpandangan bahwa
berbudaya atau berseni merupakan fitrah manusia.Allah telah memberikan fitrah tersebut
kepada manusia dan karunia itu tidak boleh dihilangkan dan dibiarkan liar dan bebas. Akan
tetapi Islam telah memberikan arahan bagaimana seharusnya menyalurkan fitrah itu sehingga
tetap berada diatas koridor yang telah ditetapkan Allah dan sesuai dengan jiwa ajaran islam
(lihat point 1 dan 2).
Endang dalam bukunya Wawasan Islam mengatakan: sepanjang pengetahuan
penulis, Islam tidak memberikan teori atau ajaran yang terinci mengenai seni dan estetika
(berbeda halnya dengan etika). Jika kesimpulan penulis tidak keliru, maka hal demikian
barangkali termasuk kategori dunya dalam hadits Rasulullah saw, antum alamu bi umuri
dunyakum kalian lebih mengetahuai urusan dunia kalian).(2004:105)
Berkaitan dengan ujaran Endang dapat ditarik kesimpulan bahwa kesenian itu
termasuk urusan dunia yang dalam Muhammadiyah dikenal dengan sebutan muamalah
dunyawiyah.Oleh karena itulah, Muhammadiyah berpandangan bahwa pada dasarnya seni
itu hukumnya mubah (boleh).Dalah kaidah fikih disebutkan bahwa al-ashlu fil muamalah
al-ibahah (pada dasarnya hukum yang kuat dalam perkara muamalah adalah boleh). Akan
tetapi manakala dalam seni tersebut ada hal hal lain yang mengarah atau menyebabkan
pelanggaran terhadap norma norma islam baik berupa kerusakan (fasad), kedurhakaan kepada
Allah, maka hukumnya menjadi haram.(lihat point 3 dan 5).
Jadi, sebenarnya yang diharamkan bukan seninya, akan tetapi hal hal lain yang diluar
seni tersebut. Seperti bernyanyi hukumnya boleh, akan tetapi karena dalam lirik nyanyian itu
mengandung kata kata yang bertentangan dengan norma islam, maka ia menjadi haram.
Begitu juga dengan budaya tari tarian.Tari tarian asalnya boleh, menjadi tidak boleh semisal
jika tari tarian tersebut menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat, dll.

9
Dengan demikian, jelaslah bahwa Muhammadiyah sangat mendukung
berkembangnya seni dan budaya dengan tetap memerhatikan nilai nilai atau norma norma
islam supaya jangan sampai melampaui batas. Bahkan Muhammadiyah sekarang membuat
strategi dakwah yang disebut dengan dakwah kultural, yaitu: upaya menanamkan nilai nilai
islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan
manusia sebagai mahluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat islam
yang sebenar benarnnya. (Haidar, 2010:277).

D. Macam-macam Seni Budaya dalam Muhammadiyah

a. Seni Musik : Rebana, Nasyid, Hadrah, Kosidah, keroncong, Angklung, Drum band, Band.
b. Seni rupa: Kaligrafi, melukis, menggambar,kriya, menyulam dan lain-lain.
c. Seni Tari : Tari Saman ala Aceh, Tari Payung dan lain-lain.
d. Seni Teater : Drama, sandiwara, sinetron,baca puisi, pantonim

10
Bab III

Kesimpulan

Muhammadiyah berpandangan bahwa pada dasarnya seni itu hukumnya mubah (boleh).
Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa al-ashlu fil muamalah al-ibahah (pada dasarnya
hukum yang kuat dalam perkara muamalah adalah boleh). Akan tetapi manakala dalam seni
tersebut ada hal-hal lain yang mengarah atau menyebabkan pelanggaran terhadap norma-
norma Islam baik berupa kerusakan (fasad), kedurhakaan kepada Allah, maka hukumnya
menjadi haram. (lihat point 3 dan 5).

Jadi, sebenarnya yang diharamkan bukan seninya, akan tetapi hal-hal lain yang di luar
seni tersebut. Seperti bernyanyi hukumnya boleh, akan tetapi karena dalam lirik nyanyian itu
mengandung kata-kata yang bertentangan dengan norma Islam, maka ia menjadi haram.
Begitu juga dengan budaya tari-tarian. Tari-tariannya asalnya boleh, menjadi tidak boleh jika
tari-tarian tersebut menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat, misalnya dan lain-lain.

Dengan demikian, jelaslah bahwa Muhammadiyah sangat mendukung berkembangnya


seni dan budaya dengan tetap memerhatikan nila-nilai atau norma-norma Islam supaya
jangan sampai melampaui batas. Bahkan Muhammadiyah sekarang membuat strategi dakwah
yang disebut dengan dakwah kultural, yaitu: upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam
seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecendrungan manusia
sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. (Haedar, 2010: 277).

11

Anda mungkin juga menyukai