Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok
Jefri Adi Sanjaya 071111012
Mirza Faruz Ramadhan 071111076
Octi Wilujeng 071211131004
Dwi Widi Amsyah 071211131016
Wahyu Sasongko 071211131094
Ayu Novia Hariatiningsih 071211131104
Dian Indrawati 071211132011
Muji Swasono Priyo Hutomo 071211133038
Samekto Adi Nugroho 071211133051
Vinanda Karina Dea Puspita 071211133054
Nikken Larasati 071211133064
Definisi Pluralisme

Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari


dua kata, yaitu “pluralisme” dan “agama” dalam
bahasa Inggris “religious pluralism”. Dalam kamus
bahasa Inggris yang berakar dari kata “plural”
yang berarti banyak atau majemuk.

Sementara itu Syamsul Ma’arif mendefinisikan


pluralisme adalah suatu sikap saling mengerti,
memahami, dan menghormati adanya perbedaan-
perbedaan demi tercapainya kerukunan antarumat
beragama.
Pada dasarnya Islam bersifat inklusif yaitu suatu sikap
yang memandang agama-agama lain adalah bentuk
implisit agama kita yang kemudian merentangkan
tafsirannya ke arah yang semakin pluralis, yang
dibuktikan dalam surat Ali ‘Imran: 85 yang artinya
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang
yang rugi.” Ayat tersebut kemudian diterjemahkan oleh
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bahwa ayat tersebut
jelas merujuk pada masalah keyakinan Islam yang
berbeda dengan keyakinan lainnya, dengan tidak
Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI menerbitkan fatwa
yang melarang pluralisme. Dalam fatwa tersebut,
pluralisme agama, sebagai obyek persoalan yang
ditanggapi, didefinisikan sebagai:

"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua


agama adalah sama dan karenanya kebenaran
setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap
pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan
agama yang lain salah. Pluralisme juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup dan berdampingan di surga".
Melihat pemahaman serta definisi pluralisme
agama yang telah dinyatakan oleh beberapa
tokoh Islam diatas, maka hendaklah kita
memahami pluralisme agama ini sebagai
sunnatullah dimana kita harus
mengamalkan sikap yang saling
menghormati, mengerti dan memahami
antar umat beragama untuk dapat
memelihara tercapainya kerukunan umat
beragama dan kebhinekaan.
Prespektif Pluralisme Dalam Islam
Secara sederhana pluralisme dapat diartikan
sebagai paham yang mentoleransi adanya
keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan
budaya. Bukan hanya menoleransi adanya
keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan
mengakui kebenaran masing-masing pemahaman,
setidaknya menurut logika para pengikutnya.

Dalam Islam, konsep pluralisme tidak diperjelas


dalam satu permasalahan, hanya saja ada dalam
sub bab pembahasan fiqhiyyah dalam kitab-kitab
fiqih. Hal ini karena dalam agama isu pluralitas
cenderung ke masalah aplikatif, praktis,
administrative dan historis, maka dari itu
Model pluralisme yang bersyaratkan komitmen yang kokoh
terhadap agama masing-masing telah dicontohkan oleh
Rasullah SAW, baik dalam tuturan maupun tindakan yang
patut kita tauladani. Dalam meneladani beliau tentu saja
kita diharapkan tidak terpaku pada formalitas lahiriah dan
apalagi bila karena itu melupakan esensi ajarannya,
sebagaimana firman Allah:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami


menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
Tentu saja patut dipahami di sini bahwa persatuan yang diajarkan
itu tidak melebur perbedaan, tapi tetap menghormati perbedaan:
karena setiap kelompok telah memilih jalan dan tatanan hidup
mereka, sehingga mereka harus berpacu mencapai prestasi
kebajikan.

Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang
telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
Perjalanan Menyambut
Multikulturalisme di Indonesia
Kesadaran multikultur sebenarnya sudah muncul
sejak Negara Republik Indonesia terbentuk. Pada
masa Orde Baru, kesadaran tersebut dipendam
atas nama kesatuan dan persatuan. Paham
monokulturalisme kemudian ditekankan. Akibatnya
sampai saat ini, wawasan multikulturalisme
bangsa Indonesia masih sangat rendah. Ada juga
pemahaman yang memandang multikultur sebagai
eksklusivitas. Multikultural justru disalahartikan
yang mempertegas batas identitas antar individu.
Bahkan ada yang juga mempersoalkan masalah
Multikultural baru muncul pada tahun 1980-
an yang awalnya mengkritik penerapan
demokrasi. Pada penerapannya, demokrasi
ternyata hanya berlaku pada kelompok
tertentu. Wacana demokrasi itu ternyata
bertentangan dengan perbedaan-perbedaan
dalam masyarakat. Cita-cita reformasi untuk
membangun Indonesia Baru harus
dilakukan dengan cara membangun dari
hasil perombakan terhadap keseluruhan
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat
Indonesia yang multikultural adalah
multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang
mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam
kesederajatan baik secara individual maupun
secara kebudayaan. Dalam model
multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat
sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang
berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang
coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik
tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-
masyarakat yang lebih kecil yang membentuk
terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang
mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah
mozaik tersebut. Model multikulturalisme ini
munculnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928
merupakan suatu kesadaran akan perlunya
mewujudkan perbedaan ini yang sekaligus
dimaksudkan untuk membina persatuan dan
kesatuan dalam menghadapi penjajah Belanda.
Yang kemudian dikenal sebagi cikal bakal
munculnya wawasan kebangsaan Indonesia.
Multikulturalisme ini juga tetap dijunjung tinggi
pada waktu persiapan kemerdekaan,
sebagaimana dapat dilihat, antara lain dalam
sidang-sidang BPUPKI. Betapa para pendiri
Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampu
menjadi jalan tengah sekaligus jembatan yang
menjembatani terjadinya perbedaan dalam negara
Indonesia. Yaitu Pancasila

Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak boleh


mereduksi pluralitas ideologi sosial-politik, etnis dan
budaya. Melalui Pancasila seharusnya bisa ditemukan
sesuatu sintesis harmonis antara pluralitas agama,
multikultural, kemajemukan etnis budaya, serta
ideologi sosial politik, agar terhindar dari segala
bentuk konflik yang hanya akan menjatuhkan martabat
kemanusiaan itu.

Banyak catatan hitam yang mewarnai perjalanan


Indonesia dengan kemajemukannya. Terorisme
Ayat-ayat tentang Pluralisme
QS. Al-Baqarah ayat 256

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).


Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah maha
Mendengar lagi maha Penyayang.”
Makna dari ayat diatas adalah bahwa sesungguhnya
Allah SWT tidak memaksa makhlukNya dalam memeluk
agama, meskipun pada hakikatnya Allah SWT pun bisa
QS. Yunus ayat 99

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah


beriman semua orang yang dimuka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya?”

Maksud dari ayat diatas adalah ketika para utusan


Allah SWT ditugasiNya, mereka tidak melakukan
paksaan melainkan dengan ajakan yang baik
untuk menyembah kepada Allah SWT semata.
QS. Al-Baqarah ayat 62

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang


Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin,
siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,
tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”

Dari ayat Al-Quran diatas, dapat dijelaskan bahwa semua


umat manusia memiliki derajad yang sama dihadapan
Tuhan. Meskipun setiap orang memiliki perbedaan
keyakinan (agama) yang dianut, akan tetapi orang-orang
yang berimanan kepada Allah dengan menaati semua
QS. Al-Haj ayat 17

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-


orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang
Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang
musyrik, Allah akan memberi keputusan diantara
mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah
menyaksikan segala sesuatu.”
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Haj ayat 17 yang
menjelaskan bahwa nantinya Allah akan memutuskan
kehidupan umat manusia nanti di akhirat. Ditempatkan
di surga ataupun neraka, itu semua bergantung pada
QS. Al-Ma’idah ayat 69

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-


orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang
Nasrani siapa saja (diantara mereka) yang
benar-benar saleh, maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.”
Sama halnya dengan QS. Al-Baqarah ayat 62,
dalam QS. Al-Ma’idah ayat 69 juga dijelaskan
bahwa orang-orang yang menuruti segala perintah
Pluralisme dalam Kaitannya
dengan Kebenaran
Pluralisme dapat diartikan sebagai paham
yang mentoleransi adanya keragaman
pemikiran, peradaban, agama, dan
budaya. Bukan hanya menoleransi adanya
keragaman pemahaman tersebut, tetapi
bahkan “mengakui” kebenaran masing-
masing pemahaman, setidaknya menurut
logika para pengikutnya. Munculnya
pluralisme akibat reaksi dari tumbuhnya
klaim kebenaran oleh masing-masing
Kalau kita kembali kepada Al-Qur’an, maka akan
kita temukan bahwa monoisme kebenaran ada
dalam agama Islam, begitu pula dengan
pluralisme. Kebenaran itu hanya datang dari Allah
Pencipta segala sesuatu. Hal ini disinyalir dalam
al-Qur’an bahwa kebenaran itu hanya datang dari
Tuhan Semesta Alam, sebagaimana firman Allah
yang artinya seperti ini :

Artinya: Kebenaran itu dari Tuhanmu,


Al-Qur‘an dengan tegas mengakui keberadaan
agama-agama lain dan menyerukan kepada
umat Islam untuk hidup berdampingan secara
damai.
Namun perlu ditegaskan di sini bahwa dengan
mengakui keberadaan agama-agama lain, tidak
berarti Islam membenarkan agama-agama itu.
Harus dibedakan secara tegas antara mengakui
dengan membenarkan. Keyakinan akan
kebenaran agama yang dipeluk adalah cermin
keimanan seseorang. Setiap pemeluk agama
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-
Nisa’ [4]:1)

Ayat di atas secara tegas melarang umat Islam


Segala yang datang dari Al-Qur’an adalah
merupakan kebenaran mutlak, yang harus diyakini
kebenarannya,ia bukan hasil cipta manusia akan
tetapi merupakan wahyu dari Allah SWT. Pencipta
alam semesta termasuk manusia.

Persoalan klaim kebenaran inilah yang dianggap


sebagai pemicu lahirnya radikalisasi agama, perang
dan penindasan atas nama agama. Konflik
horisantal antar pemeluk agama hanya akan selesai
jika masing-masing agama tidak menganggap
bahwa ajaran agama meraka yang paling benar.
Itulah tujuan akhir dari gerakan pluralisme untuk
menghilangkan keyakinan akan klaim kebenaran
agama. Oleh karenanya, jika konsep pluralisme
agama hendak diterapkan, maka ada satu syarat
yang niscaya, yaitu komitmen yang kokoh
terhadap agama masingmasing. Seorang pluralis
Kesimpulan
Pluralisme beragama sangat diperlukan, agar tidak
ada klaim pembenaran masing-masing agama dan
tidak adanya konflik antar agama. Sebenarnya
semua agama itu sama, sama-sama mempercayai
tuhan yang satu, adanya berbagai agama
dikarenakan untuk menguji umat manusia,
bagaimana kontribusinya terhadap agama lain,
dan keberagaman agama memang suatu
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, namun
intinya semua agama itu kembali kepada Allah,
adalah tugas dan wewenang tuhan untuk

Anda mungkin juga menyukai