Jalan Tengah
Adil
Toleran
Musyawaroh
Reformatif dan konstruktif
Melahirkan inisiatif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan
manusia
Menghormati negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan
Protestan
Protestan mengajarkan bahwa hidup yang rukun dalam
beragama adalah seperti yang ada dalam Al-kitab yaitu “hukum kasih
kepada Allah dan kepada sesama manusia.”
Pasal 25 yang memuat tentang hak-hak kaum yahudi yaitu: “Kaum Yahudi dari Bani
‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan
bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-
sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan
merusak diri dan keluarga.”
Pada pasal 26-35 memuat rincian hak-hak kaum yahudi serta masyarakat yang
masih memiliki hubungan kekerabatan atau kerjasama dengan mereka. Selain
memuat hak-hak kaum yahudi, Piagam ini juga mengatur kewajiban mereka pada
pasal-pasal selanjutnya.
Raja Ashoka dan Maklumat
Empat Belas Batu
Maklumat tersebut antara lain berbunyi: “Yang-dicintai-oleh-para-Dewa, Raja
semua ajaran agama dapat
Piyadasi, berhasrat bahwa
berkembang di mana saja, bagi semuanya berhasrat untuk
mengendalikan diri dan menjaga kemurnian hati. Tetapi manusia memiliki
berbagai macam hasrat 27 dan nafsu keinginan, dan mereka boleh berlatih
semua yang semestinya mereka latih atau cukup sebagian saja darinya.
Tetapi seseorang yang memiliki kemampuan lebih namun tidak dapat
mengendalikan dirinya, kurang memiliki kualitas hati,rasa-syukur dan bakti,
adalah orang yang patut dikasihani. (Maklumat Batu ke 7).”
Wali Songo
Sunan Kalijogo, memberikan contoh bagaimana ia sangat toleran dengan
kebudayaan lokal. Pendekatannya dengan menggabungkan kebudayaan lokal
yang ada dengan ajaran- ajaran islam yang dibawanya. Ia menggunakan seni
ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah.
Sunan Kudus yang menghormati umat agama lain melalui simbolsimbol Hindu
dan Budha. Hal ini bisa terlihat dari arsitektur masjid Menara Kudus. Bentuk
Menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan
jalan Budha. Beliau juga melarang masyarakat kudus untuk menyembelih kurban
sapi karena menghormati pemeluk agama hindu.
Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Sejarah juga menunjukkan kepada kita bagaimana pendiri Bangsa Indonesia bersikap
moderat.
Piagam Jakarta ini dirumuskan oleh Panitia Sembilan (Panitia Kecil BPUPKI) pada
tanggal 22 Juni 1945 yang menghasilkan Rumusan Pancasila.
Dalam Piagam Jakarta sila pertama dari dasar negara berbunyi, “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.” Namun, pada rumusan 18
Agustus 1945 berubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
PRINSIP WASATHIYAH (Afifudin Muhajir)