Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS TERORISME BERKAITAN DENGAN NILAI PANCASILA

Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Pada Mata Kuliah Filsafat Pancasila

Dosen Mata Kuliah : Dr. Agustinus W. Dewantara S.S.,M.Hum

AGATA FEBRI YANTI SIBORO (52418001)

FAKULTAS EKONOMI – PRODI AKUNTANSI

ABSTRAK

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan


teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk
pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban
jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.

Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang
tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan
angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-
serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan
oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para
teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, militan,
mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terorisme : "Makna sebenarnya
dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil
padahal tidak terlibat dalam perang". Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan
mengatas namakan agama.

Kata Kunci : Pengeboman Terorisme Pancasila


Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dibentuk dari berbagai etnis, suku
bangsa yang memiliki beragam bahasa, agama dan budaya. Negara ini memiliki suku asli
atau atau suku pribumi yang menghuni tanah leluhurnya sejak dahulu kala. Adapun suku-
suku itu adalah suku Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda
Kecil, Maluku, dan Papua. Selain itu ada juga suku bangsa pendatang seperti Arab, Tionghoa,
India, Pakistani, dan lain sebagainya. Tentu perbedaan ini menjadikan Indonesia sebagai
Negara yang multi-kultur dan disebut sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
segala keberagaman yang ada perlu proses dan perdebatan yang panjang dalam sejarah
pendirian Negara Indonesia ini. Soekarno adalah Presiden pertama yang telah berjasa besar
dalam mendirikan bangsa yang multi ras, agama, dan budaya ini. Beliau merupakan sosok
yang luar biasa karena dengan  segala intelektualitas dan permenungannya telah meletakkan
Negara Indonesia di atas dasar Pancasila. Dalam sidang BPUPKI 1945 Soekarno
“
memimpikan terwujudnya Indonesia   bagi semua,” maka semua warga  harus merasa sebagai
orang Indonesia dan membangun Indonesia yang sama. Di dalam Pancasila, yang dijiwai
semangat gotong royong, segala perbedaan sosial dilebur. Maka dari sinilah Pancasila
merupakan landasan yang ideal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan
bermasyarakat.

Namun dewasa ini banyak orang tidak memahami tentang Pancasila khususnya sila pertama.
Hal itu tampak nyata bagaimana orang dengan mudahnya menafsirkan sila dalam Pancasila
tersebut keluar dari makna sebenarnya, yakni dari pemaknaan ataupun maksud dari para
founding fathers kita. Tafsir yang demikian pada akhirnya menimbulkan kontroversi yang
berakibat pada kekacauan ataupun konflik antar pemeluk agama. Oleh karena itulah penulis
akan membahas terkait tafsir yang kontroversial tentang sila Pancasila yang pertama ditinjau
dari pidato Soekarno pada sidang BPUPKI dan relevansinya untuk membangun bangsa
Indonesia yang semakin rukun antar pemeluk agama. 

Secara etimologi kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta dari kata pañca yang berarti
lima dan silla yang berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila merupakan
ideologi Negara yang diusulkan oleh Presiden Soekarno dengan permenungan yang
mendalam selama puluhan tahun. Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir dengan ideology
kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai Filsafat
karena merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para
pendahulu kita yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.

Pada sila pertama berbicara tentang Ketuhanan yaitu keyakinan pada Sang Pencipta. Ini
adalah pondasi utama yang tidak boleh dilupakan. Alam semesta ini adalah ciptaan Sang
Khalik, semua agama mengakui itu dan manusia harus menjaga dan merawatnya. Kalau alam
tidak dirawat sama saja kita tidak mempercayai kuasa Tuhan terhadap itu. Merusak milik
Tuhan sama saja dengan tidak mengakui adanya Tuhan dan tidak mengakui Tuhan jelas
bukan pancasilais.

Pada sila kedua, menekankan pada sisi kemanusiaan dengan tekanan keadilan dan
keberadaban. Terjadinya peristiwa sudah sangat jelas meniadakan sisi kemanusiaan apalagi
adil dan beradab. Kalau ada hanya sekelompok orang saja yang punya kuasa terhadap sekian
ribu hektar lahan bisa melakukan apa saja dilahan tesebut disitulah rasa keadilan dan
kemanusiaan pada sila kedua sudah terganggu. Tindakan yang menciptakan aspek
kemanusiaan terganggu adalah tindakan yang tidak pancasilais. Begitu pula dengan tindakan
yang memberikan aspek terhadap munculnya sikap non pancasilais tersebut dengan
membatasi kepemilikan lahan dan wajibkan pemilik lahan menjaganya.

Sila ketiga tentang persatuan yang sangat jelas terhubung dengan sila pertama dan kedua.
Semua kita berada dalam satu hamparan wilayah yang saling berhubungan. Sakit di satu sisi
akan jadi gangguan pada semua sisi. Bersatu artinya punya makna yang saling membutuhkan,
saling merasakan, terikat dalam satu rangkaian tak terpisahkan. Kalaulah tindakan yang kita
lakukan ternyata menyebabkan merusak hubungan dengan pihak lain, kita sudah
mengganggu persatuan itu.

Sila keempat, bijaksana dan musyawarah untuk mufakat adalah poin penting untuk mufakat,
adalah point penting untuk mengatakan bahwa seluruh tumpah darah negara ini harus
diperlakukan sebaik-baiknya, secara bijaksana untuk kemakmuran, dengan semangat
kebersamaan. Itulah mufakat, bukan memaksakan kehendak pada satu keinginan. Tanah,
bumi dan kekayaan alam didalamnya adalah milik bersama, perlakukanlah secara bijaksana.
Tahu akan dimana air mengalir, dimana pohon akan tumbuh, dimana padi akan ditanam.
Tidak justru melihat bahwa semua adalah untuk pabrik, rumah, industri, dan hanya untuk
manusia saja. Bermufakatlah, maka kita akan bijaksana dan itu adalah jiwa yang Pancasilais.
Sila kelima, keadilan sosial dan kemakmuran. Ini betul-betul dasar yang mengatakan bahwa
semua rakyat Indonesia punya hak yang sama untuk kemakmuran. Kesehatan, kenyamanan,
kebahagiaan, ketentraman adalah milik seluruh makhluk, apalagi manusia. Andai hutan kita
babat, tanah dikeruk untuk kolam batubara, rawa dikeringkan untuk kebun kelapa sawit dan
HTI, maka kebahagiaan dan ketentraman itupun terganggu. Hawa sejuk berganti dengan
kering panas. Sungai menjadi kering, ikan mati, gajah masuk kebun, dan harimau memangsa
manusia, itulah yang dikatakan mengganggu dan menghambat keadilan sosial. Pancasila
dikunci dengan keadilan sosial ini.

Jika dilihat dari soal tempat, filsafat Pancasila merupakan bagian dari Filsafat Timur (Karena
Indonesia seringkali digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan dunia bagian Timur).
Sebenarnya ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam pancasila, misalnya soal
pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentifikasikan dengan paham
“
mengenai ratu adil” dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-paham barat seperti
kemanusiaan, demokrasi dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat, Pancasila ternyata juga
harus tunduk pada formulasi barat yang sudah mapan sejak dulu. Jika Pancasila mau
dipertanggungjawabkan secara sahih, logis, dan sistematis didalamnya harus memuat kaidah
filosofis. Pancasila harus juga memuat dimensi ontologis, epistologis dan aksiologis.

Pertama secara ontologis, kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Kedua secara epistologis, kajian pancasila
sebagai filsafat pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Ketiga secara aksiologis, kajian pancasila sebagai filsafat
pancasila pada hakikatnya membahas nilai praktis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai
Pancasila.

Dalam memilihkan dasar negara bagi negara Indonesia Soekarno melakukan permenungan
yang mendalam tentang sebuah ideologi yang kompatibel dengan kehidupan rakyat
Indonesia. Soekarno tidak mengambil dasar Negara dari luar melainkan dari kehidupan
rakyat Indonesia itu sendiri. Kelima sila yang ada di dalam Pancasila adalah asli dari
kehidupan rakyat Indonesia yang mana hal itu sudah menjadi bagian atau mengakar dalam
tradisi rakyat Indonesia. Kelima nilai hidup tersebut kemudian diringkas atau diperas dalam
satu nilai, yakni gotong royong.
Adapun sila-sila tersebut yang membentuk Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Kendatipun dalam proses terjadi perubahan komposisi maupun urutan lima sila Pancasila
yang berlangsung dalam beberapa tahapan selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, namun tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidatonya, Soekarno menyampaikan gagasannya mengenai
rumusan lima sila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang dinamakan dengan
“Pancasila.” Pancasila merupakan buah permenungan Soekarno selama bertahun-tahun dalam
memahami rakyat Indonesia. Oleh sebab itulah Pancasila bukanlah produk luar melainkan
asli dari bangsa Indonesia. Pancasila merupakan weltanschauung yang telah mengakar dalam
hidup rakyat Indonesia sejak dahulu kala. Adapun lima sila dalam Pancasila itu yang
dikemukakan Soekarno adalah 1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme, 3. Mufakat, 4.
Kesejahteraan sosial, dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa. Gagasan mengenai rumusan
Pancasila ini menurut Soekarno dapat diperas menjadi Trisila dimana sila pertama dan kedua
menjadi socio-nationalism, sila ketiga dan keempat menjadi socio-democratie, dan
Ketuhanan Yang Berkebudayaan. Kemudian ketiga sila ini diperas lagi menjadi satu atau
Ekasila menjadi Gotong-Royong. Gotong-royong sendiri merupakan khas Indonesia. Gotong-
royong sudah menjadi bagian dari hidup peradaban rakyat Indonesia selama ratusan, ribuan,
bahkan jutaan tahun yang lalu. Dari sini kita dapat memahami betapa hebatnya Soekarno
yang telah mengemukakan gagasan tentang dasar Negara yang sungguh asli dari kehidupan
rakyat Indonesia (Dewantara, 2017:16).

Teror atau terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan


perasaan terror terhadap sekelompok masyarakat. Teror atau terorisme selalu identik dengan
kekerasan. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk dengan tatacara peperangan
seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang sering kali
merupakan warga sipil. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan terorisme
yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi dan oleh karena itu
para pelaku terorisme layak mendapat pembalasan yang kejam.

“
Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan teror ” dan terorisme,
“ ” para
terorisme umumnya menyebut dirinya sebagai separatis, pejuang pembebasan, dll. Kegiatan
terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan
demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya perbuatan
terror digunakan apabila tidak ada jalan lain yang ditempuh untuk melaksanakan
kehendaknya. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana
panic, tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan
pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk menaati kehendak pelaku
terror. Terorisme tidak ditunjukan secara langsungkepada lawan akan tetapi perbuatan terror
justru dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang paling utama, maksud yang
ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan terror tersebut mendapat perhatian
yang khusus.

Menurut ketentuan hukum Indonesia, aksi terorisme dikenal dengan istilah tindak pidana
terorisme. Indonesia memasukan terorisme sebagai tindak pidana, sehingga cara
penanggulangannya pun menggunakan hokum pidana sebagaimana tertuang dalam peraturan
pemerintah pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2002 yang
kemudian diperkuat menjadi Undang-Undang nomor 15 tahun 2003. Judul perpu atau
undang-undang tersebut adalah Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Pelaku tindak pidana terorisme adalah setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas
kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain mengakibatkan kerusakan
atau kehancuran terhadap obyek-obyek tertentu yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas
publik, fasilitas internasional dan lain-lain.

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau tindakan ancaman kekerasan
yang dimaksudkan untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
luas atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional dipidana
dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.

Suatu aksi atau tindakan dapat digolongkan sebagai tindak pidana terorisme bila mengandung
unsur-unsur dilakukan dengan sengaja, menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan,
dimaksudkan untuk menimbulkan korban massal dan mengakibatkan kerusakan terhadap
obyek-obyek vital atau fasilitas hidup atau fasilitas publik atau fasilitas intenasional.
Kronologi kejadian yang dihimpun tim merdeka.com dari keterangan kepolisian dan
sejumlah saksi mata. Pada Pukul 06.30-07.00 WIB Serangan bom pertama terjadi di Gereja
Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Kecamatan Gubeng. Dalam rekaman
CCTV yang beredar, terlihat 2 orang sedang berboncengan menaiki sepeda motor menuju
gereja. Satu pelaku yang dibonceng terlihat membawa ransel yang diduga berisi bom.
Sejumlah saksi menyebut serangan terjadi saat pergantian jemaat misa. Ledakan keras
terdengar hingga radius 100 meter. Pada 07.15 WIB Serangan bom kedua terjadi di Gereja
Kristen Indonesia Jalan Raya Diponegoro, Surabaya. Sejumlah saksi sempat melihat wanita
bercadar membawa dua anak balita memasuki halaman gereja. Ibu dan dua anaknya yang
berupaya masuk ke ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang sekuriti di pintu masuk
GKI Jalan Diponegoro Surabaya, sebelum kemudian ketiganya meledakkan diri di halaman
gereja.Pada 07.53 WIB Serangan bom ketiga terjadi di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Saksi mata menuturkan ledakan terjadi dari tempat parkir kendaraan. Diduga serangan bom
mobil. Api langsung membumbung tinggi di lokasi kejadian. Pada 08.00 WIB Foto dan video
bom di Surabaya beredar viral di masyarakat seluruh Indonesia. Polda Jatim mengkonfirmasi
serangan bom terjadi di tiga tempat. Polisi telah bergerak ke titik-titik serangan. Pada 09.00
WIB Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menyebut dua polisi
yang berjaga di Gereja Santa Maria Tak Bercela ikut menjadi korban. Data awal yang
diterimanya, serangan di gereja tersebut membuat dua orang tewas sementara belasan lain
luka. Pada 10.00 WIB Polisi merilis data awal korban tewas rangkaian bom di gereja
Surabaya berjumlah empat orang. Sementara korban luka 33 orang. Para korban sudah
dibawa ke RSUD dr Sutomo. Pada 10.20 WIB Tim Gegana yang melakukan penyisiran
menemukan sebuah bom yang belum meledak dalam sebuah mobil di Gereja Pantekosta.
Mereka kemudian melumpuhkan bom itu dengan cara meledakannya. Pada 10.30-11.00 WIB
Polda Jatim memperbarui informasi bahwa korban meninggal dunia dari peristiwa ledakan
bom di Surabaya ini telah mencapai 8 orang. Sementara korban luka telah mencapai 38
orang. Wakapolrestabes Surabaya AKBP Benny Pramono mengkonfirmasi, pelaku bom
bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegeroro membawa 2 balita. Seorang
ibu bercadar itu menggandeng dua orang balita. Ketiganya tewas seketika. Pada 13.40 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian tiba di Gereja Santa Maria, Surabaya. Gereja tersebut
merupakan satu dari tiga gereja yang diserang kelompok teroris, pagi tadi. Selain Kapolri,
Wali Kota Tri Rismaharini tampak sudah tiba di lokasi. Pada 14.30 WIB Presiden Joko
Widodo tiba di Surabaya untuk mengunjungi korban ledakan bom di tiga gereja di Surabaya
pada Minggu. Pada 14.40 WIB Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera
menyampaikan kabar terbaru terkait korban peristiwa bom gereja di Surabaya. Dia
mengatakan, jumlah korban meninggal dunia bertambah. Korban tewas menjadi 11 orang
sementara 41 orang luka-luka.

Teror yang berarti sebuah ancaman harus dihancurkan, karena berbahaya bagi kehidupan
umat manusia. Ideologi teroris itu terus yang justru membuat umat manusia Indonesia
semakin goyah. Teroris merupakan musuh bersama kemanusiaan, karena tindakan mereka
yang membuat orang lain tidak aman, tidak nyaman, selalu diselimuti rasa ketakutan dan
mengacaukan sistem sosial, dan hukum yang sudah mapan dianut bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai pilar bangsa Indonesia sejatinya harus mampu dipahami oleh seluruh
bangsa Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia
ini tentunya, diharapkan mampu menyelesaikan persoalan terorisme di Indonesia. Pancasila
adalah petunjuk, pandangan hidup masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbuat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pelaku teroris di Indonesia sejatinya tidak mampu memahami nilai-nilai pancasila secara
komprehensif, mereka cenderung mengagungkan ideologinya dengan cara menebar teror.
Cara teror atau kekerasan itulah yang menimbulkan disintegrasi bangsa Indonesia yang sudah
semestinya harus dihancurkan dan dimusnahkan dalam masyarakat Indonesia.

Persoalan munculnya terorisme di Indonesia dapat pula disebabkan karena bangsa Indonesia
melupakan nilai-nilai luhur Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yang sesungguhnya
mempunyai nilai moral positif sebagai upaya pencegahan terhadap aksi terorisme. Pancasila
tidak pernah diamalkan secara praksis sehingga menumbuh suburkan terorisme. Kalau
bangsa Indonesia ini mampu memahami secara komprehensif nilai-nilai pancasila, maka
tidak mungkin tercipta terorisme. Pancasila adalah penyelamat dan pemersatu bangsa
Indonesia.

Bung Karno secara tegas berkata: ” Apabila bangsa Indonesia ini melupakan Pancasila, tidak
melaksanakan dan bahkan mengamalkannya maka bangsa ini akan hancur berkeping-keping.”
Oleh karena itu, manusia Indonesia harus mengimplementasikan seluruh nilai-nilai pancasila
tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila jangan hanya di sebuah wacana saja dan manis di bibir saja, akan tetapi, nilai-nilai
pancasila perlu di ejawantahkan dalam setiap tindakan dan perbuatan manusia Indonesia.
Penanaman dan pemberian pemahaman pancasila menjadi sangat signifikant saat untuk
memerangi aksi terorisme, yang mana mereka telah mengabaikan nilai-nilai pancasila.

Pelaku terorisme saat ini telah menyalahi nilai-nilai pancasila yaitu :

Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila pertama, setiap warga negara wajib
berketuhanan Yang Maha Esa, sikap saling menghormati dan bekerjasama antar umat
beragama perlu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai upaya
menjalankan sila pertama dengan tujuan untuk menghindari praktik aksi terorisme dan
kekerasan atas nama agama dengan tujuan menciptakan kerukunan antar umat manusia.

Eksistensi manusia harus berdialog dalam hidup bersama melalui nilai-nilai pancasila yang
pada nantinya akan membawa kedamaiaan, ketenteraman, dan penuh kasih sayang antar
sesama manusia, dengan tujuan agar Tuhan pun mencintai manusia. Jika sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa ini mampu dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegera. Tentunya, aksi terorisme dapat dihindari sejak dini. Pancasila memuat makna
keberagamaan dan kebersamaan yang dapat mencegah aksi terorisme.

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini menekankan bahwa setiap
warga negara harus selalu menghargai harkat dan martabat orang lain, tidak boleh berbuat
tercela menghina atau bahkan melakukan ancaman atau teror. Harkat dan martabat manusia
harus dijunjung dengan cara yang adil dan beradab. Pengakuan atas harkat dan martabat
kemanusiaan yakni kedudukan dan derajat yang sama. Saling mencintai sesama manusia.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Upaya merajut rasa kebangsaan dan cara mengatasi
persoalan terorisme harus dipererat kembali dengan mengimplementasikan sila ketiga atas
pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga aksi terorisme dapat diatasi
dengan menggunakan pemahaman atas sila ketiga, yakni mengedepankan rasa kebangsaan
bersama untuk persatuan dan kesatuan di antara warga negara Indonesia.

Dengan demikian, di tengah merebaknya tindakan terorisme dan radikalisme, pemerintah dan
kepolisian harus bisa mencegah pelaku bom bunuh diri. Karena itu, pada saat ini bangsa
Indonesia harus banyak melakukan banyak sosialisasi serta penghayatan dan pengamalan
nilai-nilai pancasila, menumbuhkan nilai-nilai rasa kebangsaan dan rasa kewarganegaraan
Indonesa harus dijadikan sebagai jalan memutus mata rantai aksi terorisme.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).


Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam
Kacamata Soekarno).
Dewantara, A. W. (2015). PANCASILA SEBAGAI PONDASI PENDIDIKAN AGAMA DI
INDONESIA. CIVIS, 5(1/Januari).

Anda mungkin juga menyukai